5. Disamping itu terdapat bangunan pelengkap lainnya seperti bangunan
cuci, minum hewan dan sebagainya.
2.3 Analisa Hidrologi
Data hidrologi adalah kumpulan keterangan atau fakta mengenai fenomena hidrologi hydrologic phenomena. Fenomena hidrologi seperti besarnya curah
hujan, temperatur, penguapan, lama penyinaran matahari, kecepatan angin, debit sungai, tinggi muka air sungai, kecepatan aliran dan kosentrasi sedimen sungai
akan selalu berubah menurut waktu. Secara umum analisis hidrologi merupakan satu bagian analisis awal
dalam perencanaan bangunan-bangunan hidraulik. Analisis hidrologi diperlukan untuk mengetahui karakteristik hidrologi daerah pengaliran Sungai Percut,
terutama di daerah irigasi Bandar Sidoras.
2.3.1 Curah Hujan DAS
Daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan suatu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung,
menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau secara alami, yang batas didarat merupakan pemisah topografi dan batas di laut sampai
dengan daerah perairan masih terpengaruh aktifitas daratan. Suatu DAS adalah daerah yang dianggap sebagai wilayah dari suatu titik
tertentu pada suatu sungai dan dipisahkan dari DAS-DAS di sebelahnya oleh suatu pembagi, atau punggung bukitgunung yang dapat ditelusuri pada peta
topografi. Daerah aliran disebut juga sebagai cathment area atau drainage basin.
Data hujan dari beberapa stasiun hujan digunakan dalam analisa data hujan untuk mencari curah hujan rata-rata daerah aliran sungai.
Curah hujan wilayah yang terdapat pada suatu daerah aliran sungai DAS sangat diperlukan untuk mengerahui mengenai informasi tentang pengaturan air
irigasi, mengetahui neraca air dalam suatu lahan dan untuk mengetahui besarnya aliran permukaan run off. Beberapa metode perhitungan untuk mencari curah
hujan rata-rata daerah aliran sungai, yaitu: 1. Arithmatic Mean Method
Ini merupakan cara yang paling sederhana dan diperoleh dengan menghitung rata-rata aritmatis dan semua total penakar hujan di suatu
kawasan. Cara ini sesuai pada daerah yang datar dan mempunyai banyak penakar hujan yang didistribusikan secara merata pada lokasi- lokasi yang
mewakili. Perhitungan curah hujan dengan Arithmatic Mean Method menggunakan metode rata-rata aljabar sehingga dengan metode ini, data
yang diperoleh lebih objektif. Metode ini memberi bobot yang sama untuk setiap stasiun, yaitu dengan menjumlahkan angka pengukuran di setiap
stasiun penakar, seperti rumus dibawah ini: �
�
= ∑ �
�
� � ��
2
..............................................................................2-1
dimana: P
r
= curah hujan rata-rata DAS mm P
i
= curah hujan pada stasiun ke-i mm n
= jumlah stasiun penakar hujan 2. Thiessen Method
Cara ini dengan memperhitungkan luas daerah yang diwakili oleh stasiun yang bersangkutan luas daerah pengaruh. Untuk digunakan sebagai faktor
dalam menghitung hujan rata-rata. Menurut Thiessen luas daerah pengaruh dari setiap stasiun dengan cara :
1. Menghubungan stasiun-stasiun dengan suatu garis sehingga membentuk
poligon-poligon segitiga. 2.
Menarik sumbu-sumbu dan poligon-poligon segitiga. 3.
Perpotongan sumbu-sumbu ini akan membentuk luasan daerah pengaruh dari tiap-tiap stasiun.
Penghitungan curah hujan dengan metode ini menggunakan rumus sebagai berikut :
�
�
=
∑ �
�
� �
�
∑ �
�
= ∑ �
�
��
�
............................................................................2-2 dimana:
P
r
= curah hujan rata-rata DAS mm P
i
= curah hujan pada stasiun ke-i mm A
i
= luas poligon stasun ke-i m
2
W
i
= A
i
Ʃ A
i
, bobot stasiun ke-i 3. Isohyet Method
Isohyet adalah garis yang menunjukkan tempat-tempat yang mempunyai tinggi curah hujan yang sama. Metode Isohyet adalah cara yang paling teliti,
tetapi cukup sulit dalam pembuatannya. Pada umumnya digunakan untuk hujan tahunan, karena terlalu banyak variasinya, sehingga isohyet akan
berubah-ubah. Peta isohyet yang digunakan dalam metode ini
memperhatikan efek topografi dan asal datangnya hujan. Penentuan curah hujan dihitung dengan rumus berikut:
�
�
=
∑�
�−1
+�
�
�
�
2 �
∑ �
�
....................................................................................2-3 dimana :
P
r
= curah hujan rata-rata DAS mm P
i-1
= curah hujan pada isohyet ke i-1 mm P
i
= curah hujan pada isohyet ke-i mm A
i
= luas daerah ke-i yang terletak antara isohyet ke-i dan ke i-1 m
2
W
i
= A
i
Ʃ A
i
, bobot stasiun ke-i
Arithmatic Mean Method lebih objektif bila dibandingkan dengan Isohyet Method. Thiessen Method lebih cocok dipakai pada daerah dengan jarak penakar
hujan yang tidak merata. Metode Thiessen adalah metode yang lebih baik dan paling efektif dari metode lainnya.
2.3.2. Curah Hujan Efektif