Kritik Sosial Dalam Puisi Dan Drama W.S. Rendra 1970-an—1990-an

Telangkai Bahasa dan Sastra, Januari 2015, 17-22 Copyright ©2015, Program Studi Linguistik FIB USU, ISSN 1978-8266

Tahun ke-9, No 1

KRITIK SOSIAL DALAM PUISI DAN DRAMA W.S. RENDRA 1970-AN—1990-AN I Ketut Sudewa Fakultas Sastra Universitas Udayana sudewa.ketut@yahoo.co.id
Abstrak Penelitian ini mengkaji puisi dan drama karya W.S. Rendra yang diterbitkan dalam kurun waktu 1970-an-1990-an. Era 1970-an sampai 1990-an merupakan periode yang paling produktif bagi Rendra dalam berkarya. Secara politik, dekade 1970-an hingga 1990-an adalah masa kekuasaan Orde Baru yang dikenal otoriter dan tidak segan-segan menindak secara tegas mereka, termasuk seniman yang berani melancarkan kritik. Dalam masa yang represif itulah, Rendra tampil sebagai sastrawan yang sangat berani dan menjadikan puisi dan drama untuk mengartikulasikan kritik sosial. Penelitian ini penting dilakukan bukan saja karena kuat dan konsistensi kritik sosial yang terkandung di dalam karya-karya Rendra, tetapi karena sebagian kritik sosial yang disampaikan masih aktual sampai saat ini. Teori yang digunakan untuk mengkaji kritik sosial di dalam puisi dan drama karya Rendra adalah sosiologi sastra dan semiotik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kritik sosial yang disampaikan oleh Rendra di dalam puisinya mencakup empat tema besar, yaitu harkat perempuan, pendidikan, kapitalisme dan kemiskinan, serta politik dan hukum. Tema-tema kritik sosial tersebut juga terungkap dalam drama-drama Rendra. Gaya bahasa dalam mengartikulasikan kritik sosial dalam puisi dan drama juga identik, ditandai dengan penggunaan metafora, repetisi, paradoks, pertanyaan retoris, ironi, dan sinisme. Sikap konsistensi Rendra menyampaikan kritik sosial lewat puisi dan dramanya membuat dia berhasil tampil sebagai sastrawan yang paling vokal dan berani dalam sejarah sastra Indonesia.
Kata kunci: kritik sosial, puisi, drama, konsistensi

PENDAHULUAN
Penelitian ini mengkaji karya-karya Rendra terutama puisi dan dramanya yang diterbitkan dalam rentang waktu 1970-an hingga 1990-an. Pada saat tersebut merupakan masa kekuasaan regim Orde Baru.
Puisi dan drama yang diterbitkan dalam kurun waktu 1970-an—1990-an mengandung kritik mengenai berbagai permasalahan sosial masyarakat Indonesia, seperti masalah kehidupan kaum perempuan, kemiskinan dan kekuasaan kaum kapitalis, pendidikan masyarakat, politik, serta hukum dan hak asasi manusia.
Penelitian tentang kritik sosial dalam puisi dan drama karya Rendra yang diterbitkan dalam kurun waktu 1970-an—1990-an penting dilakukan karena beberapa pertimbangan. Pertama, puisi dan drama karya Rendra mengungkapkan berbagai persoalan sosial masyarakat di Indonesia yang disampaikannya dalam bentuk kritik sosial dengan didominasi oleh tema harkat perempuan, pendidikan, kapitalisme dan kemiskinan,
17

I Ketut Sudewa
serta politik dan hukum. Tema-tema tersebut muncul karena adanya kesadaran dan perhatian Rendra terhadap kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Pada periode tersebut merupakan masa kejayaan Orde Baru dengan gaya pemerintahan yang otoriter dalam segala aspek kehidupan bangsa. Pemerintahan dijalankan tidak berdasarkan kesadaran dan perhatian kepada kepentingan rakyat, tetapi berdasarkan kekuasaan untuk menjaga stabilitas nasional.
Kedua, kritik sosial dalam puisi dan drama karya Rendra yang diterbitkan dalam kurun waktu 1970-an—1990-an merupakan masa produktivitas dan aktivitas Rendra sebagai penyair dan dramawan serta merupakan masa penting kepengarangan Rendra yang berbeda dengan masa sebelum dan setelah kurun waktu tersebut. Masa sebelum periode tersebut, perhatian Rendra terhadap kehidupan sosial masyarakat di Indonesia belum begitu besar. Masa setelahnya, produktivitas Rendra sebagai penyair dan dramawan menurun drastis.
Ketiga, Rendra adalah seorang penyair, dramawan, dan budayawan besar serta terkenal tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di mancanegara sehingga karya-karyanya layak untuk diteliti. Di dalamnya diyakini ada ide, gagasan, dan pikiran yang besar juga dan perlu diungkapkan. Di samping itu, sebagai penyair dan dramawan, ia memiliki ciri khas yang bebeda dengan penyair dan dramawan lainnya yang sezaman dengannya.
Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah: (1) Keadaan sosial masyarakat Indonesia yang bagaimanakah yang terefleksi dalam puisi dan drama Rendra yang diterbitkan dalam kurun waktu 1970-an—1990-an; (2) Kritik sosial apakah yang terungkap dalam puisi dan drama Rendra yang diterbitkan dalam kurun waktu 1970-an— 1990-an?; dan (3) Bagaimanakah hubungan kritik sosial yang terungkap di dalam puisi dengan drama karya Rendra yang diterbitkan dalam periode yang sama?
LANDASAN TEORI
Teori sosiologi sastra menjadi teori utama dalam penelitian ini dan ditunjang oleh teori semiotik. Dalam operasionalnya didukung oleh teori lain yang relevan, seperti teori kapitalisme, feminisme, dan politik. Hal ini disebabkan dalam penelitian sastra tidak ada teori yang dapat berdiri sendiri tanpa bantuan teori lain.

Penelitian ini menggunakan teori sosiologi sastra dari Diana Laurenson dan Alan Swingewood (1972). Menurut Diana Laurenson dan Alan Swingewood (1972: 16—22), analisis sosiologi sastra menyangkut tiga perspektif: (1) sosiologi sastra tidak hanya bertugas untuk menemukan sejarah dan refleksi sosial yang ada dalam karya sastra, tetapi juga harus mampu menemukan fakta-fakta dalam karya sastra bersangkutan; (2) sosiologi sastra memandang karya sastra sebagai sebuah produksi, khususnya tentang situasi sosial pengarangnya; (3) sosiologi sastra berusaha menemukan jejak-jejak dalam karya sastra yang dapat diterima sebagai fakta sosial, khususnya sebagai peristiwa sejarah. Teori ini telah mengakomodasi keseluruhan konsep teori sosiologi sastra yang ada dan diharapkan dapat mengungkapkan kritik sosial yang terkandung di dalam puisi-puisi karya Rendra secara maksimal.
Teori semiotik yang digunakan adalah teori dari Ferdinand de Saussure (dalam Zaimar, 2008, Widada 2009). Ferdinand de Saussure menemukan teori tanda bahasa. Dia merumuskan teorinya, ada tiga hal yang terlibat ketika membicaraka tanda-tanda dalam bahasa, yaitu (a) tanda (sign), penanda (signifier), dan (c) petanda (signified). Setiap tanda bahasa memiliki dua sisi, yaitu penanda dan petanda. Melalui kedua hal inilah makna tanda-tanda dalam puisi dan drama Rendra bisa diungkapkan.
18

Telangkai Bahasa dan Sastra, Tahun Ke-9, No 1, Januari 2015
METODE PENELITIAN
Metode dalam penelitian ini adalah studi pustaka serta didukung oleh metode lainnya yang relevan dengan analisis sosiologi sastra dan semiotik, seperti metode kualitatif dan hermeneutik. Proses kerja penelitian ini dimulai dengan membaca puisi dan drama karya Rendra yang diterbitkan dalam kurun waktu 1970-an—1990-an dengan cermat dan intensif. Khusus untuk puisinya, dilakukan pembacaan mendalam, kemudian diidentifikasi dan diklasifikasi, akhirnya ditemukanlah puisi-puisi karya Rendra yang mayoritas mengandung kritik sosial. Setelah itu, puisi-puisi yang mengandung kritik sosial diidentifikasi dan diklasifikasi lagi berdasarkan temanya. Puisi-puisi yang telah diidentifikasi dan diklasifikasi berdasar tema inilah yang menjadi sampel penelitian ini.
Drama-drama karya Rendra yang diciptakan atau diterbitkan dalam periode yang sama sebanyak empat drama dibaca secara intensif, ditentukan tema-tema yang terkandung di dalamnya. Berdasarkan tema itulah dilakukan analisis sehingga akhirnya ditemukan hubungan antara kritik sosial di dalam puisi dengan drama karya Rendra.
Dalam proses analisis, setiap puisi dan drama karya Rendra yang telah diklasifikasi berdasarkan temanya, dianalisis dengan menggunakan metode operasional dari teori sosiologi sastra dan semiotik, yakni dengan melihat kaitan puisi dan drama karya Rendra dengan gambaran sosial masyarakat pada saat karya tersebut diciptakan dan berbagai tanda bermakna yang ada di dalamnya. Pada saat dilakukan analisis, terjadi proses penafsiran atau interpretasi dengan metode hermeneutik terhadap puisi dan drama yang dijadikan sampel penelitian berdasarkan teori sosiologi sastra dan semiotik.
Khusus dalam menganalisis puisi, dilakukan pembacaan secara heuristik dan hermeneutik atau retroaktif. Pembacaan heuristik adalah pembacaan berdasarkan struktur dan konvensi bahasa puisi bersangkutan. Pembacaan hermeneutik atau retroaktif adalah pembacaan berdasarkan konvensi sastranya. Dengan pembacaan seperti itu, dapat ditemukan kritik sosial yang terkandung di dalam puisi karya Rendra dan hubungannya dengan kritik sosial di dalam dramanya.
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
Karya-karya Rendra banyak mengungkapkan masalah sosial masyarakat yang aktual, khususnya yang terjadi di Indonesia. Masalah sosial yang diungkapkan oleh Rendra dalam puisi dan dramanya yang mendapat inspirasi dari kondisi masyarakat Indonesia pada zaman Orde Baru, ternyata masih merupakan kenyataan soaial dewasa ini. Di samping itu, bahasa yang digunakan adalah bahasa yang sederhana, lugas, aktual dan kotekstual. Hal ini yang menyebabkan karya-karyanya banyak mendapat sambutan dan diapresiasi oleh masyarakat, khususnya pencinta sastra.
Dari kajian sosiologi sastra diketahui, ternyata puisi dan drama karya Rendra yang diterbitkan dalam kurun waktu 1970-an—1990-an mencerminkan keadaan sosial masyarakat Indonesia pada masa Orde Baru. Di dalam puisi dan drama Rendra tersebut banyak diungkapkan masalah sosial masyarakat, seperti kemiskinan, perilaku kapitalisme, pendidikan, keadaan sosial politik dan hukum, serta hak asasi manusia.
Kritik sosial yang disampaikan oleh Rendra di dalam puisi dan dramanya dibedakan ke dalam empat tema besar, yaitu harkat perempuan, pendidikan, kapitalisme dan kemiskinan, serta politik dan hukum. Khusus di dalam puisinya, secara struktural, kritik sosial yang disampaikan oleh Rendra terlihat padu melalui diksi, gaya bahasa, citraan, dan tema yang terkandung di dalamnya. Kepaduan itu terjadi, di samping karena
19

I Ketut Sudewa
kemampuan yang dimiliki oleh Rendra sebagai penyair juga sebagai dramawan sehingga puisinya banyak berbentuk balada dan dramanya bersifat puitis.
Di dalam empat tema besar tersebutlah Rendra menyampaikan tanggapan dan sikapnya mengenai keadaan sosial masyarakat Indonesia. Tanggapan dan sikap Rendra, yaitu dengan melakukan kritik mengenai perilaku otoriter penguasa Orde Baru terhadap rakyatnya. Fungsi dan maknanya adalah untuk memperjuangkan hak-hak dasar rakyat, seperti hak bidang ekonomi, politik, pendidikan, hukum, serta hak asasi manusia. Di dalam puisi diwujudkan dengan penggunaan gaya bahasa metafora, repetisi, paradoks, pertanyaan retoris, ironi, dan sinisme serta citraan penglihatan dan pendengaran. Di dalam dramanya lewat penggunaan gaya bahasa sinisme dan ironi.
Hasil penelitian terhadap dramanya menunjukkan empat tema besar dan gaya sisnisme serta ironi di dalam puisi karya Rendra berlanjut di dalam dramanya. Artinya, kualitas dan konsistensi kritik sosial yang disampaikan di dalam puisi-puisinya tetap terjaga dengan baik. Rendra sebagai penyair, dramawan, dan budayawan tetap konsisten dengan sikapnya di dalam menghadapi keadaan sosial masyarakat Indonesia, yaitu melakukan kritik sosial terhadap pemerintahan Orde Baru walaupun ada risiko yang harus ditanggungnya. Ini sekaligus membuktikan juga bahwa Rendra konsisten dengan pandangan dunianya, yaitu menjaga „daya hidup‟ di dalam menciptakan karya sastra. Perhatiannya yang begitu besar terhadap kehidupan sosial masyarakat, khususnya yang terjadi di Indonesia, maka dapat dikatakan Rendra tidak hanya sebagai penyair, dramawan, dan budayawan, tetapi sekaligus sebagai seorang sosiolog, seperti Umar Khayam dan Mangun Wijaya.

SIMPULAN DAN SARAN
1. Simpulan
Puisi dan drama karya Rendra yang diterbitkan dalam kurun aktu 1970-an—1990an mencerminkan tentang keadaan sosial masyarakat Indonesia pada masa kekuasaan Orde Baru. Rendra banyak mengungkapkan kritik sosial terhadap penguasa Orde Baru dalam mengatasi berbagai masalah sosial masyarakat melalui puisi dan dramanya. Masalah sosial yang dikritik oleh Rendra mencakup persoalan harkat perempuan, pendidikan, kapitalisme dan kemiskinan, serta politik dan hukum. Kritik sosial yang diungkapkan oleh Rendra di dalam puisinya didominasi oleh penggunaan gaya bahasa metafora, repetisi, paradoks, pertanyaan retoris, ironi, dan sinisme serta citraan penglihatan dan pendengaran. Dengan penggunaan gaya bahasa dan citraan tersebut, kritik sosial yang diungkapkan oleh Rendra menjadi kuat dan lugas.
Kritik sosial yang diungkapkan oleh Rendra di dalam dramanya memiliki persoalan yang sama dengan yang diungkapkan di dalam puisinya. Begitu juga gaya penyampaian kritik sosial di dalam dramanya didominasi oleh ungkapan-ungkapan yang bersifat ironi dan sinisme. Dengan kondisi seperti itu, puisi dan drama karya Rendra mengungkapkan persoalan yang sama dengan gaya bahasa yang sama pula. Apabila dilihat hubungan kedua genre tersebut, tampak kritik sosial yang diungkapkan oleh Rendra di dalam puisinya secara kualitas dan konsistensinya tetap terjaga di dalam dramanya.
2. Saran
Karya sastra yang diciptakan oleh Rendra banyak yang belum diteliti secara komprehensif. Dengan melakukan penelitian terhadap karya-karyanya, secara tidak langsung memperkenalkan Rendra dan pikiran-pikirannya kepada masyarakat luas.
20

Telangkai Bahasa dan Sastra, Tahun Ke-9, No 1, Januari 2015
Penelitian ini merupakan salah satu usaha kecil untuk menuju ke arah tersebut. Disadari bahwa banyak ide dan pikiran Rendra berdimensi sosiologis yang diungkapkan di dalam karya-karyanya yang perlu dipahami, dihayati, serta direnungkan oleh masyarakat pembaca sehingga apresiasi dan penelitian terhadap karya-karyanya perlu dilakukan secara terus-menerus. Cara seperti itu tidak hanya dapat memahami Rendra dengan pikiran-pikirannya, tetapi juga dapat memahami keadaan sosial budaya masyarakat pada suatu masa tertentu.
Disadari juga bahwa penelitian ini belum lengkap dan maksimal, masih ada hal lain yang menarik untuk diteliti, misalnya penelitian dengan pendekatan psikologi sastra, interteks, dan resepsi terhadap karya-karya Rendra. Di samping itu, juga perlu diteliti kritik sosial yang disampaikan oleh penyair yang lainnya, baik penyair yang sezaman dengan Rendra maupun tidak. Oleh karena itu, disarankan untuk mengkritisinya dan melakukan penelitian lanjutan, baik terhadap karya-karya Rendra maupun karya penyair lain sehingga khazanah penelitian sastra, khususnya terhadap karya-karya Rendra semakin banyak dan berkualitas. Usaha ini diharapkan bisa semakin mendekatkan dunia sastra kepada masyarakat. Dengan demikian, karya sastra tidak menjadi benda artefact (benda mati), tetapi menjadi benda estetis yang hidup di tengah-tengah masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Abrams, M.H. (1977). The Mirror and the Lamp. London: Oxford University Press.
Altenbernd, Lynn and Leslie L. Lewis. (1966). Handbook for the Study of Poetry. New York: Macmillan Publishing CO. INC.
Aveling, Harry. (1974). “A Tematics History of Indonesian Poetry: 1920 to 1974”. Special Report No. 9. Center for Southeast Asian Studies. Northern Illinois University.
Baldick, Chris. (1990). The Concise Oxford Dictionary of Literary Terms. Oxford New York: Oxford University Press.
Burns, Tom. R. dkk. (1987). Teori Kekuasaan dan Pengawasan Sebuah Kerangka Tindakan Sosial. Diterjemahkan dari Man, Decisions, Society. Oleh Soewono Hadisoemarto. Jakarta: PT Pradnya Paramita.
Darma Putra, I Nyoman. (2011). A Literary Mirror Balinese Reflections on Modernity and Identity in the Twentieth Century. Leiden: KITLV Press.
Easthope, Antony. (1983). Poetry as Discourse. London: Methuen & Co. Ltd.Elizabeth dan Tom Burns. 1973. Sociology of Literature & Drama. Australia: Pinguin Bookcs Inc.
Fowler, Roger (ed.). (1987). A Dictionary of Modern Critical Terms. London and New York: Routledge & Kegan Paul.Fuller, Andy. 2011. Sastra dan Politik: Membaca Karya-karya Seno Gumira Adjidarma. Yogyakarta: Insist Press.

Goldmann, Lucien. (1981). Method in the Sociology of Literature. England: Basil Blackwell Publisher.
Jane Routh and Janet Wolff. (1977). The Sociology of Literature: Theoritical Approaches. Keele Staffordshire: University of Keele.
21

I Ketut Sudewa
Kutha Ratna, I Nyoman. (2004). Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kleden, Ignas. (1998). “Fakta dan Fiksi tentang Fakta dan Fiksi: Imajinasi dalam Sastra dan Ilmu Sosial”. Dalam Jurnal Kebudayaan Kalam Edisi 11, halaman 5—32.
Laurenson, Diana and Alan Swingewood. (1972). The Sociology of Literature. London: Paladin.
Palmer, Richard E. (1969). Hermeneutics, Interpretation Theory in Schleiermacher, Dilthey, Heidegger, and Gadamer. Evaston: Northwestern University Press.
Preminger, Alex dkk. (1974). Princeton Encyclopedia of Poetry and Poetics. Princeton: Princeton University Press.
Rendra, W.S. (1972). “Mastodon dan Burung Kondor” (belum diterbitkan dalam bahasa Indonesia).
___. (1975). “Kisah Perjuangan Suku Naga” (belum diterbitkan dalam bahasa Indonesia). ___. (1977). “Sekda” (belum diterbitkan). ___. (1981). Blues untuk Bonnie. Jakarta: Pustaka Jaya. ___. (1985). Nyanyian Orang Urakan. Jakarta: Pengap Studio. ___. (1988). Penembahan Reso. Jakarta: PT Pustaka Karya Grafika Utama. ___. (1996). Disebabkan oleh Angin. Jakarta: Pustaka Jaya. ___. (1997a). Mencari Bapa. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. ___. (1997b). Perjalanan Bu Aminah. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. ___. (2001). Orang-orang Rangkas Bitung. Jakarta: Rakit. ___. (2003). Sajak-sajak Sepatu Tua. Jakarta: Pustaka Jaya. ___. (2006). Potret Pembangunan dalam Puisi. Jakarta: Burung Merak Press. Scholes, Robert. (1977). Structuralism in Literature an Introduction. London: Yal
University Press. Van Zoest, Aart. (1992). “Interpretasi dan Semiotika”. Dalam Panuti Sudjiman dan Aart
Van Zoest (eds.). Serba-serbi Semiotik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Vodicka, Felix. (1964). “The History of The Echo of Literary Works” dalam Paul
L.Garvin (ed.). A Prague School on Aesthetics Literary Structure and Style. Washington: Georgetown University Press. Zaimar, Okke K.S. (2008). Semiotik dan Penerapannya dalam Karya Sastra. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.
22