PEMIKIRAN W.S. RENDRA MENGENAI PENDIDIKAN ISLAM (Telah atas Karya-karya Sastra W.S. Rendra) - Test Repository
Perpustakaan STAIN Salatiga
07TD1010894.01
PEM IK IR A N W.S. RENDRA M E N G E N A I PE N D ID IK A N ISLAM
. (Telaah atas K arya-karya Sastra W .S. R endra)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. P d .I)
Pada Jurusan Tarbiyah
NIM. 11197089
ANANG AG US RACHMAWAN
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM PENDIDIKAN A G A M A ISLAM
SEKOLAH TINGGI AG AM A ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
2006
D E P A R TE M E N AGAMA R I SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI S A L A T I G A Jl. Tentara Pelajar No. 02 Salatiga 50721 Telp. (0298) 323433, 323706 Drs. JUZ’AN, M.Hum.
Dosen STAIN Salatiga Jl. Stadion NO. 03 Salatiga
Salatiga, 15 Agustus 2006
NOTA PEMBIMBING Kepada Yth.
Lampiran : 3 ( tiga) Eksemplar
Ketua STAIN Salatiga
Hal : Naskah Skripsi di
Sdr. Anang Agus Rahmawan
Salatiga
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Setelah kami teliti dan kami adakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudara: Nama : Anang Agus Rahmawan NIM : 111 97 089 Jurusan/Progdi: Tarbiyah/PAI Judul : PEMIKIRAN WS RENDRA MENGENAI
PENDIDIKAN ISLAM (Telaah atas Karya- karya Sastra W.S. Rendra)
Bersama ini mohon agar naskah skripsi saudara tersebut di atas agar dapat segera di munaqasyahkan. Demikian harap menjadikan perhatian.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Pembimbing
D E P A R T E M E N A G A M A R I S E K O L A H T IN G G ! A G A M A IS L A M N E G E R I S A L A T I G A ,//. J'enlara Pelajar No. 02 Saluliga 50721 Telp. (0298) 323433, 323706
P E N G E S A H A N
Skripsi Saudara Anang Agus Rachmawan dengan Nomor Induk Mahasiswa
11197089 yang berjudul: PEM1KIRAN WS RENDRA MENGENA1
PEND1DIKAN ISLAM (Telaah atas Karya-karya Sastra W.S. Rendra) telah
dimunaqasyahkan pada Sidang Panitia Ujian Sekolali Tinggi Agama Islam Negen pada hari Rabu tanggal: 06 September 2006 M. yang bertepatan dengan tanggal
14 Sya’ban 1427 H dan telah diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Saijana dalam Ilmu Tarbiyah 06 September 2006 M.
Salatiga, -------------------------- 14 Sya’ban 1427 H.
PANITIA UJIAN
DEPARTEMEN AGAMA RI SEKOLAH TIMGGI AGAMA ISLAM NEGERI JURUSAN T ARBI YAH Jl. Stadion No. 03 Salatiga 50721 Telp. (0298) 323706 Fax. (0298) 323433
DEKLARASI
BismillahirrahmaanirrahimDengan penuh kejujuran dan tanggungjawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pemah ditulis oleh orang lain atau pemah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satu pun pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Apabila di kemudian hari temyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain di luar refemsi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup m empertanggungj awabkan kembali keaslian kripsi ini dihadapan sidang munaqasyah skripsi.
Demikian deklarasi ini dibuat oleh peneliti untuk dapat dimaklumi.
Salatiga, 15 Agustus 2006 Peneliti A nang Agus R.
11197089
MOTTO
Mati tidak mengerikan, paling mengerikan adalah hidup tidak berguna
(The Edge).. . . Jl j i *** ...
Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak mengltendaki kesukaran
bagimu...
(QS:2. Al-Baqarah: 185)
Songsong matahari dari satu sisi, santbut insan dari segala penjuru
(W.S. Rendra)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
1. Bapak terhonnat, Muh. Zaeni dan Ibu tercinta Sri Dwi Artiningsih (kalian korbankan hidup dan kebahagiaan demi anak). Adikku Yuli Hidayati (yang selalu sabar membantu pekerjaan rumah).
2. Keluarga besar STAIN Salatiga.
3. Teman sejatiku Andi Pongkring, Alimad Kliudhori, dan Antoni Affandi, Hunter Mania, Hastoro, Johan, Sujiwanto dan Mustaqim.
4. Keluarga besar Teater GETAR, Teater Kidung UMS, Teater Mogol, Teater Selir, dan semua komunitas Teater (bersama kalian aku berproses).
5. Semua pihak yang telah membantu, mbak Fikri dan mbak Ucok yang telah membantu pengumpulan data, Agus Basri yang tak lelah menulis dan menyimpan data, rumah makan SASA dan warung Bu Legiman yang membolehkan “Utang” sehingga aku bisa bertahan hidup, keluarga besar Negeri Sumeri, LSKR, keluarga mas Yanto Cacing, keluarga Bapak Masduki.
6. Sofiana Naimah, karena cambukmu aku mampu berlari lebih kencang dan lebih terarah.
7. Setan-setan yang selalu menggangguku, karena kalian aku jadi lebih bisa berfikir dan lebih tebal imanku Dan semua orang yang tidak bisa kami sebutkan satu-persatu.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat, Taufik dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini, walaupun dengan susah payah dan waktu yang paniang. Shalawat serta salam semoga selalu terlimpahkan kepada beliau
Nabi Agung Muhammad ASW juga keluarga dan para sahabatnya.
Alhamdulillah
dengan penuh rasa syukur, penulisan skripsi dengan judul PEMIKIRAN WS RENDRA MENGENAI PEND1DIKAN ISLAM
(Telaah atas Karya-karya Sastra W.S. Rendra) ini telah selesai. Skripsi ini
merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam pada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Kami haturkan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang telah membantu terwuiudnya skripsi ini.
Pada kesempatan ini, pula dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besamya kepada:
1. Bapak Drs, Imam Sutomo, M.Ag. selaku Ketua STAIN Salatiga
2. Bapak Drs. Juz’an. M.Hum. selaku pembimbing dalam penulisan skripsi ini, dimana beliau telah memberikan bimbingan, pengarahan, masukan yang sangat berharga bagi penulis demi terselesaikannya penulisan skripsi ini, dan juga pengarahan kehidupan yang sangat berharga guna menjalani kehidupan dunia dan akhirat.
3. Bapak dan lbu dosen semua yang membimbing penulis selama belajar di Sekolah Tinggi gama Islam Negeri Salatiga.
4. Bapak dan Ibu serta adikku tercinta yag telah memberikan dorongan kepada penulis.
5. Teman-temanku semua yang tidak dapat kami sebut satu persatu.
Kepada mereka semua penulis tidak dapat memberikan balasan apa- apa, kecuali untaian kata terima kasih yang mendalam dengan di iringi doa semoga Allah SWT membalas semua amal ibadah mereka.
Setelah melalui proses panjang dan kadang melelahkan, akhimya penulis dapat meyelesaikan tulisan yang tentu saia masih banyak kekurangan.
Walaupun demikian, penulis berharap semoga tulisan ini dapat menambah wawasan keilmuan bagi penulis khususnya serta para pembaca pada umumnya.
Akhimya hanya kepada Allali lah penulis memohon petunjuk, semoga skripsi ini dapatbermanfaat. AMIN .
Salatiga, September 2006 Peneliti Anang Agus R.
11197089
DAFTARISI
BAB I Pendahuluan
BAB III Pendidikan Islam
Lampiran
BAB 1 PENDAHULUAIS A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah satu-satunya makhluk berbudaya dan punya potensi nilai-nilai insani sebagai fitrah yang harus dikembangkan oleh manusia itu sendiri. Manusia yang berbudaya adalah manusia yang mengerti akan perkembangan diri dan lingkungan sosialnya. Rangkaian dua kata ang membentuk arti tersendiri, "daya" dan "cipta" dapat dipahami sebagai dua kekuatan untuk mengadakan sesuatu yang belum pemali ada.1 Disitu dia akan menunjuk pada dua dimensi, yaitu: pertama, dimensi manusia sebagai sumber daya internal; dan kedua, dimensi material sebagai sumber daya ekstemal, yang meliputi semua komponen dalam kehidupan yang sudah pemah ada dan masih ada. Dua dimensi ini membutuhkan akomodasi bagi pertumbuhan dan perkembangan sehingga terbangun tradisi berkesinambungan yang baik dimasa yang akan datang.
Ki Hadjar Dewantara merinci apa yang disebut sebagai "jiwa manusia" dalam satuan nama "trisakti", yaitu pikiran, rasa dan karsa alias cipta, rasa dan karsa. Manusia yang berdaya cipta ini akan mengelola potensi trisaktinya kedalam tmdakan yang kongkret. Dalam hal ini manusia akan memperoleh karya-karya seni ataupun dunia seni yang banyak bertentangan bertebaran di tempat tinggalnya. Karena dengan seni itulah,
- *Linus Suryadi A.G., Dari Pujartgga ke Penulis Jawa, Pengantar DR. Alex Sudewa, Pustaka pelajar, Yogyakarta, 1995, him. 117.
2 maka manusia akan mengalami kebangkitan jiwa bisa berupa emosi kreatif, nafsu berontak, dan semangat menciptakan sebagai lanjutan rasa tidak puas yang selama hidup akan terns menyala di hati setiap manusia.2 *
Kesenian pada dasamya adalah salah satu cara seseorang bennasyarakat. Kesenian adalah ekspresi seseorang untuk berhubungan dengan orang lain. Karya-karya seni itu bisa berupa puisi dengan rentetan kalimat, teater atau drama, lagu-lagu melodi dan denyutan irama bagi seorang koinponis, permainan cat dan kanvas dalam lukisan, dan sebagainya.
Dalam seni perAmjukan tampak jelas bahwa "seni adalah ekspresi seseorang untuk berhubungan dengan orang lain", karena ekspresi seseorang dalam seni pertunjukan memerlukan hadimya orang lain dalam aktifitasnya. Memang, dalam pertunjukan tari pada masyarakat lampau tidak perlu adanya penonton manusia karena aktifitas mereka ditujukan kepada dewa- dewa mereka.
Islam adalah agama yang diwahyukan Allah SWT melalui Rasul-Nya Muhammad SAW untuk menjadi pegangan hidup bagi umat manusia agar mereka memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akherat. Secara etimologi kata Islam berarti penyerahan diri kepada Allah SWT dan dalam pengertian syara' Islam diartikan dengan tunduk dan patuh kepada ajaran yang dibawa nabi Muhammad SAW. ’ 2Ahmad Wahib, Pergolakan Pemikiran Islam (Catalan Harian Ahm ad Wahib), LP3S.
Jakarta him. 228.
\ (OL-V* A es- j j A 3i j \
"Sesungguhnya agama (yang diridlai) disisi Allah hanyalah Islam"
(QS. Ali Imran: 19)4
- •,__» oj ->-V' 3-JL "fli j>£" .-*-**£ cy*3
& A * "Barang siapa mencari agama selain agama Islam , maka sekali-kali lidaklah akan diterima (agama Hu) dari padanya dan dia di akhirat termasuk orang-orangyagn rugi". (QS. Ali Imran: 83)5 6 * ■ A ^ ^ l<fci K i * \ f* ^ ^ ^ ^___ ». X A». S 1 ^ ^
L ji
"Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu dan ielah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku dan lelah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu." (QS. A1 Maidah: 3)'
Sesungguhnya pendidikan adalah masalah penting yang aktual sepanjang zaman. Karena dengan pendidikan, maka orang akan menjadi maju. Dengan bekal ilmu pengetahuan dan teknologi, orang mampu mengolah alam yang dikaruniakan oleh Allah SWT kepada manusia. Islam mewajibkan setiap orang, baik laki-laki maupun perempuan untuk menimtut ilmu. Orang dianjurkan untuk belajar sejak dari buaian sampai ke bang lahat.
Istilah pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Dalam perkembangan selanjutnya, pendidikan berarti usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi
A l Quran dan Terjemahannya,
4Departemen Agama RI., Proyek Pengadaan Kitab Suci A1 Quran, Jakarta, 1989, him. 78.
5Ibid., him 90.
6Ibid., him 157.
4 s eseorang atau kelompok orang agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.7
Pendidikan Islam adalah segala usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya insani yang ada padanya menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma
Islam. Sedangkan pendidikan agama Islam ialah usaha yang lebih khusus ditekankan untuk mengembangkan fitrah keberagaman subyek didik agar lebih mampu memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam.*
Pemahaman terhadap kaiya sastra sangat bermanfaat karena didalamnya terdapat pesan-pesan yang bemilai. Pemahaman inila’n yang membawa karya ilmiah ini pada analisis karya-karya sastra yang ditulis W.S. Rendra dengan berbagai judul yang menghasilkan renungan nilai-nilai pendidikan yang merupakan visi dan misi seorang penulis.
B. Rumusan Masai ah Permasalah yang akan dibahas dalam kary a ilmiah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana peranan sastra dalam proses pendidikan?
2. Bagaimana W.S. Rendra merefleksikan pendidikan melalui buah karyanya?
IImu Pendidikan.
7Sudirman N., et.al., CV. Remaja Karya, Bandung. 1987, hlm.4. sAchmadi. Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, Aditya Media, Yogvakarla. 1992, • him. 220.
5
3. R elevensi Pemikiran W.S. Rendra mengenai pendidikan Islam dalam kontek ke-lndonesiaan.
C. Fokus Penelitian Dengan demikian. fokus penelitian yang hendak penulis teliti dalam karya ilmiah ini adalah: bagaimana pikiran-pikiran W.S. Rendra yang bemuansa pendidikan Islam yang termuat dalam karya sastranya, sehingga akan timbul pertanyaan atau bahkan tauladan bagi pembaca.
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan yang diantaranya seperti dibawah ini: 1. Mengkaji bagaimana peranan sastra bagi pendidikan di Indonesia.
2. Mengetahui nilai-nilai pendidikan dalam karya sastra W.S. Rendra.
3. Bagaimana relevansinya dengan pedidikan Islam yang ada.
E. Metode Penelitian Penelitian ini akan menggunakan beberapa metode, seperti yang tertera dibawah ini:
1. Sifat Penelitian Penelitian ini lebih menekankan pada pencarian data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,
6 prasasti, notul ensi rapat, legger, agenda dan sebagainya, sehingga penelitian ini disebut penelitian literer research.v
2. S umber Data a. Sumber primer : terdiri dari beberapa karya sastra dari W.S.
Rendra. o. Sumber sekunder: bersumber dari tulisan atau komental oran glain terhadap karya-karya sastra W.S Rendra
3. Analisis Data
a. Interpretasi Yaitu dengan menyelami isi karya sastra dengan setepat mungkin menangkap arti dan nuansa uraian yang disajikan.
b. Induksi dan Deduksi Yaitu dengan mempelajari karya sastra sebagai suatu case study, dengan menganalisis semua bagian dan semua konsep pokok satu- persatu dan dalam hubungannya satu sama lain, agar dari mereka dapat dibangun suatu pemahaman sintetis. Juga jalan deduksi: dari visi dan gaya menyeluruh yang mendominasi dalam buku itu dipahami dengan lebih baik semua detail-detail uraiannya. Selain itu peneliti juga ikut mengidentifikasi, namun tanpa kehilangan obyektifitas. 9
9Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, CV. Bina Aksara, Jakarta. 1987. him. 118. c. Koherensi Yaitu melihat semua konsep-konsep dan aspek-aspek menurut keselarasannya.
d. Kesinarabungan Historis Yaitu dengan melihat konsep dan pengembangan pikiran W.S.
Rendra sesuai dengan latar belakang ekstemal dan internal, perkembangan intern dan cara berpikir aktual.
e. Idealisasi Yaitu dengan mencari apa yagn sebenamya mau dikatakan W.S.
Rendra.
f. Komparasi Yaitu dengan inembandingkan dengan yang lain.
g. Deskriptif Yaitu dengan menguraikan secara teratur seluruh konsepsi karya W.S. Raidra.10
F. Manfaat Hasil Penelitian
1. Berguna bagi penulis untuk menambah keilmuannya tentang sastra dan pendidikan Islam.
2. Untuk menambah khasanah keilmuan baik itu sastra maupun pendidikan yang senantiasa harus selalu berkembang.
M etodologi Penelitian Filsafat.
111 Anton Bekker dan Achmad Charis Zubair. Kanisius, Yogyakarta, 1990, him. 69-71.
8
3. Diharapkan mampu m embenkan sumbangan ibnu bagi penggemar sastra pada khususnya dan bagi kehidupan manusia pada umumnya.
4. Dapat membenkan wacana keilmuan bagi keluarga besar STAIN Salatiga.
G. Sistematika Penulisan Skripsi
BAB I Pendahuluan yang meliputi:
a. Latar Belakang Masalah
b. Rumusan Masalah
c. Fokus Penelitian
d. Tujuan Penelitian
e. Metode Penelitian
f. Manfaat Hasil Penelitian
g. Sistematika Penulisan
BAB 11 Memuat pembahasan tentang karier intelektual dan riwayat hidup W.S.Rendra
a. Riwayat Hidup W.S. Rendra danSetting Sosial W.S. Rendra
b. Karya-karya Sastra W.S. Rendra
c. Pemikiran Pendidikan dalam karya W.S. Rendra
BAB III Memuat pembahasan mengenai pendidikan Islam
a. Pengertian Pendidikan Islam
b. Konsep Pendidikan Islam
c. Dasar sasaran dan Tujuan Pendidikan Islam
9 BAB IV M emuat pembahasan tentang pergulatan pendidikan Islam dan karya W.S. Rendra a. Analisis Kaiya Sastra W.S. Rendra dalam Pendidikan Islam
b. Refleksi Karya-karya Sastra W.S. Rendra
BAB V Penutup
a. Kesimpulan
b. Saran
c. Penutup
BAB II KARIER INTELEKTUAL DAN RIWAYAT HIDUP W.S. RENDRA A. Riwayat Hidup dan Setting Sosial W.S. Rendra W.S. Rendra adalah seorang penyair, budayawan, dan juga dramawan. Ia lahir di kampung Jayengan, Solo 7 November 1935. Ia lahir dalam keluarga Katolik dengan nama Willibrodus Surendra Rendra Bawana Rendra. Ayahnya bemama R. Cyprianus Sugeng Brotoadnojo dan ibunya Raden Ayu Catharina Ismadillah. Ayahnya seorang guru bahasa Indonesia dan bahasa Jawa Kuno, sedangkan ibunya peniah menjadi penari Keraton Yogya.1 W.S. Rendra adalah anak kedua dari sembilan bersaudara, namun kakak pertamanya meninggal sewaktu masih kanak-kanak sehingga dia menjadi anak paiing besar.
Di masa kecil dimana negeri ini masih dalam cengkraman penjajah, Rendra memiliki rasa tanggungjawab penuh terhadap adik-adiknya. Walaupun nakal ia temyata dapat menjadi pelindung, bahkan tak jarang menjadi dewa penyelamat bagi keluarganya dimasa sulit saat terjadinya "clash” dengan
Beianda. Di tengah-tengah suasana perang, Rendra berusaha mendapatkan beras yang sangat sulit didapatkan.
Mungkin karena terobsesi cerita kepahlawanan, semasa kecil Rendra bila ditanya bercita-cita menjadi Jenderal. la tak jarang kena marali karena sering berkelahi. Bahkan sering kena hajar bapaknya yang terkenal keras
'Rendra. Tentang Bermain Drama. Pustaka Java, Jakarta, 1982, Halaman Sampui dalani mendidik anaknya. Rendra lebili dekat dengan ibunya, yang kelak dikeinudian hari memberi inspirasi terhadap karya-karyanya. Selanjutnya cita- cita menjadi Jenderal pupus manakala nilai Matematika tak pemah tnemuaskan. Ia lebih pandai soal ilmu Humaniora. Rendra menamatkan SD taliun 1942, SMP tahun 1948 dan SMA tahun 1952 di Solo, Jawa Tengah. Dia mengaku beruntung bisa bersekolah di lingkungan Katolik karena di sekolah itu metode pelajaran tidak diberikan hanya dengan cara menghafal. Setiap siswa ditekankan untuk belajar menganalisa dan menghargai fakta-fakta sebelum menarik kesimpulan. Keberanian berdebat ditumbuhkan. Murid diajarkan untuk tidak menelan mentah-mentah apa yang diajarkan guru. Salah satu gum bahasa Indonesia di sekolahnya adalah Brotoatmojo, ayah Rendra.2
Kesukaan Rendra pada dunia kesusastraan telah nampak sejak dia duduk di bangku SMP (1948-1951). Bahkan di usianya yang relative masih muda, dia telah banyak berkenalan dengan karya sastra Romawi. Dia juga tak segan-segan membuka kamus untuk setiap kata yang tidak ia mengerti Kebetulan suasana di asrama Kepastoran sangat mendukungnya. Waktu sore liari dia kehabisan untuk membaca buku di perpustakaan yang ada di
Kepastoran. Setiap habis satu buku keiuudian gurunya akan menanvainya dan mengajak berdiskusi tentang isi buku yang dia baca.
Temyata keunggulannya di bidang kesusatraan itu menjadi berkah tersendiri bagi dia. Hal ini terbukti saat Rendra duduk di bangku kelas dua SMA, dia diminta stasiun RRI Solo meresensi buku dari mancanegera. Acara
12
itu bertajuk. Buku, Ilmu dan Seni. Semua acara siaran tersebut disusun dan dibawakan sendiri. Beberapa buku karya penulis besar seperti Ernest Hemingway, Anton Chekov, Sarayon, Steinbeck, Don Passos, pemah dia bahas dalam acara itu. Dia mengaku sangat berhutang budi pada temannya yang bemama A. Winarto karena pada waktu menjadi penyiar itu Rendra banyak mendapat kritik dari dia. Dikatakan pula bila Winarto sangat mempengaruhi terutama dalam soal filsafat. "Tukang Kritik saya yang sangat baik setiap kali siaran ya, Winarto itu orangnya", kata nya. Selain berteman akrab, temyata setiap kali ada masalah yang berhubungan dengan keilmuan, apalagi yang menyangkut masalah filsafat, mereka berdua juga suka mendiskusikannya.
Kelas II SMP Rendra telah menulis puisi dengan baik. Pujianpun berdatangan, terutama dari guru Bahasa Indonesia. Rendra bukan hanya pandai menulis puisi, namun juga menggugah motivasi untuk menulis syair," katanya. Selain puisi, Rendra juga menulis naskah drama dan artikel seni.
Bahkan saat kelas II SMP itu juga, ia mementaskan naskah drama karangannya yang berjudul Sepatu PalsuL Produktivitas Rendra mulai meningkat saat SMA. Sebagian karya monumental Rendra lahir saat itu, diantaranya Balada Orang-Orang Tercinta, yang ia terbitkan setelah menjadi mahasiswa. Tahun 1954 naskah karangannya yang berjudul Orang-Orang di Tikungan Jalan memenangkan hadiah pertama sayembara drama Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Tahun 1955-1956 Rendra menerima hadiah Sastra Nasional dari Badan Musyawarah
K ebudayaan Nasional, berkata puisinya yang tergabung dalain Empat Kumpulan Sajak. Dia juga menulis naskah radio. Salah satu judulnya Dutaran
Lcmbah Neraka. Tahun 1956 itu pula cerita pendeknya yang beijudul la
Punya Leher Yang Panjang mendapat penghargaan tahunan dari majalali
Kisah. la menjadi anggota himpunan sastrawan muda di Solo. Di sana dia
sering bertemu dan berdebat dengan seniman-seniman senoir seperti, Sitor Sitomurang dan lwan Simatupang." Waktu itu say a masih memakai celana pendek, tetapi sudah biasa debat dengan tokoh sastra zaman itu," kenangnya.
Meski telah menulis sejak di SMP, namun karyannya baru diterbitkan setelah ia duduk di bangku SMA. "Semua itu berkat bantuan sahabat se kelas, DS. Mulyanto. Dialah yang rajin mengumpulkan karya saya dan kadang mengirimkan ke majalah Siasat," katanya.
Tahun 1955, Rendra kuliah di Jurusan Sastra Inggris UGM. Ia pun mulai inengenal karya-karya Goldsmith, Wilde Sheridan Congreve, Shakespeare, TS Elliot, dan lain-lain. Tetapi karena menganggap sistem kuliah di fakultasnya tak menarik dan membuat orang bosan, setelah ujian sarjana muda ia mengucapkan selamat tinggal pada fakultasnya. Ijazah tak pemah dia pedulikan yang membuat dia kecewa, dia mengaku, lianya disuruh menghafal." Padahal saya sudah ditatih menganalisis," kenangnya.
Di Yogyakarta itulah masa-masa produktifitas kepengarangannya sangat mengagumkan. Karya-karya besar Rendra lahir dan mengalir seolah tak pemah kering. Beberapa diantaranya Empat Kumpulan Sajak (1961), Blues
Untuk Bonnie (sebagian karya ini ditulis di Amerika) 1970, Sajak Sepatu Tua
13
14 (1972) dan b eberapa lainnya. Pada saat itu juga dia mulai serius bermain drama. Oleh teman-temannya seperti Bagong Kusudiarjo dan Umar Khayam die diajak teijur. di dunia teater. Kata mereka Rendra punya talenta kuat untuk bermain drama." Padahal di dunia drama itu mula-mulanya hanya iseng," katanya.
Tahun 1960 Rendra benar-benar keranjingan main drama. Apalagi pada tahun tersebut banyak majalah dan surat kabar yang dibredel, sehingga membuat ruang untuk mengekspresikan diri bagi Rendra nyaris tak ada lagi. Satu-satunya lowongan lewat pementasan, karena waktu itu sensor lokal untuk pementasan masih kendor.
Bersama Arifin C. Noer, Parto Tegal, Muchtar Hadi, Louis Wengge, Deddy Sutomo, dia mendirikan Study Group Drama Y ogya. Mereka banyak mementaskan naskah drama terjemalian seperti karya Anthon Chekov, Bernard Show, Sopocles, dan Engene Ionesco. Awalnya pementasan mereka tak menarik orang banyak, sehingga untuk sekedar memberi honor pemain yang lain, tak jarang mereka menjual barang apa saja yang dimiliki.
"Begitulah awal kami mulai serius dalam kegiatan drama. Sampai-sampai untuk keperluan makan saat latihan kadang kami harus menjual pakaian,” papar dia sambil tertawa. Hal ini agaknya sempat membuat sebal Sonarti, istrinya yang dia nikahi tahun 1959.
Pada tahun 1964 Rendra mendapat undangan mengikuti seminar sastra di negeri Paman Sam. Dua bulan di Harvard University dan dua bulan selanjutnya keliling Amerika Serikat. Ia pun mendapat beasiswa untuk belajar drama di Am erican Academy of Dramatical Arts selama tiga setengah tahun. Akademi ini pemah melahirkan aktor-aktor berbakat seperti Creece Kelly, Cecil B de Mille, Kirk Douglas, dan sebagainya. Di sana ia belajar menjadi seorang dramawan yang profesional. la juga kuliah Sosiologi di New York
Unjversty.
Sepulang dari negeri Paman Sam tahun 1967 Rendra banyak didatangi teman-temannya seperti Bakdi Soemanto, Moortri Purnomo, Azwar AN." Mereka ingin menimba ilmu seni drama yang baik. Padahal saya sudah janji sajna Jeng Narti, tidak ke teater lagi sepulang <jari belajar di Amerika.” katanya. Tetapi kenyataannya lain, ketika beoerapa teman itu datang, Rendra kembali tergoda. Untung Soenarti tidak keberatan, malahan ikut didalamnya.
Berawal hanya dengan lima orang, akhimya anggotanya terns bertambah. Beberapa yang kini terkenal seperti Putu Wijaya, Titi Broto, Chaerul Umam, Pono dan banyak lagi ikut bergabung. Mereka terus mengadakan workshop.
Dari sinilah kemudian muncul nama Bengkel Teater. Gaya latihan Bengkel Teater ini dianggap tak lazim bagi kalangan teater saat itu, karena didalam latihan mereka selalu berteriak-teriak di alam bebas, bahkan latihan di tengah derasnya hujan dan berkubang dalam lumpur.
Bengkel Teater baru dikenal masyarakat luas sejak kemunculan yang pertama di Jakarta secara tidak sengaja pada taliun 1968. Ketika itu mereka diminta menghibur tamu-tamu kebudayaan dari Singapura di Balai Kebudayaan. Kemuculan mereka di hadapan tamu-tamu budaya itu dianggap suatu pementasan teater yang tidak biasa dan lain dari yang lain, sehingga
16 dapat memikat penontonnya. Drama yang dimunculkan itu lebih memunculkan gerak dan improvisasi dan hemat kata. Bengkel Teater mulai disebut-sebut salah satu bentuk teater baru Indonesia. Oleh Gunawan Muhammad dinamai Teater Mini Kata.
Sejak pementasan itu semakin banyak yang melamar menjadi anggota Bengkel Teater. Rumah tinggalnya di Ketanggungan Wetan Yogyakarta dijadikan markas sekaligus Padepokan. Diantara anggotanya Sitoresmi dan Ken Zuraeda. Dua orang inilah kemudian dinikahi Rendra menjadi istri kedua dan ketiga. Sitoresmi dinikahi tahun 1970 dan Ken Zuraeda tahun 1976.
Ketiga istri Rendra tetap hidup rukun dalam satu rumah, semasih di Y'ogya. Tetapi kemudian kedua istrinya, Sunarti dan Sitoresmu minta cerai. Kini tinggal Ken Zuraeda yang setia mendampinginya.'
Usia Rendra kini sudah tidak muda lagi. Namun ketuaan tidak menjadikan semangat dramawan itu mengendur, malah bisa dibilang dia tambah enegik kendati untuk berkarya sudah tak segencar dulu." Saya sekarang ini, ingin lebih dekat dengan kaum marginal. Makanya kendati sekarang saya sudah setua ini masih saja melakukan perjalanan ke daerah- daerah. Itu karena saya ingin bisa dekat dan memahami mereka yang terpinggirkan," katanya.
Dalam seminggu dia mengaku ada saja perjalanan ke daerah entah untuk diskusi seni, dialog, pembacaan puisi, atau hanya sekedar menghadiri pameran lukisan," Ajang seperti itu selain untuk silaturahmi juga merupakan 3
3Cempaka Minggu Ini , log cit, him. 18.
17 sarana efektif untuk kita saling mengutarakan gagasan dan sebagainya, sehingga diantara kita selain ada komunikasi," tainbah dia yang pemah membintangi film AL Kautsar.
Dalam setiap kesempatan berbicara pada publik, suaranya inasih saja keras dan lantang. Apalagi jika berbicara soal perubahan yang terjadi dewasa ini," saya sangat prihatin meliliat keadaan sekarang. Bukannnya lebih baik dari keadaan sebelumnya,” katanya. Era refonnasi di mata Rendra hanya bagi-bagi pekerjaan kepada orang-orang yang sebelumnya pengangguran," Setelali semuanya serba di bebaskan, justru yang terjadi adalah pengerdilan.
Kebebasan tanpa makna apa-apa. Kebebasan yang hanya melahirkan brutalitas dan kesewenang-wenangan serta keserakahan semata. Ini sangat memprihatinkan," Rendra sampai saat ini belum bisa melihat secara jelas kemana arah negeri ini akan berlabuh. Oleh sebab itu Rendra masih merasa perlu untuk terus menyingsingkan lengan baju dan melakukan sebagaimana dulu pemah dia lakukan. Rendra tak betah bermanis-manis tinggal di rumah" Saya hams kembali turun ke jalan-jalan, berbaur dengan masyarakat," Jika ingin terjadi datanganya perubahan di negeri ini seniman hams turut tampil di 'oarisan depan guna mendobrak keinapanan, kebusukan dan kekotoran yang terjadi di mana-mana kendati hanya melalui sebuah karya" tambah Si Burung Merak. Rendra kini bennukim di Pendopo Seni Rendra, Cipayung, Depok
Jakarta bersama keluarga dan kelompoknya.4 4lbid.
18 B. Karya-Karya W.S. Rendra R endra memiliki banyak sekali kaiya sastra. Ia mulai menulis sajak, mengarang dan mementaskan drama untuk kegiatan di sekolalrnya sejak di bangku SMP kelas dua. Ia sangat terkenal sebagai pembaca puisi. Di SMA ia menerbitkan majalah drama sejumlah 500 eksemplar. Sajaknya yang pertama dikirimkannya ke majalah Siasat tahun 1952. kemudian sajak-sajaknya diminati di berbagai majalah, seperti; Siasat, Kisah, Seni, Basis, konfrontasi, dan Siasat Barn (tahun 50-an), Budaya, Indonesia, Mimbar Indonesia, Quadrant, Selekta, dan Horison (tahun 60 -an) serta Pelopor (tahun 70-an).
Antologi puisi Rendra telah diterbitkan dalam terjemahan bahasa lnggris, Belanda, Jerman, Jepang, Urdu, Sanskrit, Rusia, dan Malaysia.
Rendra juga menulis cerpen. Cerita pendeknya, la Punya Leher Yang
Panjang,
dimuat dalam majalah Kisah pada tahun 1956, dan untuk itu la mendapat hadiah dari majalah ini. la menerbitkan cerita pendeknya dalam sebuah Antologi berjudul la Sndah Bertulang.
Rendra juga menulis beberapa drama serta menyutradarai karyanya sendiri dan karya orang lain dalam rangkaian kegiatan Tunas Muda di Jawa Tengah. Karya dramanya yang pertama berjudul Kaki Palsu. Drama itu dipertunjukkan untuk kegiatan di sekolalrnya ketika duduk di SMA, ia juga menulis drama berjudul Orang-Orang di Tikungan Jalan. Untuk drama ini Rendra mendapat hadiah pertama dari Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Yogyakarta.
19 Menurut A. Teeuw, didalam bukunya Saslra Indonesia Modern II (1989), dalam kesusastraan modem Indonesia, Rendra tidak temiasuk dalam salah satu angkatan atau kelompok, seperti angkatan 45, 60-an, atau angkatar.
70-an. Dalam karya-karyanya iamemiliki kepribadian dan kebebasan sendin.
Profesor HaiTy Aveling, seorang pakar dari Australia yang besar perhatiannya kesusastraan Indonesia, menerjemahkan beberapa bagian sajak Rendra dalam tulisannya yang berjudul A Thematic History o f Indonesian
Poetry: 1990 to 1974. Karya Rendra juga dibicarakan oleh seorang pakar
sastra dari Jerman. Profesor Rainer Carle dalam bentuk disertasi yang berjudul
Rendras
(1967-1972,); Em Beilraq Zur Kenntnis der Zelgenossichen Literatur (Verlaq Von Dietrich Reimer in Berlin): Hamburg, 1977.
Beberapa pakar sastra dari Indonesia juga membicarakan karya Rendra. Salah satunya H.B Yasin, membicarakannya dalam bukunya yang berjudul Kesusastraan Indonesia Modem dalam Kritik dan Esai.
Drama-drama Rendra dapat dibagi ke dalam dua kelompok yaitu kelompok drama asli dan kelompok terjemahan. Salah satu kaiya aslinya, Bib- Bob. Drama itu pertama dipentaskan di Indonesia pada tahun 1968 dan kemudian pada tahun 1988 dipentaskan di New York, Tokyo dan Hirosima.
Talnin 1988 drama dipentaskan lagi di Taman Ismail Marzuki (Jakarta), Medan, Pontianak, dan Yogyakarta. Drama terjemahan Rendra yang terkenal adalah Oedipus Sang Raja dan Qasidah Berzanji.
Kaiya-karya Rendra yang sudah terbit atau dipentaskan adalah Balada
Orang-Orang Tercinla (1957), Empat Kumpulan Sajak (1961), Bines Untnk
20 Bonnie (1971), Sajak-Sajak Sepatu lu a (1972), Nyanyian Orang Urakan (1985), Polret Pembangunan dalam Puisi (1983), Disebabkan Oleh Angin (1993), dan Orang-Orang Rangksabitung (1993) (kumpulan Puisi) Orang-
Orang dh Tikungan Jalan
(1954), Selamatkan Anak Cucu Sulaiman (1967),
Mastadon dan Burvng Kondor (1972), Kisah Perjuangan Suku Naga (1975),
Sekda (1977), dan Penembahan Peso (1986) (Drama) : la Sudah Beriulang
(1963), (kumpulan Cerita Pendek); Serta Memperlimbangkan Tradisi (1983) (kumpulan Esai).
Sajaknya yang berjudul Mencari Bapak, pemah dibacakannya pada acara peringatan hari ulang tahun ke 118 Mahatma Gandhi pada tanggal 2 Oktober 1987, di depan para undangan The Gandhi Memorial International
School Jakarta. Ketika itu penampilannya mendapat perhatian dan sambutann yang hangat dari para undangan. Demikianlah salah satu contohnya ia secara langsung telah berjasa memperkenaikan Sastra Indonesia ke mata dunia international.
Ia juga turut serta dalam acara penutupan Festifal Ampel International 2004 yang berlangsung di halaman Masjid AI Akbar Surabaya Jawa Timur, Selasa 22 Juli 2004. Dalam acara ini, ia menyuguhkan dua puisi balada yang berkisah tentang penderitaan wanita di daerah konflik berjudul Jangan Takul
lbu dan Kegalauan Penyair terhadap sistem demokrasi dan pemerintah
Indonesia. Pada kesempatan tersebut Rendra didampingi pengusaha Setiawan Djodi membacakan puisi berjudul Menang karya Susilo Bambang Yudoyono. 5
21 Tulisan-tulisan lainnya:
I. Seni dan Pasar
1. Firdaus Sudah Tidak Ada
2. Kedudukan Seni
II. Penari Losari dan Dalang Timbul
1. Keanggunan Penari-Penari Losari
2. Alis Mata Ki Dalang Timbul
III. Toraja, Jawa dan New York
1. Bcrkelana di Toraja Menatap Jawa
2. Dua "Long-Running Plays” di Broadway
IV. Jvrnal Penyair
1. Kepribadian
2. Kreatifitas
3. Daya Hidup
4. Kewajaran
5. Kesejatian
6. Keseimbangan
7. Kepekaan
8. Nalar6
6Judul Karya-karya W.S. Rendra tersebut penulis peroleh dari beberapa sumber; Tabloid
Cempaka Minggu Ini, Sampul, Tentang Penulis, dan Kata Pengantar dari buku: Penembahan Reso,
Memberi Makna Pada Hidup Yang Fana, Tentang Bermain Drama, Potret Pembangunan Dalam
22 C. Pemikiran Pendidikan dalam Karya Sastra WS. Rendra.
Dalam setiap karya sastra WS. Rendra memiliki misi yang merupakan isi hati bagi penulisnya. Dalam penyampaian tersebut menawarkan keindahan, kebaikan dan kebenaran, sehingga mampu membelai cita rasa manusia, menggapai akal dan menyentuh kalbu.
Rendra adalah seniman yang orisinil dengan keistimewaan yang klias pada caranya menggarap sumber inspirasi hingga menjelma sebagai cipta seni.
Kepekaan pengamatannya terhadap berbagai adegan manusiawi menjadi pendorong kuat bagi kelahiran sejumlah karyanya, yang umumnya sangat berdaya mengetuk nurani pembacanya.
Berbicara mengenai pemikiran pendidikan, sebenamya hampir setiap karya Rendra selalu menyinggungnya. Memang dalam karya sastra kita harus secepat mungkin membaca dan memetik nilai-nilai. Pemikiran pendidikan sebenamya adalah sebuah rangkuman proses sehingga bisa dipetik nilai-nilai itu. Tidak ada ide atau gagasan untuk sebuah kejahatan. Yakin bahwa visi misi dalam karya sastra adalah tawaran dan ide untuk kebaikan dan menuju pada kebenaran.
Sajak Seonggok Jagung «•
Seonggok jagung di kamar dan seorang pemuda yang kurang sekolahan.
Memandang jagung itu, sang pemuda melihat ladang; ia melihat petani; ia melihat panen; dan suatu hari subuh para wanita dengan gendongan pergi ke pasar ...
Dan ia juga melihat suatu pagi hari di dekat sumur gadis-gadis bercanda sambil menumbuk jagung menjadi maisena.
Sedang didalam dapur tungku-tungku menyala.
Di dalam udara mumi tercium bau kuwe jagung.
Seonggok jagung di kamar dan seorang pemuda. la siap menggarap jagung.
Ia melihat kemungkinan otak dan tangan siap bekeija. Tetapi ini: Seonggok jagung di kamar dan seorang pemuda tamat SLA Tak ada uang, tak bisa menjadi mahasiswa. Hanya ada seonggok jagung di kamamya. la memandang jagung itu. dan ia melihat dirinya terlunta-lunta.
Ia melihat dirinya ditendang dari diskotik. la melihat sepasang sepatu kenes dibalik etalase. la melihat saingannya naik sepeda motor. Ia melihat nomor-nomor lotere Ia melihat dirinya sendiri miskin dan gagal.
Seonggok jagung di kamar tidak menyangkut pada akal, tidak akan menolongnya. Seonggok jagung di kamar tak akan menolong seorang pemuda yang pandangan hidupnya berasal dari buku, dan tidak dari kehidupan.
Yang tidak terlatih dalam metode, dan hanya penuh hafalan kesimpulan.
Yang hanya terlatih sebagai pemakai,
25 tetapi kurang latihan bebas berkarya.
Pendidikan telah memisahkannya dari kehidupan. Aku bertanya: Apakah gunanya pendidikan bila banya akan membuat seseorang menjadi asing di tengah kenyataan persoalannya? Apakah gunanya pendidikan bila hanya mendorong seseorang menjadi layang-layang di ibukota kikuk pulang ke daerahnya? Apakah gunanya seseorang belajar filsafat, sastra, teknologi, ilmu kedokteran, atau apa saja, bila pada akhimya, ketika ia pulang ke daerahnya, lalu berkata:
" Di sini aku merasa asing dan sepi!" Dalam syair di atas, Rendra menggambarkan dua orang pemuda.
Pemuda pertama adalah pemuda berpendidikan, terpelajar, cerdas, serta kreatif: ia peka terhadap lingkungannya, karena ia mampu memberi makna kepadanya, sekalipun ia pemuda "kurang sekolahan". Pemuda kedua adalah lulusan SLTA, boleh juga mempunyai daftar angka rapor yang baik, punya 7
Potret Pembangunan dalam Puisi,
26 ijazah bukan aspal, namun ia sukar dikaiakan teipelajar, padanya tidak nampak adanya kecerdasan dan kreatifitas; dalam menghadapi lingkungan hidupnya pemuda ini pasif terssret, fcahkan terbius keadaan; padanya tidak lampak timbul daya fantasi atau imajinasinya. Mungkin sekali ia cukup tekun sewaktu belajar, akan tetapi ketekunannya bukan terdorong oleh keinginan mengetahui, melainkan bisa saja karena ia ingin mendapatkan pujian bapak/ibu guru atau orang tua melalui angka dan raport baik; bahkan yang mendorongnya mungkin adalah rasa takut belaka. Jadi pemuda ini sebenamya belum memahami arti mandiri, ciri seseorang yang telah dewasa dan berkepribadian.
Gambaran dua jenis manusia muda di atas tidak terbatas kepada lulusan SLTA saja. Ia boleh juga berperilaku bagi kelompok manusia yang mengenyam pendidikan yang lebih tinggi seperti mahasiswa atau yang sudah menyandang gelar sarjana.
Puisi di atas juga ada kesinambungan dengan pepatah Yunani: "Non
Scholae sed viiae discimus" yang artinya "tidak untuk sekolah kita belajar, tapi
untuk hidup",8 Maksudnya bahwa belajar merupakan hal-hal untuk latihan metode. Dengan bisa membaca kita bisa tahu segala hal, dengan menulis kita bisa mengungkapkan ide-ide.
Pada saat kuliah di UGM jurusan Sastra lnggris, dia tidak pemah memperdulikan nilai kendali dia juga sempat ujian sarjana muda, ijazah tidak
8Slamet Raharjo, Suara Merdeka,
1 Mei 1986. w'wu .burungmerak.com. •
27 p emah ia pedulikan. Dia merasa kecewa. Dia mengaku hanya disuruh menghafal. "Padalial saya sudah terlatih menganalisis" katanya.9 0
Tema ketidakcukupan, ketidaktentraman, per.yesalan, kekhianatan pendidikan itu senantiasa terulang, dalam berbagai variasi: sangat ditekankan dalam "Sajak Sebatang Lisong" Delapan juta anak-anak tanpa pendidikan, tetapi semua pertanyaan "Membentur Meja Kekuasaan Yang Macet, dan
Papan Tulis-Papan Tulis Para Pendidik". Atau lebih parali lagi "Membentur Jidad Penyair-Penyair Salon, yang bersajak Tentang Anggur dan Rembulan.