10 dari berat semen, kuat tekannya mencapai 18 MPa. Penambahan kuantitas tapioka menyebabkan nilai kuat tekan menurun. Hal ini disebabkan tapioka
membentuk fase baru fase tersendiri, sehingga mengurangi rekatan antara permukaan – permukaan pasir. Hal inilah menyebabkan kuat tekannya menurun.
Reaksi antara tapioka dengan pasir merupakan reaksi interaktif, yang akan semakin kuat jika kadar airnya berkurang. Untuk penggunaan tapioka dari 10 hingga 50
dari berat semen yang digunakan kuat tekannya mulai dari 18 Mpa hingga 10,8 Mpa. Dari grafik sampel C terlihat, penggunaan dregs dan tapioka sekaligus tidak dapat
menaikkan kuat tekan secara signifikan, justru peningkatan persentase kedua bahan ini semakin menurunkan kuat tekannya. Hal ini dapat disebabkan terjadi reaksi yang
lebih kuat antara dregs dengan tapioka itu sendiri, sehingga ikatannya secara keseluruhan terhadap pasir dan semen berkurang.
4.2 Densitas dan Serapan Air
Hasil pengukuran densitas dan penyerapan air menggunakan metoda Archimedes. Pengujian dilakukan setelah sampel berumur 28 hari dari mulai masa pencetakan.
Berdasarkan penelitian terdahulu , pengeringan lebih dari 28 hari tidak memberikan pengaruh yang signifikan.
Grafik untuk 3 macam sampel disajikan seperti gambar berikut.
Untuk sampel A :
DENSITAS DAN SERAPAN AIR
1550 1600
1650 1700
1750 1800
1850 1900
1950
20 40
60 80
100
rasio dregs terhadap pasir de
ns it
a s
k g
m 3
1 2
3 4
5 6
s e
ra pa
n a ir
densitas serapan air
Gambar 4.4 Hubungan antara densitas dan penyerapan air terhadap komposisi dregs
Sampel B
DENSITAS DAN SERAPAN AIR
1650 1700
1750 1800
1850 1900
10 20
30 40
50
rasio tapioka terhadap semen d
e n
s it
a s
k g
m3
1 2
3 4
5 6
7 8
9
se ra
p a
n ai
r
densitas serapan air
Gambar 4.5 Hubungan antara densitas dan penyerapan air terhadap komposisi tapioka
Sampel C
DENSITAS
1200 1300
1400 1500
1600 1700
1800 1900
2000
20 40
60 80
100 12
rasio dregs terhadap pasir de
ns it
a s
k g
m3
tapioka 10 tapioka 20
Gambar 4.6 Densitas dari batako untuk 2 komposisi tapioka terhadap komposisi dregs
SERAPAN AIR
2 4
6 8
10 12
14
20 40
60 80
100 120
komposisi dregs terhadap pasir p
en yer
a p
an ai
r
tapioka 10 tapioka 20
Gambar 4.7 Penyerapan air dari batako untuk 2 komposisi tapioka terhadap komposisi dregs
Dari grafik sampel A, untuk batako normal 0 dregs nilai densitasnya 1910 kgm
3
dan penyerapan airnya 4,22. Untuk variasi komposisi 20 hingga 100 dregs terhadap massa pasir setelah 28 hari, nilai densitasnya adalah 1810 kgm
3
– 1680 kgm
3
serta serapan airnya adalah 4,24 - 5,51. Dari grafik sampel B, untuk variasi komposisi 10 - 50 tepung tapioka terhadap
massa semen setelah 28 hari besar serapan air adalah 4,56 - 8,57 dan densitas 1860 kgm
3
– 1730 kgm
3
. . Dari grafik sampel C, untuk variasi komposisi 20 - 100 dregs terhadap massa
pasir dengan 10 tepung tapioka dari massa semen penyerapan airnya adalah 4,54 - 9,87 dan densitas 1890 kgm
3
– 1650 kgm
3
serta dengan 20 tepung tapioka penyerapan air 5,18 - 11,48 dan densitas 1680 kgm
3
– 1560 kgm
3
. Penyebab turunnya densitas dapat ditimbulkan akibat densitas dari limbah padat
dregs yang digunakan sebagai pengisi lebih rendah dari densitas semen maupun pasir, demikian pula densitas tepung tapioka yang juga kecil 1340 kgm
3
. Sebaliknya tingkat penyerapan airnya semakin bertambah, karena semakin banyak
ruang diantara partikel-partikel penyusunnya. Hal ini disebabkan terjadinya reaksi eksotermal antara CaO dan SiO
2
yang akan menimbulkan panas serta gelembung- gelembung gas yang terbentuk selama proses pencetakan. Pada saat pengerasan
gelembung-gelembung gas ini akan terurai. Hal inilah yang menimbulkan rongga pada material tersebut, sehingga penyerapan airnya meningkat.
4.3 Kuat Pukul