Bio sludges merupakan campuran dari endapan limbah cair. Kandungan utamanya adalah selulosa 46,6 dan bakteri yang mati. Dari hasil pengujian di
laboratorium kandungan yang terdapat pada bio sludge disajikan pada tabel berikut : Tabel 2.4 Karakteristik dari Bio Sludge
No Parameter
Komposisi 1 Al
2
O
3
28,97 2 SiO
2
51,70 3 MgO
9,46 4 CaO
2,04 5 Fe
2
O
3
3,57 6 TiO
2
3,35 7 LOI
0,91
2. 2 Semen
Semen berasal dari kata latin caementum yang berarti perekat. Semen adalah hidraulic binder perekat hidraulik artinya senyawa-senyawa di dalam semen dapat
bereaksi dengan air membentuk zat baru yang dapat mengikat benda-benda padat lainnya membentuk satu kesatuan massa yang kompak, padat dan keras.
Jadi semen adalah suatu bahan pengikat yang mempunyai sifat adhesif dan kohesif yang memungkinkan fragmen-fragmen mineral saling melekat satu
sama lain apabila dicampur dengan air dan selanjutnya mengeras membentuk massa yang padat.
Semen merupakan hasil industri dari paduan bahan baku yaitu batu kapurgamping sebagai bahan utama dan lempung tanah liat atau bahan pengganti
lainnya dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk bubukbulk, tanpa memandang proses pembuatannya, yang mengeras atau membatu pada pencampuran dengan air.
Batu kapurgamping adalah bahan alam yang mengandung senyawa Calcium Oksida CaO, sedangkan lempungtanah liat adalah bahan alam yang mengandung senyawa
Silika Oksida SiO
2
, Alumunium Oksida Al
2
O
3
, Besi Oksida Fe
2
O
3
dan Magnesium Oksida MgO.
Untuk menghasilkan semen, bahan baku tersebut dibakar sampai meleleh, sebagian untuk membentuk clinkernya, yang kemudian dihancurkan dan ditambah dengan gips
gypsum dalam jumlah yang sesuai. Hasil akhir dari proses produksi dikemas dalam kantongzak dengan berat rata-rata 40 kg atau 50 kg.
Semakin baik mutu semen maka semakin lama mengeras atau membatunya jika dicampur dengan air, dengan angka-angka hidrolitas yang dapat dihitung dengan
rumus : SiO
2
+ Al
2
O
3
+ Fe
2
O
3
: CaO + MgO Angka hidrolitas ini berkisar antara 11,5 lemah hingga 12 keras sekali.
Namun demikian dalam industri semen angka hidrolitas ini harus dijaga secara teliti untuk mendapatkan mutu yang baik dan tetap, yaitu antara 11,9 dan 12,15.
2. 3 Tepung Tapioka
Tepung tapioka adalah tepung pati ubi kayu yang dibuat dengan cara mengekstraksi ubi kayu segar singkong dan mengeringkannya hingga menjadi
tepung. Produk ini digunakan untuk pengolahan makanan, pakan, kosmetika, industri kimia dan pengolahan kayu.
Tepung tapioka mempunyai kandungan moisture kelembaban, protein, karbohidrat, lemak, serat, kalsium, thiamin dan lain-lain. Persentase kandungan protein, lemak,
serat, kalsium, thiamin sangat sedikit. Unsur di dalam tapioka yang paling berperan adalah karbohidrat, dimana unsur yang dominan dalam karbohidrat adalah unsur
karbon, hidrogen dan oksigen. Sifat fisika kimia dari tepung tapioka disajikan dalam tabel berikut Haris H. , 2001
Tabel 2.5 Sifat Fisika Kimia Tapioka Kadar air
11.54 Kadar pati
51.36 Kadar amilosa
17,41 Kadar amilopektin
82,13 Bentuk granula
oval Ukuran granula
μ m 5 - 35
Suhu gelatinisasi C
52 - 64 Densitas gcm
3
1,34
Ukuran dam bentuk granula merupakan sifat yang khas, yaitu bentuk granula mempengaruhi sifat gelatinisasi penggumpalan.
Tepung tapioka juga merupakan salah satu jenis pengikat, yaitu termasuk dalam golongan dextrin. Dextrin merupakan salah satu jenis dari golongan karbohidrat yang
memiliki formulasi yang mirip dengan tepung kanji tapioka namun memiliki susunan molekul yang lebih kecil dan lebih kompleks. Dextrin juga termasuk jenis
selulosa karbohidrat rantai panjang. Pati tapioka tidak larut dalam air dingin, tetapi didalam air panas membentuk
gel yang bersifat kental. Pati terdiri dari 2 fraksi yang tidak dapat dipisahkan yaitu fraksi terlarut disebut amilosa dan fraksi tidak terlarut disebut amilopektin.
Kandungan antara amilosa dan amilopektin berperan dalam membentuk produk olahan. Semakin besar kandungan amilopektin atau semakin kecil kandungan amilosa
bahan , maka makin lekat produk olahannya. Amilosa bersifat sangat hidrofilik, karena banyak mengandung gugus hidroksil
dibanding dengan amilopektin. Molekul amilosa cenderung membentuk susunan paralel melalui ikatan hidrogen. Kumpulan amilosa dalam air sulit membentuk gel,
meski konsentrasinya tinggi. Karena itu molekul pati tidak mudah larut dalam air. Berbeda dengan amilopektin yang strukturnya bercabang, pati akan mudah
mengembang dan membentuk koloid dalam air. Amilopektin bersifat higroskopis, dapat meningkatkan penyerapan air, pembentukan gel lebih mudah, karena rantai
lurusnya mudah membentuk jaringan tiga dimensi. Pati akan membentuk gel buram
akibat pengelompokkan molekul-molekul amilosa melalui ikatan hidrogen intermolekul.
2.4 Batako
Pengertian batako adalah salah satu bahan bangunan yang berupa batu-batuan yang pengerasannya tidak dibakar dengan bahan pembentuk yang berupa campuran
pasir, semen, air dan dalam pembuatannya dapat ditambahkan bahan tambah lainnya additive. Kemudian dicetak melalui proses pemadatan sehingga menjadi bentuk
balok-balok dengan ukuran tertentu dan dimana proses pengerasannya tanpa melalui pembakaran yang digunakan sebagai bahan untuk pasangan dinding.
Batako merupakan komponen non struktural yang disusun dari semen , pasir dan air. Menurut Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia 1982 pasal 6,
“Batako adalah bata yang dibuat dengan mencetak dan memelihara dalam kondisi lembab”.
Mutu batako sangat dipengaruhi oleh komposisi dari penyusun-penyusunnya , disamping itu dipengaruhi oleh cara pembuatannya yaitu melalui proses manual
cetak tangan dan pres mesin. Perbedaan dari proses pembuatan ini dapat dilihat dari kepadatan permukaannya.
Batako yag diproduksi dipasaran umumnya memiliki ukuran panjang 36 - 40 cm, lebar 8 – 10 cm, dan tinggi 18 - 20 cm., sehingga untuk membuat dinding seluas
1 m
2
, dibutuhkan batako pres kira-kira sebanyak 15 buah.
Batako terdiri dari 2 jenis , yaitu batako jenis berlubang hallow dan batako yang padat solid . Dari hasil pengetesan terlihat bahwa batako yang jenis solid lebih
padat dan mempunyai kekuatan yang lebih baik. Batako berlubang mempunyai luas penampang lubang dan isi lubang masing-masing tidak melebihi 5 dari seluruh luas
permukaannya.
Gambar 2.1 Batako berlubang
Gambar 2.2 Batako solid Kekuatan dari batako dipengaruhi komposisi penyusunnya yaitu jenis semen dan
pasir yang dipakai , dan perbandingan jumlah semen terhadap agregat dan air. Batako yang baik adalah yang masing-masing permukaannya rata dan saling tegak
lurus serta mempunyai kuat tekan yang tinggi.
Persyaratan batako menurut PUBI-1982 pasal 6 antara lain adalah “permukaan batako harus mulus, berumur minimal satu bulan, pada waktu pemasangan harus
sudah kering, berukuran panjang ± 400 mm, ± lebar 200 mm, dan tebal 100-200 mm, kadar air 25-35 dari berat, dengan kuat tekan antara 2-7 Nmm
2
” Wijanarko W. , 2008
2. 5 Pengetesan Fisik 2.5.1 Kekuatan Tekan Compressive Strength