Penerapan Pengobatan Dzikir dan Do’a

persaudaraan di dalam Islam dengan cara melakukan tali silaturrahmi antara pasien dan Kyai Zarqoni.

A. Penerapan Pengobatan Dzikir dan Do’a

Tokoh yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Kyai Zarqoni yang mana beliau dalam melaksanakan pengobatan dzikir dan do’a ini melakukannya setiap waktu dan secara terus-menerus. Menurut beliau sebagai pedzikir, latar belakang mengapa kegiatan dzikir dan do’a ini dilakukan atau diadakan karena dengan bebekal dzikir manusia akan selalu terarah, karena segala sesuatunya akan kembali kepada Allah. Dzikir dan do’a adalah olah raga rohani, agar jasmani sehat begitu juga rohani. Tubuh manusia butuh makanan, begitu juga dengan jiwa manusia yaitu makanannya berdzikir dan berdo’a. 3 Seorang pasien yang datang kepada beliau Kyai Zarqoni di kediaman Kyai Zarqoni dengan keluhan sakit fisik maupun sakit psikhis dan tidak bisa berobat dengan dokter atau sakit yang tak kunjung sembuh. Kemudian beliau menganjurkan untuk lebih banyak mendekatkan diri kepada Allah swt dengan melakukan shalat, dzikir, do’a, puasa, dan ajaran-ajaran yang ada dalam Islam. Namun penulis lebih mengkhususkan untuk menganalisis penerapan pengobatan dengan dzikir dan do’anya saja. Setelah itu seorang pasien biasanya berguru pada beliau Kyai Zarqoni, akan tetapi untuk berguru dengan beliau tidak semudah berguru dengan guru sekolah dan lain sebagainya. Karena prosesnya dilihat dari niat dan keinginan pasien tersebut, jika seorang pasien ingin berguru dan punya niat yang bersifat 3 Kyai Zarqoni., “Wawancara Pribadi” Tangerang, 25 Maret, 2010 menyimpang, maka semua keinginannya tidak diizinkan. Pada kenyataannya tidak banyak pasien yang sekaligus yang berguru kepada beliau Kyai Zarqoni, karena ini dilihat dari tujuan pasien tersebut untuk melakukan semua ini harus memiliki sifat istiqomah atau tidak memperkaya diri. Beliau Kyai Zarqoni menceritakan salah satu muridnya yang berguru kepadanya Kyai Zarqoni, namun yang terjadi adalah pengkhianatan dan hanya untuk memperkaya diri. Ketika beliau sedang melakukan pengobatan dikamarnya, biasanya beliau mengobati pasien setelah shalat wajib, shalat sunnah dan pada saat beliau Kyai Zarqoni sedang melakukan dzikir dan do’a dengan membacakan dzikir dan do’a secara terus-menerus setiap waktu, didalam kamar tempat beliau mengobati pasiennya. Beliau mempunyai pengalaman dalam kesehatan sejak ia berguru dengan guru besar beliau Mbah KH. Muhiddin dari Cirebon. Yakni pelayanan tanpa pamrih kepada seorang pasien yang sedang sakit. Tidak ada perbuatan manusia yang lebih disukai oleh Allah dibandingkan menolong makhluk–Nya yang sakit dan menderita. Itulah yang diungkapkan Kyai Zarqoni pada saat penulis melakukan penelitian. Jadi, berbicara masalah pengobatan ini, maka harus dilakukan secara utuh dalam diri manusia. Karena manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna. Ketika manusia diberi kebebasan untuk memahami dan menjaga karunia–Nya, maka ia harus selalu bertaqwa dan melakukan perintah– perintahNya. Dalam diri manusia ada dua bentuk yang tidak dapat dipisahkan. Pertama, dunia insan, di mana dunia ini berupa fisik. Kedua adalah psikis dunia ruh yang tidak dapat dilihat oleh panca indera. Manusia diciptakan oleh Allah dalam bentuk yang sempurna dengan adanya fisik yang dapat berfungsi untuk melakukan kegiatan dalam kehidupan sehari–hari dan adanya psikis yang dapat digunakan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah. Masing–masing terdapat pada tubuh dan bekerja sesuai dengan fungsinya, maka manusia harus menjaga tubuh dari datangnya penyakit baik itu fisik maupun psikhis. Cara pengobatan beliau juga adalah dengan menggunakan air zam–zam atau air mineral yang sudah diisi dengan dzikiran dan do’a. Hal ini dipercaya bahwa air adalah dapat membersihkan segala kotoran-kotoran yang ada didalam tubuh manusia yang mengakibatkan penyakit-penyakit itu timbul dan ditambah lagi dengan dimasukannya ayat-ayat suci al-qur’an dzikir dan do’a, selain itu juga akan membersihkan hati manusia yang ada dalam tubuh manusai. Bila berdzikir dan berdo’a dengan jumlah yang banyak, maka akan menghasilkan efek–efek dalam berdzikir dan berdo’a yaitu mengobati semua penyakit. Dzikir dan do’a adalah otaknya ibadah, ketika seorang mukmin dalam keadaan dicoba kecemasan dan kekhawatiran khusus dalam kondisi sakit parah baik fisik maupun psikhis, maka ketika berdzikir dan berdo’a yang diawali dengan niat sanjungan untuk Allah dan diawali dengan pujian untuk Allah, maka yakin akan terkabul, memohon dengan kerendahan hati. Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata: ”Pada suatu ketika aku pernah jatuh sakit, tetapi aku tidak menemukan seorang dokter atau obat penyembuh. Lalu aku berusaha mengobati dan menyembuhkan diriku dengan surat Al–Fatihah, maka aku melihat pengaruh yang sangat menakjubkan. Aku ambil segelas air zam–zam dan membacakan padanya surat al–fatihah berkali– kali, lalu aku meminumnya hingga aku mendapatkan kesembuhan total. Selanjutnya aku bersandar dengan cara tersebut dalam mengobati berbagai penyakit dan aku merasakan manfaat yang sangat besar. Kemudian aku beritahukan kepada orang banyak yang mengeluhkan suatu penyakit dan banyak dari mereka yang sembuh dengan cepat. Pengobatan dengan dzikir dan do’a ini dapat dicapai dengan adanya dua aspek, yaitu dari pihak pasien orang yang sakit dan dari pihak orang yang mengobati. Beliau menerapkan pengobatan dzikir dan do’a ini dengan membacakan ayat–ayat Al–Qur’an khususnya ayat kursi sebanyak 80 juta kali. Dan penerapan ini juga dilakukan dengan jarak dekat dan jarak jauh, tergantung pada permintaan pasiennya.

B. Hambatan–Hambatan yang Dihadapinya serta Penanggulangannya