Adanya evaluasi akan memberikan kesempatan untuk melakukan perbaikan pada proses perencanaan dan penyusunan strategi dalam pencapaian tujuan. Semua dapat
terlaksana dengan baik apabila didukung oleh manajemen yang transparan dan sistematis.
5.1.4. Manfaat dan Dampak Sistem Kemitraan
Menurut Barr 2009, kemitraan yang dibangun oleh institusi pelayanan publik dibidang kesehatan atau public health services harus mampu memberikan dampak dan
manfaat bagi masyarakat. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut ini : a.
Meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan secara emosional Improved health and emotional well being
b. Meningkatkan kualitas hidup Improved quality of life
c. Memberikan kontribusi positif Making a positive contribution
d. Kesejahteraan ekonomi Economic well-being
Pelaksanaan kemitraan yang terintegrasi secara sistematis akan memberikan dampak yang positif ketika sumber daya yang ada mampu dimanfaatkan secara
maksimal. Pimpinan mempunyai peran dalam mengelola dan memanfaatkan segala sumber daya sesuai dengan kondisi dan kebutuhan organisasi sehingga rencana
strategis yang akan disusun dapat dilaksankan. Gambaran intervensi logis dari dampak yang ditimbulkan oleh adanya sistem kemitraan dibidang kesehatan yang
terintegrasi secara sistematis akan terlihat seperti pada bagan berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.1. Dampak Kemitraan di Bidang Kesehatan dan Sosial
Sumber : Treasury and State Services Commission 2007 dalam Barr 2009 Berdasarkan bagan tersebut dapat dipahami bahwa tujuan organisasi akan
tercapai dengan baik apabila dijalankan sesuai dengan proses dan mekanisme yang terintegrasi secara sistematis. Dampak positif kemitraan yang dibangun sangat
tergantung oleh berbagai faktor eksternal yang ada. Faktor ini akan secara langsung memengaruhi dampak jangka pendek, menengah dan dampak jangka panjang yang
akan dicapai oleh suatu institusi publik khususnya dalam upaya meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
Berdasarkan hasil penelitian ini disebutkan bahwa dampak dari kemitraan antara Dinas Kesehatan Aceh Utara dengan PT.EMOI belum memberikan kontribusi secara
positif. Penilaian ini disebabkan karena belum maksimalnya peningkatan kualitas hidup dan derajat kesehatan masyarakat secara menyeluruh serta tidak diikuti pula
dengan peningkatan ekonomi masyarakat. Banyak faktor yang memengaruhi kemitraan seperti yang telah dijelaskan diatas, sehingga dampak yang diharapkan
tidak maksimal dilaksanakan. Pelaksanaan kemitraan tersebut tidak memberikan
Universitas Sumatera Utara
dampak yang positif terhadap kesehatan secara menyeluruh, selain oleh karena faktor eksternal, ada faktor internal lainnya yang belum maksimal diterapkan yaitu tahapan
dalam menjalankan sistem manajemen seperti yang dikemukakan menurut Dent 2006. Ada 3 tiga tahap sistem manajemen kemitraan yang harus dilakukan antara
lain : 1.
Tahap Pertama a.
Penentuan visi dan misi Visi harus dapat dijabarkan dalam bentuk yang lebih aplikatif dan dipahami
sebagai sebuah acuan dalam menentukan arah dan cita-cita organisasi. Penentuan misi dibuat berdasarkan terjemahan dari visi organisasi yang dibuat lebih terinci,
terukur serta disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan organisasi dalam kerangka mengatasi segala permasalahan yang ada dan mencapai tujuan
organisasi secara spesifik. b.
Penentuan strategi Penentuan strategi dilakukan oleh organisasi dalam upaya melaksanakan
misi-misi dalam bentuk program kerja. Penentuan rencana strategis juga didefenisikan sebagai proses memanfaatkan segala sumber daya yang ada dalam
upaya untuk mencapai tujuan organisasi. Penentuan strategi hendaknya perlu melibatkan semua unsur yang ada sehingga segala macam masukan dapat
diakomodir secara baik.
Universitas Sumatera Utara
2. Tahap Kedua
Pada tahap ini organisasi hendaknya mampu menciptakan budaya dan filosofi kemitraan untuk dijadikan pondasi dalam menjalin kemitraan dengan
pihak lain. Pemahaman tentang filosofi dan latar belakang dilaksanakannya kemitraan harus dapat dipahami secara mendalam dan dimaknai secara logis
untuk memudahkan anggota dalam menjalankannya. Prinsip menumbuhkan kebudayaan koordinasi dan komunikasi dua arah dan saling keterbukaan sangat
diperlukan sehingga ketika prinsip ini dapat dipahami dengan baik maka tujuan organisasi dapat dicapai.
3. Tahap Ketiga
a. Membangun kreativitas dalam kemitraan
b. Perubahan kearah yang positif
c. Membangun ketepatan program
Upaya yang dilakukan pada tahap ini lebih mengarah kepada upaya teknis dan membutuhkan ketrampilan dan kemampuan yang handal dari para anggota
yang sudah memiliki pengalaman dan ahli dibidangnya. Implementasi kemitraan yang terintegrasi secara sistematis akan memberikan
dampak terhadap kualitas pelayanan publik. Upaya ini akan berhasil apabila dilakukan dengan mekanisme yang jelas dan sistem manajemen yang tepat. Dampak
yang lebih luas juga akan dirasakan oleh masyarakat sebagai pihak penerima layanan.
Universitas Sumatera Utara
Dampak kemitraan yang dilakukan dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan derajat kesehatan secara umum dapat terlihat
berdasarkan data Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara. Angka Kematian Bayi AKB dari tahun 2011 berjumlah 851000 KH, pada tahun 2012 menjadi
61000 KH dan tahun 2013 meningkat sedikit menjadi 81000 KH. Dari data tersebut secara umum terjadi penurunan dari tahun 2011 ke tahun 2012 walaupun tren nya
meningkat dari tahun 2012 ke tahun 2013 namun tidak terlalu signifikan. Angka Kematian Ibu AKI di Aceh Utara menunjukkan bahwa tahun 2012
adalah 151100.000 KH dan ditahun 2013 menurun menjadi 137100.000 KH dan kondisi ini masih jauh dari target AKI Indonesia pada tahun 2015 yaitu 102100.000
KH walaupun masih ada waktu 2 dua tahun lagi untuk mencapai target tersebut. Berdasarkan data yang diperoleh pada Pusat Kesehatan Paru Masyarakat
PKPM, apabila dilihat dari jumlah kunjungan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yaitu dari 7560 orang tahun 2012 menjadi 9381 orang di tahun 2013
dengan rata-rata kunjungan setiap bulannya berjumlah 782 kunjungan. Hal ini menunjukan bahwa masyarakat sangat antusias dan percaya untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan yang lebih baik di klinik tersebut, namun tidak didukung oleh jumlah tenaga kesehatan yang mencukupi.
Ketersediaan tenaga kesehatan merupakan salah satu penunjang dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat tetapi jumlahnya masih terbatas, seperti
dokter Spesialis Paru hanya ditempatkan 1 satu orang, dokter umum 2 dua orang,
Universitas Sumatera Utara
analis kesehatan dan radiolog masing-masing 2 dua orang. Sarana penunjang lainnya juga tersedia seperti laboratorium klinik dan unit radiologi sehingga antusias
masyarakat yang berkunjung tidak hanya berasal dari Aceh Utara saja tetapi juga ada yang berasal dari Bireuen dan Aceh Timur.
Berdasarkan fenomena dan proses yang telah diuraikan diatas dapat diasumsikan bahwa kepercayaan menjadi modal utama dalam membangun suatu hubungan
kemitraan. Kepercayaan merupakan salah satu dari beberapa komponen yang menentukan keberhasilan suatu hubungan kemitraan. Faktor inilah yang
melatarbelakangi hubungan kemitraan antara Dinas Kesehatan dengan PT.EMOI. Adanya kepercayaan dari masing-masing pihak dan komitmen yang jelas dalam
bentuk dokumen tertulis seperti kebijakan-kebijakan atau Peraturan Daerah Perda atau Qanun akan sangat mendukung terciptanya suatu hubungan kemitraan sesuai
dengan tujuan yang diharapkan.
5.1.5. Model Sistem Manajemen Kemitraan