Pengaruh Corporate Social Performance Terhadap Corporate Financial PerformanceStudi Empiris Pada perusahaanyang terdaftar di National Center forSustainability Reporting 2010-2013

(1)

SKRIPSI

PENGARUH CORPORATE SOCIAL PERFORMANCE TERHADAP CORPORATE FINANCIAL PERFORMANCE DENGAN SIZE

SEBAGAI VARIABEL MODERATING

(Studi Empiris Pada perusahaanyang terdaftar di National Center forSustainability Reporting 2010-2013)

OLEH

FRISKA BR TARIGAN 120521011

PROGRAM STUDI STRATA-1 MANAJEMEN EKSTENSI DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

ABSTRAK

Pengaruh Corporate Social Performance Terhadap Corporate Financial Performance Dengan Size Sebagai Variabel Moderating (Studi

Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di National Center ForSustainabilityReporting 2010-2013)

Penelitan ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris hubungan antara Corporate Social Performance dan Corporate Financial Performance dengan menggunakan ukuran perusahaan (Size) sebagai variabel moderasi. Corporate Social Performance (CSP) diukur menggunakan 91 indikator dari Global Reporting Initiative (GRI). Corporate Financial Performance (CFP) diwakili dengan ROA dan ROE. Untuk Company Size diukur dengan menggunakan logaritma dari total assets. Metode penentuan sampel yang digunakan dengan menggunakan beberapa karakteristik sehingga diperoleh sampel sebanyak 10 Perusahaan yang terdaftar di National Center forSustainability Reporting dan juga di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2013. Metode yang digunakan dalam pengujian model penelitian ini ada 2 yaitu ordinary least square regression dan uji nilai selisih mutlak. Pengaruh CSP terhadap Corporate Financial Performance (doproksikan dengan ROA dan ROE), diuji dalam 4 tahap. Pengujian pertama menguji pengaruh Corporate Social Performance terhadap ROA tanpa variabel moderasi, kedua menguji pengaruh CSP terhadap ROE tanpa variabel moderasi, ketiga menguji pengaruh Corporate Social Performance terhadap ROA dengan variabel moderasi dan keempat menguji pengaruh Corporate Social Performance terhadap ROE dengan variabel moderasi. Hasil pengujian regresi linear menunjukkan bahwa Corporate Social Performance berpengaruh positif dan signifikan terhadap Corporate Financial Performance yang diproksi dengan ROA dan ROE. Untuk variabel moderasi, peneliti tidak menemukan pengaruh hubungan antara Corporate Social Performance terhadap ROA sedangkan Size positif namun tidak signifikan terhadap hubungan antara Corporate Social Performance terhadap ROE

Kata Kunci: Corporate Social Performance, Return on Asset, Return on Equity, dan Size


(3)

ABSTRACT

Influence of Corporate Social Performance Against Corporate Financial Performance With Variable Size As Moderating (Study

In the empirical Company Listed on the National Center For SustainabilityReporting 2010-2013)

The objective of this study is to get empirical evidence relationship of Corporate Social Performance and Corporate Financial Performance using Company Size (Size) as moderating variable. Corporate Social Performance (CSP) is measured using 91 indicators of the Global Reporting Initiative (GRI). Corporate Financial Performance (CFP) proxied with ROA and ROE. For Company Size is measured by logarithm of total assets. The sampling method is used by using some of the characteristics of the so obtained sample of 10 company listed on the National Center for Sustainability Reporting and also in Indonesia Stock Exchange 2010-2013. The method used in this research model testing there are 2 that ordinary least squares regression and test the absolute value of the difference. CSP influence on Corporate Financial Performance (doproksikan with ROA and ROE), was tested in 4 stages. The first test examines the effect of Corporate Social Performance variables on ROA without moderation, both to test the effect on ROE CSP without moderating variable, the third test the influence of Corporate Social Performance with moderating variables on ROA and fourth Corporate Social Performance test the effect on ROE with moderating variable. Linear regression test results indicate that the Corporate Social Performance positive and significant impact on the Corporate Financial Performance is proxied by the ROA and ROE. For moderating variables, the researchers found no effect relationship between Corporate Social Performance against ROA while Size is positive but not significant to the relationship between Corporate Social Performance on ROE

Keywords: Corporate Social Performance, Return on Assets, Return on Equity, and Size


(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Departemen Manajemen pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Penulis ingin menucapkan terima kasih terutama kepada orangtua tercinta yaitu Ayahanda S.A Tarigan dan Ibunda B.D Sembiring yang senantiasa mendoakan dan mendukung, mencukupi segala kebutuhan dana dan material, nasehat-nasehat yang berharga, serta kasih sayang yang selalu menyertai perjalanan hidup penulis. Skripsi ini berjudul “Pengaruh Corporate Social Performance Terhadap Corporate Financial PerformanceStudi Empiris Pada perusahaanyang terdaftar di National Center forSustainability Reporting 2010-2013”. Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi, dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak, CA., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, S.E, ME., selaku Ketua Departemen S1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Marhayanie, M.Si., selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.


(5)

4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, S.E, M.Si., selaku Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

5. IbuDra. Nisrul Irawaty, MBA., selaku Dosen Pembimbing atas ketulusan hati

dan kesabarannya dalam membimbing, mendukung dan mengarahkan penulis. 6. Ibu Dra. Lisa Marlina, M.Si., selaku Dosen Pembanding yang telah memberikan

saran dalam penulisan maupun perbaikan skripsi ini.

7. Seluruh Dosen dan Pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara untuk segala jasa-jasanya selama masa perkuliahan.

8. Kepada saudara penulis Dewi Kartika Tarigan yang penulis cintai dan yang selalu mendoakan dan memberi dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini. 9. Kepada Jimmy Braham Pinem. yang selalu memberikan semangat, motivasi,

dan selalu setia menemani sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 10.Kepada sahabat dan teman-teman penulis: Kak Lasria, Supyanti, Uci, Hesty,

Kak Ai, Kak Mitha, Kak Dahlia Sumah, Julius dan lain-lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan peneliti lainnya.

Medan, Mei 2015 Penulis,


(6)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1Landasan Teori ... 9

2.1.1Teori Stakeholder ... 9

2.1.2 Teori Legatimasi ... 11

2.2 Corporate Social Performance (CSP ... 13

2.3 Corporate Financial Performance (CFP) ... 26

2.3.1 ROA ... 26

2.3.2 ROE ... 27

2.4 Hubungan antara Corporate Social Performance (CSP) dengan Corporate Financial Performance (CFP) ... 29

2.5 Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Sosial dan Kinerja Keuangan (Size) 32 2.5.1 Size 32 2.6 Penelitian Terdahulu ... 34

2.7 Kerangka Konseptual ... 37

2.8 Hipotesis Penelitian ... 39

BAB III METODE PENELITIAN ... 40

3.1 Jenis Penelitian ... 40

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 40 3.3 Batasan Operasional 40 3.4 Defisini Operasional Variabel ... 41

3.4.1 Kinerja Sosial Perusahaan (Corporate Social Performance-CSP) ... 41

3.4.2 Kinerja Keuangan Perusahaan (Corporate Financial Performance-CFP)... 42

3.4.3 Variabel Kontrol (Size Company) ... 42

3.5 Populasi dan Sampel ... 44

3.6 Metode Analisis Data ... 46

3.6.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 46

3.6.2 Uji Asumsi Klasik ... 47


(7)

2. Uji Multikolinearitas ... 47

3. Uji Heteroskedastisitas ... 48

4. Uji Autokorelasi ... 48

3.6.3 Uji Hipotesis ... 49

1. Uji F ... 50

2. Uji t ... 51

3. Koefisien Determinasi ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53

4.1 Profil Perusahaan ... 53

4.2 Hasil Penelitian 61 4.2.1 Analisis Deskriptif 61 4.2.2 Uji Asumsi Klasik 62 4.2.2.1 Uji Asumsi Klasik pada Regresi yang Pertama 62 1. Uji Normalitas 62 2. Uji Multikolinearitas 65 3. Uji Heteroskedastisitas 65 4. Uji Autokorelasi 66 4.2.3 Pengujian Hipotesis 67 1. Uji Hipotesis Secara Serempak (Uji F) pada Regresi yang Pertama 67 2. Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji t) pada Regresi yang Pertama 68 3. Koefisien Determinasi 69 4.2.2.2 Uji Asumsi Klasik pada Regresi yang Kedua 70 1. Uji Normalitas 70 2. Uji Multikolinearitas 72 3. Uji Heteroskedastisitas 73 4. Uji Autokorelasi 74 4.2.4 Pengujian Hipotesis 75 1. Uji Hipotesis Secara Serempak (Uji F) pada Regresi yang Kedua 75

2. Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji t) pada Regresi yang Kedua 75 3. Koefisien Determinasi 76 4.2.2.3 Uji Asumsi Klasik pada Regresi yang Ketiga 77 1. Uji Normalitas 77 2. Uji Multikolinearitas 80 3. Uji Heteroskedastisitas 80 4. Uji Autokorelasi 81 4.2.5 Pengujian Hipotesis 82 1. Uji Hipotesis Secara Serempak (Uji F) pada Regresi yang Ketiga 82 2. Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji t) pada Regresi yang Ketiga 83

3. Koefisien Determinasi 85

4.2.2.4 Uji Asumsi Klasik pada Regresi yang Keempat 86

1. Uji Normalitas 86

2. Uji Multikolinearitas 89

3. Uji Heteroskedastisitas 89

4. Uji Autokorelasi 90


(8)

1. Uji Hipotesis Secara Serempak (Uji F) pada Regresi yang Keempat 91 2. Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji t) pada Regresi yang Keempat 92

3. Koefisien Determinasi 94

4.3 Pembahasan 95

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN ... 97

5.1 Kesimpulan 97

5.2 Saran 98

DAFTAR PUSTAKA ... 99 LAMPIRAN ... 102


(9)

Daftar Tabel

No. Tabel Judul Halaman

1.1 Data CSP, ROA, ROE dan SIZE 5

2.1 91 Indikator Berdasarkan GRI-G4 17

2.2 Penelitian Terdahulu 36

3.1 Oprasional Variabel 43

3.2 Jumlah Sampel Perusahaan Yang Terdaftar

Di National Center ForSustainability Reporting 45

4.1 Statistik Deskriptif 61

4.2 Hasil Uji Kolmogorov Smirnov 63

4.3 Hasil Uji Multikolinearitas 65

4.4 Hasil Uji Autokorelasi 67

4.5 Hasil Hipotesis Secara Serempak (Uji F) 68

4.6 Hasil Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji t) 69

4.7 Hasil Koefisien Determinasi 70

4.8 Hasil Uji Kolmogorov Smirnov 71

4.9 Hasil Uji Multikolinearitas 73

4.10 Hasil Uji Autokorelasi 74

4.11 Hasil Hipotesis Secara Serempak (Uji F) 75

4.12 Hasil Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji t) 76

4.13 Hasil Koefisien Determinasi 70

4.14 Hasil Uji Kolmogorov Smirnov 78

4.15 Hasil Uji Multikolinearitas 80

4.16 Hasil Uji Autokorelasi 82

4.17 Hasil Hipotesis Secara Serempak (Uji F) 82

4.18 Hasil Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji t) 83

4.19 Hasil Koefisien Determinasi 85

4.20 Hasil Uji Kolmogorov Smirnov 87

4.21 Hasil Uji Multikolinearitas 89

4.22 Hasil Uji Autokorelasi 91

4.23 Hasil Hipotesis Secara Serempak (Uji F) 91

4.24 Hasil Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji t) 92


(10)

Daftar Gambar

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual 38

4.1 Grafik Histogram 64

4.2 Normal Plot 64

4.3 Normal Plot 66

4.4 Grafik Histogram 72

4.5 Normal Plot 72

4.6 Normal Plot 73

4.7 Grafik Histogram 79

4.8 Normal Plot 79

4.9 Normal Plot 81

4.10 Grafik Histogram 88

4.11 Normal Plot 88


(11)

Daftar Lampiran

No. Lampiran Judul Halaman Lampiran A Perkembangan Corporate Social Performance

Tahun 2010-2013 102

Lampiran B Perkembangan Return On AssetTahun 2010-2013 102 Lampiran C Perkembangan Return On EquityTahun 2010-2013 103 Lampiran C Perkembangan Size Tahun 2010-2013 103


(12)

ABSTRAK

Pengaruh Corporate Social Performance Terhadap Corporate Financial Performance Dengan Size Sebagai Variabel Moderating (Studi

Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di National Center ForSustainabilityReporting 2010-2013)

Penelitan ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris hubungan antara Corporate Social Performance dan Corporate Financial Performance dengan menggunakan ukuran perusahaan (Size) sebagai variabel moderasi. Corporate Social Performance (CSP) diukur menggunakan 91 indikator dari Global Reporting Initiative (GRI). Corporate Financial Performance (CFP) diwakili dengan ROA dan ROE. Untuk Company Size diukur dengan menggunakan logaritma dari total assets. Metode penentuan sampel yang digunakan dengan menggunakan beberapa karakteristik sehingga diperoleh sampel sebanyak 10 Perusahaan yang terdaftar di National Center forSustainability Reporting dan juga di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2013. Metode yang digunakan dalam pengujian model penelitian ini ada 2 yaitu ordinary least square regression dan uji nilai selisih mutlak. Pengaruh CSP terhadap Corporate Financial Performance (doproksikan dengan ROA dan ROE), diuji dalam 4 tahap. Pengujian pertama menguji pengaruh Corporate Social Performance terhadap ROA tanpa variabel moderasi, kedua menguji pengaruh CSP terhadap ROE tanpa variabel moderasi, ketiga menguji pengaruh Corporate Social Performance terhadap ROA dengan variabel moderasi dan keempat menguji pengaruh Corporate Social Performance terhadap ROE dengan variabel moderasi. Hasil pengujian regresi linear menunjukkan bahwa Corporate Social Performance berpengaruh positif dan signifikan terhadap Corporate Financial Performance yang diproksi dengan ROA dan ROE. Untuk variabel moderasi, peneliti tidak menemukan pengaruh hubungan antara Corporate Social Performance terhadap ROA sedangkan Size positif namun tidak signifikan terhadap hubungan antara Corporate Social Performance terhadap ROE

Kata Kunci: Corporate Social Performance, Return on Asset, Return on Equity, dan Size


(13)

ABSTRACT

Influence of Corporate Social Performance Against Corporate Financial Performance With Variable Size As Moderating (Study

In the empirical Company Listed on the National Center For SustainabilityReporting 2010-2013)

The objective of this study is to get empirical evidence relationship of Corporate Social Performance and Corporate Financial Performance using Company Size (Size) as moderating variable. Corporate Social Performance (CSP) is measured using 91 indicators of the Global Reporting Initiative (GRI). Corporate Financial Performance (CFP) proxied with ROA and ROE. For Company Size is measured by logarithm of total assets. The sampling method is used by using some of the characteristics of the so obtained sample of 10 company listed on the National Center for Sustainability Reporting and also in Indonesia Stock Exchange 2010-2013. The method used in this research model testing there are 2 that ordinary least squares regression and test the absolute value of the difference. CSP influence on Corporate Financial Performance (doproksikan with ROA and ROE), was tested in 4 stages. The first test examines the effect of Corporate Social Performance variables on ROA without moderation, both to test the effect on ROE CSP without moderating variable, the third test the influence of Corporate Social Performance with moderating variables on ROA and fourth Corporate Social Performance test the effect on ROE with moderating variable. Linear regression test results indicate that the Corporate Social Performance positive and significant impact on the Corporate Financial Performance is proxied by the ROA and ROE. For moderating variables, the researchers found no effect relationship between Corporate Social Performance against ROA while Size is positive but not significant to the relationship between Corporate Social Performance on ROE

Keywords: Corporate Social Performance, Return on Assets, Return on Equity, and Size


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini topik kinerja sosial terhadap stakeholders menjadi topik yang sangat menarik dan semakin banyak dibahas di dunia maupun Indonesia, baik di media cetak dan elektronik, seminar atau konferensi. Hal ini berkaitan dengan adanya kesadaran suatu perusahaan atau institusi untuk tidak hanya menghasilkan laba setinggi-tingginya, tetapi juga bagaimana laba tersebut dapat memberikan manfaat kepada masyarakat untuk meningkatkan kehidupan mereka menjadi lebih baik. Perubahan pada tingkat kesadaran masyarakat inilah yang memunculkan kesadararan baru tentang pentingnya melaksanakan apa yang dikenal sebagai Corporate Social Performance(CSP).

Wood mendefenisikan kinerja sosial perusahaan (Corporate Social Performance-CSP) sebagai “sebuah konfigurasi prinsip-prinsip organisasi bisnis dari tanggung jawab sosial, proses tanggapan sosial, dan kebijakan-kebijakan, program, dan hasil yang dapat diamati sebagai hubungan-hubungan tersebut kepada hubungan perusahaan dalam bermasyarakat. (Orlitzky et al,. 2003)

Program tanggung jawab sosial merupakan investasi bagi perusahaan yang berkaitan erat dengan keberlanjutan atau sustainability perusahaaan dan bukan lagi dilihat sebagai sarana biaya melainkan sebagai sarana meraih keuntungan. Terjaminnya keberlanjutan perusahaan apabila perusahaan melakukan pemenuhan tanggung jawabnya tidak hanya terbatas kepada pemegang saham


(15)

(shareholders)tetapi perusahaan juga wajib memperhatikan dimensi sosial dan lingkungan yang menjadi tempat pendukung dari operasi perusahaan tersebut.

Penerapan CSP dipercaya dapat meningkatkan kinerja perusahaan, dimana para investor cenderung menanamkan modal kepada perusahaan yang melakukan kegiatan CSP serta dapat meningkatkan citra perusahaan tersebut di mata masyarakat apabila dapat menunjukkan tanggung jawab dan kepeduliannya terhadap lingkungan eksternal.

Di Indonesia tanggung jawab sosial didukung oleh sejumlah aturan terkait seperti Undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang disahkan DPR tanggal 20 Juli 2007 menandai babak baru pengaturan CSR di negeri ini. Keempat ayat dalam pasal 74 UU tersebut menetapkan kewajiban semua perusahaan di bidang sumber daya alam untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Substansi dalam ketentuan pasal 74 Undang-undang No. 40 tentang Perseroan Terbatas mengandung makna, mewajibkan tanggung jawab sosial dan lingkungan mencakup pemenuhan peraturan perundangan terkait, penyediaan anggaran tanggung jawab sosial dan lingkungan, dan kewajiban melaporkannya.

Pengungkapan terhadap aspek social, ethical, environmental dan sustainability (SEES) sekarang ini menjadi suatu cara bagi perusahaan untuk mengkomunikasikan bentuk akuntabilitasnya kepada para stakeholder. Sustainabilityreporting sebagaimana yang direkomendasikan oleh Global Reporting Initiative (GRI) terfokus pada tiga aspek kinerja yaitu ekonomi (economic), lingkungan (environmental), dan sosial (social). Ketiga aspek ini


(16)

dikenal dengan Triple Bottom Line (Media Akuntansi, 2005). Bentuk pelaporan ini diharapkan mempunyai hubungan yang positif pada Corporate Financial Performance (CFP).

Pengambilan keputusan ekonomi hanya dengan melihat kinerja keuangan suatu perusahaan, saat ini sudah tidak relevan lagi. Eipstein dan Freedman (1994), dalam Anggraini (2006), menemukan bahwa investor individual tertarik terhadap informasi sosial yang dilaporkan dalam laporan tahunan. Untuk itu dibutuhkan suatu sarana yang dapat memberikan informasi mengenai aspek sosial, lingkungan dan keuangan secara sekaligus. Sarana tersebut dikenal dengan nama laporan keberlanjutan (sustainability report).

Sebelum melakukan investasi, investor perlu memastikan apakah modal yang ditanamkan mampu memberikan tingkat pengembalian (rate of return) yang diharapkan atau tidak, yaitu dengan cara mengetahui kinerja perusahaan. Perusahaan yang berkinerja baik akan dapat memberikan tingkat pengembalian yang lebih diharapkan dari pada berinvestasi pada perusahaan yang berkinerja tidak baik. Untuk itu diperlukan suatu penilaian kinerja pada perusahaan yang akan dijadikan sebagai tempat investasi.

Kinerja keuangan perusahaan merupakan faktor penting untuk menilai keseluruhan kinerja perusahaan itu sendiri. Tingkat profitabilitas digunakan sebagai dasar untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan. Indikator daya tarik bisnis dapat diukur dari profitabilitas usaha, yaitu Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), dan Net Profit Margin (NPM) (Hartman, 2011:169).


(17)

Size perusahaan merupakan variabel yang banyak digunakan untuk menjelaskan pengungkapan sosial yang dilakukan perusahaan dalam laporan tahunan yang dibuat. Secara umum perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih banyak daripada perusahaan kecil. Secara teoritis perusahaan besar tidak akan lepas dari tekanan politis, yaitu tekanan untuk melakukan pertanggungjawaban sosial. Pengungkapan sosial yang lebih besar merupakan pengurangan biaya politis bagi perusahaan (Hasibuan, 2001) dalam (Purnasiwi, 2011). Dengan mengungkapkan kepedulian pada lingkungan melalui pelaporan keuangan, maka perusahaan dalam jangka waktu panjang bisa terhindar dari biaya yang sangat besar akibat dari tuntutan masyarakat.

Sebuah studi penting yang dilakukan oleh Profesor Stephen Erfle dan Michael Frantantuono menemukan bahwa perusahaan-perusahaan yang memiliki peringkat tertinggi dalam hal riwayat mereka pada berbagai isu sosial (termaksuk kegiatan amal, program bakti sosial, pemeliharaan lingkungan hidup, pemberdayaan perempuan, dan advokasi kelompok minoritas) juga memiliki kinerja keuangan yang lebih besar. Kinerja keuangan yang lebih baik dalam hal pertumbuhan laba operasi, rasio penjualan terhadap aset, pertumbuhan penjualan, pengembalian atas ekuitas (ROE), pertumbuhan laba terhadap aset, pengembalian atas investasi (ROI), pengembalian atas aset (ROA) dan pertumbuhan aset. (Hartman dan Desjardins, 2008:170)

Di Indonesia organisasi penggiat CSR itu masih dapat dihitung dengan jari, diantaranya adalah IBL (Indonesia Bussiness Link), Corporate Forum for Community Development (CFCD), Indonesian Center for Sustainable


(18)

Development (ICSD), Yayasan Pembangunan Berkelanjutan, dan KEHATI, dan belakangan muncul NCSR yang sejak empat tahun yang lalu memfokuskan kegiatan pada sistem pelaporannya, yakni sustainability Reporting atau Laporan Keberlanjutan, atau disebut juga Laporan CSR dengan merujuk pada standar pelaporan internasional (Akuntansi Indonesia, 2008).

Sehingga penelitian menggunakan perusahaan yang terdaftar di National Center For Sustainability Reporting (NCSR)sebagai sampel dalam penelitian ini. Tahun penelitian yang digunakan adalah tahun 2010, 2011, 2012 dan 2013 dengan mengambil dan menghitung 3 (tiga) data perusahaan dari10 sampel yang digunakan.Adapun datanya sebagai berikut:

Tabel 1.1

Data CSP, ROA, ROE dan SIZE

Tahun CSP Kinerja Keuangan SIZE

ROA ROE

ANEKA TAMBANG

2010 0,90 13,71 17,48 10,09

2011 0,91 12,68 17,90 10,18

2012 0,92 15,19 23,32 10,29

2013 0,53 1,87 3,20 10,34

TAMBANG BATU BARA BUKIT ASAM

2010 0,87 22,92 31,40 10,06

2011 0,91 26,84 37,82 9,94

2012 0,91 22,86 34,21 10,10

2013 0,52 15,88 24,55 10,07

WIJAYA KARYA

2010 0,77 4,95 17,28 9,80

2011 0,92 4,70 17,62 9,92

2012 0,91 4,62 17,95 10,04

2013 0,23 4,96 19,35 10,10

Dari Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa tingkat CSP perusahaan Aneka Tambang mengalami penurunan dari tahun 2010, 2011,2012 dan 2013 begitu juga dengan kinerja keuangan ROA dan ROE yang mengalami penurunan secara


(19)

drastis namun SIZE mengalami kenaikan walaupun tidak terlalu besar. Pada perusahaan Tambang Batu Bara Bukit Asam CSP, ROA, ROE dan Size. Pada perusahaan Wijaya Karya CSP juga mengalami penurunan namun ROA dan ROE mengalami peningkatan diukuti dengan SIZE.

Tanggung jawab sosial perusahaan yang tinggi sangat diperlukan karena dengan mewajibkan perusahaan menyisihkan sebagian keuntungannya untuk usaha sosial kemasyarakatan diharapkan dapat ikut memberdayakan masyarakat secara sosial dan ekonomi. Dengan adanya peraturan ini membuat kinerja jangka panjang perusahaan menjadi tidak hanya kinerja keuangan tetapi juga kinerja sosial dan lingkungan. Dengan adanya tambahan dari dua dimensi tersebut menunjukkan bahwa tanggung jawab perusahaan tidak hanya aspek keuangan tetapi juga aspek sosial dan lingkungan..

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan Judul “Pengaruh Corporate Social Performance Terhadap Corporate Financial PerformanceStudi Empiris Pada perusahaanyang terdaftar di National Center forSustainability Reporting 2010-2013”

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang ada, maka rumusan masalah yang diajukan adalah :

1. Apakah Corporate Social Performance berpengaruh terhadap Corporate Financial Performance yang diproxi dengan ROA ?

2. Apakah Corporate Social Performance berpengaruh terhadap Corporate Financial Performance yang diproxi dengan ROE ?


(20)

3. Apakah Size berpengaruh terhadap hubungan antara Corporate Social Performance dan Corporate Financial Performance yang diproxi dengan ROA ?

4. Apakah Size berpengaruh terhadap hubungan antara Corporate Social Performance dan Corporate Financial Performance yang diproxi dengan ROE ?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah menganalisis dan mendapatkan bukti empiris tentang :

1. Pengaruh Corporate Social Performance terhadap Corporate Financial Performance yang diproxi dengan ROA.

2. Pengaruh Corporate Social Performance terhadap Corporate Financial Performance yang diproxi dengan ROE.

3. Pengaruh Size terhadap hubungan antara Corporate Social Performance dan Corporate Financial Performance yang diproxi dengan ROA.

4. Pengaruh Size terhadap hubungan antara Corporate Social Performance dan Corporate Financial Performance yang diproxi dengan ROE.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Akademis, penelitian ini diharapkan untuk menambah wawasan dan sebagai referensi untuk penelitian terkait social performance selanjutnya. 2. Bagi Perusahaan, dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang

pentingnya tanggung jawab sosial perusahaan yang diungkapkan di dalam laporan yang disebut sustainability report dan dapat memberikan kontribusi


(21)

pemikiran akan pentingnya kewajiban untuk menjaga lingkungan dan dampak sosial yang ditimbulkan oleh perusahaan, sebagai pertimbangan dalam pembuatan kebijaksanaan perusahaan untuk lebih meningkatkan kepedulian para stakeholder.

3. Bagi Investor, penelitian ini diharapkan dapat membantu investor untuk melihat lebih dalam tentang penerapan corporate social performance yang telah di implementasikan oleh manajemen perusahaan.

4. Bagi masyarakat, penelitian ini memberikan stimulus secara proaktif sebagai pengontrol atas perilaku-perilaku perusahaan dan penelitian ini juga diharapkan dapat melihat sampai sejauh mana tanggung jawab sosial perusahaan terhadap stakeholders, sehingga semakin meningkat kesadaran masyarakat atas hak-hak yang harus diperoleh.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Dalam penelitian ini terdapat beberapa teori yang digunakan sebagai landasan yang mendasari penelitian dibidang tanggung jawab sosial perusahaan, yaitu stakeholder theory dan legitimacy theory.

2.1.1 Teori Stakeholder

Freeman (1984:46) dalam Solihin (2010:49), mendefenisikan stakeholder sebagai “setiap kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh pencapaian tujuan perusahaan”. Pada awalnya yang dimaksud dengan stakeholder mencakup para pemengang saham (share owners), para karyawan (employees), para pelanggan (customers), para pemasok (suppliers), para pemberi pinjaman (lenders) dan masyarakat luas (society).

Dill (Freeman dan Reid, 1983) dalam Solihin (2010:49) menekankan pentingnya memperhitungkan peran yang dapat dilakukan stakeholder dalam mempengaruhi keputusan yang dibuat oleh manajer perusahaan. Dalam kaitan ini, Dill menyatakan :

For a long time, we have assumed that the views and the initiative of stakeholders could be dealt with as externalities to the strategic planning and management process: as data to help management shape decisions, or as legal and social constraint to limit them. We have been reluctant, though, to admit the idea that some of these outside stakeholders might seek and earn active roles with management to make decicions. The more today is from stockholder influence towards stakeholder participation.


(23)

Studi kasus di tersebut menceritakan bagaimana masyarakat luas dapat mempengaruhi pencapaian tujuan perusahaan, sehingga keberadaan mereka harus diperhitungkan sebagai pihak yang memiliki stake (kepentingan) terhadap operasional perusahaan.

Perusahaan tidak hanya sekedar bertanggung jawab terhadap para pemilik (Shareholder) sebagaimana terjadi selama ini, namun bergeser menjadi lebih luas yaitu pada ranah sosial kemasyarakatan (Stakeholder), yang selanjutnya disebut dengan tanggung jawab social (Social responsibility). Fenomena seperti ini terjadi, karena adanya tuntutan dari masyarakat akibat negativeexternalities yang timbul serta ketimpangan sosial yang terjadi (Harahap, 2002) dalam Nor Hadi (2011:93). Untuk itu, tanggung jawab perusahaan yang semula hanya di ukur sebatas pada indikator ekonomi (economic focused) dalam laporan keuangan, kini harus bergeser dengan memperhitungkan faktor-faktor sosial (social dimentions) terhadap stakeholder, baik internal maupun external.

Berdasarkan kedudukan stakeholders dalam pengelolaan perusahaan, Jones (1995) dalam Solihin (2010:51) membagi stakeholders ke dalam dua kategori, yaitu :

1. Inside Stakeholders

Inside Stakeholders terdiri dari orang-orang yang memiliki kepentingan dan tuntutan terhadap sumber daya perusahaan serta berada di dalam organisasi perusahaan.

Yang termaksuk ke dalam kategori inside stakeholders adalah pemegang saham (shareholders), para manajer (managers), dan karyawan (work force).


(24)

2. Outside Stakeholders

Outside Stakeholders yaitu orang-orang maupun pihak-pihak (constituencies) yang bukan pemilik perusahaan, pemimpin perusahaan dan bukan pula karyawan perusahaan tetapi memiliki kepentingan terhadap perusahaan dan / atau dipengaruhi oleh keputusan serta tindakan yang dilakukan oleh perusahaan.

Yang termasuk kategori outside stakeholders adalah pelanggan (customers), pemasok (suppliers), pemerintah (government), kreditor (creditors), serikat pekerja (unions), komunitas lokal (local communities), masyarakat umum (general public).

2.1.2 Teori Legitimasi

Legitimasi merupakan keadaan psikologis keberpihakan orang dan kelompok orang yang sangat peka terhadap gejala lingkungan sekitarnya baik fisik maupun non fisik. O’Donovan (2002) dalam Nor Hadi (2011:87) berpendapat legitimasi organisasi dapat dilihat sebagai sesuatu yang diberikan masyarakat kepada perusahaan dan sesuatu yang diinginkan atau dicari perusahaan dari masyarakat. Dengan demikian, legitimasi merupakan manfaat atau sumberdaya potensial bagi perusahaan untuk bertahan hidup (going concern).

Kelangsungan hidup perusahaan juga tergantung dari hubungan perusahaan dengan masyarakat dan lingkungan tempat perusahaan beroperasi. Hal ini sejalan dengan legitimacy theory yang menyatakan bahwa perusahaan memiliki kontrak dengan masyarakat untuk melakukan kegiatannya berdasarkan nilai-nilai justice, dan bagaimana perusahaan menanggapi berbagai kelompok kepentingan untuk melegitimasi tindakan perusahaan. Jika terjadi ketidakselarasan


(25)

antara sistem nilai perusahaan dan sistem nilai masyarakat, maka perusahaan dalam kehilangan legitimasinya, yang selanjutnya akan mengancam kelangsungan hidup perusahaan (Haniffa dan Cooke, 2005).

Sejalan dengan karakternya yang berdekatan dengan ruang dan waktu, legitimasi mengalami pergeseran bersamaan dengan perubahan dan perkembangan lingkungan dan masyarakat di mana perusahaan berada (Dowling 1975) dalam Nor Hadi (2011:87). Perubahan nilai dan norma sosial dalam masyarakat sebagai konsekuensi perkembangan peradaban manusia juga menjadi motivator perubahan legitimasi perusahaan di samping juga dapat menjadi tekanan bagi legitimasi perusahaan (Lindblom,1994) dalam Nor Hadi (2011:88).

Teori legitimasi menyatakan bahwa perusahaan dan komunitas sekitarnya memiliki relasi sosial yang erat karena keduanya terikat dalam suatu “social contract”. Teori kontrak sosial menyatakan bahwa keberadaan perusahaan dalam suatu area karena didukung secara politis dan dijamin oleh regulasi pemerintah serta parlemen yang juga merupakan representasi dari masyarakat. Dengan demikian, ada kontrak sosial secara tidak langsung antara perusahaan dan masyarakat dimana masyarakat memberi cost dan benefits untuk keberlanjutan korporasi (Lako, 2011:6). Kontrak sosial (social contract) dibuat sebagai media untuk mengatur tatanan (pranata) sosial kehidupan masyarakat. Teori legitimasi merupakan sistem pengelolaan perusahaan yang berorientasi pada keberpihakan terhadap masyarakat (society), pemerintah individu dan kelompok masyarakat. Untuk itu, sebagai suatu sistem yang mengedepankan keberpihakan kepada society, operasi perusahaan harus sesuai dengan harapan masyarakat.


(26)

2.2 CorporateSocialPerformance (CSP)

Pada awalnya konsep CSR terdiri atas empat komponen kewajiban perusahaan terhadap masyarakat (Carroll, 1979 dalam Solihin, 2008:102). Keempat komponen tersebut adalah economic responsibilities, legal responsibilities, ethical responsibilities, dan discretionary responsibilities.

Beberapa ahli seperti Ackerman dan Bauer (Carroll, 1979) dikutip dari Solihin (2008:102), mengajukan kritik terhadap konsep CSR. Kritik mereka ditujukan kepada istilah social responsibility dalam konsep CSR, yang seolah-olah hanya menekankan kepada kewajiban perusahaan untuk melakukan sesuatu kepada para pemangku kepentingan. Sebaliknya konsep CSR ini tidak menunjukkan berbagai upaya sosial yang dilakukan perusahaan dan memberi dampak terhadap para pemangku kepentingan yang dapat diukur hasilnya berupa kinerja (performance) bagi perusahaan.

Di sisi lain, terdapat peneliti seperti Hay, Gray, dan Gates (Carroll,1979) dalam Solihin (2008:102), yang secara deskriptif menjabarkan dalam area apa saja perusahaan dianggap memiliki kewajiban terhadap masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari keputusan dan komitmen yang dibuat perusahaan untuk mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki dalam isu-isu tertentu seperti tanggung jawab sosial perusahaan untuk mengatasi masalah polusi, kemiskinan, diskriminasi rasial, serta berbagai area masalah sosial lainnya.

Kebutuhan untuk mencari model CSR yang dapat mengukur dampak pelaksanaan CSR oleh perusahaan terhadap masyarakat serta sejauh mana pelaksanaan CSR sebagai suatu investasi sosial memberikan kontribusi bagi


(27)

peningkatan kinerja keuangan perusahaan itulah yang mendorong lahirnya konsep Corporate Social Performance sebagai penyempurnaan atas konsep CSR sebelumnya (Solihin, 2008:101).

Citra atau reputasi perusahaan sendiri merupakan salah satu aset yang sangat berharga. Corporate Social Performance merupakan hal yang cukup penting bagi citra (reputation) perusahaan, terutama untuk jangka panjang perusahaan yang dapat memberi kontribusi cukup berarti dalam pengembangan berkelanjutan bagi perusahaan. Dengan demikian Corporate Social Performance dapat menjadi salah satu ukuran bagi citra atau reputasi perusahaan. (Yunan, 2005 dalam Maulana, 2008).

Wood mendefenisikan kinerja sosial perusahaan (Corporate Social Performance-CSP) sebagai “sebuah konfigurasi prinsip-prinsip organisasi bisnis dari tanggung jawab sosial, proses tanggapan sosial, dan kebijakan-kebijakan, program, dan hasil yang dapat diamati sebagai hubungan-hubungan tersebut kepada hubungan perusahaan dalam bermasyarakat. (Orlitzky et al,. 2003)

Sedangkan menurut Karimi dalam Septiadini (2010) kinerja sosial perusahaan adalah penilaian kinerja sebuah perusahaan dilihat dari peran sosial CSR yang dimainkannya di tengah masyarakat. Semakin sebuah perusahaan mengimplementasikan CSR dengan baik, maka kinerja sosial perusahaan tersebut akan semakin terangkat. Hasil yang diharapkan, tentu kembali kepada perusahaan dalam bentuk dukungan publik dan penguatan faktor sosial terhadap pengelolaan dan pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) dari masyarakat terhadap perusahaan yang bersangkutan.


(28)

Berdasarkan pembahasan teori tersebut, keberadaan perusahaan tidak terlepas dari kepentingan berbagai pihak. Investor berkepentingan terhadap sumber daya yang diinvestasikan di perusahaan. Kreditor berkepentingan terhadap pengembalian pokok dan bunga pinjaman. Pemerintah berkepentingan terhadap kepatuhan perusahaan terhadap peraturan yang berlaku agar kepentingan masyarakat secara umum tidak terganggu. Namun yang tak kalah pentingnya adalah pihak-pihak yang selama ini kurang mendapat perhatian, yaitu karyawan, pemasok, pelanggan, dan masyarakat di sekitar perusahaan. Karyawan perlu mendapatkan penghasilan dan jaminan sosial yang layak. Bila memungkinkan, karyawan memerlukan pendidikan dan pelatihan teknis untuk meningkatkan keahlian sehingga dapat meningkatkan karier di perusahaan. Pemasok berkepentingan terhadap pelunasan utang dagang. Pelanggan berkepentingan terhadap kualitas produk perusahaan. Terakhir, masyarakat yang tinggal di sekitar perusahaan berkepentingan terhadap dampak sosial dan lingkungan yang berasal dari aktivitas perusahaan.

Berdasarkan contoh dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan operasi perusahaan, maka tanggung jawab perusahaan tidak terbatas pada investor, yaitu memberikan pengembalian yang maksimal kepada investor. Kepentingan publik dan lingkungan juga perlu mendapat perhatian perusahaan sebagai dukungan atas operasi perusahaan. Pelestarian lingkungan di samping bermanfaat bagi masyarakat di sekitar juga bermanfaat bagi perusahaan khususnya perusahaan yang memanfaatkan lingkungan dan mendapatkan keuntungan dari lingkunganya.


(29)

Penelitian ini akan menggunakan jenis pendekatan pengukuran isi laporan tahunan dengan aspek-aspek penilaian tanggung jawab sosial yang dikeluarkan oleh Global Reporting Initiative (GRI) yang diperoleh dari website www.globalreporting.org

GRI-G4 juga menyediakan panduan mengenai bagaimana menyajikan pengungkapan keberlanjutan dalam format yang berbeda: baik itu laporan keberlanjutan mandiri, laporan terpadu, laporan tahunan, laporan yang membahas norma-norma internasional tertentu, atau pelaporan online. Jenis pendekatan pengukuran GRI-G4 melalui isi laporan tahunan dengan aspek-aspek penilaian tanggungjawab sosial yang dikeluarkan oleh GRI (Global Reporting Initiative) yang diperoleh dari website

. Standar GRI dipilih karena lebih memfokuskan pada standar pengungkapan berbagai kinerja ekonomi, sosial, dan lingkungan perusahaan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas, rigor, dan pemanfaatan sustainability reporting dan merupakan aturan internasional yang telah diakui oleh perusahaan di dunia.

(2013) indikator kinerja dibagi menjadi 3 komponen utama, yaitu ekonomi, lingkungan, dan sosial mencakup praktik ketenagakerjaan dan kenyamanan bekerja, hak asasi manusia, masyarakat, tanggung jawab atas produk dengan total kinerja indikator mencapai 91 indikator. (Sumber : Penjelasannya dapat dilihat dalam tabel berikut :


(30)

Tabel 2.1

91 Indikator Berdasarkan GRI-G4

KATEGORI EKONOMI

-Kinerja Ekonomi EC1 Nilai ekonomi langsung yang

dihasilkan dan didistribusikan

EC2 Implikasi finansial dan risiko serta

peluang lainnya kepada kegiatan organisasi karena perubahan iklim

EC3 Cakupan kewajiban organisasi atas

program imbalan pasti

EC4 Bantuan financial yang diterima dari

pemerintah

-Keberadaan Pasar EC5 Rasio upah standar pegawai pemula

(entry level)menurut gender dibandingkan dengan upah minimum regional di lokasi-lokasi operasional yang signifikan

EC6 Perbandingan manajemen senior

yang dipekerjakan dari masyarakat local di lokasi operasi yang signifikan

-Dampak Ekonomi Tidak Langsung

EC7 Pembangunan dan dampak dari

investasi infrastruktur dan jasa yang diberikan

EC8 Dampak ekonomi tidak langsung

yang signifikan, termasuk besarnya dampak

-Praktek Pengadaan EC9 Perbandingan dari pembelian

pemasok lokal di operasional yang signifikan

KATEGORI LINGKUNGAN

-Bahan EN1 Bahan yang digunakan berdasarkan

berat atau volume

EN2 Persentase bahan yang digunakan

yang merupakan bahan input daur ulang

-Energi EN3 Konsumsi energi dalam organisasi

EN4 Konsumsi energi diluar organisasi

EN5 Intensitas Energi

EN6 Pengurangan konsumsi energi

-Air EN7 Konsumsi energi diluar organisasi

EN8 Total pengambilan air

berdasarkan sumber

EN9 Sumber air yang secara

signifikan dipengaruhi oleh pengambilan air

EN10 Persentase dan total volume air yang didaur ulang dan digunakan kembali


(31)

Lanjutan Tabel 2.1

91 Indikator Berdasarkan GRI-G4 -Keanekaragaman

Hayati

EN11 Lokasi-lokasi operasional yang dimiliki, disewa, dikelola didalam, atau yang berdekatan dengan, kawasan lindung dan kawasan dengan nilai keanekaragaman hayati tinggi diluar kawasan lindung

EN12 Uraian dampak signifikan

kegiatan, produk, dan jasa terhadap keanekaragaman hayati di kawasan lindung dan kawasan dengan nilai keanekaragaman hayati tinggi diluar kawasan lindung

EN13 Habitat yang dilindungi dan dipulihkan

EN14 Jumlah total spesies dalam iucn red list dan spesies dalam daftar spesies yang dilindungi nasional dengan habitat di tempat yang

dipengaruhi operasional, berdasarkan tingkat risiko kepunahan

-Emisi EN15 Emisi gas rumah kaca (GRK)

langsung (Cakupan 1)

EN16 Emisi gas rumah kaca (GRK) energi tidak langsung (Cakupan 2)

EN17 Emisi gas rumah kaca (GRK) tidak langsung lainnya (Cakupan 3)

EN18 Intensitas emisi gas rumah kaca (GRK)

EN19 Pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK)

EN20 Emisi bahan perusak ozon (BPO)

EN21 NOX, SOX, dan emisi udara

signifikan lainnya

-Efluen dan Limbah

EN22 Total air yang dibuang berdasarkan kualitas dan tujuan

EN23 Bobot total limbah berdasarkan jenis dan metode pembuangan

EN24 Jumlah dan volume total tumpahan signifikan


(32)

Lanjutan Tabel 2.1

91 Indikator Berdasarkan GRI-G4

EN25 Bobot limbah yang dianggap berbahaya menurut ketentuan konvensi Basel2 Lampiran I, II, III, dan VIII yang diangkut, diimpor, diekspor, atau diolah, dan persentase limbah yang diangkut untuk pengiriman internasional

EN26 Identitas, ukuran, status lindung, dan nilai keanekaragaman hayati dari badan air dan habitat terkait yang secara signifikan terkena dampak dari pembuangan dan air limpasan dari organisasi

-Produk dan Jasa EN27 Tingkat mitigasi dampak terhadap dampak lingungan produk dan jasa

EN28 Persentase produk yang terjual dan kemasannya yang direklamasi menurut kategori

-Kepatuhan EN29 Nilai moneter denda signifikan dan jumlah total sanksi non-moneter atas ketidakpatuhan terhadap undang-undang dan peraturan lingkungan

-Transportasi EN30 Dampak lingkungan signifikan dari pengangkutan produk dan barang lain serta bahan untuk operasional organisasi, dan pengangkutan tenaga kerja

-Lain-lain EN31 Total pengeluaran dan investasi

perlindungan lingkungan

berdasarkan jenis -Asesmen

Pemasok Atas Lingkungan

EN32 Persentase penapisan pemasok baru menggunakan kriteria lingkungan

EN33 Dampak lingkungan negatif

signifikan aktual dan potensial dalam rantai pasokan dan tindakan yang diambil

-Mekanisme Pengaduan

Masalah Lingkungan

EN34 Jumlah pengaduan tentang dampak lingkungan yang diajukan, ditangani, dan diselesaikan melalui mekanisme pengaduan resmi

KATEGORI SOSIAL

SUB-KATEGORI: PRAKTEK KETENAGAKERJAAN DAN KENYAMANAN BEKERJA


(33)

Lanjutan Tabel 2.1

91 Indikator Berdasarkan GRI-G4

-Kepegawaian LA1 Jumlah total dan tingkat perekrutan karyawan baru dan turnover karyawan menurut kelompok umur, gender, dan wilayah

LA2 Tunjangan yang diberikan bagi

karyawan purnawaktu yang tidak diberikan bagi karyawan sementara atau paruh waktu, berdasarkan lokasi operasi yang signifikan

LA3 Tingkat kembali bekerja dan

tingkat retensi setelah cuti melahirkan, menurut gender

-Hubungan Industrial

LA4 Jangka waktu minimum

pemberitahuan mengenai perubahan operasional, termasuk

apakah hal tersebut tercantum dalam perjanjian bersama

-Kesehatan dan Keselamatan Kerja

VV

LA5 Persentase total tenaga kerja yang

diwakili dalam komite bersama formal manajemen-pekerja yang

membantu mengawasi dan

memberikan saran program kesehatan dan keselamatan kerja

LA6 Jenis dan tingkat cedera, penyakit

akibat kerja, hari hilang, dan kemangkiran, serta jumlah total kematian akibat kerja, menurut daerah dan gender

LA7 Pekerja yang sering terkena atau

berisiko tinggi terkena penyakit yang terkait dengan pekerjaan mereka

LA8 Topik kesehatan dan keselamatan

yang tercakup dalam perjanjian formal dengan serikat pekerja

-Pelatihan dan Pendidikan

LA9 Jam pelatihan rata-rata per tahun

per karyawan menurut gender, dan menurut kategori karyawan

LA10 Program untuk manajemen

keterampilan dan pembelajaran seumur hidup yang mendukung keberkelanjutan kerja karyawan dan membantu mereka mengelola purna bakti


(34)

Lanjutan Tabel 2.1

91 Indikator Berdasarkan GRI-G4

LA11 Persentase karyawan yang

menerima reviuw kinerja dan pengembangan karier secara reguler, menurut gender dan kategori karyawan

-Keberagaman dan Kesetaraan

Peluang

LA12 Komposisi badan tata kelola dan pembagian karyawan per kategori

karyawan menurut gender,

kelompok usia, keanggotaan kelompok minoritas, dan indikator keberagaman lainnya

-Kesetaraan Remunerasi Perempuan dan

Laki-laki

LA13 Rasio gaji pokok dan remunerasi bagi perempuan terhadap laki-laki menurut kategori karyawan, berdasarkanlokasi operasional yang signifikan

-Asesmen Pemasok Terkait

Praktik Ketenagakerjaan

LA14 Persentase penapisan pemasok baru menggunakan kriteria praktik ketenagakerjaan

LA15 Dampak negatif aktual dan

potensial yang signifikan terhadap

praktik ketenagakerjaandalam

rantai pasokan dan tindakan yang diambil

SUB-KATEGORI: HAK ASASI MANUSIA

-Investasi HR1 Jumlah total dan persentase

perjanjian dan kontrak investasi yang signifikan yang menyertakan klausul terkait hak asasi manusia atau penapisan berdasarkan hak asasi manusia

HR2 Jumlah waktu pelatihan karyawan

tentang kebijakan atau prosedur hak asasi manusia terkait dengan Aspek hak asasi manusia yang relevan dengan operasi, termasuk persentase karyawan yang dilatih

-Non-Diskriminasi HR3 Jumlah total insiden diskriminasi dan tindakan korektif yang diambil

-Kebebasan Berserikat dan Perjanjian Kerja

Bersama

HR4 Operasi pemasok teridentifikasi yang mungkin melanggar atau berisiko tinggi melanggar hak untuk melaksanakan kebebasan berserikat dan perjanjian kerja bersama, dan tindakan yang diambil untuk mendukung hak-hak tersebut


(35)

Lanjutan Tabel 2.1

91 Indikator Berdasarkan GRI-G4

-Pekerja Anak HR5 Operasi dan pemasok yang

diidentifikasi berisiko tinggi melakukan eksploitasi pekerja anak

dan tindakan yang diambil untuk berkontribusi dalam penghapusan

pekerja anak yang efektif

-Pekerja Paksa Atau Wajib Kerja

HR6 Operasi dan pemasok yang

diidentifikasi berisiko tinggi melakukan pekerja paksa atau wajib kerja dan tindakan untuk berkontribusi dalam penghapusan segala bentuk pekerja paksa atau wajib kerja

-Praktik Pengamanan

HR7 Persentase petugas pengamanan

yang dilatih dalam kebijakan atau prosedur hak asasi manusia di organisasi yang relevan dengan operasi

-Hak Adat HR8 Jumlah total insiden pelanggaran yang melibatkan hak-hak masyarakat adat dan tindakan yang diambil

-Asesmen HR9 Jumlah total dan persentase operasi yang telah melakukan reviu atau asesmen dampak hak asasi manusia

-Asesmen Pemasok Atas Hak

Asasi Manusia

HR10 Persentase penapisan pemasok baru menggunakan kriteria hak asasi manusia

HR11 Dampak negatif aktual dan

potensial yang signifikan terhadap hak asasi manusia dalam rantai pasokan dan tindakan yang diambil

-Mekanisme Pengaduan Masalah Hak Asasi Manusia

HR12 Jumlah pengaduan tentang dampak terhadap hak asasi manusia yang

diajukan, ditangani, dan diselesaikan melalui mekanisme

pengaduan formal

SUB-KATEGORI: MASYARAKAT

-Masyarakat Lokal SO1 Persentase operasi dengan pelibatan masyarakat lokal, asesmen dampak, dan program pengembangan yang diterapkan

SO2 Operasi dengan dampak negatif

aktual dan potensial yang signifikan terhadap masyarakat lokal


(36)

Lanjutan Tabel 2.1

91 Indikator Berdasarkan GRI-G4

-Anti-Korupsi SO3 Jumlah total dan persentase operasi yang dinilai terhadap risiko terkait dengan korupsi dan risiko signifikan yang teridentifikasi

SO4 Komunikasi dan pelatihan

mengenai kebijakan dan prosedur anti-korupsi

SO5 Insiden korupsi yang terbukti dan

tindakan yang diambil

-Kebijakan Publik SO6 Nilai total kontribusi politik berdasarkan negara dan penerima/penerima manfaat

-Anti Persaingan SO7 Jumlah total tindakan hukum terkait Anti Persaingan, anti-trust, serta praktik monopoli dan hasilnya

-Kepatuhan SO8 Nilai moneter denda yang

signifikan dan jumlah total sanksi non-moneter atas ketidakpatuhan terhadap undang-undang dan peraturan

-Asesmen Pemasok Atas Dampak Terhadap

Masyarakat

S09 Persentase penapisan pemasok baru

menggunakan kriteria untuk dampak terhadap masyarakat

SO10 Dampak negatif aktual dan potensial yang signifikan terhadap masyarakat dalam rantai pasokan dan tindakan yang diambil

-Mekanisme Pengaduan Dampak Terhadap

Masyakat

SO11 Jumlah pengaduan tentang dampak terhadap masyarakat yang diajukan, ditangani, dan diselesaikan melalui mekanisme pengaduan resmi

SUB-KATEGORI: TANGGUNGJAWAB ATAS PRODUK -Kesehatan

Keselamatan Pelanggan

PR1 Persentase kategori produk dan jasa

yang signifikan dampaknya terhadap kesehatan dan keselamatan yang dinilai untuk peningkatan

PR2 Total jumlah insiden ketidakpatuhan

terhadap peraturan dan koda sukarela terkait dampak kesehatan dan keselamatan dari produk dan jasa sepanjang daur hidup, menurut jenis hasil


(37)

Lanjutan Tabel 2.1 91 Indikator Berdasarkan GRI-G4 -Pelabelan

Produk dan Jasa

PR3 Jenis informasi produk dan jasa

yang diharuskan oleh prosedur organisasi terkait dengan informasi dan pelabelan produk dan jasa, serta persentase kategori produk dan jasa yang signifikan harus mengikuti persyaratan informasi sejenis

PR4 Jumlah total Insiden ketidakpatuhan

terhadap peraturan dan koda sukarela terkait dengan informasi dan pelabelan produk dan jasa, menurut jenis hasil

PR5 Hasil survei untuk mengukur

kepuasan pelanggan

-Komunikasi Pemasaran

PR6 Penjualan produk yang dilarang

atau disengketakan

PR7 Jumlah total Insiden ketidakpatuhan

terhadap peraturan dan koda sukarela tentang komunikasi pemasaran, termasuk iklan, promosi, dan sponsor, menurut jenis hasil

-Privasi Pelanggan

PR8 Jumlah total keluhan yang terbukti

terkait dengan pelanggaran privasi pelanggan dan hilangnya data pelanggan

-Kepatuhan PR9 Nilai moneter denda yang

signifikan atas ketidakpatuhan terhadap undang-undang dan peraturan terkait penyediaan dan penggunaan produk dan jasa

Sumber: (Data Diolah)

GRI-G4 dirancang agar dapat diterapkan secara universal untuk semua organisasi, besar dan kecil, di seluruh dunia. Pengukuran dilakukan berdasarkan indeks pengungkapan masing-masing perusahaan yang dihitung melalui pembagian antara jumlah item yang diungkapkan dengan jumlah item yang diharapkan diungkapkan perusahaan, yang dirumuskan sebagai berikut:


(38)

CSRDIj =

xij

nj

Keterangan:

CSRIj : Corporate Social Responsibility Indeks Perusahaan j

nj : Jumlah kriteria pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) untuk perusahaan j, nj ≤ 91

Xij : 1 = Jika kriteria diungkapkan; 0 = Jika kriteria tidak diungkapkan Dengan diprakarsai oleh IAI-KAM pada pertengahan 2005, telah didirikan lembaga semacam GRI yang diberi nama “National Center For Sustainability Reporting (NCSR)”. Lembaga independen ini memiliki misi: “Meyusun dan meyebarluaskan pedoman penyusunan laporan keberlanjutan untuk organisasi/perusahaan di Indonesia”.

National Center forSustainability Reporting (NCSR) Indonesia adalah sebuah wadah (organisasi) independen dalam rangka pengembangan, pembinaan, pengukuran dan pelaporan atas implementasi keberlanjutan perusahaan (corporate sustainability). NSCR Indonesia memiliki anggota dari korporasi, organisasi, dan individu-individu profesional yang mempunyai visi dan komponen yang sama dalam menerapkan dan mengembangkan pembangunan berkelanjutan di Indonesia.

Terbentuknya pusat pelaporan nasional, National Center forSustainability Reporting (NCSR) pada tahun 2005. Lima organisasi independen penting, yaitu Institut Akuntan Manajemen Indonesia (IAMI), Indonesia Netherlands Association (INA), National Committe on Governance (NCG), Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI), dan Asosiasi Emiten Indonesia (AEI)


(39)

mengumpulkan sumber daya mereka ke dalam prakarsa ini dengan visi menjadi pemimpin dalam menyediakan standar pelaporan keberlanjutan bagi perusahaan di Indonesia (Urip, 2014 : 99)

2.3 CorporateFinancialPerformance (CFP) 2.3.1 ROA

Harahap (2010:305) “Return On Assets (ROA) menggambarkan perputaran aktiva diukur dari penjualan. Semakin besar rasio ini maka semakin baik dan hal ini berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba”.

Return On Assets (ROA) menjadi salah satu pertimbangan investor di dalam melakukan investasi. Return on Asset adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan.

Semakin tinggi laba yang dihasilkan, maka semakin tinggi pulaROA, hal itu berarti bahwa perusahaan semakin efektif dalam penggunaan aktiva untuk menghasilkan keuntungan. Jika rasio ini mengalami penurunan maka akan mempengaruhi perusahaan dalam mencari laba. Karena rasio ini menurun di pengaruhi oleh dua indikator yaitu utang dan beban yang ditanggung oleh perusahaan lebih besar dari pada pendapatan yang di peroleh oleh perusahaan.


(40)

Jadi penurunan rasio ini sangat berpengaruh pada laba yang di peroleh perusahaan.

2.3.2 ROE

Return On Equity (ROE) merupakan sebuah rasio yang sering dipergunakan oleh pemegang saham untuk menilai kinerja perusahaan yang bersangkutan. ROE mengukur besarnya tingkat pengembalian modal dari perusahaan (Sawir, 2005:20).

Weston dan Copeland (2002:241) mengatakan bahwa “rentabilitas usaha adalah hasil pengembalian atas ekuitas mengukur pengembalian nilai buku kepada pemilik perusahaan, rasio ini merupakan suatu rasio tujuan akhir. Return on Equity atau tingkat pengembalian ekuitas pemilik mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba yang menjadi hak bagi pemegang saham perusahaan. Rasio ini dipengaruhi oleh besar kecilnya utang perusahaan, apabila proporsi utang perusahaan makin besar maka rasio ini juga akan makin besar. Dengan demikian maka modal yang dimiliki oleh perusahaan tidak memberikan laba yang memuaskan bagi perusahaan. Rasio ini digunakan untuk mengukur kinerja manajemen perusahaan dalam mengelola modal yang tersedia untuk menghasilkan laba setelah pajak.Semakin besar ROE, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan sehingga kemungkinan suatu perusahaan dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Pemilik perusahaan lebih


(41)

tertarik pada seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh keuntungan terhadap modal yang ia tanamkan.

Kinerja keuangan (finansial) perusahaan dapat diukur dari laporan keuangan yang dikeluarkan perusahaan secara periodik yang memberikan suatu gambaran tentang posisi keuangan. Adapun jenis laporan keuangan yang lazim dikenal adalah: laporan neraca yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan, laporan laba/rugi yang menggambarkan hasil usaha perusahaan dan laporan arus kas yang menggambarkan sumber dan penggunaan kas dalam suatu periode (Harahap, 2011:105).

Analisis laporan keuangan adalah segala sesuatu yang menyangkut penggunaan informasi akuntansi untuk membuat keputusan bisnis dan investasi. Analisis keuangan dirancang bagi pengusaha, investor, dan kreditor di mana mereka harus memahami bagaimana membaca mengartikan serta menganalisis laporan keuangan. Laporan keuangan melaporkan posisi keuangan perusahaan pada suatu waktu tertentu maupun selama beberapa periode yang lalu (Astuti, 2004:29).

Kinerja keuangan dipakai manajemen sebagai salah satu pedoman untuk mengelola sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Laporan dari kinerja keuangan dibuat untuk menggambarkan kondisi keuangan perusahaan masa lalu dan digunakan untuk memprediksi keuangan dimasa yang akan datang. Kinerja keuangan berperan penting karena digunakan sebagai indikator penilaian baik atau buruknya kondisi keuangan dan prestasi kerja suatu perusahaan dalam waktu tertentu.


(42)

Teknik analisis laporan keuangan yang digunakan dalam penelitian ini untuk menilai kinerja keuangan perusahaan adalah analisis rasio. Teknik ini sudah banyak digunakan para analis keuangan untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan. Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (Harahap, 2011:297).

2.4 Hubungan antara CorporateSocialPerformance (CSP) dengan Corporate FinancialPerformance (CFP)

Peran perusahaan di tengah komunitas suatu bangsa adalah tidak hanya sebagai “institusi ekonomi” yang mengejar tujuan ekonomi, tetapi juga sebagai “institusi sosial”. Sebagai institusi sosial, perusahaan dituntut melakukan pembaruan-pembaruan sosial dan mendonasikan sumber daya ekonominya untuk membantu mengatasi isu-isu sosial dan lingkungan. Selain itu, setiap peningkatan skala operasi perusahaan juga secara otomatis akan meningkatkan skala dampak negatifnya pada lingkungan dan masyarakat, sementara profits-nya hanya dinikmati para pemegang saham. Hal ini menyebabkan ketidakadilan sehingga pebisnis dan korporasi harus bertindak adil dengan menyisihkan keuntungan untuk membantu mengatasi isu-isu sosial dan lingkungan. Meskipun dalam jangka pendek akan meningkatkan cost dan menurunkan laba, namun dalam jangka panjang akan mendatangkan economic benefits bagi perusahaan. Sebagai contoh, pangsa pasar yang meluas karena loyalitas konsumen kian banyak, kelangsungan bisnis yang aman dan kondusif karena meningkatnya kepercayaan para stakeholder, serta profitabilitas yang juga akan meningkat (Lako A, 2011:105).


(43)

Hubungan antara CSP dan CFP menurut penelitian Poddi & Vergali (2009) menjelaskan bahwa biaya intangible lebih besar dilakukan oleh perusahaan yang melakukan pengungkapan CSP. Sementara hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ROE lebih besar dimiliki oleh perusahaan yang secara sukarela mengungkapkan CSP dibandingkan perusahaan yang tidak melakukan pengungkapan CSP. Penelitiannya juga menujukkan terdapat hubungan positif antara CSP dengan kinerja pasar perusahaan

Hubungan positif antara CFP dengan CSP juga dijelaskan oleh Waddock & Graves, (1997) yang menyatakan jika perusahaan tidak berperilaku etis dan bertanggung jawab, dengan mencoba untuk mengurangi cost pertanggungjawaban sosial maka dalam jangka panjang perusahaan tidak akan mendapat manfaat berkelanjutan. Selain itu CSP dianggap sebagai Good Management yang akan meningkatkan hubungan dengan stakeholder dan dalam waktu yang sama akan meningkatkan kinerja secara keseluruhan. Alasan berikutnya, dengan mendasarkan pada theory of scarce resources, bahwa perilaku CSP merupakan suatu konsekuensi dan bukan suatu sebab dari peningkatan kinerja. Ketika perusahaan memiliki sumber daya yang lebih besar maka sebaiknya dialokasikan untuk aktivitas semacam CSP,

Menurut model teori stakeholder, perusahaan perlu menjalin hubungan dengan stakeholdernya, terutama stakeholder yang mempunyai power dalam mengendalikan ketersediaan sumber daya (Chariri dan Ghozali 2007:410). Perusahaan juga perlu mengidentifikasi keinginan dan kebutuhan dari masing-masing kelompok stakeholder jadi bukan hanya kebutuhan dan keinginan dari


(44)

shareholdernya saja yang perlu diakomodasi oleh perusahaan, melainkan seluruh stakeholdernya.

Oleh karena itu perusahaan akan mempertimbangkan kepentingan dari pemangku kepentingan karena adanya komitmen moral dari manajemen perusahaan terhadap para pemangku kepentingan. Komitmen moral ini akan mendorong perusahaan untuk merumuskan strategi perusahaan di mana strategi perusahaan akan berpengaruh terhadap pencapaian kinerja keuangan perusahaan. Salah satu strategi untuk menjaga hubungan dengan stakeholder adalah dengan mengungkapkan CSR, dimana kinerja sosial perusahaan dilihat dari peran CSR yang dimainkannya ditengah masyarakat. Menurut model teori stakeholder ini juga menyebutkan bahwa kenaikan dan penurunan kinerja keuangan sejalan dengan kenaikan dan penurunan dari pengungkapan kinerja sosialnya.

Teori legitimasi menegaskan bahwa perusahaan terus berupaya untuk memastikan bahwa mereka beroperasi dalam bingkai dan norma yang ada dalam masyarakat atau lingkungan di mana perusahaan berada, di mana mereka berusaha untuk memastikan bahwa aktifitas mereka (perusahaan) diterima oleh pihak luar. Teori legitimasi kaitannya dengan kinerja sosial dan kinerja keuangan adalah apabila terjadi ketidakselarasan antara sistem nilai perusahaan dan sistem nilai masyarakat (legitimacy gap) maka perusahaan dapat kehilangan legitimasinya, yang selanjutnya akan mengancam kelangsungan hidup perusahaan.

Untuk mensinergikan aktivitas operasionalnya dalam memperoleh tujuan finansialnya dengan suatu sistem sosial yang berlaku di masyarakat dalam rangka mendapatkan legitimasi sehingga dapat menjaga kelangsungan hidup perusahaan


(45)

dalam waktu yang panjang. Perusahaan perlu merumuskan strategi yang dapat mengakomodasi ketidakselarasan tersebut yaitu salah satunya dengan mengungkapkan CSP yang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja sosial perusahaan. berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hubungan antara kinerja sosial perusahaan dan kinerja keuangan adalah positif dimana hubungan positif tersebut menunjukkan arti yaitu pencapaian tinggi rendahnya kinerja keuangan sejalan dengan pencapaian tinggi rendahnya kinerja sosial perusahaan.

2.5 Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Sosial dan Kinerja Keuangan 2.5.1 Size

Ferry dan Jones (1979), ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, penjualan, log size, nilai pasar saham, kapitalisasi pasar, dan lain-lain yang semuanya berkorelasi tinggi. Semakin besar total aktiva, penjualan, log size, nilai pasar saham, dan kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam tiga kategori yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium size), dan perusahaan kecil (small firm). Sedangkan Yusuf dan Soraya (2004) ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya asset yang dimiliki perusahaan, ditunjukan oleh natural logaritma dari total aktiva.

Menurut Sawir (2004:101)ukuran perusahaan dinyatakan sebagai determinan dari struktur keuangan dalam hampir setiap studi untuk alasan yang berbeda :


(46)

1. Pertama, ukuran perusahaan dapat menentukan tingkat kemudahan perusahaan memperoleh dana dari pasar modal. Perusahaan kecil umumnya kekurangan akses ke pasar modal yang terorganisir baik untuk obligasi maupun saham. Meskipun mereka memiliki akses, biaya peluncuran dari penjualan sejumlah kecil sekuritas dapat menjadi penghambat. Jika penerbitan sekuritas dapat dilakukan, sekuritas perusahaan kecil mungkin kurang dapat dipasarkan sehingga membutuhkan penentuan harga sedemikian rupa agar investor mendapatkan hasil yang memberikan return lebih tinggi secara signifikan.

2. Kedua, ukuran perushaan menentukan kekuatan tawar-menawar dalam kontrak keuangan. Perusahaan besar biasanya dapat memilih pendanaan dari berbagai bentuk hutang, termaksud penawaran spesial yang lebih menguntungkan dibandigkan yang ditawarkan perusahaan kecil. Semakin besar jumlah uang yang digunakan, semakin besar jumlah uang yang digunakan, semakin besar kemungkinan-kemungkinan pembuatan kontrak yang dirancang sesuai dengan preferensi kedua pihak sebagai ganti dari penggunaan kontrak standar hutang.

3. Ketiga, ada kemungkinan pengaruh skala dalam biaya dan return membuat perusahaan yang lebih besar dapat memperoleh lebih banyak laba. Pada akhirnya, ukuran perusahaan diikuti oleh karakteristik lain yang mempengaruhi struktur keuangan. Karakteristik lain tersebut seperti perusahaan sering tidak mempunyai staf khusus, tidak menggunakan


(47)

rencana keuangan dan tidak mengembangakan sistem akuntansi mereka menjadi suatu sistem manajemen.

Company Size didefinisikan sebagai ukuran suatu perusahaan yang dapat diukur dengan jumlah aset suatu perusahaan, penjualan dan kapasitas pasar. Dalam penelitian ini menggunakan jumlah aset sebagai cara untuk pengukuran company size. Karena total aset suatu perusahaan lebih stabil dari tahun ke tahun. Semakin banyak jumlah aset suatu perusahaan seharusnya semakin baik juga kondisi suatu perusahaan tersebut dan menarik perhatian bagi para investor untuk menanam sahamnya pada perusahaan tersebut (Yustiana, 2011).

2.6Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini telah dilakukan beberapa peneliti, secara ringkas adalah sebagai berikut:

Hubungan positif antara CFP dengan CSP dijelaskan oleh Waddock & Graves, (1997) yang menyatakan jika perusahaan tidak berperilaku etis dan bertanggung jawab, dengan mencoba untuk mengurangi kos pertanggungjawaban sosial maka dalam jangka panjang perusahaan akan tidak akan mendapatkan manfaat berkelanjutan. Selain itu CSP dianggap sebagai Good Management yang akan meningkatkan hubungan dengan stakeholder dan dalam waktu yang sama akan meningkatkan kinerja secara keseluruhan. Alasan berikutnya, dengan mendasarkan pada theory of scarce resources, bahwa perilaku CSP merupakan suatu konsekuensi dan bukan suatu sebab dari peningkatan kinerja. Ketika perusahaan memiliki sumber daya yang lebih besar maka sebaiknya dialokasikan untuk aktivitas semacam CSP.


(48)

Ahmad (2013) meneliti tentang Pengaruh Corporate Social Performance terhadap Corporate Financial Performance. Hasil penelitian ini menunjukkan CSP berpengaruh secara segnifikan terhadap ROA dan ROE. Size berpengaruh signifikan terhadap hubungan CSP dan ROA namun tidak terhadap ROE. Leverage signifikan terhadap hubungan CSP dengan ROA dan ROE.

Titisari (2010) meneliti tentang Pengaruh Corporate Financial Performance terhadap Corporate Social Performance. Hasil penelitian ini menunjukkan variabel financial performance yang di proxy dengan ROA berpengaruh secara signifikan terhadap social performance. Sedangkan variabel financial performance yang di proxy dengan ROE tidak signifikan mempengaruhi social performance.

Rachmawati dan Sari (2010) juga meneliti tentang hubungan antara Corporate Social Performance (CSP) dengan Corporate Financial Performance (CFP). Hasil dari penelitian ini ialah Corporate Social Performance berpengaruh positif terhadap Corporate Financial Performance dan Size berpengaruh positif pada pengembalian asset di perusahaan.

Fauzi, et al. (2007) meneliti hubungan antara kinerja sosial perusahaan (CSP) dengan kinerja keuangan perusahaan (CFP) untuk menentukan apakah CSP adalah terkait dengan kinerja perusahaan dengan menggunakan slack resource theory dan good management theory. Selain itu, mengkaji apakah ukuran perusahaan atau industri mempengaruhi hubungan antara CSP dan CFP. Hasil dari studi gagal untuk menemukan hubungan yang signifikan antara CSP dan CFP di kedua model.


(49)

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Variabel Penelitian Metode

Analisis Hasil Penelitian

1. Sandra A

Waddock dan Samuel B Graves (1997) The Corporate Social Performance-Financial Performance Link Kinerja sosial, kinerja keuangan. Regresi Berganda

Hubungan positif antara CFP dengan CSP

2. Zulfikar Ali Ahmad (2013) Pengaruh Corporate Social Performance Terhadap CorporateFinan cial Performance CSP, ROA, ROE, Size, Leverage Ordinary Least Square Regression Corporate Social Performanceberhubungan

positif dengan Financial Performance.

3. Hasan Fauzi, Lois Mahoney, Azhar Abdul Rahman (2007) Institutional Ownership and Corporate Social Performance: Empirical Evidence from Indonesian Companies CSP, CFP, Ukuran Perusahaan, Tipe Industri Regresi Berganda

Pada perusahaan Indonesia kinerja sosial dan keuangan tidak berhubungan, Temuan ini menunjukkan bahwa investor institusi tidak memasukkan CSP sebagai bagian dari keputusan investasi mereka.

4. Kartika

Hendra Titisari (2010) Pengaruh Corporate Financial Performance Terhadap Corporate Social Performance CSP, ROA, ROE, DER, Beta dan PBV

Regresi Berganda

Variabel financial

performance yang di proxi dengan ROA berpengaruh secara signifikan terhadap

social performance.

Sedangkan variabel

financial

performance yang di proxi

dengan ROE tidak

signifikan

mempengaruhi social

performance.

5. Rima

Rachmawati dan Dina Sari (2010) Related Corporate Social Performance

(CSP) and Corporate Financial Performance (CFP) CSP, ROA, ROE, Size Regresi Berganda Corporate Social Performance berpengaruh

positif terhadap Corporate Financial Performance. Size berpengaruh positif pada pengembalian asset di perusahaan.


(50)

2.7Kerangka Konseptual

Pemilik modal sebagai investor dalam suatu perusahaan akan memilih perusahaan yang baik pengelolaannya. Perusahaan yang baik pengelolaannya tidak hanya dalam pengelolaan keuangannya, tetapi juga dalam hal aktivitas sosialnya. Saat perusahaan melakukan suatu aktivitas sosial dan perusahaan juga mengungkapkannya di dalam laporan tahunan, secara otomatis pihak yang membaca laporan tahunan akan mengetahui bahwa perusahaan melakukan aktivitas sosial. Investor sebagai pemilik dana di perusahaan akan melihat bahwa perusahaan melakukan aktivitas yang baik sehingga mereka akan semakin percaya untuk menempatkan modalnya di perusahaan tersebut.

Pada dasarnya tanggung jawab manajemen juga untuk meningkatkan kinerja keuangan. Komponen stakeholder seperti investor, kreditor, dan tenaga kerja sangat memperhatikan tentang kinerja perusahaan. Kinerja keuangan yang lebih tinggi menyebabkan peningkatan kemakmuran stakeholder. Selain itu, berdasarkan slack resource theory (Waddock dan Graves, 1997), peningkatan kinerja keuangan membuat perusahaan memiliki lebih banyak kesempatan untuk meningkatkan kinerja sosial dalam semua aspek. Ada banyak ukuran-ukuran yang digunakan untuk mewakili kinerja keuangan termasuk ROA (Return on Assets) dan ROE (Return on Equity) (Waddock dan Graves, 1997).

Menurut Waddock dan Graves (1997) ukuran perusahaan berkaitan dengan kinerja sosial perusahaan, yaitu perusahaan-perusahaan besar berperilaku dengan cara yang lebih bertanggung jawab secara sosial daripada perusahaan kecil. Selain itu, ukuran perusahaan dapat memiliki hubungan dengan kepemilikan


(51)

institusional, yaitu perusahaan-perusahaan besar mendapatkan lebih banyak perhatian dari kelompok stakeholder eksternal daripada perusahaan-perusahaan kecil, dan dengan begitu mereka perlu menanggapinya.

Sebuah studi penting yang dilakukan oleh Profesor Stephen Erfle dan Michael Frantantuono menemukan bahwa perusahaan-perusahaan yang memiliki peringkat tertinggi dalam hal riwayat mereka pada berbagai isu sosial (termaksuk kegiatan amal, program bakti sosial, pemeliharaan lingkungan hidup, pemberdayaan perempuan, dan advokasi kelompok minoritas) juga memiliki kinerja keuangan yang lebih besar. Kinerja keuangan yang lebih baik dalam hal pertumbuhan laba operasi, rasio penjualan terhadap aset, pertumbuhan penjualan, pengembalian atas ekuitas (ROE), pertumbuhan laba terhadap aset, pengembalian atas investasi (ROI), pengembalian atas aset (ROA) dan pertumbuhan aset. (Hartman dan Desjardins, 2008:170)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Sumber : Rachmawati dan Sari (2010)

Variable Independen (X) Corporate Social

Performance

Variable Dependen (Y) Corporate Financial Performance : 1. ROA 2. ROE Variable Moderating (Z)


(52)

2.8Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konseptual, makahipotesis dalam penelitian ini adalah:

H1 : Corporate Social Performance berpengaruh terhadap Corporate Financial Performance yang diproxi dengan ROA

H2 : Corporate Social Performance berpengaruh terhadap Corporate Financial Performance yang diproxi dengan ROE

H3 : Size berpengaruh terhadap hubungan antara Corporate Social Performance dan Corporate Financial Performance yang diproxi dengan ROA

H4 : Size berpengaruh terhadap hubungan antara Corporate Social Performance dan Corporate Financial Performance yang diproxi dengan ROE


(53)

BAB III

METODE PENELITIAN

2.5 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian asosiatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan atau pengaruh antar dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2008:57).

2.6 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan diNational Center forSustainability Reporting dengan menggunakan situs (BEI) dengan menggunakan situs mulai September 2014 sampai dengan Oktober 2014.

3.3 Batasan Operasional

Batasan operasional adalah untuk menghindari kesimpangsiuran dalam membahas dan menganalisis pembahasan dalam penelitian, adapun batasan operasional pada penelitian ini, yaitu:

1. Variabel independen dalam penelitian ini adalah Corporate Social Performance.

2. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Corporate Financial Performance (ROA dan ROE).

3. Variabel Moderating dalam penelitian ini adalah Size.

4. Objek dalam penelitian ini adalah perusahaanyang terdaftar di National Center forSustainability Reporting dan juga di Bursa Efek Indonesia.


(54)

3.4 Definisi Operasional Variabel

3.4.1 Kinerja Sosial Perusahaan (Corporate Social Performance-CSP)

Variabel CSP diukur dengan cara menggunakan item-item yang ada di dalam aspek penilaian tanggung jawab sosial dunia usaha yang dikeluarkan oleh GRI-G4 (Global Reporting Initiative) dengan menggunakan situs www.globalreporting.org

CSRDIj =

xij

nj

. Kemudian kinerja sosial perusahaan akan dihitung dengan membandingkan berapa banyak item yang diungkapkan dengan total item pengungkapan sebanyak 91 item, meliputi; ekonomi, lingkungan, praktik tenaga kerja, hak asasi manusia, masyarakat, dan tanggung jawab produk. Apabila item informasi yang ditentukan diungkapkan dalam laporan tahunan maka diberi skor 1, dan jika item informasi yang ditentukan tidak diungkapkan dalam laporan tahunan maka diberi skor 0 Perhitungan Indeks Luas Pengungkapan CSR (CSRI) dirumuskan sebagai berikut (Haniffa dan Cooke. 2005):

Keterangan:

CSRIj : Corporate Social Responsibility Indeks Perusahaan j

nj : Jumlah kriteria pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) untuk perusahaan j, nj ≤ 91


(1)

3. Penelitian ini hanya menggunakan satu parameter pengukuran Corporate Social Performance yakni GRI-G4, sehingga diharapkan agar peneliti selanjutnya menggunakan parameter lain seperti MJRA.

4. Bagi penelitian selanjutnya yang ingin membuat penelitian sejenis, sebaiknyamenambahkan rasio keuangan atau variabel-variabel lain yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan. Dan juga menambahkan variabel lain sebagai variabel moderating antara Corporate Social Performance terhadap Corporate Financial Performance


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Astuti D, 2004. Manajemen Keuangan Perusahaa, Ghalia Indonesia,Jakarta. Chariri, Anis dan Ghozali, Imam. 2007. Teori Akuntansi, Badan Penerbit

Universitas Diponegoro, Semarang.

Erlina, 2008. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen, Edisi Kedua, Medan.

Ghozali, Imam. 2006. “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan ProgramSPSS”.Semarang : Badan Penerbit Undip.

Harahap S, 2011. Analisis Kritis atas Laporan Keuanga,. Grafindo,Jakarta.

Hartman, Laura P dan Desjardins, Joe. 2011. “Etika Bisnis : Pengambilan Keputusan untuk Integritas Pribadi & Tanggung Jawab Sosial”. Erlangga, Jakarta.

Lako, Andreas, 2011. Dekonstruksi CSR & Reformasi Paradigma Bisnis & Akuntansi, Erlangga. Jakarta.

Nor Hadi. (2010), Corporate Social Responsibility, Penerbit Graha Ilmu, Jakarta. Sawir, Agnes. 2005. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan

Perusahaan, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Solihin, Ismail, 2010. Pengantar Manajemen, Erlangga, Jakarta.

Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung.

Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Alfabeta, Bandung.

Urip, Sri. 2014. Strategi CSR Untuk Peningkatan Daya Saing Perusahaan di Pasar Negara Berkembang, Lentera Hati, Tanggerang.

Van Horne, James C & John M. Wachowicz, JR. 2005. Prinsip – Prinsip Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba Empat

Weston, J. Fred and Copeland, Thomas E. 2002.. Manajemen Keuangan. Penerjemah Drs. A. Jaka Wasana MSM dan Ir. Kirbrandoko MSM Edisi Kedelapan (Edisi Revisi). Binarupa Aksara. Jakarta.


(3)

Jurnal :

Brammer S, Brooks C, dan Pavelin S. 2005. Corporate Social Performance and Stock Returns: UK Evidence from Disaggegate Measures.Financial Management.

Fauzi, H., L. Mahoney, A.A. Rahman. 2007. ”Institutional Ownership and Corporate Social Performance: Empirical Evidence from Indonesian Companies”, Issues in Social and Environmental Accounting Vol. 1, No. 2 December 2007 Pp 334-347

Fauzi, H. 2008 “Corporate Social and Environmental Performance: A Comparative Study of Indonesian Companies and MNCs Operating in Indonesia”.Journal of Global Know ledge. Spring, Vol. 1 No. 1.

Ferri, M. dan Jones W.1979. Determinants of Financial Structure: A New My thological Approach. Journal of Finance, Vol 43:631‐644

Haniffa dan Cooke. 2005. The impact of culture and governance on corporate social reporting. Journal of Accounting and Public Policy 24 : 391-430 Mahoney L dan Roberts R.2003. Corporate social and environmental

performance and their relation to financial performance and institutional ownership: empirical evidence on Canadian firms. Schoolof Accounting University of Central Florida.

Maulana, Makki. 2008. Corporate Social Responsibilities: Legitimasi, Kepatuhan terhadap Peraturan, ataukah Award? (Studi Kasus pada PT. Phapros, Tbk).

Orlitzky, M., F. L. Schmidt and S.L. Rynes. 2003. “Corporate Social and Financial Performance: A Meta Analysis”. Organization Studies, Vol. 24 No. 3, pp. 403-441.

Poddi, Laura & Vergalli, Sergio.2009.Does Corporate Social Responsibility Affect the Performance of Firms? Paper disampaikan pada EACES Conference University of Perugia, June, 25 – 27.

Rachmawati, Rima dan Sari, Dina. Related Corporate Social Performance (CSP) and Corporate Financial Performance (CFP). 2010 International (Summer) Conference Asia Pasific Business Inovation & Technology Management.

Titisari, Kartika Hendra, 2010. Pengaruh Corporate Financial Performance Terhadap Corporate Social Performance.Manajemen Bisnis Syariah. No:01/Th.Iv/Januari2010


(4)

Waddock, Sandra A dan Graves, Samuel B. 1997. The Corporate Social Performance- Financial Performance Link. Strategic Management Journal, Vol 18 (4). (Apr, 1997 : 303-319)

Yusuf, Muhammad dan Soraya. 2004. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba Pada Perusahaan Asing dan Non-Asing di Indonesia. JAAI Volume 8 No. 1, Juni 2004.

Skripsi :

Ahmad , Zulfikar Ali.2013. Pengaruh Corporate Social Performance TerhadapCorporateFinancial Performance, Surakarta.

Anggraini, Fr. Reni Retno. 2006. Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan Tahunan.

Desiandwi, S, 2006. Pengaruh ukuran perusahaan dan financial performance terhadap pengungkapan informasi lingkungan hidup (environment disclosure) pada laporan tahunan perus

Purnasiwi, Jayanti.2011. Analisis Pengaruh Size, Profitabilitas, Leverage, Terhadap Pengungkapan CSR pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Skripsi S1 Universitas Diponogoro.

Yustiana, Hana. 2011. Analisis Pengaruh Variabel Moderating (Company Size dan Financial Leverage) Terhadap Hubungan CSR Disclosure dan Financial Performance (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di Bei 2008-2009), Semarang.

Septiadini, Nurul Fitria. 2010. Kinerja Sosial Perusahaan Pada Bumn Dan Bums (Studi Pada Perusahaan Terdaftar Di Bei), Semarang.

Internet :

Akuntansi Indonesia, edisi No. 12/ Tahun II/ Oktober 2008 Bursa Efek Indonesia

Forum Hija

Global Reporting Initiative (GRI)

Media Akuntansi, edisi 47/Tahun XII/Juli 2005


(5)

LAMPIRAN A

PERKEMBANGAN CORPORATE SOCIAL PERFORMANCE

TAHUN 2010-2013

NO NAMAPERUSAHAAN CSP

2010 2011 2012 2013

1. ANTM 0,90 0,91 0,92 0,53

2. ASII 0,69 0,63 0,71 0,29

3. BDMN 0,55 0,49 0,58 0,24

4. BBNI 0,35 0,36 0,55 0,21

5. JSMR 0,77 0,68 0,88 0,27

6. PGAS 0,70 0,71 0,85 0,43

7. SMGR 0,90 0,92 0,92 0,53

8. PTBA 0,87 0,91 0,91 0,52

9. TLKM 0,93 0,65 0,86 0,30

10. WIKA 0,77 0,92 0,91 0,23

LAMPIRAN B

PERKEMBANGAN RETURN ON ASSET

TAHUN 2010-2013

NO NAMA PERUSAHAAN ROA

2010 2011 2012 2013

1. ANTM 13,71 12,68 15,19 1,87

2. ASII 15,07 13,73 12,48 10,42

3. BDMN 2,52 2,43 2,64 2,26

4. BBNI 1,65 1,94 2,11 2,34

5. JSMR 6,25 6,15 6,20 4,36

6. PGAS 20,14 19,75 23,42 20,49

7. SMGR 23,51 20,12 18,54 17,39

8. PTBA 22,92 26,84 22,86 15,88

9. TLKM 15,91 15,01 16,49 15,86


(6)

LAMPIRAN C

PERKEMBANGAN RETURN ON EQUITY

TAHUN 2010-2013

NO NAMA PERUSAHAAN ROE

2010 2011 2012 2013

1. ANTM 17,48 17,90 23,32 3,20

2. ASII 34,48 27,79 25,32 21,00

3. BDMN 16,17 13,35 14,33 13,18

4. BBNI 12,39 15,35 16,19 19,00

5. JSMR 15,30 14,27 15,69 11,39

6. PGAS 46,60 35,60 38,87 32,78

7. SMGR 30,48 27,06 27,12 24,56

8. PTBA 31,40 37,82 34,21 24,55

9. TLKM 35,73 25,37 27,41 26,21

10. WIKA 17,28 17,62 17,95 19,35

LAMPIRAN D

PERKEMBANGAN SIZE

TAHUN 2010-2013

NO NAMA PERUSAHAAN SIZE

2010 2011 2012 2013

1. ANTM 10,09 10,18 10,29 10,34

2. ASII 11,05 11,19 11,26 11,33

3. BDMN 11,07 11,15 11,19 11,27

4. BBNI 11,40 11,48 11,52 11,59

5. JSMR 10,28 10,32 10,39 10,45

6. PGAS 10,51 10,49 9,59 9,64

7. SMGR 10,19 10,29 10,42 10,49

8. PTBA 10,06 9,94 10,10 10,07

9. TLKM 11,00 11,01 11,05 11,11


Dokumen yang terkait

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP TINGKAT PENGUNGKAPAN INTERNET FINANCIAL REPORTING (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar di BEI)

0 35 19

PERBEDAAN CORPORATE FINANCIAL PERFORMANCE TERHADAP CORPORATE SOCIAL PERFORMANCE SEBELUM DAN SEASONED EQUITY OFFERINGS

0 8 75

ANALISIS INTELLECTUAL CAPITAL, MEKANISME CORPORATE Analisis Intellectual Capital, Mekanisme Corporate Governance, Corporate Social Responsibility Terhadap Financial Performance (Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan Go publik yang Terdaftar di Bursa Ef

0 2 15

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP HUBUNGAN ANTARA WORKING CAPITAL MANAGEMENT DAN CORPORATE FINANCIAL PERFORMANCE.

0 1 5

PENGARUH CORPORATE SOCIAL PERFORMANCE TERHADAP CORPORATE FINANCIAL PERFORMANCE.

0 0 17

PENGARUH CORPORATE ENVIRONMENTAL PERFORMANCE DAN CORPORATE SOCIAL ACCOUNTING DISCLOSURE TERHADAP CORPORATE ECONOMIC PERFORMANCE

0 0 27

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori - Pengaruh Corporate Social Performance Terhadap Corporate Financial PerformanceStudi Empiris Pada perusahaanyang terdaftar di National Center forSustainability Reporting 2010-2013

0 0 31

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Corporate Social Performance Terhadap Corporate Financial PerformanceStudi Empiris Pada perusahaanyang terdaftar di National Center forSustainability Reporting 2010-2013

0 0 8

Pengaruh Corporate Social Performance Terhadap Corporate Financial PerformanceStudi Empiris Pada perusahaanyang terdaftar di National Center forSustainability Reporting 2010-2013

0 0 11

Pengaruh corporate governance, corporate social Responsibility, dan financial performance Terhadap tax avoidance - Perbanas Institutional Repository

1 0 21