Para ilmuwan berminat menyelidiki kandungan yang terdapat dalam bahan tersebut agar dapat digunakan untuk membuat alat yang bermanfaat bagi
kehidupan manusia sehari-hari.Dengan peralatan dan pengetahuan yang masih terbatas, ilmuwan pada zaman dahulu memisahkan karet menjadi tiga unsur.Unsur
–unsur tersebut adalah “susu”, ”lilin”, serta “bahan yang ringan dan bening”. Tim penulis PS. 1993.
2.2 Karet
Karet sudah lama sekali digunakan orang.Penggunaannya meningkat sejak Goodyear pertama kali memvulkanisasikannya pada tahun 1839 dengan cara
memanaskan campuran karet dan belerang. Industri yang berbahan baku karet alam kemudian karet sintetik banyak didirikan pada perkembangan industri
kendaraan bermotor. Karet alam,jika dipanasi akan menjadi lunak dan lekat, kemudian dapat mengalir. Karet alam larut sedikit demi sedikit dalam benzena.
Akan tetapi, Bilamana karet alam divulkanisasi, yakni dipanasi bersama sedikit belerang sekitar 2, ia menjadi bersambung bersilangan dan terjadi perubahan
yang luar biasa pada sifatnya. Karet yang belum divulkanisasi bersifat ‘regas’ ketika diregang, yakni makin melunak karena rantainya pecah-pecah dan kusut.
Namun, karet tervulkanisasi jauh lebih tahan regang. Kelarutannya berkurang dengan makin banyaknya sambung silang, dan bahan tervulkanisasi hanya
menggembung sedikit jika disimpan dalam pelarut. Jika karet divulkanisasi dengan jumlah belerang yang lebih besar sekitar 30, dihasilkan bahan yang
sangat keras dan tahan secara kimia, yang dikenal sebagai ebonit atau karet keras.
Ebonit dipakai untuk kotak aki mobil. Laju reaksi antara karet dan belerang dapat ditingkatkan dengan penambahan ‘pemercepat’ yang terdiri dari senyawa organik
tertentu. M. A. Cowd. 1991
2.3 Pengolahan Lateks pekat
Lateks kebun umumnya mengandung kadar karet KKK antara 25 – 35. Lateks ini belum dapat dipasarkan karena masih terlalu encer dan belum sesuai
untuk digunakan sebagai bahan industri karet pada umumnya. Dengan demikian,lateks ini perlu dipekatkan terlebih dahulu hingga memiliki kadar karet
kering 60 atau lebih. Lateks dengan KKK 60 dikenal dengan sebutan lateks pekat concentrated latex. Proses pembuatan dan pemasaran lateks pekat ini
telah sejak lama dikenal,sehingga produk jenis ini bukanlah merupakan hal yang baru.
Proses pembuatan lateks pekat secara garis besar dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu : pemusingan centrifuging, pendadihan creaming, dan
penguapan evaporating, akan tetapi cara yang disebut terakhir tidak banyak dilakukan.
2.3.1 Lateks Pusingan
Pada umumnya pengolahan lateks pekat dengan cara pemusingan ditujukan untuk memproduksi lateks pekat amonia tinggi HA-centrifuge.Urutan
pengolahannya adalah sebagai berikut : 1.
Penerimaan lateks kebun
Lateks dari kebun harus dijaga kebersihannya dengan selalu menggunakan peralatan yang bersih.Lateks diterima dalam bak penerimaan melalui saringan 80
mesh,diukur jumlahnya dan diaduk merata.Kemudian diambil contoh untuk menentukan KKK dan kadar VFA-nya.Ke dalam lateks ditambahkan 2 – 3 gram
amoniak per liter lateks, kemudian diaduk. Apabila dikehendaki, sebelum dimasukkan ke dalam alat pusingan. lateks dapat dialirkan melalui pusingan
pembersih clarificator. 2.
Pemusingan Lateks dimasukkan ke dalam alat pusingan centrifuge, lateks yang
dialirkan ke dalam alat pusingan oleh daya centrifuge yang berputar dengan kecepatan 6000 – 7000 rpm, dipisahkan menjadi dua bagian yaitu lateks pekat dan
serum. Supaya berjalan dengan baik, alat pusingan harus sering dibersihkan
karena setelah alat ini berjalan beberpa jam menjadi kotor oleh bagian kuning dari lateks,magnesium-fosfat ,kotoran, dan lain – lain. Untuk menjaga kelancaran
biasanya digunakan dua buah alat pusingan atau lebih dengan “bowl” piring cadangan untuk mengganti bowl yamh mudah kotor dengan cepat.
Lateks pekat hasil pemusingan yang mengalir menuju tangki pencampur dibubuhi dengan bahan pemantap. Bahan ini umumnya berupa larutan 10 – 20
-laurat sejenis sabun dengan dosis 0,05. Fungsi dari larutan ini adalah untuk meningkatkan kemantapan lateks pekat hasil pusingan. Selanjutnya dalam
tangki ditambah sehingga kadar
dalam lateks menjadi 0,7 atau lebih. 3.
Penyimpanan lateks pekat
Lateks pekat hasil pusingan meskipun telah ditambah dengan bahan pemantap,lateks itu masih belum siap dipasarkan.Lateks pekat itu perlu
diperamdisimpan selama 2 minggu atau lebih. Pemeraman ini dimaksudkan agar bahan pemantap berfungsi efektif. Selama pemeramana perlu diaduk setiap hari
unutk menjaga agar tidak terjadi pengendapan. Pengadukan dilakukan dengan pengaduk rpm rendah 30 – 60 rpm dilakukan selama 15 – 30 menit.
Volume setiap tangki sebaiknya dapat menampung hasil olahan selama 3 atau 6 hari bila dilakukan sistem sadap 3 hari sekali. Hal ini dimaksudkan agar
mutu lateks pekat dari tangki yang satu dengan yang lain akan sama. 4.
Pengemasan
Pada umumnya pengemasan lateks pekat dilakukan dalam drum besi atau plastik volume 200 Liter. Bila menggunakan drum besi perlu terlebih dahulu
diberi bahan pelapis di bagian dalamnya. Pelapisan dengan lilin atau bitumen pada bagian dalam drum mutlak diperlukan meskipun dengan konsekuensi penambahan
biaya dan tenaga.
Secara ideal drum sebaiknya digunakan sekali pakai, tetapi harus jarang untuk dipakai berulang kali dengan resiko dapat menurunkan mutu lateks pekat
yang dikemas. Pada prinsipnya pengemasan lateks pekat harus dilakukan dalam wadah
yang sesuai, bersih, kering, dan tertutup rapat, disamping tersimpan dalam tempat yang sejuk demi untuk menjaga mutu lateks tidak cepat menurun.
2.3.2 Lateks Dadih
Metode pemekatan lateks ini menggunkaan bantuan bahan kimia yang berperan sebagai bahan pendadih. Jadi, berbeda dengan cara pusingan yang
menggunakan alat mekanis. Urutan pengolahan lateks dadih adalah sebagai berikut :
1. Penerimaan lateks
Lateks diterima dalam tangki – tangki melalui saringan. Untuk dapat diolah menjadi lateks pekat yang baik ,sangat diperlukan bahan lateks kebun yang
baik. Lateks ini harus telah diawetkan dengan bahan pengawet sedini mungkin yaitu dengan menambahkan
dengan kadar ≥ 0,7. Di samping itu, untuk
mendapatkan hasil pendadihan yang baik sesuai dengan mutu standar, diperlukan bahan lateks kebun dengan KKK
≥ 30.
2. Pendadihan
Bahan lateks kebun yang telah dibubuhi dengan bahan pengawet dan telah disaring itu dimasukkan ke dalam tangki pendadihan. Ke dalam tangki pendadih
dimasukkan bahan pendadih yaitu 140 cc larutan tepung Konyaku 1 atau 60 cc
larutan amonium alignat 1 untuk tiap liter lateks. Kemudian diaduk merata dengan alat pengaduk yang berputar denagn kecepatan antara 200 – 400 rpm
selama 20 – 60 menit. Setelah diaduk merata didiamkan selama beberapa waktu 3 – 4 minggu
untuk memberi kesempatan partikel – partikel karet terkumpul pada bagian atas dan skim di bagian bawah. Skim dari bagian bawah dikeluarkan untuk dialirkan
ke dalam bak pengumpul skim. Proses pendadihan yang baik akan menghasilkan skim berkadar karet antara 3 – 5.
3. Penyimpanan dan pengemasan
Penyimpanan dan pengemasan lateks dadih sama seperti yang dilakukan pada lateks pusingan. Skim sebagai limbah pengolahan lateks pekat biasanya
diolah tersendiri dan dijual dalam bentuk bekuan basah atau dalam bentuk krep. Krep skim ini termasuk gumpalan mutu rendah yang dapat diolah menjadi karet
remah. Selain kedua cara pengentalan seperti yang telah diuraikan di atas,masih
dikenal satu cara lagi yaitu melalui proses penguapan. Pada dasarnya cara pengentalan dengan penguapan adalah menguapkan air yang ada pada lateks.
Sebagai bahan pemantap dan pengawet digunakan sabun kalium dan basa KOH. Lateks pekat hasil penguapan yang disebut Revertex Standart,mempunyai
kadar zat padat ± 73 dan kadar karet kering 68. Disamping Revertex Standart dijumpai pula lateks pekat hasil penguapan yang diawetkan dengan amonia,yaitu
Revertex T. D. Setyamidjaja. 1993
2.4.Industri Benang Karet dan Limbahnya
PT.Industri Karet Nusantara IKN merupakan industri yang mengelola bahan baku karet lateks menjadi produk jadi.Pabrik ini mempunyai 3 tiga
pabrik pengolahan,yaitu : • Rubber Article Factory RAF
• Dipping Process Factory DPF • Rubber Thread FactoryRTF
Pabrik – pabrik ini mempunyai sistem pengolahan yang berbeda. Bahan baku yang di gunakan DPF dan RTF adalah bahan baku lateks, sedangkan RAF
menggunakan bahan baku padat karet yang telah kering. Produk – produk yang di hasilkan ketiga pabrik tersebut adalah :
1. RAF menghasilkan artikel karet, pita karet, rubber cownmats, dock fender
dan conveyer belt 2.
DPF menghasilkan sarung tangan karet
3. RTF menghasilkan benang karet
Bahan baku untuk pembuatan benang karet pada PT.Industri Karet Nusantara Medan adalah lateks DRC 60 lateks pekat hasil pemusingan yang
berasal dari Pusat Pengolahan Karet PPK PT.Perkebunan Nusantara III di kebun Rambutan dan Membang Muda.
Pada umumnya lateks yang di hasilkan dari kebun adalah high amoniak yang kadarnya sekitar 0,55 – 0,75 sedangkan lateks yang di pakai di Rubber
Thread Factory RTF adalah medium amoniak yang kadarnya 0,40 – 0,54, sebagai bahan pemantap di tambah larutan amonium laurat 20 dosis 4 – 5 mlL.
Lateks pekat inilah yang dipakai sebagai bahan baku dalam pembuatan benang karet.
Proses pembuatan karet menjadi benang karet dengan cara lateks pekat yang masuk di periksa di laboratorium kimia dan di uji kemudian lateksnya di
simpan di tempat penyimpanan lateks yang tersedia .Disamping itu bahan – bahan kimia yang akan di gunakan diperiksa dan di uji di laboratorium kimia. Lalu di
simpan di tempat yang tersedia lalu di timbang. Bahan kimia tersebut di proses menjadi pengemulsi kemudian di masukkan ke dalam storage masing-
masing,setelah itu di timbang sesuai dengan formulasi yang di tentukan.kedua bahan tersebut di campur di tangki inactive membentuk compound. Active
compound tersebut di maturasi untuk proses pematangan lalu di homogenkan dengan mixer. Setelah homogen, compound di periksa dan didinginkan ke dalam
cooling storage tank pada temperatur tertentu. Setelah pendingin active compound di periksa kemudian di lewatkan ke dalam feeding sistem yang berfungsi sebagai
penyimpanan sementara agar buih dan kotoran yang ada dapat hilang. Compound active tersebut di alirkan ke dalam header dan di teruskan melalui capillary dalam
acid bath yang berfungsi untuk menggumpalkan agar berbentuk benang. Kemudian di bilas dengan menggunakan air panas pada suhu 60-70 C pada water
bath kemudian di keringkan dalam drying oven pada suhu 105-110 C, lalu di lewatkan melalui talcum ribboning agar berbentuk pita-pita benang,, lalu di
periksa di laboratorium fisika .Kemudian pita tersebut di keringkan dengan proses
vulkanisasi dan didinginkan. Dan hasil akhirnya terbintuk pita benang karet yang akan di ekspor PT.Industri Karet Nusantara, 2008.
2.5 Parameter dan Standart Mutu
Dewasa ini permintaan konsumen terhadap mutu lateks pekat jauh lebih baik dari persyaratan mutu yang ditetapkan ASTM American Society for Testing
and Material D.1076, seperti kadar yang diisyaratkan oleh ATM D.1076
adalah maksimum 1.0,tetapi saat ini konsumen hanya menghendaki dan hanya mau membeli lateks pekat yang mempunyai kadar
maksimum 0.280 untuk lateks pekat jenis amonia rendah serta 0. 750 untuk lateks pekat jenis amonia
tinggi HA. Juga demikian halnya dengan parameter waktu uji kemantapan mekanis MST = Mechanical Stability Time , menurut ASTM D.1076 nilai MST
adalah 650 detik,tetapi konsumen menghendaki lateks pekat yang mempunyai kemantapan mekanis sekitar 1000 sampai 1200 detik. Oleh sebab itu para
produsen lateks harus dapat mengikuti perkembangan mutu yang diinginkan konsumen agar dapat bersaing merebut pasaran secara luas.
Beberapa definisi dari parameter lateks pekat yaitu : a
Kadar karet kering Dry Rubber ContentDRC
Kadar karet kering adalah menunjukkan banyaknya kadar karet kering yang terdapat di dalam lateks yang digumpalkan dengan asam,digiling dan
kemudian dikeringkan pada suhu 70 C selama 16 jam atau pada suhu 100 C selama 2 jam.
b Jumlah padatan total Total Solid ContentTSC
Jumlah padatan total adalah menunjukkan banyaknya zat padat yang terdapat di dalam lateks yang tidak dapat menguap bila dikeringkan pada
suhu 70 C selama 16 jam atau pada suhu 100 C selama 2 jam. c
Kadar
Kadar amoniak adalah jumlah amoniak yang terdapat dalam lateks. d
Uji waktu kemantapan mekanis Mechanical Stability TimeMST
Waktu kemantapan mekanis adalah waktu detik yang dibutuhkan untuk memulai menunjukkan koagulasi bila dipusingkan dengan kecepatan
14000 rpm. Nilai kemantapan mekanis tersebut menunjukkan mudah tidaknya lateks pekat tersebut mengalami penggumpalan selama proses
penyimpanan. e
Bilangan asam lemak mudah menguap Volatyle Fatty AcidVFA Bilangan asam lemak yang mudah menguap adalah jumlah asam lemak
yang mudah menguap berantai pendek yang terdapat dalam lateks pekat yang mengandung 100 gram padatan total. Bilangan VFA menunjukkan
tingkat kebusukan lateks pekat. Semakin tinggi bilangan VFA akan semakin buruk kualitas lateks pekat tersebut.
f Bilangan KOH KOH Number
Jumlah gram KOH yang dibutuhkan untuk menetralkan asam lemak dalam lateks pekat yang mengandung 100 gram padatan total.
M. Ompusunggu,1997.
2.6 Pengujian sifat mekanisme karet