Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada saat ini kejahatan semakin beragam dan terus berkembang di dalam kehidupan masyarakat anehnya kejahatan ini tidak hanya terjadi pada masyarakat berkembang akan tetapi masyarakat majupun tidak luput dari persoalan pelanggaran hukum, hal ini diakibatkan dari Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi IPTEK yang cukup pesat, sekarang ini sudah menjadi realita sehari-hari bahkan merupakan tuntutan masyarakat yang tidak dapat ditawar lagi. Tujuan utama perkembangan IPTEK adalah perubahan kehidupan masa depan manusia yang lebih baik, mudah, murah, cepat, aman dan tentram. Seiring dengan perkembangan IPTEK itu sendiri ternyata tidak hanya membawa pada dampak positif akan tetapi ternyata menimbulkan dampak negatif yakni semakin beragamnya kejahatan yang akan menuntut kemampuan hukum, baik perangkat perundang-undangan maupun aparat penegak hukum. Kejahatan timbul sejak manusia ada dan akan selalu ada selama manusia hidup di muka bumi ini. Masalah kejahatan bukan hanya menyangkut masalah pelanggaran norma hukum saja, tetapi juga melanggar norma-norma yang lain, misalnya norma agama, norma susila, dan lain sebagainya. Dalam realita kehidupan manusia kejahatan merupakan suatu permasalahan yang tidak akan pernah ada habisnya. 1 Hal ini juga di perparah seiring dengan merosotnya perekonomian Negara kita yang akan memberikan dampak terhadap pertumbuhan jumlah pengangguran, hal ini membuat timbulnya niat seseorang untuk melakukan kejahatan karena mereka terhimpit oleh kebutuhan hidup sehingga mereka melakukan aksi kejahatan. Masalah pengangguran dinilai menjadi faktor utama pemicu terjadinya tindak kejahatan di Kota Malang, Bahkan banyak kasus dimana Pemalsuan STNK dilakukan oleh warga yang berstatus pengangguran. 2 Kejahatan konvensional seperti pencurian, penipuan, pemalsuan kualitasnya terbilang meningkat, karena modus operandinya terbilang terselubung dan canggih serta kerap kali menggunakan dan memanfaatkan teknologi dalam melalukan kejahatan seperti pemalsuan STNK, pembobolan Bank melalui kecanggihan komputer dan kejahatan terselubung lainnya yang memanfaatkan kecanggihan teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan membawa pada implikasi berbagai hal dan salah satunya yakni terhadap pelaku pencurian kendaraan bermotor akan memberikan kemudahan dalam melakukan aksinya maupun dalam melakukan pemalsuan terhadap dokumen-dokumen yang berkaitan dengan kendaraan bermotor dari hasil kejahatannya. Kehadiran polisi memang sangatlah dibutuhkan dalam mengungkap berbagai kejahatan yang kerap terjadi dan meresahkan masyarakat. Satjipto Raharjo dalam tulisannya yang terdapat dalam buku yang berjudul Polisi pelaku dan pemikir, pernah mengungkapkan polisi pada 1 Bunga Madu Sari, 2007. Peran Samsat dalam Upaya Pencegahan dan Penanggulangan terhadap Pemalsuan Surat-surat Kendaraan Bermoror. Skripsi: Universitas Brawijaya 2 Berdasarkan wawancara dengan Brigadir Ariyanto Kaur Bin Ops Reskrim Polres Malang Kota pada hari Jum’at tanggal 04 Oktober 2013. hakekatnya adalah hukum yang hidup, karena ditangan polisilah hukum mengalami perwujudannya, melalui polisilah janji-janji hukum dan tujuan hukum seperti melayani dan melindungi service and protect diharapkan dapat menjadi kenyataan . 3 Kendaraan bermotor merupakan sarana transportasi yang sangat diperlukan manusia bahkan menjadi kebutuhan primer untuk membantu dalam melakukan aktivitas sehari hari untuk memenuhi kebutuhannya, kebutuhan tersebut dapat dikatagorikan pada dua hal, yaitu kebutuhan Rohani dan kebutuhan Jasmani. kebutuhan Jasmani berupa kebutuhan, Sandang, Pangan, Papan dan lain sebagainya. Sedangkan kebutuhan Rohani dapat berupa: Pendidikan, Rasa Keadilan, Rasa Aman dan lain sebagainya. Dalam usaha mewujudkan kebutuhan tersebut terkadang terjdai melakukan perbuatan melawan hukum, sehingga hal tersebut seringkali menimbulkan perselisihan diantara masyarakat yang akhirnya akan menimbulkan keresahan dan ketidaktentraman dalam kehidupan masyarakat. Salah satu bentuk kejahatan adalah pemalsuan dalam hal ini pemalsuan tidak lagi melihat kalangan masyarakat tertentu saja, akan tetapi sudah menjamur kemana-mana yaitu pada setiap ada kesempatan dan tersedianya objek maka kejahatan pemalsuan akan terjadi. Pemalsuan merupakan kejahatan yang dapat dikatagorikan kejahatan harta benda, harta seseorang telah dijamin oleh undang-undang dan setiap pelanggaran yang dilakukan terhadap hak-hak tersebut akan dikenai sanksi pidana. Pada saat ini maraknya pelaku Pemalsuan Dokumen berupa Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor STNK dan Bukti Kepemilikan 3 Satjopto Raharjo dan Anton Tabah.1993. Polisi pelaku dan pemikir, Jakarta. Penerbit Gramedia. Hal 95. Kendaraan Bermotor BPKB tidak saja menarik perhatian akan tetapi juga mengusik rasa aman dan ketentraman masyarakat, Tindak Pidana Pemalsuan tersebut yang semakin marak terjadi, ternyata memiliki jaringan yang terorganisir, secara umum kejahatan ini dapat dikatagorikan dalam tiga hal bentuk pelanggaran seperti: pelaku, penadah dan pemalsu identitas kendaraan dari hasil kejahatan. Pada kenyataannya kejahatan tersebut akan mudah kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, kejahatan ini tidak selalu sama antara kejahatan di daerah satu dengan daerah lainnya. Bahkan kejahatan itu tidak hanya terjadi di kota-kota besar saja seperti; Jakarta, Bandung, jogyakarta, semarang, dan Surabaya, akan tetapi di kota-kota yang memang memiliki basic kota pendidikan seperti: kota Malang sering terjadi kejahatan. Salah satu bentuk kejahatan yang terjadi di Kota Malang adalah kejahatan curanmor yang kaitannya sangat erat dengan pemalsuan dokumen surat- surat kendaraan bermotor. Pada saat ini kejahatan curanmor sudah tertata rapi dan juga memiliki jaringan yang sangat rapi dan terorganisir, misalnya ada pelaku yang memeng memiliki peran masing-masing yakni; ada pelaku yang melakukan pencurian ada juga penadah dari hasil pencurian tersebut. Dengan demikian terorganisirnya kejahatan tersebut, tidak hanya terbatas pada tahap pencurian kendaraan bermotornya saja, melainkan sampai pada tahap Pemalsuan Dokumen Kendaraan Bermotor juga seperti; Surat Tanda Nomor Kendaraan STNK dan Bukti Kepemilikan Kendaraan Bermotor BPKB yang memiliki bentuk menyerupai aslinya, yang seolah olah barang tersebut bukan merupakan hasil dari kejahatan. Berdasarkan data yang diperoleh penulis dari Kaur Bin Ops Satreskrim Polres Malang Kota pada penelitian pendahuluan, 4 tentang Tindak Pidana Pemalsuan STNK dikota Malang dari tahun 2010 hingga september 2013 telah terjadi 25 kasus Tindak Pidana Pemalsuan STNK, dengan modus operandi yang berbeda yaitu berupa; Pertama Pemalsuan Dokumen asli tapi data-datanya yang palsu atau fisik kendaraan yang palsu, dengan kata lain Asli tapi palsu. Kedua pemalsuan Dokumen palsu tapi data-datanya asli, hal ini terjadi terhadap orang yang pernah kehilangan kendaraannya, maksud terkait memakai STNK asli tapi fisik kendaraan yang dirubah dan disesuaikan dengan STNK. Ini terjadi apabila pemilik kendaraan bermotor kehilangan kendaraannya sehingga dia membeli kendaraan bermotor hasil curian yang mirip hkan atau sama dengan kendaraannya yang hilang yang pernah dimiliki dahulu. Dalam proses penegakan hukum terhadap Tindak Pidana Pemalsuan STNK, tidaklah mudah dan selalu terkendala dalam melakukan penyidikan terhadap pelaku Tindak Pidana Pemalsuan STNK, hal ini tercermin dari banyaknya perkara tidak yang dapat diselesaikan secara tuntas oleh penyidik Kasatreskrim Polres Malang Kota, berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan penyidik bahwasannya dari 25 kasus pemalsuan STNK yang ditangani Kasatreskrim Polres Malang Kota hanya menyelesaikan 3 kasus pemalsuan STNK pada Tahap Pengadilan. 4 Berdasarkan wawancara dengan Brigadir Ariyanto Kaur Bin Ops Reskrim Polres Malang Kota pada hari Jum’at tanggal 04 Oktober 2013. Kejahatan mengenai pemalsuan atau disingkat menjadi kejahatan pemalsuan adalah berupa kejahatan yang didalamnya mengandung unsur keadaan ketidak benaran atau palsu atas sesuatu obyek, yang sesuatunya itu tampak dari luar seolah-olah benar adanya padahal sesungguhnya bertentangan dengan sebenarnya. 5 Kejahatan pemalsuan yang dimuat dalam buku II KUHP dikelompokan dalam empat golongan, yaitu: 1. Kejahatan sumpah palsu Bab IX 2. Kejahatan pemalsuan uang Bab X 3. Kejahatan pemalsuan meterai dan merek Bab XI 4. Kejahatan pemalsuan surat Bab XII Penggolongan tersebut didasarkan atas obyek dari pemalsuan, yang jika dirinci lebih lanjut ada 6 obyek kejahatan, yaitu: 1 keterangan di atas sumpah, 2mata uang, 3 uang kertas 4 meterai, 5 merek, 6 surat. 6 Dalam kehidupan sehari hari, baik sebagai orang perorangan, sebagai anggota masyarakat maupun anggota kehidupan bernegara, sering bahkan selalu berhubungan dengan obyek-obyek tersebut diatas, terutama dengan uang dan surat-surat. Masyarakat menaruh suatu kepercayaan atas kebenaran obyek- obyek itu, oleh karena itu diatas kebenaran obyek-obyek harus dijamin. Jika tidak, dapat menimbulkan akibat buruk bagi masyarakat. Penyerangan terhadap kepercayaan atas kebenarannya adalah berupa suatu perbuatan yang dapat dipidana, yang oleh UU undang-undang ditentukan sebagai suatu 5 Adami Chazawi, 2002 ed.1, cet.2, Kejahatan Mengenai Pemalsuan, Jakarta. Raja Grafindo Hal 5. 6 Adami Chazawi Ibid. Hal 3. kejahatan. Memberikan atau menempatkan sifat terlarangnya bagi perbuatan- perbuatan berupa penyerangan terhadap kepercayaan itu dalam undang- undang adalah berupa suatu perlindungan hukum terhadap kepercayaan akan kebenaran dari obyek-obyek itu. Kitab undang-undang Hukum Acara Pidana mebahas terkait Pemalsuan surat valschheid in gaschripten, yang diatur dalam Bab XII Buku II KUHP, dari pasal 263 sd 276, yang dapat di bedakan menjadi 7 macam kejahatan pemalsuan surat, yakni: 1 Pemalsuan surat pada umumnya: bentuk pokok pemalsuan surat pasal 263. 2 Pemalsuan surat yang diperberat pasal 264. 3 Menyuruh memasukan keterangan palsu kedalam akta otentik pasal266. 4 Pemalsuan surat keterangan dokter pasal 267, 268. 5 Pemalsuan surat-surat tertentu pasal 269, 270 dan 271. 6 Pemalsuan suarat keterangan pejabat tentang hak milik pasal 274. 7 Menyimpan bahan atau benda untuk pemalsuan surat pasal 275. Surat geschrift adalah suatu lembaran kertas yang diatasnya terdapat tulisan yang terdiri dari kalimat dan huruf termasuk angka yang mengandung berisi buah pikiran atau makna tertentu, yang dapat berupa tulisan dengan tangan, dengan mesin ketik, printer computer, dengan mesin cetakan dan dengan alat dan cara apapun . 7 Membuat surat palsu membuat palsu vaselijk opmaaken sebuah surat adalah membuat sebuah surat yang seluruh atau sebagian isinya palsu. Menurut penulis berpendapat bahwa pemalsuan surat ini memiliki ketidakbenaran atau proses pembuatannya bukan oleh lembaga yang memiliki 7 Adami Chazawi Ibid. Hal 99. kewenangan yang dalam pembuatan surat tersebut sehingga dalam isinya mengandung ketidakbenaran, dengan kata lain pendapat adami chazawi mengungkapkan Palsu artinya tidak benar dan bertentangan dengan sebenarnya. Dalam proses pembuatan pemalsuan surat ini ternyata tidak hanya mncangkup keseluruhan isi surat akan tetapi pemalsuan surat yang notabenya hanya sebagian juga dapat dikatagrikan sebagai pemalsuan. Hal ini sesuai yang disampaikan adami chazawi, Membuat surat palsu ini dapat berupa: 1. Membuat sebuah surat yang sebagian atau seluruh isi surat tidak sesuai atau betentangan dengan kebenaran. Membuat surat palsu yang demikian disebut dengan pemalsuan intelektualintelectuele valschheid; 2. Membuat sebuah surat yang seolah-olah surat itu berasal dari orang lain selain si pembuat surat. Membuat surat palsu yang demikian ini disebut dengan pemalsuan materiil materiele Valschheid. Palsunya surat atau tidak benarnya surat terletak pada asalnya si pembuatsurat. 8 Pernyataan tersebut ternyata bukan tanpa dasar hal ini diperjelas terkait pelasuan surat yang termuadalam pasal 263 KUHP yang terdiri dari 2 ayat yaitu: 1 Barang siapa membuat surat palsu atau memalsukan surat yang dapat menimbulkan sesuatu hak, perikatan atau pembebasan hutang atau yang diperuntukan sebagai bukti daripada sesuatu hal dengan maksud untuk memakai atau untuk menyuruh orang lain memakai surat tersebut seolah-olah isinya benar dan tidak di palsu, diancam jika pemakaian tersebut dapat menimbulkan kerugian, karena pemalsuan surat, dengan pidana penjara paling lama enam tahun. 8 Adami Chazawi Ibid .Hal 100. 2 Diancam dengan pidana yang sama, barang siapa dengan sengaja memakan surat palsu atau yang dipalsukan seolah-olah sejati, jika pemakaian surat itu menimbulkan kerugian . 9 Pasal tersebut diatas cukup memudahkan penulis dalam memberian pendapat bahwa Membuat surat palsu diartikan sebagai membuat isinya yang bukan semestinya yang mengandung ketidakbenaran, pembuatan surat tersebut menunjukan ketidak benaran atau dengan kata lain asal surat menunjukan ketidakbenaran. Memalsu surat artinya mengubah surat baik sebagian maupun keseluruhan isi surat, sehingga surat itu menjadi lain dari yang asli. Berdasarkan pemaparan di atas, menurut penulis sangatlah penting untuk mengadakan penelitian guna memperdalam secara pribadi dan sumbangsih dunia akademisi juga pada pihak polisi di Polres Malang Kota “khususnya” sehingga terdorong keinginan peneulis untuk melakukan penelitian dengan judul, ”ANALISIS PROSES PENEGAKAN HUKUM TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT TANDA NOMOR KENDARAAN STNK Studi di Wilayah Hukum Polres Malang Kota”. Dengan lebih mengarahkan pada kenyataan- kenyataan empiris yang terjadi lapangan sebagai bahan analisis. Tekanan pada penelitian ini adalah pada hal-hal yang dialami oleh responden polisi dalam proses penegakan hukum Tindak Pidana Pemalsuan Surat Tanda Nomor Kendaraan STNK. 9 Tim Permata Press, 2007. KUHP KUHAP. Jakarta. Penerbit Permata Press.

B. Rumusan Masalah