Keragaan Karakter Agronomi Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dalam Produksi Jagung Semi

KERAGAAN KARAKTER AGRONOMI
BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) DALAM
PRODUKSI JAGUNG SEMI

KUSTIYANA
A24060981

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

KERAGAAN KARAKTER AGRONOMI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG
(Zea mays L.) DALAM PRODUKSI JAGUNG SEMI
AGRONOMIC CHARACTER PERFORMANCE OF SOME CORN
(Zea mays L.) VARIETIES FOR PRODUCTION OF BABY CORN
Kustiyana1, Yudiwanti Wahyu E.K2, dan Sri Gajatri Budiarti3
1
Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Faperta IPB
2
Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Faperta IPB

3
Peneliti Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik
Abstract
Research was conducted to studied agronomic characters some varieties of maize in
baby corn production. In addition, to determinated the varieties that are relatively equal or
better than the control. The varieties were consisted of local varieties (Campaloga 2009,
Ketip Kuning 2117, Lokal Oesao 3033, and Lokal Srimanganti 3201), introduced varieties
(EW DMR Pool C6S2 3325 dan Phil DMR Comp. 2 3423), results of breeding variety
(Arjuna 2585), and one of variety hybrid, BISI 2 as a comparison. The researh arranged in a
split plot randomized completely block design with two factors and three replications.
Character that was had greatest influence in determining the net weight cob of plant/yield
were the net weight of cob, number cobs of plant, gross weight cobs of plant, number of
rejects cob, cob length, and diameter of cob. Interaction variety and detasseling had
significant respons to gross weight of cob for two varieties. They were Lokal Srimanganti
3201 and Arjuna 2585. The results showed that Arjuna 2585 has yield more than BISI 2.
Varieties that had the potential of yield characters were Arjuna 2585, Lokal Srimanganti
3201, and Lokal Oesao 3033. In this research, generally detasseling increasing the yield and
quality of baby corn.
Key words: baby corn, detasseling, heritability, yield


RINGKASAN
KUSTIYANA. Keragaan Karakter Agronomi Beberapa Varietas Jagung
(Zea mays L.) dalam Produksi Jagung Semi. (Dibimbing oleh YUDIWANTI
WAHYU E.K. dan SRI GAJATRI BUDIARTI).
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari keragaan karakter agronomi
beberapa varietas jagung dalam produksi jagung semi. Selain itu, untuk
menentukan varietas yang relatif sama atau lebih baik dibandingkan kontrol.
Hipotesis penelitian ini adalah terdapat perbedaan daya hasil dan kualitas jagung
semi pada varietas-varietas jagung baik lokal, introduksi, unggul, maupun hibrida,
terdapat beberapa varietas jagung lokal yang memiliki daya hasil jagung semi
lebih tinggi dibanding varietas komersial, serta pemotongan bunga jantan
(detasseling) meningkatkan daya hasil dan kualitas jagung semi.
Percobaan menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT)
dengan dua faktor yang disusun dalam rancangan petak terbagi (Split Plot), terdiri
dari perlakuan detasseling dan nondetasseling sebagai petak utama serta varietas
sebagai anak petak. Varietas terdiri dari empat varietas jagung lokal (Campaloga
2009, Lokal Srimanganti 3201, Ketip Kuning 2117, dan Lokal Oesao 3033),
varietas unggul yaitu Arjuna 2585, varietas introduksi (Phill DMR Comp 2 3423
dan EW DMR Pool C6S2 3325) dan varietas hibrida, BISI 2 sebagai pembanding.
Percobaan disusun dalam tiga kelompok (ulangan), sehingga terdapat 48 satuan

percobaan. Setiap perlakuan terdiri dari 75 individu tanaman yang ditanam dalam
lima baris dengan 15 tanaman per baris sehingga keseluruhan percobaan terdiri
dari 3 600 individu tanaman.
Terdapat perbedaan rata-rata bobot bersih tongkol per tanaman pada
varietas yang diuji yaitu varietas hibrida BISI 2 sebesar 17.79 g, Arjuna 2585
(varietas unggul) sebesar 26.69 g, varietas introduksi 11.81 g, dan varietas lokal
sebesar 12.18 g. Varietas yang nyata lebih besar bobot bersih tongkol per
tanamannya dari varietas BISI 2 adalah Arjuna 2585 yaitu 26.69 g sedangkan
Lokal Srimanganti 3201 (13.22 g) menunjukkan tidak berbeda nyata terhadap
BISI 2. Pemotongan bunga jantan berpengaruh nyata pada empat karakter yaitu
jumlah tongkol per tanaman, bobot kotor tongkol per tanaman, bobot kotor per
tongkol, dan jumlah tongkol layak pasar. Interaksi antara varietas dan detasseling
berpengaruh nyata terhadap karakter bobot kotor per tongkol pada dua varietas

iii

yaitu Lokal Srimanganti 3201 dan Arjuna 2585. Arjuna 2585 menunjukkan bobot
bersih tongkol per tanaman yang nyata lebih besar dari varietas BISI 2, sehingga
detasseling baik dilakukan pada dua varietas tersebut.
Hampir semua karakter memiliki ragam genetik yang tinggi kecuali

karakter jumlah tongkol per tanaman. Demikian pula nilai heritabilitas semua
karakter tinggi kecuali jumah tongkol per tanaman yang memiliki nilai
heritabilitas sedang. Nilai heritabilitas yang tinggi menunjukkan karakter tersebut
lebih banyak dipengaruhi faktor genetik dibandingkan lingkungan sehingga
seleksi dapat dilakukan lebih ketat untuk memperoleh kemajuan genetik yang
tinggi, sedangkan heritabilitas sedang menunjukkan bahwa karakter tersebut
cukup besar dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Koefisien keragaman genetik
pada masing-masing karakter yang diamati sangat beragam. Hal ini karena dalam
populasi atau varietas-varietas tersebut bukan merupakan hasil seleksi. Varietasvarietas tersebut dipilih berdasarkan pengelompokan varietas komersial (hibrida),
introduksi, lokal, dan unggul.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot bersih tongkol per tanaman
berkorelasi positif pada enam karakter yaitu karakter panjang tongkol (r = 0.87,
p = 0.0001), bobot bersih per tongkol (r = 0.80, p = 0.0002), bobot kotor tongkol
per tanaman (r = 0.76, p = 0.0007), jumlah tongkol per tanaman (r = 0.65,
p = 0.0067), jumlah tongkol afkir (r = 0.54, p = 0.0308), dan diameter tongkol
(r = 0.50, p = 0.047). Karakter yang terbesar pengaruhnya dalam menentukan
bobot bersih tongkol per tanaman adalah bobot bersih per tongkol dengan nilai
C = 0.63170, kemudian secara berturut yaitu jumlah tongkol per tanaman
(C = 0.44752), bobot kotor tongkol per tanaman (C = 0.12440), jumlah tongkol
afkir (C = 0.09192), dan panjang tongkol (C = 0.08314). Diameter tongkol

memberikan pengaruh langsung negatif terhadap hasil sebesar -0.02798. Nilai sisa
(CS) sebesar 0.0588 menunjukkan bahwa 94.12% hasil dipengaruhi secara
langsung dan tidak langsung oleh enam karakter tersebut.
Varietas yang memiliki potensi karakter komponen hasilnya baik yaitu
Arjuna 2585, Lokal Srimanganti 3201, dan Lokal Oesao 3033. Secara umum
perlakuan pemotongan bunga jantan meningkatkan hasil dan kualitas dari jagung
semi (baby corn).

iv

KERAGAAN KARAKTER AGRONOMI
BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) DALAM
PRODUKSI JAGUNG SEMI

Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Petanian Bogor

KUSTIYANA
A24060981


DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

Judul

: KERAGAAN KARAKTER AGRONOMI BEBERAPA
VARIETAS

JAGUNG

(Zea

mays

L.)

DALAM


PRODUKSI JAGUNG SEMI
Nama

: KUSTIYANA

NIM

: A24060981

Menyetujui:

Pembimbing I

Pembimbing II

Dr. Ir. Yudiwanti Wahyu E.K, MS.
NIP. 19631107 198811 2 001

Ir. Sri Gajatri Budiarti, MS.

NIP. 19510204 198203 2 001

Mengetahui:
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakulltas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, M.ScAgr
NIP. 19611101 198703 1 003

Tanggal lulus :

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 26 November 1987. Penulis
merupakan anak kelima dari tujuh bersaudara, pasangan Bapak Adang Muala dan
Ibu Nuryati.
Tahun 1994 penulis lulus dari TK Islam Al Badriyah Jakarta, kemudian
penulis melanjutkan sekolah di SD Islam Al Falah 2, Jakarta dan lulus tahun
2000. Tahun 2003 penulis lulus dari MTs. Al Falah Jakarta. Penulis
menyelesaikan studinya tahun 2006 di MAN 10 Jakarta, kemudian melanjutkan

pendidikannya di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan
Mahasiswa Baru (SPMB). Tahun 2007 penulis diterima sebagai mahasiswa di
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian dengan program
minor yaitu Pengembangan Usaha Agribisnis, Departemen Agribisnis, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen IPB.
Penulis aktif di berbagai kegiatan organisasi, tahun 2006 penulis menjadi
panitia MPKMB (Masa Perkenalan Mahasiswa Baru) IPB. Tahun 2006 sampai
2010 penulis menjadi pengurus LDK Al-Hurriyyah IPB, selama tiga tahun berada
di Departemen Sosial Kemasyarakatan sebagai anggota, bendahara, dan staf ahli,
lalu satu tahun berada di Departemen Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai
bendahara serta biro administrasi dan konsultan. Tahun 2007 penulis menjadi
pengurus biro aplikasi pertanian, Departemen Pertanian BEM Faperta IPB.
Selama di BEM, penulis menjadi Ketua Gebyar Pertanian 2008, Divisi Publikasi,
Dekorasi dan Dokumentasi (PDD) Masa Perkenalan Fakultas (MPF) Faperta
2008, dan berpartisipasi pada program Bina Desa BEM Faperta IPB.
Tahun 2009-2010 penulis dan tim menjalankan hibah Program
Pengembangan Kewirausahaan Mahasiswa (PPKM), DPKHA IPB, Program
Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKMK) dan tahun 2010 lolos PKM
Gagasan Tertulis. Penulis tergabung dalam Kewirausahaan Budidaya Puyuh
sebagai Manajer Administrasi dan Keuangan 2009 dan Manajer Pemasaran 2010.

Penulis mendapatkan bantuan beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA)
tahun 2007-2010. Tahun 2010 penulis menjadi asisten mata kuliah Dasar-dasar
Pemuliaan Tanaman (PMT) dan Pendidikan Agama Islam (PAI).

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT yang
dengan rahmat dan kasih sayang-Nya penulis diberikan kesabaran dan kekuatan
sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam senantiasa
tercurah kepada suri tauladan kita, Rasulullah Muhammad SAW, keluarga,
sahabat, serta orang-orang yang mengikutinya dengan baik hingga akhirat kelak.
Penulisan skripsi yang berjudul “Keragaan Karakter Agronomi Beberapa
Varietas Jagung (Zea mays L.) dalam Produksi Jagung Semi” sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua yang selalu memberikan do’a, pengorbanan, kesabaran,
dorongan dan kasih sayangnya, begitupun saudari kembarku (Ani), abang, dan
adik atas segala perhatian dan kasih sayang.
2. Dr. Ir. Yudiwanti Wahyu E.K, MS. selaku dosen pembimbing I yang telah

memberikan arahan, bimbingan, dan saran selama penulis menyelesaikan
tugas akhir ini.
3. Ir. Sri Gajatri Budiarti, MS. selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan secara teknis di lapangan, serta saran dalam penulisan skripsi ini.
4. Dr. Ir. Desta Wirnas, MSi. Selaku dosen penguji yang telah memberikan saran
dan kritik untuk perbaikan penyusunan skripsi ini.
5. Dr. Ir. Hajrial Aswidinnoor selaku dosen pembimbing akademik atas
bimbingan, nasihat, dan semangat selama penulis menimba ilmu di
Departemen Agronomi dan Hortikultura.
6. Pihak kebun percobaan Cikarawang (Pak Sarta, Pak Argani, dan Pak Jaja),
Sindang Barang (Pak Irfan), dan BB Biogen (Pak Sunarto dan Ibu Eha) atas
bantuannya di lapangan baik dalam perbanyakan benih maupun penelitian.
7. Dr. Rahmi Yunianti, SP. MSi., Ka Arif, Nida, dan Hapshoh yang telah
membantu dan memberikan masukan serta saran dalam pengolahan dan
intrepretasi data.

viii

8. Hima, Caca, Ani, Anto, Juned, Tika 45, Ical, Mawar, Via, Nazri, Dimas dan
teman-teman lainnya yang selalu membantu selama panen dan pengamatan di
lapangan dan Lab. Pemuliaan Tanaman sehingga meringankan pekerjaan di
setiap harinya serta Ka Abdul dan Mba Tia atas perhatian dan kunci Lab.
Pemuliaan Tanamannya.
9. Noni, Asih, Lia, Fitri, Sitkom, Ical, Yeni, Rina, Henry, Siti, Risti atas
perhatian, dukungan, semangat, saran, kritik, dan kebersamaan selama
penelitian dan penyusunan skripsi.
10. Teman-teman AGH 43 atas kebersamaan, keceriaan, dan kekompakan selama
penulis berada di departemen Agronomi dan Hortikultura.
11. Teman-teman satu pembimbing skripsi Wahyu, Yusuf, dan Anif atas
dukungan dan bantuannya.
12. Warga kosan Ponpes Mahasiswi Al-Iffah khususnya Dedek, Lina, Citae, Vira,
dan Lely atas curahan semangat dan kasih sayang selama ini.
13. Tim SDM 2010 LDK Al Hurriyyah atas persaudaraan, kebersamaan,
perhatian, dan do’anya.
14. Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian dan penyelesaian skripsi
ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang
membutuhkan.

Bogor, Juni 2011

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ...................................................................................... vii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
Latar Belakang.................................................................................................... 1
Tujuan ............................................................................................................. 2
Hipotesis ......................................................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................... 3
Botani Tanaman Jagung ................................................................................. 3
Jagung Semi .................................................................................................... 4
Pemuliaan Jagung Semi ................................................................................... 5
Pemotongan Bunga Jantan ............................................................................... 6
Korelasi dan Analisis Lintasan ........................................................................ 7
BAHAN DAN METODE ................................................................................... 9
Tempat dan Waktu .......................................................................................... 9
Bahan dan Alat ................................................................................................ 9
Metode Percobaan ........................................................................................... 9
Pelaksanaan Percobaan .................................................................................. 10
Pengamatan ................................................................................................... 11
Analisis Data ................................................................................................. 12
HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 15
Keadaan Umum............................................................................................. 15
Keragaan Karakter Agronomi ........................................................................ 16
Karakter Hasil dan Komponen Hasil .......................................................... 17
Karakteristik Tongkol ................................................................................ 23
Karakter Generatif ..................................................................................... 33

x

Karakter Vegetatif ..................................................................................... 38
Parameter Genetik ......................................................................................... 41
Korelasi Linier dan Analisis Lintasan ............................................................ 45
KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 51
Kesimpulan ................................................................................................... 51
Saran ............................................................................................................. 51
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 52
LAMPIRAN ..................................................................................................... 56

xi

DAFTAR TABEL

Nomor

Halaman

1. Sidik Ragam RKLT Split Plot (Steel dan Torrie, 1989) ............................ 13
2. Rekapitulasi Sidik Ragam Karakter Agronomi Beberapa Varietas
Jagung dalam Produksi Jagung Semi ....................................................... 17
3. Jumlah Tongkol per Tanaman pada Beberapa Varietas Jagung dalam
Produksi Jagung Semi ..............................................................................

18

4. Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Jumlah Tongkol per Tanaman
Beberapa Varietas Jagung dalam Produksi Jagung Semi ......................... 19
5. Bobot Kotor Tongkol per Tanaman dan Bobot Bersih Tongkol per
Tanaman pada Beberapa Varietas Jagung dalam Produksi Jagung Semi.. 20
6. Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Bobot Bersih Tongkol per Tanaman
Beberapa Varietas Jagung dalam Produksi Jagung Semi ......................... 20
7. Bobot Kotor per Tongkol dan Bobot Bersih per Tongkol Beberapa
Varietas Jagung dalam Produksi Jagung Semi ......................................... 21
8. Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Bobot Bersih per Tongkol
Beberapa Varietas Jagung dalam Produksi Jagung Semi ......................... 22
9. Diameter Tongkol dan Panjang Tongkol pada Beberapa Varietas
Jagung dalam Produksi Jagung Semi ....................................................... 23
10. Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Diameter Tongkol Beberapa
Varietas Jagung dalam Produksi Jagung Semi ......................................... 24
11. Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Panjang Tongkol Beberapa
Varietas Jagung dalam Produksi Jagung Semi ......................................... 25
12. Jumlah Tongkol Layak Pasar dan Tongkol Afkir pada Beberapa
Varietas Jagung dalam Produksi Jagung Semi ......................................... 26
13. Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Jumlah Tongkol Layak Pasar
Beberapa Varietas Jagung dalam Produksi Jagung Semi ......................... 26
14. Persentase Tongkol Layak Pasar pada Beberapa Varietas Jagung dalam
Produksi Jagung Semi ..............................................................................

27

15. Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Persentase Tongkol Layak Pasar
Beberapa Varietas Jagung dalam Produksi Jagung Semi ......................... 29
16. Persentase Kelayakan Tongkol Jagung Semi Perlakuan Nondetasseling
Beberapa Varietas Jagung dalam Produksi Jagung Semi ......................... 29
17. Pengkelasan Tongkol Jagung Semi yang Dihasilkan Varietas Lokal,
Unggul, Introduksi, dan BISI 2 ................................................................

30

18. Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Tongkol Afkir Beberapa Varietas
Jagung dalam Produksi Jagung Semi ....................................................... 31

xii

19. Tinggi Tongkol dan Ruas Muncul Tongkol Pertama pada Beberapa
Varietas Jagung dalam Produksi Jagung Semi ......................................... 34
20. Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Tinggi Tongkol Beberapa Varietas
Jagung dalam Produksi Jagung Semi ....................................................... 34
21. Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Ruas Muncul Tongkol Pertama
Beberapa Varietas Jagung Semi ............................................................... 35
22. Umur Berbunga dan Umur Panen Beberapa Varietas Jagung dalam
Produksi Jagung Semi ..............................................................................

36

23. Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Umur Berbunga Beberapa Varietas
Jagung dalam Produksi Jagung Semi ....................................................... 36
24. Tinggi Tanaman, Diameter Batang, dan Jumlah Buku per Tanaman
pada Beberapa Varietas Jagung dalam Produksi Jagung Semi ................ 39
25. Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Tinggi Tanaman Beberapa Varietas
Jagung dalam Produksi Jagung Semi ....................................................... 40
26. Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Diameter Batang Beberapa Varietas
Jagung dalam Produksi Jagung Semi ....................................................... 40
27. Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Jumlah Buku per Tanaman
Beberapa Varietas Jagung dalam Produksi Jagung Semi ......................... 41
28. Nilai Ragam Genetik (Vg), Ragam Lingkungan (Ve), Ragam Interaksi
(Vdxg ), dan Ragam Fenotipik (Vp) Karakter yang Diuji ....................... 42
29. Koefisien Keragaman Genetik (KKG) dan Heritabilitas Arti Luas (h2bs)
Beberapa Karakter Jagung dalam Produksi Jagung Semi ........................ 43
30. Nilai Koefisien Korelasi Antar Peubah Beberapa Genotipe Jagung
dalam Produksi Jagung Semi .................................................................... 46
31. Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Beberapa Karakter terhadap
Bobot Bersih Tongkol per Tanaman Beberapa Varietas Jagung dalam
Produksi Jagung Semi ..............................................................................

48

xiii

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1. Beberapa Serangan Hama dan Penyakit pada Pertanaman Jagung Semi.
(A) Belalang (B) Ulat Penggerek Tongkol (C) Ulat Penggerek Batang
(D) Bulai (E) Hawar Daun (F) Karat Daun .............................................. 15
2. Jagung Semi Layak Pasar Beberapa Varietas Jagung .............................. 28
3. Jagung Semi Afkir Beberapa Varietas Jagung Semi ................................ 32
4. Diagram Lintasan Beberapa Karakter dengan Bobot Bersih/Tanaman
pada Beberapa Varietas Jagung dalam Produksi Jagung Semi ................ 49

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Lampiran

1.

Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian ...............................................

57

2.

Deskripsi Varietas Hibrida BISI 2 ....................................................

58

3.

Varietas-varietas Jagung Lokal, Unggul, dan Introduksi yang
Digunakan sebagai Bahan Penelitian ................................................

59

Data Iklim Bulanan Wilayah Darmaga, Bogor Bulan JuniSeptember 2010 ................................................................................

59

Sidik Ragam Karakter Tinggi Tanaman (TT) Beberapa Varietas
Jagung dalam Produksi Jagung Semi ................................................

59

Sidik Ragam Karakter Diameter Batang (DB) Beberapa Varietas
Jagung dalam Produksi Jagung Semi ................................................

60

Sidik Ragam Karakter Jumlah Buku/Tanaman (JBU) Beberapa
Varietas Jagung dalam Produksi Jagung Semi .................................

60

Sidik Ragam Karakter Umur Berbunga (UB) Beberapa Varietas
Jagung dalam Produksi Jagung Semi ................................................

60

Sidik Ragam Karakter Tinggi Tongkol (TTO) Beberapa Varietas
Jagung dalam Produksi Jagung Semi ................................................

60

Sidik Ragam Karakter Umur Panen (UP) Beberapa Varietas
Jagung dalam Produksi Jagung Semi ................................................

61

Sidik Ragam Karakter Jumlah Tongkol/Tanaman (JTT) Beberapa
Varietas Jagung dalam Produksi Jagung Semi .................................

61

Sidik Ragam Karakter Ruas Muncul Tongkol Pertama (RTP)
Beberapa Varietas Jagung dalam Produksi Jagung Semi .................

61

Sidik Ragam Karakter Bobot Kotor Tongkol/Tanaman (BKTAN)
Beberapa Varietas Jagung dalam Produksi Jagung Semi .................

61

Sidik Ragam Karakter Bobot Kotor/Tongkol (BKTO) Beberapa
Varietas Jagung dalam Produksi Jagung Semi .................................

62

Sidik Ragam Karakter Bobot Bersih Tongkol/Tanaman (BBTAN)
Beberapa Varietas Jagung dalam Produksi Jagung Semi .................

62

Sidik Ragam Karakter Bobot Bersih/Tongkol (BBTO) Beberapa
Varietas Jagung dalam Produksi Jagung Semi .................................

62

Sidik Ragam Karakter Panjang Tongkol (PTO) Beberapa Varietas
Jagung dalam Produksi Jagung Semi ................................................

62

Sidik Ragam Karakter Diameter Tongkol (DTO) Beberapa
Varietas Jagung dalam Produksi Jagung Semi .................................

63

4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.

xv

19.
20.
21.

22.

Sidik Ragam Karakter Jumlah Tongkol Layak Pasar (TOLP)
Beberapa Varietas Jagung dalam Produksi Jagung Semi .................

63

Sidik Ragam Karakter Jumlah Tongkol Afkir (TOAF) Beberapa
Varietas Jagung dalam Produksi Jagung Semi .................................

63

Sidik Ragam Karakter Persentase Tongkol Layak Pasar
(PRSTOLP) Beberapa Varietas Jagung dalam Produksi Jagung
Semi ..................................................................................................

63

Sidik Ragam Karakter Persentase Tongkol Afkir (PRSTOAF)
Beberapa Varietas Jagung dalam Produksi Jagung Semi .................

64

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Jagung semi atau populer dengan nama baby corn adalah tongkol jagung
yang dipanen ketika masih muda dan belum dibuahi. Menurut Sutjahjo et al.
(2005), baby corn merupakan salah satu produk tanaman jagung yang memiliki
prospek cukup baik untuk dikembangkan. Pengusahaan jagung semi dirasakan
petani

memberikan

penghasilan

lebih

baik

dibandingkan

dengan

membudidayakan jagung hibrida (Pikiran Rakyat Bandung, 2009). Menurut
Soemadi dan Mutholib (2000), budidaya jagung semi sangat efisien karena tidak
memerlukan lahan yang luas, jarak tanam dapat lebih rapat sehingga memperkecil
biaya produksi per satuan luas, tidak adanya masalah dalam penyerbukan, serta
waktu produksi pendek sehingga petani dapat menanam jagung semi empat kali
atau lebih dalam setahun. Di samping itu, jika dilakukan pemotongan bunga
jantan dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas jagung semi.
Saat ini produksi dan pasar baby corn semakin meluas di seluruh dunia.
Khususnya Asia, Afrika, dan Amerika Selatan. Beberapa negara yang dikenal
eksportir baby corn diantaranya Thailand, Sri Lanka, Taiwan, China, Zimbabwe,
Zambia, Indonesia, Afrika Selatan, Nikaragua, Costa Rica, Guatemala, dan
Honduras. Sebagian besar baby corn di pasarkan ke negara Inggris, Amerika
Serikat, Malaysia, Taiwan, Jepang, dan Australia (Food Market Exchange, 2003).
Menurut Gurgaon (2005), selama tiga tahun terakhir baby corn yang dikalengkan
memiliki volume ekspor lebih tinggi dibandingkan baby corn segar.
Menurut Soemadi dan Mutholib (2000), varietas hibrida menghasilkan
tongkol dengan kualitas lebih baik dan ukuran lebih seragam, tetapi harga benih
hibrida sangat tinggi dan memerlukan input tinggi serta pemeliharaan intensif
sehingga keadaan ini akan menyulitkan petani. Penggunaan varietas lokal (bersari
bebas) merupakan suatu langkah untuk mengantisipasi hal tersebut serta
memelihara plasma nutfah. Menurut Adisarwanto dan Yustina (2002), keuntungan
menggunakan benih varietas bersari bebas adalah harganya relatif murah dan
dapat ditanam beberapa kali tanpa mengalami degenerasi serius.

2

Perubahan dalam pola diet dari non vegetarian menjadi vegetarian yang
hanya mengkonsumsi sayuran saja menjadikan kebutuhan jagung semi akan
semakin meningkat. Oleh karena itu penelitian jagung semi kini semakin penting
terutama dalam mengetahui potensi produksi jagung semi serta merakit varietas
khusus jagung semi yang memiliki sifat prolific, yaitu bertongkol banyak, dan
berkualitas baik.
Penelitian ini merupakan lanjutan dari beberapa penelitian sebelumnya.
Hasil penelitian Sepriliyana (2010) menunjukkan bahwa varietas Ketip Kuning,
Antasena, BC 10 MS 15, dan EW DMR Pool C6S2 menghasilkan jumlah tongkol
per tanaman dan bobot tongkol bersih tidak berbeda dari BISI 2 sehingga dapat
dikembangkan sebagai varietas jagung semi. Sebelumnya

Wakhyono

(2007)

melaporkan bahwa jumlah tongkol varietas lokal tidak berbeda dari kontrol
(BISI 3) dan varietas Ketip Kuning potensial dikembangkan sebagai varietas
jagung semi. Penelitian jagung varietas lokal dalam produksi jagung semi
diharapkan mampu mencapai tujuan jangka pendek yaitu dapat memberikan
potensi hasil yang relatif sama dengan jagung-jagung hibrida yang biasa
digunakan petani dalam produksi jagung semi sehingga dapat menjadi solusi
untuk meningkatkan keuntungan ekonomi petani. Penelitian tersebut juga
diharapkan mampu mencapai tujuan jangka panjang yaitu mendapatkan sumber
genetik yang baik untuk pembentukan varietas jagung semi.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan mempelajari keragaan karakter agronomi beberapa
varietas jagung (Zea mays L.) dalam produksi jagung semi. Selain itu, untuk
menentukan varietas yang relatif sama atau lebih baik dibandingkan kontrol.
Hipotesis
1.

Terdapat perbedaan daya hasil dan kualitas jagung semi pada varietas-varietas
jagung baik lokal, introduksi, unggul, maupun hibrida.

2.

Terdapat beberapa varietas jagung lokal yang memiliki daya hasil jagung
semi lebih tinggi dibanding varietas pembanding.

3.

Pemotongan bunga jantan meningkatkan daya hasil dan kualitas jagung semi.

3

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Jagung
Jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian (serealia).
Tanaman jagung tidak membutuhkan persyaratan khusus untuk tumbuh. Iklim
yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung adalah daerah-daerah
beriklim sedang hingga daerah beriklim subtropis/ tropis basah. Agar dapat
tumbuh optimal, jagung memerlukan beberapa persyaratan. Jagung dapat tumbuh
baik pada 0°-50° LU hingga 0°-40° LS, dengan ketinggian tempat sekitar 3000
meter dari permukaan laut dengan derajat keasaman tanah (pH) yaitu 5.5 sampai
7, curah hujan 85-200 mm/ bulan pada lahan yang tidak beririgasi, suhu ideal
23°-27° C, dan pada tanah latosol berdebu (Purwono dan Purnamawati, 2008).
Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya
diselesaikan dalam 80 – 150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap
pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif.
Menurut Purwono dan Hartono (2005), jagung memiliki akar serabut yang terdiri
dari akar seminal, akar adventif, dan akar udara. Batang jagung tidak bercabang,
berbentuk silinder, dan terdiri dari beberapa ruas dan buku ruas. Pada buku ruas
akan muncul tunas yang berkembang menjadi tongkol. Daun jagung keluar dari
buku-buku batang. Jumlah daun terdiri dari 4-48 helaian, tergantung varietasnya.
Bunga betina terdapat di ketiak daun ke-6 atau ke-8 dari bunga jantan.
Jagung merupakan tanaman berumah satu (monoecious) karena bunga
betina sebagai tongkol terpisah dengan bunga jantan sebagai malai tetapi terletak
dalam satu tanaman. Bunga betina muncul pada buku sekitar pertengahan batang.
Bunga jantan dapat menghasilkan sekitar 25 juta serbuk sari yang mudah
diterbangkan oleh angin. Penyerbukan terjadi dengan jatuhnya serbuk sari pada
rambut tongkol. Serbuk sari mulai dihasilkan oleh bunga satu sampai tiga hari
lebih awal dari keluarnya rambut tongkol. Oleh karena itu, peluang penyerbukan
silang sebesar 95% dan penyerbukan sendiri 5% (Poehlman dan Borthakur, 1969).

4

Jagung Semi
Jagung semi (baby corn) adalah jagung yang dipetik pada saat masih muda
dan belum terbentuk biji. Jagung semi sangat digemari oleh masyarakat yang
umumnya menyukai mengkonsumsi sayuran muda. Selain itu, jagung semi
digunakan sebagai pelengkap berbagai masakan sehingga penggunaan jagung
semi oleh masyarakat semakin bertambah. Jagung semi akan terasa lebih renyah
dan segar serta relatif lebih sedikit mengandung bahan kimia dibandingkan
sayuran biasa karena dipanen pada saat muda dan tidak terlalu banyak
menggunakan pestisida (Thai Food Composition, 1999).
Nilai gizi baby corn sebanding dengan kembang kol, kubis, terong, tomat,
dan mentimun. Produk sampingannya seperti tassel, kelobot muda, rambut dan
batang hijau jagung semi dapat menyediakan makanan ternak yang bagus. Jagung
semi mengandung vitamin B, riboflavin, vitamin B6, kalium, vitamin C dan serat
(Thai Food Composition, 1999).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi produksi jagung semi
diantaranya kultivar, waktu tanam, dan jarak tanam (Kotch et al., 1995). Teknik
budidaya jagung semi pada umumnya sama dengan jagung biasa dan jagung
manis, kecuali jarak tanam yang digunakan umumnya lebih rapat karena dipanen
lebih cepat. Jarak tanam yang lebih rapat cenderung meningkatkan produksi.
Akan tetapi, bila jarak tanam terlalu rapat, produksi akan merosot karena
kebutuhan unsur hara dan cahaya matahari tidak tercukupi.
Jagung semi dipanen 2-4 hari setelah rambut muncul dari kelobotnya yaitu
5-7 Minggu Setelah Tanam (MST). Sebelum pemanenan, pada saat muncul tassel
yaitu 4-5 MST dilakukan detasseling atau pembuangan bunga jantan (Sutjahjo et
al., 2005b).
Menurut Yodpetch dan Beutista dalam Sutjahjo et al., (2005), karakter
jagung yang diharapkan dimiliki oleh kultivar jagung semi bermutu adalah
produktivitas tinggi, umur panen pendek, dan pada umur tertentu mampu
mencapai ukuran yang diinginkan, selain itu rasanya manis, tidak berserat, dan
bagian tengahnya tidak bergabus. Palungkun dan Budiarti (2002) menyatakan
keterlambatan panen dapat menurunkan mutu baby corn. Keterlambatan panen

5

menyebabkan tongkol semakin besar dan keras, sebaliknya panen yang dilakukan
terlalu awal akan menyebabkan ujung tongkol menjadi mudah patah.
Pemuliaan Jagung Semi
Pemuliaan tanaman adalah ilmu dan seni dalam rangka mengubah dan
memperbaiki pola genetik dari satu atau beberapa karakter penting dari populasi
tanaman menjadi bentuk yang lebih bermanfaat (unggul) bagi manusia. Tujuan
pemuliaan tanaman adalah membentuk tanaman yang unggul yang memiliki
produksi dan produktivitas yang tinggi, tahan penyakit, stabil terhadap tekanan
lingkungan serta memenuhi kebutuhan petani (Chaudhari, 1971).
Menurut Moedjiono dan Mejaya (1994) program pemuliaan jagung
mencakup tiga tahap, yaitu: pemilihan plasma nutfah, perbaikan berulang plasma
nutfah yang terpilih, dan pembuatan galur untuk tetua hibrida dari plasma nutfah
yang telah diperbaiki secara berkala tersebut. Pemilihan plasma nutfah sangat
penting untuk menemukan populasi atau kultivar yang baik. Sutjahjo et al.
(2005a) menambahkan pada penemuan plasma nutfah tersebut ada perbedaan di
antara bahan-bahan pemuliaan disebabkan oleh perbedaan genetik yang telah ada
dan seleksi yang telah dilakukan sebelumnya, sehingga menghasilkan kumpulan
gen-gen yang baik dengan frekuensi yang lebih tinggi.
US Patent (2009) mencatat W701BC menghasilkan beberapa varietas
inbrida yang sangat ideal untuk produksi jagung semi. Varietas tersebut mampu
menghasilkan 7.2 tongkol/tanaman. Menurut Gurgaon (2005) Thailand telah
memulai pengembangan jagung semi sejak 1976 dengan pendekatan awal
mengembangkan varietas open-pollinated dan pada tahun 1981 merilis Rangsit-1,
kemudian Suwan2 dan Chieng-mai90. Selanjutnya merakit varietas hibrida jagung
semi diantaranya G 5414, SG 18, Pacific-116, Pacific-283, Uniseeds B-65,
Kasetsart2.
Produksi jagung semi di Indonesia saat ini masih terbatas dan biasanya
hanya ditanam sebagai hasil sampingan jagung produksi. Selain itu, Indonesia
belum memiliki varietas khusus jagung semi sehingga budidaya jagung semi
menggunakan varietas lokal maupun hibrida jagung yang ditujukan untuk jagung
pipilan dengan jumlah tongkol per tanaman hanya satu atau dua buah. Menurut

6

Fadhil (2004), varietas jagung yang banyak digunakan untuk jagung semi adalah
hibrida CPI-1, AGX, Pioneer, dan Arjuna.
Kegiatan pemuliaan tanaman dalam perbaikan kultivar jagung untuk
jagung semi bertujuan membentuk kultivar jagung bertongkol banyak (Sutjahjo et
al., 2005b). Selain itu, membentuk varietas yang memiliki kualitas yang seragam
dan baik. Jagung lokal memiliki karakteristik/sifat tertentu yang diperlukan
seperti: masa kedewasaan lebih awal (70-80 hari), tingkat adaptasi, ketahanan
terhadap penyakit downy mildew (Peronosclerospora maydis) (Food and Fertilizer
Technology Center for the Asian and Pacific Region, 2001). Penelitian varietas
lokal untuk produksi jagung semi diharapkan mampu memberikan potensi hasil
yang relatif sama dengan jagung-jagung hibrida sehingga dapat menjadi solusi
bagi petani dalam budidaya jagung semi, lebih jauh untuk peningkatan
keuntungan ekonomi petani.
Salah satu tahapan dalam pembentukan varietas adalah uji daya hasil.
Pengujian daya hasil dilakukan untuk melihat kemampuan tanaman terhadap
lingkungan dibanding varietas unggul yang sudah ada (Poespodarsono, 1988).
Pengujian daya hasil jagung semi varietas unggul yang dihasilkan diharapkan
dapat digunakan secara luas oleh petani sehingga dapat mengurangi penggunaan
benih hibrida.
Pemotongan Bunga Jantan
Bunga jantan pada jagung disebut tassel. Malai bunga jantan biasanya
muncul pada umur 40 – 50 hari setelah tanam, lalu diikuti bunga betina 1 – 3 hari
kemudian (Purwono dan Purnamawati, 2008). Bunga jantan menggunakan energi
hasil fotosintat untuk mekar dan memproduksi serbuk sari (pollen). Tanaman
jagung menggunakan tassel untuk penyerbukan bunga betina yang lebih dikenal
dengan silk atau rambut jagung. Bunga jantan muncul 5-6 hari sebelum silk
keluar. Jumlah pollen yang banyak dan kondisi lingkungan yang mendukung
seperti kecepatan angin dan tidak hujan dapat membantu terjadinya penyerbukan
sempurna sehingga tongkol jagung berbiji penuh.
Menurut Smith et al. (2004), pemotongan bunga jantan digunakan pada
produksi jagung semi untuk mencegah penyerbukan ke tongkol, menstimulasi

7

panen lebih awal, meningkatkan prolifikasi (jumlah tongkol per tanaman), dan
meningkatkan hasil dari jumlah tongkol. Pembuangan bunga jantan merupakan
salah satu cara untuk menghindari terjadinya dominansi apikal yang memacu
pertumbuhan vertikal sehingga fotosintat dapat dipergunakan untuk pertumbuhan
ke samping diantaranya untuk pembentukan tongkol. Menurut Palungkun dan
Budiarti (2002), pembuangan bunga jantan sebelum mekar menyebabkan
penyerbukan tidak terjadi sehingga energi yang akan dipakai untuk mekarnya
bunga jantan dan penyerbukan dialihkan untuk memperbanyak pembentukan
tongkol baru dan memperbesar tongkol yang dihasilkan. Hasil penelitian Bakrie et
al. (1995) menunjukkan bahwa pembuangan bunga jantan meningkatkan produksi
per hektar dan kadar sukrosa. Pemotongan bunga jantan (detasseling) dilakukan
setelah bunga jantan keluar tetapi belum sempat mekar.
Korelasi dan Analisis Lintasan
Budiarti et al. (2004) menyatakan pola hubungan antara hasil dapat
diketahui melalui perhitungan dengan menggunakan analisis korelasi. Korelasi
menggambarkan keeratan hubungan antara karakter. Korelasi berada diantara nilai
-1 dan +1. Analisis korelasi memiliki kelemahan yaitu dapat terjadi kesalahan
dalam penafsiran data. Asumsi dalam analisis korelasi bahwa selain kedua sifat
yang dipasangkan, yang lain dianggap konstan. Asumsi ini jelas kurang berlaku
bagi makhluk hidup, karena pada makhluk hidup terjadi berbagai proses yang
saling berkaitan antara satu dengan yang lain (Ganefianti et al., 2006). Oleh sebab
itu, karakter yang berkorelasi nyata dilanjutkan dengan analisis lintasan.
Analisis lintasan merupakan metode yang menjelaskan pola hubungan
antara hasil dan komponen hasil melalui pengaruh langsung dan tidak langsung.
Menurut Budiarti et al. (2004), analisis koefisien lintasan (path-coefficient
analysis) mampu menentukan kontribusi relatif, dari komponen hasil terhadap
hasil, baik langsung maupun tidak langsung sehingga hubungan kausal diantara
karakter yang dikorelasikan dapat diketahui.
Asadi et al. (2004) menyatakan melalui analisis lintasan dapat diketahui
pengaruh langsung dan tidak langsung antar variabel-variabel bebas dengan
variabel tidak bebas (hasil) sehingga akan lebih memudahkan pemulia dalam

8

melakukan seleksi, terutama karakter-karakter yang berpengaruh langsung
terhadap hasil serta sebagai landasan pemulia dalam perbaikan tanaman. Menurut
Wahyuni et al. (2004), jika pengaruh totalnya besar namun pengaruh langsungnya
negatif atau kecil sekali (diabaikan) maka karakter-karakter yang berperan secara
tidak

langsung

harus

dipertimbangkan

secara

simultan

dalam

seleksi.

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Percobaan ini dilakukan di kebun percobaan IPB Cikarawang, Darmaga,
Bogor dengan jenis tanah latosol. Waktu pelaksanaan penelitian yaitu pada bulan
Juni sampai September 2010.
Bahan dan Alat
Percobaan ini menggunakan benih jagung hasil perbanyakan pada generasi
sebelumnya. Benih yang digunakan terdiri dari tujuh varietas jagung yaitu empat
varietas jagung lokal (Campaloga 2009, Lokal Srimanganti 3201, Ketip Kuning
2117, Lokal Oesao 3033), satu varietas unggul (Arjuna 2585), dua varietas
introduksi (Phill DMR Comp 2 3423 dan EW DMR Pool C6S2 3325), dan satu
varietas hibrida BISI 2 sebagai pembanding. Bahan lain yang digunakan adalah
pupuk kandang, urea, SP-18, KCl, Furadan 3G, Saromyl 35 SD, Decis dan
Dithane. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan digital,
meteran, penggaris, jangka sorong, kamera digital, alat tulis dan alat yang umum
digunakan untuk budidaya.
Metode Percobaan
Percobaan menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT)
dengan dua faktor yang disusun dalam rancangan petak tebagi (Split Plot), terdiri
dari perlakuan detasseling (pemotongan bunga jantan) dan nondetasseling (tanpa
pemotongan bunga jantan) sebagai petak utama serta varietas sebagai anak petak.
Varietas terdiri dari 7 varietas jagung lokal dan 1 varietas hibrida sebagai
pembanding. Ketujuh varietas merupakan perlakuan percobaan yang disusun
dalam tiga kelompok (ulangan) dalam masing-masing petak utama sehingga
terdapat 48 satuan percobaan. Setiap perlakuan terdiri dari 75 individu tanaman
yang ditanam dalam lima baris dengan 15 tanaman per baris sehingga keseluruhan
percobaan terdiri dari 3 600 individu tanaman.

10

Model statistika yang digunakan adalah:
Yijk = µ + αi + βj +

ij +

k

+ (α )ik + εijk

(i= 1,2; j= 1,2,3, k=1,2,3...8)
Yijk = Nilai pengamatan pada detasseling ke-i, ulangan ke-j, dan varietas ke-k
µ

= Rataan umum

αi

= Petak detasseling ke-i

βj

= Pengaruh ulangan ke-j

ij

= Galat petak utama (galat a)

k

= Pengaruh varietas ke-k

(α )ik = Pengaruh interaksi detasseling taraf ke-i dan varietas ke-k
εijk

= Galat anak petak (galat b)
Perbedaan antar perlakuan yang dievaluasi diuji dengan uji F. Bila

perlakuan berbeda nyata, maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji
t-Dunnett untuk membandingkan dengan kontrol dan kontras ortogonal untuk
membandingkan antar perlakuan sesuai kebutuhan pada taraf 5%.
Pelaksanaan Percobaan
Tahap awal dilakukan pengolahan tanah dengan menggunakan cangkul
disertai dengan pemberian pupuk kandang 2 ton/ha. Ukuran petak setiap satuan
percobaan adalah 3 m x 4 m. Sebelum ditanam terhadap benih diaplikasikan
Saromyl 35 SD 2.5 g/75 ml air untuk tiap kg benih. Setiap varietas ditanam dalam
lima baris dengan jarak tanam 80 cm x 20 cm, jarak dalam ulangan dan antar
ulangan 0.5 m sehingga luas lahan keseluruhan 770 m2. Penanaman dilakukan
dengan memasukkan dua benih per lubang dan Furadan 3G secukupnya.
Pemupukan dilakukan dengan membuat alur di samping baris tanam. Urea 250
kg/ha diberikan 50% pada saat tanam dan 50% lagi pada 28 Hari Setelah Tanam
(HST). KCl 100 kg/ha dan SP-18 200 kg/ha diberikan sekaligus pada saat tanam.
Penyulaman dilakukan dengan sulam pindah ketika 7 HST pada benih yang tidak
tumbuh. Pemeliharaan dilakukan dengan pembumbunan, pengendalian gulma,
serta pengendalian hama dan penyakit. Pengendalian gulma dilakukan pada 14
HST, 28 HST bersamaan dengan pembumbunan dan pemupukan serta pada 56
HST. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan pada 14 HST dan 42 HST.

11

Pemotongan bunga jantan (detasseling) dilakukan pada tanaman dengan
perlakuan detasseling segera setelah bunga jantan terbentuk. Pemanenan
dilakukan tergantung pada umur tiap varietas yaitu setelah tongkol keluar rambut
2-3 cm. Pemanenan dilakukan bertahap yaitu sehari sekali dengan memotong
pangkal tongkol.
Pengamatan
Pengamatan dilakukan pada setiap petak dengan mengambil 10 tanaman
contoh acak kompetitif. Peubah yang diamati meliputi:
1.

Tinggi tanaman yang diukur dari atas permukaan tanah hingga ujung daun
tertinggi yang ditegakkan, dilakukan sesudah keluar malai.

2.

Diameter batang yang diukur sekitar 5 cm dari permukaan tanah, dilakukan
setelah pertumbuhan vegetatif maksimal yang ditandai dengan munculnya
tassel.

3.

Jumlah buku per tanaman yang dihitung dari buku terbawah pada tanaman
contoh, dilakukan setelah pertumbuhan vegetatif maksimal yang ditandai
dengan munculnya tassel.

4.

Umur berbunga (bunga jantan) yang dihitung dari hari penanaman hingga
50% dari tanaman keluar malai.

5.

Tinggi tongkol, diukur dari atas permukaan tanah hingga pangkal tongkol
pertama, dilakukan setelah pertumbuhan vegetatif maksimal yang ditandai
dengan munculnya tassel.

6.

Ruas muncul tongkol pertama yang dihitung berdasarkan jumlah ruas tempat
tongkol pertama kali muncul dari atas permukaan tanah, dilakukan setelah
pertumbuhan vegetatif maksimal yang ditandai dengan munculnya tassel.

7.

Umur panen yang dihitung berdasarkan rata-rata umur petik tiap tongkol pada
tanaman contoh.

8.

Jumlah tongkol per tanaman yang dihitung dari jumlah tongkol setiap
tanaman contoh.

9.

Bobot kotor per tongkol yang ditimbang berdasarkan rata-rata bobot tongkol
per tanaman contoh beserta kelobot dan rambutnya.

12

10. Bobot bersih per tongkol yang ditimbang berdasarkan rata-rata bobot tongkol
per tanaman contoh tanpa kelobot dan rambutnya.
11. Bobot kotor tongkol per tanaman yang ditimbang berdasarkan jumlah bobot
semua tongkol per tanaman contoh beserta kelobot dan rambutnya.
12. Bobot bersih tongkol per tanaman yang ditimbang berdasarkan jumlah bobot
semua tongkol per tanaman contoh tanpa kelobot dan rambutnya.
13. Ukuran tongkol yang terdiri dari panjang dan diameter tongkol. Panjang
tongkol diukur dari pangkal tongkol sampai ujung tongkol jagung, sedangkan
diameter diukur pada lingkar tongkol terbesar.
14. Jumlah tongkol layak pasar dihitung dari jumlah tongkol semua tanaman
contoh per tanaman yang memiliki kriteria tongkol layak pasar. Pengkelasan
yang dipakai berdasarkan ketentuan standar CODEX baby corn (1993) yaitu
panjang tongkol dengan kriteria kelas A (5.0 cm – 7.0 cm),

kelas

B

(7.0 cm – 9.0 cm), kelas C (9.0 cm – 12.0 cm), dan afkir (>12.0 cm). Pada
semua kriteria panjang tongkol, harus memiliki diameter antara 1 – 2 cm.
15. Jumlah tongkol afkir yaitu jumlah tongkol semua tanaman contoh per
tanaman yang tongkolnya bengkok atau tidak menarik, tidak mulus, terserang
hama dan penyakit, cacat atau tidak memenuhi kriteria pengkelasan
berdasarkan ukuran.
16. Persentase tongkol layak pasar dihitung dari perbandingan jumlah tongkol
layak pasar per tanaman dengan total tongkol per tanaman.
17. Persentase tongkol afkir dihitung dari perbandingan jumlah tongkol afkir per
tanaman dengan total tongkol per tanaman.
18. Tanaman terserang penyakit bulai per plot dihitung berdasarkan persentase
tanaman terserang dengan jumlah tanaman keseluruhan.
Analisis Data
Terhadap data yang diperoleh dari pengamatan tiap peubah dilakukan
analisis dengan rancangan petak terbagi dengan rancangan lingkungan kelompok
lengkap teracak. Sumber keragaman dan harapan kuadrat tengah untuk sumber
keragaman yang relevan dengan penduga parameter genetik disajikan pada
Tabel 1.

13

Tabel 1. Sidik Ragam RKLT Split Plot (Steel dan Torrie, 1989)
Sumber
Keragaman
Ulangan (r)
Detasseling (D)
Galat-a
Varietas (V)
DxV
Galat-b
Umum

Derajat
Bebas (db)
r-1
a-1
(r-1) (a-1)
b-1
(a-1) (b-1)
a(r-1) (b-1)
rab-1

Kuadrat
Tengah (KT)
KTk
KTp
KTg
KT3
KT2
KT1

H (KT)

2

r
2 + r
ε
2

ε+

2

+ ra

2

2

ε

Keterangan: D = banyaknya taraf detasseling, V = banyaknya taraf varietas, r = banyaknya
ulangan
2

Rumus:

g

= KT3 – KT2
ra

2

e

=

KT1
rab

2

ge

= KT2 – KT1
r

Keterangan:

KT1

= Kuadrat tengah galat

KT2

= Kuadrat tengah detasseling x varietas

KT3

= Kuadrat tengah varietas

Analisis data digunakan untuk menghitung nilai heritabilitas, koefisien keragaman
genetik, korelasi, dan analisis lintas.
Nilai dugaan heritabilitas (h2 bs) dalam arti luas (Allard, 1960)
menggunakan rumus: h2bs
Keterangan

h2bs
2

g

=
= heritabilitas arti luas
= ragam genetik

2
P

= ragam fenotipe

2
P

=

2

g

+

2

e

+

2

ge

(Stansfield, 1983)

Nilai koefisien keragaman genetik dapat dihitung menggunakan rumus:
KKG =
Keterangan

KKG = koefisien keragaman genetik
2

µ

g

= ragam genetik
= nilai tengah populasi

14

Keeratan hubungan antar pasangan ditentukan dengan nilai koefisien
korelasinya (r). Rumus koefisien korelasi adalah:

Nilai r berada diantara -1 dan +1. Nilai r sama dengan 1 menunjukkan bahwa
hubungan linear sempurna dan jika r sama dengan 0 maka tidak ada hubungan
antara kedua peubah (Steel dan Torrie, 1989).
Analisis lintas ini dilakukan dengan menggunakan persamaan matriks
yang dikemukakan Shing dan Chaudary (1977). Bobot bersih tongkol per tanaman
digunakan sebagai peubah tak bebas (y) dan karakter agronomi lain sebagai
peubah bebas (x). Rumus matriks analisis lintas adalah sebagai berikut: ry = rx P0n
x11 x12 ....... x18

r 1y

x21 x22 …… x28

r 2y
r 3y
:
:
r
A

=

x31 x32 …… x38

x81 x82

:
;
…… x88
B

p 1y
p 2y
p 3y
:
:
p
C

Sehingga untuk mendapatkan nilai C (koefisien lintasan) digunakan rumus:
C = B-1 A
Keterangan :
C = Koefisien lintasan ; B-1 = invers matriks korelasi antar peubah bebas
A = Koefisien korelasi antar peubah dengan peubah tidak bebas.

15

HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum
Penelitian ini diawali penanaman untuk perbanyakan benih jagung
varietas yang digunakan dalam penelitian. Penanaman dilakukan tanggal
2 Februari 2010 di empat lokasi yaitu Cikarawang, Sawah Baru, Sindang Barang,
dan BB Biogen Cimanggu. Penanaman untuk penelitian dimulai pada tanggal
17 Juni 2010 dan panen terakhir tanggal 21 September 2010. Daya berkecambah
benih pada umumnya tinggi