Tanggap Beberapa Varietas Jagung (Zea Mays L.) Terhadap Pemberian Pupuk Organik

TANGGAP BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK
SKRIPSI
Oleh : JENNI MARIA HUTAPEA/080307033
PEMULIAAN TANAMAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012

TANGGAP BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK
SKRIPSI
Oleh :
JENNI MARIA HUTAPEA/080307033 PEMULIAAN TANAMAN
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

(Ir. Mbue Kata Bangun, MS) Ketua

(Ir.E. Harso Kardhinata,M.Sc.) Anggota

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012


Judul Skripsi

: Tanggap Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Pupuk Organik

Nama NIM Departemen Program Studi

: Jenni Maria Hutapea : 080307033 : Agroekoteknologi : Pemuliaan Tanaman

Disetujui oleh, Komisi Pembimbing :

(Ir. Mbue Kata Bangun,MS) Ketua

(Ir.E. Harso Kardhinata,M.Sc) Anggota

Mengetahui,

(Ir.T.Sabrina, M.Agr. Sc. PhD) Ketua Program Studi Agroekoteknologi

ABSTRAK
Jenni Maria Hutapea : Tanggap Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Pupuk Organik, dibimbing oleh Mbue Kata Bangun dan E. Harso Kardhinata.

Permintaan jagung selalu meningkat, sehingga produksinya harus ditingkatkan, salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan varietas yang tepat yang memiliki respon yang baik dengan pemberian pupuk organik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tanggap beberapa varietas jagung (Zea mays L.) terhadap pemberian pupuk organik, telah dilaksanakan di lahan BBI Tanjung Selamet, Deli Serdang, Medan dari bulan April sampai dengan Juli 2012. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 2 faktor, yaitu: Faktor pertama varietas jagung yang terdiri dari 3 varietas: V1: varietas Bisma,V2: varietas Pioneer 12, dan V3: varietas SHS 11. Faktor kedua adalah pupuk organik “Green Giant” dengan 5 taraf: G0(0g/tanaman),G1:75g/tanaman,G2:150g/tanaman,G3:NPK 8,4g/tanaman dan G4: 75g/tanaman+NPK 8,4g/tanaman. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dan dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ).
Hasil analisis data menunjukkan bahwa varietas berbeda nyata pada tinggi tanaman, luas daun, panjang tongkol dan pipilan kering/sampel. Pupuk organik “Green Giant” yang diuji berpengaruh nyata pada tinggi tanaman, luas daun dan pipilan kering/sampel. Interaksi antara varietas dan pupuk organik “Green Giant” berbeda nyata pada produksi pipilan kering/sampel.
Kata Kunci: Jagung, varietas, pupuk organik “Green Giant”
i

ABSTRACT
Jenni Maria Hutapea : Response on Growth and Yield Some Maize Varieties Zea mays L.) on Organik Fertilizer, guided by Mbue Kata Bangun and E. Harso Kardhinata.
Maize request always mount, so that its production have to be improved, one of effort which can be done that is by using correct variety owning good respon with the organic fertilizer. The objective of this research aim to know the response on growth and yield some maize varieties to organik fertilizer was done in UPT Balai Benih Induk Tanjung Selamet, Deli Serdang, Medan from April until July 2012. This research using by Completely Randomized Design with two factors. The first factor are three varieties of maize: V1:Bisma, V2:Pioneer 12, V3:SHS 11. The second factor is organic fertilizer "Green Giant" by five levels: G0:(0g/plant),G1:75g/plant,G2:150g/plant,G3:NPK8,4g/plant,G4:75g/plant+ NPK8,4g/plant. Data were analyzed with Analysis of Variance (ANOVA) and continued with HSD test.
The result showed that varieties were significantly different to parameters plant height, wide of leaf, stem of corn and seed of corn. Organic fertilizer "Green Giant" were significantly different to plant height, wide of leaf and seed of corn. The interaction of varieties and organik fertilizer “Green Giant” were significantly effect to seed of corn.
Key words : Corn, variety, organic fertilizer “Green Giant”
ii

RIWAYAT HIDUP

Jenni Maria Hutapea, lahir di Tarutung pada tanggal 7 Januari 1989. Anak

kelima dari lima bersaudara dari pasangan Ayahanda P.H Hutapea (+) dan Ibunda

E. Tambunan.


Adapun jenjang pendidikan yang telah ditempuh oleh penulis adalah

sebagai berikut :

- SD : Negeri 173155 Pansurbatu

Lulus Tahun 2001

- SLTP

: SLTPN 1 Adiankoting

Lulus Tahun 2004

- SMU

: SMUN 2 Tarutung

Lulus Tahun 2007


Tahun 2008 penulis lulus Ujian Masuk Bersama (UMB) di Universitas

Sumatera Utara (USU). Penulis memilih Program Studi Pemuliaan Tanaman,

Departemen Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian.

Selama perkuliahan penulis mengikuti kegiatan organisasi Himpunan

Mahasiswa Departemen Budidaya Pertanian (HIMADITA) sebagai salah satu

anggota, mengikuti organisasi kerohanian di Kebaktian Mahasiswa Kristen

(KMK) Unit Pelayanan Fakultas Pertanian sebagai pengurus. Pada Tahun 2011

penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. Perkebunan

Nusantara III Kebun Gunung Pamela, Sumatera Utara. Dan tahun 2012

melaksanakan penelitian di lahan UPT Balai Benih Induk Tanjung Selamet, Deli


Serdang, Medan.

iii

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dimana atas berkat dan rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Adapun judul dari skripsi ini adalah Tanggap Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Pupuk Organik yang merupakan salah satu syarat untuk dapat meraih gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis juga tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada Ir. Mbue Kata Bangun, MS selaku ketua komisi pembimbing dan Ir. Emmy H. Kardhinata, MS selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan arahan kepada penulis selama melakukan penelitian hingga penulisan skripsi ini selesai.
Terimakasih yang sebesar-besarnya, penulis ucapkan kepada ayahanda P.H Hutapea (+) dan ibunda E.Tambunan yang telah sabar dalam mendidik, mendoakan dan menyayangi penulis dan juga kepada abang saya (Sahala, Jonathan dan Hasudungan) serta kakak saya (Debora) atas nasehat, dukungan dan doa pada penulis. Penulis juga tak lupa mengucapkan terima kasih kepada sahabat-sahabatku yang selalu memberi semangat.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Desember 2012
Penulis
iv

DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................... i
ABSTRACT .......................................................................................................... ii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. iii
KATA PENGANTAR......................................................................................... iv
DAFTAR ISI........................................................................................................ v

DAFTAR TABEL ............................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... ix
PENDAHULUAN Latar Belakang ........................................................................................ 1 Tujuan Penelitian .................................................................................... 4 Hipotesis Penelitian................................................................................. 4 Kegunaan Penelitian................................................................................ 4
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman ............................................................................................. 5 Syarat Tumbuh............................................................................................... 7 Iklim........................................................................................................ 7 Tanah....................................................................................................... 8 Varietas ................................................................................................... 9 Pupuk Organik “Green Giant” .......................................................................10 Heritabilitas .................................................................................................... 13
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu ........................................................................................15 Bahan dan Alat...............................................................................................15 Metode Penelitian ..........................................................................................15
PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan lahan .............................................................................................. 18 Persiapan media tanam .................................................................................. 18
v

Penanaman..................................................................................................... 18 Aplikasi Pupuk Organik “Green Giant” ........................................................ 18 Pemeliharaan Tanaman.................................................................................. 19
Penyiraman ............................................................................................... 19 Penyulaman............................................................................................... 19 Penjarangan............................................................................................... 19 Penyiangan ................................................................................................ 19 Pengendalian hama dan penyakit.............................................................. 19 Panen.............................................................................................................. 20 Pengamatan Parameter................................................................................... 20 Tinggi tanaman (cm)................................................................................. 20 Luas daun (cm2) ........................................................................................ 20 Umur berbunga (hst) ................................................................................. 20 Panjang tongkol (cm) ................................................................................ 21 Diameter tongkol (cm) .............................................................................. 21 Bobot tongkol (g) ...................................................................................... 21 Produksi pipilan kering/sampel (g) ........................................................... 21 Bobot 100 biji kering/sampel (g) .............................................................. 21 Heritabilitas............................................................................................... 21
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil ...............................................................................................................22 Tinggi Tanaman (cm)................................................................................22 Luas daun (cm2)........................................................................................ 24 Umur berbunga (hst) ................................................................................. 25 Panjang tongkol (cm) ................................................................................ 26 Diameter tongkol (cm) .............................................................................. 27 Bobot tongkol (g) ...................................................................................... 28 Produksi pipilan kering/sampel (g) ........................................................... 28 Bobot 100 biji kering/sampel (g) .............................................................. 29 Heritabilitas............................................................................................... 30
Pembahasan.................................................................................................... 32 Pengaruh pupuk organik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung ...................................................................32 Pengaruh varietas terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung ..................................................................................34 Interaksi pupuk organik dan varietas terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung.............................................................35 Heritabilitas ...............................................................................................36
vi

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ....................................................................................................38 Saran ..............................................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vii

DAFTAR TABEL


No Judul

Hal

1. Model sidik ragam dan nilai kuadrat tengah ...................................................15 2. Rataan tinggi tanaman 2 MST-7 MST dari varietas dan
pemberian pupuk organik................................................................................23 3. Rataan luas daun (cm2) dengan varietas dan perlakuan pupuk
organik serta interaksi varietas dan pupuk organik.........................................24 4. Rataan umur berbunga (hst) dengan perlakuan pupuk organik dan
varietas serta interaksi pupuk organik dan varietas.........................................25 5. Rataan panjang tongkol (cm) dengan perlakuan pupuk organik dan
varietas serta interaksi pupuk organik dan varietas.........................................26 6. Rataan diameter tongkol (cm) dengan perlakuan pupuk organik dan
varietas serta interaksi pupuk organik dan varietas.........................................27 7. Rataan berat tongkol (g) dengan perlakuan pupuk organik dan
varietas serta interaksi pupuk organik dan varietas.........................................28 8. Rataan produksi pipilan kering/sampel (g) dengan perlakuan pupuk
organik dan varietas serta interaksi pupuk organik dan varietas.....................29 9. Rataan bobot 100 biji kering/sampel (g) dengan perlakuan pupuk
organik dan varietas serta interaksi pupuk organik dan varietas.....................30 10. Nilai duga heritabilitas (h2) masing-masing parameter................................... 31

viii

DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Hal
1. Bagan Penelitian............................................................................................ 40 2. Deskripsi Varietas Jagung............................................................................. 41 3. Jadwal Kegiatan Penelitian ........................................................................... 44 4. Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) 2 MST................................................... 45 5. Sidik Ragam Tinggi Tanaman (cm) 2 MST.................................................. 45 6. Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) 3 MST................................................... 46 7. Sidik Ragam Tinggi Tanaman (cm) 3 MST.................................................. 46 8. Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) 4 MST................................................... 47 9. Sidik Ragam Tinggi Tanaman (cm) 4 MST.................................................. 47 10. Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) 5 MST................................................... 48 11. Sidik Ragam Tinggi Tanaman (cm) 5MST................................................... 48 12. Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) 6 MST................................................... 49 13. Sidik Ragam Tinggi Tanaman (cm) 6 MST.................................................. 49 14. Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) 7 MST................................................... 50 15. Sidik Ragam Tinggi Tanaman (cm) 7 MST.................................................. 50 16. Pengamatan Luas Daun (cm2)....................................................................... 51 17. Sidik Ragam Luas Daun (cm2)...................................................................... 51 18. Pengamatan Umur Berbunga (hst) ................................................................ 52 19. Sidik Ragam Umur Berbunga (hst)............................................................... 52 20. Pengamatan Panjang Tongkol (cm) .............................................................. 53 21. Sidik Ragam Panjang Tongkol (cm) ............................................................. 53 22. Pengamatan Diameter Tongkol (cm) ............................................................ 54 23. Sidik Ragam Diameter Tongkol (cm) ........................................................... 54 24. Pengamatan Berat Tongkol (g) ..................................................................... 55 25. Sidik Ragam Berat Tongkol (g) .................................................................... 55 26. Pengamatan Produksi Pipilan Kering/Sampel (g)......................................... 56 27. Sidik Ragam Produksi Pipilan Kering/Sampel (g)........................................ 56 28. Pengamatan Bobot 100 Biji Kering/Sampel (g)............................................ 57 29. Sidik Ragam Bobot 100 Biji Kering/Sampel (g) .......................................... 57 30. Nilai duga heritabilitas (h2) masing-masing parameter................................. 60

ix

31. Foto Lahan Penelitian ................................................................................... 61 32. Foto Biji Jagung pada Masing-masing Perlakuan......................................... 62 33. Foto Biji Jagung Masing-masing Varietas .................................................... 63 34. Foto Tanaman Jagung ...................................................................................` 64
x

ABSTRAK
Jenni Maria Hutapea : Tanggap Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Pupuk Organik, dibimbing oleh Mbue Kata Bangun dan E. Harso Kardhinata.
Permintaan jagung selalu meningkat, sehingga produksinya harus ditingkatkan, salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan varietas yang tepat yang memiliki respon yang baik dengan pemberian pupuk organik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tanggap beberapa varietas jagung (Zea mays L.) terhadap pemberian pupuk organik, telah dilaksanakan di lahan BBI Tanjung Selamet, Deli Serdang, Medan dari bulan April sampai dengan Juli 2012. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 2 faktor, yaitu: Faktor pertama varietas jagung yang terdiri dari 3 varietas: V1: varietas Bisma,V2: varietas Pioneer 12, dan V3: varietas SHS 11. Faktor kedua adalah pupuk organik “Green Giant” dengan 5 taraf: G0(0g/tanaman),G1:75g/tanaman,G2:150g/tanaman,G3:NPK 8,4g/tanaman dan G4: 75g/tanaman+NPK 8,4g/tanaman. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dan dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ).
Hasil analisis data menunjukkan bahwa varietas berbeda nyata pada tinggi tanaman, luas daun, panjang tongkol dan pipilan kering/sampel. Pupuk organik “Green Giant” yang diuji berpengaruh nyata pada tinggi tanaman, luas daun dan pipilan kering/sampel. Interaksi antara varietas dan pupuk organik “Green Giant” berbeda nyata pada produksi pipilan kering/sampel.
Kata Kunci: Jagung, varietas, pupuk organik “Green Giant”
i

ABSTRACT
Jenni Maria Hutapea : Response on Growth and Yield Some Maize Varieties Zea mays L.) on Organik Fertilizer, guided by Mbue Kata Bangun and E. Harso Kardhinata.
Maize request always mount, so that its production have to be improved, one of effort which can be done that is by using correct variety owning good respon with the organic fertilizer. The objective of this research aim to know the response on growth and yield some maize varieties to organik fertilizer was done in UPT Balai Benih Induk Tanjung Selamet, Deli Serdang, Medan from April until July 2012. This research using by Completely Randomized Design with two factors. The first factor are three varieties of maize: V1:Bisma, V2:Pioneer 12, V3:SHS 11. The second factor is organic fertilizer "Green Giant" by five levels: G0:(0g/plant),G1:75g/plant,G2:150g/plant,G3:NPK8,4g/plant,G4:75g/plant+ NPK8,4g/plant. Data were analyzed with Analysis of Variance (ANOVA) and continued with HSD test.
The result showed that varieties were significantly different to parameters plant height, wide of leaf, stem of corn and seed of corn. Organic fertilizer "Green Giant" were significantly different to plant height, wide of leaf and seed of corn. The interaction of varieties and organik fertilizer “Green Giant” were significantly effect to seed of corn.
Key words : Corn, variety, organic fertilizer “Green Giant”
ii

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang Peranan sektor pertanian yang strategis harus didukung dan ditingkatkan
dalam pelestarian swasembada pangan dalam arti yang luas. Tidak terbatas hanya pada swasembada beras, tetapi mencakup pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat secara keseluruhan termasuk palawija, hortikultura serta bahan makanan lainnya (Hutapea dan Ali, 2000).
Dengan penduduk 216 juta jiwa, Indonesia saat ini membutuhkan bahan pangan pokok sekurang-kurangnya 53 juta ton beras, 12,5 juta ton jagung dan 3,0 juta ton kedelai. Jika tidak diimbangi dengan laju pertumbuhan produksi pangan dalam negeri secara signifikan, dapat menyebabkan ketahanan pangan nasional rendah. Meskipun upaya peningkatan produksi pangan di dalam negeri saat ini terus dilakukan, namun laju peningkatannya masih belum mampu mencukupi kebutuhan pangan dalam negeri karena produktivitas tanaman pangan serta peningkatan luas areal yang stagnan bahkan cenderung menurun (Hutapea dan Ali, 2000).
Jagung mempunyai peran strategis perekonomian nasional, mengingat fungsinya yang multiguna. Jagung dapat dimanfaatkan untuk pangan, pakan, dan bahan baku industri. Dalam perekonomian nasional, jagung penyumbang terbesar kedua setelah padi dalam subsektor tanaman pangan. Sumbangan jagung terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) terus meningkat setiap tahun, sekalipun pada saat krisis ekonomi. Pada tahun 2000, kontribusi jagung dalam perekonomian nasional mencapai Rp 9,4 trilyun dan pada tahun 2003 meningkat menjadi Rp 18,2 trilyun.

2
Kondisi demikian mengindikasikan besarnya peranan jagung dalam memacu pertumbuhan subsektor tanaman pangan dan perekonomian nasional secara umum (Zubachtirodin, dkk, 2000).
Jagung merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan manusia dan hewan. Jagung mempunyai kandungan gizi dan serat kasar yang cukup memadai sebagai bahan makanan pokok pengganti beras. Selain sebagai makanan pokok, jagung juga merupakan bahan baku makanan ternak. Kebutuhan akan konsumsi jagung di Indonesia terus meningkat. Hal ini didasarkan pada makin meningkatnya tingkat konsumsi perkapita per tahun dan makin meningkatnya jumlah penduduk Indonesia. Pakan ternak untuk unggas membutuhkan jagung sebagai komponen utama sebanyak 51,4 % (Subandi, dkk, 1988).
Produktivitas jagung di Indonesia masih sangat rendah, baru mencapai 3,47 t/ha pada tahun 2006, namun cenderung meningkat dengan laju 3,38% per tahun. Masih rendahnya produktivitas menggambarkan bahwa penerapan teknologi produksi jagung belum optimal. Dalam periode 1990-2006, produksi jagung rata-rata 9,1 juta ton dengan laju peningkatan 4,17% per tahun. Terindikasi bahwa peningkatkan produksi jagung di Indonesia lebih ditentukan oleh perbaikan produktivitas daripada peningkatan luas panen (laju peningkatan 0,96%) (Zubachtirodin, dkk, 2000).
Apabila total produksi jagung nasional dibandingkan dengan konsumsi jagung yang dibutuhkan setiap tahunnya tidak kurang dari 9 juta ton, dengan demikian secara real Indonesia masih kekurangan produksi jagung berkisar antara 1 sampai 2 juta ton per tahun. Untuk menutupi kekurangan tersebut, Indonesia setiap tahunnya melakukan import jagung dari negara lain. Menurut Dirjen

3
Tanaman Pangan (2002), laju pertumbuhan import jagung Indonesia kurun waktu 11 tahun (1990 sampai dengan 2000) terus mengalami peningkatan dengan ratarata pertumbuhan 12,99 persen per tahunnya, dengan jumlah import pada tahun 2000 saja mencapai 1264,58 ribu ton. Hal ini merupakan tantangan bagi Departemen Pertanian, agar dapat mengurangi ketergantungan impor jagung tersebut (Sudana, 2002).
Upaya peningkatan produksi tanaman jagung, salah satunya adalah dengan pengaplikasian pupuk yang tepat. Dalam hal pemupukan, kendala utama yang dihadapi petani dalam penerapan teknologi adalah tingginya harga pupuk terutama pupuk N, P, dan K. Harga pupuk buatan terus mengalami kenaikan, sementara harga dasar jagung cenderung stabil malah menurun terutama pada saat panen raya. Untuk mengantisipasi kenaikan pupuk buatan tersebut, maka salah satu alternatif adalah mencari jenis pupuk yang harganya lebih murah dan lebih efektif dalam peningkatan produksi jagung antara lain dengan pupuk organik (Fattah, 2010).
Pupuk organik sangat bermanfaat dalam meningkatkan kesuburan tanah dan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan. Kandungan bahan organik yang rendah menyebabkan kesuburan tanah berkurang dan penggunaan pupuk anorganik secara terus-menerus tanpa diimbangi oleh pupuk organik dapat menyebabkan kesuburan tanah semakin rendah. Kesuburan tanah yang rendah menyebabkan tanah menjadi cepat mengeras, kurang mampu menyimpan air dengan baik dan menurunkan pH tanah. Sehingga memerlukan perbaikan kondisi tanah dengan penambahan bahan organik melalui pemberian pupuk organik. Penggunaan pupuk organik akan mengembalikan bahan organik ke dalam tanah

4
yang akan bepengaruh pada kesuburan tanah sehingga terjadi peningkatan produksi tanaman (Kartikawati dkk, 2011).
Semua pupuk organik dan pupuk alternatif yang akan beredar di tingkat petani perlu dikaji pengaruh positif dan negatifnya terhadap pertumbuhan tanaman, termasuk pengaruhnya terhadap peningkatan produksi tanaman (Fattah, 2010).

Dari permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai tanggap beberapa varietas jagung terhadap tingkat pemberian pupuk organik Green Giant. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui tanggap beberapa varietas jagung (Zea mays L.) terhadap pemberian pupuk organik Green Giant. Hipotesis Penelitian
1. Ada perbedaan respon varietas jagung terhadap pupuk organik 2. Ada pengaruh dosis pupuk organik terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman jagung 3. Ada interaksi varietas dan pupuk organik pada pertumbuhan dan produksi
tanaman jagung. Kegunaan Penelitian
Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dan diharapkan dapat pula berguna bagi pihak-pihak membutuhkan.

TINJAUAN PUSTAKA

5

Botani Tanaman Jagung
Menurut Steenis (2003), tanaman jagung diklasifikasikan dalam Kingdom: Plantae,Divisio:Spermatophyta,Subdivisi:Angiospermae,Kelas:Monocotyledonae, Ordo : Poales, Famili : Poaceae, Genus : Zea, Spesies: Zea mays L.
Tanaman jagung termasuk tanaman semusim (annual), berbatang tinggi, tegak dan biasanya tunggal dominan walaupun ada beberapa tunas (anakan), kedudukan daunnya distik (dua baris daun yang keluar dalam kedudukan berselang), dengan pelepah daun yang saling bertindih-tindih dan daun-daunnya lebar dan relatif panjang (Fisher dan Goldsworthy, 1996).
Sistem perakaran tanaman jagung terdiri atas akar-akar seminal, koronal dan akar udara. Akar seminal tumbuh pada saat biji berkecambah, sementara akar koronal tumbuh ke arah atas dari jaringan batang setelah plumula muncul. Akar udara merupakan akar yang tumbuh dari buku – buku di atas permukaan tanah, tetapi dapat masuk ke dalam tanah. Sistem perakaran ini berfungsi untuk mengisap air serta garam – garam yang terdapat dalam tanah, mengeluarkan zat organik serta senyawa yang tidak diperlukan, dan alat pernafasan (Fisher dan Goldsworthy, 1996).
Batang tanaman jagung beruas-ruas dengan jumlah 10-40 ruas, tidak bercabang. Ruas-ruas berjajar secara vertikal pada batang jagung. Pada tanaman jagung yang sudah tua, jarak antar ruas semakin berkurang. Batang tanaman jagung beruas-ruas dengan jumlah 10-40 ruas. Tanaman jagung umumnya tidak bercabang. Batang memiliki dua fungsi yaitu sebagai tempat daun

6
dan sebagai tempat pertukaran unsur hara. Unsur hara dibawa oleh pembuluh bernama xilem dan floem. Floem bergerak dua arah dari atas kebawah dan dari bawah ke atas. Floem membawa sukrosa menuju seluruh bagian tanaman dengan bentuk cairan (Fisher and Goldsworthy, 1996).
Daun tanaman terdiri atas pelepah daun dan helaian daun. Helaian daun memanjang dengan ujung daun runcing. Kemiringan daun sangat bervariasi antar genotip dan kedudukan daun yang berkisar dari hampir datar sampai tegak. Kemiringan daun akan mempengaruhi intersepsi cahaya yang akhirnya akan menentukan produktifitas tanaman (Sutoro dkk, 1994).

Tanaman jagung berumah satu (monoecus), yaitu bunga jantan terbentuk pada ujung batang dan bunga betina terletan daun di bagian tengah batang pada salah satu ketiak daun. Tanaman jagung bersifat protandry, yaitu bunga jantan matang lebih dahulu 1-2 hari daripada bunga betina. Letak bunga jantan dan bunga betina terpisah, sehingga penyerbukan tanaman jagung bersifat menyerbuk silang (cross pollination). Pada bunga betina terdapat sejumlah rambut yang jumlahnya cukup banyak (sesuai dengan jumlah biji yang ada pada tongkol). Bunga betina (tongkol) hanya siap dibuahi dalam waktu tiga hari saja (Poehlman,1987).
Buah jagung terdiri atas tongkol, biji dan daun pembungkus. Biji jagung mempunyai bentuk, warna dan kandungan endosperm yang bervariasi tergantung pada jenisnya. Pada umumnya biji jagung tersusun dalam barisan yang melekat secara lurus atau berkelok - kelok dan berjumlah antara 8-20 baris biji. Biji jagung terdiri atas tiga bagian utama, yaitu kulit biji (seed coat), endosperm dan embrio (Fisher dan Goldsworthy, 1996).

7
Bentuk biji ada yang bulat, berbentuk gigi/pipih sesuai dengan varietasnya. Warna biji juga bervariasi antara lain kuning, putih, merah/orange, dan merah hampir hitam (Tobing, dkk, 1995).
Biji jagung disebut kariopsis, dinding ovari atau perikarp menyatu dengan kulit biji atau testa, membentuk dinding buah. Biji jagung terdiri atas tiga bagian utama, yaitu (a) pericarp, berupa lapisan luar yang tipis, berfungsi mencegah embrio dari organisme pengganggu dan kehilangan air ; (b) endosperm, sebagai cadangan makanan, mencapai 75 % dari bobot biji yang mengandung 90 % pati dan 10 % protein, mineral, minyak dan (c) embrio (lembaga), sebagai miniatur tanaman yang terdiri atas plamule, akar radikal, scutelum dan koleoptil (Tobing dkk, 1995).
Syarat Tumbuh Iklim
Tanaman jagung membutuhkan air sekitar 100-140 mm/bulan dengan temperatur antara 14-300C pada daerah dengan ketinggian sekitar 2200 m di atas permukaan laut (dpl). Oleh karena itu waktu penanaman harus memperhatikan curah hujan dan penyebarannya. Penanaman dimulai bila curah hujan sudah mencapai 100 mm/bulan. Sehingga perlu dilakukan pengamatan curah hujan dan distribusinya selama 10 tahun terakhir agar waktu tanam dapat ditentukan dengan tepat (Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2008).
oo
Perkecambahan benih optimum terjadi pada suhu 21 C dan 27 C, dan berlangsung sangat lambat atau gagal berkecambah pada suhu tanah lebih rendah
o
dari 10 C. Setelah berkecambah, pertumbuhan bibit dan tanaman dapat

8
oo
berlangsung pada kisaran suhu 10 C hingga 40 C tetapi terbaik pada suhu antara
oo
21 C dan 30 C. Suhu rendah sangat menghambat pertumbuhan, khususnya setelah mulai tumbuh bunga jantan (terseling) (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya ditanam awal musim hujan atau menjelang musim kemarau. Membutuhkan sinar matahari, tanaman yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang tidak optimal (Sihotang, 2010).
Tanah
Jagung menghendaki tanah yang subur untuk dapat berproduksi dengan baik. Hal ini dikarenakan tanaman jagung membutuhkan unsur hara terutaman nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K) dalam jumlah yang banyak (Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2008).
Kemasaman tanah (pH) yang terbaik untuk jagung adalah sekitar 5,5-7,0. Tanah dengan kemiringan tidak lebih dari 8% masih dapat ditanami jagung dengan arah barisan tegak lurus terhadap miringnya tanah dengan maksud untuk mencegah keganasan erosi yang terjadi pada waktu hujan lebat (Subandi,1988). Varietas.
Varietas adalah sekumpulan individu tanaman yang dapat dibedakan oleh setiap sifat (morfologi, sitologi, kimia, dll) yang nyata untuk usaha pertanian dan bila dproduksi kembali akan menunjukkan sifat-sifat yang dapat dibedakan dari yang lainnya (Sutopo, 1998).
Varietas atau klon introduksi perlu diuji adaptabilitasnya pada suatu lingkungan untuk mendapatkan genotip unggul pada lingkungan tersebut. Pada

9
umumnya suatu daerah memiliki kondisi lingkungan yang berbeda terhadap genotip. Respon genotip terhadap faktor ingkungan ini biasanya terlihat dalam penampilan fenotipik dari tanaman bersangkutan (Darliah dkk, 2001).
Perbedaan susunan genetik merupakan salah satu faktor penyebab keragaman penampilan tanaman. Program genetik yang akan diekspresikan pada suatu fase pertumbuhan yang berbeda dapat diekspresikan pada berbagai sifat tanaman yang mencakup bentuk dan fungsi tanaman yang menghasilkan keragaman pertumbuhan tanaman. Keragaman penampilan tanaman akibat perbedaan susunan genetik selalu dan mungkin terjadi sekalipun tanaman yang digunakan berasal dari jenis yang sama (Sitompul dan Guritno, 1995).
Penggunaan varietas unggul (baik hibrida maupun komposit) mempunyai peranan penting dalam upaya peningkatan produktivitas jagung. Memilih varietas hendaknya melihat deskripsi varietas, terutama potensi hasilnya, ketahanan terhadap hama maupun penyakit, ketahanannya terhadap kekeringan, tanah masam, umur tanaman, warna biji dan disenangi baik petani maupun pedagang (Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2008).
Varietas jagung berdasarkan genotipenya digolongkan menjadi 2, yaitu bersari bebas (komposit) dan hibrida. Varietas bersari bebas dicirikan dengan adanya penyerbukan acak (random mating) antar tanaman dalam varietas, sehingga merupakan satu populasi. Varietas bersari bebas dibentuk dari beberapa galur murni atau berbagai plasmanutfah. Sedangkan varietas hibrida adalah F1 persilangan antara dua tetua, dimana tetua dapat berupa galur murni, hibrida silang tunggal, dan varietas atau populasi bersari bebas (Zubachtirodin dkk, 2007).

10
Pupuk Organik “Green Giant”
Pupuk adalah setiap bahan organik ataupun anorganik, alam atau buatan, mengandung satu atau lebih unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan normal tanaman yang dapat diberikan kepada tanah atau tanaman yang dapat diaplikasikan melalui daun atau bagian tanaman lainnya dan merupakan kunci dari kesuburan tanah karena berisi satu atau lebih unsur untuk menggantikan unsur yang habis terisap tanaman (Damanik, dkk, 2010).
Pupuk organik merupakan bahan pembenah tanah yang paling baik dan alami daripada bahan pembenah buatan/sintetis, membantu dalam mencegah terjadinya erosi dan mengurangi terjadinya retakan tanah. Pupuk organik memacu dan meningkatkan populasi mikrobia di dalam tanah jauh lebih besar daripada hanya diberikan dengan pupuk kimia (Sutanto, 2002).
Pemanfaatan bahan organik pada usaha tani merupakan salah satu alternatif yang tepat dan perlu mendapat perhatian yang besar untuk mempertahankan bahan organik tanah sebab sebagian besar lahan pertanian intensif di Indonesia berkadar bahan organik rendah di samping mahalnya pupuk anorganik (Urea, ZA, SP36, dan KCl). Bahan organik dalam tanah akan mengalami dekomposisi dan menghasilkan humus yang akan menjadi sumber hara bagi tanaman terutama N,P,K dan unsur hara mikro lainnya yang sangat dibutuhkan tanaman (Syafruddin dkk, 2000).
Pemberian pupuk yang tepat selama pertumbuhan tanaman jagung dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk. Sifat pupuk N umumnya mudah larut dalam air sehingga mudah hilang baik melalui pencucian maupun penguapan. Untuk mengurangi kehilangan N, pemberian pupuk N sebaiknya diberikan secara

11
bertahap, sebab hasil yang diperoleh lebih besar daripada pupuk N yang berasal dari urea yang diberikan sekaligus (Ridwan, 2009).
Pupuk organik sebaiknya diberikan lebih awal sebelum bertanam karena pupuk ini mempunyai sifat sukar larut atau lambat larut dalam air. Hal ini berguna untuk memberi kesempatan pada pupuk untuk melarut dan pada waktunya nanti dapat segera digunakan tanaman sedangkan pupuk yang bersifat mudah larut dalam air dapat diberikan pada saat bertanam ataupun setelah tanaman tumbuh (Damanik, dkk, 2010).
Pupuk organik Green Giant berbentuk pelet mengandung unsur hara lengkap dengan kapasitas tukar kation yang tinggi yang akan meningkatkan ketersediaan unsur hara tanaman. Pupuk Green Giant mengandung unsur hara makro, seperti N = 3%, P = 5%, K = 3%, Ca = 6,81%, Mg = 0, 88%, S = 0,95%, dan Na = 0, 48%; serta unsur hara mikro Fe = 0,82%, Zn = 0,15%, Mn = 0,10%, B = 0,11%, Cu = 94,94 ppm, Mo = 15,03 ppm, Se = 0,21 ppm (Pupuk organik, 2012).
Beberapa kegunaan pupuk organik Green Giant adalah : - Melepas unsur hara secara konstan, cocok untuk tanaman tahunan karena
menghemat penggunaan hara tanah, sehingga memperpanjang umur produktif tanah - Menyediakan seluruh unsur hara mineral dan asam amino protein yang dibutuhkan tanaman dan dapat meningkatkan pH tanah - Mencegah degradasi tanah karena kerusakan struktur (pemampatan) - Mengembalikan keseimbangan tanah dan mempertahankan unsur hara dalam tanah dalam waktu lebih lama

12
- Mempertahankan kelembaban tanah sehingga berguna dalam meningkatkan ketegaran tanaman di lahan kering
- Mengefektifkan pemakaian pupuk kimia, karena pupuk ini dapat meminimalisir kehilangan pupuk kima akibat pencucian dan meningkatkan ketersediaan pupuk kimia di zona perakaran, dimana penggunaannya juga dapat dicampur dengan pupuk kimia
- Aman terhadap tanaman, lingkungan dan pemakai - Bebas bibit hama penyakit dan biji gulma karena proses pembuatannya dengan
sterilisasi (Pupuk organik, 2012).
Heritabilitas
Heritabilitas adalah salah satu alat ukur dalam sistem seleksi yang efisien yang dapat menggambarkan efektivitas seleksi genotipe berdasarkan penampilan fenotipenya. Sedangkan korelasi antar karakter fenotipe diperlukan dalam seleksi tanaman, untuk mengetahui karakter yang dapat dijadikan petunjuk seleksi terhadap produktivitas yang tinggi (Fehr, 1987).
Dari segi pemuliaan pengujian genotipe pada suatu lingkungan tertentu sangat diperlukan informasi genetik. Keberhasilan seleksi ditentukan oleh nilai duga heritabilitas dan variabilitas. Menurut Pinaria et al. (1995), pemilihan/seleksi pada suatu lingkungan akan berhasil bila karakter yang diamati menunjukkan nilai duga heritabilitas yang tinggi dan variabilitas yang luas. Pada karakter yang mempunyai nilai duga heritabilitas yang tinggi, menunjukkan bahwa pengaruh genetik lebih berperan dibanding pengaruh lingkungan. Selain hal tersebut informasi keeratan (korelasi) antara karakter komponen hasil dengan hasil juga

13

diperlukan. Semakin tinggi nilai koefisien korelasi, semakin erat hubungan antara

kedua karakter tersebut (Saleh, dkk, 2005).

Heritabilitas juga merupakan parameter yang digunakan untuk seleksi

pada lingkungan tertentu, karena heritabilitas merupakan gambaran apakah suatu

karakter lebih dipengaruhi faktor genetik atau faktor lingkungan. Nilai

heritabilitas tinggi menunjukkan bahwa faktor genetik relatif lebih berperan

dibandingkan faktor lingkungan. Sifat yang mempunyai nilai heritabilitas tinggi,

maka sifat tersebut akan mudah diwariskan pada keturunan berikutnya

(Alnopri, 2004).

Nilai heritabilitas dilakukan dengan menghitung seluruh parameter

tanaman pada saat panen dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

σ2g h2 =
σ2p

σ2g
= σ2g + σ2

dimana σ2p = σ2g + σ2

dimana : h2 = heritabilitas σ2p = varians penotipe

σ2g = varians genotipe σ2 = varians lingkungan

Menurut Stansfield (1991) kriteria heritabilitas adalah sebagai berikut :

Heritabilitas tinggi > 0,5

Heritabilitas sedang = 0,2 – 0,5

Heritabilitas rendah < 0,2

Variasi keseluruhan dalam suatu populasi merupakan hasil kombinasi

genotipe dan pengaruh lingkungan. Proporsi variasi merupakan sumber yang

penting dalam program pemuliaan karena dari jumlah variasi genetik ini

diharapkan terjadi kombinasi genetik yang baru. Proporsi dari seluruh variasi

14
yang disebabkan oleh perubahan genetik disebut heritabilitas. Heritabilitas dalam arti yang luas adalah semua aksi gen termasuk sifat dominan, aditif, dan epistasis. Nilai heritabilitas secara teoritis berkisar dari 0 sampai 1. Nilai 0 ialah bila seluruh variasi yang terjadi disebabkan oleh faktor lingkungan, sedangkan nilai 1 bila seluruh variasi disebabkan oleh faktor genetik. Dengan demikian nilai heritabilitas akan terletak antara kedua nilai ekstrim tersebut (Welsh, 2005).

TINJAUAN PUSTAKA

5

Botani Tanaman Jagung
Menurut Steenis (2003), tanaman jagung diklasifikasikan dalam Kingdom: Plantae,Divisio:Spermatophyta,Subdivisi:Angiospermae,Kelas:Monocotyledonae, Ordo : Poales, Famili : Poaceae, Genus : Zea, Spesies: Zea mays L.
Tanaman jagung termasuk tanaman semusim (annual), berbatang tinggi, tegak dan biasanya tunggal dominan walaupun ada beberapa tunas (anakan), kedudukan daunnya distik (dua baris daun yang keluar dalam kedudukan berselang), dengan pelepah daun yang saling bertindih-tindih dan daun-daunnya lebar dan relatif panjang (Fisher dan Goldsworthy, 1996).
Sistem perakaran tanaman jagung terdiri atas akar-akar seminal, koronal dan akar udara. Akar seminal tumbuh pada saat biji berkecambah, sementara akar koronal tumbuh ke arah atas dari jaringan batang setelah plumula muncul. Akar udara merupakan akar yang tumbuh dari buku – buku di atas permukaan tanah, tetapi dapat masuk ke dalam tanah. Sistem perakaran ini berfungsi untuk mengisap air serta garam – garam yang terdapat dalam tanah, mengeluarkan zat organik serta senyawa yang tidak diperlukan, dan alat pernafasan (Fisher dan Goldsworthy, 1996).
Batang tanaman jagung beruas-ruas dengan jumlah 10-40 ruas, tidak bercabang. Ruas-ruas berjajar secara vertikal pada batang jagung. Pada tanaman jagung yang sudah tua, jarak antar ruas semakin berkurang. Batang tanaman jagung beruas-ruas dengan jumlah 10-40 ruas. Tanaman jagung umumnya tidak bercabang. Batang memiliki dua fungsi yaitu sebagai tempat daun

6
dan sebagai tempat pertukaran unsur hara. Unsur hara dibawa oleh pembuluh bernama xilem dan floem. Floem bergerak dua arah dari atas kebawah dan dari bawah ke atas. Floem membawa sukrosa menuju seluruh bagian tanaman dengan bentuk cairan (Fisher and Goldsworthy, 1996).
Daun tanaman terdiri atas pelepah daun dan helaian daun. Helaian daun memanjang dengan ujung daun runcing. Kemiringan daun sangat bervariasi antar genotip dan kedudukan daun yang berkisar dari hampir datar sampai tegak. Kemiringan daun akan mempengaruhi intersepsi cahaya yang akhirnya akan menentukan produktifitas tanaman (Sutoro dkk, 1994).
Tanaman jagung berumah satu (monoecus), yaitu bunga jantan terbentuk pada ujung batang dan bunga betina terletan daun di bagian tengah batang pada salah satu ketiak daun. Tanaman jagung bersifat protandry, yaitu bunga jantan matang lebih dahulu 1-2 hari daripada bunga betina. Letak bunga jantan dan bunga betina terpisah, sehingga penyerbukan tanaman jagung bersifat menyerbuk silang (cross pollination). Pada bunga betina terdapat sejumlah rambut yang jumlahnya cukup banyak (sesuai dengan jumlah biji yang ada pada tongkol). Bunga betina (tongkol) hanya siap dibuahi dalam waktu tiga hari saja (Poehlman,1987).
Buah jagung terdiri atas tongkol, biji dan daun pembungkus. Biji jagung mempunyai bentuk, warna dan kandungan endosperm yang bervariasi tergantung pada jenisnya. Pada umumnya biji jagung tersusun dalam barisan yang melekat secara lurus atau berkelok - kelok dan berjumlah antara 8-20 baris biji. Biji jagung terdiri atas tiga bagian utama, yaitu kulit biji (seed coat), endosperm dan embrio (Fisher dan Goldsworthy, 1996).

7
Bentuk biji ada yang bulat, berbentuk gigi/pipih sesuai dengan varietasnya. Warna biji juga bervariasi antara lain kuning, putih, merah/orange, dan merah hampir hitam (Tobing, dkk, 1995).
Biji jagung disebut kariopsis, dinding ovari atau perikarp menyatu dengan kulit biji atau testa, membentuk dinding buah. Biji jagung terdiri atas tiga bagian utama, yaitu (a) pericarp, berupa lapisan luar yang tipis, berfungsi mencegah embrio dari organisme pengganggu dan kehilangan air ; (b) endosperm, sebagai cadangan makanan, mencapai 75 % dari bobot biji yang mengandung 90 % pati dan 10 % protein, mineral, minyak dan (c) embrio (lembaga), sebagai miniatur tanaman yang terdiri atas plamule, akar radikal, scutelum dan koleoptil (Tobing dkk, 1995).
Syarat Tumbuh Iklim
Tanaman jagung membutuhkan air sekitar 100-140 mm/bulan dengan temperatur antara 14-300C pada daerah dengan ketinggian sekitar 2200 m di atas permukaan laut (dpl). Oleh karena itu waktu penanaman harus memperhatikan curah hujan dan penyebarannya. Penanaman dimulai bila curah hujan sudah mencapai 100 mm/bulan. Sehingga perlu dilakukan pengamatan curah hujan dan distribusinya selama 10 tahun terakhir agar waktu tanam dapat ditentukan dengan tepat (Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2008).
oo
Perkecambahan benih optimum terjadi pada suhu 21 C dan 27 C, dan berlangsung sangat lambat atau gagal berkecambah pada suhu tanah lebih rendah
o
dari 10 C. Setelah berkecambah, pertumbuhan bibit dan tanaman dapat

8
oo
berlangsung pada kisaran suhu 10 C hingga 40 C tetapi terbaik pada suhu antara
oo
21 C dan 30 C. Suhu rendah sangat menghambat pertumbuhan, khususnya setelah mulai tumbuh bunga jantan (terseling) (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya ditanam awal musim hujan atau menjelang musim kemarau. Membutuhkan sinar matahari, tanaman yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang tidak optimal (Sihotang, 2010).
Tanah
Jagung menghendaki tanah yang subur untuk dapat berproduksi dengan baik. Hal ini dikarenakan tanaman jagung membutuhkan unsur hara terutaman nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K) dalam jumlah yang banyak (Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2008).
Kemasaman tanah (pH) yang terbaik untuk jagung adalah sekitar 5,5-7,0. Tanah dengan kemiringan tidak lebih dari 8% masih dapat ditanami jagung dengan arah barisan tegak lurus terhadap miringnya tanah dengan maksud untuk mencegah keganasan erosi yang terjadi pada waktu hujan lebat (Subandi,1988). Varietas.
Varietas adalah sekumpulan individu tanaman yang dapat dibedakan oleh setiap sifat (morfologi, sitologi, kimia, dll) yang nyata untuk usaha pertanian dan bila dproduksi kembali akan menunjukkan sifat-sifat yang dapat dibedakan dari yang lainnya (Sutopo, 1998).
Varietas atau klon introduksi perlu diuji adaptabilitasnya pada suatu lingkungan untuk mendapatkan genotip unggul pada lingkungan tersebut. Pada

9
umumnya suatu daerah memiliki kondisi lingkungan yang berbeda terhadap genotip. Respon genotip terhadap faktor ingkungan ini biasanya terlihat dalam penampilan fenotipik dari tanaman bersangkutan (Darliah dkk, 2001).
Perbedaan susunan genetik merupakan salah satu faktor penyebab keragaman penampilan tanaman. Program genetik yang akan diekspresikan pada suatu fase pertumbuhan yang berbeda dapat diekspresikan pada berbagai sifat tanaman yang mencakup bentuk dan fungsi tanaman yang menghasilkan keragaman pertumbuhan tanaman. Keragaman penampilan tanaman akibat perbedaan susunan genetik selalu dan mungkin terjadi sekalipun tanaman yang digunakan berasal dari jenis yang sama (Sitompul dan Guritno, 1995).
Penggunaan varietas unggul (baik hibrida maupun komposit) mempunyai peranan penting dalam upaya peningkatan produktivitas jagung. Memilih varietas hendaknya melihat deskripsi varietas, terutama potensi hasilnya, ketahanan terhadap hama maupun penyakit, ketahanannya terhadap kekeringan, tanah masam, umur tanaman, warna biji dan disenangi baik petani maupun pedagang (Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2008).
Varietas jagung berdasarkan genotipenya digolongkan menjadi 2, yaitu bersari bebas (komposit) dan hibrida. Varietas bersari bebas dicirikan dengan adanya penyerbukan acak (random mating) antar tanaman dalam varietas, sehingga merupakan satu populasi. Varietas bersari bebas dibentuk dari beberapa galur murni atau berbagai plasmanutfah. Sedangkan varietas hibrida adalah F1 persilangan antara dua tetua, dimana tetua dapat berupa galur murni, hibrida silang tunggal, dan varietas atau populasi bersari bebas (Zubachtirodin dkk, 2007).

10
Pupuk Organik “Green Giant”
Pupuk adalah setiap bahan organik ataupun anorganik, alam atau buatan, mengandung satu atau lebih unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan normal tanaman yang dapat diberikan kepada tanah atau tanaman yang dapat diaplikasikan melalui daun atau bagian tanaman lainnya dan merupakan kunci dari kesuburan tanah karena berisi satu atau lebih unsur untuk