Latar Belakang Perlindungan Hukum Terhadap Debitur Atas Klausul Eksenorasi Yang Terdapat Pada Perjanjian Kredit Bank (Studi Pada BPR BUMIASIH NBP 15 Berastagi)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan teknologi yang semakin cepat dan masyarakat yang semakin kritis yang sangat berpengaruh kepada dunia bisnis dan sekaligus suatu tantangan yang berat dalam mengelola perusahaan. Pada awalnya pengelola perusahaan hanya dituntut untuk memuaskan kepentingan pemilikPemegang Saham berupa pembagian laba, tetapi perkembangan dan kemajuan teknologi telah menyadarkan berbagai pihak bahwa ada kepentingan yang terganggu sebagai dampak langsung dari tindakan perusahaan, sehingga hal ini menuntut adanya perhatian dari pengurus perusahaan. Di samping itu, berbagai pihak lainnya dalam masyarakat termasuk pemerintah menuntut agar perusahaan memberikan kontribusi dan peran yang lebih besar terhadap tanggung jawab sosialnya. Badan Usaha Milik Negara BUMN merupakan salah satu pelaku kegiatan ekonomi dalam. perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi dan mempunyai peranan penting dalam penyelenggaraan perekonomian nasional dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat. 1 1 Lihat konsideran huruf a dan b, UU No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, LN RI Tahun 2003 No. 70 Universitas Sumatera Utara Negara berkembang seperti Indonesia memiliki beberapa alasan untuk mengadakan BUMN 2 , diantaranya adalah untuk menyeimbangkan atau menggantikan swasta yang lemah. Maksudnya adalah untuk menghasilkan rasio investasi, alih teknologi, meningkatkan sektor ketenagakerjaan, dan memproduksi barang-barang dengan harga terjangkau. 3 Akan tetapi masih banyak BUMN yang secara ekonomi tidak berjalan efisien. Kondisi seperti ini menyebabkan besar kemungkinan bahwa BUMN akan menjadi penyebab persoalan besamya beban yang ditanggung langsung oleh negara dalam upaya mempertahankan pengelolaannya 4 Terjadinya krisis yang berkepanjangan yang dialami Negara Indonesia dibidang keuangan dan moneter, telah menempatkan sektor korporasi menjadi salah satu pemicunya. BUMN yang dirancang oleh pemerintah untuk menunjang sistem perekonomian negara yang diatur dalam Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 justru menjadi salah satu pemicu penyebab terjadinya krisis yang dialami bangsa Indonesia dalam bidang Perekonomian, hal ini disebabkan BUMN belum sepenuhnya menerapkan prinsip-prinsip good corporate governance, sehingga tidak adanya kewajaran fairness, transparansi, akuntabilitas dalam . 2 Dalam Pasal 3 ayat 2 Undang-undang Nomor 19 Tahun 1960 tentang Perusahaan Negara, dengan tegas ditentukan bahwa perusahaan Negara ini berstatus sebagai badan hukum. Dalam penjelasan umum undang-undang ini dijelaskan bahwa maksud dari pemberian status demikian itu adalah agar badan ini dapat berdiri sendiri dibidang keuangannya tanpa tergantung lagi kepada anggaran keuangan Negara atau pemerintah, Abdul Muis, Hukum Persekutuan dan Perseroan, Medan: diterbitkan oleh Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2006, hal.24 3 Ibid 4 Bismar Nasution, Menuju Sistem Pengelolaan BUMN Yang Efektif Dan Efisien, Disampaikan pada: sosialisasi Undang-Undang BUMN dan peraturan pelaksanaann ya serta eksistensinya dalam sistem pembinaan dan pengelolaan BUMN, Medan: Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara, Tahun 2005, hal. 1. 1 Universitas Sumatera Utara transaksi bisnis, tidak berfungsinya sistem perencanaan dan pengendalian internal terutama karena kurang berdayanya komisaris sebagai pengawas. BUMN yang mayoritas atau bahkan seratus persen sahamnya dimiliki oleh pemerintah diharapkan mampu menjadi penggerak powerhouse perekonomian Indonesia dan sebagai sumber peningkatan kesejahteraan masyarakat. Di samping itu BUMN juga diharapkan mampu memberi kontribusi berharga bagi semua pihak yang berkepentingan stakeholders. Kenyataannya BUMN belum dapat menyediakan barang dan jasa yang bermutu tinggi bagi masyarakat dengan harga yang terjangkau, juga belum mampu berkompetisi dalam persaingan bisnis secara global, serta adanya keterbatasan sumber daya. Untuk mengoptimalkan peran dalam perkembangan perekonomian global, BUMN perlu menumbuhkan budaya korporasi dan profesionalisme, antara lain membenahi pengurusan dan pengawasan berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola yang baik good corporate governance. Pernyataan Bapepam juga menyatakan bahwa salah satu penyebab rentannya perusahaan-perusahaan di Indonesia terhadap gejolak perekonomian adalah lemahnya penerapan good corporate governance dalam pengelolaan perusahaan. 5 Untuk mengoptimalkan peran BUMN, pengurus dan pengawasnya harus dilakukan secara profesional demikian bunyi konsideran Undang- Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN. 6 5 Bapepam, Cetak Biru Pasar Modal Indonesia 200-2004, Jakarta: Bapepam, 1999, hal. 17 6 Lihat Konsideran huruf c, UU No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, No.70 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dirniliki oleh negara. melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. 7 Hal ini lebih dipertegas lagi dalam Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan dan Pembubaran BUMN, dalam Pasal 1 angka 1 yang menyatakan bahwa Perusahaan Perseroan untuk selanjutnya disebut Persero adalah BUMN yang berbentuk Perseroan Terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruhnya atau paling sedikit 51 limapuluh satu persen sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan. 8 7 Lihat Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 8 Lihat Pasal 1 angka 2 Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara. Dengan demikian dapat diartikan bahwa BUMN adalah salah satu badan usaha, yang melakukan kegiatan usaha yang modalnya paling sedikit 51 limapuluh satu persen dimiliki oleh negara. Selanjutnya dalam Pasal 2 menyatakan bahwa pendirian, pengurusan, pengawasan dan pembubaran Persero dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan di. bidang Perseroan Terbatas. Artinya bahwa terhadap Persero berlaku prinsip-prinsip Perseroan Terbatas yang sebagaimana diatur dalam UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003, menyatakan bahwa maksud dan tujuan pendirian BUMN adalah : Universitas Sumatera Utara a. memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya, b. mengejar keuntungan, c. menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barangatau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak, d. menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi, e. turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi masyarakat. 9 Yang artinya bahwa tujuan didirikannya BUMN diarahkan untuk mencapai dua tujuan sekaligus, yakni tujuan komersial dan sosial. Tujuan komersial karena dituntut untuk dapat mengejar keuntungan, dan tujuan sosial karena dituntut juga mengemban misi sosial, yaitu memberikan bimbingan dan bantuan kepada ekonomi lemah, koperasi dan masyarakat. Selanjutnya dalam Pasal 5 mengatur mengenai pengurusan BUMN, yang menyatakan bahwa: 1. Pengurusan BUMN dilakukan oleh Direksi; 2. Direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan BUMN untuk kepentingan dan tujuan BUMN serta mewakili BUMN, baik di dalam maupun di luar pengadilan; 9 Lihat Pasal 2 Undang-undang Nomor 19 tahun 2003 Universitas Sumatera Utara 3. Dalam melaksanakan tugasnya, anggota Direksi harus mematuhi anggaran dasar BUMN dan peraturan perundang-undangan serta wajib melaksanakan prinsip-prinsip profesionalisme, efisiensi, transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban serta kewajaran. 10 Ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 dengan Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2007 pada prinsipnya tidak berbeda, hanya dalam hal misi, maksud dan tujuan serta ditegaskannya pelaksanaan prinsip-prinsip good corporate governance tata kelola perusahaan yang baik sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 5 ayat 3 Undang-Undang BUMN tersebut kepada Direksi BUMN yang berbeda antara PT swasta dengan BUMN. Perkembangan badan hukum modern juga melatarbelakangi mengapa corporate governance kini menjadi suatu keharusan. Badan-badan hukum modern telah berkembang menjadi kelompok-kelompok badan hukum yang berskala dan kompleksitas yang tinggi. Pada regulator di masa lalu mungkin tidak pernah membayangkan bahwa sebuah entitas badan hukum dapat memiliki saham di perusahaan lain dan melakukan perniagaan melalui anak-anak perusahaan dan gabungan perusahaan. Keadaan demikian juga terjadi di dalam perusahaan anak dengan induk perusahaan BUMN persero dimana pemegang saham minoritas dalam perusahaaan anak berada dalam posisi lemah, karena besarnya kekuatan perusahaan induk Persero sebagai pemegang saham mayoritas. Dalam penulisan hukum ini difokuskan kepada 10 Lihat Pasal 5 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 Universitas Sumatera Utara bentuk Persero dengan bentuk PT tertutup. Karena dari 136 Persero yang ada sebanyak 128 buah berbentuk Persero tertutup dan baru 8 buah yang sudah berbentuk Persero Terbuka 11

B. Perumusan Masalah