Analisis Teknis dan Ekonomi Perikanan Pancing Layang- Layang di Perairan Banten.

ANALISIS TEKNIS DAN FINANSIAL PERIKANAN PANCING
LAYANG-LAYANG DI PERAIRAN BANTEN

BAGUS JAKA WIDYAKSANA

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Teknis dan
Finansial Perikanan Pancing Layang-layang di Perairan Banten adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Agustus 2013


Bagus Jaka Widyaksana
NIM C44090054

ABSTRAK
BAGUS JAKA WIDYAKSANA. Analisis Teknis dan Finansial Perikanan
Pancing Layang-Layang Di Perairan Banten. Dibimbing oleh DINIAH dan ROZA
YUSFIANDAYANI.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis teknis keragaan unit penangkapan
pancing layang-layang dan menghitung produktivitasnya serta melakukan analisis
finansial terhadap pengoperasian unit penangkapan ikan pancing layang-layang di
Perairan Teluk Banten. Penelitian ini merupakan studi kasus dan pengumpulan
data dilakukan dengan cara sensus. Analisis data yang dilakukan meliputi analisis
teknis dan finansial. Dalam proses analisis data unit pancing layang-layang
dibedakan menjadi dua, yaitu unit penangkapan pancing layang-layang dengan
perahu motor tempel dan perahu tanpa motor. Alat penangkapan ikan pancing
layang-layang terdiri atas penggulung tali pancing, joran, tali pancing, layanglayang dan umpan. Pada pancing layang-layang terdapat kolong-kolong untuk
menjerat hasil tangkapan dan memakai umpan mati ikan renyok. Keuntungan
yang diperoleh dari unit penangkapan pancing layang-layang dengan perahu
motor tempel sebesar Rp 24.764.500,00, lebih tinggi dibandingkan dari perahu

tanpa motor yang hanya sebesar Rp 6.982.388,89 per tahunnya. Usaha
penangkapan pancing layang-layang layak dikembangkan dengan nilai R/C
sebesar 2,54 dan 1,70, serta pay back period 2 - 3 bulan.
Kata kunci : pancing layang-layang, kelayakan usaha, perairan Banten

ABSTRACT
BAGUS JAKA WIDYAKSANA. Technical and Financial Analysis for Kite
Fishing Units in Banten Waters. Supervised by DINIAH and ROZA
YUSFIANDAYANI.
This study aimed to analyze the technical performance of kite fishing units and
calculate its productivity and financial analysis of the its operation in the Banten
waters. This research was conducted using a case study method and data were
collected using purposive sampling method. Technical and financial analysis were
used. In this research kite fishing units were divided into two groups, namely the
kite fishing units with outboard engine and without engine. Kite fishing units
consisted of rollers, rods, lines, kites and baits. There was a kolong-kolong which
was functioned to catch fish by using another fish named renyok as baits. Profit
from kite fishing units with outboard engine was Rp 24.764.500,00 per year, it
was higher than the ones without outboard engine which was Rp 6.982.388,89 per
year. Kite fishing units were feasible to be developed, as the value of R/C ratio

was 2,54 and 1,70; moreover its pay back period was 2 - 3 months.
Key words : kite fishing, technical analysis, financial analysis Banten waters

ANALISIS TEKNIS DAN FINANSIAL PERIKANAN PANCING
LAYANG-LAYANG DI PERAIRAN BANTEN

BAGUS JAKA WIDYAKSANA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan pada
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Penelitian

Nama Mahasiswa
NRP
Program Studi

: Analisis Teknis dan Ekonomi Perikanan Pancing LayangLayang di Perairan Banten.
: Bagus Jaka Widyaksana
: C44090054
: Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

Disetujui oleh

Dr Ir Diniah, MSi
Pembimbing I

Dr Roza Yusfiandayani, SPi
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Budy Wiryawan, MSc

Ketua Departemen

Tanggal lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Skripsi ini
merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Perikanan pada
Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Judul skripsi ini adalah “Analisis Teknis dan
Finansial Perikanan Pncing Layang-layang di Peraiaran Banten.”
Terimakasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Diniah M,Si. dan Dr. Roza
Yusfiandayani S,Pi. selaku pembimbing, serta Alm Ir. Moch Prihatna Sobari, MS.
yang telah banyak memberi saran. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada
Dr. Ir. Ronny Irawan Wahju, M Phil. sebagai dosen penguji tamu dan Vita
Rumanti Kurniawati, S,Pi. MT. sebagai perwakilan dari Komisi Pendidikan, atas
masukan yang diberikan hingga tulisan ini menjadi lebih sempurna. Ungkapan
terimakasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, seluruh keluarga dan temanteman PSP 46, PSP 45, PSP 47 dan PSP 48 yang telah memberikan semangat, doa
dan kasih sayangnya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih harus disempurnakan. Oleh

karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.
Bogor, Agustus 2013

Bagus Jaka Widyaksana

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Alat dan Objek Penelitian
Metode Penelitian
Metode Pengambilan Data

Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Teknis
Analisis Finansial
Pembahasan
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA

3
4
4
1
1
1
1
1
2
2

2
2
2
3
6
6
12
14
16
16
17
17

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.


Produktivitas pancing layang-layang
Biaya investasi usaha unit penangkapan pancing layang-layang
Rincian pengeluaran usaha unit penangkapan ikan pancing layang-layang
Pendapatan usaha unit perikanan pancing layang-layang
Hasil analisis usaha unit penangkapan pancing layang-layang

12
12
13
14
14

DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.


Kontruksi alat tangkap pancing layang-layang
Perahu pancing layang-layang
Ikan renyok (Mugil sp)
Kolong-kolong
Daerah pengoperasian unit penangkapan pancing layang-layang
Ikan cendro (Tylosurus crocodilus)
Ikan cendro terjerat pada kolong-kolong

7
8
9
9
10
11
11

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pemanfaatan sumberdaya laut di Indonesia masih didominasi oleh
perikanan tradisional dengan menggunakan alat tangkap yang sederhana, tidak
memerlukan biaya tinggi dan umumnya untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Salah
satu daerah yang perikanannya didominasi oleh nelayan tradisional adalah
Karangantu, Kecamatan Kasemen, Kabupaten Serang, Banten. Umumnya nelayan
ini melakukan operasi penangkapan ikan di perairan Utara Provinsi Banten.
Satu jenis alat penangkapan ikan yang khusus menangkap ikan cendro
adalah pancing layang-layang. Alat penangkapan ikan tersebut masih bersifat
tradisional dan merupakan usaha penangkapan ikan dengan skala kecil yang
beroperasi one day fishing. Alat tangkap pancing layang-layang merupakan alat
tangkap yang unik. Keunikan pancing layang-layang secara teknik yang membuat
penulis merasa tertarik untuk mendokumentasikannya dalam bentuk tulisan.
Secara umum, alat tangkap pancing merupakan alat penangkap ikan yang
murah, mudah dalam pembuatan, tidak memerlukan keahlian dan teknologi
khusus dalam pengoperasiannya, dapat digunakan di seluruh perairan, dan alat
tangkap yang ramah lingkungan. Apakah demikian berlaku pada alat tangkap
pancing layang-layang yang dioperasikan di Perairan Teluk Banten. Sehubungan
dengan itu maka penelitian ini dilakukan.
Perumusan Masalah
Unit penangkapan pancing layang-layang yang dioperasikan di Perairan
Teluk Banten merupakan alat tangkap yang unik dan tidak tercatat dalam Buku
Statistik Perikanan Provinsi Banten. Pertanyaan mengenai bagaimanakah
keragaan teknis alat ini dan apakah unit penangkapan ini memberikan keuntungan
yang lebih besar untuk menghidupi nelayan sehari-harinya belum terjawab. Oleh
karena itu penilaian teknis dan finansial akan dilakukan melalui kajian ini.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah
1) Menganalisis teknis keragaan unit penangkapan pancing layang-layang dan
menghitung produktivitasnya; dan
2) Menentukan kelayakan finansial pada pengoperasian unit penangkapan
pancing layang-layang di Perairan Teluk Banten.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang didapatkan dari penelitian ini adalah
1) Menambah khasanah ilmu dalam dunia perikanan tangkap; dan
2) Sebagai inspirasi bagi pihak yang berminat mengoperasikan unit penangkapan
pancing layang-layang.

2

METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Pengumpulan data lapangan dilakukan selama satu bulan pada Bulan
Februari 2013. Penelitian ini mengambil lokasi di Perairan Teluk Banten di sekitar
Pulau Tunda, Kabupaten Serang, Banten.
Alat dan Objek Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah:
1) alat dokumentasi berupa kamera; dan
2) kuisioner.
Objek dalam penelitian ini adalah unit penangkapan pancing layang-layang di
Perairan Teluk Banten.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan studi kasus terhadap kelayakan pengoperasian
pancing layang-layang secara teknis dan finansial di Peraian Teluk Banten. Studi
kasus merupakan penelitian tentang suatu objek penelitian yang berkenaan dengan
suatu fase spesifik atau khusus personalitas. Studi kasus bertujuan untuk
memberikan gambaran tentang latar belakang, sifat-sifat dan karakter dari suatu
keadaan yang ada pada waktu penelitian (Nazir 2005).
Metode Pengambilan Data
Data yang diambil berupa data primer dan sekunder. Data primer
diperoleh melalui wawancara terhadap nelayan pancing layang-layang dan
pengamatan langsung di lapangan mengenai keseluruhan kegiatan unit
penangkapan pancing layang-layang. Data sekunder didapatkan dari Dinas
Perikanan Kabupaten Serang, Banten.
Proses pengambilan responden dilakukan dengan cara sensus. Responden
yang diambil berjumlah 4 orang nelayan yang memiliki kriteria sebagai berikut:
1) Responden adalah nelayan pancing layang-layang yang sudah menjalankan
usahanya lebih dari satu tahun;
2) Responden adalah pemilik unit penangkapan ikan dan nelayan buruh yang
memiliki penghasilan dari usaha penangkapan ikan menggunakan unit
penangkapan pancing layang-layang;
3) Responden berada di tempat penelitian saat wawancara dilakukan.
Data primer yang dikumpulkan antara lain :
1) Aspek Teknik
(1) Keragaan teknis unit penangkapan pancing layang-layang;
(2) Metode pengoperasian pancing layang-layang;
(3) Lokasi dan musim pengoperasian pancing layang-layang; dan

3

(4) Komposisi hasil tangkapan yang diperoleh per trip, per bulan dan per
musim.
2) Aspek Finansial
(1) Pembiayaan berupa biaya investasi, biaya operasi penangkapan ikan per
trip dan biaya tetap;
(2) Pendapatan nelayan per bulan dan per tahun; dan
(3) Hasil tangkapan per kilogram, per ton.
Data sekunder yang dikumpulkan antara lain :
1) Jumlah unit penangkapan pancing layang-layang dan hasil tangkapannya di
Perairan Banten;
2) Keadaan umum daerah penelitian berupa letak geografis dan keadaan
perikanan tangkap secara umum di Perairan Teluk Banten di sekitar Pulau
Tunda.
Analisis Data
Data yang diperoleh ditabulasikan dan diolah untuk menyederhanakannya
ke dalam bentuk yang lebih mudah diinterpretasikan. Data dan informasi yang
diperoleh kemudian dianalisis secara terpisah sesuai dengan tujuan yang akan
dicapai.
Analisis yang dilakukan adalah analisis teknis dan finansial. Analisis
teknis mencakup kegiatan mendeskripsikan unit penangkapan pancing layanglayang dan menghitung produktivitasnya. Analisis finansial difokuskan pada
analisis usaha.
Analisis teknis dimaksudkan untuk mengetahui apakah secara teknik alat
tangkap pancing layang-layang sudah efektif dalam pengoperasiannya
berdasarkan konstruksi, metode penangkapan ikan, daerah dan musim
penangkapan ikan. Penilaian aspek teknik lebih diarahkan pada perhitungan
produktivitas unit penangkapan ikan. Produktivitas adalah alat ukur untuk melihat
efisiensi teknis dari suatu proses produksi yang merupakan perbandingan antara
hasil yang dicapai dengan keseluruhan input sumberdaya yang dipergunakan
(Hanafiah 1986). Produktivitas dihitung menggunakan data sekunder untuk
mengetahui nilai produktivitas unit penangkapan pancing layang-layang sebagai
berikut :
Produktivitas per alat tangkap

=

������ �������� (��)

Produktivitas per trip penangkapan

=

������ �������� (��)

Produktivitas per nelayan

=

Produktivitas per biaya operasional

= �����ℎ ����� ����������� (��)

Produktivitas per biaya investasi

=

�����ℎ ���� (����)
�����ℎ ���� (����)

������ �������� (��)

�����ℎ ������� (�����)
������ �������� (��)

������ �������� (��)

�����ℎ ����� ��������� (��)

4

Analisis finansial lebih difokuskan pada analisis usaha. Analisis usaha
dalam bidang perikanan untuk mengetahui tingkat keberhasilan usaha yang telah
dicapai selama usaha perikanan itu berjalan. Keuntungan yang besar dapat
dilakukan dengan cara menekan biaya produksi atau memperbesar nilai jual.
Biaya produksi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu biaya tetap (fixed cost) atau
biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu kali produksi dan biaya tidak
tetap (variable cost) atau biaya yang habis dalam satu kali produksi (Rahardi
2001). Analisis usaha dilakukan untuk mengetahui kekuatan pengelolaan secara
menyeluruh dalam mengelola kekayaan perusahaan. Analisis usaha yang
dilakukan antara lain analisis pendapatan usaha, analisis imbangan penerimaan
dan biaya (Revenue Cost Ratio), Payback Period (PP) dan analisis Return of
Investment (ROI) (Hernanto 1986).
Analisis keuntungan merupakan jumlah nominal yang diperoleh dari selisih
antara total pemasukan yang diterima dengan total pengeluaran yang dikeluarkan.
Analisis ini digunakan untuk mengetahui berhasil tidaknya suatu usaha dan untuk
mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh dari seuatu kegiatan usaha yang
dilakukan (Sugiarto et al. 2002). Keuntungan dihitung menggunakan rumus :

Keterangan :

= Keuntungan
TR
= Total penerimaan
TC
= Total biaya

� = TR – TC

Kriteria :
Jika TR > TC maka usaha untung dan layak untuk dilanjutkan.
Jika TR = TC maka usaha tidak untung dan tidak rugi (impas).
Jika TR < TC maka usaha tidak untung dan tidak layak untuk dilanjutkan.
Analisis revenue cost ratio digunakan untuk mengetahui sejauh mana hasil
yang diperoleh dari kegiatan usaha selama periode tertentu cukup menguntungkan
(Sugiarto et al. 2002 dan Djamin 1984 diacu dalam Diniah et al. 2008). Rumus
yang digunakan adalah :

Keterangan :
TR = Total penerimaan
TC = Total biaya
C = Cost (biaya)
R = Revenue (pendapatan)




=

��
��

Kriteria :
Jika R/C > 1, maka kegiatan usaha tersebut untung sehingga usaha tersebut layak
untuk dilanjutkan.
Jika R/C < 1, maka kegiatan usaha tersebut rugi sehingga usaha tersebut tidak
layak untuk dilanjutkan.

5

Jika R/C =1, maka kegiatan usaha tersebut tidak memberikan keuntungan ataupun
kerugian (impas).
Payback period adalah suatu periode yang diperoleh untuk menutup
kembali pengeluaran investasi (initial cast investment) dengan menggunakan
aliran kas atau dengan kata lain payback period juga dapat diartikan ratio antara
initial cast investment dengan cash flownya, hasilnya merupakan satuan waktu
(Umar 2003). Rumus yang digunakan adalah :
PP =
Keterangan :
PP
= payback period
I
= investasi yang dikeluarkan

= keuntungan





X 1 tahun

Kriteria :
Jika payback period lebih pendek waktunya dari maksimum ketentuan payback
period maka usaha tersebut dikatakan layak untuk dilanjutkan.
Analisis keuangan sangat bermanfaat untuk membandingkan kinerja antar
periode atau untuk mengevaluasi proyek investasi. Metode yang umum digunakan
dalam evaluasi kinerja adalah membandingkan seluruh sumberdaya yang
digunakan dengan laba yang diperoleh. Model pengukuran yang dipakai adalah
analisis kemampuan pengembalian investasi (ROI). ROI adalah kemampuan suatu
usaha untuk menghasilkan keuntungan. Perhitungan terhadap ROI dilakukan
untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh dibandingkan dengan
besar investasi yang ditanamkan (Rangkuti 2001). Rumus yang digunakan adalah:
ROI =




x 100 %

Keterangan :
ROI : Return of Investment (tingkat pengembalian)

: keuntungan
I
: investasi

6

HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Teknis
Ada empat unit penangkapan pancing layang-layang yang beroperasi dan
mendaratkan hasil tangkapannya di Pulau Tunda. Berikut ini adalah penjelasan
mengenai unit penangkapan pancing layang-layang tersebut.
1) Alat tangkap
Pancing layang-layang dalam klasifikasi oleh von Brandt (2005) masuk ke
dalam kelompok perikanan pancing (lines),. Sementara itu, berdasarkan
klasifikasi (DKP (2008), pancing layang-layang termasuk dalam klasifikasi alat
tangkap hook and line. Menurut Subani dan Barus (1989), pancing ini terdiri dari
dua komponen utama, yaitu tali (line) dan mata pancing (hook). Tali pancing bisa
terbuat dari bahan benang katun, nilon dan lain-lain, sedangkan mata pancing atau
mata kail terbuat dari kawat baja, kuningan atau bahan lain yang tahan karat.
Tetapi keunikan dari pancing layang-layang tidak menggunakan mata pancing
(hook).
Alat penangkapan ikan pancing layang-layang (Gambar 1) terdiri atas
penggulung tali pancing, joran, tali pancing, layang-layang dan umpan.
Penggulung tali pancing yang menggunakan bahan yang terbuat dari plastik.
Pancing layang-layang menggunakan tali pancing berbahan nylon monofilament
nomor 150 dan 300. Joran yang digunakan pada pancing layang-layang
menggunakan bambu dengan panjang 4 - 5 m. Bambu yang dipakai adalah bambu
yang sudah tua agar tidak mudah rusak atau patah saat digunakan untuk menarik
ikan hasil tangkapan.
Layang-layang terbuat dari plastik dengan rangka dari sebilah bambu
seperti layang-layang pada umumnya. Layang-layang dibuat tiga ukuran yaitu
ukuran kecil, sedang dan besar. Penggunaan layang-layang berdasarkan ukuran
adalah mempertimbangkan angin yang berhembus, jika angin yang berhembus
kencang maka menggunakan layang-layang yang berukuran kecil dengan panjang
(B) 25 cm dan lebar (L) 30 cm. Jika angin yang berhembus kurang kencang maka
menggunakan layang-layang yang berukuran besar dengan panjang (B) 35 cm dan
lebar (L) 45 cm. Layang-layang yang berukuran sedang dengan panjang (B) 30
cm dan lebar (L) 35 cm digunakan saat angin yang berhembus tidak terlalu besar
dan tidak telalu kecil. Nelayan membawa 10 - 15 layang-layang dalam satu trip
penangkapan ikan. Hal tersebut karena layang-layang akan mudah rusak atau
patah pada rangka bambunya saat layang-layang masuk ke dalam air laut. Layanglayang yang digunakan ada yang berwarna merah, kuning atau warna-warna yang
cerah. Pemilihan warna yang cerah pada layang-layang ditujukan agar saat
pengoperasian pancing layang-layang dapat terlihat lebih jelas.
Pancing layang-layang yang terdapat di Pulau Tunda merupakan alat
tangkap yang unik, karena tidak menggunakan mata kail yang sering digunakan
pancing pada umumnya. Pancing layang-layang hanya menggunakan tali pancing
nylon monofilament yang disimpul dengan simpul delapan dan nelayan pancing
layang-layang menyebutnya “kolong-kolong”. Kolong-kolong tersebut nantinya
akan dipasangi umpan ikan renyok (Mugil sp).

7

Operasional unit penangkapan pancing layang-layang sebagai berikut :
(1) Menerbangkan layang-layang berikut dengan tali pancing yang digantungkan
pada layang-layang tersebut. Pada saat tali pancing dikendalikan, maka akan
terhentak-hentak.
(2) Hentakan tali pancing ini akan membuat umpan bergerak layaknya ikan hidup,
sehingga ikan cendro tertarik dan menghampiri umpan tersebut.
(3) Ketika umpan telah dimakan oleh ikan cendro, kemudian layang-layang
digulung dengan cepat dan ikan cendro hasil tangkapan dinaikkan ke perahu.
Kondisi perahu pun dalam keadaan berhenti. Teknik memancing
menggunakan pancing layang-layang sama halnya dengan teknik memancing
pada umumnya. Perbedaannya hanya pada penggunaan layang-layang dalam
memancing sambil bermain layang-layang.
E
A

B
D
F
B

A

C

Keterangan :
A = kolong-kolong, nilon monofilament
no 150 atau 300
B = Tali pancing, nilon monofilament
no 150 atau 300
C = Penggulung tali pancing, plastik
D = Joran, bambu panjang 4 – 5 m
E = Layang-layang, berangka bambu
dan plastik
F = Umpan, ikan renyok

Gambar 1 Kontruksi alat tangkap pancing layang-layang
2) Kapal
Kapal merupakan salah satu komponen unit penangkapan ikan yang
mempunyai peran penting dalam mendukung kegiatan operasi penangkapan ikan.
Jenis kapal pancing layang-layang yang beroperasi di Pulau Tunda adalah perahu
motor tempel (PMT) dan perahu tanpa motor (PTM) (Gambar 2). Perahu yang
digunakan pada unit pancing layang-layang hanya sebatas alat transportasi
menuju fishing ground.
PMT dan PTM terbuat dari kayu dan bertipe sampan. Dimensi PMT
adalah ukuran panjang (L) 5 m, lebar (B) 1,5 m dan dalam (D) 1 m. Perahu motor
tempel (PMT) dilengkapi dengan palka yang berukuran panjang (L) 40 cm, lebar
(B) 1,5 m dan tinggi (D) 70 cm. Mesin PTM berkekuatan 5,5 PK dan berkapasitas
maksimal 5 liter bensin.

8

Dimensi PTM adalah ukuran panjang (L) 5 m, lebar (B) 80 cm dan dalam
(D) 70 cm. Perahu tanpa motor (PTM) dilengkapi dengan palka yang berukuran
panjang (L) 40 cm, lebar (B) 80 cm dan tinggi (D) 70 cm. PTM hanya
menggunakan dayung untuk alat penggerak.

Perahu motor tempel (PMT)
Perahu tanpa motor (PTM)
Gambar 2 Perahu pancing layang-layang
3) Nelayan
Nelayan yang mengoperasikan alat penangkapan ikan pancing layanglayang di Pulau Tunda tidak hanya berasal dari penduduk setempat saja, tetapi
banyak nelayan pendatang seperti dari Tangerang, Lampung, Subang, dan
Pandeglang. Nelayan pancing layang-layang yang berada di Pulau Tunda hanya
berjumlah empat orang. Pendidikan terakhir dari nelayan pancing layang-layang
hanya sebatas Sekolah Dasar (SD).
Nelayan yang mengoperasikan pancing layang-layang berjumlah satu
orang. Hal ini disesuaikan dengan ukuran kapal yang digunakan dan hanya
mengoperasikan satu unit pancing layang-layang. Keberhasilan dari perikanan
pancing layang-layang sangat ditentukan oleh kemampuan dan pengalaman dari
nelayan dalam menggunakan dan mengoperasikan alat tangkap pancing layanglayang tersebut.
4) Metode pengoperasian
Kegiatan pengoperasian pancing layang-layang dilakukan sepanjang
tahun, kecuali pada hari Jumat. Operasi penangkapan ikan dimulai pagi hari kirakira pukul 07.00 dan berlangsung sampai dengan pukul 13.00. Pengoperasian
pancing layang-layang dibagi menjadi tiga tahap, yaitu persiapan, setting dan
hauling. Sesuai yang dikemukakan Subani dan Barus (1989), pengoperasian
pancing layang-layang bergantung pada keadaan angin, kalau anginnya kurang
kencang, kadang harus didayung agar layang-layang tetap di udara. Metode
pengoperasian pancing layang-layang sebagai berikut :
(1) Persiapan
Persiapan dimulai sehari sebelumnya pada sore hari, yaitu mencari umpan
yang akan digunakan saat pengoperasian pancing layang-layang. Pencarian
umpan menggunakan trammel net dilakukan di sekitar pulau Tunda sekitar
pukul 16.00 - 18.00. Jaring trammel net terbuat dari bahan nylon monofilament
dengan inner net 1 – 2 cm dan outer net 3 – 6 cm. Umpan yang digunakan
pancing layang-layang adalah ikan renyok (Mugil sp) (Gambar 3) berukuran 5

9

– 10 cm. Ikan renyok merupakan juvenile ikan belanak (Mugil sp). Ikan
renyok tersebut ditaburi garam agar tidak mudah busuk dan siap digunakan
pada pagi harinya. Adakala nelayan tidak menangkap ikan renyok tetapi
membelinya dengan harga Rp 3.000,00 per kilogram. Pemberangkatan ke
fishing ground dilakukan pada pagi hari sekitar jam 7 pagi. Perjalanan menuju
fishing ground ditempuh dalam waktu kira-kira 1- 2 jam dengan kedalaman
sekitar 5 m.
(2) Setting
Setelah sampai di fishing ground, nelayan mulai memilih layang-layang yang
sesuai dengan keadaan angin, mengikatkan tali pancing dan memasang
umpan. Pemasangan umpan dengan menusukkan ujung tali pancing pada sisi
umpan (tepat di belakang kepala) sampai menembus pada sisi lainnya,
kemudian dibentuk suatu kolong-kolong (Gambar 4) untuk menjerat ikan
cendro. Tahap setting dilakukan sekitar lima menit. Kemudian alat tangkap
pancing layang-layang bisa dioperasikan.
(3) Hauling
Hauling dilakukan saat ikan cendro sudah terjerat pada kolong-kolong
(Gambar 4). Layang-layang ditarik dan digulung dengan cepat sampai ikan
cendro mendekati perahu dan menaikkannya ke perahu.

Gambar 3 Ikan renyok (Mugil sp)
Sumber : dokumentasi pribadi

Gambar 4 Kolong-kolong
Sumber : dokumntasi pribadi

10

5) Daerah dan musim penangkapan ikan
Daerah pengoperasian pancing layang-layang umumnya hanya di sekitar
perairan Pulau Tunda (Gambar 5). Penentuan daerah pengoperasian pancing
layang-layang dengan melihat dari mana angin berhembus. Apabila angin barat
yang berhembus maka nelayan pancing layang-layang akan pergi ke daerah
sebelah barat dari Pulau Tunda. Sebaliknya jika angin timur yang berhembus
maka nelayan pancing layang-layang pergi ke daerah timur dari Pulau Tunda.
Selain itu nelayan juga melihat kecerahan air laut dan keberadaan karang-karang
besar yang biasanya di sekitar karang tersebut banyak terdapat ikan cendro.
Musim penangkapan pancing layang-layang dibagi menjadi musim
puncak, musim sedang dan musim paceklik. Musim puncak merupakan musim
pada saat jumlah ikan hasil tangkapan melimpah atau musim banyak ikan. Musim
puncak biasanya terjadi pada bulan Maret sampai dengan April dan bulan
November sampai dengan Desember. Musim sedang merupakan musim pada saat
jumlah ikan hasil tangkapan tidak melimpah dan tidak pula menurun atau sedikit.
Musim sedang umumnya terjadi pada bulan Mei sampai dengan Oktober.
Sementara musim paceklik merupakan musim saat ikan hasil tangkapan sedikit
dibandingkan dengan musim lainnya dan terjadi pada bulan Januari sampai
dengan Februari.

Pulau Tunda

DPI saat Angin Barat
DPI saat Angin Timur

Gambar 5 Daerah pengoperasian unit penangkapan pancing layang-layang

11

6) Hasil tangkapan
Klasifikasi ikan cendro (Gambar 6) menurut Péron & Lesueur (1821)
diacu dalam fishbase adalah sebagai berikut:
Kerajaan
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Actinopterygii
Ordo
: Beloniformes
Famili
: Belonidae
Genus
: Tylosurus
Spesies
: crocodilus

60 cm
Gambar 6 Ikan cendro (Tylosurus crocodilus)
Sumber : dokumentasi pribadi
Hasil tangkapan yang didapatkan dari usaha unit penangkapan pancing
layang-layang adalah ikan cendro (Tylosurus crocodilus) (Gambar 6). Pada
musim puncak, hasil tangkapan ikan cendro bisa mencapai 30 kilogram. Jumlah
hasil tangkapan pada musim sedang dan paceklik mencapai 20 dan 10 kilogram.
Hasil tangkapan ikan cendro tiap harinya tidak menentu karena dipengaruhi ooleh
beberapa faktor, seperti arus dan kecerahan air laut. Unit penangkapan pancing
layang-layang dengan perahu motor tempel (PMT) menangkap ikan cendro
sebanyak 6.009 kilogram per tahun. Sementara unit penangkapan pancing layanglayang dengan perahu tanpa motor (PTM) menangkap ikan cendro sebanyak
3.419 kilogram per tahun.
Ikan cendro merupakan ikan yang unik dengan bentuk mulut yang panjang
dan sesuai dengan alat tangkap pancing layang-layang. Kolong-kolong menjerat
mulut bagian atas ikan cendro (Gambar 7). Hasil tangkapan ikan cendro
dipasarkan di Pulau Tunda dalam keadaan segar dengan harga Rp 5.000,00 per
kilogram.

Gambar 7 Ikan cendro terjerat pada kolong-kolong
Sumber : dokumentasi pribadi

12

7) Produktivitas
Produktivitas unit penangkapan pancing layang-layang yang dihitung
adalah produksi per alat tangkap, produksi per trip, produksi per biaya operasional
dan produksi per biaya investasi (Tabel 1). Secara umum nilai produktivitas unit
penangkapan pancing layang dengan perahu motor tempel (PMT) lebih tinggi
dibandingkan dengan perahu tanpa motor (PTM). Produktivitas perahu pancing
layang-layang dengan PMT mencapai 6.009 kilogram per tahun lebih tinggi
dibandingkan dengan prodiktivitas PTM. Hal ini terjadi karena jumlah hasil
tangkapan perahu motor tempel (PMT) lebih banyak dibandingkan dengan perahu
tanpa motor (PTM). Produktivitas unit pancing layang-layang dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1 Produktivitas pancing layang-layang
Produktivitas

Unit Penangkapan Pancing Layang-layang
PMT

Per Alat tangkap (kg/tahun)
Per Trip (kg/unit/tahun)
Per Biaya Operasional (kg/biaya/tahun)
Per Biaya Investasi (kg/investasi/tahun)

PTM
6.009
18,84
0,00037
0,00114

3.419
10,72
0,00034
0,00365

Keterangan : PMT = Perahu motor tempel
PTM = Perahu tanpa motor

Analisis Finansial
Biaya investasi yang dikeluarkan untuk usaha unit penangkapan pancing
layang-layang dengan PMT dan PTM masing-masing berjumlah Rp 5.070.000,00
dan Rp 1.736.666,67. Komponen terbesar pada investasi adalah pembelian perahu
sebesar Rp 2.700.000,00 untuk PMT dan Rp 1.666.666,67 untuk PTM. Uraian
lebih terperinci dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Biaya investasi usaha unit penangkapan pancing layang-layang
Investasi

Jumlah (Rp)
PMT

PTM

Perahu

2.700.000

1.666.666,67

Mesin

1.500.000

0,00

70.000

70.000

800.000

0,00

5.070.000

1.736.666,67

Alat tangkap pancing layang-layang
Alat tangkap jaring
Jumlah Investasi

Biaya tetap yang dikeluarkan untuk usaha unit penangkapan pancing
layang-layang dengan PMT yaitu Rp 2.802.000,00 lebih besar dibandingkan
dengan PTM yaitu berjumlah Rp 841.111,11 (Tabel 3). Komponen biaya tetap
terbesar pada PMT adalah untuk perawatan mesin sebesar Rp 940.000,00 yaitu
untuk perawatan mesin, sedangkan pada PTM adalah untuk perawatan perahu
sebesar Rp 453.333,33.

13

Biaya variabel yang dikeluarkan berupa keperluan melaut, seperti ransum,
bensin dan sebagainya (Tabel 3). Biaya variabel dalam satu tahun berjumlah Rp
13.324.500,00 untuk PMT, sedangkan untuk PTM sebesar Rp 9.091.500,00.
Komponen biaya yang terbesar adalah untuk pembelian layang-layang sebesar Rp
7.177.500,00 per tahun baik pada unit penangkapan ikan yang menggunakan PMT
dan PTM.
Tabel 3 Rincian pengeluaran usaha unit penangkapan ikan pancing layang-layang
Pembiayaan

Jumlah (Rp)
PMT

PTM

Perawatan perahu

400.000

453 333 33

Perawatan mesin

940.000

0.00

Perawatan alat tangkap

132.000

120 000 00

Penyusutan perahu

540.000

244 444 44

Penyusutan mesin

500.000

0.00

23.333,33

23 333 33

266.666,67

0.00

2.802.000,00

841 111 11

Ransum
Bensin

957.000
1.914.000

638.000
0,00

Oli

2.000.000

0,00

Air tawar

319.000

319.000

Umpan

957.000

957.000

7.177.500

7.177.500

Jumlah biaya variabel

13.324.500

9.091.500

Total Biaya Pengeluaran

16.126.500

9.932.611,11

Penyusutan AT pancing
Penyusutan AT jaring
Jumlah biaya tetap
Biaya variabel

Layang-layang

Pendapatan usaha unit penangkapan ikan pancing layang-layang
bergantung pada jumlah hasil tangkapan yang diperoleh. Pendapatan yang
diperoleh dalam satu tahun berjumlah Rp 40.891.000,00 untuk PMT dan Rp
16.915.000 untuk PTM. Pendapatan pada PMT lebih besar, karena pergerakan
perahunya lebih mudah dibandingkan PTM, sehingga dalam mencari ikan pun
lebih gesit dan hasil tangkapan yang diperoleh lebih banyak. Uraian dari
pendapatan yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 4.

14

Tabel 4 Pendapatan usaha unit perikanan pancing layang-layang
Penerimaan

Jumlah (Rp)
PMT

PTM

Hasil tangkapan Ikan Cendro
Musim puncak

15.900.000

9.363.333,33

Musim sedang

20.000.000

6.933.333,33

Musim paceklik

2.120.000

618.333,33

Umpan Ikan Renyok

2.871.000

0,00

40.891.000

16.915.000

Total penerimaan

Usaha unit penangkapan ikan pancing layang-layang dengan PMT dan
PTM sama-sama layak untuk dikembangkan. Berdasarkan dari keseluruhan biaya
yang dikeluarkan dan pendapatan yang didapatkan dalam setahun, bahwa usaha
unit penangkapan pancing layang-layang dengan PMT memperoleh keuntungan
sebesar Rp 24.764.500,00 lebih besar dibandingkan keuntungan yang diperoleh
dari PTM sebesar Rp 6.982.388,89. Nilai R/C dan ROI yang didapatkan dari PMT
lebih besar dari PTM. Waktu pengembalian modal usaha pada unit penangkapan
pancing layang-layang dengan PMT lebih cepat dibandingkan PTM. Hasil analisis
usaha lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Hasil analisis usaha unit penangkapan pancing layang-layang
PMT

PTM

Total Penerimaan (Rp)

40.891.000

16.915.000

Total Pengeluaran (Rp)

16.126.500

9.932.611 11

Keuntungan (Rp)

24.764.500

6.982.388,89

2,54

1,70

Revenue-Cost Ratio
Payback Period (tahun)
Return On Investment (%)

0,20

0,25

488,45

402,06

Pembahasan
Kegiatan usaha pengoperasian pancing layang-layang di perairan Pulau
Tunda sudah ada sejak tahun 1975. Sekitar Pulau Tunda, karena perairannya
berkarang dan bagus sebagai fishing ground, penggunaan alat tangkap pancing
sesuai dan mudah digunakan. Akan tetapi akibat persaingan yang besar, nelayan
mengalami kesulitan, maka para nelayan beralih ke pekerjaan lain seperti
berladang ataupun merantau ke kota untuk mencari nafkah. Perikanan pancing
layang-layang pun ada di daerah Bali dan menangkap ikan cendro. Menurut
Wagiu (2009) bahwa kegiatan memancing merupakan kegiatan tradisi sampai
tahun 2013 saat penelitian ini dilakukan, nelayan pancing layang-layang
berjumlah empat orang. Hal ini karena meneruskan tradisi dan untuk melestarikan
pancing layang-layang.
Pancing layang-layang merupakan alat tangkap yang khusus menangkap
ikan cendro. Ikan cendro merupakan ikan yang unik dengan bentuk mulut yang
panjang sehingga alat tangkap pancing layang-layang dengan menggunakan

15

kolong-kolong sesuai untuk menangkapnya. Kolong-kolong tersebut menjerat
mulut bagian atas ikan cendro.
Ikan cendro hidup di lapisan permukaan dan berada dekat perairan karang
dengan kisaran kedalaman 0 - 13 m. Ikan cendro hidup menyendiri dan
merupakan jenis ikan tropis dengan suhu 26°C - 29°C. Panjang ikan cendro dapat
mencapai 100 cm dan yang umum tertangkap oleh pancing layang-layang adalah
ukuran 60 – 70 cm. Ikan cendro tergolong ikan pelagis atau perenang cepat.
Selain menggunakan pancing layang-layang, ikan cendro pun bisa ditangkap
menggunakan jaring insang hanyut (drift gillnet).
Pengoperasian alat tangkap pancing dapat dilakukan baik pada siang hari
ataupun malam hari. Sebagaimana dikemukakan oleh Rahmat (2007),
pengoperasian pancing layang-layang dilakukan pada pagi hari sampai siang hari,
agar nelayan dapat melihat pergerakan ikan cendro, sehingga operasional dapat
lebih efektif.
Nelayan pancing layang-layang harus fokus untuk melihat pergerakan ikan
cendro saat operasi penangkapan ikan sedang berlangsung. Hal ini dapat membuat
mata nelayan pancing layang-layang mudah rusak, karena selalu melihat ke arah
permukaan air laut yang memantulkan sinar matahari. Solusi nelayan adalah
berusaha menggunakan kaca mata untuk mengurangi terik matahari tersebut dan
agar dapat lebih fokus untuk melihat pergerakan ikan cendro.
Pergerakan ikan cendro sangat mudah dilihat karena air laut di sekitar
pulau Tunda sangat jernih, tetapi karena ada kegiatan penyedotan pasir di
sekitarnya mempengaruhi aktivitas nelayan melaut dan mengakibatkan air laut
menjadi keruh. Hal ini, karena ikan cendro tidak tertarik untuk memakan umpan.
Oleh karena itu, jika perairan keruh maka nelayan berpindah lokasi penangkapan
ikan ke perairan yang lebih jernih. Sebagai kompensasi dari kegiatan penyedotan
pasir ini, setiap kepala pilih atau warga Pulau Tunda yang sudah memiliki KTP
mendapatkan uang sebesar Rp 375.000,00, tetapi semuanya masih belum cukup
untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya, sehingga nelayan pancing layanglayang tetap mencari pekerjaan lain untuk memenuhinya.
Keuntungan yang diperoleh dari usaha penangkapan ikan pancing layanglayang dengan PMT bisa dikatakan rendah. Keuntungan yang diperoleh dalam
setahun hanya Rp 24.764.500,00 atau Rp 2.063.708,33 per bulannya. Nilai ini
dibawah nilai UMR atau Upah Minimum Regional Kabupaten Serang yaitu
sebesar Rp 2.080.000,00 untuk tahun 2013. Pendapatan yang di bawah UMR
Kabupaten Serang ini membuat nelayan pancing layang-layang mencari pekerjaan
lain di saat tidak melaut, yaitu dengan menjual kayu, jagung hasil ladang, atau
menjual makanan ringan serta ditambah kehidupan nelayan yang konsumtif
membuat nelayan merasa kekurangan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Nilai yang jauh lebih kecil diperoleh dari usaha penangkapan ikan pancing
layang-layang dengan PTM. Keuntungan yang diperoleh dalam setahun hanya Rp
6.982.388,89 atau Rp 581.865,73 per bulannya. Nilai ini sangat kecil untuk
memenuhi kebutuhan per bulannya.
Produktivitas yang dimiliki oleh perahu pancing layang-layang dengan
PMT lebih besar daripada PTM. Adanya motor penggerak dapat memudahkan
nelayan untuk berpindah lokasi penangkapan ikan, sehingga ikan hasil tangkapan
yang didapatkan pun lebih banyak. Harga jual hasil tangkapan ikan cendro sama,

16

tidak berubah setiap musimnya, yaitu sebesar Rp 5.000,00 per kilogram. Hal ini
mempengaruhi keuntungan yang didapatkan dari hasil penjualan ikan cendro.
Keuntungan yang lebih besar dihasilkan oleh unit penangkapan pancing
layang-layang dengan PMT. Hal ini terkait dengan jumlah hasil tangkapan yang
diperoleh lebih banyak, serta tingkat pengembalian modal usaha ini relatif cepat.
Hanya dalam waktu 2 bulan, nelayan sudah dapat mengembalikan modal awal
usaha yang sudah digunakan. Nilai R-C ratio unit penangkapan pancing layanglayang dengan PMT dan PTM lebih besar dari satu. Hal ini menunjukkan bahwa
secara ekonomi usaha ini layak dikembangkan. Hal ini sesuai yang dikemukakan
oleh Sobari dan Muzakir (2008) bahwa keuntungan yang lebih besar dari biaya
pengeluaran maka usaha penangkapan ikan dapat dikembangkan, sedangkan
keuntungan yang lebih kecil dari biaya pengeluaran maka usaha dpenangkapan
ikan tidak layak dikembangkan. Pengembangan usaha hendaknya juga dilakukan
berdasarkan pada beberapa aspek lain, diantaranya ketersediaan sumberdaya ikan.
Oleh karena itu disarankan untuk melakukan kajian tentang stok ikan cendro di
lokasi penangkapan ikan agar tidak menyebabkan terjadinya overfishing dan
penentuan strategi pemanfaatan sumberdaya yang optimal.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini sebagai berikut :
1) Konstruksi pancing layang-layang terdiri atas penggulung plastik, tali pancing
nylon monofilament nomor 150 atau 300, joran dari bamboo sepanjang 4 – 5
m, layang-layang plastik, dan kolong-kolong untuk menjerat hasil tangkapan.
Operasional pancing layang-layang menggunakan umpan mati yaitu ikan
renyok. Jenis perahu yang digunakan adalah perahu motor tempel (PMT)
berukuran 5 m x 1,5 m x 1 m dan perahu tanpa motor (PTM) berukuran 5 m x
80 cm x 70 cm. Tenaga penggerak PMT berkekuatan 5,5 PK dengan bahan
bakar bensin. Nelayan pancing layang-layang berjumlah satu orang dalam satu
unit penangkapan ikan. Hasil tangkapan utama ikan cendro (Tylosurus
crocodilus). Musim puncak penangkapan ikan cendro pada bulan Maret
sampai dengan April dan bulan November sampai dengan Desember.
Produktivitas per alat tangkap PMT mencapai 6.009 kg per tahun, lebih tinggi
dibandingkan dengan PTM yang mencapai 3.149 kg per tahun. Produktivitas
per trip, biaya operasional dan biaya investasi untuk PMT masing-masing
18,84 kg per tahun, 0,00037 kg per tahun serta 0,00114 kg per tahun.
Sementara produktivitas per trip, biaya operasional dan biaya investasi untuk
PTM masing-masing 10,72 kg per tahun, 0,00034 kg per tahun serta 0,00365
kg per tahun.
2) Usaha unit penangkapan pancing layang-layang dengan PMT memperoleh
keuntungan sebesar Rp 24.764.500 lebih besar dibandingkan keuntungan yang
diperoleh dari PTM sebesar Rp 6.982.388,89. Usaha unit penangkapan
pancing layang-layang dengan PTM dan PMT layak untuk dikembangkan

17

dengan nilai R/C sebesar 2,54 dan 1,70 dan pengembalian modal usaha dalam
waktu 2 - 3 bulan.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, penulis menyarankan :
1) Mengembangkan usaha unit penangkapan ikan pancing layang-layang,
berdasarkan analisis usaha bahwa nilai R/C >1, tetapi terlebih dahulu perlu
dilakukan kajian mengenai stok sumberdaya ikan cendro di fishing ground,
agar pemanfaatannya dapat dilakukan secara berkelanjutan.
2) Menambahkan mesin penggerak pada PTM agar dapat menjangkau fishing
ground lebih jauh, sehingga hasil tangkapan yang didapat lebih banyak dan
keuntungan pun akan bertambah.

DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kelautan dan Perikanan. 2008. Perangkap Bubu. [terhubung berkala]
http://pipp.dkp.go.id/pipp2/alat_tangkap.html?idkat_api=8&idapi=2 7. (27
Juli 2013)
Diniah, Sobari MP dan Milka Zohra. 2008. Unit Penangkapan Pukat Langgar di
Perairan Pantai Pusong Lhokseumawe: Kajian Teknis dan Finansial. Jurnal
Mangrove dan Pesisir Vol VII nomor 2/2008, ISSN : 1411-0679. Pusat
Studi Pesisir dan Kelautan, Universitas Bung Hatta Padang PSPK. 15-16
hal.
Fishbase. 2012 Tylosurus crocodilus crocodilus. [terhubung berkala]
http://fishbase.org/summary/Tylosurus-crocodilus+crocodilus.html
(20
September 2012).
Hanafiah AM. 1986. Tata Niaga Hasil Perikanan. Jakarta (ID): Penerbit
Universitas Indonesia Press. 208 hal.
Hernanto F. 1986. Ilmu Usaha Tani. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. 309 hal.
Nazir. 2005. Metode penelitian. Bogor (ID): Ghalia Indonesia. 542 hal.
Rahardi. 2001. Agribisnis Perikanan. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. 63 hal.
Rahmat E. 2007. Penggunaan Pancing Ulur untuk Menangkap Ikan Pelagis
Besar. LIPI Jurnal. Balai Riset Perikanan Laut: Jakarta.
Rangkuti. 2001. Analisis SWOT Teknik membedah Kasus Bisnis-reorientasi
konsep perencanaan strategis untuk menghadapi abad 21. Jakarta (ID):
PT.Gramedia Pustaka Utama. 200 hal.
Sobari MP dan Muzakir. 2008. Kajian ekonomi pemanfaatan sumberdaya ikan
teri di Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat. Buletin PSP (Jurnal
Ilmiah Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap) Volume XVII
Nomor 3 Bulan Desember 2008, ISSN : 0251-286X. Bogor : Forum
Komuniksai Kemitraan Perikanan Tangkap dan Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor. 373-381hal.

18

Subani W dan HR Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di
Indonesia. Jurnal Perikanan Laut. Nomor: 50 Tahun !988/1989. Jakarta:
Badan Penelitian Perikanan Laut, Departemen Pertanian. 187-196 hal.
Sugiarto, T Herlambang, Brastoro, Sudjana R dan S Kelana. 2002. Ekonomi
Mikro: Sebuah Kebijakan Komperhensif. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka
Utama. 514 hal.
Umar H. 2003. Studi Kelayakan Bisnis: Teknik Menganalisis Kelayakan Rencana
Bisnis Secara Komperhensif. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama. 541
hal.
Wagiu M. 2009. Investasi Terbatas Bagi Nelayan Pancing Ulur di Malalayang I
Manado. Pacific Jurnal. Vol. 1(4) : 546-550 hal.
von Brandt A. 2005. Fish Catching Methods of World 4th Edition. England:
Fishing New Book Ltd 523 hal.

19

RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Pekalongan Jawa Tengah pada tanggal 13 Maret 1991 dari
pasangan Drs. Jaka Saryanta dan Oktovia Sri Rita Purwaningsih sebagai anak
kedua dari 3 bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan di SMA Regina Pacis
Bogor pada tahun 2009. Selanjutnya pada tahun 2009, penulis diterima di Institut
Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Pergutuan
Tinggi Negeri) dan memilih Mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan
Tangkap, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan.
Selama mengikuti kegiatan perkuliahan, penulis aktif pada kegiatan
organisasi kemahasiswaan. Organisasi tersebut antara lain Himpunan Mahasiswa
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan periode 2011-2012 sebagai staf departemen
Pengembangan Minat dan Bakat (PMB), Himpunan Mahasiswa Perikanan
Tangkap Indonesia (Himpatindo) periode 2011-2012 sebagai staf divisi Infokom.
Penulis juga terdaftar sebagai asisten mata kuliah Teknologi Alat Penangkapan
Ikan pada tahun 2012 dan 2013), serta mata kuliah Teknologi Penangkapan Ikan
pada tahun 2012 dan 2013.
Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir, penulis melakukan penelitian
sebagai bahan penyusunan skripsi dengan judul “Analisis Teknis dan Finansial
Perikanan Pancing Layang-layang di Peraiaran Banten”. Penulis dinyatakan lulus
dalam sidang ujian skripsi yang diselenggarakan oleh Program Studi Teknologi
dan Manajemen Perikanan Tangkap, Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan,
Fakultas Perikanan dan Imu Kelautan, Institut Pertanian Bogor pada tanggal 23
Agustus 2013.