PROFIL WISATAWAN MUSEUM LAYANG LAYANG JAKARTA
commit to user
PROFIL WISATAWAN MUSEUM LAYANG-LAYANG
JAKARTA
LAPORAN TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Studi Diploma III Usaha Perjalanan Wisata
Disusun Oleh:
Warih Yunita Ratna .P
C9407004
PROGRAM DIII USAHA PERJALANAN WISATA FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
(2)
(3)
(4)
commit to user
MOTTO
Doa adalah pengingat akan sifat manusia yang luar biasa bahwa ada bagian diri kita yang tidak di batasi oleh ruang dan waktu, keyakinan bahwa kita selalu
berada dalam lindungan-NYA. (Larry Dossey)
Nasib bukan suatu kebetulan melainkan pilihan, bukan suatu yang kita tunggu kedatangannya melainkan kita jemput pencapaiannya.
(Penulis)
Semua yang kita miliki merupakan hasil dari apa yang kita pikirkan. (Penulis)
(5)
commit to user
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan seru sekalian alam. Berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Ahli Madya di Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penyusunan tugas akhir ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan setulus hati peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Sastra dan
Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah mengijinkan dan mengesahkan tugas akhir ini.
2. Ibu Dra. Hj. Isnaini WW, M.Pd, selaku Ketua program Diploma III Usaha
Perjalanan Wisata Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta sekaligus Pembimbing Akademik yang telah memberi petunjuk, dan saran-saran serta pengarahan yang sangat berharga sehingga dapat terselesainya Penulisan Tugas Akhir ini.
3. Bapak Dr. Warto, M. Hum selaku pembimbing pertama atas kesediaan waktu,
ketelitian, semangat dan kesabaran membimbing penulis untuk memberikan yang terbaik.
4. Bapak Sri Agus, M.Pd. selaku pembimbing kedua atas kesediaan waktu,
ketelitian, motivasi dan kesabaran membimbing penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini..
5. Segenap Bapak dan Ibu Dosen DIII Usaha Perjalanan Wisata UNS yang telah
(6)
commit to user
6. Bapak Muh. Fadlol SE yang telah membantu penulis dalam kegiatan
observasi wisatawan.
7. Teman-teman D3 UPW khususnya angkatan 2007 yang telah memberikan
motivasi dan kebersamaan kepada penulis.
8. Sahabatku, Pipit dan Emo atas persahabatannya, motivasi, dan bantuannya
selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas akhir ini.
9. Para Brothers Black Gamers Motor Community terimakasih juga atas
persaudaraannya serta Kerabat Q-roxs terimakasih atas persaudaraan dan kebersamaan dalam suka dukanya bersama penulis.
10. Seluruh Manajemen dan teman-teman Solo SPA terimakasih atas toleransi
dan kebersamaannya dalam membentuk sebuah keluarga.
11. Semua pihak yang telah membantu penulis, yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini jauh dari kesempurnaan sehingga dengan kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Semoga tugas akhir ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan pengetahuan pariwisata pada umumnya dan kepada pembaca pada khususnya.
Surakarta, 2011
(7)
commit to user
ABSTRAK
Warih Yunita Ratna Pratiwi , C9407004, 2011. Profil Wisatawan Museum
layang-layang Jakarta. Program Diploma III Usaha Perjalanan Wisata Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret.
Laporan tugas akhir ini mengkaji tentang Profil Wisatawan Museum
layang-layang Jakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui daerah asal wisatawan, jenis kelamin wisatawan,usia wisatawan,pekerjaan wisatawan,Tujuan wisatawan, perencanaan perjalanan wisatawan,bentuk wisata yang banyak di minat wisatawan,fasilitas penginapan yang diminati wisatawan, respon terhadap fasilitas dan kebersihan wisatawan,kunjungan wisatawan,dan harapan wisatawan terhadap obyek wisata museum layang-layang dalam pengelolaan dan pengembangannya sebagai obyek wisata.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui metode wawancara, metode observasi, serta studi pustaka. Metode wawancara dilakukan secara langsung dengan pihak museum layang-layang, metode observasi dilakukan dengan cara berkunjung langsung ke obyek wisata dan mengamati,serta mencatat segala unsur-unsur yang tampak, memberikan angket kepada responden, pengambilan gambar di obyek wisata. Studi pustaka dapat dilakukan dengan cara mengumpulkan data dan informasi dari buku-buku di perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Arsip Museum layang-layang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Berdasarkan variabel geografis mayoritas wisatawan berasal dari Jakarta sebanyak 35% yang berkunjung ke Museum Layang-layang, berasal dari Bogor 20%,Jogjakarta 20%,Surakarta 15%, Lur negeri 10%.(2) Berdasarkan variabel sosio demografi wisatawan berjenis kelamin pria 46% dan wanita sebanyak 54%, sedangkan usia wisatawan antara 15-30 tahun sebanyak 46%, usia < 15 tahun sebesar 34%, usia 30-50tahun sebanyak 12% dan usia >50 tahun sebanyak 8%, pekerjaan atau profesi dari sebagian besar wisatawan tersebut adalah dari kalangan pelajar(TK, SD, SMP, SMA dan mahasiswa.) sebanyak 52%,pegawai pemerintahan sebanyak 10%, staf pengajar sebanyak 28%, wiraswasta sebanyak 10%. (3) Berdasarkan variabel psikografik, tujuan wisatawan wisata ini adalah untuk melakukan penelitian 17 responden dengan prosentase sebesar 34%,Selanjutnya untuk tujuan kebudayaan sebesar 26%, rekreasi atau berlibur 12% dan hanya sekedar melihat hal-hal baru sebanyak 2%.(4) Berdasarkan variabel behavioristik mayoritas 31 responden merencanakan perjalanan sendiri dengan prosentase sebesar 62%,wisatawan menggunakan jasa biro perjalanan yaitu sebanyak 19 responden dengan prosentase 38%, wisatawan menyukai wisata alam sebanyak 24 dengan prosentase sebesar 48%,wisata kuliner 28%, wisata budaya dan wisata belanja jumlah prosentase masing-masing sebesar 16% dan 8%. Jenis penginapan dan fasilitas standart menjadi favorit wisatawan responden sebanyak 41 responden dengan prosentase 82%. Harapan yang diinginkan wisatawan sebanyak 20 responden dengan prosentae 45% promosi ditingkatkan, 29% masalah fasilitas, dan kebersihan lingkungan museum sebanyak 26%.
(8)
commit to user
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
ABSTRAK ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... ... 1
B. Rumusan Masalah ... ... 3
C. Tujuan Penelitian ... ... 4
D. Manfaat Penelitian ... ... 4
E. Kajian Pustaka ... ... 5
1. Arti Museum………... 5
2. Fungsi Museum... 6
3. Pengertian Pariwisata……… 8
4. Pengembangan Pariwisata………... 10
5. Pengertian Obyek wisata………. 12
6. Syarat-syarat Obyek Wisata……….. 12
7. Pengertian Wisatawan……….. 13
(9)
commit to user
9. Profil Wisatawan………. 14
a.Kelompok – kelompok nasional………. 14
b. Umur, jenis kelamin, status perkawinan, dan kelom pok kelas sosial... 21
c.Wisatawan kelompok dan wisatawan yang bepergian secara bebas... 23
d. Wisatawan konvensi dan wisatawan konfrensi...24
10.Karakteristik Wisatawan………. 24
F. Metode Penelitian... 26
1. Lokasi Penelitian ... 27
2. Teknik Pengumpulan Data………...27
3. Teknik Analisis Data ... 27
G. Sistematika Penulisan ... 29
BAB II PERKEMBANGAN PARIWISATA JAKARTA SELATAN A. Gambaran Umum Jakarta Selatan ... 30
B. Keadaan Geografis Jakarta Selatan ... 33
C. Obyek dan Daya Tarik Wisata di Wilayah Jakarta Selatan ... 34
D. Selayang Pandang Museum Layang-Layang Indonesia ... 39
1. Sejarah Berdirinya Museum Layang-Layang……… ... 41
2. Seluk Beluk dan Koleksi Museum Layang-Layang………... ..43
3. Jenis Layang-Layang Berdasarka Sejarah……… ... 46
4. Visi dan Misi Museum Layang-Layang……… . 47
5. Fasilitas Museum Layang-Layang……….... . ..47
BAB III PROFIL DAN KARAKTERISTIK WISATAWAN DI MUSEUM LAYANG-LAYANG. A. Kunjungan Wisatawan di Museum Layang-Layang……. ... 48
Data Kunjungan Wisatawan bulan Januari-April 2011 ... 49
B. Profil Wisatawan di Museum Layang-Layang berdasarkan Variabel Geografis,Variabel Sosio demografi, Variabel Psikografik, Variabel Behavioristik... 50
(10)
commit to user
1. Variabel Geografis... 50
a. Variabel Geografis berdasarkan daerah asal wisatawan... 51
2. Variabel Sosio demografi... 52
a. Variabel Sosial geografis berdasarkan jenis kelamin wisatawan 52 b. Variabel Sosial geografis berdasarkan usia wisatawan... 53 c. Variabel Sosial geografis berdasarkan pekerjaan wisatawan..
54
3. Variabel Psikografik... 55
a. Variabel Psikografik berdasarkan Tujuan
Wisatawan di Museum layang-layang... 56 4. Variabel Behavioristik... 57
a. Variabel behavioristik bedasarkan Perencanaan Perjalanan
Wisatawan Berkunjung di Museum layang-layang... 58
b. Variabel behavioristik bedasarkan bentuk wisata yang
paling banyak diminati Wisatawan di Museum layang-layang... 58
c. Variabel behavioristik bedasarkan fasilitas penginapan
yang di minati Wisatawan di Museum
layang-layang... 59
d. Variabel behavioristik berdasarkan respon terhadap
fasilitas dan kebersihan Wisatawan
Museum layang-layang……….. 60
e. Variabel behavioristik bedasarkan kunjungan Wisatawan di
Museum layang-layang……… 61
f. Variabel behavioristik bedasarkan harapan yang diinginkan
Wisatawan di Museum layang-layang……… 65
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ... 67
B. Saran ... 69
(11)
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Jumlah Data Kunjungan wisatawan
bulan Januari – April 2011
Museum Layang-Layang Indonesia………... 49
Tabel 2 Variabel Geografis berdasarkan daerah asal wisatawan. 51
Tabel 3 Variabel Sosio demografi berdasarkan
jenis kelamin wisatawan... 52
Tabel. 4 Variabel Sosio demografi berdasarkan
Usia wisatawan... 53
Tabel. 5 Variabel Sosio demografi berdasarkan
Pekerjaan wisatawan... 54
Tabel. 6 Variabel Psikografik berdasarkan
Tujuan wisatawan... 56
Tabel. 7 Variabel Behavioristik berdasarkan
Perencanaan perjalanan wisatawan... 58
Tabel. 8 Variabel Behavioristik berdasarkan
Bentuk wisata yang diminati wisatawan... 59
Tabel. 9 Variabel Behavioristik berdasarkan
Fasilitas penginapan yang diminati wisatawan... 60
Tabel. 10 Variabel Behavioristik berdasarkan
Respon dan fasilitas wisatawan... 61
Tabel. 11 Variabel Behavioristik berdasarkan
Kunjungan wisatawan di museum... 63
Tabel. 12 Variabel Behavioristik berdasarkan
(12)
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Ijin Observasi Pengelola museum Layang-layang………71
2. Struktur organisasi museum layang-layang………. 72
3. Daftar informan………... 73
4. Izin pengambilan data……….… 74
5. Pertanyaan Kuisioner... 75
6. Daftar identitas responden……… 76
7. Pedoman wawancara……… 79
8. Layout dan denah lokasi museum layang-layang……… 80
9. Peta Jakarta Selatan dan tiket masuk museum layang-layang………… 81
10. Brosur bagian depan museum layang-layang………... 82
11. Brosur bagian belakang museum layang-layang………. 83
12. Dokumentasi museum layang-layang………... 84
(13)
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A
. Latar Belakang MasalahManusia sepanjang hidupnya tidak bisa dipisahkan dengan seni sebab seni adalah bagian dari kehidupan manusia, dan suatu karya seni dapat berfungsi baik secara individual bagi penciptanya dan penikmatnya, maupun secara sosial dalam
kehidupan sehari – hari. Mengingat perkembangan dan pertumbuhan Kota Jakarta
saat ini semakin menggeliat dalam bidang perekonomian. Selain itu, Jakarta sudah menjadi kota tujuan wisata, baik untuk wisatawan lokal maupun domestik. Museum merupakan sarana untuk mengembangkan budaya dan peradaban manusia. Dengan kata lain, museum tidak hanya bergerak di sektor budaya, melainkan dapat bergerak di sektor ekonomi, politik, sosial, dll. Di samping itu, museum merupakan wahana yang memiliki peranan strategis terhadap penguatan identitas masyarakat termasuk masyarakat sekitarnya. Para ahli kebudayaan meletakkan museum sebagai bagian dari pranata sosial dan sebagai wahana untuk memberikan gambaran dan mendidik perkembangan alam dan budaya manusia kepada komunitas dan publik. Tiga pilar utama permuseuman di Indonesia yaitu: 1) mencerdaskan kehidupan bangsa; 2) kepribadian bangsa; 3) ketahanan nasional dan wawasan nusantara. Ketiga pilar ini merupakan landasan kegiatan operasional museum yang dibutuhkan di era globalisasi ini. Pada saat masyarakat mulai kehilangan orientasi akar budaya atau jati dirinya, maka museum dapat mempengaruhi dan memberi inspirasi tentang hal-hal penting yang harus
(14)
commit to user
diketahui dari masa lalu untuk menuju ke masa depan. Oleh karena itu untuk menempatkan museum pada posisi sebenarnya yang strategis, diperlukan gerakan bersama penguatan pemahaman, apresiasi dan kepedulian akan identitas dan perkembangan budaya bangsa yang harus terbangun pada tataran semua komponen masyarakat bangsa Indonesia baik dalam skala lokal, regional maupun nasional. Gerakan bersama tersebut dinamakan Gerakan Nasional Cinta Museum
(GNCM). (http:// indonesia-gerakancintamuseum.blogspot.com/) di akses pada 4
april 2011.
Di Kota Jakarta terdapat museum seni layang-layang yang menyediakan wadah bagi para pengamat dan para pecinta seni untuk selain dapat menikmati nlai-nilai intelektual estetika, dan ekspresi artistik karya-karya atau ruang bagi masyarakat kota Jakarta terlebih untuk anak sekolah yang memiliki keinginan atau kreatifitas-kreatifitas yang terus berkembang dan butuh tempat untuk dapat mengekspresikan atau memberikan apresiasi tentang seni dan budaya. Dari semua itu dengan adanya museum seni rupa di kota Jakarta, tidak hanya untuk konsumsi wisatawan, tetapi juga untuk proses belajar dan mengajar seni rupa, yang bila berhadapan dengan sejarah, fakta-faktanya bisa secara langsung diapresiasi oleh para pelajar, mahasiswa, maupun masyarakat. (Uka Tjandrasasmita,2000,p. 20).
Museum layang layang ini menyajikan informasi yang cukup mendalam tentang sejarah dan budaya permainan layang-layang. Beraneka ragam koleksi layang-layang yang ditampilkan tidak saja berasal dari seluruh berbagai pelosok di bumi Nusantara, tetapi juga dari Asia Tenggara, Jepang, bahkan dari zaman purbakala seperti replika layang-layang yang terbuat dari dedaunan. Ada juga
(15)
commit to user
miniatur layang-layang yang meskipun ukurannya kecil tetapi dapat diterbangkan., Di museum masyarakat bisa mengamati dan belajar mengenai apa yang terdapat di dalam museum tersebut. Perkembangan layang-layang di Indonesia cenderung mengarah kepada bentuk modern yang memungkinkan akan berdampak kepada hilangnya ciri layang-layang tradisional Indonesia. Sementara perkembangan layang-layang di dunia mengarah kepada bentuk dan motif yang artistik serta mengarah kepada pemanfaatan layang-layang di bidang teknologi. Mengacu pada hal tersebut sekelompok pencinta layang-layang yang tergabung dalam Merindo Kites & Gallery mencoba untuk mengangkat dan melestarikan salah satu khazanah budaya dan memperkenalkan seni dan teknologi
layang-layang dengan mendirikan Museum Layang-layang-layang Indonesia. (Dimyati,edi.2010,p.
32). Maka penulis tertarik untuk mengambil judul “Profil Wisatawan Museum
Layang-Layang Jakarta”.
B. Rumusan Masalah
Dalam upaya menjelaskan ruang lingkup permasalahan yang dihadapi maka perumusan masalah dalam penelitian yang akan dibahas adalah:
1. Berasal dari daerah mana saja wisatawan yang datang ke Museum
layang-layang?
2. Bagaimana ciri-ciri demografis wisatawan yang datang dan berkunjung ke
Museum Layang-layang?
3. Apa harapan-harapan yang diinginkan wisatawan yang datang ke Museum
(16)
commit to user
C. Tujuan Penelitian
Dengan fokus masalah yang telah dijabarkan maka dari itu tujuan penelitian adalah.
1. Mengetahui daerah asal wisatawan yang datang dan berkunjung ke Museum
Layang-layang.
2. Mengetahui ciri-ciri demografis wisatawan yang datang dan berkunjung ke
Museum Layang-layang.
3. Mengetahui harapan-harapan yang diinginkan oleh wisatawan yang datang dan berkunjung ke Museum Layang-layang.
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Akademik
Sebagai salah satu cara untuk mendapatkan kebulatan studi jenjang Ahli Madya (D3) pada program studi Usaha Perjalana Wisata.
2. Secara Praktis
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi besar bagi pemerintah, masyarakat, dan praktisi pariwisata untuk selalu memperhatikan, mengembangkan pikiran dan ide untuk kemajuan industri pariwisata kedepan.
3. Manfaat Teoritis
a. Memperluas pengetahuan di bidang pariwisata.
b. Penulis dapat mempraktekkan dan mencoba langsung semua teoriteori yang telah di dapat selama berada di bangku kuliah.
(17)
commit to user
E. Kajian Pustaka
1. Arti Museum
Museum dewasa ini adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan,melayani masyarakat dan pengembangannya, terbuka untuk umum,yang memperoleh, merawat, menghubungkan dan memamerkan, untuk Tujuan-tujuan studi,pendidikan dan kesenangan, barang-barang pembuktian manusia dan lingkungannya. Museum merupakan suatu badan yang mempunyai tugas dan kegiatan untuk memamerkan dan menerbitkan hasil-hasil penelitian dan pengetahuan tentang benda-benda yang penting bagi Kebudayaan dan Ilmu
pengetahuan. (http:// Museum-indonesia.blogspot.com/).
Museum, berdasarkan definisi yang diberikan International Council of
Museums disingkat ICOM, adalah institusi permanen, nirlaba, melayani kebutuhan publik, dengan sifat terbuka, dengan cara melakukan usaha pengoleksian, mengkonservasi, meriset, mengomunikasikan, dan memamerkan benda nyata kepada masyarakat untuk kebutuhan studi, pendidikan, dan kesenangan. Karena itu ia bisa menjadi bahan studi oleh kalangan akademis, dokumentasi kekhasan masyarakat tertentu, ataupun dokumentasi dan pemikiran imajinatif di masa depan dan sejak tahun 1977 tiap tanggal 18 Mei diperingati
sebagai hari Hari Museum Internasional.
Museum berasal dari bahasa Yunani Museion. Museum merupakan
sebuah bangunan tempat suci untuk memuja Sembilan Dewi Suci dan Ilmu Pengetahuan.Salah satu dari Sembilan Dewi tersebut ialah MOUSE, yang lahir dari maha Dewa Zous dengan isterinya Mnemosyne. Dewa dan Dewi tersebut
(18)
commit to user
bersemayam di Pegunungan Olympus. Museion selain tempat suci, pada waktu
itu juga untuk berkumpul para cendekiawan yang mempelajari serta menyelidiki
berbagai ilmu pengetahuan, juga sebagai tempat pemujaan Dewa Dewi.((http://
artiMuseum-indonesia.blogspot.com/).
2. Fungsi museum
Dalam lingkup internasional, masalah yang menyangkut pendidikan,
pengetahuan dan kebudayaan ditangani oleh Unesco. Museum mempunyai
peranan yang cukup penting dalam rangka kegiatan kerjasama kebudayaan. Untuk menangani berbagai hal mengenai Museum, maka didinikanlah ICOM (International Council Of Museum) yang antara lain bertujuan :
a) Membantu museum-museum.
b) Menyelenggarakan kerjasama antar museum dan antar-anggota profesi
permuseuman.
Mendorong pentingnya peranan museum dan profesi permuseuman dalam tiap paguyuban hidup dan memajukan pengetahuan dan saling pengertian antar
bangsa yang makin luas. .((http:// fungsiMuseum-indonesia.blogspot.com/)..
ICOM telah merumuskan definisi atau batasan museum sebagai suatu lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, yang memperoleh, merawat, menghubungkan dan memamerkan, untuk tujuan -tujuan studi, pendidikan dan
kesenangan, barang-barang pembuktian manusia dan lingkungannya. .((http://
indonesia.gerakancintamuseum.blogspot.com/).. Dan definisi atau batasan tersebut, maka:
(19)
commit to user
1. Museum merupakan badan tetap, tidak mencari keuntungan dan harus
terbuka untuk umum.
2. Museum merupakan lembaga yang melayani masyarakat untük
kepentingan
3. Museum memperoleh atau menghimpun barang-barang pembuktian
tentang manusia dan lingkungannya
4. Museum memelihara dan rnengawetkan koleksinya untuk digunakan
sebagai sarana komunikasi dengan pengunjung.
Kegiatan-kegiatan museum di belakang layar dan kegiatan yang kelihatan oleh umum, seperti hasil penerbitan, pameran, ceramah dan peragaan kesemuanya
itu adalah untuk studi, pendidikan dan kesenangan.(
(http://indonesia-grakancintamuseum.blogspot.com/) .Di akses pada 4 april 2011 Museum mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Pusat Dokumentasi dan Penelitian Ilmiah.
b. Pusat penyaluran ilmu untuk umum.
c. Pusat penikmatan karya seni.
d. Pusat perkenalan kebudayaan antar daerah dan antar bangsa.
e. Obyek wisata Media pembinaan pendidikan kesenian dan ilmu
pengetahuan.
f. Suaka alam dan suaka budaya.
Cermin sejarah manusia, alam dan kebudayaan.Saran untuk bertaqwa dan
bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. .(
(20)
commit to user
Berdasarkan tema dan koleksinya museum dapat dikelompokkan menjadi:
a) Museum seni rupa.
b) Museum arkeologi dan sejarah.
c) Museum sejarah alam dan ilmu pengetahuan alam.
d) Museum ilmu pengetahuan dan teknologi.
e) Museum etnografi dan antrapologi.
f) Museum khusus.
g) Museum Regional.
h) Museum Umurn.
i) Monumen dan Situs ejarah dan Arkeologi.
j) Kebun binatang, kebun raya, Aquaria dan Cagar alam.
Museum-museum lain. .((http:// fungsiMuseum-indonesia.blogspot.com/).
3. Pariwisata
Istilah pariwisata secara etimologi berasal dari bahasa Sansekerta yang
terdiri dari dua suku kata yaitu “pari” dan “wisata”. Pari berarti banyak , berkali -
kali, berputar – putar atau berkeliling. Sedangkan wisata berarti bepergian. Secara
garis besar, maka kita dapat menagartikan sebagai suatu perjalanan yang
dilakukan dari suatu tempat ketempat yang lain. Undang – undang No. 9 tahun
1990 entang kepariwisataan, menyebutkan definisi dari wisata, wisatawan, kepariwisataan dan pariwisata, yaitu:
a. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang
dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara waktu, untuk menikmati objek wisata dan daya tarik wisata.
(21)
commit to user
b. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.
c. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk
pengusaha objek dan daya tarik wisata serta usaha –usaha yang terkait
didalamnya.
d. Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata
termasuk semua penyelenggaraan kegiatan pariwisata (Oka A. Yoeti, 2002 : 7).
Pada garis besarnya, definisi tersebut menunjukkan bahwa kepariwisataan memiliki arti keterpaduan yang di satu sisi diperani oleh faktor permintaan dan faktor ketersediaan. Faktor permintaan terkait oleh permintaan pasar wisatawan domestik dan mancanegara. Sedangkan faktor ketersediaan dipengaruhi oleh transportasi, atraksi wisata dan aktifitasnya, fasilitas-fasilitas, pelayanan dan
prasarana terkait serta informasi dan promosi.
Menurut definisi yang luas pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu. Dalam kesimpulannya pariwisata adalah keseluruhan fenomena (gejala) dan hubungan-hubungan yang ditimbulkan oleh perjalanan dan persinggahan manusia di luar tempat tinggalnya. Dengan maksud bukan untuk tinggal menetap dan tidak berkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan yang menghasilkan upah. (Oka A. Yoeti, 2001, h.3).
(22)
commit to user
4. Pengembangan Pariwisata
Suatu obyek pariwisata harus memenuhi tiga kriteria agar obyek tersebut diminati pengunjung, yaitu :
a. Something to see adalah obyek wisata tersebut harus mempunyai sesuatu bisa di lihat atau di jadikan tontonan oleh pengunjung wisata. Dengan kata lain obyek tersebut harus mempunyai daya tarik khusus yang mampu untuk menyedot minat dari wisatawan untuk berkunjung di obyek tersebut. b. Something to do adalah agar wisatawan yang melakukan pariwisata di sana bisa melakukan sesuatu yang berguna untuk memberikan perasaan senang, bahagia, relax berupa fasilitas rekreasi baik itu arena bermain ataupun tempat makan, terutama makanan khas dari tempat tersebut sehingga mampu membuat wisatawan lebih betah untuk tinggal di sana.
c. Something to buy adalah fasilitas untuk wisatawan berbelanja yang pada umumnya adalah ciri khas atau icon dari daerah tersebut, sehingga bisa dijadikan sebagai oleh-oleh. (Oka A.Yoeti, 1985, p.164).
Suatu obyek wisata dapat dijadikan sebagai salah satu obyek wisata yang menarik, maka faktor yang sangat menunjang adalah kelengkapan dari sarana dan prasarana obyek wisata tersebut. Karena sarana dan prasarana juga sangat
diperlukan untuk mendukung dari pengembangan obyek wisata.(Oka
A.Yoeti,Pengantar Ilmu Pariwisata (1985, p.181) mengatakan :
“Prasarana kepariwisataan adalah semua fasilitas yang memungkinkan agar
(23)
commit to user
pelayanan untuk memuaskan kebutuhan wisatawan yang beraneka ragam”.
Prasarana tersebut antara lain :
a) Perhubungan : jalan raya, rel kereta api, pelabuhan udara dan laut,
terminal.
b) Instalasi pembangkit listrik dan instalasi air bersih.
c) Sistem telekomunikasi, baik itu telepon, telegraf, radio, televise, kantor
pos.
d) Pelayanan kesehatan baik itu puskesmas maupun rumah sakit.
e) Pelayanan keamanan baik itu pos satpam penjaga obyek wisata maupun
pos-pos polisi untuk menjaga keamanan di sekitar obyek wisata.
f) Pelayanan wistawan baik itu berupa pusat informasi ataupun kantor
pemandu wisata.
g) Pom bensin, Dan lain-lain. (Oka A.Yoeti, 1984, p.183).
Sarana kepariwisataan adalah perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayanan kepada wisatawan, baik secara langsung maupun tidak langsung dan hidup serta kehidupannya tergantung pada kedatangan wisatawan (Yoeti, 1984, p.184). Sarana kepariwisataan tersebut adalah :
a) Perusahaan akomodasi : hotel, losmen, bungalow.
b) Perusahaan transportasi : pengangkutan udara, laut atau kereta api dan
bus-bus yang melayani khusus pariwisata saja.
c) Rumah makan, restaurant, depot atau warung-warung yang berada di
sekitar obyek wisata dan memang mencari mata pencaharian berdasarkan pengunjung dari obyek wisata tersebut.
(24)
commit to user
d) Toko-toko penjual cinderamata khas dari obyek wisata tersebut yang
notabene mendapat penghasilan hanya dari penjualan barang-barang cinderamata khas obyek tersebut. (Oka A.Yoeti, 1985, p.185-186).
Dalam pengembangan sebuah obyek wisata sarana dan prasarana tersebut harus dilaksanakan sebaik mungkin karena apabila suatu obyek wisata dapat membuat wisatawan untuk berkunjung dan betah untuk melakukan wisata disana maka akan menyedot banyak pengunjung yang kelak akan berguna juga untuk peningkatan ekonomi baik untuk komunitas di sekitar obyek wisata tersebut maupun pemerintah daerah.
5. Obyek Wisata
Pengertian obyek wisata atau tourist attraction istilah yang sering
digunakan,yaitu segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk mengunjungi suatu daerah tertentu (pengantar ilmu pariwisata Drs,Oka
A.Yoeti,1985). Dalam dunia kepariwisataan,segala sesuatu yang menarik untuk
dikunjungi dan dilihat, disebut atraksi atau lazim pula dinamakan obyek wisata (Ilmu
pariwisata, Nyoman, S.pendit, 1994).
6. Syarat- syarat obyek wisata :
Sebuah obyek wisata yang baik harus dapat mendatangkan wisatawan sebanyak-banyaknya, menahan mereka di tempat atraksi dalam waktu yang cukup lama dan memberi kepuasan kepada wisatawan yang datang berkunjung. Untuk mencapai hal itu beberapa syarat harus dipenuhi yaitu :
a. Kegiatan(act) dan obyek (artifact) yang merupakan atraksi itu sendiri harus
(25)
commit to user
b. Karena atraksi wisata itu di sajikan wisatawan, maka cara penyajiannya harus
tepat.
c. Obyek / atraksi wisata adalah terminal dari suatu mobilitas spasial dari suatu
perjalanan. Oleh karena itu harus memenuhi semua determinan mobilitas spasial, yaitu akomodasi, promosi dan pemasaran.
d. Keadaan obyek wisata harus dapat menahan cukup lama.
7. Wisatawan
wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan untuk berlibur, berobat, berbisnis, berolahraga serta menuntut ilmu dan mengunjungi tempat-tempat yang indah atau sebuah negara tertentu .
Organisasi Wisata Dunia (WTO), menyebut wisatawan sebagai pelancong yang melakukan perjalanan pendek. Menurut organisasi ini, wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan ke sebuah daerah atau negara asing dan menginap minimal 24 jam atau maksimal enam bulan di tempat tersebut.(Anton Sutomo,1989:25)
8. Jenis-Jenis & Karakteristik Wisatawan
1) Wisatawan lokal (local tourist) yaitu wistawan yang melakukan perjalanan
wisata ke daerah tujuan wisata yang berasal dari dalam negeri.
2) Wisatawan mancanegara (interntional tourist)yaitu,wisatawan yang
mengadakan perjalanan ke daerah tujuan wisata yang bersal dari luar negeri.
3) Holiday tourist adalah wisatawan yang melakukan perjalanan ke daerah tujuan wisata dengan tujuan untuk bersenang-senang atau untuk berlibur.
(26)
commit to user
4) Business tourist adalah wisatawan yang bpergian ke daerah tujuan wisata dengan tujuan untuk urusan dagang atau urusan profesi.
5) Common interest tourist adalah wisatawan yang bepergian ke daerah tujuan wisata dengan tujuan khusus.seperti,studi ilmu pengetahuan, mengunjungi sanak keluarga atau untuk berobat dan lain-lain.
6) Individual tourist adalah wistawan yang bepergian ke daerah tujuan wisata secara sendiri-sendiri.
7) Group tourist adalah wisatawan yang bepergian ke daerah tujuan wisata secara bersam-sama atau berkelompok.(Burney,Neilme,1998,p.21)
9. Profil Wisatawan
Profil wisatawan mengacu pada sifat tertentu dari tipe wisatawan yang berbeda, yang khususnya dihubungkan dengan kebiasaan perjalanan, tuntutan, dan kebutuhannya. Beberapa kategori wisatawan telah disebutkan pada bagian sebelumnya, dan dalam bagian ini akan mempetimbangkan ke dalam lima hal penting mengenai kelompok wisatawan secara lebih mendetail.Yaitu :
a. Kelompok – kelompok nasional.
b. Umur, jenis kelamin, status perkawinan, dan kelom pok kelas sosial.
c. Wisatawan kelompok dan wisatawan yang bepergian secara bebas.
d. Wisatawan konvensi dan wisatawan konfrensi.(Happy Marpaung,2000,39).
1). Kelompok kelompok Nasional
Semua bangsa ikut menyumbang kepada pasar wisatawan Indonesia. Penjelasan tentang kebiasaan bepergian dan tingkah laku wisatawan diambil dari penelitian pada agen perjalanan di Bali, dan dari hasil diskusi dengan agen
(27)
commit to user
perjalanan di Bandung. Dan tampaknya sesuai dengan profil umum yang dditerima yang digunakan di seluruh dunia.(majalah estate, Desember 2005) Seperti negara-negara dibawah ini :
a). Perancis
a. Sangat tertarik pada kebudayaan meliputi gaya hidup tradisional, tari –
tarian, drama,musik, kesenian, upacara keagamaan, dan desa tradisional yang belum terjamah.
b. Sangat tertarik menngunjungi dan mempelajari tentang atarksi wisata yang
khusus seperti tempat arkheologi, pura – pura tua, dan lebih menyenangi
tempat – tempat tepencil dan kurang komersiil.
c. Diantara barang – barang yang dibeli, khususnya menyenangi kerajinan
tangan dan barang antik.
d. Sangat aneh dan lambat memilih segala sesuatu yang akan dibeli, dan teliti
memilih restoran.
e. Ramah, disiplin, tahu tingkah laku yang baik, dan tunduk kepada aturan
lokal.
f. Suka berbicara dengan bahasanya sendiri dan lebuh suka pemandu wisata
berbahasa Prancis meskipun ia bisa berbahasa Inggris.
g. Cenderung berpakaian yang mencerminkan keindividuan, kadang – kadang
berpakaian yang agak aneh. Agak suka mencari kesalahan dan sukar untuk ditangani.
(28)
commit to user
b). Jerman
a. Tertarik pada kebudayaan, upacara keagamaan, tari – tarian , tempat
bersejarah, pemandangan indah, dan suka membandingkan tradisi dari tempat- tempat yang berbeda.
b. Sangat tertarik mendengarkan penjelasan guide dan ingin mengetahui
segala sesuatu secara detail.
c. Diantara barang - barang belanja, sangat menyukai ukiran kayu dan batu.
d. Dapat menerima berbagai fasilita dan jasa.
e. Memiliki tingkah laku yang sopan dan hati – hati, memberi komentar yang
jujur dan langsung terhadap pengalaman.
f. Pada umumnya suka tour dengan group yang berasal dari negaranya,
kadang – kadang menjadi masalah bila digabung dengan yang lain.
c). Inggris
a. Tertarik dengan kekhasan kebudayaan tradisional dan keindahan pantaai.
b. Bertingkah laku baik, sopan, dan cukup ramah namun tidak terbuka sperti
orang Eropa lainnya yang memiliki kebebasan yang tinggi.
c. Individualistis dan bebas, serta tidak suka tour bergroup, mereka lebih suka
travel sendiri.
d. Sangat berhati – hati dalam pengeluaran uang bisanya mereka tidak tinggal
di hotel – hotel mewah.
e. Pada umumnya orang Inggris adalah orang yang berdisiplin, tinggi hati,
terlalu individualistis, secara psikologis mereka angat peraya diri, dan memiliki siifat pendiam.
(29)
commit to user
d). Itali
a. Menyukai pola – pola budaya tradisional dan tempat yang romantis, seperti
pantai dan lambaian pohon palmnya.
b. Terbuka, suka bicara, romantis, ekspresif, dan agak cerewet.
c. Tidak begitu disiplin, kadang-kadang susah diatur namun mereka cepat
menyesuaikan diri dengan situasi setempat.
d. Menyenangi hotel dan tempat – tempat mewah serta dangat hati – hati
dalam hal menggunakan uang.
e. Memerlukan pemandu wisata yang mengerti bahasa Italia.
f. Pada umumnya orang Itaalia sangat terbuka, romantis, ramah, namun
kurang disiplin dengan tradisi historis yang kuat dalam hal apresiasi
terhadap karya seni.
e). Belanda
a. Memiliki hubungan historis yang erat dengan Indonesia,senang
mengunjungi tempat dimana mereka bekerja dan tinggal, dan daerah yang telah mereka dengar
b. dari teman/famili atau yang pernah dipelajari dari sekolah.
c. Sangat tertarik akan pola – pola kebudayaan dan keindahan pantai serta
pemandangan, termasuk gaya pengembangan masa kini.
d. Cenderung menginginkan informasi yang jelas dan tepat , sebaliknya
mereka akan kecewa bila informasinya tidak jelas.
e. Ramah dan suka humor, tetapi biasanya mereka tidak jujur dan terbuka
(30)
commit to user
f. Memperhatikan kesehatandan kebersihan, terutama dalam hal makanan dan
minuman.
g. Secara keseluruhan orang Belanda adalah orang yang berdisiplin, mudah
diatur dengan informasi mengenai tempat – tempat wisata yang khusus
mengingat hubungan historis Belanda dengan Indonesia.
f). Amerika utara (USA dan Canada)
a. Senang dengan aspek – aspek yang mendetail dari suatu kebudayaan
speerti tari –tarian, upacara – upacara, sebaliknya tidak begitu tertarik
kapada pola – pola kebudayaan. Suka akan pemandangan alam yang indah
juga kepada pola – pola perkembangan masa kini.
b. Senang dengan hotel mewah dan pelayanan yang baik serta transportasi
yang nyaman .
c. Sangat memperhatikan kebersihan dan kesehatan terutama makanan dan
minuman.
d. Tidak suka perjalanan yang lama, mereka lebih menyukai perjalanan yang
singkat, dan bergerak cepat dan tepat.
e. Terbuka, jujur, dan langsung dalam berkomentar serta tanggap terhadap
pelayanan, dan fasilitas yang diperoleh.
f. Sopan santun dan bertingkah laku baik dan formal, tapi pada umumnya
mereka ramah.
g. Mudah diatur jika mereka menerima pelayanan dan fasilitas yang
(31)
commit to user
Secara keseluruhan orang Amerika kurang mendalami apresiasi budaya dibandingka dengan orang Eropa. Mereka jujur, terbuka, ramah, namun sangat menginginkan pelayanan dan fasilitas yang berkwalitas serta menyenangkan.
g). Australia
a. Suka dengan kebudayaan tradisional dan kegiatan di pedesaan, di pantai
(terutama anak muda), tetapi tidak tertarik mendalami kebudayaan karena sudah tahu banyak tentang Indonesia.
b. Ramah, tidak bertele – tele, suka humor, dan mudah bergaul dengan
penduduk setempat.
c. Lebih suka melakukan perjalanan sendiri, tetapi jika tour mereka tanggap
akan semua informasi yang diberikan oleh pemanud wisata. Suka dengan
tour yang harganya murah.
d. Menerima dan suka dengan pelayanan serta fasilitas yang sederhana.
Secara keseluruhan mereka terbuka, ramah, tidak bertele-tele,dan
individualistis. Kadang – kadang mereka berbicara agak keras namun mudah
beradaptasi dan toleran terhadap berbagai situasi.
h). Jepang
a. Tidak begitu tertarik terhadap pola – pola kebudayaan dan pertunjukan
untuk wisatawan. Mereka ikut tour untuk melihat tempat sepintas saja, oleh karena itu tour dan lama tinggal mereka sangat singkat.
b. Mereka senang tour bergroup, selalu mengikuti jadwal tour dan jarang
(32)
commit to user
c. Mereka mudah diatur dan disiplin, tetapi ribut/cerewet dan kasar terhadap
orang lain selain groupnya.
d. Lebih suka makanan Jepang, tetapi juga senang dengan makanan Eropa.
e. Suka membeli dengan barang – barang prosuksi lokal dan tidak suka
menawar.
f. Suka hotel mewah dan pelayanan yang memuaskan, akan tetapi mereka
akan menerima hotel dan pelayanan yang murah jika mereka telah diinformasikan sebelumnya.
g. Perlu pemandu wisata yang berbahasa Jepang, dan tidak perlu informasi
yang rinci.
h. Suka akan kehidupan malam dan perempuan
i. Suka fotografi dan perlu wakktu khusus untuk itu dalam tour.
j. Tidak menuntut secara langsung (selalu bilang “ya) elama perjalanan,
tetapi akan komplin setelah tiba di negaraanya.
Secara keseluruhan orang Jepang disiplin, suka tour bergroup,
berkepribadian tertutup, tidak suka basa – basi, tetapi mudah diatur dalam group
mereka sendiri. Disamping itu mereka menginginkan pelayanan dan fasilitas yang bermutu tinggi.
i). Singapura
a. Tertarik terutama terhadap atraksi alam dan pola perkembangan masa kini,
da minatnya sedikit terhadap kebudayaan.
b. Beberapa orang Singapura suka dengan perjudian dan kehidupan malam.
(33)
commit to user
d. Menerimaa pelayanan dan akomodasi yang sederhana, tidak begitu
memperhatikan maslah kesehatan dan kebersihan.
e. Sangat mudah diatur dalam perjalanan tour bergroup.
f. Mereka umumya sudah tahu tentang Indonesia.
Secara keseluruhan orang Singapura memiliki latar belakang etika China juga pengaruh kuat dari Eropa, tidak terlalu menuntut masalah kwalitas pelayanan, di samping itu wisatawan Singapura sangat suka berbelanja.
j). Malaysia
a. Amat tertarik dengan keindahan alam termasuk pantai – pantai dan pola
perkembangan masa kini. Tidak begitu berminat terhadap kebudayaan dan kesenian.
b. Beberapa orang Malaysia memiliki hubungan keluarga dan suku dengan
orang Indonesia terutama Sumatra. Mereka datang untuk mengunjungi teman, keluarga, serta tempat tinggal aslinya.
c. Kecuali yang mengunjungi tema dan keluarga, orang Malaysia senang
datang bergroup.
d. Menerima akomodasi yang sederhana dan makanan lokal.
e. Sangat mudah diatur tetapi tidak terlalu disiplin
f. Tidak begitu tertarik untuk berbelanja.
Secara umum ciri – ciri wisatawan Malaysia sama dengan Indonesia karena
ada ikatan suku.
2). Jenis kelamin, status perkawinan, tingkat sosial.
(34)
commit to user
a) Perajalanan yang dilakukan anak muda dewasa ini sudah umum termasuk di
Indoensia.
b) Biasanya mereka mengadakan perjalanan sendiri – sendiri, tinggal lebih lama,
dan menggunakan agen perjalanan untuk mengatur kunjungannya.
c) Sangat luwes dalam hal pelayanan dan fasilitas, biasanya mereka tinggal di
hotel murah serta makan di restoran yang muraa pula.
d) Kesenangan mereka bermaam – macam : beberapa tertarik kepada
kebudayaan, lainnya suka rekreasi, atau pemandangan alam.
e) Sering terlalu individualistis daal hal pakaian dan tingkah laku.
f) Kadang – kadang masalah timbul pada anak muda, orang – orang Indonesia
yang suka menirukan kebiasaan – kebiasaan yang tidak diinginkan yang
dilakukan oleh turis asing.
Kelompok Wisatawan Tua Dari kelas Menengah Yang Berpendidikan Baik:
a) Sangat tertarik untuk mempelajari kebudayaan dan lingkungan, banyak
bertanya tetapi mereka agak angkuh dengan pengetahuannya dan sangat sulit untuk diatur.
b) Lebih luwes terhdap perubahan rencana tour dan dapat menguasai masalah.
c) Cenderung untuk bersosialisasi dan berbaur denga orang setempat (mereka
memiliki keahlian dalam bermasyarakat)
d) Memerlukan pelayanan dan fasilitas yang lebih dan khusus daripada
wisatawan muda.
Tidak ada korelasi yang penting antara kelompok sosial ekonomi dengan pola yang diterapkan; orang yang profesional dan berpenghasilan tinggi
(35)
commit to user
cenderung lebih hati – hati dalam mengeluarkan uang, sebaliknya orang yang
berpenghasilan rendah akan lebih bebas menggunakan uang dalam perjalanan. Guru banyak menadakan perjalanan dan sering ingin mempelajari lebih rinnci mengenai suatu daerah, yang kemudian dipakai suatu bahan pelajaran untuk murid
– muridnya. Hal ini memerlukan pemandu wisata yang baik, sebab mereka akan
kecewa jika informasinya salah. Rencana mengunjungi rumah penduduk sering merupakan pendekatan yang baik bagi wisatawan yang serius ingin belajar mengenai kebudayaandan daerah setempat.
(http://profil-wisatawan.blogspot.com/). Di akses pada 4 april 2011
3). Wisatawan kelompok dan wisatawan bebas
Dibedakan menjadi Wisatawan Kelompok, yaitu :
a) Wisatawan kelompok cenderung tidak menghusus, dan tidak berharap terlalu
banyak.
b) Hubungan agen perjalanan dengan group wisatawan lebih impersonal dan
setiap orang harus diperlakukan sama dalam hal pelayanan da fasilitas.Hal ini
kadang – kadang sulit untuk dilaksanakan.
Wisatawan Bebas, yaitu :
a) Menyediakan pola untuk hubungan personal dan ada kemungkinan agen
perjalanan menetapkan lebih khusu mengenai keinginan wisatawan.
b) Lebih mengkhusus kepaa keperluan wisatawan.
c) Mengharapkan kepentingan – kepantingan khususnya tersediaLebih mudah
(36)
commit to user
4). Wisatawan konfensi dan konfrensi
Wisatawan dalam kelompok ini dapat di bedakan :
a) Mebentuk perluasan komponen pasar travel secara pesat.
b) Biasanya memiliki keperluan khusus ang berhubungan dengan
konfrensi/konvensi
c) Sering menginginkan tour yang khusus yang disusun sebagai bagian dari
konfrensi/konvensi.
d) Memiliki keperluan umum yang sama seperti wisatawan lainnya.
(http://profil-wisatawan.blogspot.com)
12. Karakteristik Wisatawan
1) Trip Descriptor
Wisatawan dibagi ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan jenis perjalanan yang dilakukannya. Secara umum jenis perjalanan dibedakan menjadi :
perjalanan rekreasi, mengunjungi teman/keluarga (VFR = visiting friends and
relatives), perjalanan bisnis dan kelompok perjalanan lainnya (Seaton & Bennet, 1996). Smith (1995) menambahkan jenis perjalanan untuk kesehatan dan keagamaan di luar kelompok lainnya. Lebih lanjut jenis-jenis perjalanan ini juga dapat dibedakan lagi berdasarkan lama perjalanan, jarak yang ditempuh, waktu melakukan perjalanan tersebut, jenis akomodasi atau transportasi yang digunakan dalam perjalanan, pengorganisasian perjalanan, besar pengeluaran dan lain-lain.
kepentingan analisis pariwisata, perencanaan dan pemasaran, karena sangat jelas definisinya dan relatif mudah pembagiannya (Kotler, 1996). Yang termasuk dalam karakteristik sosio-demografis diantaranya adalah jenis kelamin,
(37)
commit to user
umur, status perkawinan, tingkat pendidikan, pekerjaan, kelas sosial, ukuran keluarga atau jumlah anggota keluarga dan lain-lain yang dielaborasi dari karakteristik tersebut.
Karakteristik sosio-demografis juga berkaitan satu dengan yang lain secara tidak langsung. Misalnya tingkat pendidikan seseorang dengan pekerjaan dan tingkat pendapatannya, serta usia dengan status perkawinan dan ukuran keluarga. Pembagian wisatawan berdasarkan karakteristik sosio-demografis ini paling nyata kaitannya dengan pola berwisata mereka. Jenis kelamin maupun kelompok umur misalnya berkaitan dengan pilihan jenis wisata yang dilakukan (Seaton & Bennet, 1996). Jenis pekerjaan seseorang maupun tipe keluarga akan berpengaruh pada
waktu luang yang dimiliki orang tersebut, dan lebih lanjut pada “kemampuan”nya
berwisata.
Selain karakteristik sosio-demografis, karakteristik lain yang biasa digunakan dalam mengelompokkan wisatawan adalah karakteristik geografis, psikografis dan tingkah laku (behavior) (Smith, 1995).
b. Karakteristik geografis
Karakteristik geografis membagi wisatawan berdasarkan lokasi tempat tinggalnya, biasanya dibedakan menjadi desa-kota, propinsi, maupun negara asalnya. Pembagian ini lebih lanjut dapat pula dikelompokkan berdasarkan ukuran (size) kota tempat tinggal (kota kecil, menengah, besar/metropolitan), kepadatan penduduk di kota tersebut dan lain-lain.
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
commit to user
30 BAB II
Perkembangan Pariwisata Jakarta Selatan
A. Gambaran Umum Pariwisata Jakarta Selatan
Jakarta Selatan adalah nama sebuah kota administrasi di sebelah selatan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Jakarta Selatan adalah salah satu dari lima kota administrasi dan satu kabupaten administrasi DKI.Jakarta Selatan adalah kota administrasi yang paling kaya dibandingkan dengan wilayah lainnya, dengan banyaknya perumahan warga kelas menengah ke atas dan tempat pusat bisnis utama. Wilayah Jakarta Selatan secara administratif, wilayah ini terbagi menjadi 10 Kecamatan dan 65 Kelurahan dengan luas keseluruhan mencapai, 145,73 Km2. Bagian dari wilayah Jakarta Selatan ini pada masa awal kemerdekaan direncanakan sebagai Kota Satelit (Kebayoran Baru), konsep dengan alusi oriental yang ditandai dengan empat jalan utama yang menyebar dari satu pusat persis ke empat penjuru dan mengintegrasikan rumah-rumah besar dengan rumah-rumah kecil di dalam setiap blok: yang besar di luar, di tepi jalan besar, yang lebih kecil di dalam, mengelilingi taman lingkungan itu kini mulai penuh sesak. Selain itu, bagian wilayah ini juga menjadi penyangga air tanah ibukota yang nasibnya kini mengenaskan karena banyaknya bangunan dan mulai menyurutnya ruang-ruang terbuka hijau. Selain itu, kawasan selatan ini juga mulai tumbuh sebagai pusat
perbelanjaan, di samping perumahan yang banyak diminati warga
(43)
commit to user
Dengan lahirnya Keputusan Gubernur KDKI Jakarta Nomor 1b3/1/1/66 dimana penataan wilayah administratif Pemerintah Kotapraja Jakarta terbagi menjadi 5 wilayah kota dan juga merupakan dasar terbentuknya Wilayah Administrasi Kotamadya Jakarta Selatan, maka hal ini juga tentunya membutuhkan lokasi perkantoran sendiri yang lebih memadai. Sebelum Keputusan Gubernur itu diberlakukan, di Jakarta Selatan terdapat Kantor Pemerintahan Kotabaru Kebayoran Baru yang beralamat di Jl. Hang Lekir I No.5, yang dikepalai oleh seorang Kepala Kantor dan berada langsung di bawah Urusan Pemerintahan Umum (UPU) Departemen Dalam Negeri dimana pejabatnya diberi kedudukan setingkat Wedana. Kepala Kantor Pemerintahan Kotabaru Kebayoran Baru tersebut dijabat oleh Almarhum Bapak H. Mochtar Zakaria, SH dengan Almarhum Bapak H. M. A. Adiwidjaya sebagai Asisten Wedana. Pada masa jabatan beliau, lokasi ke kantor baru di Jl. Radio V Kelurahan Kramat Pela Kantor di Jl. Radio V Kelurahan Kramat Pela inilah yang menjadi cikal bakal Kantor Wilayah Administrasi Kotamadya Jakarta Selatan, sesuai dengaan Keputusan Gubernur tersebut di atas. Bangunan kantor dibangun pada pertengahan tahun 1964 di atas tanah negara (eks. PCK) seluas 3000 m2. Namun karena keadaan situasi politik dalam negeri saat itu tidak menentu akibat adanya peristiwa G30S/PKI, maka penggunaan kantor tersebut baru dimulai tahun 1966. Pada saat itu, Struktur Pemerintahannya terdiri dari empat Direktorat ditambah dengan Kantor Sosial, BPN, Kantor Statistik dan kantor lainnya dengan jumlah perkiraan pegawai sekitar 1.000 orang pada tahun 1971. Sudah pasti, DKI Jakarta pada khusunya mempunyai konsekuensi positif akibat pembangunan dan pertumbuhan
(44)
commit to user
penduduk yang pesat. Guna menunjang peningkatan pelayanan kepada masyarakat maka dibutuhkan bangunan kantor yang lebih representatif, sehingga dapat menunjang kelancaran tugas-tugas di bidang Pemerintahan, Pembangunan, Kemasyarakatan dan Ketertiban Umum. Pada tahun 1969 dimulailah pelaksanaan pembangunan fisik Kantor Wilayah Administrasi Kotamadya Jakarta Selatan di Jl. Trunojoyo yang berdekatan dengan bunderan CSW (Centrale Stiching Wederopbouw) atau di bekas Kantor Jawatan Pekerjaan Umum Kotapraja Jakarta. Arel dengaan luas tanah ± 2 Ha tersebut termasuk Gedung ASEAN dan Kantor Cipta Karya sekarang yang saat itu digunakan untuk penampungan truk-truk, mesin gilas, alat-alat berat, material, batu-batuan, aspal dan tempat tinggal pegawai Golongan I (tenaga PLUGH/Juru Karya). Bangunan pertama gedung Kantor Walikotamadya di Jl. Trunojoyo No. 1 dibangun semasa jabatan Walikotamadya Almarhum Bapak H. Moch. Kahfi, yaitu Blok IV berlantai 5. Bangunan tersebut mulai ditempati sejak tahun 1972 dengan jumlah pegawai saat itu 1.161 orang. Sedangkan keseluruhan jumlah pegawai adalah 3.406 orang, termasuk pegawai kecamatan dan kelurahan.
.(http://wikipedia.org/wiki/profiljakartaselatan). Diakses pada 10 april 2011. Tahun 1987, saat walikotamadya dijabat Bapak H. Muchtar Zakaria, SH, berhasil dibangun Blok V yang berlantai 8. Jumlah unit organisasi yang ada saat itu berjumlah 22 unit dengan jumlah pegawai 1.787 orang. Jumlah pegawai 4.420 orang, termasuk pegawai kecamatan dan kelurahan. Pada tahap selanjutnya, pembangunan blok-blok lainnya dilakukaan secara bertahap. Hingga kini, gedung kantor tersebut masih terus dipergunakan walaupun nomenklatur Kantor Wilayah
(45)
commit to user
Administrasi berubaah di tahun 1991 menjadi Kantor Walikotamadya Jakarta
Selatan. .(http://wikipedia.org/wiki/profiljakartaselatan). Diakses pada 10 april
2011.
B. Keadaan Geografis Wilayah Jakarta Selatan
Secara Geografis Wilayah Kotamadya Jakarta Selatan terletak pada
koordinat 06 15’ 40,73” Lintang Selatan dan 106 45’ 0,00” Bujur Timur, berada
pada ketinggian 26,2 meter di atas permukaan laut, dengan luas Wilayah 145,73 Km2. Jakarta Selatan bercirikan daerah yang beriklim Khas Tropis dengan temperatur udara sekitar 27,5o Celcius dan kelembaban udara rata-rata 80 persen. Curah hujan mencapai ketinggian 2.394,6 mm / tahun rata-rata sekitar 199,5 mm per hari, yang terjadi selama 210 hari dalam setahun.
Letak wilayah
Wilayah Kotamadya Jakarta Selatan berbatasan dengan :
Sebelah Utara : Jakarta Pusat dan Jakarta Barat
Sebelah Timur : Kali Ciliwung (Kotamadya Jakarta Timur)
Sebelah Selatan : Kotamadya Depok
Sebelah Barat : Kabupaten Tangerang
Lambang Kota Jakarta berbentuk perisai lima. Di lima perisai terlukis pintu gerbang dengan dasar biru ditengah-tengah berdiri Monumen Nasional warna putih yang dilingkari padi dan kapas yang dibawahnya terlukis ombak laut lambang kota Pelabuhan dan Negara Kepulauan. Di atas pintu gerbang terkis sloka JAYA RAYA atau sloka selora semangat segala kegiatan Jakarta sebagai Ibukota dan Kota perjuangan Negara Kesatuan Republik Indonesia . SK.
(46)
commit to user
Gubernur KDKI Jakarta No. 1422/1997 Lambang Kotamadya Jakarta Selatan berbentuk perisai lima didalamnya terlukis pohon Rambutan dan buah Rambutan Rapiah (Flora) serta burung Gelatik (Fauna) yang mengandung arti alam lingkungan yang hijau dan teduh yang melambangkan persatuan, kekuatan dan ketenangan serta kebersamaan.
(http://jakarta.co.cc/search/letak +geografis+jakartaselatan/). Diakses pada 10 april 2011.
C. Obyek dan Daya Tarik Wisata di Wilayah Jakarta Selatan
Patung Selamat Datang merupakan hasil karya Edhi Soenarso dibangun di jantung Kota Jakarta di depan Hotel Indonesia dan Patung Dirgantara di depan Markas Besar Angkatan Udara di Jalan Gatot Subroto Jakarta, pemilihan lokasi didepan MBAU ini karena letaknya yang strategis sebagai pintu gerbang Jakarta Selatan, dari Bandara Halim Perdanakusuma dan kawasan Pasar Minggu. Ide pembuatan patung ini dicetuskan oleh Bung Karno, patung ini menggambarkan manusia angkasa, maksud dari pembangunan patung ini adalah untuk memberikan gambaran semangat keberanian menjelajah angkasa. Filosofi Patung Dirgantara adalah melambangkan keberanian, kesatriaan dalam hal kedirgantaraan, tinggi patung 11 meter, kaki patung 27 meter dikerjakan PN Hutama Karya, Ir. Sutami sebagai arsitektur pelaksana. Berat patung 1 ton dikerjakan oleh tim pematung keluarga arca Yogyakarta pimpinan Edhi Soenarso, penyelasaian pemasangan Patung Dirgantara mengalami keterlambatan disebabkan suasana politik antara Kudeta GESTAPU/PKI. Bung Karno selekas mungkin ingin membuktikan kebenaran isyu, Beliau menjual sebuah mobil Pribadinya agar mendapatkan biaya
(47)
commit to user
pemasangan patung, pemasangan ditunggu sendiri oleh Bung Karno akhirnya selesai dipasang pada akhir tahun 1966.
.(http://wikipedia.org/wiki/profiljakartaselatan). Diakses pada 10 april 2011. Patung Selamat Datang dibuat Edhi Soenarso menjelang penyelenggaraan Asia Games ke IV di Jakarta pada tahun1962, penggambaran sepasang muda-mudi yang membawa bunga pra desainnya disiapkan Henk Ngantuk sebagai wakil Gubernur Daerah Khusus Ibu kota Jakarta pada masa itu dan dipasang di depan Hotel Indonesai tempat menginapnya para Atlit (olah ragawan). Selain itu terdapat Patung Pembebasan Irian Barat Patung ini mengingatkan sebuah legenda tentang seorang Ibu yang mengantarkan anak laki-lakinya yang berangkat ke medan perang. Pemahat patung Metvei Manizer dan anak Otto Manizer dari Unisoviet datang ke Indonesia melalui undangan Bung Karno, ketika itu Bung Karno ingin membuat sebuah Patung Pembebasan Irian Barat. Patung tersebut dibuat di Uni Soviet dari bahan perunggu, setelah selesai dikirim ke Jakarta dengan kapal laut, patung pembebasan Irian Barat diresmikan pada tahun 1963 oleh Ir. Soekarno. Selain itu Jakarta Selatan juga memiliki sejumlah obyek wisata yang berpotensial untuk dikembangkan. .
(http://wikipedia.org/wiki/profiljakartaselatan). Diakses pada 10 april 2011. Adapun potensi obyek wisata tersebut adalah sebagai berikut :
a. Taman Anggrek Ragunan
Taman anggrek Ragunan (TAR) merupakan aset Pemda DKI Jakarta dengan luas lahan sekitar 5 ha, dikelola oleh Dinas Pertanian DKI Jakarta. Keberadaan TAR menjadi salah satu objek Wisata Agro, yang berfungsi sebagai:
(48)
commit to user
tempat wisata, tempat berlangsungnya aktivitas agribisnis tanaman anggrek baik dalam bentuk tanaman maupun bunga potong, dan sebagai sarana untuk mempelajari seluk beluk pemeliharaan anggrek TAR dibagi menjadi 42 kavling yang dimanfaatkan untuk budidaya, pembibitan tanaman anggrek dan bunga potong. Disamping itu, dilengkapi pula dengan kios sarana produksi dan kantor pemasaran. Kavling-kavling anggrek tersebut dikelola oleh para petani anggrek yang tergabung dalam koperasi. Jenis-jenis anggrek yang diusahakan oleh para
petani antara lain jenis Dendrobium, Orcidium, Arachnis, Phalaenopsis, serta
tanaman hias penunjang lainnya. Layanan informasi: 021-7824061 b. Balai Benih Ikan Ciganjur
Balai Benih Ikan Ciganjur merupakan lahan milik Pemda DKI Jakarta dengan luas lebih dari 10 ha. Balai ini dikelola oleh Dinas Perikanan yang kegiatannya, antara lain: pembenihan ikan, pemeliharaan ikan dan secara berkala diadakan atraksi lomba memancing. Selain itu, sebagian lahan ini juga dimanfaatkan oleh para petani ikan yang mengusahakan ikan konsumsi dan ikan hias. Produksi balai benih ikan tidak hanya melayani pembeli lokal, tetapi juga melayani pembeli yang berasal dari luar kota Jakarta. Pengunjung yang datang dapat membeli ikan konsumsi dan ikan hias.
Layanan informasi: 021-7864180 c. Taman Margasatwa Ragunan
Adalah Kebun Binatang milik Pemerintah DKI Jakarta yang berdiri di atas tanah seluas lebih kurang 135 ha. Di dalamnya terdapat koleksi satwa sebanyak
(49)
commit to user
lebih kurang 3.200 ekor. Pada saat ini masih dalam tahap proses penataan dan pembangunan untuk terwujudnya Kebun Binatang yang baik sebagai sarana rekreasi, pendidikan, penelitian, dan konservasi fauna dan flora. Berikut sekilas informasi tentang sejaran keberadaan Kebun Binatang di Jakarta, antara lain: (a) Tahun 1864, Raden Saleh, seorang pelukis Indonesia ternama menghibahkan sebidang tanah seluas 10 hektar di kawasan Cikini kepada pemerintah. Oleh Pemerintah Belanda digunakan sebagai "Lembaga untuk Tanaman dan Satwa"; (b) Tahun 1949, Nama Lembaga untuk Tanaman dan Satwa diganti menjadi "Kebun Binatang Cikini"; (c) Tahun 1964, Dengan makin berkembangnya kota Jakarta, Pemerintah Daerah memindahkan Kebun Binatang Cikini ke kawasan Ragunan Pasar Minggu, dengan nama "Taman Margasatwa Jakarta"; (d) Tahun 1974, Nama Taman Margasatwa Jakarta berubah menjadi "Kebun Binatang Ragunan". Sejak saat itu secara bertahap dilakukan penataan dan perluasan, sejalan dengan peran dan fungsi Kebun Binatang; (e) Tahun 1998, Berdasarkan Perda No.13 Tahun 1998 nama "Kebun Binatang Ragunan" berubah namanya menjadi "Taman Margasatwa Ragunan"
Layanan informasi: 021-7806164 d. Situ Babakan
Situ Babakan terletak sekitar 300 m dari Jalan Moh.Kahfi, dengan luas
areal lebih kurang 35 Ha. Untuk menuju ke Situ Babakan akan melewati pemukiman dan Kebun Rakyat. Sampai saat ini Situ Babakan baru berfungsi sebagai badan air irigasi, pemancingan, berenang dan tempat berperahu. Pada
(50)
commit to user
waktu mendatang Situ Babakan direncanakan akan dikembangkan dan dikelola sebagai obyek wisata.
e. Pergelaran Kesenian Betawi
Perkampungan Budaya Betawi (PBB) di Kelurahan Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan, merupakan pusat kebudayaan Betawi juga didukung keberadaan dua situ yakni Situ Babakan dan Situ Mangga Bolong. Selain untuk melestarikan Budaya Betawi dan sekaligus berupaya untuk menjadikan daya tarik wisata budaya juga menampilkan berbagai atraksi seni budaya khas Betawi sekaligus mempromosikan PBB Setu Babakan sebagai pusat aktivitas seniman Betawi.
Layanan Informasi: +62 21-7250106, 7228134 f. Atraksi Ekowisata Jakarta Selatan
Ekowisata merupakan salah satu kegiatan pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek konservasi alam, aspek pemberdayaan sosial budaya ekonomi.
Layanan Informasi: +62 21-7250106, 7228134 g. Festival Makanan Nusantara
Festival Makanan Nusantara adalah acara yang paling dinantikan oleh masyarakat Jakarta. Sebagai sarana promosi untuk lebih mengenal makanan nusantara, juga promosi pariwisata Jakarta. Datang kemudian nikmati lezatnya hidangan aneka makanan nusantara dalam acara festival makanan yang di Selenggarakan oleh Suku Dinas Pariwisata Kota Administratif Jakarta Selatan. Layanan Informasi: +62 21-7250106, 7228134
(51)
commit to user
h. Jajanan Khas Jakarta Selatan 1. Kerak Telor
2. Roti Buaya 3. Kue Putu 4. Laksa Pesisir 5. Gado-gado 6. Soto Betawi
(Toenggoel P.Siagian.2007,Jakarta idaman kita,h.26)
D. Selayang Pandang Museum Layang-layang Indonesia
Layang layang yang acap mengindahkan langit, ternyata tak cuma sekedar sebuah permainan. Lebih dari itu permainan yang sudah berumur ribuan tahun ini juga dijadikan ritual adat hingga alat perang di berbagai daerah dan negara,
bahkan menjadi sumber mata pencaharian. Letaknya yang tersembunyi di sebuah
jalan di kawasan Pondok Labu , Jakarta Selatan Museum ini nyaris tak
terpublikasi seperti layaknya museum lainnya. Pada 2003 Endang menjadikan rumahnya di Pondok Labu, Jakarta Selatan, sebagai museum layang-layang setelah memperluas lahannya menjadi 4.600 m2 dari semula 1.100 m2. Atap dan tiang bangunannya bergaya Jawa terbuat dari kayu berumur 146 tahun, didatangkan dari Trowulan, Mojokerto (Jawa Timur).
(http://rumahtata-museumlayang.blogspot.com).Diakses pada 10 april 2011. Pintu gerbang museum dibangun dengan gaya Bali. Megah dan besar. Bangunan utama yaitu museum layang-layang itu berbentuk pendopo yang juga menjadi logo museum. Di sisi kanan ada jendela. Bangunan cantik ini berdiri di
(52)
commit to user
lahan seluas 3000 m2, terdiri dua bangunan yaitu Ruang Pendopo dan ruang pameran. Bangunan pendoponya sendiri diangkut langsung dari Mojokerto. Dari kedua bangunan ini dipamerkan sekitar 150 layang-layang dari 500 koleksi dan setiap bulannya diganti dengan koleksi yang lain. Museum ini memiliki beberapa ruangan yang terdiri dari museum utama, ruang sinema, café, serta galeri. Saat memasuki bangunan yang fondasi arsitekturnya didominasi batu bata merah ini, akan disambut dengan suasana yang teduh dan asri berikut keramahan penjaga museum. Ada beragam kegiatan yang bisa kita lakukan selama kunjungan selain berkeliling atau observasi, yaitu belajar melukis, membuat keramik, membatik, bahkan berenang di kolam yang disediakan untuk umum. Selain itu, dalam program berdurasi kurang lebih 60 menit, disediakan juga kegiatan seperti menonton film pendek mengenai sejarah dan keunikan permainan layang-layang, tur keliling museum yang didampingi oleh pemandu, serta workshop tentang bagaimana membuat dan melukis layang-layang.
Di dalam museum terdapat layang-layang dari berbagai daerah di Indonesia dan dari mancanegara. Bentuk dan ukurannya pun beranekaragam. Ada yang terbuat dari bulu-bulu, daun-daun, kain, anyaman dll. Disini juga terdapat berbagai bentuk Layang-layang, seperti Kereta Kuda, Naga, bentuk boneka dan masih banyak lagi. Selain itu, ukurannya juga variatif, mulai dari yang berukuran 2×2 cm berasal dari China hingga berukuran 22×24 meter yang berasal dari Jepang. Disamping mengkoleksi Layang-layang dari dalam dan luar negeri, Museum layang Indonesia juga memproduksi berbagai jenis
(53)
Layang-commit to user
layang dan menerima pesanan khusus. Hingga kini jumlah koleksinya kurang lebih 400 buah dan dipajang diluar dan dalam Museum.
(http://rumahtata-museumlayang.blogspot.com). Diakses pada 12 april 2011.
1. Sejarah berdirinya Museum Layang-layang Indonesia
Perkembangan layang-layang di Indonesia cenderung mengarah kepada bentuk modern yang memungkinkan akan berdampak kepada hilangnya ciri layang-layang tradisional Indonesia. Sementara perkembangan layang-layang di dunia mengarah kepada bentuk dan motif yang artistik serta mengarah kepada pemanfaatan layang-layang di bidang teknologi. Mengacu pada hal tersebut sekelompok pencinta layang-layang yang tergabung dalam Merindo Kites & Gallery mencoba untuk mengangkat dan melestarikan salah satu khazanah budaya dan memperkenalkan seni dan teknologi layang-layang dengan mendirikan Museum Layang-layang Indonesia. Layang-layang sebuah benda klasik yang ada hampir di seluruh pelosok dunia dan masih jaya hingga sekarang. Berbagai festival internasional dilaksanakan setiap tahun dan selalu menjadi acara yang menarik. Pada tahun 2010 festival layang-layang yang diikuti oleh 42 negara dilaksanakan di kawasan Pantai Karnaval Ancol, sekaligus dalam rangka merayakan HUT Jakarta yang ke-483. Museum layang-layang Indonesia merupakan museum ketiga di dunia setelah Cina dan Malaysia. Pendiri Museum Layang-layang Indonesia adalah Ibu Endang W. Puspoyo. seorang pakar kecantikan yang menekuni dunia layang-layang sejak tahun 1985 istri mantan Kabulog, Wijanarko Puspoyo yang diresmikan, 21 Maret 2003 oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata saat itu, I Gede Ardika. Lokasinya terletak di Jl. H.
(54)
commit to user
Kamang No.38, Pondok Labu, Jakarta Selatan. (Dimyati,Edi.Panduan sang petualang(47 museum jakarta),2010,p.30)
Sejak hampir 2,800 tahun lalu, layang-layang telah digunakan oleh Cina. Layang-layang telah menjadi simbol dalam upacara sakral di berbagai wilayah. Indonesia termasuk salah satu negara yang cukup kental dengan layang-layang, keanekaragaman budayanya membuat layang-layang Indonesia beranekaragam pula, sangat erat kaitannya dengan budaya daerah masing-masing, baik dalam hal bentuk, penggunaan, maupun makna yang melekat. Demikianlah layang-layang telah menjadi benda seni dan budaya yang khas bagi masing-masing negara. Keinginan untuk melestarikan seni dan budaya inilah serta kecintaannya akan layang-layang membuat Ibu Endang W. Puspoyo untuk mendirikan museum layang-layang di area rumahnya.
Awal Mulanya ahli kecantikan dan dekorasi ini hanya melihat layang-layang sebagai elemen dekorasi, la membeli sebuah di AS pada 1970-an dan memajangnya di rumah. Tak disangka seorang Belanda menyukai dan membayarnya. Sejak itu hobi layang-layang pun dimulai. Hobi itu berkembang
setelah ia mendirikan sebuah event organizer yang banyak menggarap kegiatan
luar ruang. Event itu adalah festival layang-layang. Ternyata efektif dan banyak diminati. Melalui Merindo Kites & Gallery yang didirikannya pada 1988, tawaran dari developer untuk menggelar festival layang-layang pun mengalir, baik nasional maupun internasional. Festival layang-layang internasional pertama beliau diadakan di BSD pada 1993. Beliau mempelajari secara otodidak seluk beluk layang-layang membuat dan menerbangkannya sendiri saat festival. Salah
(55)
commit to user
satu layang kreasinya meraih kategori desain terbaik di festival
layang-layang internasional Wei Fang (Cina). la juga rajin berkeliling ke berbagai
sekolah lokal dan intemasional untuk mempopulerkan layang-layang. Ibu yang juga berprofesi sebagai ahli kecantikan ini telah berkeliling ke 10 propinsi di
Indonesia selama 2 tahun terakhir untuk memberikan pelatihan tentang layang –
layang dengan sertifikasi 100 jam belajar. Selain ke berbagai daerah ia juga sering
dipanggil untuk mengajar ketrampilan membuat layang–layang bagi siswa - siswi
di berbagai sekolah internasional di Jakarta seperti Britis Internasional School,
Jakarta Internasional School, German, Korea, Gandhi dan masih banyak lagi. (Dimyati,Edi.Panduan sang petualang(47 museum jakarta),2010,p.33)
2. Seluk beluk dan koleksi museum Layang-layang
Ada banyak sebutan untuk layang-layang ini seperti “layangan” atau
“wau” (sebutan di sebagian wilayah Semenanjung Malaya) . Dikenal luas di
seluruh dunia sebagai alat permainan, layang-layang diketahui juga memiliki fungsi ritual, alat bantu memancing atau menjerat, menjadi alat bantu penelitian ilmiah, serta media energi alternatif. Layang-layang dibuat dan dirancang untuk yang pertama kalinya oleh nenek moyang bangsa Tionghoa pada zaman kuno. Catatan pertama yang menyebutkan permainan layang-layang adalah dokumen dari Cina sekitar 2500 Sebelum Masehi. Penemuan sebuah lukisan gua di Pulau Muna Sulawesi Tenggara. pada awal abad ke-21 yang memberikan kesan orang bermain layang-layang menimbulkan spekulasi mengenai tradisi yang berumur lebih dari itu di kawasan Nusantara. Diduga terjadi perkembangan yang saling bebas antara tradisi di Cina dan di Nusantara karena di Nusantara banyak
(56)
commit to user
ditemukan bentuk-bentuk primitif layang-layang yang terbuat dari daun-daunan. Di kawasan Nusantara sendiri catatan pertama mengenai layang-layang adalah
dari “Sejarah Melayu” (Sulalatus Salatin) abad ke-17 yang menceritakan suatu
festival layang-layang yang diikuti oleh seorang pembesar kerajaan.(Endang,W, Layang-layang salah satu aspek budaya bangsa,1995,49).
Pada dasarnya, pengertian dari Layang-layang adalah paduan lembaran bahan tipis yang diperkuat dengan kerangka yang kemudian diterbangkan ke udara dan terhubungkan dengan tali atau benang ke daratan atau pengendali. Layang-layang memanfaatkan kekuatan hembusan angin sebagai alat pengangkatnya. Layang-layang terkenal ketika dipakai oleh Benjamin Franklin ketika ia tengah mempelajari petir. Berbicara mengenai layang-layang, tidak dapat terlepas dari unsur-unsur budaya, karena merupakan perpaduan antara teknik kerajinan dan kesenian Di beberapa daerah masih dapat ditemukan jenis layang-layang sederhana yang tidak banyak berubah dari bentuk awalnya. Seperti di Sulawesi, terbuat dari helai daun yang diberi kerangka dari bambu dan diikat dengan serat rotan Bahkan di Bali pun masih dapat ditemui layang-layang dengan bentuk menyerupai daun.
Di Jawa Barat, Lampung dan beberapa tempat di Indonesia ditemukan layang-layang yang dipakai sebagai alat bantu memancing. Layang-layang ini terbuat dari anyaman daun sejenis anggrek tertentu, dan dihubungkan dengan mata kail. Di Pangandaran dan beberapa tempat lain, layang-layang dipasangi jerat untuk menangkap kalong atau kelelawar. Di belahan dunia yang lain lagi , layang-layang memiliki fungsi ritual yaitu diterbangkan pada saat-saat tertentu
(57)
commit to user
seperti pada masa panen, atau masa tanam padi. Di Sumatera Barat, Masyarakat masih percaya pada layang-layang bertuah yang bisa memikat anak gadis. Namanya layang-layang hias dangung-dangung.
Di Pulau Jawa ada layang-layang yang digunakan untuk mengusir serangga dan burung liar di ladang sawah. Di beberapa daerah, layang-layang dimainkan sebagai bagian dari ritual tertentu. Biasanya terkait dengan proses budidaya pertanian. Layang-layang paling sederhana terbuat dari helai daun yang diberi kerangka dari bambu dan diikat dengan serat rotan. Layang-layang semacam ini masih dapat dijumpai Di Jawa Barat, Lampung, dan beberapa tempat di Indonesia ditemukan layang-layang yang dipakai sebagai alat bantu memancing. Layang-layang ini terbuat dari anyaman daun sejenis anggrek tertentu, dan dihubungkan dengan mata kail. Di Pangandaran dan beberapa tempat lain, layang-layang dipasangi jerat untuk menangkap kalong atau kelelawar di Sulawesi. Layang layang terbesar berukuran 32 x 8 meter, bernama Mega Ray. Layang-layang ini berbentuk ikan pari, berasal dari Selandia Baru. Sedangkan yang terkecil berukuran 22 milimeter (2,2 cm). Koleksi Nusantara antara lain layang-layang berbentuk becak, atau rumah gadang dari Sumatra Barat. Dari Sulawesi Tenggara ada layangan Kaghati yang dibuat dari daun gadung, memakai serat daun nanas untuk menjahitnya. Dari Kalimantan Selatan juga ada, yakni sepasang layanglayang bernama Dandang Laki dan Dandang Bini. Layang-layang itu terbuat dari beberapa potong bambu berukuran panjang 1,5 meter dengan diameter 20 cm. Diperkirakan, usianya sudah mencapai 43-53 tahun. Semua jenis layang layang tersebut dapat dijumpai di musem layang layang. Disini juga akan
(58)
commit to user
menemukan berbagai bentuk Layang-layang, seperti Kereta Kuda, Naga, bentuk boneka dan masih banyak lagi.
Ukuran layang-layang sangat beragam. Ada yang mungil 2x2 cm berasal dari Cina, ada pula yang besar 22 x 24 meter dari Jepang. MURI mencatat ekor layang-layang terpanjang ada di Bali yaitu sepanjang 250 meter. Disamping mengkoleksi Layang-layang dari dalam dan luar negeri, Museum Layang-layang Indonesia juga memproduksi berbagai jenis Layang-layang dan menerima pesanan khusus. Hingga kini jumlah koleksinya kurang lebih 400 buah dan dipajang diluar dan dalam Museum.(Endang,W, Layang-layang salah satu aspek budaya bangsa,1995,53).
3. Jenis Layang-layang berdasarkan sejarah
1). Olahraga / Sport
Jenis permainan yang disebut sebagai stunt kite. Dimana permainan bukan hanya membutuhkan angin dan benang melainkan ketrampilan dan kecekatan serta fisik yang kuat.
2). Warfare
Layang layang juga berperan dalam masa peperangan,dimana pengintaian kubu musuh dapat dilakukan dengan mengendarai layang-layang besar. Ternyata layang-layang dapat memindahkan penduduk ke tempat yang lebih aman jauh dari peperangan, terkadang juga untuk mengukur jarak ke tempat sasaran, bahkan beberapa layang-layang dapat dapat dilengkapi dengan kamera lokasi suatu daerah terpencil sekalipun.
3). Aerial artist
Di Peru terdapat hasil seni luar biasa,lukisan besar di suatu dataran yang tidak dapat di nikmati oleh dataran itu sendiri. Garis serta gambar ini hanya dapat
(1)
commit to user
ketahui jumlahnya sampai bulan april 2011, membatik sebanyak 522 pengunjung di tahun 2009, 222 pengunjung pada tahun 2010, dan 371 pengunjung pada tahun 2011 sampai bulan april, melukis payung sebanyak 259 pengunjung pada tahun 2009, dan 125 pengunjung pada tahun 2010 serta 145 pengunjung pada tahun 2011 sampai bulan april, dan melukis T-shirt sebanyak 783 pengunjung pada tahun 2009, pada tahun 2010 sebanyak 331 pengunjung dan sebanyak 397 pengunjung pada tahun 2011 sampai bulan april. Berikut ini adalah hasil data yang di peroleh dari pembagian angket kepada wisatawan di museum layang-layang berdasarkan harapan-harapan wisatawan yang berkunjung ke museum layang-layang adalah sebagai berikut:
Tabel 12
Variabel behavioristik berdasarkan Harapan-harapan Yang Diinginkan Oleh Wisatawan di Museum Layang-layang.
Respon Wisatawan Jumlah Prosentase (%)
Sanitasi kebersihan 13 26
Promosi 20 45
Fasilitas 17 29
Jumlah 50 100
Sumber : Angket kepada wisatawan, 2011.
Harapan-harapan yang diinginkan wisatawan kepada Museum Layang-layang antara lain, sebagian besar pengunjung atau sebanyak 20 responden dengan prosentae sebesar 45% responden menginginkan agar lebih ditingkatkan lagi pengelolaan dan usaha promosi terhadap Museum layang layang. 29%
(2)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
pengunjung memperhatikan masalah fasilitas di museum, sisanya pengunjung mengharapkan kebersihan lingkungan museum sebanyak 26%. Dengan banyaknya pengunjung yang datang ke museum ini. Harapan masyarakat Indonesia lebih mengenal layang-layang yang merupakan budaya Indonesia. Berkaitan dengan status kepemilikan dan pengelolaan museum yang masih atas nama pribadi pendirinya, masyarakat berharap agar status museum ini bisa berubah menjadi sebuah Museum Nasional. Artinya, menjadi institusi atau lembaga dibawah pengelolaan pemerintah, bila terjadi perubahan tersebut tentunya akan membuat museum ini akan jauh lebih berkembang dan diakui masyarakat luas, apalagi Indonesia adalah negara yang paling banyak jenis layang-layang tradisional dari berbagai daerah.
(3)
commit to user
67
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
Museum Layang-layang Indonesia merupakan sebuah museum yang
dikelola swasta yang menyimpan koleksi layang-layang dari berbagai daerah di tanah air, merupakan museum ketiga di dunia setelah Cina dan Malaysia. Pendiri Museum Layang-layang Indonesia adalah Ibu Endang W. Puspoyo. seorang pakar kecantikan yang menekuni dunia layang-layang sejak tahun 1985. Museum ini didirikan pada tanggal 21 Maret 2003 dan peresminya adalah I Gede Ardika, mantan menteri pariwisata periode sebelum sekarang. Lokasinya terletak di Jl. H. Kamang No.38, Pondok Labu, Jakarta Selatan..
. Museum ini juga menawarkan berbagai program untuk para pengunjung, diantaranya pemutaran film mengenai sejarah Layang-layang dan berbagai kegiatan festival layang, tour Museum yaitu memperkenalkan Layang-layang tradisional, kreasi dan sport dari Indonesia dan mancanegara serta pelatihan-pelatihan seperti merakit, menghias hingga mewarnai Layang layang, membentuk, mencetak dan menghias keramik, melukis payung dengan cat yang khusus diperuntukan bagi Anak-anak, hingga membatik
Kondisi geografis yang teletak di Kota Jakarta selatan menjadikan Museum Layang layang mudah dikunjungi oleh wisatawan. Dari data yang dikumpulkan sebanyak 65% wisatawan yang berkunjung ke Museum Layang layang berasal dari luar Kota Jakarta, Bogor dan Jogjakarta menjadi kota yang
(4)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
paling banyak mengirimkan wisatawannya yaitu sebanyak masing masing 20%. Sedangkan minat kebutuhan wisatawan pria hampir sama dengan wanita yaitu tercatat dalam data sebanyak 46% berjenis kelamin pria dan 54% berjenis kelamin perempuan .
Dapat diambil kesimpulan pula bahwa wisatawan yang datang ke Museum Layang layang berasal dari berbagai kota di pulau Jawa dan mayoritas berusia antara 15-30 tahun. Dalam hal ini pekerjaan atau profesi dari sebagian besar wisatawan tersebut adalah dari kalangan pelajar(TK, SD, SMP, SMA dan mahasiswa.) sebanyak 52%,pegawai pemerintahan sebanyak 10%, staf pengajar sebanyak 28%, wiraswasta sebanyak 10%. Sedangkan mayoritas wisatawan yang datang ke Museum Layang-layang adalah untuk belajar atau penelitian sebanyak 34%, hal ini disebabkan karena museum ini merupakan satu-satunya museum layang layang di Indonesia, maka dari itu banyak mahasiswa baik dari dalam maupun luar negeri yang datang ke Museum Layang-layang untuk mengadakan penelitian, belajar membuat layang layang sendiri serta kreasi-kreasi lain atau sekedar melihat-lihat koleksi layang layang di museum. Perencanaan perjalanan wisatawan mayoritas senang melakukan perjalan sendiri daripada diatur oleh biro perjalanan wisata yaitu sebanyak 62% resonden. Sedangkan bentuk wisata yang di minati wisatawan paling banyak adalah bentuk wisata alam yaitu sebanyak 48%. Selanjutnya adalah fasilitas penginapan yang banyak diminati wisatawan adalah penginapan tidak berbintang sebanyak 82% dikarenakan wisatawan lebih mengutamakan obyek yang dituju selain itu mayoritas pengunjung adalah berprofesi sebagai pelajar jadi minat permintaan penginapan relatif sederhana.
(5)
commit to user
Sebanyak 74% wisatawan yang datang ke Museum Layang layang mengaku sangat memperhatikan tentang kondisi kebersihan dan sanitasi terhadap tempat-tempat wisata yang mereka kunjungi.
Harapan sebagian besar pengunjung di Museum layang-layang sebanyak 45% adalah menginginkan agar lebih ditingkatakan lagi promosi pengelolaan terhadap Museum Layang layang agar lebih di kenal masyarakat luas.
B. Saran
Untuk lebih menjaga peninggalan-peninggalan sejarah dan pelestarian budaya yang terdapat di Museum Layang-layang, maka penulis memberikan sedikit saran kepada pengelola museum agar :
1. Strategi promosi terhadap Museum Layang-layang harus ditingkatkan lagi, agar semakin dikenal oleh para wisatawan baik lokal maupun asing. Bisa menggunakan internet, media elektronik, buku, workshop, festival, maupun melalui brosur.
2. Penambahan jumlah koleksi museum dan pengadaan pemandu wisata yang professional, agar wisatawan yang datang ke Museum Layang layang merasa puas dengan benda-benda koleksi museum serta mendapat banyak ilmu tentang berbagai cara membuat kreasi bikinan sendiri serta puas akan pelayanan yang diberikan oleh museum.
(6)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
DAFTAR PUSTAKA
Amir Sutarga Moh. 1983. Pedoman Penyelenggaraan dan pengelolaan Museum,
Jakarta : Direktorat Permuseuman Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendididkan .dan Kebudayaan.
Burney, Neilme. 1998. Tourism.Hertfordshire : Prentice Hall Europe.
Departemen Pariwisata Pos dan Telekomunikasi.1989. Jakarta Paduan Wisata
Indonesia.Jakarta: Intermasa.
Dimyati,Edi. 2010.Panduan sang petualang( 47 museum Jakarta),Jakarta: Gramedia pustaka.
Endang Widjanarko Pusoyo.1995.Layang-layang salah satu aspek Budaya
Bangsa. Jakarta: Grasindo
.2007. Belajar membuat layang-layang. Jakarta : Grasindo
Endar Sugiarto, Kusmayadi. 2000.Metodologi Penelitian Dalam Bidang
Kepariwisataan, Jakarta : Gramedia.
Happy Marpaung. 2002. Pengetahuan Kepariwisataan, Bandung :
Alfabeta.Majalah estate desember 2005
Nyoman S. Pendit. 1986. Ilmu Pariwisata Sebagai Pengantar Perdana, Jakarta : Pradya Paramita.
Oka A. Yoeti. 2001. Ilmu Pariwisata Sejarah, perkembangan dan prospeknya, Jakarta : PT. Pertja.
Oka A. Yoeti. 2001. Pariwisata Budaya. Jakarta : Pradnya Paramita.
Uka Tjandrasasmita.2000.Sejarah Perkembangan Kota Jakarta.Jakarta : Dinas Museum dan Pemugaran.
Wahanaboga Cakrawala Hotel.
www. Museum-layang.com di akses pada tanggal 3 april 2011 pukul 21.00. www.jakarta.go.id di akses pada tanggal 3 april 2011 pukul 21.00.
www.rumahtata.blogspot.com di akses pada tanggal 12 april 2011 pukul 15.00. www.wikipedia.com. di akses pada tanggal 3 april 2011 pukul 21.00.