Hama dan penyakit tanaman jambu biji (Psidium guajava L.) di Kecamatan Rancabungur dan Kampus IPB Darmaga Bogor

1
 

HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN JAMBU BIJI
(Psidium guajava L.) DI KECAMATAN RANCABUNGUR
DAN KAMPUS IPB DARMAGA BOGOR

DIDAH FARIDAH

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

2
 

ABSTRAK
DIDAH FARIDAH. Hama dan Penyakit Tanaman Jambu Biji (Psidium guajava
L.) di Kecamatan Rancabungur dan Kampus IPB Darmaga Bogor. Dibimbing

oleh KIKIN HAMZAH MUTAQIN dan DEWI SARTIAMI.
Jambu biji (Psidium guajava L.) di Indonesia pada mulanya hanya
merupakan tanaman pekarangan dan pembatas kebun saja. Sejak dikenal jambu
biji Bangkok, usaha tani jambu biji secara komersial pada areal yang luas mulai
dibudidayakan secara intensif di Indonesia. Penambahan luas area pertanaman dan
budidaya monokultur berpotensi menyebabkan permasalahan hama dan penyakit
baru atau meningkatnya masalah hama dan penyakit yang telah ada sehingga
diperlukan informasi yang lebih lengkap mengenai hama dan penyakit yang
terdapat pada tanaman jambu biji. Penelitian ini bertujuan mengamati intensitas
dan luas serangan hama dan penyakit tanaman jambu biji, mengidentifikasi hama
dan patogen penyebabnya serta mengetahui teknik budidaya jambu biji di
Kecamatan Rancabungur dan kampus IPB Darmaga Bogor, Jawa Barat. Penelitian
dilakukan di tiga lahan pertanaman jambu biji dengan umur tanaman yang
berbeda yaitu 4,5 bulan, 1,5 tahun, dan 4,5 tahun di Desa Bantarjaya. Contoh
hama dan penyakit berikut gejala diambil dari ketiga lahan pengamatan, lahan
jambu biji di sekitarnya, dan dua lahan kampus IPB Darmaga kemudian
diidentifikasi di laboratorium. Informasi mengenai teknik budidaya dan
pengelolaan terhadap hama dan penyakit tanaman jambu biji diperoleh melalui
survei terhadap 20 petani responden. Organisme pengganggu tanaman (OPT)
yang ditemukan pada pertanaman jambu biji adalah tungau (Acarina:

Tetranychidae dan Mycobatidae), Valanga spp., Helopeltis sp., kepik penghisap
pucuk (Hemiptera: Coreidae dan Tessaratomidae), Lawana candida, kutukebul
(Hemiptera: Aleyrodidae), Aphis gossypii, Icerya seychellarum, Coccus viridis,
kututempurung hitam, Aspidiotus destructor, kutu perisai spesies 1, kutu putih
(Hemiptera: Pseudococcidae), kumbang moncong (Coleoptera: Curculionidae),
kumbang penggerek buah (Coleoptera: Nitidulidae), Bactrocera carambolae, ulat
pucuk (Lepidoptera), ulat penggulung daun (Lepidoptera), Trabala spp., ulat api
(Lepidoptera: Limacodidae), ulat penggerek batang (Lepidoptera: Metarbelidae),
ulat kantung (Lepidoptera: Psychidae), ulat penggerek buah (Lepidoptera:
Pyralidae), dan Attacus atlas. OPT yang berpotensi sebagai hama penting yang
menyebabkan kerugian secara langsung adalah lalat buah, ulat pucuk, kumbang
penggerek buah, kutu putih, dan ulat penggerek buah. Namun OPT lainnya seperti
Helopeltis sp., hama menusuk menghisap lain, dan hama menggigit-mengunyah
juga berpotensi sebagai penyebab kehilangan hasil karena berpotensi dapat
menyebarkan inokulum patogen di pertanaman. Penyakit yang ditemukan adalah
penyakit antraknosa, bercak daun kelabu dan kanker buah Pestalotia, karat merah,
busuk buah Botryodiplodia, penyakit layu, embun jelaga, bercak merah daun, dan
kerusakan fisik mekanis pada buah. Budidaya yang dilakukan oleh petani di
Rancabungur masih beragam. Pemupukan dan aplikasi pestisida yang dilakukan
bergantung pada keadaan ekonomi petani. Pembungkusan buah merupakan salah

satu pengelolaan hama dan penyakit yang intensif dilakukan oleh petani terutama
untuk mencegah serangan hama lalat buah.

3
 

HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN JAMBU BIJI
(Psidium guajava L.) DI KECAMATAN RANCABUNGUR
DAN KAMPUS IPB DARMAGA BOGOR

DIDAH FARIDAH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Pertanian pada
Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2011

4
 

Judul Penelitian

: Hama dan Penyakit Tanaman Jambu Biji (Psidium guajava
L.) di Kecamatan Rancabungur dan Kampus IPB Darmaga
Bogor

Nama Mahasiswa : Didah Faridah
NRP

: A34062598

Disetujui
Dosen Pembimbing I

Dosen Pembimbing II


Dr. Ir. Kikin Hamzah Mutaqin, MSi.

Dra. Dewi Sartiami, MSi.

NIP. 19680602 199303 1003

NIP. 19641204 199103 2 001

Diketahui
Ketua Departemen Proteksi Tanaman

Prof. Dr. Ir. Dadang, MSc.
NIP. 19640204 199002 1 002

Tanggal lulus:

5
 


RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Majalengka, Jawa Barat pada tanggal 6 Juli 1986
sebagai putri ke-4 dari 7 bersaudara dari pasangan Bapak H. Badrussalam dan Ibu
Hj. Uun Homsah.
Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar sampai sekolah menengah
umum di kota Majalengka. Pada tahun 2005 penulis menyelesaikan pendidikan
sekolah menengah umum di SMA Negeri 1 Majalengka. Penulis diterima di
Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB pada tahun 2006 dan selanjutnya
pada tahun 2007 penulis diterima pada Departemen Proteksi Tanaman, Institut
Pertanian Bogor.
Tahun 2006 penulis magang di Laboratorium Virologi Departemen Proteksi
Tanaman, Institut Pertanian Bogor dan tahun 2010 penulis menjadi asisten
praktikum pada mata kuliah Hama dan Penyakit Tanaman Tahunan.

6
 

PRAKATA


Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah Subhanahuwata’ala, karena
dengan seizin-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan sebaik-baiknya.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian
dilaksanakan pada bulan Maret 2010 sampai dengan Juli 2011 di Kecamatan
Rancabungur dan lahan Kampus IPB Darmaga, Bogor.
Dengan penuh rasa hormat, penulis menyampaikan terima kasih kepada Dr.
Ir. Kikin Hamzah Mutaqin, MSi dan Dra. Dewi Sartiami, MSi sebagai dosen
pembimbing yang selalu memberi bimbingan, arahan, fasilitas, bantuan, motivasi,
kritik, dan saran sejak persiapan penelitian hingga penulisan skripsi ini selesai.
Terima kasih juga penulis tujukan untuk Ir. Djoko Prijono, MAgrSc. selaku dosen
pembimbing akademik; Dr. Endang Sri Ratna selaku dosen penguji tamu; seluruh
staf pengajar di Departemen Proteksi Tanaman dan TPB atas ilmu yang diberikan
selama penulis menuntut ilmu di Institut Pertanian Bogor; kepada Ibu Aisyah
yang mengajari pembuatan preparat kutu tanaman; kepada laboran, senior, dan
teman-teman di Laboratorium Biosistematika Serangga dan Laboratorium
Bakteriologi, Departemen Proteksi Tanaman atas bantuan dan motivasinya.
Terima kasih juga disampaikan kepada petani di Rancabungur terutama kepada
keluarga Bapak Adang, Bapak Istikhori, Bapak Encik, Bapak Ismail, dan lain-lain
atas fasilitas dan kerjasamanya berbagi ilmu dan pengalaman bertani jambu biji;

kepada teman-teman yang membantu di lapang: Fakhry Sahlan, Sifa, Moya, Susi,
Fitrah, Lia, Eva, Aisah, Laras, Satrio, Sandy, Kak Ary, Indri, Fitri, dan Ulfa.
Kepada teman-teman Departemen Proteksi Tanaman angkatan 43, 44, dan 45
terima kasih atas bantuan, dukungan, kebersamaan, dan persahabatannya.
Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada kedua orang tua, kakak
(Otong Athoillah, Popon Fauziah, Lili Hambali, Sahara, Fikhriah, dan Jalaluddin),
dan adik (Muhammad Murtaqi, Ade Idrus Hariri, dan Dzulfikrie Al-Hasan) atas
pengorbanan, doa, dan cinta kasihnya yang tulus; kepada keluarga besar Bapak
Saleh Wangsa dan Bapak Ahmad atas doa, dukungan, bantuan, dan inspirasinya.
Kepada teman-teman di Wisma Green-pink dan Seroja: Hilda, Erlin, Ii, Ines,
Nina, Feny, Intan, Shanty, Teh Imeh, dan Maria terima kasih atas persahabatan,
kebersamaan, dan bantuannya. Serta kepada pihak yang tidak dapat disebutkan
satu per satu.
Semoga penelitian ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahan
khususnya ilmu perlindungan tanaman.
Bogor, September 2011

Didah Faridah

7

 

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ........................................................................................

ix

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................

x

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................

xiv

PENDAHULUAN .........................................................................................

1


Latar Belakang .........................................................................................

1

Tujuan Penelitian .....................................................................................

3

Manfaat Penelitian ...................................................................................

3

TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................................

4

Tanaman Jambu Biji ................................................................................
Sejarah .............................................................................................
Botani dan Morfologi Jambu Biji ...................................................

Cara Perkembangbiakan Jambu Biji ...............................................
Varietas Jambu Biji .........................................................................

4
4
4
6
7

Syarat Tumbuh ........................................................................................

8

Kandungan dan Manfaat Jambu Biji ........................................................

8

Hama Tanaman Jambu Biji ......................................................................
Lalat Buah (Diptera: Tephritidae) ...................................................
Ulat Kantung (Lepidoptera: Psychidae) ..........................................
Kutu Putih (Hemiptera: Pseudococcidae) .......................................
Kutukebul (Hemiptera: Aleyrodidae) .............................................
Hama Lainnya .................................................................................

9
10
11
12
12
13

Penyakit Tanaman Jambu Biji ..................................................................
Antraknosa .......................................................................................
Kanker Berkudis ...............................................................................
Bercak Daun .....................................................................................
Karat Merah ....................................................................................
Penyakit Layu ..................................................................................
Busuk Buah ......................................................................................

13
13
15
15
16
16
17

METODE PENELITIAN .............................................................................
Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................

18

Penentuan Lahan Pengamatan dan Petak Contoh Tanaman .....................

18

Pengamatan dan Pengambilan Sampel untuk Inventarisasi Hama dan
Penyakit ....................................................................................................

18

Pengamatan Hama ....................................................................................

19

8
 

Halaman
Pengamatan Penyakit ...............................................................................

21

Identifikasi Hama dan Patogen ................................................................

22

Wawancara Petani .....................................................................................

23

HASIL DAN PEMBAHASAN .....................................................................

24

Keadaan Umum Lahan Pertanaman Jambu Biji .......................................

24

Organisme Pengganggu Tanaman yang Ditemukan pada Tanaman
Jambu Biji ................................................................................................
Hama Menggigit-Mengunyah yang Menyerang Daun ..................
Kutukebul (Hemiptera: Aleyrodidae) ............................................
Kutu Putih (Hemiptera: Pseudococcidae) dan kutukapuk
(Hemiptera: Margarodidae) .............................................................
Lalat buah Bactrocera carambolae (Diptera: Tephritidae) .......
Kumbang Penggerek Buah (Coleoptera: Nitidulidae) .....................
Hama Lainnya ...............................................................................

47
53
58
60

Penyakit yang Ditemukan pada Tanaman Jambu Biji .............................
Antraknosa ....................................................................................
Kanker Buah Pestalotia dan Bercak Daun Kelabu .......................
Karat Merah ...................................................................................
Busuk Buah Botryodiplodia ..........................................................
Penyakit Layu ................................................................................
Embun Jelaga ................................................................................
Kanker Buah oleh Fungi Askomiset ..............................................
Bercak Merah .................................................................................
Kerusakan Fisik dan Mekanis ........................................................

70
72
76
78
81
82
83
85
85
85

Karakteristik Petani Di Kecamatan Rancabungur ....................................

87

Status Kepemilikan dan Luas Pengusahaan Lahan Jambu Biji Petani
Responden ...............................................................................................

87

Budidaya Tanaman Jambu Biji ................................................................
Bibit ................................................................................................
Pola Tanam ....................................................................................
Pengolahan Tanah dan Penanaman ...............................................
Perawatan Tanaman Jambu Biji pada Awal Penanaman ...............
Pemupukan ....................................................................................
Pengendalian Gulma .......................................................................
Penggunaan Mulsa ..........................................................................
Pemangkasan Tanaman .................................................................
Perempelan Daun dan Pengurutan Ranting ...................................
Penjarangan dan Pembungkusan Buah ..........................................
Permasalahan dalam Usahatani Jambu Biji ..................................
Panen dan Pemasaran .....................................................................

91
91
92
93
94
94
96
96
96
98
98
99
99

26
31
44

Pengelolaan Hama dan Penyakit ............................................................... 100

9
 

Halaman
Pengamatan Hama dan Penyakit .................................................... 100
Pengelolaan Hama dan Penyakit oleh Petani ................................. 101
KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 103
Kesimpulan ............................................................................................... 103
Saran .......................................................................................................... 104
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 105
LAMPIRAN ................................................................................................... 110

10
 

DAFTAR TABEL

No.

Halaman

1.

Penentuan nilai numerik tingkat serangan kutu putih dan kutukebul

21

2.

Penentuan nilai numerik tingkat serangan penyakit .........................

22

3.

Organisme pengganggu tanaman pada tanaman jambu biji di
Rancabungur dan Kampus IPB Darmaga, Bogor ...........................

27

Penyakit yang terdapat pada pertanaman jambu biji di
Rancabungur dan lahan kampus IPB Darmaga, Bogor ...................

71

Karakteristik petani jambu biji yang diwawancara di Kecamatan
Rancabungur, 2010 .........................................................................

88

Kepemilikan lahan dan luas pengusahaan lahan jambu biji oleh
petani responden ..............................................................................

89

7.

Asal bibit jambu biji petani di Rancabungur ...................................

91

8.

Penggunaan varietas jambu biji oleh petani di Rancabungur ..........

92

9.

Pola tanam yang dilakukan oleh petani jambu biji di Rancabungur

93

4.
5.
6.

10. Penggunaan pupuk anorganik oleh petani di Rancabungur .............

95

11. Pengendalian gulma yang dilakukan oleh petani responden ...........

96

12. Permasalahan usahatani jambu biji ..................................................

99

13. Produksi jambu biji petani responden di Rancabungur ...................

100

14. Penggunaan pestisida oleh petani responden ...................................

102

11
 

DAFTAR GAMBAR

No.
1.

Halaman
Pertanaman jambu biji di Desa Bantarjaya Kecamatan
Rancabungur: (A) lahan pertanaman jambu biji 1 tahun (lahan 1),
(B) lahan pertanaman jambu biji 2 tahun (lahan 1), dan (C) lahan
pertanaman jambu biji 5 tahun (lahan 3) ..........................................

25

Tingkat kerusakan tanaman jambu biji oleh serangan hama
menggigit-mengunyah pada ketiga lahan .........................................

32

Tingkat kerusakan tanaman jambu biji akibat serangan hama ulat
pucuk di lahan 1 dan 2 ......................................................................

33

Ulat pucuk dan gejala kerusakannya pada tanaman jambu biji: (A)
larva menggerek bunga, (B) larva menjelang berpupa, (C) pupa,
(D) pucuk dan daun muda dijalin, (E) daun dan ranting dijalin, (F)
daun muda dilipat dan berlubang-lubang, terdapat fras yang
melekat pada sutera, (G & H) permukaan buah terdapat bekas
gerigitan larva yang mengering .......................................................

34

5.

Populasi belalang Valanga spp. pada lahan 1 ...................................

35

6.

Belalang kayu Valanga nigricornis: (A) imago, (B) gejala gerigitan
pada daun .........................................................................................

36

Ulat penggulung daun: (A) larva, (B) pupa, (C) daun digulung,
larva dan pupa hidup di dalam gulungan daun ................................

36

8.

Populasi ulat penggulung daun pada lahan 1 ....................................

37

9.

Berbagai spesies ulat kantung pada tanaman jambu biji: (A) P.
hekmeyeri, (B) P. pendula, (C) ulat kantung spesies 1, (D) ulat
kantung spesies 2, (E) ulat kantung spesies 3, (F) ulat kantung
spesies 4 (G) ulat kantung spesies 5, (H) ulat kantung spesies 6 ....

38

10. Trabala sp.: (A) kelompok telur, (B) pupa, (C) larva, dan (D)
gejala gerigitan pada daun jambu biji ...............................................

42

11. Imago Attacus atlas di pertanaman jambu biji ...............................

42

12. Ulat api: (A) spesies 1 dengan gejala window panning pada daun
tua jambu biji, (B) larva ulat api spesies 2 .......................................

43

13. Kumbang moncong: (A) imago, (B) daun berlubang-lubang
disisakan tulang daunnya ................................................................

43

14. Kutukebul A. dispersus: (A) pupa dan imago, (B) preparat pupa,
(C) koloni pada permukaan bawah daun tua jambu biji,
menyebabkan (D) embun jelaga pada permukaan atas daun ...........

44

15. Intensitas serangan kutukebul pada tanaman jambu biji di lahan 2 ..

45

2.
3.
4.

7.

12
 

Halaman
16. Kutukebul Aleuroclava: (A) kutukebul menyebar pada permukaan
bawah daun tua jambu biji, (B) pupa dan kantung pupa, (C)
kantung pupa Aleuroclava sp. 1, (D) preparat kantung pupa
Aleuroclava sp. 1, (E) pupa Aleuroclava sp. 2, (F) preparat pupa
Aleuroclava sp. 2 ..............................................................................

46

17. Intensitas serangan kutu putih pada tanaman jambu biji di lahan 2

47

18. Kutu putih (1. spesimen hidup dan 2. preparat): (A) F. virgata dan
(B) P. minor .....................................................................................

48

19. Kutu putih (1. spesimen hidup dan 2. preparat): (A) R. spinosus
dan (B) R. invadens ..........................................................................

49

20. Kutu putih (1. spesimen hidup dan 2. preparat): (A) R. jabadiu dan
(B) M. hirsutus .................................................................................

50

21. Spesimen hidup (1) dan preparat (2): (A) kutu putih P. marginatus
dan (B) kutukapuk I. seychellarum ..................................................

51

22. Kolonisasi dan gejala kutu putih pada tanaman jambu biji: (A) F.
virgata, (B) R. jabadiu, (C) P.marginatus, (D) P. minor pada
bunga berasosiasi dengan semut, (B) M. hirsutus pada ranting dan
permukaan bawah daun menyebabkan embun jelaga, (C) gugur
buah, (D) nekrotik pada permukaan buah muda, (E) permukaan dan
warna buah tidak merata pada buah matang, (F) buah pecah dan
terdapat embun jelaga pada kolonisasi kutu putih ..........................

54

23. Musuh alami kutu putih yang ditemukan di lapang: (A) imago R.
invadens yang terparasit, (B) predator R. invadens, (C) laba-laba
predator F. virgata, (D) predator P. marginatus, (E) Cryptolaemus
sp., (F) predator kutu putih ..............................................................

55

24. Lalat buah B. carambolae: (A) imago betina, (B) imago
menusukkan ovipositornya pada buah muda, (C) gejala tusukan
disertai nekrosis dan busuk pada jambu biji kristal, D) bagian
dalam membusuk berwarna coklat, berbau busuk, (E) buah jambu
biji dibungkus menggunakan plastik dan kertas koran ...................

56

25. Kumbang penggerek buah pada tanaman jambu biji: (A) imago C.
dimidiatus, (B) imago Carpophilus sp. 1, (C) imago Brachypeplus
sp., (D) buah pecah, (E) buah keras, kisut, dan berwarna hitam
(bagian permukaan luar terinfeksi cendawan parasit lemah) ...........

59

26. Gejala ulat penggerek buah: (A) buah muda gugur, (B) gejala
lubang gerekan pada buah, (C) kotoran larva ulat penggerek yang
menutupi lubang gerekan, (D) bekas gerekan yang mengering pada
bagian dalam buah, (E) larva hidup di dalam buah ........................

61

27. Gejala serangan Helopeltis sp.: (A) pucuk keriting dan mengering,
(B) bercak bekas tusukan pada buah, (C) buah kecil mengering
pada serangan berat ..........................................................................

61

13
 

Halaman
28. Ulat penggerek batang: (A) larva membuat terowongan dalam
cabang dan hidup di dalamnya, (B) pucuk mati, daun layu ............

62

29. Anoplocnemis phasiana: (A) nimfa, (B) imago menghisap cairan
ranting pucuk dekat pangkal daun, (C) bercak hitam bekas tusukan
pada bunga .......................................................................................

63

30. Mictis longicornis: (A) imago, (B) imago menghisap cairan ranting
pucuk menyebabkan daun nekrotik ................................................

63

31. Imago Physomeris grossipes ...........................................................

63

32. Pycanum alternatum (Hemiptera: Tessaratomidae): (A) imago
menghisap cairan ranting pucuk tanaman, (B) gejala mati pucuk
pada jambu biji ................................................................................

64

33. Tessaratoma javanica: (A) nimfa, (B) ujung daun tanaman
mengering .......................................................................................

64

34. Tungau laba-laba merah dan tungau kumbang: (A & B) imago
tungau laba-laba merah, (C) daun tampak pucat dan menguning,
(D) tungau kumbang, (E) lekukan pada buah bekas aktivitas makan
tungau .............................................................................................

66

35. Kutu perisai A. destructor: (A) imago betina, (B) preparat, (C)
koloni pada permukaan bawah daun tua, (D) gejala klorotik tampak
dari permukaan atas daun; Kutu perisai spesies 1: (E & F) koloni
pada permukaan bawah daun tua dekat tulang daun ........................

68

36. Kututempurung: (A) spesimen hidup imago C. viridis, (B) preparat
C. viridis, (C) kututempurung hitam pada tulang daun permukaan
bawah daun tua ................................................................................

69

37. Kutudaun Aphis gossypii dan predatornya: (A) imago betina, (B)
preparat, (C) koloni kutudaun pada daun muda jambu biji, (D)
larva Coccinellidae memangsa nimfa kutudaun, (E) imago
kumbang Coccinellidae ..................................................................

69

38. Gejala oleh semut (Hymenoptera: Formicidae) dan vertebrata: (A)
semut yang berasosiasi dengan kutu putih, (B) semut membuat
sarang pada buah jambu biji matang, (C) bekas gerigitan vertebrata
hama .................................................................................................

70

39. Intensitas penyakit antraknosa pada tamnaman jambu biji di lahan
dan 2 .................................................................................................

73

40. Gejala dan penyebab penyakit antraknosa pada tanaman jambu biji:
(A) mati pucuk, (B) bercak nekrotik pada daun muda, (C) bercak
nekrotik yang meluas pada buah muda, (D) kanker buah
(mumifikasi) pada buah muda, cendawan menginfeksi buah muda
sampai ke bagian dalam buah, (E & F) gejala busuk buah pada
buah matang di pertanaman, (G) bercak nekrotik cekung pada buah
di penyimpanan, (H) Cendawan Gloeosporium sp. (1. konidiofor

14
 

Halaman
dan konidia; 2. konidia), (I) Cendawan Colletotrichum sp. dari
buah matang (1. Bagian dari aservulus; 2. konidia) .......................

75

41. Intensitas penyakit bercak daun kelabu pada tanaman jambu biji di
lahan 1 dan 2 ....................................................................................

76

42. Gejala dan penyebab penyakit bercak kelabu dan kanker buah
Pestalotia: (A) bercak kelabu pada daun tua, (B) mati ujung, (C)
kanker buah pada buah kecil yang terkena gerekan serangga, (D)
konidia Pestalotia sp. ......................................................................

77

43. Intensitas penyakit karat merah pada tanaman jambu biji 4,5 tahun
(lahan 3) ..........................................................................................

79

44. Gejala dan penyebab penyakit karat merah (Cephaleuros spp.): (A)
gejala awal 1 berupa bercak coklat kecil atau menyatu, (B) gejala
awal 2 berupa bercak kehitaman pada daun muda, (C) buah mati
karena jaringan pengangkut mati, (D) talus terbentuk pada bercak,
seperti beludru berwarna oranye, (D) sporangium Cephaleuros sp.

80

45. Alga yang berasosiasi dengan Cephaleuros sp.: (A) bercak kelabu
seperti kerak pada permukaan atas daun jambu biji tua, (B) struktur
mikroskopik .....................................................................................

80

46. Gejala dan patogen penyebab busuk buah kering Botryodiplodia:
(A) buah muda kering seperti gejala kanker, (B) konidia
Botryodiplodia sp. ............................................................................

84

47. Gejala dan penyebab penyakit layu pada tanaman jambu biji: (A)
tunas pinggir tanaman layu dan mengering, (B) konidia Fusarium
sp. .....................................................................................................

84

48. Gejala dan penyebab penyakit embun jelaga: (A) embun jelaga
hitam menutupi permukaan daun dan buah, (B)
konidia
Triposporium sp. ..............................................................................

84

49. Gejala dan penyebab kanker buah oleh fungi askomiset: (A) buah
kecil mengering dan ditumbuhi fungi askomiset pada
permukaannya, (B) struktur mikroskopik ........................................

86

50. Gejala bercak merah pada daun muda jambu biji ...........................

86

51. Gejala kerusakan fisik mekanis pada buah jambu biji: (A) buah
jambu biji hitam terbakar matahari, (B) buah memar ......................

86

15
 

DAFTAR LAMPIRAN

No.

Halaman

1.

Data curah hujan harian pada bulan Maret-Mei 2010 .......................

110

2.

Luas serangan hama dan tingkat kerusakan tanaman/intensitas
serangan di tiga lahan pertanaman jambu biji di Rancabungur pada
bulan Maret-Mei 2010 ...................................................................

111

Populasi belalang dan ulat penggulung daun di tiga lahan
pertanaman jambu biji di Rancabungur pada bulan Maret-Mei 2010

112

3.

4. Kejadian penyakit dan intensitas beberapa penyakit di tiga lahan
pertanaman jambu biji di Rancabungur pada bulan Maret-Mei 2010

113

1
 

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Jambu biji (Psidium guajava L.) saat ini merupakan salah satu buah-buahan
tropis yang cukup populer. Rasa dan aroma jambu biji yang enak, serta kandungan
vitamin C yang tinggi menyebabkan buah ini digemari oleh masyarakat
(Sujiprihati 1985).
Pemanfaatan buah jambu biji bisa dalam bentuk konsumsi buah segar atau
dalam bentuk produk olahan seperti jus, eskrim, jeli, pasta atau selai (Gould dan
Raga 2002), gumdrop, nektar, dan dodol (Rismunandar 1989). Di Brazil, suatu
pasta berbahan baku jambu biji dikenal dengan nama goiabada, dibuat dan dijual
secara luas. Produk yang sama dibuat di India Barat dan Filipina, dengan sebutan
pasta jambu biji atau keju jambu biji (Popenoe 1974; Soetopo 1992). Di Indonesia
jambu biji diolah menjadi manisan yang merupakan salah satu oleh-oleh khas dari
Medan (Kompas 2009), bubur buah (Kompas 2010), dan sari buah atau jus jambu
biji di dalam kemasan. Selain buahnya daun jambu biji telah lama dikenal oleh
masyarakat Indonesia sebagai obat diare (Soetopo 1992; Ashari 2006).
Jambu biji, dengan keunggulan dan manfaatnya yang banyak, merupakan
salah satu komoditas buah-buahan penting dalam perdagangan internasional.
Negara-negara yang merupakan negara penghasil jambu biji terbesar antara lain
India, Brazil, dan Meksiko (Lim & Manicom 2003; Panhwar 2005). Beberapa
negara penghasil jambu biji lainnya yaitu Afrika Selatan, Kolumbia, Republik
Dominika, Haiti, Kuba, Venezuela, Filipina, Selandia Baru, Australia, Peru,
Hawai, Cina, Malaysia, Florida dan Kalifornia (Amerika Serikat), Zimbabwe,
Kenya, Pakistan (Panhwar 2005), dan Jepang (Soedarya 2010).
Di Indonesia pada awalnya jambu biji ditanam sebagai tanaman pekarangan
atau pembatas kebun saja sehingga tidak perlu mendapat banyak perhatian. Hanya
di Pasar Minggu (Jakarta) jambu biji ditanam secara komersial. Pada tahun 1970an mulai banyak ditanam jambu biji yang buahnya besar-besar, terkenal dengan
sebutan “jambu Bangkok” (Semangun 1994). Tahun 1979 PT Kebun Mas Indah

2
 

di Klari, Kabupaten Karawang telah membuka perkebunan jambu biji Bangkok
seluas 41 hektar (Sujiprihati 1985). Selain jambu biji Bangkok, jambu biji merah
juga banyak dikembangkan oleh masyarakat Indonesia karena banyaknya
permintaan terutama saat terjadi wabah demam berdarah (Parimin 2007).
Produksi total jambu biji di Jawa pada tahun 1981 dan 1982 diperkirakan
mencapai 56.000 ton (Soetopo 1992). Data produksi tahun 1997 produksi jambu
biji nasional mencapai 160.469 ton, kemudian tahun 1998 dan 1999 mengalami
penurunan dari tahun sebelumnya dan mengalami peningkatan lagi pada tahun
2000-2003. Tahun 2005 jambu biji merupakan salah satu buah dengan volume
ekpor tertinggi selain mangga dan manggis (Ditjen Hortikultura 2009). Tahun
2009, total produksi 220.202 ton; meningkat dari tahun sebelumnya yaitu 212.260
ton (BPS 2009b).
Salah satu sentra penanaman jambu biji di Indonesia adalah Jawa Barat.
Pada tahun 2009 Jawa Barat merupakan provinsi penghasil buah jambu biji
terbanyak yaitu 70.997 ton; 32,24% dari produksi nasional. Provinsi lain yang
merupakan penghasil jambu biji terbanyak pada tahun 2009 adalah Sumatera
Utara, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat (BPS 2009c). Bogor
merupakan salah satu sentra pertanaman jambu biji di Jawa Barat selain Cianjur,
Sukabumi, Bandung dan lainnya. Pada tahun 2007 Kabupaten dan kota Bogor
merupakan penghasil jambu biji terbanyak di Jawa Barat yaitu 14.375,5 ton
(8,3947 % dari seluruh produksi jambu biji Provinsi Jawa Barat) (BPS 2009a).
Beberapa wilayah penghasil jambu biji di Kabupaten Bogor antara lain
Kecamatan Sukaraja (Cilebut), Rancabungur, Bojong Gede, Cibinong, dan
Cigudeg. Produksi jambu biji di Rancabungur dari tahun 2006-2008 mengalami
peningkatan yaitu secara berturut-turut 7 ton, 74,4 ton, dan 1.325 ton (Monografi
Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor 2009 dalam Sumardi 2009).
Dalam usahatani secara komersial, hama dan penyakit merupakan salah
satu faktor pembatas yang dapat menyebabkan kerugian secara ekonomi karena
dapat menyebabkan kehilangan hasil. Beberapa hama tanaman jambu biji yang
telah dilaporkan di Indonesia antara lain lalat buah yang merupakan hama penting
pada tanaman jambu biji (Ashari 2006), ulat kantung (Suparno 2004; Pravitasari
2009), dan kutukebul (Maramis 1991). Penyakit yang telah dilaporkan menyerang

3
 

tanaman jambu biji di Indonesia antara lain penyakit antraknosa dan kanker buah
Pestalotiopsis (Semangun 1994). Informasi mengenai hama dan penyakit tanaman
jambu biji yang lebih lengkap dan terperinci diperlukan karena dengan adanya
penanaman jambu biji secara monokultur dan adanya penambahan luas area
pertanaman jambu biji dapat berpotensi menyebabkan adanya masalah hama dan
penyakit baru atau peningkatan masalah hama dan penyakit yang telah ada (Pena
1986), karena tersedianya bahan makanan atau inang bagi hama dan penyakit
yang dapat berasosiasi dengan tanaman jambu biji.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengamati jenis, intensitas dan luas serangan hama
dan penyakit tanaman jambu biji, mengidentifikasi hama dan patogen
penyebabnya serta mengetahui teknik budidaya jambu biji di Kecamatan
Rancabungur dan kampus IPB Darmaga Bogor.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai jenis hama
dan penyakit jambu biji yang terdapat di Kecamatan Rancabungur dan kampus
IPB Darmaga Bogor.

4
 

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Jambu Biji
Sejarah
Dalam perdagangan internasional jambu biji (Psidium guajava L.) disebut
apple guava (Foragri 2011). Tanaman jambu biji merupakan tanaman asli dari
Amerika tropis, menurut de Candolle diperkirakan berasal dari wilayah antara
Meksiko (Amerika Tengah) dan Peru (Amerika Selatan) (Popenoe 1974; Soetopo
1992). Tanaman ini disebarkan ke Filipina oleh pelaut Spanyol, dan oleh bangsa
Portugis jambu biji diintroduksi dari Barat ke India (Soetopo 1992; Ashari 2006).
Sekarang tanaman ini sudah menyebar luas ke seluruh dunia, terutama di daerah
tropis. Diperkirakan terdapat sekitar 150 spesies Psidium yang menyebar ke
daerah tropis dan berhawa sejuk (Ashari 2006).
Botani dan Morfologi Jambu Biji
Tanaman jambu biji merupakan salah satu spesies dari famili Myrtaceae.
Jambu biji yang berbentuk bulat dan berbentuk buah pir dahulu dianggap sebagai
spesies terpisah; P. pomiferum L. dan P. pyriferum L., tetapi sekarang hal tersebut
dianggap sebagai variasi saja (Morton 1987). Secara taksonomi jambu biji dapat
diklasifikasikan sebagai berikut (Soedarya 2010):
Kingdom : Plantae
Divisi

: Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae
Kelas

: Dicotyledonae

Ordo

: Myrtales

Famili

: Myrtaceae

Genus

: Psidium

Spesies

: Psidium guajava L.

Jambu biji merupakan tanaman semak atau perdu, tingginya dapat mencapai
9 m (Nakasone & Paull 1999). Batang muda berbentuk segiempat (Popenoe
1974), berwarna hijau atau merah muda, dengan rambut berwarna keabu-abuan

5
 

(Rismunandar 1989). Batang tua bulat dan keras, kulit batang licin berwarna
coklat kemerahan dengan lapisan yang tipis dan mudah terkelupas jika sudah
mengering. Bila kulitnya dikelupas akan terlihat bagian dalam batangnya
berwarna hijau dan berair.
Tanaman jambu biji memiliki kanopi yang pendek, percabangannya bebas
dari bawah ke atas, sering tumbuh tunas liar di dekat pangkal batang. Tunas
tersebut dapat digunakan sebagai bahan tanam atau bibit. Pertumbuhan tunas
tanaman jambu biji bersifat indeterminan, dan batang/cabang jambu biji dapat
tumbuh terus memanjang yang kadang-kadang dapat menekan pertumbuhan tunas
lateral (Ashari 2006).
Daun jambu biji mengeluarkan aroma jika diremas, berwarna hijau,
mempunyai daun tunggal dan bertangkai pendek. Kedudukan daunnya dapat
bersilangan, letak daunnya berhadapan dan bertulang daun menyirip. Bentuk
daunnya bulat atau bulat telur dengan pinggiran rata melingkar dan ujung
meruncing. Menurut Rismunandar (1989) ada korelasi antara bentuk daun dengan
bentuk buahnya jambu biji yang berdaun kecil-kecil buahnya pun kecil (jambu
kerikil). Jika bentuk daunnya bulat, buahnya pun bulat. Pohon yang daunnya
memanjang dan agak lancip ujungnya, buahnya berbentuk buah pir.
Bunga jambu biji berwarna putih, berbau agak wangi, tumbuh di ketiak
daun atau pada pucuk ranting, tunggal atau dalam kelompok kecil (Morton 1987).
Bunga merupakan bunga sempurna yaitu benang sari (sekitar 250 helai) dan putik
terdapat pada satu bunga. Mahkota bunga jumlahnya 4-5 (Morton 1987), menurut
Sujiprihati (1985) mahkota bunga jambu biji Bangkok berjumlah 4-10 helai,
dengan bentuk daun mahkota bulat telur. Bunga akan mekar penuh pada pagi hari.
Waktu yang diperlukan dari kuncup hingga mekar penuh antara 14-29 hari
(Sujiprihati 1985). Penyerbukan bunga tanaman jambu biji bersifat menyerbuk
sendiri maupun menyerbuk silang (Nakasone & Paull 1999), berlangsung dengan
sendirinya atau dibantu oleh faktor luar yaitu angin, serangga, dan manusia
(Rismunandar 1989).
Buah jambu biji memiliki variasi yang besar baik dalam ukuran buah,
bentuk buah, maupun warnanya (Panhwar 2005). Buah berdompolan, bentuknya
globose, bulat telur, lonjong atau berbentuk buah pir, dengan ukuran beragam

6
 

diameter sekitar 2,5-10 cm (Nakasone & Paull 1999) bergantung pada sifat
bawaan, umur pohon, kesuburan tanah, dan ketersediaan air (Rismunandar 1989).
Kulit buahnya halus atau tidak rata, berwarna hijau tua ketika masih muda
dan berubah menjadi hijau sampai hijau kekuning-kuningan setelah masak.
Daging buahnya berwarna putih, kuning, pink atau merah dengan sel-sel batu
sehingga bertekstur kasar, berasa asam sampai manis, dan beraroma “musky”
ketika masak (Soetopo 1992). Daging dalamnya bertekstur lunak, dan berwarna
lebih gelap dan berasa lebih manis dibanding daging luarnya, secara normal
dipenuhi biji-biji yang keras berwarna kuning (Morton 1987), sekitar 1-2%
(Panhwar 2005). Ada korelasi antara ukuran buah dengan jumlah biji yang
dikandungnya, kisaran biji pada jambu biji Bangkok yaitu 150-750 biji
(Sujiprihati 1989). Biji jambu biji dapat bertahan lama (± 12 bulan) dalam
penyimpanan pada kondisi suhu rendah (8 °C) dalam kelembaban rendah
(Soetopo 1992; Ashari 2006). Buah jambu biji matang 90 sampai 150 hari setelah
pembungaan (Morton 1987), menurut Nakasone & Paull (1999) buah jambu biji
matang 120-220 hari setelah pembungaan bergantung pada temperatur selama
perkembangan buah. Periode pematangan buah buah setelah antesis juga
bervariasi pada setiap varietas. Jambu biji Bangkok memerlukan waktu 5-6 bulan
sejak antesis sampai buah dapat dipanen (Sujiprihati 1985).
Cara Perkembangbiakan Jambu Biji
Tanaman jambu biji dapat diperbanyak secara generatif melalui biji, atau
vegetatif antara lain cangkokan, okulasi, stek akar (Rismunandar 1989), stek
batang, dan perempelan mata tunas. Di India perbanyakan dengan kultur jaringan
telah dilakukan dan 70% berhasil di pertanaman (Soetopo 1992). Cara
perbanyakan

dengan

biji

akan

menyebabkan

bermacam-macam

variasi

(segregasi). Sedangkan perbanyakan dengan cara vegetatif dapat digunakan untuk
mempertahankan sifat induknya (Sujiprihati 1985), dan dapat menghasilkan buah
relatif lebih cepat dibandingkan penanaman melalui biji.

7
 

Varietas Jambu Biji
Koleksi plasma nutfah jambu biji banyak terdapat di Indonesia. Varietas
jambu biji yang tersebar di beberapa negara terdapat lebih dari 97 varietas
(Soedarya 2010). Beberapa jenis atau varietas jambu biji yang banyak dikenal
masyarakat antara lain jambu biji kecil, jambu biji bangkok, jambu biji variegata,
jambu biji australia, jambu biji brasil, jambu biji susu, jambu biji bangkok epal
(Soedarya 2010; Agromedia 2009), jambu biji sukun, jambu biji pasar minggu,
jambu biji merah getas, jambu biji sari, dan jambu biji palembang (Agromedia
2009).
Jambu Biji Bangkok. Jambu biji Bangkok adalah tanaman jambu biji yang
diintroduksi dari Vietnam disebut Giant Guava. Keunggulan dari jambu biji dari
Vietnam tersebut terletak pada ukuran buahnya yang lebih besar daripada jambu
biji lokal, disamping itu berumur genjah dan rendah/kerdil kanopinya (Ashari
2006). Bentuk buahnya bulat atau bulat panjang seperti buah alpukat dan beralur
dangkal menyerupai bentuk buah belimbing. Permukaan buah tidak rata, warna
kulit buah hijau ketika muda dan akan menjadi hijau kekuningan setelah buah
masak. Daging buahnya keras dan renyah, berwarna putih dengan ketebalan
antara 2,5-3,5 cm. Bijinya relatif sedikit dibandingkan biji pada jambu biji biasa
(Sujiprihati 1985). Bobot buah sekitar 500-1200 g/buah.
Jambu Biji Merah.

Jambu biji merah buahnya berbentuk bulat dan

terdapat moncong di pangkalnya. Permukaan kulit buah tidak merata, berwarna
hijau tua ketika muda dan setelah matang berubah menjadi hijau kekuningan
sampai kuning. Daging buah cukup tebal, dengan banyak biji pada bagian pulpnya dan berasa manis (Soedarya 2010).
Jambu Biji Merah Getas. Jambu biji merah getas merupakan hasil temuan
Lembaga Penelitian Getas, Salatiga, Jawa Tengah pada tahun 1980-an. Jambu biji
ini merupakan hasil persilangan antara jambu biji bangkok yang berbuah besar
dengan jambu biji pasar minggu yang berdaging merah. Jambu biji merah getas
memiliki daging buah berwarna merah cerah, tebal, berasa manis, beraroma
harum dan segar. Kulit buahnya berwarna hijau tua jika masih muda dan menjadi

8
 

hijau kekuningan setelah masak. Ukuran buahnya sekitar 400 g/buah. Daunnya
berwarna hijau tua, dengan panjang sekitar 6-24 cm (Parimin 2007).
Syarat Tumbuh
Tanaman jambu biji dapat tumbuh di berbagai tempat dan kapan saja
(Rismunandar 1989), tumbuh baik pada dataran menengah (Utami 2008).
Tanaman jambu biji dapat tumbuh pada hampir semua jenis tanah; lempung,
berat, kapur, rawa, agak berpasir, tanah berkerikil di dekat aliran sungai maupun
pada tanah kapur (Utami 2008). Tanaman jambu biji juga sangat toleran terhadap
kondisi cekaman lingkungan, misalnya kekeringan, lahan berbatu, pH rendah, dan
sebagainya. Di daerah tropis jambu tumbuh di dataran rendah hingga ketinggian
1500 m dpl. Tanaman jambu biji dapat tumbuh pada temperatur 15 sampai 45 °C,
tanaman jambu biji yang masih kecil dapat mati pada suhu -2,78 sampai -2,22 °C.
Hasil terbaik diperoleh pada suhu 23-28 °C dengan curah hujan 1.000-2.000
mm/tahun. Rasa buah jambu biji pada musim hujan kurang manis dibandingkan
dengan buah hasil panen pada musim kemarau. Tampaknya hal ini disebabkan
pengaruh intensitas sinar matahari, karena tanaman jambu biji menyukai sinar
matahari penuh tanpa naungan. Tanaman jambu biji termasuk tipe C3 (Nakasone
& Paull 1999), lama penyinaran optimum yang dibutuhkan adalah 15 jam per hari
(Nakasone & Paull 1999; Utami 2008). Tanaman jambu cukup toleran terhadap
kisaran pH 4,2-8,2 serta terhadap salinitas. Pada tanah yang kurang subur pun,
misalnya berbatu-batu, masih mampu tumbuh, sekalipun hasilnya akan berkurang
(Ashari 2006).
Kandungan dan Manfaat Jambu Biji
Setiap 100 gram daging buah jambu biji mengandung air sebanyak 83,3 g,
protein 1 g, lemak 0,4 g, pati 6,8 g, serat 3,8 g, abu 0,7 g, dan vitamin C 337 mg.
Kandungan energi untuk setiap 100 g sebesar 150-210 kJ. Kandungan vitamin C
bervariasi antara 10-2.000 mg/100 g buah, bergantung pada kultivar, tingkat
kematangan buah serta kondisi lingkungan setempat (Ashari 2006; Soetopo 1992).
Proporsi kandungan vitamin C di dalam kulit luar, daging luar dan daging dalam
berbanding: 12 : 5 : 1. Kandungan vitamin C pada jambu biji berdaging buah

9
 

putih relatif lebih tinggi daripada yang berdaging merah. Berdasarkan analisis
yang dilakukan Sujiprihati (1985) terhadap kandungan vitamin C jambu biji
Bangkok mengandung 100-200 mg/100 g bagian contoh. Jambu biji mengandung
antioksidan primer yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan jeruk, nanas,
pisang, buah naga, belimbing, sarikaya, dan jambu air (Yan et al. 2006).
Buah jambu biji selain dikonsumsi segar sebagai pencuci mulut atau salad,
dapat juga dijadikan produk olahan seperti asinan, permen, jeli, selai, marmalad
(Brasil goiabada), jus, sari buah (Soedarya 2010), nektar, setup, bubur buah
(Rismunandar 1989), eskrim, buah kalengan, sirup, pie, kue, puding, saus, sup
buah, dan produk lain (Morton 1987). Tepung jambu biji banyak mengandung
vitamin C dan pektin (Soetopo 1992).
Selain itu kandungan beberapa senyawa dalam tanaman jambu biji terutama
dalam daunnya seperti tanin, fenol, triterpen, minyak atsiri (eugenol), zat samak,
damar, asam malat, asam lemak, dan asam apfel (Dalimartha 2005), jambu biji
memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai obat herbal. Beberapa penggunaan
daun jambu biji yaitu sebagai antidiare, menurunkan glukosa darah, obat demam
berdarah, obat batuk, obat luka, sariawan, dan sebagainya (Agromedia 2008).
Ekstrak etanol daun jambu biji putih dan merah mampu menghambat
pertumbuhan bakteri penyebab diare (Escherichia coli,

Shigella dysenteriae,

Shigella flexneri, dan Salmonella typhi) pada konsentrasi tertentu (Adnyana et al.
2004). Selain obat diare, daun jambu biji yang mengandung senyawa tanin dan
flavonoid juga memiliki potensi sebagai obat demam berdarah (Balitbu 2008).
Kayu tanaman jambu biji yang keras dan liat dapat dijadikan bahan yang
baik untuk dijadikan gagang palu, pahat, kapak dan sebagainya (Rismunandar
1989). Di Malaysia, daun jambu biji digunakan sebagai bahan pewarna sutera
(Ashari 2006).
Hama Tanaman Jambu Biji
Hama yang telah dilaporkan terdapat pada tanaman jambu biji di berbagai
negara antara lain lalat buah, kutukebul, kutu putih, kutu perisai, kutudaun,
kututempurung, Helopeltis sp., kumbang penggerek, larva berbagai spesies dari
ordo Lepidoptera, belalang, rayap, dan tungau.

10
 

Hama yang merupakan hama utama pada pertanaman jambu biji di berbagai
negara adalah lalat buah (Gould & Raga 2002). Hama lain merupakan hama
sekunder, pada populasi rendah tidak menimbulkan kerugian ekonomi yang nyata.
Namun jika populasi melimpah pada suatu lokasi pertanaman atau keberadaannya
berasosiasi dengan organisme pengganggu tanaman lain, hama tersebut menjadi
penting.
Kerusakan yang diakibatkan hama dapat berupa kerusakan langsung dan
tidak langsung. Pada kerusakan tidak langsung hama dapat berperan sebagai
vektor atau penyebab infeksi penyakit akibat pelukaan pada tanaman akibat
aktifitas makan dan hidupnya.
Lalat Buah (Diptera: Tephritidae)
Lalat buah merupakan hama utama pada jambu biji di berbagai negara
penghasil jambu biji. Hama ini tidak hanya menyerang jambu biji, tetapi juga
merupakan hama dari berbagai komoditas pertanian lain. Spesies lalat buah yang
tercatat saat ini mencapai 4000 spesies yang memiliki preferensi serangan pada
bagian tanaman yang berbeda (Meritt et al. 2003). Beberapa spesies menyerang
buah antara lain dari genus Ceratitis dan Ragholetis, seed-head predators
(Euaresta, Trupanea, Tephritis), gallmakers (Eurosta), atau pengorok daun seperti
lalat buah dari genus Euleia (Meritt et al. 2003).
Lalat buah yang menyerang jambu biji termasuk ke dalam lalat buah yang
menyerang buah. Larva dari lalat buah ini merusak buah dari tanaman inang, dan
menyebabkan buah menjadi busuk dengan lebih cepat. Tanaman inang lalat buah
terdiri dari famili Compositae atau pada buah yang berdaging (Meritt et al. 2003).
Lalat buah betina meletakkan telur pada jaringan buah dengan menusukkan
ovipositornya ke dalam daging buah. Bekas tusukan tersebut berupa noda/titik
kecil berwarna hitam yang tidak terlalu jelas. Noda-noda kecil bekas tusukan
ovipositor ini merupakan gejala awal serangan lalat buah. Di sekitar bekas
tusukan akan muncul nekrosis. Telur akan menetas dalam beberapa hari, larva
membuat lubang dan makan dari bagian dalam buah selama 7-10 hari bergantung
pada suhu. Pada masa perkembangannya, khususnya jika populasinya tinggi larva
akan masuk sampai ke bagian dalam (pulp) buah jambu biji (Gould & Raga

11
 

2002). Buah yang terserang larva lalat buah akan cepat membusuk dan gugur
sebelum matang. Buah yang gugur ini akan menjadi sumber infestasi lalat buah
generasi berikutnya karena larva akan berkembang menjadi pupa di tanah dan
kemudian berkembang menjadi imago (Ginting 2009).
Ginting (2009) melaporkan terdapat 14 jenis lalat buah yang ditemukan di
Jakarta, Depok, dan Bogor. Lalat buah yang dilaporkan dalam penelitian Ginting
(2009) antara lain Bactrocera carambolae dan B . papayae yang diketahui sebagai
inang dari jambu biji. Kedua spesies ini merupakan spesies paling melimpah di
lokasi penelitian dibandingkan 12 spesies lalat buah lainnya yang ditemukan, hal
ini disebabkan tanaman inang kedua spesies ini sangat beragam dan hampir selalu
tersedia.
Pengelolaan terhadap serangan lalat buah yaitu dengan menggunakan
pestisida berbahan aktif karbamat, pyretroid sintetik, dan organofosfat secara
berjadwal untuk mencegah meningkatnya populasi lalat buah (Gould & Raga
2002), membungkus buah jambu biji dengan plastik saat buah masih kecil (Utami
2008), menggunakan kombinasi atraktan metil eugenol dari ekstrak tanaman
selasih ungu dengan perangkap (Tamim 2009), membuang buah-buah yang
terserang dan menguburnya agar tidak menjadi sumber infestasi (Ginting 2009).
Ulat Kantung (Lepidoptera: Psychidae)
Ulat kantung (bagworm) adalah sebutan untuk larva dari famili Psychidae,
Lepidoptera. Pravitasari (2009) menemukan 7 spesies ulat kantung yang terdapat
pada jambu biji pada 3 kecamatan (Leuwisadeng, Dramaga, dan Sukaraja) di
Kabupaten Bogor. Ulat kantung yang teridentifikasi yaitu spesies 4 (Pteroma
pendula) dan spesies 6 (Pagodiella hekmeyeri). Kelima spesies yang lainnya
belum dapat diidentifikasi sampai dengan spesies.
Ulat-ulat kantung ini membuat kantung dari parti