Strategi Kampanye Pengelolaan Taman Nasional Gunung Merbabu.

1

STRATEGI KAMPANYE PENGELOLAAN TAMAN
NASIONAL GUNUNG MERBABU

BUDI SANTOSO

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

2

3

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ”Strategi Kampanye Pengelolaan
Taman Nasional Gunung Merbabu” adalah karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan

tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor

Bogor,

Juli 2013

Budi Santoso
NIM 110111

* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerjasama yang terkait

4

RINGKASAN
BUDI SANTOSO. Strategi Kampanye Pengelolaan Taman Nasional Gunung

Merbabu.
Dibimbing Oleh HARIADI KARTODIHARDJO dan TONNY
RAHMAT SOEHARTONO.
Taman Nasional Gunung Merbabu (TNGMb) yang ditunjuk sebagai taman
nasional pada 2004. Proses penunjukkannya mengalami penolakan oleh
masyarakat.
Prastudi yang dilakukan menunjukkan terbentuknya kolektif
perasaan tidak aman tentang keberlanjutan kehidupan masyarakat, perasaan
tertekan kurang dihargai karena tidak diajak bicara dalam proses perencanaan
pembentukan taman nasional. Hal tersebut dapat menimbulkan kurangnya
dukungan pada pengelolaan kawasan konservasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kegiatan kampanye
pengelolaan TNGMb selama 5 tahun terakhir terhadap pengetahuan, sikap dan
perilaku masyarakat sekitar TNGMb serta preferensi masyarakat terhadap sumber
informasi yang penting bagi penentuan kebijakan dan strategi kampanye
pengelolaan TNGMb. Data pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat serta
preferensi masyarakat terhadap sumber informasi dikumpulkan melalui survey
secara purposive pada 2 kelompok masyarakat di 28 desa penyangga TNGMb.
Kelompok I (96 responden) merupakan kelompok masyarakat yang telah
mengikuti berbagai kegiatan kampanye TNGMb dan kelompok II (99 responden)

merupakan masyarakat yang belum/tidak mengikuti kegiatan kampanye TNGMb.
Hasil penelitian menunjukkan terjadinya perubahan pengetahuan dan sikap
responden terhadap TNGMb pada responden kelompok I. Proses sosial
menyebabkan sebagian responden kelompok II meningkat pengetahuan serta
sikapnya terhadap TNGMb meski pada sikap masih terdapat sebagian kecil
responden yang masih kurang peduli dengan adanya peraturan hukum yang
berlaku, tidak nyaman dengan danya TNGMb, tidak setuju pembatasan akses
masuk ke TNGMb dan menganggap TNGMb tidak bermanfaat serta ada sebagian
besar responden kelompok I dan seluruh responden kelompok II belum
melakukan apapun untuk konservasi TNGMb.
Preferensi responden terhadap media dan sumber informasi menunjukkan
bahwa sebagian besar responden menggunakan TV sebagai sarana hiburan dan
informasi, menyukai musik dangdut dan pertunjukkan dangdut, mempercayai
bayan, polhut dan teman/keluarga sebagai sumber informasi penting dan
menyarankan cangkruk dalam proses kampanye.
Proses sosial yang terjadi dalam masyarakat merupakan menjadi modal
sosial dalam kegiatan kampanye TNGMb selain pemanfaatan preferensi
masyarakat terhadap media dan sumber informasi. Pendekatan budaya jawa
sangat disarankan untuk mengoptimalkan hasil kampanye di TNGMb.
Kata kunci : Kampanye, Strategi, Taman Nasional Gunung Merbabu


5

SUMMARY
BUDI SANTOSO. The Campaign Strategy Gunung Merbabu National Park
Management. Supervised by HARIADI KARTODIHARDO and TONNY
RAHMAT SOEHARTONO.
Gunung Merbabu National Park (GMbNP) was designated as a national
park in 2004. However, community surround the park was opposed this
appointment. Preliminary study showed that psychology there were collective
senses of insecurity among community about sustainability of their livelihood. In
addition, community felt less valued as a human being since they weren’t
consulted during the formation and planning of the park. Process that is not based
on the collective perception will lead to lack of support and further can stimulate
conflict on conservation area management.
This study aimed to determine the effect of the last 5 years campaign at
GMbNP on the knowledge, attitudes and behaviors of communities around the
park as well as the community preferences. This information will be important as
sources for policy formulation and campaign strategy at GMbNP management.
Data on knowledge, attitudes, behaviors, and community information source

preferences were collected through purposive survey on 2 groups of community in
28 villages at GMbNP buffer zone. Group I (96 respondents) were group of
people who have been involved in various campaigns at GMbNP and group II (99
respondents) were people who are not/ were not involved in campaign activities.
The study showed a changing on knowledge and behaviors of respondents
on Group one. The social processes causing most respondents in group II
increased knowledge and attitude towards the attitude GMbNP although there is
still a small proportion of respondents who are less concerned with the legal
regulations in force, GMbNP uncomfortable with his chest, did not agree
restricting access into the park and assume that GMbNP no benefit and Most of
respondents in group I and all of respondent in group II have not done anything
for the conservation of GMbNP.
Respondent preferences on the media and information sources indicated that
most respondents used television as entertainment means and information, liked
dangdut music and its performances, believed in bayan, polhut and friends or
family as a source of important information and advised cangkruk in the campaign
process.
Social processes that occur in the community is a social capital in the
campaign GMbNP than use public preferences towards media and information
sources. Javanese cultural approach is strongly recommended to optimize

campaign results in GMbNP.
Key words : Campaign, strategy, Gunung Merbabu National Park

6

©Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebut sumber. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam
bentuk apapun tanpa izin IPB.

7

STRATEGI KAMPANYE PENGELOLAAN TAMAN
NASIONAL GUNUNG MERBABU

BUDI SANTOSO


Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

8

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Rinekso Soekmadi, MSc. F

9

Judul Tesis
Nama

NIM

: Strategi Kampanye Pengelolaan Taman Nasional Gunung
Merbabu
: Budi Santoso
: P052110111

Disetujui,
Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Haryadi Kartodihardjo, MS
Ketua

Dr. Ir. Tonny R. Soehartono.MSc
Anggota

Diketahui,
Ketua Program Studi
Pengelolaan Sumber Daya Alam dan
Lingkungan


Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS

Dr. Ir. Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian : 1 Juli 2013

Tanggal Lulus : 10 Juli 2013

10

PRAKATA
Kawasan konservasi perlu ditata sedemikian rupa sehingga pilar
pengelolaan berkelanjutan dapat diwujudkan. Untuk itu karakter ekologi serta
sosial kawasan menjadi modal yang begitu penting dan menjadi kohesi dalam
perencanaan kawasan. Strategi Kampanye Pengelolaan Taman Nasional Gunung
Merbabu merupakan upaya penulis untuk memberikan sumbangsih dalam
pengelolaan sebuah kawasan konservasi sehingga visi pengelolaan kawasan

konservasi melalui tiga pilar pengelolaan kawasan konservasi dapat didekati.
Penghargaan dan ucapan terima kasih penulis sampaikan dengan tulus
kepada Prof. Dr. Ir. Haryadi Kartodihardjo, MS dan Dr. Ir. Tonny R Soehartono,
MSc selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama
penyelesaian tesis ini. Terima kasih kepada Dr. Ir. Rinekso Soekmadi, M.Sc. F.
yang telah berkenan menjadi Penguji Luar Komisi atas segenap inputnya.
Terima kasih kepada Ir. Wisnu Wibowo, MM selaku kepala Balai Taman
Nasional Gunung Merbabu (TNGMb) yang telah memberikan ijin untuk
melakukan penelitian di TNGMb, masyarakat desa penyangga TNGMb yang telah
meluangkan waktunya untuk segenap inputnya dalam penelitian ini. Pak
Sukimin, Pak Sutopo, Pak Suparmin, Pak Sukidi beserta seluruh staf di resort
TNGMb yang telah membantu kelancaran penulis di lapangan.
Terima kasih untuk Bapak atas seluruh doa di tiap malamnya, Simbah, Ayu,
Kaka dan Bang Yos untuk kesabaran serta doanya, Mas Hari dan Mbak Ochi
untuk supportnya selama penyelesaian tesis ini serta seluruh rekan-rekan PSL
IPB 2011 yang telah memberikan masukan selama penulisan tesis ini.
Semoga karya sederhana ini merupakan bagian sumbang saran penulis yang
dapat memberikan makna bagi pengelolaan kawasan konservasi terutama
pengelolaan TNGMb.
Bogor, Juli 2013

Budi Santoso

11

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL....................................................
DAFTAR GAMBAR ............................................................................
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………..
1. PENDAHULUAN
Latar Belakang...........................................................................
Kerangkan Pemikiran...............................................................
Perumusan Masalah.....................................................
Tujuan Penelitian .............................................................
Manfaat Penelitian
2. TINJAUAN PUSTAKA....................................................
Konsep Pengelolaan Taman Nasional............................
Taman Nasional dan Pembangunan Berkelanjutan
Komunikasi............
Konsep Kampanye.........................................................
Konsep Strategi ………………………………………..
3. METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian.......................
Alat dan Bahan Penelitian.................................
Metode Pengumpulan Data...........................
Metode Penentuan Responden..............................
Analisis Data........................................
4. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN.
Umum ……………………………………………
Biofisik …………………………………………...
Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di Sekitar Kawasan
5. HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………
Hasil ………………………………...
Pembahasan
6. SIMPULAN DAN SARAN ………………………………………
Simpulan ………………………………
Saran …………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA ...

xiii
xiii
xiv
1
1
1
3
3
3
4
4
5
6
8
11
13
13
13
13
14
15
17
17
22
25
26
26
31
38
38
38
39

12

DAFTAR TABEL
2.1.
3.1.
3.2
4.1.

Perbandingan penggunaan komunikasi lisan dan tertulis
Jenis dan sumber data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ..
Jenis tujuan dan analisisnya...
Daftar wilayah administrasi yang berbatasan langsung dengan Taman
Nasional Gunung Merbabu................................
5.1. Kegiatan pendidikan konservasi dan pemberdayaan masyarat pada
masyarakat desa penyangga TNGMb tahun 2008-2012
5.2. Hasil uji t non parametrik dengan Mann Whitney

7
14
15
17
26
26

DAFTAR GAMBAR
1.1.
3.1.
4.1.
4.2.
5.1.
5.2.
5.3
5.4.
5.5.
5.6.
5.7.
5.8.
5.9.
5.10.
5.11.
5.12.
5.13.
5.14
5.15.
5.16.
5.17.
5.18.

Bagan alir kerangka pemikiran penelitian ......................................................
2
Peta lokasi penelitian ……
13
Struktur organisasi Balai TNGMb………………
19
Peta Zonasi TNGMb ………
21
Pengetahuan tentang TNGMb ………………
27
Pengetahuan kegiatan spesifik TNGMb …….
27
Pengetahuan tentang tumbuhan/satwa dilindungi
27
Pengetahuan tentang Undang-Undang
27
Sikap kemanfaatan TNGMb ……..
28
Sikap atas pembatasan akses ………………..
28
Kepedulian terhadap Undang-Undang ……...
28
Kenyamanan tinggal dekat TNGMb
28
Sikap responden terhadap pelanggaran
29
Perilaku responden 6 bulan terakhir dalam mendukung konservasi
TNGMb
29
Preferensi masyarakat terhadap media
30
Acara TV favorit responden ……...
30
Alat kampanye pilihan responden …………..
30
Jenis musik favorit responden …………
31
Pertunjukan favorit responden ……………...
31
Sumber informasi terpercaya ………..
32
Alasan ketidaknyamanan responden ………..
33
Respon responden jika melihat ada pelanggaran
34

13

DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3
4

Daftar quisioner ……………………………………….................................
Rekapitulasi data hasil survey
Hasil perhitungan SPSS
Daftar riwayat hidup

43
46
52
53

1

1. PENDAHULUAN

Latar Belakang
Taman Nasional Gunung Merbabu (TNGMb) merupakan salah satu taman
nasional di Jawa Tengah yang ditunjuk pada Tahun 2004 berdasarkan SK Menteri
Kehutanan No : 135/Menhut-II/2004 tanggal 4 Mei 2004 tentang Perubahan
Fungsi Kawasan Hutan Lindung dan Taman Wisata Alam pada Kelompok Hutan
Gunung Merbabu seluas ± 5.725 Ha (BTNGMb, 2010).
Pra studi terhadap Taman Nasional Gunung Merbabu (TNGMb) yang
dilakukan pada 2006 menunjukkan bahwa ketergantungan masyarakat atas hutan
yang ada di TNGMb cukup tinggi dan sebagian besar masyarakat
menggantungkan hidupnya dari pertanian lahan kering dan pemeliharaan ternak
(BKSDA Jateng, 2006). Studi tersebut juga menunjukkan bahwa secara psikologi
telah terbentuk kolektif perasaan tidak aman tentang keberlanjutan kehidupan
masyarakat, perasaan tertekan kurang dihargai sebagai manusia karena tidak
diajak bicara dalam proses perencanaan. Menurut Sembiring et al. (2010)
masyarakat yang berada dalam posisi sebagai subyek maka perlu dilakukan
pemberdayaan, jika tidak besar kemungkinan mereka melakukan perlawanan
dengan membentuk aliansi. Menurut Pratiwi (2008) bila proses penunjukkan
kawasan konservasi tidak didasarkan atas persepsi kolektif maka akan
menimbulkan kurangnya dukungan para pihak, dan hal ini akan menyebabkan
konflik yang berpotensi negatif pada pengelolaan kawasan konservasi.
BKSDA Jateng (2006) menyebutkan bahwa kondisi tersebut dapat
dieliminir melalui kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan pemahaman dan
kesadaran masyarakat mengenai konservasi. Menindaklanjuti hal tersebut Balai
TNGMb dari tahun 2008-2012 melalui Anggaran Pelaksanaan Belanja Negara
melakukan kegiatan pendidikan lingkungan dan pemberdayaan masyarakat.
Menurut Nomura (2009), pendidikan lingkungan pada masyarakat dilakukan
untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap lingkungannya dan
menjadi salah satu dasar pembangunan berkelanjutan.
Kampanye konservasi merujuk pada suatu tindakan yang bertujuan untuk
mendorong terjadinya perubahan perilaku masyarakat menjadi lebih ramah
terhadap konservasi itu sendiri. Berawal dari peningkatan pemahaman mengenai
konservasi, peningkatan kesadaran, perubahan sikap dan akhirnya
dimanifestasikan dalam tindakan sehari-hari (Shrestha, 2005).

Kerangka Pemikiran
Keberhasilan pengelolaan TNGMb tidak hanya terkait data kawasan yang
up to date namun juga pada rendahnya tekanan terhadap kawasan. Tekanan
terhadap kawasan berhubungan erat dengan tingkat kebutuhan pemahaman
stakeholder di sekitar kawasan terhadap pengelolaan TNGMb serta seberapa
besar stakeholder merasakan manfaat positif pengelolaan TNGMb secara
langsung dalam bentuk ketersediaan akses yang memadai bagi kehidupan

2

masyarakat. Bila stakeholder merasa tidak mendapat manfaat atas pengelolaan
TNGMb sementara pemahaman mereka atas nilai-nilai pengelolaan TNGMb tidak
cukup baik maka akan timbul tekanan terhadap TNGMb karena berbagai alasan
demikian pula sebaliknya.
Pemahaman masyarakat yang baik mengenai fungsi kawasan serta adanya
manfaat yang dirasakan oleh masyarakat akan mendorong pengelolaan BTNGMb
menjadi baik, sebaliknya jika pemahaman masyarakat kurang dan manfaat
langsung tidak dirasakan oleh stakeholder perlu dilakukan upaya peningkatan
pemahaman masyarakat mengenai fungsi-fungsi kawasan serta mendorong
masyarakat untuk dapat terlibat dalam pengelolaan.
Upaya peningkatan pemahaman stakeholder tersebut dilakukan melalui
kegiatan kampanye pengelolaan TNGMb. Kegiatan tersebut bertujuan untuk
meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai pengelolaan TNGMb yang yang
pada akhirnya akan menstimulus perubahan sikap dan perilaku masyarakat.
Perubahan tersebut akan berpengaruh positif terhadap pengelolaan TNGMb. Alur
pikir penelitian ini adalah seperti gambar 1.

Keinginan dan
Permasalahan menurut
Stakeholder

Program
Pengelolaan
TNGMb

Taman Nasional

Penetapan
Permasalahan

Stakeholder

Kegiatan
Kampanye

Peningkatan
Pengetahuan, SIkap &
Perilaku

Faktor-faktor Penentu
Keberhasilan
Komunikasi

Pemahaman

Tidak

Ya

Gambar 1.1. Bagan alir kerangka pemikiran penelitian

3

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, diduga terdapat kesenjangan antara
harapan Balai TNGMb dan kondisi masyarakat mengenai pemahaman
pengelolaan TNGMb. Oleh karena itu pertanyaan mendasar dari penelitian ini
adalah;
1. Bagaimana pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat yang berada di sekitar
TNGMb mengenai pengelolaan TNGMb?
2. Apakah alat dan media kampanye yang digunakan selama ini sudah sesuai
dengan preferensi masyarakat?

Tujuan Penelitian

1.
2.

Penelitian ini memiliki tujuan untuk :
Menganalisis preferensi masyarakat terhadap sumber informasi yang penting
bagi perumusan strategi kampanye TNGMb.
Merumuskan strategi kampanye pengelolaan TNGMb yang efektif sesuai
preferensi masyarakat.

Manfaat Penelitian

1.
2.
3.
4.

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat berupa
Informasi mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat di zona
penyangga TNGMb terhadap pengelolaan TNGMb.
Informasi mengenai preferensi masyarakat terhadap media cetak dan
elektronik.
Informasi mengenai sumber informasi yang penting bagi masyarakat terkait
pengelolaan TNGMb.
Bahan pertimbangan bagi Balai TNGMb dalam merumuskan strategi
kampanye pengelolaan TNGMb.

4

2. TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Pengelolaan Taman Nasional
Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai
eksosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi, yang dimanfaatkan untuk tujuan
penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan
rekreasi selain itu memiliki fungsi sebagai wilayah perlindungan sistem
penyangga kehidupan, pengawetan, keanekaragaman spesies tumbuhan dan/atau
satwa beserta ekosistemnya, dan pemanfaatan secara lestari sumberdaya hayati
dan ekosistemnya (UU No.5 Tahun 1990; PP No.28 Tahun 2011). Menurut IUCN
1994 fungsi taman nasional adalah 1) perlindungan proses-proses ekologi, dan
sistem penyangga kehidupan, 2) perlindungan keragaman genetik dan tipe-tipe
ekosistemnya sehingga mampu menunjang pembangunan, ilmu pengetahuan dan
teknologi yang memungkinkan pemenuhan kebutuhan manusia sebagai pengguna
sumberdaya alam hayati bagi kesejahteraan (pengawetan sumber plasma nutfah),
dan 3) pemanfaatan spesies atau ekosistem secara lestari, yang mendukung
kehidupan penduduk serta menopang sejumlah industri.
Dudley (2008)
menyebutkan bahwa kawasan lindung adalah sebuah ruang yang jelas geografis,
diakui, berdedikasi dan dikelola secara hukum atau cara lain yang efektif, untuk
mencapai tujuan konservasi alam jangka panjang dengan layanan ekosistem
terkait dan nilai-nilai budaya.
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011 menyebutkan bahwa suatu
kawasan dapat ditunjuk sebagai kawasan taman nasional, apabila telah memenuhi
kriteria sebagai berikut : 1) mempunyai luas yang cukup untuk menjamin
kelangsungan proses ekologis secara alami, 2) memiliki sumberdaya alam yang
khas dan unik, baik berupa spesies tumbuhan maupun satwa dan ekosistemnya
serta gejala alam yang masih utuh dan alami, 3) memiliki satu atau beberapa
ekosistem yang masih utuh, 4) memiliki keadaan alam yang asli dan alami untuk
dikembangkan sebagai wisata alam, dan 5) kawasan yang dapat dibagi ke dalam
zona inti, zona pemanfaatan, zona rimba dan zona lain yang karena pertimbangan
kepentingan rehabilitasi kawasan, ketergantungan penduduk sekitar kawasan,
serta dalam rangka mendukung upaya pelestarian sumberdaya alam hayati dan
ekosistemnya dapat ditetapkan sebagai zona tersendiri. IUCN (2010)
menyebutkan bahwa upaya penetapan kawasan lindung selain untuk pelestarian
keanekaragaman hayati, juga menawarkan perlindungan dari kepunahan dan
perubahan iklim, mendukung mata pencaharian masyarakat manusia di seluruh
dunia, mendukung pemenuhan air bersih, udara segar, makanan, obat dan
manfaat praktis selain manfaat rekreasi, pendidikan dan budaya.
Peran serta rakyat dalam konservasi sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya diarahkan dan digerakkan oleh Pemerintah melalui berbagai
kegiatan yang berdaya guna dan berhasil guna. Dalam mengembangkan peran
serta rakyat, Pemerintah menumbuhkan dan meningkatkan sadar konservasi
sumber daya alam hayati dan ekosistemnya di kalangan rakyat melalui pendidikan
dan penyuluhan (UU No. 5 1990). Menurut Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun

5

2011 upaya memberdayakan masyarakat di sekitar kawasan konservasi dilakukan
dalam rangka meningkatkan kesejahteraannya melalui pengembangan kapasitas
masyarakat dan pemberian akses untuk pemanfaatan kawasan konservasi. Hal
tersebut sejalan dengan Ayivor et al. (2013) bahwa pengembangan masyarakat
dilakukan untuk memastikan bahwa ekonomi lokal dan mata pencaharian
masyarakat akan berkelanjutan sehingga dapat meminimalkan konflik.
IUCN (2008) menyebutkan bahwa secara historis, pembentukan kawasan
lindung seringkali memiliki dampak sosial karena terkait dengan kehidupan
keseharian masyarakat yang tinggal di sekitarnya dan proses pembentukannya
tidak sesederhana menggambar garis pada peta. pembentukan kawasan lindung
biasanya berarti bahwa setidaknya beberapa orang terpaksa meninggalkan rumah
mereka, melupakan sumber daya berharga tradisional, atau bahkan menyerahkan
aspek identitas budaya mereka seperti bepergian ke tempat-tempat keramat namun
demikian pembentukan kawasan lindung sekaligus mendukung upaya terbaik dari
nilai-nilai kemanusiaan, estetika dan kesejahteraan fisik, dan pengetahuan tentang
prospek pengembangan ilmu pengetahuan yang penting bagi bagi kehidupan
global manusia.

Taman Nasional dan Pembangunan Berkelanjutan
Pembangunan berkelanjutan adalah proses pembangunan yang berprinsip
"memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan
generasi masa depan", karena itu salah satu faktor yang harus dihadapi untuk
mencapai pembangunan berkelanjutan adalah bagaimana memperbaiki
kehancuran lingkungan tanpa mengorbankan kebutuhan pembangunan ekonomi
dan keadilan sosial (Mitchell, 2000). Nomura (2009) menyebutkan bahwa salah
satu masalah utama dalam pembangunan berkelanjutan adalah bagaimana konsep
yang sukar dipahami dalam 'pembangunan berkelanjutan' akan menciptakan
ketegangan atau harapan antara para pemangku kepentingan dalam teori dan
praktek, karenanya untuk mengejar tujuan 'sosial' dan 'ekonomi' sebagai triple
bottom line bersama dengan 'lingkungan' perlu dilaksanakan pendidikan
lingkungan yang cukup baik. Menurut Davies et al. (2012) meningkatnya fungsi
ekosistem tidak hanya mendukung peningkatan ekonomi, tetapi juga memberikan
manfaat lingkungan secara global.
Menurut Keraf (2010) nilai hutan merupakan kohesi bagi masyarakat sekitar
hutan, karenanya nilai tersebut harus dipahami oleh para pembuat kebijakan.
Karena itu dalam perencanaan pengelolaan hutan harus memperhatikan
masyarakat yang ada di sekitar hutan. Hal ini sejalan dengan Peraturan Menteri
Kehutanan No. 19/2004 mengenai kolaborasi pengelolaan taman nasional, dimana
untuk menjamin pengelolaan taman nasional yang sebaik-baiknya perlu
menggandeng para pemangku kepentingan untuk membangun sistem bersama
pengelolaan taman nasional. Hal tersebut memang tidak mudah seperti yang
dikemukakan Djajadiningrat, (2001) bahwa tantangan pengelolaan kawasan
konservasi adalah terwujudnya manfaat secara lestari kawasan konservasi bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dan pemangku kepentingan merupakan
kunci utama dalam pengelolaan taman nasional. Pemangku kepentingan diartikan

6

sebagai individu, kelompok-kelompok masyarakat dan lembaga pemerintah yang
memiliki minat dan/atau wewenang untuk mengambil peran dalam pengelolaan
sumberdaya alam (Ingles et al., 1999 dalam Anzhari, 2006).
Anzhari (2006) menyebutkan bahwa untuk meningkatkan pemahaman para
pihak maka kegiatan sosialisasi rencana pengelolaan atau kebijakan pemerintah
dapat dipandang sebagai awal untuk meningkatkan partisipasi pemangku
kepentingan.
Penyebaran informasi merupakan alat yang terbaik untuk
meningkatkan kesadaran para pemangku kepentingan.
Hal tersebut senada
dengan yang dikemukakan Kartodihardjo (2006) bahwa penyebarluasan informasi
terhadap masalah kebijakan kehutanan disarankan terus-menerus dilakukan
sebagai upaya perbaikan orientasi kebijakan kehutanan.

Komunikasi
Menurut Berlo et al. (1995) dalam Kusumastuti (2009) dan Lubis (2010),
istilah komunikasi berasal dari kata communis (latin) atau common (Inggris)
yang berarti sama, dalam hal ini melakukan komunikasi adalah upaya untuk
menyamakan sebuah makna. Komunikasi dipahami sebagai proses pengiriman,
penerimaan dan pemahaman gagasan atau perasaan dalam bentuk pesan verbal
atau nonverbal secara sengaja atau tidak sengaja dengan tujuan mencapai
kesamaan makna.
Proses tersebut melibatkan beberapa unsur yaitu; (a)
komunikator yang menyatakan gagasan atau perasaan, (b) gagasan atau perasaan
yang diubah menjadi pesan, (c) pesan yang disampaikan, (d) komunikan yang
menerima pesan, dan (e) reaksi dan umpan balik yang disampaikan oleh
komunikan kepada komunikator.
Komunikasi menjadi hal yang sangat diperlukan dan diyakini menjadi alat
untuk membentuk dan mengubah opini, sikap dan perilaku (Kusumastuti, 2009).
Sementara itu menurut Lubis (2010) komunikasi merupakan sebuah proses
karenanya komunikasi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut;
a. Dinamis, dimana komunikasi selalu berubah tidak dapat ditentukan kapan
mulai dan berakhirnya.
b. Sistemik, yang berarti sebagai suatu sistem yang terdiri dari beberapa unsur
yang saling berinteraksi dan mempengaruhi sistem yang lebih luas.
c. Interaksi simbolik, menggunakan simbol-simbol dalam menginterpretasi
pesannya, dan
d. Makna dibentuk secara pribadi, dimana setiap orang bebas menafsirkan pesan
yang diterimanya.
Tujuan komunikasi menurut Berlo dalam Lubis (2010) yaitu;
a. Memberitahu, artinya dalam berkomunikasi pasti ada pesan yang ingin
disampaikan.
b. Membujuk, dalam hal ini komunikasi digunakan untuk mengubah perasaan dan
emosi seseorang dari suka menjadi tidak suka.
c. Menghibur, dimana komunikasi menjadi alat untuk menghibur atau
menyenangkan seseorang.
Menurut Kusumastuti (2009) dan Lubis (2010) ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan agar komunikasi yang dilakukan berjalan efektif, yaitu:

7

a. Mengetahui tujuan komunikasi, dalam hal ini penting untuk mengetahui apa
yang kita inginkan untuk terjadi dan mempertimbangkan apakah apa yang
diharapkan terjadi tersebut cukup realistis.
b. Siapa audiens yang menjadi target komunikan, hal ini penting dalam
penyusunan pesan karena setiap pesan mempunyai audiens yang potensial.
c. Saluran apa yang paling tepat. Ada beberapa saluran komunikasi baik lisan
maupun tertulis yang dapat dipakai untuk menyampaikan pesan. Perbandingan
komunikasi lisan dan tulisan dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1. Perbandingan penggunaan komunikasi lisan dan tertulis
Komunikasi Lisan
Komunikasi Tertulis
1. Bersifat personal
2. Efektif untuk gagasan sederhana
3. Memberikan umpan balik segera
4. Off the record

1. Bersifat formal
2. Efektif untuk gagasan yang relatif kompleks
3. Memberikan umpan balik tertunda
4. Ada catatan resmi

Sumber : Adler, B dan Rodman, G (1985) dalam Kusumastuti (2009)

Komunikasi kelompok adalah proses interaksi sejumlah orang dalam suatu
kelompok dimana setiap anggota kelompoknya mendapatkan kesan dengan cukup
jelas. (Bales dalam Cathcart dan Sammovar, 1974, dalam Saleh, 2010).
Selanjutnya menurut Saleh (2010) dalam komunikasi kelompok terdapat jaringan
komunikasi yang merupakan sistem garis komunikasi yang menghubungkan
antara pengirim pesan dengan penerima pesan dimana jaringan komunikasi terdiri
dari individu-individu dalam kelompok yang saling berhubungan oleh arus
komunikasi yang terpola.
Komunikasi seringkali menggunakan media massa untuk dapat menjangkau
masyarakat yang lebih luas dan komunikasi semacam ini disebut komunikasi
massa. Komunikasi massa adalah jenis komunikasi yang ditujukan kepada
sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim melalui media cetak atau
elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat
(Currant, 1996). Sementara itu menurut Mulyana (2010) efek komunikasi masa
dibedakan menjadi tiga macam efek, yaitu efek terhadap individu, masyarakat,
dan kebudayaan. Ciri-ciri komunikasi massa, adalah sebagai berikut;
a. Menggunakan media masa dengan organisasi (lembaga media) yang jelas.
b. Komunikator memiliki keahlian tertentu
c. Pesan searah dan umum, serta melalui proses produksi dan terencana
d. Khalayak yang dituju heterogen dan anonim
e. Kegiatan media masa teratur dan berkesinambungan
f. Ada pengaruh yang dikehendaki
g. Dalam konteks sosial terjadi saling memengaruhi antara media dan kondisi
masyarakat serta sebaliknya.
h. Hubungan antara komunikator (biasanya media massa) dan komunikan
(pemirsanya) tidak bersifat pribadi.
Menurut Mulyana (2010) inti dari sebuah komunikasi adalah persepsi dan
penafsiran merupakan inti dari sebuah persepsi yang identik dengan penyandian
balik (decoding) dalam proses komunikasi. Kekeliruan dan kegagalan persepsi
seringkali terjadi karena:

8

a. Kegagalan Atribusi. Atribusi merupakan proses internal dalam diri kita untuk
memahami penyebab perilaku orang lain, dengan demikian kegagalan atribusi
adalah kesalahan menerjemahkan makna pesan atau maksud perilaku
komunikator.
b. Efek Halo. Kesalahan persepsi ini merujuk pada fakta bahwa kita membentuk
kesan menyeluruh mengenai seseorang yang akhirnya cenderung menimbulkan
efek yang kuat atas penilaian sifat-sifatnya yang spesifik.
c. Stereotip, yaitu kategorisasi atas suatu kelompok secara serampangan dengan
mengabaikan perbedaan-perbedaan individual.
d. Prasangka, merupakan sikap yang tidak adil terhadap suatu kelompok yang
konsepnya sangat dekat dengan stereotip. Prasangka ini berarti preseden atau
penilaian berdasarkan keputusan dan pengalaman terdahulu.
e. Gegar budaya.
Merupakan benturan persepsi yang diakibatkan oleh
penggunaan persepsi berdasarkan faktor-faktor internal (nilai-nilai budaya)
yang telah dipelajari orang yang bersangkutan dalam lingkungan baru yang
nilai budayanya berbeda dan belum dipahami.
Van den Ban dan Hawkins(1999) menyebutkan ada beberapa cara yang bisa
dilakukan untuk mempengaruhi perilaku manusia yaitu (1) Menerapkan
kewajiban atau pemaksaan dengan syarat memiliki kekuasaan yang cukup,
mengetahui cara mencapai tujuan dan mampu mengawasi orang yang dipaksanya.
(2) Menerapkan pertukaran barang atau jasa dengan syarat setiap transaksi
pertukaran adalah menguntungkan kedua pihak, masing-masing memiliki barang
atau jasa yang diperlukan dan kedua belah pihak menepati janji/saling percaya. (3)
Memberikan saran, metode ini dapat dilakukan jika bersama masyarakat sepakat
dengan jenis masalah yang dihadapi dan kriteria memecahkan masalah tersebut
dengan tepat, mengetahui sepenuhnya tipologi masyarakat, mempunyai informasi
yang cukup untuk memecahkan masalah, masyarakat percaya masalah dapat
diatasi, masyarakat tiadk mampu menyelesaikannya sendiri, ada modal social
dalam masyarakat. (4) Memberikan pengetahuan dengan syarat masyarakat tidak
dapat mememcahkan masalahnya sendiri karena keterbatasan pengetahuannya,
masyarakat mau berdialog dalam rangka mengumpulkan informasi yang lebih
akurat dalam rangka perubahan sikap, memiliki pengetahuan dan metode yang
cukup untuk menularkan pengetahuan serta adanya motivasi dalam masyarakat.
(5) Mempengaruhi tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat tanpa disadari, (6)
Menyediakan sarana serta (7) memberikan penghargaan.

Konsep Kampanye
Kampanye adalah sebuah tindakan konkret yang bertujuan untuk
mendapatkan pencapaian dukungan, usaha kampanye dilakukan secara
terorganisir untuk mempengaruhi suatu proses pengambilan keputusan di dalam
suatu kelompok. Kampanye merupakan salah satu bentuk komunikasi massa dan
keberhasilan komunikasi ditentukan oleh pada adanya kesamaan makna sebagai
hasil persepsi tiap orang atau tiap pihak yang berkomunikasi (Hubeis, 2010).
Sementara itu NCFSE (2005) menyebutkan bahwa Kampanye dapat didefinisikan
sebagai upaya terkoordinasi komunikasi yang dilakukan melalui media massa,

9

komunikasi interpersonal atau beberapa kombinasi, dimana komunikasi tersebut
dapat membuat perubahan perilaku secara langsung berkaitan dengan efektivitas
sebuah komunikasi.
Retorika sebagai bidang studi yang meliputi semua sarana persuasi yang
menuntut adanya tiga unsur penting yaitu (a) Etos atau kredibilitas sumber, (b)
pathos, yang diartikan sebagai himbauan emosional dan (c) logos yang berarti
himbauan berdasarkan argumen yang logis (Mugniesyah, 2010). Menurut Ruben
(1992) dalam Mugniesyah (2010) psikologi kognitif masyarakat berfokus pada
persepsi, interpretasi, penyimpanan dan penggunaan informasi. Sementara itu
Purnaningsih (2010) menyebutkan bahwa ada beberapa hal yang mempengaruhi
penerimaan informasi yaitu;
a. Pengaruh penerima; pada sisi pengaruh penerima, faktor-faktor yang
mempengaruhi penerimaan informasi adalah kebutuhan akan informasi,
sikap, kepercayaan dan nilai informasi, tujuan seseorang untuk mendengarkan
informasi, kemampuan individu dalam menafsirkan informasi, penggunaan
informasi, gaya komunikasi serta pengalaman dan kebiasaan
b. Pengaruh pesan; beberapa hal yang mempengaruhi faktor pesan dalam
penerimaan informasi adalah faktor sumber, mode, karakteristik fisik,
pengorganisasian dan hal-hal baru.
c. Pengaruh sumber; pengaruh dari sumber informasi sehingga pesan sampai
dengan baik yaitu; proximity (kedekatan), daya pikat, kesamaan, credibility
dan kekuasaan, motivasi dan tujuan, penyampaian serta status, kekuatan dan
wewenang.
Selain pengaruh penerima, pesan dan sumber menurut
Purnaningsih (2010) media dan lingkungan juga mempunyai dampak penting
pada pemilihan, penafsiran dan penyimpanan informasi.
Menurut Mulyana (2005) dan Riyanto (2010) persepsi adalah proses
seseorang menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi inderanya
atau proses menafsirkan informasi inderawi. Proses ini penting peranannya
sebagai inti dalam proses komunikasi karena akan sangat menentukan proses
penafsiran dalam penerimaan pesan oleh penerima. Semakin tinggi derajat
kesamaan persepsi diantara pihak yang berkomunikasi maka semakin efektif
proses komunikasi yang dilakukan.
Menurut Mitchell (2000) perubahan sikap manusia yang kita harapkan
tergantung pada kampanye yang luas melalui pendidikan, diskusi dan partisipasi
publik. Perubahan sikap tersebut didorong oleh adanya pencapaian tujuan
bersama untuk kepentingan lingkungan dan masyarakat. Schusler et al. (2003);
Webler et al. (1995) dalam Kubo dan Supriyanto (2010) menyebutkan bahwa
persepsi para aktor dapat dirubah melalui proses belajar disertai pengakuan
identitas lokal dengan mengemukaan alasan-alasan yang dapat diterima oleh
masyarakat.
Menurut Bloom (1956) dalam Eisner (2000) dalam proses
pendidikan dikenal tahapan sebagai berikut:
a. Kognitif; tujuan kognitif berorientasi kepada kemampuan berpikir mencakup
kemapuan intelektual yang lebih sederhana yaitu mengingat sampai dengan
kemampuan untuk memecahkan suatu masalah.
b. Afektif; berhubungan dengan perasaan, emosi, sistem nilai dan sikap yang
menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu.

10

c. Psikomotorik; berorientasi pada keterampilan motorik yang berhubungan
dengan anggota tubuh atau tindakan yang memerlukan koordinasi antara syaraf
dan otot.
Pickens (2002) menyebutkan bahwa ada beberapa prinsip dalam kampanye
sosial berbasis komunitas yaitu; komitmen, alat kampanye, norma, komunikasi
dan insentif.
a. Komitmen digunakan dengan meminta seseorang untuk membuat komitmen
perubahan perilaku dengan menggunakan perjanjian lisan atau tulisan atas
sebuah ide. Pergeseran dalam sikap menyebabkan orang untuk bertindak
dengan konsistensi.
b. Stimulan, Penggunaan alat bantu yang mengingatkan seseorang untuk
melakukan suatu kegiatan yang mereka mungkin lupa. Anjuran berguna dalam
kampanye pemasaran berbasis komunitas sosial karena mereka dapat
digunakan untuk menargetkan perilaku spesifik karena Kadang-kadang,
seseorang hanya lupa untuk bertindak, sehingga dengan mendengar atau
melihat sebuah alat kampanye mereka diingatkan.
c. Norma membimbing bagaimana seseorang berperilaku karena mereka mencari
petunjuk tentang cara untuk merespon. Norma-norma perilaku mempengaruhi
perubahan melalui teknik seperti "model" perilaku yang diinginkan.
d. Komunikasi digunakan untuk secara efektif membujuk, mendidik, dan
berkomunikasi untuk perubahan perilaku yang diinginkan dalam kampanye
pemasaran berbasis komunitas sosial.
e. Insentif adalah alat yang digunakan untuk memotivasi seseorang untuk terus
melakukan perilaku yang diinginkan, atau untuk mengubah dari yang tidak
diinginkan ke yang diinginkan. Beberapa insentif umum termasuk biaya
pengguna, pengembalian uang, harga variabel, perlakuan istimewa, dan
persetujuan sosial.
Menurut NCFSE (2005) ada beberapa pertanyaan dasar yang harus dijawab
dalam kerangka mengembangkan rencana pemakaian untuk media promosi yang
efektif. Pertanyaan-pertanyaan berikut dapat menjadi langkah pertama yang
berguna:
a. Apa tujuan yang ingin dicapai?
Menentukan secara khusus tindakan dan / atau kesadaran yang ingin target
diadopsi audien.
b. Siapa target audiennya?
Menentukan dengan tepat kelompok sasaran, segmen populasi yang akan
menerima pesan media. Hati-hati membedah penduduk ke dalam kategori
target untuk lebih memahami sikap, pengetahuan, dan perilaku. Mengetahui
apakah target audiens berpikir tentang masalah di tangan dan di mana mereka
memperoleh informasi akan memainkan peranan penting dalam menentukan
jalur yang tepat media yang digunakan dalam menyampaikan pesan Anda.
c. Apakah pesan akan membawa perubahan yang diinginkan?
Pengembangan pesan adalah sangat penting, karena itu pesan harus berkualitas
dan dikemas secara menarik agar memperoleh perhatian dari audien.
Pengembangan pesan dapat melalui wawancara, survei, diskusi dengan
kelompok fokus, dan bahan uji coba dengan target audiens.
d. Media apa yang paling efisien dan hemat biaya?

11

Ada beberapa kategori dari media massa; berita media termasuk radio televisi,
koran, dan majalah. Iklan dan iklan layanan masyarakat mungkin melibatkan
media cetak, radio, televisi dan billboard. Media yang lain termasuk
demonstrasi, konferensi, dan pidato. Pemilihan media ini didasarkan pada di
mana populasi sasaran akan mendapatkan informasi dan biaya yang tersedia.
e. Bagaimana kemajuan dapat dipantau?
Ada dua teknik evaluasi umum untuk mempertimbangkan untuk mengevaluasi
kampanye kesadaran publik yaitu proses dan hasil. Evaluasi proses akan fokus
pada bagaimana sebuah kampanye dilakukan sedangkan evaluasi hasil akan
lebih fokus pada jumlah orang yang dijangkau atau bagaimana perilaku telah
berubah. Melalui langkah-langkah evaluasi yang sedang berlangsung, Anda
akan tahu;
 Apakah pesan dan bahan pendukung yang sedang dilihat,
 Apakah pesan yang disampaikan kredibel dan masuk akal, dan
 Apakah pesan yang disampaikan mempengaruhi perilaku.
Van den Ban dan Hawkins (1999) menyatakan bahwa ada kriteria dan
tingkatan dalam menilai program kampanye seperti berikut:
- Tingkat 1. Pemrograman kegiatan kampanye
- Tingkat 2. Penerapan oleh agen kampanye
- Tingkat 3. Partisipasi masyarakat dalam kegiatan kampanye
- Tingkat 4. Pendapat masyarakat tentang kegiatan kampanye
- Tingkat 5. Perubahan dalam pengetahuan, sikap, ketrampilan, motivasi dan
norma kelompok
- Tingkat 6. Perubahan dalam perilaku kelompok sasaran
- Tingkat 7. Konsekuensi bagi kelompok sasaran
- Tingkat 8. Konsekuensi bagi masyarakat

Konsep Strategi
Strategi merupakan serangkaian langkah yang saling terkait secara logis ke
arah seluruh tujuan yang saling dapat diuji dan diubah sesuai dengan
perkembangan situasi (Fisher et al. (2001) dalam Nisyantara (2011)). Sementara
itu terkait dengan pengelolaan kawasan konservasi dikenal adanya strategi untuk
mencapai tujuan konservasi sesuai dengan Undang-undang no 5 tahun 1990 yaitu
melalui kegiatan perlindungan system penyangga kehidupan, pengawetan
keanekaragaman hayati beserta ekosistemnya serta pemanfaatan secara lestari.
Sama seperti pilar pembangunan berkelanjutan disebutkan bahwa triangulasi
ekonomi, ekologi dan social harus berjalan beriringan agar pembangunan saat ini
tidak menjadikan kualitas hidup generasi mendatang menjadi menurun (Keraf,
2010), strategi pengelolaan kawasan konservasi harus berjalan bersama untuk
mencapai pengelolaan kawasan yang optimal. Meninggalkan salah satunya akan
menimbulkan ancaman serius bagi kawasan konservasi.
Salah satu strategi pengelolaan BTNGMb adalah dengan melalui kegiatankegiatan yang dapat meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat
mengenai konservasi yaitu pendidikan lingkungan serta pemberdayaan

12

masyarakat. Pendidikan lingkungan diperlukan untuk meningkatkan pemahaman
mengenai arti penting TNGMb bagi lingkungan termasuk masyarakat sementara
itu pemberdayaan masyarakat diharapkan dapat dijadikan alat untuk mendorong
partisipasi masyarakat dalam pengelolaan TNGMb (BKSDA Jateng, 2006).
Menurut Brown (2012) adaptasi dengan situasi dan kondisi sosial ekonomi
masyarakat lokal akan mendekatkan pengelolaan kawasan konservasi dengan
masyarakat. King et al. (2012) menjelaskan bahwa bagian emosional masyarakat
terhadap kawasan konservasi terdiri dari pengetahuan, pengalaman faktual di
lapangan yang berhubungan dengan manfaat atau pikiran, perasaan, asosiasi dan
pengalaman seseorang yang berhunungan dengan kawasan lindung akan
berpengaruh pada pengelolaan kawasan konservasi.

13

3. METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Taman Nasional Gunung Merbabu (TNGMb),
Provinsi Jawa Tengah, pada Januari – Pebruari 2013 (Gambar 2).

Sumber : Balai TNGMb

Gambar 3.1. Peta lokasi penelitian

Alat dan Bahan Penelitian
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis
menulis, kamera dan daftar pertanyaan.

Metode Pengumpulan Data
Data pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat serta preferensi
masyarakat terhadap sumber informasi dikumpulkan dengan melalui survei yang
dilakukan secara purposif pada 2 kelompok masyarakat di 28 Desa penyangga
TNGMb. Kelompok I (96 responden) merupakan kelompok masyarakat yang
telah mengikuti berbagai kegiatan kampanye TNGMb dan kelompok II (99
responden) merupakan masyarakat yang belum/tidak mengikuti kegiatan
kampanye TNGMb secara langsung.
Responden kelompok II meliputi
masyarakat di desa penyangga TNGMb dalam beberapa kelompok umur, jenis

14

kelamin pria dan wanita, pendidikan mulai dari tidak lulus SD sampai dengan
SMA dengan latar belakang pekerjaan yang beragam sesuai dengan latar belakang
responden kelompok I.
Data-data yang diperlukan dikumpulkan melalui proses sebagai berikut:
a. Studi pustaka (dokumentasi) merupakan kegiatan yang dilakukan dalam
rangka pengumpulan data yang terkait dengan situasi dan kondisi subyek
penelitian yang bersumber dari instansi terkait dan data penunjang lainnya.
Tabel 3.1. Jenis dan sumber data sekunder yang diperlukan dalam penelitian
No. Jenis Data
Sumber Data
1
Data Kependudukan
BPS, Kecamatan, Kelurahan
2
Sejarah Kawasan
BKSDA Jateng, BTNGMb
3
Peta
BKSDA Jateng, BTNGMb
4
RPTN
BKSDA Jateng
5
Kondisi Sosek, Sosbud,
BKSDA Jateng, BTNGMb, Bappeda
Ekologi
6
Laporan-laporan terkait
BTNGMb
7
Data Penunjang lainnya
Instansi terkait
b. Pengamatan langsung (observasi) dilapangan : merupakan kegiatan
pengamatan, pencatatan, dan pengukuran langsung di lokasi penelitian,
bertujuan untuk mengetahui respon masyarakat atas kegiatan kampanye
pengelolaan TNGMb.
c. Wawancara, dilakukan kepada responden secara purposif (masyarakat yang
terlibat dalam kegiatan kampanye dan masyarakat yang tidak terlibat dalam
kegiatan kampanye) serta informan yang diperlukan. Menurut Nasution
(2001), dalam purposif sampling sampel yang diamati adalah sampel yang
dipilih dengan cermat sehingga sesuai dengan desain penelitian. Informasi
yang diambil dari responden adalah :
1) Pemahaman responden mengenai kawasan, meliputi pemahaman
mengenai tumbuhan dan satwa liar yang dilindungi, peraturan
perundangan yang berlaku, batas-batas kawasan, fungsi UPT Balai
TNGMb serta akses terhadap TNGMb. Sikap responden terhadap
pengelolaan TNGMb serta perilaku responden terhadap pengelolaan
TNGMb.
2) Preferensi responden terhadap alat dan media kampanye yang digunakan
meliputi jenis media yang sering digunakan, preferensi terhadap waktu
terkait dengan penggunaan media, preferensi terhadap alat-alat yang
digunakan dalam kampanye oleh Balai TNGMb.

Metode Penentuan Responden
Wawancara terhadap responden dilakukan terhadap masyarakat di sekitar
TNGMb yang telah dan belum mengikuti kegiatan kampanye yang dilakukan oleh
Balai TNGMb meliputi 6 kecamatan yaitu Kecamatan Sawangan Kecamatan

15

Pakis, dan Kecamatan Ngablak di Kabupaten Magelang, Kecamatan Selo dan
Kecamatan Ampel di Kabupaten Boyolali dan Kecamatan Getasan di Kabupaten
Semarang. Metode yang digunakan dalam menentukan jumlah responden yaitu
metode Solvin (Siregar S, 2011) yaitu:
n

N
1  Ne 2

Keterangan;
n = Ukuran sampel atau jumlah responden
N = Ukuran populasi dalam waktu tertentu
e = nilai kritis (batas ketelitian 10%)

Analisis Data
Analisis data yang digunakan menurut jenis tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Tabel 3.2. Jenis tujuan dan analisisnya
No

1

2

a.

Tujuan
Menganalisis pemahaman
masyarakat terhadap
pengelolaan Taman Nasional
Gunung Merbabu.
Menganalisis preferensi
masyarakat terhadap sumber
informasi yang digunakan
selama ini.

Metode
KAP (Knowledge
Atittude Practice)
Survey
wawancara

Jenis Analisis
Analisis Kuantitatif
t-tes non
parametric, analisis
deskriptif kualitatif
Analisis Deskriptif
Kualitatif

Analisis Kualitatif
Menurut Miles dan Hubberman (1992) Analisis kualitatif dilakukan
melalui rangkain proses yang dilakukan secara simultan meliputi reduksi
data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Pada reduksi data tidak selalu
bersifat kuantifikasi data, data kualitatitf disederhanakan dan
ditransformasikan melalui seleksi, ringkasan dan penggolongan dalam suatu
pola. Jika diperlukan dapat diubah dalam bentuk angka atau skala(peringkat)
yang lebih mudah dipahami. Penyajian data, dilakukan dengan menyajikan
data dalam bentuk tabulasi informasi yang dapat memberikan suatu
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan, dan
berikutnya adalah penarikan kesimpulan yang merupakan proses memaknai
data yang dimulai pada saat proses pengumpulan data untuk melihat
keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi yang mungkin, alur sebab
akibat serta proporsi. Sementara itu menurut Irawan (2007) prosedur analisis
data kualitatif yaitu pengumpulan data mentah, transkrip data, pembuatan
kodifikasi, kategorisasi data, penyimpulan sementara, dan penyimpulan akhir.

16

b.

Analisi Kuantitatif
Analisa kuantitatif yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan
melakukan analisis komparatif terhadap kelompok responden. Menurut
Siregar (2011) analisa komparatif digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
perbedaan atau keberadaan variabel dari dua kelompok data. Dalam
penelitian ini kelompok yang akan dibandingkan yaitu kelompok masyarakat
yang telah mengikuti kegiatan kampanye dan kelompok masyarakat yang
belum pernah mengikuti kegiatan kampanye TNGMb dengan menggunakan
uji t non parametrik menggunakan Mann Whitney.

17

4. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Umum
Letak Geografis
Taman Nasional Gunung Merbabu (TNGMb) dengan luas 5725 ha, secara
geografis terletak pada 7º 27’ 13’’ LS dan 110º 26’ 22’’ BT, dengan ketinggian ±
3.142 meter di atas permukaan laut, di Propinsi Jawa Tengah dan berbatasan
langsung dengan 37 desa pada 7 kecamatan yang masuk wilayah 3 kabupaten di
Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Magelang (2160 ha), Semarang (1150 ha) dan
Boyolali(2415 ha).
Tabel 4.1. Daftar wilayah administrasi yang berbatasan langsung dengan Taman
Nasional Gunung Merbabu
No.
1.

2.

Kabupaten
Semarang

Boyolali

Kecamatan
Getasan

Ampel

Selo

3.

Magelang

Sawangan

Pakis

Desa
Kopeng
Jetak
Batur
Tajuk
Njlarem
Ngadirojo
Sampetan
Ngargoloko
Candisari
Ngagrong
Jeruk
Senden
Tarubatang
Selo
Samiran
Lencoh
Jrakah
Wonolelo
Wulunggunung
Banyuroto
Ketundan
Kaponan
Kenalan
Gondangsari
Jambewangi
Muneng
Munengwarangan
Daleman Kidul
Petung
Banyusidi
Pakis
Kragilan
Pogalan

Keterangan

Enklave
Enklave

18

No.

Kabupaten

Kecamatan

Desa

Keterangan

Candimulyo
Ngablak

Surodadi
Genikan
Jogonayan
Tejosari
Sumber : Laporan tahunan Balai TNGMb 2008, 2009, 2010, 2011, 2012

Sejarah Kawasan
TNGMb sebelumnya merupakan Hutan Lindung di lereng Gunung Merbabu
yang dikelola oleh Perum Perhutani serta Taman Wisata Alam (TWA) Tuk Songo
Kopeng yang termasuk kawasan konservasi yang dikelola oleh Balai KSDA Jawa
Tengah. Tanggal 4 Mei 2004 terbit Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor:
135/Menhut-II/2004, tentang Perubahan Fungsi Kawasan Hutan Lindung dan
Taman Wisata Alam pada Kelompok Hutan Gunung Merbabu Seluas  5.725 ha,
yang terletak di Kabupaten Magelang, Semarang dan Boyolali, Propinsi Jawa
Tengah menjadi TNGMb (BKSDA Jawa Tengah 2006).
Operasional TNGMb sementara berada di bawah Balai KSDA Jawa Tengah
sampai terbentuknya UPT Tam