Pengembangan Ekowisata Umbul Songo Di Taman Nasional Gunung Merbabu, Jawa Tengah

PENGEMBANGAN EKOWISATA UMBUL SONGO
DI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU
JAWA TENGAH

DIAN AULA NAHRIYA

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya mengatakan bahwa skripsi berjudul Pengembangan
Ekowisata Umbul Songo di Taman Nasional Gunung Merbabu Jawa Tengah
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

Dian Aula Nahriya
NIM E34110018

ABSTRAK
DIAN AULA NAHRIYA. Pengembangan Ekowisata Umbul Songo Di Taman
Nasional Gunung Merbabu, Jawa Tengah. Dibimbing oleh TUTUT
SUMARMINTO dan HARNIOS ARIEF.
Kawasan Umbul Songo merupakan salah satu obyek wisata di Taman
Nasional Gunung Merbabu. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk
merumuskan pengembangan ekowisata Umbul Songo, di Taman Nasional Gunung
Merbabu berdasarkan aspek permintaan dan aspek penawaran ekowisata Umbul
Songo. Penelitian dilakukan di kawasan Umbul Songo, Taman Nasional Gunung
Merbabu selama satu bulan, yaitu Febuari – Maret 2015. Data diambil melalui
observasi, penyebaran kuesioner, wawancara dan studi pustaka. Data selanjutnya
dianalisis dengan analisis deskriptif dan analisis SWOT. Analisis SWOT digunakan

untuk merumuskan strategi pengembangan ekowisata berdasarkan penilaian potensi
Umbul Songo. Berdasarkan analisis SWOT, pengembangan ekowisata Umbul
Songo dapat dilakukan melalui perbaikan sarana dan prasarana, penyelesaian
konflik air, pemberdayaan masyarakat, promosi wisata, memberi pelatihan bagi
calon pengelola, dan menjalin kerjasama dengan pihak ketiga.
Kata kunci: ekowisata, strategi pengembangan, taman nasional, umbul

ABSTRACT
DIAN AULA NAHRIYA. Umbul Songo Ecotourism Development at Merbabu
National Park, Central Java. Supervised by TUTUT SUNARMINTO and
HARNIOS ARIEF.
Umbul Songo area is one of the attractions at the Merbabu National Park.
The main objective of this study is to formulate tourism development to Umbul
Songo, Merbabu National Park based on aspects of demand and aspects of
ecotourism suplay Umbul Songo. The study was conducted in the area of Umbul
Songo, Merbabu Mountain National Park for one month, February until March
2015. Data retrieved through observation, questionnaires, interviews and literature.
The data were then analyzed with descriptive analysis and SWOT analysis. SWOT
analysis is used to formulate tourism development strategy based on an assessment
of potential Umbul Songo. Based on the SWOT analysis, Umbul Songo ecotourism

development can be done through improvement of infrastructure, water conflict
resolution, community development, tourism promotion, providing training for
prospective managers, and formed a partnership.

Keywords: ecotourism, national park, strategy development, umbul

PENGEMBANGAN EKOWISATA UMBUL SONGO
DI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU
JAWA TENGAH

DIAN AULA NAHRIYA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkah dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat terselesaikan. Penelitian
yang dilakukan berjudul “ Pengembangan Ekowisata Umbul Songo di Taman
Nasional Gunung Merbabu Jawa Tengah” . Terimakasih penulis ucapkan kepada
Dr Ir Tutut Sunarminto, MSi dan Dr Ir Harnios Arief, MScF sebagai dosen
pembimbing yang telah banyak memberikan masukan dan arahan selama proses
penelitian dan penulisan skripsi ini. Terimakasih juga penulis sampaikan kepada
pihak Taman Nasional Merbabu yang telah menyediakan tempat dan banyak
membantu dalam pengumpulan data.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan serta kepada seluruh keluaraga Ibu,
Bapak, Rio, Fano, kakak, adik dan seluruh keluarga besar atas kasih sayang,
motivasi dan dukungannya. Terimakasih juga disampaikan kepada DKSHE, tim
PKLP TNGMb dan sahabat atas segala bentuk bantuan yang diberikan. Semoga
karya ilmiah ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat
digunakan sebagai pedoman pengelolaan serta pengembangan Umbul Songo.


Bogor, Agustus 2015

Dian Aula Nahriya

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

vii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang


1

Rumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

Kerangka Pemikiran

2

METODE


3

Waktu dan Lokasi Penelitian

3

Alat dan Obyek

5

Jenis Data

5

Metode Pengumpulan Data
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian

5

7
8
8

Potensi Ekowisata Kawasan Umbul Songo

12

Karakteristik, Motivasi, Persepsi, Preferensi dan Harapan Pengunjung

17

Karakteristik, Persepsi dan Partisipasi Masyarakat

24

Persepsi, Rencana dan Harapan Pengelola

26


Strategi Pengembangan Ekowisata Kawasan Umbul Songo

27

SIMPULAN DAN SARAN

31

Simpulan

31

Saran

32

DAFTAR PUSTAKA

32


DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Jenis, metode dan sumber data
Matriks SWOT
Sarana dan prasarana
Karakteristik pengunjung Umbul Songo
Penilaian motivasi pengunjung
Tujuan kedatangan pengunjung

Jenis kunjungan pengunjung
Faktor pendorong berkunjung ke lokasi
Persepsi pengunjung terhadap sediaan wisata Umbul Songo
Persepsi pengunjung terhadap masyarakat
Penilaian masyarakata terhadap Umbul Songo
Matriks SWOT pengembangan Umbul Songo

7
8
10
18
19
20
20
20
23
23
25
28

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Kerangka pemikiran
Peta lokasi penelitian
Kondisi jalan menuju Umbul Songo
a. Jalan
b. Area parkir
Pohon pinus
a. Tupai Kekes
b.Cucak Kutilang
a. Air terjun
b. Mata air
Penari Topeng Ireng
Alur menentukan potensi unggulan
Jumlah pengunjung Umbul Songo tahun 2007-2011
Asal pengunjung
Sumber informasi pengunjung
a. Aktivitas pengunjung
b. Lama kunjungan
Biaya perjalanan
Keinginan datang kembali pengunjung

3
4
9
11
11
12
13
13
14
15
15
17
18
19
21
21
21
22
22

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Taman Nasional Gunung Merbabu (TNGMb) merupakan salah satu
kawasan konservasi yang memiliki fungsi untuk pemanfaatan sumberdaya alam.
Dephut (2009) menyatakan bahwa pemanfaatan sumberdaya melalui kegiatan
wisata di Taman Nasional, khususnya untuk blok zona pemanfaatan merupakan
salah satu bentuk perlindungan sumberaya alam hayati dan ekosistemnya. Umbul
Songo merupakan salah satu lokasi wisata yang terdapat di TNGMb.
Kawasan Umbul Songo memiliki luas 16,4 ha (Balai Taman Nasional
Gunung Merbabu 2014). Umbul Songo merupakan tipe hutan pegunungan bawah
dengan keunikan flora dan fauna khas pegunungan serta memiliki pemandangan
khas pegunungan. Umbul Songo memiliki fungsi hidrologi bagi masyarakat
sekitar kawasan yang memanfaatkan Umbul Songo sebagai sumber air utama
masyarakat. Beberapa pihak yang terlibat langsung dan berpengaruh terhadap
kawasan Umbul Songo adalah masyarakat pengguna air, pedagang di lokasi
wisata, penyewaan tikar, peternak sampai dengan masyarakat secara umum.
Gangguan yang menjadi ancaman terhadap kawasan Umbul Songo berupa
pencurian kayu pinus dan puspa, serta adanya bloker air karena belum selesainya
konflik pemanfaatan air hingga saat ini.
Kawasan Umbul Songo merupakan bekas obyek wana wisata Perhutani
yang saat ini kondisinya ditutup untuk kegiatan wisata sejak tahun 2013, karena
belum adanya pengelolaan dan perencanaan yang matang untuk kegiatan wisata di
lokasi serta masih terdapat konflik aset bangunan dengan perhutani yang belum
terselesaikan hingga saat ini. Penutupan kegiatan wisata Umbul Songo juga
dipengaruhi oleh tingkat pengunjung yang menurun drastis tiap tahunnya.
Menurut Nugraharany (2013) jumlah pengunjung obyek ekoswisata
Umbul Songo mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Hal ini tidak sesuai
dengan kunjungan wisata internasional yang tumbuh diatas 7% sejak tahun 2000
serta tidak sesuai dengan pertumbuhan dengan tingkat kunjungan wisatawan
mancanegara ke Indonesia yang mencapai pertumbuhan rata-rata 5,22% tiap
tahunnya (Martaleni 2011).
Pemanfaatan potensi sumberdaya, pengendalian jumlah pengunjung yang
menurun, serta pemberdayaan masyarakat dapat dicapai dengan melakukan
pengembangan ekowisata Umbul Songo. Bentuk pengembangan dapat
disesuaikan dengan ketersediaan sumberdaya, keinginan pengunjung, kesiapan
masyarakat dan harapan pihak pengelola. Douglass (1970) menyatakan bahwa
pengembangan kawasan didasarkan pada penggunaan sumberdaya yang tersedia
dan permintaan pasar. Pengembangan ekowisata Umbul Songo harus dirancang
sesuai dengan prinsip dan kaidah ekowisata sehingga tetap memperhatikan
keberlanjutan fungsi ekosistem berupa fungsi ekologi, ekonomi,sosial dan budaya
serta tidak tidak bertentangan dengan fungsi utama kawasan TNGMb sebagai
kawasan konservasi. Terkait dengan rencana tersebut maka diperlukan suatu
penelitian untuk mengetahui berbagai aspek supply dan demand yang dimiliki

2
ekosistem Umbul Songo sehingga dapat dibuat pengembangan ekowisata Umbul
Songo.
Rumusan Masalah
Kawasan Umbul Songo di Taman Nasional Gunung Merbabu memiliki
potensi wisata yang dapat dikembangkan. Kawasan ini juga memiliki fungsi
hidrologi, ekologi, sosial, dan budaya yang harus tetap dijaga agar tetap lestari,
maka diperlukan bentuk pengelolaan yang sesuai dalam pengembangan kawasan
Umbul Songo. Saat ini dalam rencana pengembangan masih terdapat kendala
yang dihadapi antara lain
1. Potensi ekowisata Umbul Songo belum teridentifikasi
2. Karakteristik, persepsi dan motivasi pengunjung ekowisata belum
teridentifikasi
3. Kesiapan masyarakat dan pengelola belum teridentifikasi
4. Pengelola belum memiliki strategi pengembangan ekowisata Umbul Songo.

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian Pengembangan Ekowisata Umbul Songo di Taman
Nasional Gunung Merbabu Jawa Tengah yaitu :
1. Menilai potensi Ekowisata Umbul Songo
2. Menganalisis karakteristik, persepsi dan motivasi pengunjung Umbul Songo
3. Menganalisis kesiapan masyarakat dan pengelola dalam kegiatan ekowisata
Umbul Songo
4. Menyusun konsep pengembangan ekowisata Umbul Songo
.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian Pengembangan Ekowisata Umbul Songo di Taman
Nasional Gunung Merbabu diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai
kondisi kawasan Umbul Songo dan pemanfaatannya dalam ekowisata sehingga
dapat terselenggara kegiatan ekowisata yang mampu memberikan manfaat bagi
keberlanjutan ekologi, sosial dan ekonomi masyarakat serta memberi kepuasan
bagi pengunjung Umbul Songo.

Kerangka Pemikiran
Umbul Songo memiliki potensi dalam pengembangan ekowisata, karena
merupakan salah satu kawasan sumber mata air yang memiliki kekhasan
sumberdaya dan lokasinya cukup strategis. Namun saat ini kawasan belum
dikembangkan secara optimal oleh pihak pengelola, sehingga jumlah pengunjung
berkurang dari tahun ke tahun, bahkan sekarang ditutup. Selain itu perlu dibentuk
kesadartahuan masyarakat dalam rangka pengembangan kawasan Umbul Songo.
Kawasan Umbul Songo yang merupakan kawasan konservasi, maka salah satu
upaya wisata yang bisa dilakukan adalah ekowisata.

3
Pengembangan Umbul Songo untuk kegiatan ekowisata perlu dikaji
mengenai potensi dan informasi mengenai sumberdaya dan kondisi masyarakat
lokal yang berada di sekitar kawasan Umbul Songo. Pengkajian dilakukan dengan
memberikan kuesioner kepada pengunjung serta wawancara dengan masyarakat
dan pengelola. Data dianalisis dengan menggunakan analisis SWOT untuk
menghasilkan rencana pengembangan kawasan Umbul Songo, sebagai dasar
pertimbangan dalam pengembangan ekowisata Umbul Songo Taman Nasional
Gunung Merbabu. Agar rencana pengembangan potensi ekowisata Umbul Songo
tersebut dapat dilakukan dengan baik, maka disusunlah suatu kerangka pemikiran
seperti terlihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Kerangka pemikiran

METODE

Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan selama satu bulan yaitu dari bulan Februari sampai
dengan Maret 2015. Kegiatan penelitian dilakukan di kawasan Umbul Songo,
Resort Kalipasang, Taman Nasional Gunung Merbabu. Lokasi dipilih berdasarkan
potensi wisata yang ada di kawasan tersebut (Gambar 2).

Gambar 2 Peta lokasi penelitian

4

5
Alat dan Obyek
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, panduan
wawancara, tallyshet, buku panduan pengenalan jenis tumbuhan pegunungan,
buku panduan pengenalan jenis satwa (mamalia dan burung), kamera digital, alat
perekam, dan alat tulis. Obyek penelitian adalah kawasan wisata Umbul Songo,
dengan subyek pengunjung, masyarakat lokal dan pengelola Taman Nasional
Gunung Merbabu.
Jenis Data
Data yang dikumpulkan dapat dikelompokan menjadi data primer dan data
sekunder. Data primer merupakan data utama yang diambil melalui observasi
lapang, studi literatur, wawancara dan kuesioner. Data sekunder merupakan data
yang diambil untuk menunjang data primer.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengambilan data yang digunakan pada penelitian ini antara lain
studi pustaka, observasi, wawancara dan kuesioner.
Studi pustaka
Studi pustaka dilakukan untuk mengumpulkan data dengan cara
menelusuri dokumen atau pustaka yang terkait dengan penelitian ini. Data yang
dikumpulkan terdiri atas: 1) Sejarah TNGMb, 2) Rencana pengelolaan TNGMb,
3) Kondisi umum kawasan, 4) Aktivitas wisata dan jumlah pengunjung, serta
literatur lain yang mendukung penelitian ini. Sumber pustaka yang digunakan
untuk acuan yaitu jurnal, buku dan dokumen penting terkait pengelolaan wisata di
Taman Nasional Gunung Merbabu. Data yang diperoleh dari studi literatur akan
digunakan sebagai pedoman dalam pengambilan data di lapangan. Studi literatur
dilakukan untuk mendapatkan informasi yang suah tersedia.
Observasi lapang
Observasi lapang merupakan kegiatan pengamatan langsung ke kawasan
wisata Umbul Songo untuk mendapatkan data mengenai potensi wisata, fasilitas,
jasa pelayanan, pengelolaan, aksesibilitas, dan tumbuhan serta satwaliar yang
telah didapatkan sebelumnya pada studi pustaka. Pengamatan tumbuhan dan
satwa dilaksanakan dengan menggunakan metode rapid assessment. Metode ini
digunakan untuk pengumpulan data secara cepat, dengan diawali pendugaan dari
studi literatur (Harjo 2009). Pengamatan dilakukan dengan mencatat dan
mendokumentasikan jenis tumbuhan dan satwaliar yang ditemukan di sepanjang
jalur. Waktu pengamatan dilakukan selama 5 hari pada pagi hari (07.00 - 09.00
WIB) dan sore hari (15.00-18.00 WIB).
Kuesioner
Kuesioner disajikan dalam bentuk closes ended, artinya setiap pertanyaan
yang terdapat dalam kuesioner telah diberikan pilihan-pilihan jawaban sehingga
jawaban responden sudah terfokus pada tujuan penelitian. Nilai atau skor yang

6
digunakan yaitu merujuk pada hasil gubahan Skala Likert yang awalnya hanya
nilai 1 sampai 5, namun digubah menjadi nilai 1-7 (Avenzora 2008). Nilai atau
skor 1 (sangat tidak setuju), 2 (tidak setuju), 3 (agak tidak setuju), 4 (biasa saja), 5
(agak setuju), 6 (setuju) dan 7 (sangat setuju). Kuesioner dibagikan kepada
pengunjung dan assesor.
Pengunjung
Teknik yang digunakan untuk mengambil sampel pengunjung yaitu
dengan menggunakan random sampling dilanjutkan dengan convenience sampling.
Teknik ini digunakan untuk mengambil sampel acak dengan kriteria tertentu
(Altinay dan Paraskevas 2008). Adapun sampel dari pengunjung yang diambil
yaitu semua pengunjung yang telah berusia 17 tahun. Jumlah sampel yang diambil
yaitu 30 responden, dikarenakan dalam penelitian sosial perhitungan dengan
jumlah 30 tidak berbeda nyata dengan jumlah yang lebih besar dari 30, sehingga
30 responden sudah mencukupi (Agung 2005).
Assesor
Kuesioner untuk assessor berisi tentang berbagai hal terkait penilaian
potensi obyek wisata Umbul Songo. Penilaian potensi wisata terfokus pada
variabel flora, fauna, gejala alam, seni tari dan spiritual. Penilaian dilakukan
dengan menilai tujuh aspek nilai yang terkait dan berasosiasi menurut Avenzora
(2008) yaitu keunikan, kelangkaan, keindahan, seasonalitas, aksesibilitas,
sensitivitas dan fungsi sosial.
Wawancara
Wawancara yaitu suatu proses memperoleh keterangan terkait dengan
penelitian yang diteliti. Wawancara merupakan metode untuk mendapatkan data
yang lebih dalam dalam waktu yang lebih singkat (Suyanto dan Sutinah 2005).
Wawancara ditujukan kepada masyarakat dan pengelola kawasan Umbul Songo.
Masyarakat
Wawancara kepada masyarakat dilakukan di Desa Kopeng yang
berbatasan langsung dengan kawasan Umbul Songo. Responden diambil sebanyak
30 orang (Wardiyanta 2010), penentuan responden dengan random sampling
dengan dilanjutkan convenience sampling (Setyosari 2010). Adapun kriteria
masyarakat yang menjadi responden yaitu semua masyarakat yang diambil secara
acak dan mengetahui serta pernah memasuki kawasan Umbul Songo serta berusia
diatas 17 tahun.
Pengelola
Wawancara dilakukan kepada pengelola kawasan wisata Umbul Songo
yaitu pengelola dari Taman Nasional Gunung Merbabu. Pengelola diwawancarai
mengenai kondisi wisata, permasalahan yang ada di lokasi penelitian, serta
rencana pengembangan Umbul Songo. Wawancara yang dilakukan mencakup,
Kepala Seksi Wilayah 1 Kopeng dan seluruh pegawai di resort Kalipasang yang
terdiri atas PEH dan Polhut. Jenis data, metode, dan sumber data yang
dikumpulkan secara rinci dapat diliat pada Tabel 1 berikut:

7
Tabel 1 Jenis data, metode, dan sumberdata yang dikumpulkan
Jenis data
Data primer
Potensi Umbul Songo terdiri atas:
1. Flora, fauna, gejala alam
2. Sosial budaya masyarakat.

Metode
pengambilan data

1. Observasi dan studi
pustaka
2. Wawancara

Sumber data

1. TNGMb
2. Masyarakat

Pengelola wisata Umbul Songo terdiri Wawancara
atas: Manajemen ekowisata, kebijakan
dan partisipasi pengelola, serta rencana pengembangan.

Pengelola

Masyarakat terdiri atas: Karakter-istik, Wawancara
persepsi, kesiapan dan partisipasi dalam mendukung pengembangan wisata alam

Masyarakat

Pengunjung terdiri atas: Karakteristik, Kuesioner
persepsi dan motivasi pengunjung

Pengunjung

Data sekunder
Kondisi umum kawasan: luas kawa- Studi pustaka
san, sarana serta fasilitas wisata, aksesibilitas.

TNGMb
Pengelola
Masyarakat

Analisis Data
Analisis deskriptif
Analisis deskriptif digunakan dalam menjabarkan dan menguraikan data
lapangan. Analisis deskriptif terdiri dari analisis deskriptif kualitatif dan
kuantitatif. Analisis deskriptif kualitatif yaitu menguraikan secara deskriptif data
yang didapat seperti pengelolaan kawasan, masyarakat dan aspek sediaan wisata.
Analisis deskriptif kuantitatif yaitu mendeskripsikan data menggunakan diagram
dan presentase. Analisis deskriptif digunakan untuk data masyarakat, pengunjung,
pengelola serta potensi sehingga dapat dipilih alternatif pengembangan
berdasarkan data tersebut.
Analisis SWOT
Arahan perencanaan pengembangan ekowisata dilakukan dengan
menggunakan analisis SWOT. Analisis ini bertujuan untuk membantu
menentukan kebijakan yang diperlukan dalam rencana pengembangan potensi
wisata di Umbul Songo. Analisis SWOT merupakan instrumen perencanaan
strategis yang klasik dengan menggunakan kerangka kerja kekuatan dan
kelemahan dan kesempatan eksternal dan ancaman untuk memformulasikan
strategi suatu kegiatan (Start dan Hovland 2004).

8
Asumsi yang dibangun dari pendekatan SWOT dalam penelitian ini yaitu
setiap instrumen dari kuadran matriks SWOT memiliki bobot yang sama dalam
penilaiannya. Asumsi ini dibuat karena intrumen internal maupun eksternal dalam
penelitian ini belum memiliki bobot karena belum pernah ada penilaian yang
dilakukan pada lokasi penelitian ini (Muttaqin 2011).
Alternatif kebijakan pada matriks hasil analisis SWOT dihasilkan dari
kekuatan kawasan untuk mendapatkan peluang (SO), kebijakan berdasarkan
penggunaan kekuatan yang ada untuk menghadapi ancaman yang akan datang
(ST); pengurangan kelemahan yang ada dengan memanfaatkan peluang (WO) dan
pengurangan kelemahan yang ada untuk menghadapi ancaman yang akan datang
(WT). Matrik SWOT dapat disajikan dengan Tabel 2 berikut:
Tabel 2 Matrik SWOT (Rangkuti 2001)
Internal
Strengths (S)
Weaknesses (W)
Eksternal
Opportunities (O)

Threats (T)

Strategi S-O
Strategi W-O
Menciptakan
Menciptakan
strategi yang menggun- strategi yang meminimalakan kekuatan untuk me- kan kelemahan untuk memanfaatkan peluang
manfaatkan peluang
Strategi S-T
Strategi W-T
Menciptakan
Menciptakan
strategi yang menggun- strategi yang meminimalakan kekuatan untuk me- kan
kelemahan
dan
ngatasi ancaman
menghindari ancaman

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Kawasan Wisata Umbul Songo merupakan kawasan wisata yang dimilki
oleh Taman Nasional Gunung Merbabu tepatnya di SPTN Wilayah 1 Kopeng
Resort Kalipasang. Kondisi kawasan saat ini ditutup untuk pengunjung umum
dikarenakan belum adanya pengelolaan yang jelas akibat dari konflik aset
bangunan dengan pihak Perhutani yang masih berlangsung sejak serah terima dari
perhutani kepada TNGMb.
Kawasan Umbul Songo ditetapkan berdasarkan SK Menteri No
580/kpt/Um/1974 memiliki luas 6.5 Ha. Umbul Songo bertambah luas wilayahnya
pada tahun 2006 luasnya menjadi 16,4 Ha. Dari tahun 1974 Umbul Songo
merupakam pengelolaan oleh PHKA yang diserahkan pada Perhutani. Tahun 2004
Umbul Songo berubah fungsi menjadi kawasan taman nasional dan diserahkan
dari Perhutani kepada taman nasional (Balai Taman Nasional Gunung Merbabu
2014).
Kawasan Umbul Songo terletak di zona pemanfaatan bagian utara, yang
secara administratif terletak di Desa Kopeng, Kecamatan Getasan, Kabupaten

9
Semarang. Secara geografis Kawasan Umbul terletak pada 11020-11030 BT dan
7’20-7’30 LS. Kawasan Umbul Songo berbatasan langsung dengan dusun-dusun
Desa Kopeng. Bagian utara berbatasan dengan Dusun Kaliduren, bagian timur
berbatasan dengan Dusun Kopeng, bagian selatan berbatasan dengan Desa
Seloduwur, dan bagian barat berbatasan langsung dengan jalan Desa Kopeng.
Kondisi lapangan berupa pegunungan dengan bentuk lapangan
bergelombang sampai curam. Kemiringan 12-35 sebelah barat dan timur.
Sebelah selatan sangat terjal atau miring. Mendatar sebelah utara. Umbul Songo
terletak pada ketinggian 1300 - 1450 mdpl (Nugraharany 2013).
Kawasan Umbul Songo berada pada daerah cekung yang merupakan
Daerah Aliran Sungai (DAS) Tuntang - Rawa pening. Umbul Songo memiliki
mata air berjumlah sembilan. Debit air 1200 l/detik (Balai Taman Nasional
Gunung Merbabu 2014). Sumber lainnya yaitu Tuk Dandang dimanfaatkan
sumber minum Kecamatan Getasan dan pemanfaatan lainnya.
Aksesibilitas
Kawasan Umbul Songo dapat ditempuh melalui tiga jalur utama yaitu jalur
Semarang - Salatiga dengan jarak tempuh 50 km, jalur Solo – Salatiga dengan
jarak tempuh 65 km, serta jalur Yogyakarta - Magelang dengan jarak tempuh 75
km. Kondisi jalan merupakan jalan aspal dengan lebar jalan 6 meter. Akses ini
dapat dilalui kendaraan pribadi, truk, maupun bus besar (Balai Taman Nasional
Gunung Merbabu 2010).
Umbul Songo dapat dijangkau dengan transportasi umum dari terminal
Salatiga menuju lokasi Kawasan Umbul Songo dengan tarif Rp5000. Dari jalan
utama cukup dijangkau dengan berjalan kaki sejauh 500 meter atau bisa dengan
menggunakan jasa ojek. Kondisi jalan menuju lokasi dari jalan utama memiliki
lebar 5 meter dengan kondisi jalan aspal baik (Gambar 3).

Gambar 3 Kondisi jalan menuju Umbul Songo

Sarana dan prasarana
Sarana prasarana wisata di Umbul Songo TNGMb berupa fasilitas kantor,
pelayanan, akomodasi dan fasilitas untuk mendukung aktivitas wisata.

10
Pengelolaan sarana prasarana wisata tersebut saat ini belum ada yang mengelola
dikarenakan lokasi Umbul Songo masih ditutup dan belum ada pengelolaan
kegiatan wisata yang berlangsung. Berikut sarana prasarana di kawasan Umbul
Songo disajikan pada Tabel 3.

No
1
2
3
4
5
6
7
8

Tabel 3 Sarana dan Prasarana Umbul Songo
Sarana dan Prasarana
Kondisi
Pusat Informasi
Tidak baik
Penginapan
Baik
Jalan
Baik
Air
Baik
Listrik
Tidak baik
Toilet
Agak baik
Mushola
Baik
Area Parkir
Baik

Pusat informasi
Pusat Informasi merupakan tempat pengunjung memperoleh informasi
melalui papan informasi, jalur informasi, penjualan tiket. Pusat informasi terletak
di depan dekat pintu masuk Umbul Songo. Saat ini fasilitas ini masih ada namun
kondisinya kotor dan tidak terawat.
Penginapan
Pengunjung yang ingin bermalam atau sekedar istirahat dapat bermalam di
hotel atau motel yang berada di sepanjang jalan menuju lokasi Umbul Songo.
Penginapan mulai dari kelas melati hingga bintang lima tersedia di lokasi ini.
Jalan
Jalan utama merupakan jalan yang menghubungkan Kota SalatigaMagelang. Kondisi jalan utama baik dimana jalan tersebut merupakan jalan aspal
sehingga dapat dilalui mobil, truk dan bus.
Jalan di dalam Umbul Songo berupa jalan setapak dengan kondisi tidak baik,
rusak dan menimbulkan potensi bahaya. Jalan ini bermaterial tanah dan kerikil
dan tanpa adanya pelindung sisi yang dibawahnya jurang dan sungai (Gambar 5).
Air
Sumber air di Umbul Songo berupa mata air dan air terjun. Mata air Umbul
Songo memiliki sembilan sumber sehingga dinamakan Umbul Songo. Air ini
digunakan oleh masyarakat sebagai sumber air utama.
Listrik
Jaringan listrik berfungsi sebagai penerang belum masuk ke dalam lokasi
Umbul Songo, hanya sampai tempat parkir yang sudah dialiri listrik. Hal ini
karena lokasi Umbul Songo sudah lama tidak ada perawatan.
Toilet
Toilet di Umbul Songo terdapat pada dua lokasi yaitu di dalam kawasan
dan di musholla yang berada di area parkir. Musholla yang berada di kawasan

11
sudah runtuh dan rusak, sedangkan musholla yang berada di musholla masih
terawat dengan baik oleh warga yang menggunakan.
Musholla
Musholla sebagai tempat ibadah bagi umat islam dapat ditemui di di area
parkir dan di dalam kawasan. Kondisi musholla di dalam kawasan sudah rusak,
dan runtuh. Musholla di area parkir kondisinya sangat baik dilengkapi dengan
tempat wudhu, mukena dan Al-quran dan kamar mandi. Musholla ini masih
dirawat dan digunakan oleh warga sekitar.
Area parkir
Lokasi parkir area yang berada di luar pintu masuk Umbul Songo cukup
luas dengan kapasitas sampai dengan 20 bus besar, di tempat ini terdapat juga
musholla, pepohonan, serta gerbang masuk (Gambar 4).

(a)

(b)
Gambar 4 (a) Jalan setapak, (b) parkir area

12
Potensi Ekowisata Kawasan Umbul Songo
Kawasan Umbul Songo memiliki potensi ekowisata yang dapat
dikembangkan sebagai daya tarik ekowisata. Potensi tersebut diantaranya yaitu
potensi flora, fauna, gejala alam, seni tari serta spiritual dari masyarakat sekitar.
Flora
Kawasan Umbul Songo memiliki potensi flora yang cukup beragam
karena hutannya termasuk formasi hutan pegunungan, flora yang terdapat dilokasi
diantaranya Pinus (Pinus merkusii), Akasia (Acasia decurent), Rasamala (Altingia
excelsa), Kayu Putih (Melaleuca leucadendron), Petai Cina (Leucaena
leucephala), Beringin (Ficus benjamina), Kina (Cinchona ledgeriana), Bambu
Cendani (Bambusa glauscencens), Pakis (Cycas rumphii), Puspa (Schima
walichii) dan Cemara Kipas (Cupressus sempervirens).
Kawasan Umbul Songo merupakan hutan tanaman bekas dari tanaman milik
Perhutani. Umbul Songo memiliki tegakan pohon yang didominasi oleh Pinus dan
Puspa. Kawasan wisata Umbul Songo ketika masih difungsikan secara legal
sebagai obyek wisata untuk pengunjung, hutan dari kawasan Umbul Songo
dijadikan bumi perkemahan. Hal ini dikarenakan pohon pinus dan puspa yang
mendominasi hutan Umbul Songo memiliki tajuk yang tidak terlalu rapat dan
jarak antar pohon cukup lebar karena merupakan bekas tanaman perhutani,
sehingga sesuai untuk menjadi bumi perkemahan (Gambar 5).

Gambar 5 Pinus (Pinus merkusii)
Fauna
Potensi fauna yang ditemukan di Kawasan Umbul Songo terdiri atas
mamalia dan burung. Mamalia di Umbul Songo diantaranya yaitu Bajing
(Sundasciurus sp), Tupai (Tupaia javanica). Burung yang terdapat di Umbul
Songo yaitu Alap-alap Sapi (Falco moluccensis), Bentet Kelabu (Lanius schach),
Caladi Ulam (Dendrocopos macei), Cekakak Jawa (Halcyon cyanoventris), Cica
Koreng Jawa (Megalurus palustris), Cingcoang Biru (Brachypteryx leucophrys),
Cucak Kutilang (Pycnonotus aurigaster), Kacamata Gunung (Zosterops
montanus), Madu Sriganti (Nectarinia jugularis), Srigunting Kelabu (Dicrurus

13
leucophaeus), Wiwik Kelabu (Cacomantis merulinus), Kicuit Batu (Motacilla
cinerea), Layang-layang Batu (Hirundo tahitica), Sikatan Bubik (Muscicapa
latirostris). Fauna pada Kawasan Umbul Songo sebagian besar merupakan jenis
burung, sehingga potensi burung di lokasi ini cukup baik apabila potensi ini
dijadikan sebagai obyek daya tarik wisata.
Pengamatan lapang yang dilakukan menggambarkan jenis-jenis satwaliar
yang mudah dan sering dijumpai yaitu, Tupai Kekes (Tupaia javanica), Cucak
Kutilang (Pycnonotus aurigaster). Berdasarkan pengamatan yang dilakukan satwa
tersebut sering dijumpai berada di pepohonan dan tidak berkelompok (Gambar 6).

(a)

(b)
Gambar 6 (a) Tupai Kekes (Tupaia javanica),
(b) Cucak Kutilang (Pycnonotus aurigaster)
Gejala alam
Kawasan Umbul Songo merupakan lokasi dengan kondisi alam yang
menarik, selain hal ini kawasan Umbul Songo juga berada pada kawasan Desa

14
Kopeng yang memiliki banyak pilihan obyek wisata, yang saat ini telah menjadi
Desa Vokasi. Gejala alam di Umbul Songo yang berpotensi sebagai daya tarik
wisata diantaranya yaitu:
1. Air terjun
Air terjun di Umbul Songo memiliki tinggi l15 m, hulu sungainya
merupakan bekas bumi perkemahan. Air terjun Umbul Songo mengalir hanya
pada musim penghujan, saat musim kemarau air terjun ini kering. Kondisi sekitar
air terjun cukup menarik seperti kolam taman alami hanya saja masih ada
beberapa sampah yang sekarang tidak dikelola akibat dari tidak adanya
pengelolaan yang dilakukan di lokasi ini (Gambar 7).
2. Mata air Umbul Songo
Mata air Umbul Songo atau Tuk Songo merupakan icon utama lokasi
wisata ini selain air terjun Umbul Songo. Mata air ini mengairi beberapa dusun di
bawah lokasi mata air seperti Dusun Dukuh, Dusun Selongisor, dan Dusun
Seloduwur. Mata air ini memiliki debit 20 m3/detik dengan kondisi air jernih dan
bersih (Balai Taman Nasional Gunung Merbabu 2010).
Mata air Umbul Songo sampai saat ini masih dimanfaatkan oleh berbagai
pihak yang berkepentingan seperti PDAM, masyarakat langsung maupun
masyarakat melalui broker. Bamyaknya pihak yang memanfaatkan dengan
kepentingan masing – masing menyebabkan ketidakteraturan pipa air akibat
penggunaan yang belum terkelola dengan baik (Gambar 7).
3. Pemandangan pegunungan
Umbul Songo merupakan lokasi dengan kondisi alam yang menarik,
dengan ketinggian 1.450 mdpl, dan diapit oleh Gunung Telomoyo, Gunung
Andong, dan Gungung Merbabu, sehingga kita dapat menikmati pemandangan
tiga gunung sekaligus serta suasana asri dan menyejukkan sehingga menjadikan
daya tarik dari obyek wisata ini. Potensi pemandangan yang indah merupakan
salah satu daya tarik dari Umbul Songo yang bisa dikembangkan karena
pemandangan indah dikelilingi gunung, lokasinya sejuk dan hijau, serta kicauan
burung yang membuat pengunjung betah berlama-lama di lokasi ini.

(a)

15

(b)
Gambar 7 (a) Air terjun Umbul Songo, (b) Mata air Umbul Songo
Seni tari
Kawasan Umbul Songo merupakan kawasan yang berdekatan dengan
obyek-obyek wisata lainnya di Desa Kopeng, sehingga masyarakat disana telah
terbiasa dalam penyediaan jasa wisata dan kehidupan wisata. Potensi wisata
berbasis masyarakat salah satunya yaitu kesenian tari yang khas dari masyarakat
Umbul Songo
Topeng ireng
Tari Topeng Ireng merupakan salah satu salah satu jenis kesenian tari khas
dari lereng Gunung Merbabu, khususnya kawasan Magelang dan Boyolali.
Kostum yang digunakan oleh penari memiliki keunikan, salah satunya terdapat
hiasan pada kepala penari dari bulu-bulu burung yang mirip seperti mahkota
kepala suku Hindian. Sebagian masyarakat menyebut Tari Topeng Ireng dengan
istilah Dayakan. Hal ini dikarenakan masyarakat mengenal kostum tarian seperti
pakaian yang dipakai suku Dayak. Selain mahkota serta busana yang dikenakan
keunikan lain yang membedakan dengan pakaian adat suku dayak yaitu kerincing
yang dipakai oleh penari pada mata kaki hingga lutut (Gambar 8 ).

Sumber : kelembagaan.pnri.go.id

Gambar 8 Penari Topeng Ireng

16
Musik yang mengiringi berupa musik mocopatan dan keroncong dengan
syair islami yang bertemakan dakwah atau nasehat. Pada dasarnya Topeng Ireng
adalah penggabungan pencak silat dan syiar agama islam. Formasi tari Topeng
Ireng sangat unik karena lurus dan berbaris semakin banyak pemain makan akan
semakin menarik. Topeng ireng diperagakan selama 10-15 menit dan baiasanya
berlangsung pada upacara bersih desa, kirab budaya, festival rakyat maupun acara
hajatan masyarakat. Tari Topeng Ireng saat ini juga telah menjadi salah satu mata
pencaharian tambahan masyarakat selain sebagai petani. Sebagian besar penari
Songo yang bekerja sebagai penari untuk menambah ekonomi keluaraga.
Seni tari ini memiliki potensi tinggi untuk dikembangkan sebagai daya
tarik wisata khususnya daya tarik seni dan budaya masyarakat lokal. Identitas
budaya yang dimiliki masyarakat dan berbeda dengan masyarakat lainnya merupakan
sumber daya yang berharga untuk tujuan ekowisata (Cole 2006).
Spiritual
Merti desa
Kegiatan merti desa atau saparan atau syukuran atas berkah pada desa
kepada Tuhan merupakan agenda tahunan desa-desa dilereng gunung Merbabu.
Setiap desa memiliki kekhasan tersendiri dalam memperingati acara ini.
Masyarakat sekitar Umbul Songo khususnya Desa Kopeng memperingati acara ini
dengan diawali nyekar atau ziarah kubur. Selanjutnya masyarakat membagibagikan kue apem, uniknya setiap rumah memiliki kue apem untuk disajikan di
depan rumah.
Masyarakat menyelanggarakan acara ini dengan persiapan matang, yaitu
menggumpulkan penggalangan dana untuk memeriahkan acara dengan hiburan
dari kesenian daerah seperti Tari Kuda Lumping, Topeng Ireng, Dangdutan, serta
diakhiri pengajian pada sore sampai malam hari. Masyarakat telah menyajikan
makanan dan minuman di setiap rumah dan semua tamu baik dikenal maupun
tidak di jamu dengan sangat baik, tetapi masyarakat memiliki tamu khusus yang
diundang yaitu kerabat dan keluarga. Pertunjukan lain yang dapat kita lihat saat
Merti Desa yaitu pemotongan rambut gimbal pada anak-anak yang sudah
mencapai umur agar diberi keselamatan oleh Tuhan.
Penilaian potensi ekowisata
Penilaian potensi wisata dilakukan dengan cara menilai 7 macam indikator
penilaian yang terkait dan berasosiasi dalam suatu potensi wisata (Avenzora 2008),
yaitu keunikan, kelangkaan, keindahan, seasonality, sensitivitas, aksesibilitas dan
fungsi sosial. Potensi wisata yang dinilai yaitu potensi wisata alam yang terdiri
dari variabel flora, fauna, gejala alam, seni tari dan spiritual. Setiap variabel
terdapat beberapa potensi yang dinilai sehingga menghasilkan potensi unggulan
pada masing-masing variabel. Potensi unggulan tiap variabel yaitu Bambu
Cendani, Elang Hitam, mata air, topeng ireng, merti desa. Potensi unggulan pada
setiap variabel dibandingkan kembali dengan potensi unggulan yang dimilki
variabel lain sehingga menghasilkan potensi unggulan Umbul Songo. Berikut alur
menentukan potensi unggulan pada Gambar 9.

17

Gambar 9 Menentukan alur potensi unggulan
Mata air Umbul Songo menjadi potensi unggulan berdasarkan penilaian
assesor. Keunikan dari mata air ini yaitu mata air ini memiliki sembilan sumber
mata air yang tetap mengalir dari tiap sumber airnya. Mata air ini memiliki
keindahan dan seasonality tinggi, walaupun air terjun dan sungai yang mengalir di
atas mata air ini kering akan tetapi sumber mata air ini tetap mengeluarkan air
dengan lancar. Sensitivitas dari mata air ini sangat tinggi mata air ini hingga saat
ini masih menjadi konflik utama masyarakat dalam pemanfaatannya.
Aksesibilitas menuju lokasi mata air ini sangat mudah karena letaknya yang
strategis. Fungsi sosial dari mata air ini sangat tinggi, hingga saat ini mata air ini
masih terus menjadi sumber mata air utama masyarakat dari Desa Kopeng hingga
diperebutkan pemanfaatannya. Mata air ini memiliki legenda dan cerita tersendiri
oleh masyarakat. Legenda tersebut menjadi asal mula nama dari mata air ini dan
saat ini menjadi nama kawasan wisata ini.

Karakteristik, Motivasi dan Persepsi Pengunjung
Jumlah pengunjung
Jumlah pengunjung yang berwisata ke Kawasan Umbul Songo dari tahun
ke tahun mengalami perubahan. Jumlah wisatwan dari tahun 2007 hingga tahun
2009 mengalami kenaikan dan perkembangan yang baik hal ini karena saat itu
perhutani masih memegang pengelolaan kawasan wisatanya. Mulai tahun 2010
terjadi penurunan drastis dari 30.340 wisatawan menjadi 6.565 wisatawan

18
kemudian tahun berikutnya 2011 terjadi kenaikan jumlah tetapi hanya sedikit, hal
ini akibat mulai terjadi kekosongan pengelolaan hingga tahun 2013 akhirnya
resmi ditutup oleh Taman Nasional (Kabupaten Semarang dalam Angka Tahun
2012). Perubahan jumlah pengunjung disajikan pada Gambar 10.
35000

individu

30000
25000
20000
15000
10000
5000
0
2007

2008

2009
tahun

2010

2011

Gambar 10 Jumlah pengunjung Umbul Songo tahun 2007-2011
Karakteristik pengunjung
Pengunjung Kawasan Umbul Songo sebagian besar berjenis kelamin lakilaki yaitu sebanyak 53 % , didominasi oleh usia 21-25 tahun. Latar belakang
pendidikan yang paling tinggi sebesar 63%, yaitu pada tingkat lulusan SMA.
Status pekerjaan yang paling banyak adalah pelajar sebesar 46%. Data mengenai
karakteristik pengunjung disajikan dalam Tabel 4.
Tabel 4 Karakteristik pengunjung Umbul Songo
Parameter
Kriteria
Jumlah Pengunjung (%)
Jenis Kelamin
Laki-laki
53
Perempuan
47
Usia

(17-20) tahun
(21-25) tahun
> 26 tahun

13
51
36

Pendidikan

Lulus SMP
Lulus SMA
Lulus Diploma
Lulus Sarjana

3
63
7
27

Pekerjaan

Pelajar
PNS
Swasta
BUMN/BUMD
POLRI
Wiraswasta
Lainnya

46
9
20
7
3
8
7

19
Asal pengunjung
Asal pengunjung Kawasan Umbul Songo sebanyak 27% berasal dari
Semarang, 13% dari Salatiga, 13% dari Magelang, 13% dari Boyolali sisanya dari
daerah lainnya. Berdasarkan presentase asal pengunjung (Gambar 11) maka dapat
dilihat bahwa pengunjung sebagian besar merupakan wisatawan lokal yang berada
dijalur-jalur utama Umbul Songo yaitu Semarang, Salatiga, Boyolali dan
Magelang. Hal ini dikarenakan pengunjung melakukan pertimbangan mengenai
jarak tempuh dan waktu tempuh yang tercepat dan terdekat dalam akses lokasi
wisata.
Bali
Temanggung
Wonosobo
Bogor
Bekasi
Boyolali
Kudus
Yogjakarta
Salatiga
Semarang
Kedungen
Magelang

3%
3%
3%
7%
3%
13%
7%
3%
13%
27%
3%
13%
0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

Gambar 11 Asal pengunjung
Motivasi pengunjung
Pemahaman mengenai motivasi wisata dan proses pengambilan keputusan
merupakan suatu hal yang penting, terkait dengan promosi pariwisata dan
perencanaan berwisata. Motivasi berdasarkan bentuk kegiatannya, maka dapat
dibagi menjadi dua yaitu kegiatan aktif dan pasif. Kegiatan aktif adalah kegiatan
yang dilakukan dengan melibatkan pergerakan fisik untuk menjalankan kegiatan
tersebut, seperti trekking, pendakian gunung atau berkemah. Kegiatan pasif adalah
kegiatan yang tidak membutuhkan banyak pergerakan fisik, contohnya melihat
pemandangan alam dan menikmati udara sejuk (Sharma 1995).
Pengunjung kawasan Umbul Songo sebagian besar datang untuk melihat
pemandangan alam (nilai 6.2) dan fotografi (5.6), sebagian lainnya menyatakan
biasa saja untuk pendidikan, berkemah maupun penjelajahan alam (Tabel 5).
Tabel 5 Penilaian motivasi pengunjung
No
1
2
3
4
5
6

Pernyataan
Melihat pemandangan alam
Pengamatan flora dan fauna
Pendidikan dan penelitian
Berkemah
Fotografi
Penjelajahan Alam

Keterangan

1. Sangat tidak suka
4. Biasa saja
7. Sangat suka

2. Tidak suka
5. Agak suka

Penilaian
6.2
5.3
4.2
4.7
5.6
4.7
3. Agak tidak suka
6. Suka

20
Pengunjung menyatakan bahwa kunjungan ke Umbul Songo merupakan
tujuan utama dengan nilai 4.3 dan pengunjung yang menyatakan bahwa tujuan
persinggahan memberikan nilai 5.1 yang artinya tujuan persinggahan ini
berpengaruh dalam mendorong pengunjung ke lokasi wisata Umbul Songo (Tabel
6). Sebanyak 49% pengunjung merupakan pengunjung dengan kunjungan pertama,
dan 37% lainnya merupakan kunjungan kedua dan selebihnya yang mengunjungi
lebih dari dua kali sebanyak 14% (Tabel 7).

No
1
2

Jenis tujuan
Utama
Singgah

Keterangan

No
1
2
3

Tabel 6 Tujuan kedatangan pengunjung
Nilai

1. Sangat tidak setuju
4. Biasa saja
7. Sangat setuju

4.3
5.1
2. Tidak setuju
5. Agak setuju

3. Agak tidak setuju
6. Setuju

Tabel 7 Jenis kunjungan pengunjung
Jenis kunjungan
Presentase %
Pertama
Kedua
Lebih dari dua

49
37
14

Motivasi kedatangan pengunjung ke lokasi wisata dapat dipengaruhi oleh
faktor-faktor pendorong kegiatan wisata. Berdasarkan penilaian pengunjung
berikut maka sebagian besar pengunjung terdorong mengunjungi lokasi Umbul
Songo karena karena belum pernah mengunjungi lokasi (nilai 5.4) dan atas ajakan
rekan atau keluarga (nilai 5.6), sedangkan faktor pendorong lain seperti
kemudahan akses, ketertarikan informasi, dan harga tiket masuk diberikan
penilaian agak berpengaruh (Tabel 8).

No
1
2
3
4
5.
Keterangan

Tabel 8 Faktor pendorong berkunjung ke lokasi
Faktor - faktor
Belum pernah mengunjungi lokasi
Ketertarikan atas informasi yang diperoleh
Kemudahan mencapai lokasi
Harga tiket masuk
Ajakan rekan atau keluarga
1. Sangat tidak berpengaruh
4. Biasa saja
7. Sangat berpengaruh

2. Tidak berpengaruh
5. Agak perpengaruh

Nilai
5.4
4.8
5.1
4.6
5.6

3. Agak tidak berpengaruh
6. Suka

Sumber informasi pengunjung
Pengunjung kawasan Umbul Songo mengetahui adanya lokasi wisata
Umbul Songo. Diketahui bahwa sumber informasi tersebut berasal dari teman atau
keluarga sebesar 83%, internet 7%, media masa 10% (Gambar 12).

21
media massa
10%
internet
7%

teman
83%

Gambar 12 Sumber informasi pengunjung
Kegiatan pengunjung
Pengunjung Umbul Songo sebagian besar berada dilokasi wisata selama
satu hari atau tidak menginap, sehingga kegiatan maupun aktivitas yang dilakukan
oleh pengunjung Umbul Songo merupak aktivitas jangka pendek. Kegiatan
pengunjung di lokasi Umbul Songo sebagian besar yaitu jalan-jalan sebesar 36%,
27% beraktivitas refresing, sisanya melakukan aktivitas lainnya (Gambar 13a).
Sebagian besar pengunjung tidak menginap di lokasi wisata Umbul Songo,
aktivitas wisata banyak yang hanya dilalui dalam satu hari san yaitu sebesar 77%,
selebihnya kunjungan dilakukan 2 hari atau lebih dari dua hari sebesar 20% atau
3% ( Gambar 13b).
pendidikan
10%
penelitian
10%
jalan-jalan
36%
refresing
17%

piknik
dengan
keluarga
27%

(a)
3%
1 hari

20%

2 hari

77%

lebih dari 2
hari

(b)
Gambar 13 (a) Aktivitas pengunjung, (b) lama kunjungan

22
Biaya perjalanan pengunjung
Menurut kuesioner yang telah di bagikan, pengunjung wisata Umbul
Songo mengeluarkan biaya perjalan dalam kisaran Rp100 000 - Rp200 000
sebanyak 43% selanjutnya kisaran Rp10 000 sampai dengan Rp50 000 sebesar
37%. Hal ini didasari karena pengunjung membawa kendaraan pribadi dan datang
bersama keluarga atau teman sehingga biaya akomodasi yang cukup tinggi
(Gambar 14).
7%

10%

5000-10000
10000-50000
50000-100000
100000-200000
43%

37%

>200000

3%

Gambar 14 Biaya perjalanan pengunjung
Keinginan pengunjung untuk datang kembali
Pengunjung mengiginkan untuk kembali datang ke lokasi Umbul Songo
sebesar 70%, 20% mengatakan tidak akan mengunjungi kembali, 10%
mengatakan ragu-ragu (Gambar 15). Pengunjung mengingikan untuk mengetahui
kondisi Umbul Songo dimasa mendatang, hal ini merupakan motivasi penting
yang ada dari pengunjung Umbul Songo yang potensial dimasa yang akan datang.
raguragu
10%

tidak
20%
ya
70%

Gambar 15 Keinginan datang kembali pengunjung
Persepsi pengunjung
Persepsi pengunjung mengenai sediaan wisata Umbul Songo dapat dinilai
dari berbagai aspek yaitu aksesibilitas, sarana dan prsarana, serta pengelolaan.
Secara umum sediaan wisata Umbul Songo masuk kategori biasa saja dengan nilai
rataan total sebesar 3,8. Jika dilihat dari kondisi setiap jenis sediaan wisata yang

23
ada, aksebilitas tergolong sediaan yang agak baik, dengan nilai masing-masing
sebesar 4,1. sediaan wisata secara jelas dan terperinci disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9 Penilaian pengunjung terhadap sediaan wisata
Parameter sediaan wisata
Aksebilitas:
Kondisi jalan
Kemudahan lokasi
Jarak dari pusat kota
Penunjuk arah
Biaya transportasi
Sarana dan prasarana:
Transportasi
Kamar mandi
Pembuangan sampah
Listrik
Akomodasi
Komunikasi
Jalur interpretasi
Papan interpretasi
Tempat ibadah
Kesehatan
Pengelolaan:
Keamanan
Sumber info
Harga
Keberhasilan
Pelayanan pengelola
Kenyamanan
Ketersediaan info
Interpretasi

Nilai

Nilai Rata-rata

3.5
4.0
4.4
4.1
4.3
3.3
3.0
3.0
2.9
3.5
3.8
3.7
3.5
3.8
3.8
4.1
4.2
4.1
3.4
3.8
3.7
3.7
3.7

Kategori

4.1

3.4 3.8 Biasa

3.8

Persepsi pengunjung mengenai masyarakat
Menurut pengunjung, masyarakat sekitar umbul songo memiliki sikap
yang agak terbuka, sikap pada lingkungan yang biasa saja, sikap keramahtamahan
yang agak baik, dan tolong menolong yang agak baik yaitu mendapatkan nilai
kisaran 4-5 untuk sikap masyarakat dari pengunjung (Tabel 10).

No.
1
2
3
4

Tabel 10 Persepsi pengunjung terhadap masyarakat setempat
Pernyataan
Nilai
Keterbukaan masyarakat kepada pengunjung
4.9
Sikap masyarakat pada lingkungan
4.2
keramahtamhan masyarakat kepada Pengunjung
4.8
Sikap tolong menolong Masyarakat
4.7

Keterangan

1. Sangat tidak setuju
4. Biasa saja
7. Sangat setuju

2. Tidak setuju
5. Agak setuju

3. Agak tidak setuju
6. Setuju

24
Karakteristik, Persepsi dan Harapan Masyarakat
Karakteristik masyarakat
Masyarakat sekitar Umbul Songo merupakan masyarakat tradisional yang
mata pencaharian utamanya sebagai petani selebihnya yaitu berprofesi sebagai
buruh, pengusaha,pegawai, pedagang, angkutan, TNI, pensiunan. Sebagian besar
penduduk desa didaerah Umbul Songo merupakan lulusan SD, disusul SMP dan
SMA serta S1 tetapi hanya sebagian kecil.
Masyarakat Desa Kopeng merupakan masyarakat yang bermukim
berbatasan langsung daerah Umbul Songo, banyak masyarakat yang
menggantungkan hidupnya pada kawasan tersebut khususnya mengenai air yang
bersumber dari mata air Umbul Songo. Penduduk di sekitar Umbul Songo juga
memiliki toleransi yang tinggi antar umat beragama mengingat di masyarakat
kopeng yang 60% beragama nasrani dan 35% beragama islam serta 5% lagi
beragama budha dapat hidup dengan tentram dan rukun bersama (Kecamatan
Getasan 2012).
Jumlah penduduk Desa Kopeng 6523 jiwa, dengan 1997 KK, luas Desa
Kopeng 800.6 Ha, dengan kepadatan 815 jiwa/ km2. Jumlah penduduk laki-laki
3316 jiwa, wanita berjumlag 3207 jiwa. Rata-rata penduduk berumur lebih dari 60
tahun sebanyak 19.05 % dr 100 persen (Kecamatan Getasan Tahun 2012).
Persepsi masyarakat
Menurut wawancara yang telah dilkukan sebanyak 27% dari masyarakat
yang diwawancarai menyatakan bahwa mereka mengetahui makna ekowisata dan
memehami bahwa Umbul Songo merupakan kawasan yang berpotensi sebagai
lokasi wisata yang dapat dikembangkan. Sebanyak 73% masyarakat belum pernah
mendengar atau tidak mengetahui makna ekowisata
Penilaian masyarakat mengenai kesadaran lingkungan di daerah tersebut
baik yaitu dengan nilai 6.0 . Hal ini sesuai dengan kondisi lingkungan masyarakat
sekitar Umbul Songo yang memang sangat bersih, rapi, teratur dan sejuk. Menurut
masyarakat penginapan yang tersedia di sekitar Umbul Songo diberikan nilai 5,5
yaitu agak baik cenderung baik, yang memang penginapan disana tersedia sangat
banyak dan beragam mulai dari kelas melati hingga hotel berbintang tersedia di
sekitar kawasan Umbul Songo. Dukungan masyarakat menjadi penting karena
wisatawan Umbul Songo akan berinteraksi terlebih dahulu dengan masyarakat
sebelum memasuki kawasan wisata Umbul Songo. Masyarakat sekitar Umbul
Songo dapat diikutsertakan dalam pengelolaan ekowisata Umbul Songo sehingga
manfaat ekowisata dapat dirasakan oleh masryarakat baik manfaat ekonomi
khususnya dan manfaat sosial budaya pada umumnya. Masyarakat juga memiliki
berbagai kebudayaan daerah. Budaya masyarakat merupakan hal yang dapat
mendukung ekowisata karena memiliki keunikan sehingga mampu menarik
wisatawan Umbul Songo.
Masyarakat juga menilai 5.9 dan 5.8 untuk air dan transportasi yang agak
baik cenderung baik. Kios makanan diberikan nilai 4.0 oleh masyarakat karena
saat ini kondisi kios makanan biasa saja ada tetapi tidak sebanyak yang dulu.
Masyakat meberikan nilai 3.5 dan 2.4 untuk jalan setapak dan listrik di kawasan
Umbul Songo yang artinya jalan agak buruk dan listrik buruk hal ini sesuai

25
dengan kondisi lapangan yang ada di dalam lokasi bahwa jalan setapak rusak dan
listrik belum masuk hingga ke dalam lokasi wisata (Tabel 11).

No
1
2
3
4
5
6
7
Keterangan

Tabel 11 Penilaian masyarakat terhadap Umbul Songo
Pernyataan
Nilai
Kesadaran masyarakat
Penginapan
Air
Transportasi
Kios Makanan
Jalan
Listrik
1. Sangat tidak baik
4. Biasa saja
7. Sangat Baik

2. Tidak baik
5. Agak baik

6.0
5.5
5.9
5.8
4.0
3.5
2.4

3. Agak tidak baik
6. Baik

Masyarakat memberikan penilaian mengenai potensi di Umbul Songo,
untuk panorama pegunungan, mata air, ekosistem hutan dan air terjun. Untuk
panorama pengunungan masyarakat memberikan nilai 5,7. Untuk Air terjun
masyarakat memberikan nilai 5.8. Untuk ekosistem hutan masyarakat
memberikan nilai 5.9, sedangakan untuk mata air masyarakat memberikan nilai
3.9 yang artinya biasa saja.
Masyarakat menyatakan bahwa pemandangan, air terjun, dan hutan
memiliki nilai agak baik cenderung baik yang selama ini merupakan daya tarik
wisata di Umbul Songo, akan tetapi masyarakat menilai mata air dengan nilai
agak tidak baik cenderung biasa saja karena berbagai konflik kepentingan air yang
belum terselesaikan dan masih dirasa membebani masyarakat yang menikmati air
umbul Songo karena harus melalu broker air.
Permasalahan yang terjadi saat ini di Umbul Songo, merupakan
permasalahan mengenai pengelolaan. Aktivitas wisata tidak dapat berjalan
bagaimana mestinya sehingga berdampak pada masyarakat. Masala yng terjadi
belum memiliki peneyelesaian yang jelas, mengenai kapan akan kembali dibuka
secara resmi dan dikelola dengan baik, terutama kebersihan dan fasilitas di lokasi
Umbul Songo.
Harapan masyar