I. PENDAHULUAN - Keanekaragaman Spesies dan Distribusi Anaphalis spp. di Lereng Selatan Gunung Merbabu, Taman Nasional Gunung Merbabu Jawa Tengah

ISBN: 978-602-72412-0-6

  

Keanekaragaman Spesies dan Distribusi Anaphalis spp. di Lereng

Selatan Gunung Merbabu, Taman Nasional Gunung Merbabu

Jawa Tengah

  St Enny Nur Fitria1, Laili Nurohmaningrum2, Moch. Adi Pratama3, Agus Kambali4 Universitas Nusantara PGRI Kediri Jalan K.H. Achmad Dahlan No. 76 Kediri Email: e-mail:

  

Abstrak

Anaphalis spp. can grow in the mountain with altitude 1.600-3.600 meters above sea level. Mount Merbabu has an altitude 3.145 meters above sea level and has an extreme temperature change because of fog movement. It is a good habitat for Anaphalis spp. to grow. This study was conducted to determine the diversity and the distribution of Anaphalis spp. in south slope Gunung Merbabu National Park. Data and sample Anaphalis spp. collected at the track of mount Merbabu in Selo that separated to three stations: station 1 (1.500- 2.000 meters above sea level ), station 2 (2.000- 2.500 meters above sea level) , and station 3 (2.500 -3.000 meters above sea level). At every station placed 10 plots (2 x 2 m). Plot placed randomly in the center distribution of Anaphalis spp. and the place that easily to be reached. Sample of species Anaphalis spp. also taken to identified from morphological characteristics. The result is 3 species of Anaphalis there are: Anaphalis javanica (Reinw ex BL.) Schultez ex Boerl., Anaphalis viscida (BL.) DC., and Anaphalis longifolia (BL.) DC. Anaphalis javanica (Reinw ex BL.) Schultez ex Boerl. have a spread distribution and can be found at 1.500- 3.000 meters above sea level, Anaphalis viscida (BL.) DC. have a specific distribution at 2.500-3.000 meters above sea level, and Anaphalis longifolia (BL.) DC. can be found at 1.500-2.000 meters above sea level.

  Kata kunci: Diversity, distribution, Anaphalis spp., Merbabu I.

   PENDAHULUAN

  Bawang merah (Allium cepa L.) merupakan tanaman hortikultura yang tergolong dalam jenis sayuran rempah yang digunakan sebagai bumbu masakan dan obat-obatan tradisional, serta mengandung nilai gizi yang tinggi (Chandra Roziyanto., et al, 2013). Produktivitas bawang merah yang baik akan mempengaruhi minat dan permintaan konsumen di pasaran. Hasil produksi yang baik sangat ditentukan pula oleh kondisi sekitar lahan penanaman bawang merah. selain diperlukan perawatan dari aspek lingkungan abiotik (udara, air dan tanah), perlu di perhatikan pula aspek lingkungan biotik yang memungkinkan menghambat pertumbuhan tanaman bawang merah.

  Salah satu aspek biotik yang cukup mengganggu pertumbuhan tanaman bawang merah adalah serangan hama Spodoptera exigua. Hama ini lebih suka menyerang bagian daun

  

Keanekaragaman Spesies dan Distribusi Anaphalis spp.

  bawang merah sehingga menyebabkan kerusakan daun dan secara tidak langsung menghambat pembentukan umbi tanaman bawang terutama bawang merah. Faktor pendukung lain yang menyebabkan ledakan ulat grayak S. exigua ini semakin tidak terkendali adalah musim, dimana bila musim kemarau tanaman bawang merah terutama bagian daun dapat habis termakan oleh ulat tersebut. Sedangkan pada musim penghujan jumlah populasi ulat S.

  

exigua sedikit atau bahkan cenderung tidak ada. Hal ini di mungkinkan karena tingkat

  kelembaban lingkungan yang cukup tinggi sehingga menyebabkan telur S. exigua gagal menetas dan regenerasinya juga cenderung melambat.

  Pestisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan (Asmaliyah, 2010). Pestisida nabati ini juga diharapkan dapat membantu para petani yang seringkali mengalami kelangkaan atau bahkan melambungnya harga pestisida yang beredar di pasaran. Pestisida yang banyak beredar juga merupakan pestisida kimia yang dikembangkan dengan bahan simulasi yang dibuat di laboratorium dengan tujuan dapat mempengaruhi tanaman sesuai jenis pestisida yang digunakan. Padahal penggunaan pestisida kimia dalam jangka panjang kurang tepat bagi lingkungan. Residu hasil perombakan pstisida kimia dapat menyebabkan tanah menjadi beracun sehingga unsur hara yang dibutuhkan tanaman juga akan berubah struktur maupun fungsinya.

  Sereh wangi (Andropogon nardus) merupakan salah satu tanaman yang mengandung minyak atsiri. Minyak atsiri adalah salah satu zat aromatik yang terkandung dalam beberapa jenis tanaman. Zat tersebut mudah menguap dan umumnya tidak berwarna. Minyak atsiri dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama tetapi bila proses penyimpanan kurang baik maka dapat menyebabkan kerusakan pada minyak atsiri dalam waktu yang singkat. Kandungan dalam minyak atsiri Sereh Wangi (Menurut Very, 2012): Citronellal (35,9%), Citronellole (5,2%), Geraniole (20,9%), Gerenial (1,5%), Citronellyl Acetate (2,9%), Geranyl Acetate (4,0%), Germacrene B (6,8%), α-Cardinol (8,0%). Menurut Wiratno (2011), sitronellal dan geraniol bersifat insektisidal sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati. Senyawa sitronellal mempunyai sifat racun dehidrasi terhadap hewan terutama serangga.

  Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh pemberian minyak atsiri sereh wangi (Andropogon nardus) dan konsentrasi yang optimal untuk menghambat pertumbuhan hama ulat S. exigua pada tanaman bawang merah II.

   METODE

  Penelitian ini dilaksanakan pada bulan 22 Desember 2014

  • – 14 Februari 2015, di Laboratorium Botani, Universitas Nusantara PGRI Kediri. Alat yang dipakai: beaker glass, pipet mikro, gunting, pinset, gelas ukur, alat semprot plastik, gelas plastik. Bahan yang dipakai dalam penelitian ini meliputi: minyak sereh wangi, ulat Spodoptera exigua, daun bawang merah, tween 80, aquades. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan desain eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 3 kali ulangan, sehingga didapatkan 12 unit percobaan.

  No Tahap Penelitian Keterangan

  Observasi Mencari informasi tentang

  1

  insektisida yang digunakan oleh

ISBN: 978-602-72412-0-6

  petani bawang merah untuk mengendalikan hama Pengumpulan ulat Pengumpulan ulat S. exigua yang

  2

  diambil secara acak di lahan persawahan Pembuatan konsentrasi minyak atsiri Pembuatan konsentrasi minyak

  3

  atsiri sesuai yang diinginkan dengan rumus ; m1.v1=m2.v2 Pengaplikasian penyemprotan ekstrak minyak atsri Ulat S. exigua yang berisi 10 ekor

  4

  sereh wangi pada ulat S. exigua dalam aqua gelas disemprot dengan masing-masing konsentrasi yang sudah dibuat Analisis data Menganalisis data yang diperoleh

  5

  dari pengaplikasian minyak atsiri dengan menghitung jumlah ulat S.exua yang mati setelah 24 jam. S elanjutnya diprosentase kematian larva dengan uji BNT 5%

  

Pembuatan laporan Membuat laporan keefektifan

  6

  minyak atsiri sereh wangi sebagai pestisida ulat daun bawang merah

III. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 1.

  

Tabel 1. Mortalitas Spodoptera exigua pada berbagai konsentrasi minyak atsiri sereh wangi

  dalam waktu 24 jam Konsentrasi Minyak Sereh Prosentase hasil Mortalitas (%) Wangi (%) pengamatan Ke-

  1

  2

  3

  30

  70

  80 80 77a

  20

  30

  30 60 40b

  10

  20

  30 20 23bc

  10 10 7cd Keterangan :

  • Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam kolom yang sama, berarti berbeda tidak nyata pada uji BNT taraf (5%)

  Dari Tabel 1 menunjukkan bahwa konsentrasi minyak sereh wangi 30% berbeda nyata dengan memiliki tingkat mortalitas tertinggi sebesar 80% bila dibandingkan konsentrasi kontrol, 10% dan 20%. Sedangkan minyak atsiri sereh wangi dengan konsentrasi sebesar 10% dan 20% tidak berbeda nyata dengan kontrol, dengan rentangan jumlah kematian yang hampir sama antara 1-2 ekor.

  Berdasarkan dari hasil analisis menurut BNT taraf 5%, bahwa perlakuan minyak atsiri sereh wangi dengan konsentrasi formulasi 30% merupakan perlakuan terbaik dengan daya bunuh mencapai 80%. Hal ini dibuktikan dengan adanya efek dari minyak atsiri sereh dalam tubuh serangga uji menimbulkan gejala diantaranya; (1) Perubahan warna, yaitu tubuh larva menjadi berwarna kuning keputih-putihan, selanjutnya warnanya berubah lagi menjadi coklat

  

Keanekaragaman Spesies dan Distribusi Anaphalis spp.

  dan pada akhirnya seluruh tubuhnya menjadi hitam (mati); (2) Gagal pupa, ulat yang telah menjadi pupa memperlihatkan warna hitam, bahkan sebagian serangga uji mati sebelum selesai membentuk pupa; (3) Diduga minyak sereh dapat memperlambat pertumbuhan serangga uji. Bahkan pada konsentrasi formulasi minyak atsiri yang tergolong tinggi, akan menimbulkan gejala yang ditandai seperti mulai ada perubahan warna kulit yang memudar hingga terjadi kematian serangga uji pada skala waktu antara ± 2

  • – 3 jam setelah perlakuan (Prasetyo, 2013).

  Pengujian ini dilakukan penyemprotan tidak hanya uji kontak terhadap hama Spodoptera exigua saja,melainkan terhadap makanan yang biasa dikonsumsi hama tersebut sebagai salah satu faktor pendorong teracuninya ulat tersebut oleh ekstrak minyak atsiri sereh wangi. Spodoptera exigua yang keracunan diawali dengan perubahan warna tubuh yang mulai memudar atau bahkan mendekati putih. Kemudian setelah beberapa saat permukaan tubuh ulat mulai tampak gelap sampai kehitam-hitaman. Biasanya indikator kematian Spodoptera

  

exigua ini dimulai dari menggelapnya permukaan tubuh ulat bahkan sampai menghitam

seperti terbakar.

  Permukaan tubuh ulat yang berubah menjadi hitam ini dimungkinkan karena permukaan tubuh ulat tidak kuat menahan panas yang dihasilkan oleh senyawa Sitronelal dan geraniol dari sereh wangi. Selain itu aroma sereh wangi yang khas menyengat kuat ini juga dapat menjadikan ulat bawang merah ini keracunan selain terkena larutan minyak atsiri sereh wangi.

  Pada penyemprotan tanaman inang guna mencegah Spodoptera exigua menyerang tanaman bawang merah, sehingga tanaman bawang merah dapat tumbuh dengan optimal. Tercampurnya ekstrak sereh wangi dengan daun bawang merah dan menjadikan penurunan efisiensi makan larva Spodoptera exigua tersebut.

  IV. KESIMPULAN

  Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa minyak atsiri ekstrak sereh wangi efektif meningkatkan mortalitas Spodoptera exigua dan konsentrasi 30% mempunyai daya bunuh paling tinggi hingga mencapai 80%. Dengan menggunakan pestisida nabati ini mudah diaplikasiskan oleh petani bawang merah dan ramah bagi lingkungan.

  V. DAFTAR PUSTAKA Asmaliyah., Wati, Etik E., Utami, Sri., Mulyadi, Kusdi., Yudhistira., Sari, Fitri Windra. 2010.

  Pengenalan Tumbuhan Penghasil Pestisida Nabati Dan Pemanfaatannya Secara Tradisional (Ed. Illa Anggraeni). Palembang:Kementrian Kehutanan. Hal 02.

  Djoar, D. W., Sahari, P., Sugiyono. 2011. Studi Morfologi Dan Analisis Korelasi Antar Karakter Komponen Hasil Tanaman Sereh Wangi (Cymbopogon Sp.) Dalam Upaya Perbaikan Produksi Minyak. Jurnal Penelitian. Hal. 1-14.

Prasetyo, H. D., Susila, I. W., Sumiartha, K. 2013. Efikasi Minyak Atsiri Sereh Dapur (Cymbopogon

citratus L.) terhadap Hama Ulat Daun Kubis (plutella xylostella L.) di Laboratorium. E-Jurnal

  Agroekoteknologi Tropika. Vol 2(2) ISSN: 2301-6515, Hal : 99-107. Tjitrosoepomo, G. 2004. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.

  Wiratno. 2011. Efektifitas Pestisida Nabati Berbasis Minyak Jarak Pagar, Cengkeh, Dan Seraiwangi Terhadap Mortalitas Nilaparvata Lugens Stahl. Semnas Pesnab IV. Hal 19-28.

ISBN: 978-602-72412-0-6

  

Very, Caesar. 2012. Pengambilan Minyak Atsiri dari Daun dan Batang Serai Wangi Dengan Metode

Distilasi Uap-Air dengan Pemanasan Microwave.Tersedia:http://caesarvery.blogspot.com/2012/11/proposal-skripsi-pengambilan- minyak.html diunduh pada 06 agustus 2014 18:23.

Dokumen yang terkait

Interaksi dan Pemanfaatan Hasil Hutan Oleh Masyarakat Sekitar Taman Nasional Gunung Leuser (Study Kasus : Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah V Bahorok

1 65 94

Keanekaragaman Tumbuhan Bawah Yang Berpotensi Sebagai Tanaman Obat Di Hutan Taman Nasional Gunung Leuser Sub Seksi Bukit Lawang

11 112 106

Keanekaragaman Burung di Desa Telagah Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat Sumatera Utara

5 66 61

Keanekaragaman tumbuhan obat di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dan di hutan terfragmentasi Kebun Raya Cibodas serta pemanfaatannya oleh masyarakat lokal

3 9 106

Keanekaragaman kumbang sungut panjang (coleoptera: cerambycidae) di kawasan Resort Salak 2 – Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS)

2 35 80

Peranan convervation international (CI) dalam pelestarian hutan konservasi di Provinsi Jawa Barat (studi kasus Taman Nasional Gunung Gede Pangrango)

2 32 120

Keanekaragaman jenis burung di Kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu pada jalur pendakian Tekelan Kopeng Jawa Tengah

1 1 43

Interaksi dan Pemanfaatan Hasil Hutan Oleh Masyarakat Sekitar Taman Nasional Gunung Leuser (Study Kasus : Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah V Bahorok

1 2 14

Interaksi dan Pemanfaatan Hasil Hutan Oleh Masyarakat Sekitar Taman Nasional Gunung Leuser (Study Kasus : Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah V Bahorok

1 1 11

Keanekaragaman Spesies dan Distribusi Anaphalis spp. di Lereng Selatan Gunung Merbabu, Taman Nasional Gunung Merbabu Jawa Tengah

0 0 11