Keanekaragaman Spesies dan Distribusi Anaphalis spp. di Lereng Selatan Gunung Merbabu, Taman Nasional Gunung Merbabu Jawa Tengah

ISBN: 978-602-72412-0-6

  

Keanekaragaman Spesies dan Distribusi Anaphalis spp. di Lereng

Selatan Gunung Merbabu, Taman Nasional Gunung Merbabu

Jawa Tengah

  Dita Putri Permatasari Dr. Purnomo, M.S.

  Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada Jl. Teknika Selatan, Sekip Utara, Yogyakarta Email : dita.putri@mail.ugm.ac.id

  Abstract Anaphalis spp. can grow in the mountain with altitude 1.600-3.600 meters above

sea level. Mount Merbabu has an altitude 3.145 meters above sea level and has an extreme

temperature change because of fog movement. It is a good habitat for Anaphalis spp. to

grow. This study was conducted to determine the diversity and the distribution of Anaphalis

spp. in south slope Gunung Merbabu National Park. Data and sample Anaphalis spp.

collected at the track of mount Merbabu in Selo that separated to three stations: station 1

(1.500- 2.000 meters above sea level ), station 2 (2.000- 2.500 meters above sea level) ,

and station 3 (2.500 -3.000 meters above sea level). At every station placed 10 plots (2 x 2

m). Plot placed randomly in the center distribution of Anaphalis spp. and the place that

easily to be reached. Sample of species Anaphalis spp. also taken to identified from

morphological characteristics. The result is 3 species of Anaphalis there are: Anaphalis

javanica (Reinw ex BL.) Schultez ex Boerl., Anaphalis viscida (BL.) DC., and Anaphalis

longifolia (BL.) DC. Anaphalis javanica (Reinw ex BL.) Schultez ex Boerl. have a spread

distribution and can be found at 1.500- 3.000 meters above sea level, Anaphalis viscida

(BL.) DC. have a specific distribution at 2.500-3.000 meters above sea level, and Anaphalis

longifolia (BL.) DC. can be found at 1.500-2.000 meters above sea level.

  Key Words : Diversity, distribution, Anaphalis spp., Merbabu I.

   PENDAHULUAN

  Indonesia merupakan salah satu negara yang memilki flora dan fauna dengan tingkat keragaman yang tinggi, yaitu terdapat 325.350 jenis. Flora yang memiliki keragaman tertinggi berasal dari Famili Asteraceae. Anaphalis spp. merupakan anggota Famili Asteraceae yang dilindungi di Indonesia, namun masih kurang diperhatikan baik dari sisi keanekaragaman jenis maupun potensinya. Di kawasan Asia Tenggara dan New Guinea, terdapat 6 spesies Anaphalis yaitu Anaphalis javanica, Anaphalis longifolia, Anaphalis maxima , Anaphalis viscida, Anaphalis helwigii, Anaphalis arfakensis (van Steenis, 2006).

  Klasifikasi Anaphalis spp.

  Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Classis : Dicotyledoneae Ordo : Asterales Familia : Asteraceae Genus : Anaphalis

  

Keanekaragaman Spesies dan Distribusi Anaphalis spp.

  Spesies : Anaphalis spp.

  (van Steenis, 2006) Morfologi Anaphalis spp.

  Famili Asteraceae terdiri dari tumbuhan yang berupa perdu dan herba; memiliki daun tunggal atau majemuk dengan tepi daun berlekuk menyirip, menjari, atau berbagi; duduk daun berseling, berhadapan, atau berkarang, dan sering kali membentuk roset pada pangkal batang; karangan bunga bertipe bongkol dan dilindungi oleh suatu seludang (involukrum); kelopak pada umumnya mereduksi dan termodifikasi menjadi pappus. Ciri khas tumbuhan anggota famili ini adalah memiliki 2 jenis bunga, yaitu bunga pita dan bunga tabung. Bunga pita terletak pada bagian tepi bongkol serta berkelamin netral atau betina, sedangkan bunga tabung terletak pada bagian tengah bongkol dan berkelamin ganda. Bongkol bunga yang hanya memiliki bunga pita saja disebut liguliflorae, sedangkan yang memiliki kedua jenis bunga disebut tubiflorae (Tjitrosoepomo, 2007). Anaphalis spp. termasuk kedalam Ordo Asterales, mempunyai bunga yang berkembang di atas dasar bunga yang rata dan berwarna keemasan. Kepala sari dan putik membentuk tabung yang mengumpul menjadi satu dalam wadah (van Leeuwen, 1933). Tumbuhan ini dapat dijumpai dalam bentuk herba dan perdu yang mempunyai banyak cabang dan tingginya 1-4 meter, diameter batangnya ± 8 cm (Desitarani

  et al. , 2014).

  Batang ditutupi oleh kulit batang yang kasar dan bercelah sehingga dapat menyimpan air. Ranting-rantingnya mendukung daun yang berwarna hijau atau putih keabu-abuan. Pada beberapa spesies dauan berwaran putih keabu-abuan karena adanya trikoma berbentuk seperti

  

wolly , namun ada juga yang tidak memiliki trikoma pada bagian atas permukaan daunnya,

  sehingga daunnya berwarna hijau. Beberpa spesies mempunyai kelenjar (viscid) pada bagian daunnya (van Steenis, 2006).

  Persebaran Anaphalis spp.

  Anaphalis sering tumbuh berkelompok di daerah lereng-lereng bukit atau pada daerah

  yang topografinya datar. Tumbuhan ini dapat tumbuh di daerah perbatasan antara hutan dan daerah terbuka, karena kebutuhan yang paling penting dari tumbuhan ini adalah cahaya. Selain itu, tumbuhan ini dapat tumbuh pada daerah yang miskin unsur hara karena mampu membentuk mikoriza dengan jamur tanah tertentu yang secara efektif memperluas kawasan yang dijangkau oleh akar-akarnya dan meningkatkan efisiensi dalam mencari zat hara ( van Steenis, 2006).

  Tumbuhan ini juga tumbuh pada daerah berpasir dan berbatu serta daerah sekitar kawah vulkanik. Anaphalis javanica tumbuh pada ketinggian 2.000-3.600 m.dpl, Anaphalis viscida tumbuh pada ketinggian 1.650-3.250 m.dpl, Anaphalis longifolia tumbuh pada ketinggian 1.200-2.850 m.dpl, sedangkan Anaphalis maxima tumbuh pada ketinggian 2.000-2.800 m.dpl. Jenis Anaphalis yang tumbuh endemik di Jawa yaitu Anaphais maxima (Backer & Bakhulzen v.d Brink Jr, 1965).

ISBN: 978-602-72412-0-6

  Ekologis Anaphalis spp.

  Anaphalis mempunyai banyak manfaat ekologis, salah satunya adalah sebagai sumber

  makanan bagi serangga-serangga tertentu. Van Leeuwen (1933) mengemukakan bahwa terdapat ±300 spesies serangga yang berasal dari Ordo Hemiptera, Thysanoptera, Lepidoptera, Diptera, dan Hymenoptera yang ditemui pada bunga Anaphalis. Selain itu kulit batang dari tumbuhan ini bercelah dan mengandung banyak air, sehingga dapat menjadi tempat hidup bagi beberapa jenis lumut dan lichen, seperti Cladinia calycantha dan Cetraria sanguinea. Ranting-ranting tumbuhan ini rapat sehingga mengundang berbagai jenis burung untuk membuat sarang. Demikian pula dengan akarnya yang muncul di permukaan tanah, merupakan tempat hidup cendawan tertentu yang membentuk mikoriza (van Leeuwen, 1933). Selain manfaat ekologis, bunga Anaphalis yang dapat bertahan lama dalam keadaan kering dan mempunyai bau yang khas sering dimanfaatkan sebagai hiasan.

  Taman Nasional Gunung Merbabu

  Gunung Merbabu merupakan salah satu gunung vulkanik tua di Indonesia yang saat ini berada pada fase dormansi. Letak geografis Gunung Merbabu yakni pada posisi koordinat

  4 110 26'22" BT dan 7 27'13" LS serta memiliki ketinggian ± 3.142 m.dpl (Anonim , 2009).

  Taman Nasional Gunung Merbabu mempunyai kawasan seluas ± 5.725 ha yang terletak di Kabupaten Semarang, Magelang dan Boyolali, Provinsi Jawa Tengah. Kawasan yang terletak di Kabupaten semarang seluas 1.150 ha, Kabupaten Magelang seluas 2.160 ha dan yang terluas adalah Kabupaten Boyolali seluas 2.415 ha. Batas masing-masing wilayah Taman Nasional ini adalah sebelah utara dibatasi oleh Kabupaten Semarang, sebelah selatan dibatasi oleh Kabupaten Boyolali dan Magelang, sebelah timur dibatasi oleh Kabupaten Boyolali, sedangkan Kabupaten Magelang dan Semarang membatasi wilayah barat. Keadaan Topografi mulai dari bergelombang ringan sampai dengan bergunung (kemiringan mulai dari 8% sampai dengan lebih dari 40%) dengan curah hujan rata-rata/tahun sebesar 2.000

  • – 3.000 mm dan

  3

  suhu udara 5 C - 30 C. (Anonim , 2013).

  Gunung ini mempunyai bentuk habitat dengan vegetasi yang eksotis dan memiliki ciri khas tersendiri. Ciri khas tersebut dikarenakan perubahan suhu yang ekstrem setiap hari. Perubahan suhu ini dipengaruhi oleh pergerakan uap air (kabut) yang ada sewaktu-waktu sehingga mengakibatkan kelembaban tinggi dan bersuhu hangat. Kondisi ini sangat cocok sebagai habitat Anaphalis yang memiliki distribusi pada ketinggian 1.600-3.600 m.dpl (van Leeuwen, 1933).

  Berdasarkan pemaparan di atas, identifikasi mengenai keanekaragaman serta distribusi

  

Anaphalis sangat diperlukan mengingat peran tumbuhan ini sebagai indikator kestabilan

  kawasan vulkanik di gunung Merbabu, serta mempunyai banyak manfaat ekologis bagi organisme yang lain. Selain itu, pengambilan Anaphalis spp. secara ilegal serta kerusakan habitat akibat kebakaran hutan dapat mengakibatkan kelangsungan hidup tumbuhan ini semakin rentan. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi informasi baru mengenai keragaman serta distribusi jenis Anaphalis serta dapat digunakan sebagai sarana konservasi sumber daya hayati yang ada di Gunung Merbabu.

  

Keanekaragaman Spesies dan Distribusi Anaphalis spp.

  3 Gambar 1. Peta Taman Nasional Gunung Merbabu (Anonim , 2013).

II. METODE

  Penelitian ini dilakukan di daerah lereng selatan gunung Merbabu, Boyolali, Jawa Tengah melewati jalur Selo dengan pelaksanaan pengambilan data pada bulan September 2013. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain, kompas, Global Positioning

  (GPS), peta lereng selatan gunung Merbabu, pasak ukuran 2 meter serta tali rafia

  System

  untuk pembuatan plot pengambilan data, kamera digital untuk mengambil gambar spesimen di lapangan dan tabel pengamatan untuk mengisi data dan informasi spesimen yang dibutuhkan. Peralatan yang digunakan untuk pembuatan herbarium (herbarium kit) adalah kertas koran yang digunakan sebagai tempat menata dan meletakan spesimen pada saat di lapangan, etiket gantung dan etiket tempel yang berisi informasi spesimen, benang kasur untuk menggantungkan etiket gantung pada spesimen, isolasi, alat tulis, gunting, buku gambar ukuran A3 serta plastik mika untuk menata spesimen yang telah dikeringkan menggunakan oven. Peralatan yang digunakan untuk mengambil data parameter lingkungan adalah lux

  

meter , soil tester dan termometer, sedangkan untuk membantu identifikasi spesimen

  digunakan buku identifikasi Anaphalis. Semua peralatan yang dibawa dalam pengambilan sampel dikemas dalam wadah toolbox. Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah spesimen Anaphalis spp. di Lereng selatan Taman Nasional Gunung Merbabu. Bahan kimia yang digunakan adalah alkohol 70% yang digunakan untuk mengawetkan sampel.

  Dalam penelitian ini cara kerja dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap lapangan dan tahap laboratorium.

A. Pengambilan Data di Lapang

  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Visual Encounter Surveys (VES) didalam plot yang sudah dipersiapkan terlebih dulu. Pengambilan data dilakukan pada pagi hari pukul 09.00 WIB sampai sore hari pukul 14.00 WIB, karena kondisi cuaca yang mulai berkabut pada sore hari akan membuat pengambilan data tidak efektif. Pengambilan data dimulai pada ketinggian 1500 mdpl sampai daerah puncak dengan ketinggian 3.000 m.dpl. Kemudian pada range ketinggian tersebut dibagi menjadi 3 buah stasiun, masing-masing stasiun berjarak 500 m.dpl. Pemilihan stasiun dilakukan pada jalur utama Selo di daerah lereng selatan gunung Merbabu. Setiap stasiun diletakkan plot dengan ukuran 2m x 2m,

ISBN: 978-602-72412-0-6

  2

  sehingga setiap plot luasnya 4 m . Jumlah plot untuk masing-masing stasiun adalah 10 buah yang diletakkan secara acak berdasarkan pusat distribusi jenis Anaphalis dan pada daerah yang bisa dijangkau.

  Selama di lapangan ada beberapa data lain yang harus dicatat pula, seperti tanggal dan lokasi pengambilan data, jenis Anaphalis yang ditemukan, stasiun dan plot ditemukan, jumlah individu yang ditemukan, dan letak masing-masing plot dalam stasiun. Data parameter lingkungan yang diambil adalah kelembaban udara, suhu tanah, suhu udara dan intensitas cahaya.

1. Identifikasi di Laboratorium Sampel tumbuhan Anaphalis yang diperoleh dari lapangan kemudian dibuat herbarium.

  Pembuatan herbarium dilakukan di Laboratorium Taksonomi Tumbuhan, Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada. Herbarium tersebut kemudian di identifikasi menggunakan buku yang memuat jenis-jenis Anaphalis yang ada di Jawa seperti The Mountain Flora of Java (van Steenis, 2006) dan Flora of Java Volume II ( Backer & Bakhulzen van den Brink Jr, 1965).

2. Analisis Data

  Data yang diperoleh dari lapangan dianalisis secara destruktif untuk melihat karakteristik spesies Anaphalis di lereng selatan Taman Nasional Gunung Merbabu. Karakteristik ini digunakan untuk melihat kunci determinasinya. Data analisis vegetasi dianalisis dengan indeks nilai penting terdiri dari frekuensi dan densitas yang digunakan untuk menentukan nilai distribusinya.

  a.

  Frekuensi jenis Frekuensi jenis dan frekuensi relatif dapat dihitung untuk mengetahui jenis yang paling sering ditemukan di lokasi. Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :

  Frekuensi jenis (FM) :

  

100% =

  Frekuensi relatif (FR) :

100% =

  

b.

  Densitas jenis Densitas jenis dan densitas relatif dapat dihitung untuk mengetahui kemelimpahan jenis tersebut pada lokasi. Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :

  Densitas jenis (DM) :

100% =

  

Densitas relatif (DR) :

100%

  =

  

Keanekaragaman Spesies dan Distribusi Anaphalis spp.

  c.

  Nilai penting Nilai penting dihitung untuk melihat seberapa besar pengaruh dari suatu jenis tersebut pada lokasi. Nilai penting dapat dihitung dengan cara :

  Nilai penting = DR + FR d. Distribusi jenis

  Dalam penentuan distribusi jenis Anaphalis spp. berdasarkan nilai frekuensi relatif dan distribusi relatifnya, sedangkan penyajiannya dilakukan dengan gambar, yaitu memasukan lokasi penemuan setiap jenis ke dalam peta. Penentuan titik setiap spesies di peta dapat dibantu dengan GPS.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

  Hasil penelitian ini menunjukkan keanekaragaman jenis Anaphalis spp. serta distribusinya pada lokasi sampling. Berikut mengenai hasil penelitian yang diperoleh.

A. Keanekaragaman Anaphalis spp.

  Berdasarkan hasil pengambilan data dilapangan, maka diperoleh 168 individu Anaphalis spp. Setelah dilakukan proses identifikasi diperoleh 3 spesies Anaphalis, yaitu Anaphalis

  javanica , Anaphalis longifolia, dan Anaphalis viscida.

  

Tabel 1. Daftar Anaphalis spp. yang ditemukan di lereng selatan Gunung Merbabu, Selo,

Boyolali, Jawa Tengah.

  No Kode Spesies Nama Spesies 1 Spesies A Anaphalis longifolia (BL.) DC.

  2 Spesies B Anaphalis viscida (BL.) DC.

  3 Spesies C Anaphalis javanica (Reinw ex BL.) Schultz ex Boerl.

  Berikut adalah gambar diagram yang menunjukan jumlah individu masing-masing Anaphalis spp. yang ditemukan pada lokasi sampling.

  Perbandingan Presentase spp.

  Anaphalis 0% 2%

  3% Anaphalis javanica Anaphalis longifolia

  95%

Gambar 2. Perbandingan presentase Anaphalis spp. yang ditemui di Lereng Selatan Taman Nasional

Gunung Merbabu.

  spp. yang paling banyak ditemui adalah Anaphalis javanica yaitu 95% (159

  Anaphalis

  individu). Hal ini dikarenakan Anaphalis javanica dapat tumbuh pada ketinggian 1.600-3.600

ISBN: 978-602-72412-0-6

  m.dpl sehingga dapat ditemui pada setiap plot sampling. Selain itu, tumbuhan ini adalah satu- satunya jenis Anaphalis yang berkayu sehingga memiliki rentang habitat dan toleransi terhadap iklim yang lebih luas. Anaphalis longifolia yang ditemukan sebanyak 3% (6 individu), sedangkan Anaphalis viscida yang paling sedikit ditemukan yaitu 2% (3 individu).

  Spesimen yang telah teridentifikasi kemudian dibuat deskripsi mengenai karakternya. Berikut deskripsi mengenai jenis Anaphalis yang ditemukan, antara lain : 1.

  Anaphalis longifolia (BL.) DC.)

  Kunci Identifikasi : Familia Asteraceae 1a-3b-33b-41b-82b-85b-96b-100b-102b-112a-113a-33 (Anaphalis) 1b-3b (Anaphalis longifolia (BL.) DC.)

  (Backer & Bakhulzen v.d Brink Jr, 1965) (a) (b)

  Gambar 3. (a) daun Anaphalis longifolia (BL.) DC. Yang berbentuk lanset dan (b) bunga Anaphalis longifolia (BL.) DC. (Dokumentasi pribadi).

  Anaphalis longifolia merupakan herba yang mempunyai daun yang berwarna putih

  kelabu namun tidak berkelenjar. Jenis ini dapat dibedakan dari jenis yang lain karena daunnya yang lebih panjang dan dapat mencapai 16 cm. Bongkol bunga jenis ini mempunyai sedikit bunga-bunga cakram biseksualnya Tumbuhan ini dapat mencapai tinggi 1,5 m serta pada pangkal batangnya berkayu, namun tidak membentuk tegakan seperti Anaphalis javanica.

2. Anaphalis viscida (BL.) DC.

  Kunci Identifikasi : Familia Asteraceae 1a-3b-33b-41b-82b-85b-96b-100b-102b-112a-113a-33 (Anaphalis) 1a-2b (Anaphalis viscida (BL.) DC.)

  (Backer & Bakhulzen v.d Brink Jr, 1965)

  

Keanekaragaman Spesies dan Distribusi Anaphalis spp.

  Gambar 4. Anaphalis viscida (BL.) DC. (Dokumentasi pribadi).

  Anaphalis viscida merupakan perdu yang mempunyai ciri-ciri morfologi yang hampir

  sama dengan Anaphalis javanica. Daun spesies ini mempunyai warna yang lebih hijau pada permukaan atasnya, namu pada permukaan bawahnya memiliki beledu. Anaphalis viscida dapat dibedakan dari jenis Anaphalis yang lainnya karena memiliki daun yang berkelenjar sehingga apabila daunnya diremas akan terasa lengket. Bongkol bunganya berukuran lebih besar dibanding yang lainnya. Tumbuhan berkayu dan jarang membentuk tegakan seperti Anaphalis javanica .

3. Anaphalis javanica (Reinw ex BL.) Schultez ex Boerl.

  Kunci Identifikasi : Familia Asteraceae 1a-3b-33b-41b-82b-85b-96b-100b-102b-112a-113a-33 (Anaphalis) 1a-2a (Anaphalis javanica (Reinw ex BL.) Schultez ex Boerl.

  (Backer & Bakhulzen v.d Brink Jr, 1965) (a) (b) (c)

  

Gambar 5. (a) bunga cakram Anaphalis javanica (Reinw ex BL.) Schultez ex Boerl. yang berwarna kuning, (b)

daun Anaphalis javanica (Reinw ex BL.) Schultez ex Boerl. yang berwarna putih kelabu, dan (c) batang yang membentuk tegakan pada Anaphalis javanica (Reinw ex BL.) Schultez ex Boerl.

  (Dokumentasi pribadi).

  Anaphalis javanica mempunyai daun berwarna putih kelabu dan sempit serta

  mengumpul pada ujung ranting. Tumbuhan ini mempunyai bongol-bongol bunga yang melimpah dengan bunga cakram berwarna kuning. Tumbuhan ini dapat dibedakan dari jenis yang lainnya karena mempunyai batang yang berkayu dan mencapai tinggi 8 m, berdiameter sebesar pergelangan tangan serta membentuk tegakan.

I. Distribusi Anaphalis spp.

  Distribusi Anaphalis spp. dapat dilihat dari hasil perhitungan nilai densitas dan frekuensi relatif yang terdapat pada tabel berikut (Tabel 2).

ISBN: 978-602-72412-0-6

  Tabel 2. Nilai densitas relatif, frekuensi relatif, dan nilai penting Anaphalis spp. pada lokasi sampling di Lereng Selatan Taman Nasional Gunung Merbabu.

  NO Nama Spesies Densitas relatif Frekuensi relatif Nilai penting

  1 Anaphalis javanica 94,64 % 87,09% 1,81

  2 Anaphalis longifolia 3,57 % 6,45% 0,10

  3 Anaphalis viscida 1,78 % 6,45% 0,08

  Dari data diatas, distribusi tumbuhan Anaphalis spp. dapat dilihat dari perbandingan nilai densitas relatif dan frekuensi relatif. Spesies Anaphalis javanica memiliki nilai frekuensi relatif yang tinggi, hal ini menunjukan bahwa spesies ini sering ditemukan dalam

  

plot sampling dan distribusinya merata. Nilai densitas relatifnya yang tinggi menunjukan

  bahwa jumlah individu yang ditemukan dalam plot cukup banyak. Anaphalis longifolia dan

  

Anaphalis viscida mempunyai nilai frekuensi relatif yang lebih tinggi dibandingkan dengan

  nilai densitas relatifnya. Sehingga dapat dikatakan kedua spesies Anaphalis ini jarang ditemukan dalam plot sampling dan jumlah individu yang ditemukan sedikit. Nilai penting

  

Anaphalis javanica paling tinggi yaitu 1,81 yang menunjukkan keberadaan spesies ini penting

dan berpengaruh terhadap organisme lain dan lingkungan sekitarnya.

  Gambar 6. Peta peletakan plot pengambilan data Anaphalis spp. di sepanjang jalur pendakian Selo, Taman Nasional Gunung Merbabu.

  80

  60 du Anaphalis

  40 vi

  20 javanica di n

  I Anaphalis h la longifolia

  Anaphalis Jum viscida

  Stasiun Pengambilan Data

  Gambar 7. Distribusi Anaphalis spp. pada setiap stasiun di Lereng Selatan Taman Nasional Gunung Merbabu.

  

Keanekaragaman Spesies dan Distribusi Anaphalis spp.

  Anaphalis javanica memiliki distribusi merata yang dapat ditemukan pada ketinggian 1.500-3.000 m.dpl, Anaphalis viscida mempunyai distribusi yang spesifik yaitu pada ketinggian 2.500-3.000 m.dpl, sedangkan Anaphalis longifolia dapat ditemukan pada ketinggian yang paling rendah yaitu 1.500-2.000 m.dpl.

  Everywhere but Antarctica: using a supertree to understand the diversity and distribution of the Compositae . Biologiske Skrifter .

  2014. Buku Panduan Lapangan Jenis-Jenis Tumbuhan Restorasi. Jakarta : LIPI. Funk, V. A., Bayer, R. J., Keeley, S. C., Chan, R., Watson, L., Gemeinholzer, B., Schilling, E., Panero, J. L., Baldwin, B. G., Garcia-Jacas, N., Susanna, A. & Jansen, R. K. 2005.

  Backer, C. A. & Bakhulzen van den Brink Jr. RC. 1965. Flora of Java, Volume II. The Netherlands : Wolters-NoorhoffNV-Groningen. Bentham, G. & J. D. Hooker. 1873. Genera plantarum ad exemplaria imprimis in herbariis kewensibus servata definite , volume 2. London : Lovell, Reeve and Co. Brower J. E. & Zar J. H. 1997. Field and Laboratory Methods for General Ecology. Dubuge, Iowa: Wn.C. Brown Company Publisher. Desitarani, H. Wiriadinata, H. Miyakawa, I. Rachman, Rugayah, Sulistiyono, & T. Partomihardjo.

  Anonim 4 . 2009. Kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu. Artikel Taman Nasional Gunung

Merbabu. diakses pada tanggal 1 April 2013).

  Anonim 3 . 2013. Merbabu Jalur Selo. Artikel Merbabu Mountain-Merbabu Jalur Selo. diakses pada tanggal 2 April 2013).

  MERBABU.COM.htm , diakses pada tanggal 3 April 2013).

  V. DAFTAR PUSTAKA Anonim 1 . 2013. Dinas Kehutana Provinsi Jawa Tengah. Artikel Taman Nasional Gunung Merbabu diakses pada tanggal 3 April 2013). Anonim 2 . 2013. Gunung Merbabu Jalur Selo Boyolali Jawa Tengah. Artikel Gunung Merbabu Jalur Selo. ( http:// GUNUNG MERBABU JALUR SELO BOYOLALI JAWA TENGAH -

  B.

  Gambar 7. Menunjukan distribusi Anaphalis spp. pada setiap stasiun pengambilan data.

  Di lereng selatan Taman Nasional Gunung Merbabu ditemukan 3 jenis Anaphalis yaitu Anaphalis javanica, Anaphalis longifolia, dan Anaphalis viscida.

  Berdasarkan data yang diperoleh dan pembahasan, maka dapat disimpulkan : A.

  IV. KESIMPULAN

  m.dpl, sedangkan Anaphalis viscida hanya ditemukan pada stasiun kedua dengan ketinggian 2.000-2.500 m.dpl. Ini menandakan bahwa Anaphalis viscida dan Anaphalis longifolia memiliki kisaran toleransi yang sempit terhadap perubahan ketinggian bila dibandingkan dengan Anaphalis javanica.

  

Anaphalis longifolia hanya ditemukan pada stasiun pertama dengan ketinggian 1.500-2.000

  Hal ini menunjukan bahwa spesies ini memiliki toleransi yang lebar terhadap faktor lingkungan pada setiap stasiun pengambilan data. Ini sesuai dengan referensi yang menyatakan bahwa Anaphalis javanica dapat tumbuh pada ketinggian 1.600-3.600 m.dpl.

  Anaphalis javanica ditemukan pada semua stasiun mulai dari ketinggian 1.500 – 3.000 m.dpl.

  Kusrini, M. D. 2009.Pedoman Penelitian dan Survei Amfibi di Alam. Bogor : Fakultas Pertanian Bogor. Tjitrosoepomo, G. 2007. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

ISBN: 978-602-72412-0-6

  

Van leeuwen, W. M. D. 1933. Biology of Plants and Animals Occuring in the Heigher Parts of

Mount Pangrango-Gede in West Java . Amsterdam : Uitgave van de N. V. Noord Hollandsche.

  Van Steenis, C. G. G. J. 1978. The Mountain Flora of Java. Netherlands : E. J. Brill, Leiden.

Dokumen yang terkait

Interaksi dan Pemanfaatan Hasil Hutan Oleh Masyarakat Sekitar Taman Nasional Gunung Leuser (Study Kasus : Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah V Bahorok

1 65 94

Keanekaragaman Tumbuhan Bawah Yang Berpotensi Sebagai Tanaman Obat Di Hutan Taman Nasional Gunung Leuser Sub Seksi Bukit Lawang

11 112 106

Keanekaragaman Burung di Desa Telagah Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat Sumatera Utara

5 66 61

Keanekaragaman tumbuhan obat di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dan di hutan terfragmentasi Kebun Raya Cibodas serta pemanfaatannya oleh masyarakat lokal

3 9 106

Keanekaragaman kumbang sungut panjang (coleoptera: cerambycidae) di kawasan Resort Salak 2 – Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS)

2 35 80

Peranan convervation international (CI) dalam pelestarian hutan konservasi di Provinsi Jawa Barat (studi kasus Taman Nasional Gunung Gede Pangrango)

2 32 120

Peranan convervation international (CI) dalam pelestarian hutan konservasi di Provinsi Jawa Barat (studi kasus Taman Nasional Gunung Gede Pangrango)

2 11 120

Keanekaragaman jenis burung di Kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu pada jalur pendakian Tekelan Kopeng Jawa Tengah

1 1 43

Interaksi dan Pemanfaatan Hasil Hutan Oleh Masyarakat Sekitar Taman Nasional Gunung Leuser (Study Kasus : Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah V Bahorok

1 2 14

Interaksi dan Pemanfaatan Hasil Hutan Oleh Masyarakat Sekitar Taman Nasional Gunung Leuser (Study Kasus : Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah V Bahorok

1 1 11