2.3 Geofisika
Anomali magnet total memperlihatkan anomali tinggi di sebelah baratdaya dan
anomali rendah di sebelah timutlaut. Secara
umum, anomali
ini juga
memperlihatkan pola kelurusan berarah baratlaut-tenggara.
Pengukuran gaya berat memperlihatkan daerah anomali sisa tinggi terletak di
sebelah baratdaya dan anomali rendah di sebelah timurlaut. Anomali tinggi di
baratdaya diinterpretasikan
sebagai batuan vulkanik, sedangkan anomali
rendah di
sebelah timur
laut diinterpretasikan
sebagai batuan
sedimen tersier yang berada pada cekungan
Sumatera Selatan.
Pola kelurusan
memperlihatkan dominasi
arah baratlaut-tenggara dan baratdaya- timurlaut.
Kelurusan-kelurusan ini
diperkirakan berhubungan dengan Sesar Sumatera dan antitetiknya.
Pengukuran geolistrik tahanan jenis memperlihatkan sebaran tahanan jenis
relatif rendah mengisi bagian tengah ke arah barat dengan arah lineasi baratlaut-
tenggara yang
terindikasi sampai
bentangan AB2 1000 m. Korelasi dengan peta geologi, kemungkinan nilai
rendah yang dipermukaan merupakan respon jatuhan batuan piroklastik produk
Ranau yang berkomposisi batu apung dan debu vulkanik yang mengisi celah
depresi di daerah ini, sedangkan nilai rendah yang bagian dalam merupakan
respon batuan sedimen berupa batu pasir.
Sedangkan lineasi
sebaran tahanan jenis yang berarah baratlaut-
tenggara diperkirakan akibat kontrol Sesar Besar Sumatera.
Sebaran nilai tahanan jenis relatif tinggi di
bagian timur
dan timurlaut
diperkirakan respon batuan piroklastik produk Sapatuhu yang tersusun dari
lava andesit, batu apung dan juga konglomerat. Di bagian timurlaut nilai
tinggi diduga sebagai respon batu pasir kering
yang membentuk
topografi perbukitan terjal dan tandus.
Mata air panas Way Selabung, Selabung Damping, dan Lubuk Suban berada di
satuan lava Akar jangkang yang pada bentangan AB2 250 dan 500 m terukur
relatif rendah dan pada bentangan AB2 800 dan 1000 m semakin meninggi.
Diduga pada kedalaman dangkal satuan lava tersebut mengalami alterasi oleh
fluida panas sehingga menurunkan besaran fisis dalam hal ini tahanan
jenisnya, tetapi proses alterasi tersebut hanya terjadi di permukaan sehingga
pada bentangan AB2 800 dan 1000 m penetrasi lebih dalam tahanan jenis
yang terukur kembali tinggi sebagai respon batuan lava yang segar.
Hasil pengukuran
magnetotellurik memperlihatkan sebaran tahanan jenis
secara lateral memperlihatkan pola lineasi berarah baratlaut-tenggara yang
diinterpretasikan sebagai struktur sesar
Dilihat dari atas hingga ke bawah, pola lineasi tersebut cenderung mengalami
pergeseran arah
yang berlawanan
dengan arah jarum jam. Pergeseran ini sebagai indikasi adanya pergerakan aktif
dari Sesar Besar Sumatera. Sesar-sesar aktif inilah yang diperkirakan menjadi
pengontrol utama sistem panas bumi di daerah ini. Di sebelah baratdaya daerah
survei terlihat adanya sebaran tahanan jenis rendah dari elevasi 250 meter
hingga elevasi -500 meter. Tahanan jenis ini diinterpretasikan sebagai batuan
penudung pada sistem panas bumi daerah Way Selabung. Pada elevasi
-750 meter sebaran tahanan jenis rendah tersebut cenderung mengecil
dan mulai muncul tahanan jenis sedang. Tahanan
jenis sedang
ini diinterpretasikan sebagai batas antara
batuan penudung dan puncak zona reservoir.
Kompilasi dari metode geologi, geofisika dan geokimia menunjukkan adanya
kumpulan anomali yang berkorelasi dengan luas prospek panas bumi.
Daerah yang diasumsikan anomali berdasarkan metode geofisika adalah
tahanan jenis rendah, gaya berat tinggi dan
magnet rendah,
sedangkan berdasarkan
geologi dan geokimia
ditunjukkan oleh
kerapatan liniasi
struktur, Hg dan CO
2
yang tinggi terdapat di baratdaya daerah survei
dengan luas sekitar 27 km
2
Gambar 3. 3. METODOLOGI
Secara garis besar metode survei aliran panas dangkal terdiri pengeboran lubang
dengan kedalaman antara 5 – 10 m,
pengukuran temperatur dasar lubang dengan
menggunakan thermometer
digital, pengukuran
konduktivitas batuantanah
dan pembuatan
peta sebaran temperatur dasar lubang, peta
sebaran gradien temperatur permukaan dan
peta sebaran
aliran panas
permukaan.
4. HASIL SURVEI