1. PENDAHULUAN
Daerah panas bumi Way Selabung terletak di Kecamatan Mekakau Ilir,
Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Provinsi Sumatera Selatan. Secara
geografis area survei berada pada koordinat 360000
– 376000 mT dan 9468000
– 9486000 mU pada proyeksi peta Universal Tranverse Mercator
UTM Datum WGS 1984 zona 48 belahan bumi selatan dengan luas area
survei sekitar 16 x 18 km
2
Gambar 1.
Pencapaian ke lokasi penyelidikan dapat di tempuh melalui darat dengan rute
Bandung-Merak, dilanjutkan
dengan kapal laut Merak-Bakauhuni kemudian
Bakeuhuni-Way Selabung atau dapat pula melalui pesawat udara dari Jakarta-
PalembangLampung dan dilanjutkan perjalanan darat ke lokasi.
Survei aliran panas ini dilakukan untuk memetakan aliran panas dangkal secara
vertikal dan horizontal pada daerah prospek
dengan tujuan
untuk mengetahui dan memastikan sebaran
prospek panas dan aliran panas dangkal secara vertikal dan horizontal dengan
membandingkan karakteristik batuan dan fluida dalam sistem panas bumi di
daerah Sumani.
2. LANDASAN GEOSAINS 2.1 Geologi
Daerah panas bumi Way Selabung berada pada busur magmatik dan
merupakan salah satu segmen Sesar Sumatera bagian selatan. Daerah ini
juga berada pada graben yang terbentuk akibat adanya aktivitas Sesar Sumatera.
Secara umum, daerah ini disusun oleh batuan vulkanik dan batuan sedimen
klastik yang berumur Tersier hingga Kuarter. Penyebaran batuan di daerah
panas bumi
Way Selabung
dikelompokkan ke dalam 15 satuan batuan
yaitu satuan
Lava Akar
Jangkang, satuan Batupasir, satuan Lava
Asadimana, satuan
Lava Pematang Gong, satuan Breksi Tua,
satuan Aliran Piroklastik Ranau, satuan Aliran Piroklastik Sapatuhu, satuan
Jatuhan Piroklastik Ranau, satuan Lava Laai, satuan Lava Bengkok, satuan Lava
Pandan, satuan Lava Gedang, satuan Lava Perean, satuan Lava Tebat Gayat
dan Aluvium. Struktur
geologi yang
berkembang didominasi oleh arah baratlaut
–tenggara yang terpotong oleh sesar dengan arah
baratdaya – timurlaut dan arah utara–
selatan. Mata air panas yang muncul di permukaan dikontruksi oleh pengaruh
dari intersection atau pertemuan antara sesar Sumatera dengan antitetiknya,
sehingga menghasilkan zona permeabel yang sangat baik untuk meloloskan
fluida panas ke permukaan.
2.2 Geokimia
Manifestasi panas bumi di permukaan muncul berupa lima mata air panas yaitu
mata air panas air panas Way
Selabung 1 APW1, air panas Way Selabung 2 APW1, air panas Way
Selabung 3 APW3, air panas Lubuk Suban APL dan air panas Selabung
Damping. Temperatur terukur pada lima mata air panas tersebut berkisar antara
44,4 – 92,5
o
C, dengan debit antara 0,05 l detik
– 0,5 ldetik. Hasil pengeplotan pada diagram segitiga
Cl-SO
4
-HCO
3
menunjukkan bahwa air panas daerah Way Selabung pada
umumnya bertipe klorida bikarbonat atau klorida sulfat dan juga tipe bikarbonat.
Mata air panas dengan temperatur relatif rendah air panas Way Selabung 3, dan
Selabung Damping termasuk ke dalam tipe bikarbonat, sementara mata air
panas dengan temperatur lebih tinggi termasuk ke dalam tipe klorida sulfat
ataupun klorida bikarbonat. Plotting
pada diagram
Na-K-Mg menunjukkan bahwa air panas Way
Selabung 1 dan Way Selabung 3 berada pada daerah partial equilibrium yang
mengindikasikan bahwa reaksi antara fluida dengan batuan reservoir telah
mencapai kesetimbangan
sebagian. Sementara untuk sampel air panas yang
lain berada pada daerah immature water, lebih mengindikasikan bahwa air
panas tersebut telah tercampur dengan air dingin di permukaan dengan proporsi
yang tinggi. Hasil analisis isotop pada grafik
δD terhadap
δ
18
O, memperlihatkan bahwa air panas Way Selabung 2 dan Way
Selabung 3 terletak sangat dekat pada garis Meteoric Water Line MWL. Hal ini
menunjukkan bahwa mata air panas tersebut sangat dipengaruhi oleh air
meteorik atau air permukaan. Sementara air panas yang lain, yaitu air panas Way
Selabung 1, Lubuk Suban, Selabung Damping, Arumatai dan Kota Batu
menunjukkan adanya
pengayaan oksigen berkisar antara 1,14
– 1,84‰ sehingga pada plot tersebut berada di
sebelah kanan menjauhi garis MWL, sebagai indikasi bahwa pembentukan
mata air panas berhubungan dengan adanya interaksi antara fluida panas
pada sistem panas bumi dengan batuan yang
menyebabkan terjadinya
pengkayaan
18
O. Temperatur bawah permukaan dihitung
dengan menggunakan geotermometer Na-K terhadap sampel yang ada. Hasil
penghitungan umumnya menunjukkan temperatur berkisar antara 146-176
o
C, hanya sampel air panas Selabung
Damping dan Kota Batu saja yang menunjukkan temperatur antara 216-
232
o
C. Namun hasil perhitungan dari sampel air panas Selabung Damping
dan Kota Batu diragukan karena berdasarkan analisis pada diagram
segitiga Na-K-Mg, kedua sampel air panas tersebut berada pada daerah
immature water sehingga dianggap tidak mencerminkan kondisi reservoir.
2.3 Geofisika