4
masih negatif ini dipengaruhi oleh kinerja sektor pertambangan yang memiliki peran cukup besar dalam perekonomian Provinsi NAD. Sektor pertambangan
pertumbuhannya diperkirakan masih terbatas akibat belum ditemukannya sumur eksplorasi baru.
Tabel 1 Pertumbuhan PDRB di Sumatera
Angka sementara
P
Angka perkiraan Bank Indonesia
Di sisi permintaan, peningkatan pertumbuhan ekonomi di wilayah Sumatera terutama didorong oleh kinerja ekspor yang terus membaik seiring dengan harga
komoditas di pasar internasional yang cenderung meningkat. Sepanjang tahun
2000-2009, Sumatera mengalami surplus neraca perdagangan. Komoditas utama ekspor Sumatera yang berbasis pada sektor pertanian berpeluang membawa neraca
perdagangan Sumatera khususnya dengan China untuk tetap surplus selama tahun 2010. Selain itu, masih cukup kuatnya konsumsi rumah tangga diperkirakan turut
menopang kinerja perekonomian wilayah Sumatera pada triwulan laporan seiring dengan optimisme masyarakat yang tetap terjaga. Indikasi ini terlihat pada hasil
Survei Konsumen Maret 2010, yang menunjukkan angka Indeks Ekspektasi Konsumen IEK dan Indeks Keyakinan Konsumen IKK yang masih tinggi yaitu
masing-masing sebesar 116,67 dan 106,03 pada Maret 2010, atau meningkat dibandingkan Februari 2010 masing-masing 114,64 dan 105,44. Sementara itu, kinerja
investasi yang cenderung rendah pada awal tahun diperkirakan belum memberikan dampak yang positif pada peningkatan kinerja ekonomi wilayah Sumatera secara
keseluruhan.
2010p
1 2
3 4
Total 1
2 3
4 Total
1
Sumatera 5.3
5.3 5.0
4.1 4.9
2.9 2.9
3.6 4.2
3.4 4.4
Sumatera Bag. Utara 4.0
3.0 2.6
3.7 3.3
1.1 1.3
3.5 3.9
2.4 4.1
1 NAD 0.2
3.8 11.4
5.9 5.2
9.5 8.5
1.8 2.0
5.5 2.5
2 Sumatera Utara 5.4
5.5 7.7
7.0 6.4
4.6 4.6
5.1 5.7
5.0 6.1
Sumatera Bag. Tengah 5.2
7.1 6.8
5.4 6.1
4.5 3.1
3.0 3.8
3.6 4.3
1 Sumatera Barat 6.6
6.1 6.4
6.4 6.4
5.8 5.0
5.1 0.9
4.2 3.6
2 Riau 3.5
7.0 6.8
5.4 5.6
5.1 2.1
1.5 3.0
2.9 3.0
3 Kepulauan Riau 8.6
8.6 6.5
3.1 6.7
0.5 2.3
3.5 7.7
3.5 7.5
4 Jambi 4.5
6.8 8.5
8.7 7.1
8.0 6.5
5.5 5.7
6.4 5.9
Sumatera Bag. Selatan 7.1
5.4 5.4
2.5 5.1
2.8 4.5
4.9 5.2
4.3 5.0
1 Sumatera Selatan 8.1
4.9 5.1
2.2 5.1
2.6 4.0
4.4 5.3
4.1 5.0
2 Bangka Belitung 7.4
5.7 5.9
0.8 4.6
0.5 2.4
5.4 6.9
3.5 6.5
3 Lampung 5.3
6.2 5.8
3.7 5.2
4.3 6.0
6.0 4.0
5.0 4.0
4 Bengkulu 8.2
4.9 4.4
4.0 5.4
1.5 4.5
2.8 7.5
4.1 7.4
2008 2009
5
Sumber: CEIC
Grafik 1 Penjualan Semen di Sumatera
Sumber: Badan Pusat Statistik
Grafik 2 Nilai Tukar Petani Beberapa Provinsi di Sumatera
Grafik 3 Indeks Keyakinan Konsumen di Sumatera
Grafik 4 Perkembangan Ekspor Sumatera
Secara sektoral, membaiknya pertumbuhan ekonomi di wilayah Sumatera dipicu oleh perkembangan sektor sekunder yang cenderung membaik, yaitu industri
pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan dan sektor tersier yaitu perdagangan, hotel dan restoran. Sektor industri pengolahan yang memiliki
pangsa sebesar 18,8 dalam perekonomian wilayah Sumatera atau terbesar kedua setelah sektor pertanian diperkirakan tumbuh 4,4 yoy pada triwulan I-2010,
meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3,7. Membaiknya kinerja sektor industri pengolahan
– yang didominasi oleh industri berbasis sumber daya alam - ini tidak terlepas dari membaiknya permintaan eksternal, terutama untuk
produk CPO dan crumb rubber. Kinerja sektor listrik yang meningkat dipengaruhi oleh beroperasinya pembangkit listrik di Sumatera Utara, antara lain PLTU Labuan
Angin berkapasitas 2 x 115 MW, PLTG Task Force berkapasitas 1 x 105 MW, dan PLTA Asahan I berkapasitas 1 x 90 M. Sementara itu, peningkatan sektor bangunan
didorong berlanjutnya pembangunan beberapa proyek infrastruktur seperti pelabuhan di Aceh, jembatan dan perluasan bandara di Riau, rehabilitasi dan
rekonstruksi pasca gempa di Sumatera Barat, serta pembangunan jalan di Bengkulu, Bangka Belitung, Lampung dan Sumatera Selatan. Sektor perdagangan, hotel dan
10.0 5.0
0.0 5.0
10.0 15.0
20.0 25.0
100 200
300 400
500 600
700 800
900
1 2
3 4
1 2
3 4
1 2008
2009 2010
Volume rb ton pertumbuhan yoy - RHS
Konsumsi Semen Sumatera
80.0 85.0
90.0 95.0
100.0 105.0
110.0 115.0
Sep-09 Okt-09
Nov2009 Dec2009 Jan-10
Feb-10 NAD
Sumut Sumbar
Riau Jambi
Sumsel Bengkulu
Lampung Babel
Kepri
50 60
70 80
90 100
110 120
130 140
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 2008
2009 2010
Indeks Indeks Keyakinan Konsumen
Mdn Pdg
Plmbg Pk.Pinang
Bdl
1,000 2,000
3,000 4,000
5,000 6,000
7,000
500 1,000
1,500 2,000
2,500 3,000
3,500 4,000
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
1 2009
2010
ri b
u t
o n
Ju ta
U S
D
Nilai Ekspor Volume Ekspor rhs
6
restoran yang juga diperkirakan meningkat dipengaruhi oleh membaiknya kinerja ekspor terutama untuk komoditas berbasis sumber daya alam. Selain itu, masih
kuatnya konsumsi rumah tangga juga turut berdampak positif pada kinerja sektor ini. Hasil survei konsumen mengindikasikan optimisme masyarakat yang meningkat
untuk melakukan pembelian durable goods.
Tabel 2 Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Sumatera
Angka sementara
P
Angka perkiraan Bank Indonesia
Perkembangan kegiatan intermediasi perbankan di Sumatera hingga triwulan I- 2010 Februari 2010 menunjukkan perbaikan dan diikuti dengan kualitas kredit
yang membaik. Perkembangan Dana Pihak Ketiga DPK menunjukkan
pertumbuhan yang lebih rendah, namun kredit pertumbuhannya lebih tinggi
dibandingkan akhir triwulan sebelumnya. Penyaluran kreditpembiayaan sampai
bulan Februari 2010 tercatat sebesar Rp191,4 triliun atau mengalami peningkatan pertumbuhan 15,7 yoy dibandingkan triwulan IV-2009 15,3, yoy. Sementara
penghimpunan Dana Pihak Ketiga DPK tercatat melambat 2,8, yoy menjadi sebesar Rp245,3 triliun dibandingkan triwulan IV-2009 4,2, yoy. Penurunan yang
dialami oleh tabungan dan deposito, sementara giro terjadi peningkatan, khususnya giro pemerintah terkait dengan belum adanya realisasi belanja daerah pada awal
tahun dan adanya transfer dana perimbangan dari pusat. Sehingga dengan perkembangan tersebut, Loan to Deposit Ratio LDR wilayah Sumatera mengalami
peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yakni dari 76,3 di triwulan IV- 2009 menjadi 78,0. Perkembangan tersebut diikuti dengan kualitas kredit yang
masih baik sebagaimana tercermin dari persentase rasio NPL di wilayah Sumatera yang relatif rendah 3,00.
7
Grafik 5 Perkembangan DPK di Sumatera
Grafik 6 Perkembangan Kredit Perbankan di Sumatera
Pola pengeluaran belanja APBD pada triwulan I-2010 menunjukkan adanya perbaikan. Hal ini terutama diindikasikan turunnya penempatan dana Bank
Pemerintah Daerah BPD se-Sumatera di SBI yang lebih rendah dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, disertai lebih rendahnya giro milik pemerintah daerah
di BPD. Namun, perbaikan pola pengeluaran pada triwulan I-2010 ini diperkirakan belum dapat secara optimal menstimulasi perekonomian lebih lanjut terutama
disebabkan pengeluaran pemerintah daerah yang masih lebih terkonsentrasi pada belanja rutin. Selain itu, realisasi Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran DIPA dari
APBN hingga menjelang berakhirnya triwulan I-2010, di seluruh wilayah Sumatera rata-rata baru mencapai sekitar 10.
Inflasi di wilayah Sumatera hingga periode akhir triwulan I-2010 berada pada level yang rendah. Inflasi tahunan hingga bulan Maret 2010 tercatat sebesar 3,4, sedikit
meningkat dibandingkan posisi akhir tahun 2009 2,4. Minimalnya kebijakan pemerintah terkait dengan harga menjadi sumber utama masih rendahnya tingkat
inflasi di wilayah ini. Selain itu, menguatnya konsumsi rumah tangga masih dapat direspons secara memadai di sisi produksi. Pergerakan inflasi di wilayah Sumatera
yang terjadi selama triwulan laporan lebih dipengaruhi oleh lonjakan harga-harga komoditas volatile food terutama gula dan beras pada awal hingga pertengahan
triwulan laporan. Kendala distribusi akibat pengaruh kondisi cuaca yang kurang baik juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya tekanan kenaikan harga.
Pada akhir triwulan laporan, jumlah kota dengan tingkat inflasi di atas nasional berjumlah 7 kota antara lain Medan, Pangkal Pinang, Lhoksumawe, Bengkulu,
Pematang Siantar, Jambi, dan Banda Aceh.
150 170
190 210
230 250
270
- 5.0
10.0 15.0
20.0 25.0
30.0 35.0
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 2007
2008 2009
2010 Posisi miliar Rp_RHS
Pertumb yoy
DPK_Sumatera
5 10
15 20
25 30
35 40
50 100
150 200
250
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
12 1 2 2007
2008 2009
2010
Perkembangan Kredit Wilayah
Rp Triliun Growth , yoy-rhs
8
Grafik 7 Perkembangan Inflasi di Sumatera
Grafik 8 Komparasi Inflasi Kota di Sumatera
C. Wilayah Jakarta Pertumbuhan ekonomi di wilayah ini pada triwulan I-2010 diperkirakan
meningkat. Perekonomian Jakarta tumbuh pada kisaran 6,3 yoy lebih tinggi
dibandingkan periode triwulan sebelumnya 5,0, yoy. Kinerja investasi yang membaik memberi pengaruh yang positif dalam mendorong laju pertumbuhan
ekonomi wilayah Jakarta. Indikasi perbaikan kinerja investasi ini terlihat pada meningkatnya data impor barang modal dan pendaftaran alat berat, serta optimisme
dunia usaha yang meningkat – hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha SKDU. Selain itu,
kinerja ekspor juga diperkirakan berada dalam tren yang meningkat seiring membaiknya permintaan eksternal. Meningkatnya kinerja ekspor ini terutama
terindikasi pada barang-barang manufaktur seperti otomotif, plastik, dan alat listrik. Sementara itu, konsumsi masih tumbuh pada level yang cukup tinggi meskipun
sedikit mengalami penurunan dibandingkan dengan periode triwulan sebelumnya. Indikasi masih kuatnya konsumsi rumah tangga terlihat dari perkembangan berbagai
indikator seperti data penjualan barang tahan lama yang relatif stabil, optimisme konsumen yang masih terjaga, data pendaftaran mobil baru di DKI Jakarta. Hal lain
yang mendukung terjaganya konsumsi adalah membaiknya daya beli masyarakat yang juga dipengaruhi oleh kenaikan UMP dan inflasi yang masih cukup rendah.
Pembiayaan bank maupun non-bank juga menunjukkan arah yang mulai membaik.
2 4
6 8
10 12
14
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 2007
2008 2009
, yoy
Sumatera NASIONAL
1 2
3 4
5 Dumai
Tj. Pinang Pekanbaru
Pdg Sidempuan Palembang
Batam Padang
Sibolga Bandar Lampung
Banda Aceh Jambi
Pmtg Siantar Bengkulu
Lhokseumawe Pkl. Pinang
Medan
, yoy
nasional