PENDAHULUAN Laporan Situasi Hak Asasi Petani 2014 Serikat Petani Indonesia

3 LAPORAN SITUASI HAK ASASI PETANI DI INDONESIA TAHUN 2014

I. PENDAHULUAN

Situasi Hak Asasi Petani sepanjang tahun 2014 tidak menunjukkan kemajuan yang berarti. Berbagai konflik agraria masih terus berlangsung tanpa adanya kemajuan langkah dalam tahap penyelesaian. Sepanjang tahun ini telah terjadi 29 konflik terbuka yang mencuat ke permukaan dan 114 konflik yang masih berkecamuk diakar rumput. Dari 143 kasus yang tercatat diperkirakan terdapat ribuan jumlah konflik agraria lainnya yang belum terselesaikan. Konflik terbuka tersebut melibatkan berbagai pihak, dengan korban tewas sebanyak 2 orang di pihak petani, 90 orang mengalami kekerasan, ribuan orang terusir dari lahan pertaniannya, serta 89 orang ditahan. Konflik yang menjadi sorotan kami pada tahun ini adalah konflik antara Suku Anak Dalam dan PT. Asiatic Persada di Mentilingan, Desa Bungku, Kecamatan Bajubang, Batanghari, Jambi. Pada bulan Maret terjadi bentrokan antara petani Suku Anak Dalam dan melibatkan oknum aparat TNI beserta Brimob, yang mengakibatkan seorang petani tewas dalam penganiayaan dengan kondisi tangan diborgol dan penuh dengan luka senjata tajam, satu orang luka tembak, serta lima orang luka akibat senjata tajam. Tindak kekerasan dan pengusiran paksa terhadap petani yang dilakukan oleh 7.000 personel Brimob di pertengahan tahun 2014 juga menjadi sorotan publik. Pengusiran paksa tersebut dilakukan menjelang dilangsungkannya pemilihan presiden pada Juli yang lalu. Ratusan petani di Teluk Jambe, Karawang, Jawa Barat tersebut harus menghadapi ribuan Brimob bersenjata lengkap. Satu orang petani tertembak peluru karet, puluhan petani mengalami tindak kekerasan, dan 13 petani ditangkap oleh kepolisian. Selain menghadapi konflik agraria, Hak Asasi Petani atas sarana produksi pertanian juga terabaikan. Yang menjadi sorotan utama sepanjang tahun 2014 adalah soal kelangkaan pupuk bersubsidi. Pada bulan Mei, pemerintah sudah mengajukan anggaran tambahan untuk pengadaan pupuk bersubsidi ke DPR‐RI. Pemerintah menyatakan pengadaan pupuk bersubsidi hanya cukup sampai bulan Oktober, sementara di berbagai wilayah bulan Nopember dan Desember mulai memasuki masa tanam. Namun pada bulan Mei para petani di Jawa Timur, Jawa Tengah dan NTB telah mengeluhkan sulitnya memperoleh pupuk bersubsidi di pasaran. Hingga Desember ini, petani di Aceh dan Sumut juga mengeluhkan kesulitan memperoleh pupuk bersubsidi. Keputusan Menteri Perdagangan untuk menerbitkan Surat Persetujuan Impor sepanjang tahun 2014 turut memperpuruk nasib petani. Sepanjang tahun ini, kementerian perdagangan masih mengeluarkan izin impor terhadap beras, jagung, kacang tanah, ubi kayu, gula serta garam, selain bahan pangan yang tidak bisa dipenuhi dari dalam negeri seperti gandum dan kedelai. Dari Januari hingga Oktober 2014, data Kementerian Pertanian menunjukkan telah terjadi impor beras sejumlah 405 ribu ton, gandum sebanyak 6,49 juta ton, kedelai sebanyak 5,02 juta ton, jagung sebanyak 2,62 juta ton, kacang tanah 224.492 ton, serta ubi kayu sebanyak 273.294 ton. Khusus impor gula dan garam menjadi sorotan karena mempengaruhi harga jual petani tebu dan petani garam. 4 Tidak mengherankan jika pergerakan Nilai Tukar Petani NTP selama tahun 2014 hanya bergerak sebanyak 0,42 saja, yakni dari NTP pada bulan Januari sebesar 101,95 hingga Desember menjadi 102,37. Hal ini menunjukkan sepanjang tahun 2014 tidak banyak terjadi perubahan terhadap tingkat kesejahteraan petani, terlebih lagi dengan kenaikan harga BBM yang efeknya akan menyentuh petani dalam 3 bulan kedepan. Berikut uraian tentang situasi Hak Asasi Petani di Indonesia sepanjang tahun 2014 ;

II. HAK ASASI PETANI TERHADAP SUMBER‐SUMBER AGRARIA