Peran Implementasi Manajemen Rantai Pasokan dalam Perekonomian Ea Global Studi pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia
Lina Anatan
125
2.2 Kinerja Rantai Pasokan
Salah satu model acuan yang dipakai dalam pengukuran kinerja adalah model SCOR Supply Chain Operation Reference. Model SCOR mengintegrasikan tiga elemen utama dalam manajemen
yaitu business process reengineering BPR, benchmarking, dan process measurement Hwang et al., 2008. Model SCOR membagi proses-proses rantai pasokan menjadi lima proses inti yaitu plan,
source, make, deliver, dan return. Plan merupakan proses yang menyeimbangkan permintaan dan pasokan untuk menentukan tindakan terbaik dalam memenuhi kebutuhan pengadaan, produksi, dan
pengiriman yang mencakup proses menaksir kebutuhan distribusi, perencanaan produksi, perencanaan material, perencanaan material, perencanan kapasitas, dan melakukan penyesuaian perencanaan
manajemen rantai pasokan dan perencanaan finansial. Source adalah proses pengadaan barang maupun jasa untuk memenuhi permintaan, proses ini mencakup penjadwalan pengiriman dari pemasok,
menerima, mengecek, dan memberikan otorisasi pembayaran untuk barang yang dikirim pemasok, memilih pemasok, mengevaluasi kinerja pemasok, dan sebagainya. Make merupakan proses untuk
menstransformasi bahan baku atau komponen menjadi produk yang diinginkan pelanggan, meliputi penjadwalan produksi, melakukan kegiatan produksi dan melakukan pengetesan kualitas, mengelola
barang setengah jadi, dan memelihara fasilitas produksi. Deliver merupakan proses untuk memenuhi permintaan terhadap barang maupun jasa. Proses deliver meliputi order management, transportasi, dan
distribusi. Sedangkan return merupakan proses pengembalian atau menerima pengembalian produk karena berbagai alasan. Kegiatan yang terlibat meliputi identifikasi kondisi produk, meminta otorisasi
pengembalian produk cacat, penjadwalan pengembalian, dan melakukan pengembalian. Dalam penelitian ini pengukuran dimensi kinerja rantai pasokan dilihat dari berbagai dimensi umum yaitu
reliabilitas, responsiveness, fleksibilitas, biaya, dan aset.
2.3 Ketidakpastian dalam Rantai Pasokan
Ketidakpastian dalam persaingan dan kondisi lingkungan bisnis membawa dampak pada ketidakpastian yang terjadi dalam rantai pasokan baik terkait dengan ketidakpastian pemasok, proses,
maupun permintaan Wong dan Boon, 2008; Kinra dan Kotzab, 2008. Ketidakpastian yang terjadi menimbulkan banyak masalah yang berdampak pada total biaya produksi, misalnya kemungkinan
stock out akan menyebabkan rush-order, dan kelebihan stock. Kemungkinan lain adalah biaya promosi penjualan dan biaya discount yang terjadi karena ketidaktepatan waktu proses penyampaian barang ke
konsumen akhir sehingga perusahaan harus menanggung lost sales. Fenomena tersebut lebih dikenal dengan bullwhip effect diakibatkan oleh adanya distorsi informasi permintaan dari rantai bawah
enduser ke rantai diatasnya, sehingga kuantitas permintaan sering tidak dapat terpenuhi secara maksimal.
Schroeder 2000 mengemukakan empat faktor penyebab timbulnya Bullwhip Effect, yaitu: 1. Peramalan permintaan yang kurang tepat, karena tidak adanya pembagian informasi. Solusi permalan
dapat dilakukan dengan menggunakan smoothing method dari data keseluruhan penjualan yang ada, 2 Order Batching, dapat terjadi jika ada penumpukan order, 3 Fluktuasi harga, memicu timbulnya
bullwhip effect karena jika ada diskon rush demand dan akan menyebabkan rush order material, artinya menyelesaikan pemenuhan permintaan yang meningkat menimbulkan masalah pada rantai lain
karena rush order material meningkat, kemungkinan biaya pesan menjadi tinggi dan sebaliknya, 4 Rationing, artinya jika permintaan melebihi penawaran maka permintaan tersebut akan dijatah
dengan menggunakan perbandingan yang sama atas pemesanannya.
2.4 Model Penelitian dan Pengembangan Hipotesis
Gambar 1 menunjukkan model penelitian manajemen rantai pasokan yang dalam penelitian ini. Model penelitian menjelaskan bahwa praktik-praktik manajemen rantai pasokan yang meliputi
lima dimensi utama adalah manajemen kemitraan strategik pemasok, hubungan dengan konsumen, tingkat information sharing, kualitas information, postponement memiliki pengaruh terhadap kinerja
rantai pasokan. Berdasarkan literatur yang ada maka dikembangkan model penelitian yang
Zenit Volume 1 Nomor 2 Agustus 2012
126
menujukkan hubungan praktik-praktik manajemen rantai pasokan, ketidakpastian dalam rantai pasokan, dan kinerja rantai pasokan.
Gambar 1 Model Penelitian
H
2
H
1
Sumber: Batnagar dan Sohal 2005 dan Li et al., 2006
Model konseptual rantai pasokan yang dikembangkan dalam studi ini menunjukkan bahwa praktik-praktik manajemen rantai pasokan memiliki dampak langsung terhadap kinerja rantai pasokan
Shin et al., 2000; Stock et al., 2000. Praktik-praktik manajemen rantai pasokan diharapkan dapat meningkatkan kinerja rantai pasokan secara menyeluruh. Misalnya kemitraan stratejik pemasok
memiliki pengaruh langsung terhadap biaya dan tingkat respon terhadap kebutuhan konsumen Carr dan Person, 1999, praktik-praktik hubungan dengan konsumen juga memiliki pengaruh terhadap
tingkat responsif perusahaan terhadap kebutuhan konsumen De Toni dan Nassimbeni, 2000. Makin tingginya level information sharing akan mengakibatkan makin rendahnya biaya Lin et al, 2002.
Berdasarkan argumen-argumen dan hasil studi empiris yang dilakukan beberapa peneliti sebelumnya, maka maka dikembangkan hipotesis:
Hipotesis 1: Praktik-praktik manajemen rantai pasokan memiliki pengaruh signifikan terhadap
kinerja rantai pasokan Bhatnagar dan Sohal 2005 mengemukakan bahwa interaksi yang kompleks dan dinamis
antara pemasok diantara rantai pasokan membawa dampak pada ketidakpastian perencanaan dalam suatu rantai pasokan. Ketidakpatian dalam rantai pasokan ini dikelompokkan dalam tiga sumber
ketidakpastian yaitu ketidakpastian pemasok, ketidakpastian proses, dan ketidakpastian permintaan. Ketidakpastian pemasok disebabkan oleh variabilitas kinerja pemasok terkait dengan keterlambatan
pengiriman. Ketidakpastian pemasok didefinisikan sebagai tingkat perubahan kualitas produk dan kinerja pengiriman pemasok yang tidak dapat diprediksi. Lee dan Billington 1992 mengemukakan
beberapa sumber ketidakpastian pemasok yang meliputi: tingkat penguasaan teknologi pemasok, waktu tunggu, kinerja pengiriman, dan kualitas material atau bahan baku. Ketidakpastian yang
diakibatkan oleh pemasok seperti keterlambatan pengiriman materialbahan baku, kerusakan material, dan waktu tunggu yang tidak pasti akan menghambat proses produksi perusahaan yang akan
mengakibatkan terjadinya inefisiensi dalam segala bidang baik dalam hal variabilitas pemesanan, peningkatan safety stock, peningkatan biaya logistik, dan penggunaan sumber daya yang tidak efisien
Yu, et al., 2001.
Ketidakpastian proses atau ketidakpastian teknologi merupakan akibat dari proses produksi yang tidak reliabel misalnya karena kerusakan mesin. Ketidakpastian teknologi didefinisikan sebagai
perubahan teknologi dalam suatu industri yang tidak dapat diprediksi. Perkembangan teknologi informasi yang pesat akan dapat memberikan berbagai manfaat dan kesempatan bagi perusahaan jika
perusahaan dapat memanfaatkan perkembangan teknologi yang ada dengan benar. Kondisi ini memberikan manfaat bagi perusahaan tetapi akan dapat menjadi hambatan dan tantangan yang
merugikan jika perusahaan tidak dapat beradaptasi dan menguasai perkembangan teknologi yang ada, khususnya bagi perusahaan yang bersaing secara individual stand-alone competition.
Ketidakpastian konsumen didefinisikan sebagai tingkat perubahan permintaan yang tidak dapat diprediksi dan dirasakan. Kondisi persaingan bisnis yang terjadi telah mengalami perubahan
paradigma dari supplier-driven, dimana produk dan jasa dihasilkan tergantung pada kemampuan
Praktik-Praktik Manajemen Rantai Pasokan
Kemitraan Strategik Pemasok Hubungan Dengan Konsumen
Level Information Sharing
Kualitas Information Postponement
Kinerja Rantai pasokan
Reliabilitas Responsiveness
Fleksibilitas Biaya
Aset
Ketidakpastian Dalam Rantai Pasokan
Ketidakpastian Pemasok Ketidakpastian Proses
Ketidakpastian Permintaan
Peran Implementasi Manajemen Rantai Pasokan dalam Perekonomian Ea Global Studi pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia
Lina Anatan
127
produsen menjadi customer-driven, dimana setiap keputusan produksi ditentukan oleh keinginan dan kebutuhan konsumen. Dalam kondisi ini, permintaan konsumen cenderung tidak dapat diprediksi dan
tidak pasti baik dalam hal volume, waktu, maupun tempat. Konsumen saat ini menginginkan lebih banyak pilihan produk, pelayanan yang lebih baik, kualitas yang lebih tinggi, dan pengiriman yang
lebih cepat.
Studi yang dilakukan Bhatnagar dan Sohal 2005 membuktikan bahwa ketidakpastian dalam rantai pasokan memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja rantai pasokan yang diukur dari
pespektif waktu tunggu, persediaan, kualitas, pelayanan konsumen, dan fleksibilitas. Ketika tingkat ketidakpastian tinggi, serta kebutuhan konsumen cenderung bersifat fluktuatif, rantai pasokan yang
memiliki kinerja baik akan menguntungkan perusahaan yang terlibat didalamnya. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pengaruh ketidakpastian dalam rantai pasokan terhadap kinerja rantai
pasokan akan lebih besar dalam kondisi lingkungan yang dinamis dibandingkan dalam kondisi persaingan yang stabil Wong dan Boon, 2008; Kinra dan Kotzab, 2008; Boyle et al., 2008; Trkman
dan Mac Cormack, 2009. Untuk itu dikembangkan hipotesis: Hipotesis 2: Ketidakpastian dalam rantai pasokan memoderasi hubungan antara praktik-praktik
manajemen dan kinerja rantai pasokan
III. Metode Penelitian 3.1 Sampel Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data