Kultur Protocorm Like Bodies Anggrek Hasil Silangan Phalaenopsis gigantea × Phalaenopsis violacea pada Beberapa Kombinasi Media dan ZPT

KULTUR PROTOCORM LIKE BODIES ANGGREK HASIL
SILANGAN Phalaenopsis gigantea × Phalaenopsis violacea
PADA BEBERAPA KOMBINASI MEDIA DAN ZPT

NAZI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kultur Protocorm Like
Bodies Anggrek Hasil Silangan Phalaenopsis gigantea × Phalaenopsis violacea
pada Beberapa Kombinasi Media dan ZPT adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari skripsi saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014
Nazi
NIM A24100061

*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada kerja sama yang terkait.

ABSTRAK
NAZI. Kultur Protocorm Like Bodies Anggrek Hasil Silangan Phalaenopsis gigantea ×
Phalaenopsis violacea pada Beberapa Kombinasi Media dan ZPT. Dibimbing oleh SANDRA
ARIFIN AZIZ dan DEWI SUKMA.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kombinasi media tanam dan zat pengatur
tumbuh (ZPT) yang sesuai untuk mendukung pertumbuhan PLB anggrek hasil silangan antara
Phal. gigantea × Phal. violacea. Penelitian terdiri atas 2 percobaan. Percobaan 1 menggunakan
rancangan acak lengkap faktorial dengan 2 faktor, yaitu media tanam dan ZPT. Media yang
digunakan adalah media Knudson C (KC) 80% dan media NPK (18:18:18+EDTA) sedangkan ZPT
yang dicobakan adalah tanpa penambahan ZPT, air kelapa, serta thidiazuron (TDZ)+benziladenin
(BA). Percobaan 2 menggunakan rancangan acak lengkap 1 faktor yaitu subkultur pada media

yang berbeda, diantaranya adalah KC 80% tanpa ZPT disubkultur ke KC 80% tanpa ZPT dan NPK
(20:20:20) + vitamin + myoinositol; NPK (18-18-18+EDTA) tanpa ZPT disubkultur ke NPK (1818-18+EDTA) tanpa ZPT dan NPK (20:20:20) + vitamin + myoinositol; NPK (18:18:18+EDTA) +
TDZ 0.5 ppm + BA 0.5 ppm disubkultur ke NPK (18:18:18+EDTA) + TDZ 0.5 ppm + BA 0.5
ppm dan NPK (20:20:20) + vitamin + myoinositol; KC 80% + air kelapa 100 ml, KC 80% + TDZ
0.5 ppm + BA 0.5 ppm dan NPK (18:18:18+EDTA) + air kelapa 100 ml disubkultur ke NPK
(20:20:20) + vitamin + myoinositol. Hasil percobaan 1 menunjukkan bahwa perlakuan media
terbaik untuk multiplikasi adalah media NPK (18:18:18+EDTA) karena mempunyai persentase
multiplikasi lebih tinggi dibandingkan dengan media KC 80% yaitu sebesar 25.72%. Perlakuan
tanpa penambahan ZPT merupakan perlakuan terbaik untuk multiplikasi karena mempunyai
persentase multiplikasi lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan air kelapa maupun TDZ+BA
yaitu sebesar 22.29%. Hasil percobaan 2 menunjukkan bahwa PLB yang semula berasal dari media
NPK (18:18:18+EDTA) pada percobaan 1 tumbuh sangat baik pada media yang sama atau media
NPK (20:20:20) + vitamin + myoinositol pada fase subkultur (percobaan 2) dengan persentase
multiplikasi sebesar 36%.
Kata kunci : KC 80%, media tanam, NPK, PLB, ZPT

ABSTRACT
NAZI. Protocorm Like Bodies Culture of Phalaenopsis gigantea x Phalaenopsis violacea in
Combination of Medium and Plant Growth Regulator. Supervised by SANDRA ARIFIN AZIZ dan
DEWI SUKMA.

This research was aimed to study combination of medium and plant growth regulator (PGR)
for protocorm like bodies (PLB) Phal. gigantea × Phal. violacea. The research consisted of 2
experiments. The first experiment used randomized completely design with 2 factors. The factors
was medium and PGR. Knudson C (KC) 80% and NPK (18:18:18+EDTA) were used as media.
PGR treatment used in this research i.e without PGR treatment, coconut water, and thidiazuron
(TDZ) + benzyladenine (BA). The Second experiment used randomized completely design with
single factor, with subculture to different medium as treatment, i.e KC 80% without PGR
subcultured to KC 80% without PGR and NPK (20:20:20) + vitamin + myoinositol; NPK (18-1818+EDTA) without PGR subcultured to NPK (18-18-18+EDTA) without PGR and NPK
(20:20:20) + vitamin + myoinositol; NPK (18:18:18+EDTA) + TDZ 0.5 ppm + BA 0.5 ppm
subcultured to NPK (18:18:18+EDTA) + TDZ 0.5 ppm + BA 0.5 ppm and NPK (20:20:20) +
vitamin + myoinositol; KC 80% + coconut water 100 ml, KC 80% + TDZ 0.5 ppm + BA 0.5 ppm
and NPK (18:18:18+EDTA) + coconut water 100 ml subcultured to NPK (20:20:20) + vitamin +
myoinositol. The result of first experiment showed that NPK (18:18:18+EDTA) was best for
PLB’s multiplication because it has higher multiplication percentage than KC 80% (23.72%).
Without PGR treatment was best for PLB’s multiplication (22.29%). The result of second
experiment showed that PLB which came from NPK (18:18:18+EDTA) medium in the first
experiment showed the best growth in the same medium or in NPK (20:20:20) + vitamin +
myoinositol medium in subculture stage (second experiment) with percentage of multiplication
was 36%.
Keywords : KC 80%, medium, NPK, PGR, PLB


KULTUR PROTOCORM LIKE BODIES ANGGREK HASIL
SILANGAN Phalaenopsis gigantea × Phalaenopsis violacea
PADA BEBERAPA KOMBINASI MEDIA DAN ZPT

NAZI

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul


:Kultur Protocorm Like Bodies Anggrek Hasil Silangan
Phalaenopsis gigantea × Phalaenopsis violacea pada Beberapa
Kombinasi Media dan ZPT

Nama
NIM

: Nazi
: A24100061

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Sandra A Aziz, MS
Pembimbing I

Dr Dewi Sukma, SP MSi
Pembimbing II

Diketahui oleh


Dr Ir Agus Purwito, MSc Agr
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. Berkat limpahan rahmat
dan karuniaNya, sehigga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul
“Kultur Protocorm Like Bodies Anggrek Hasil Silangan Phalaenopsis gigantea ×
Phalaenopsis violacea pada Beberapa Kombinasi Media dan ZPT”
Penelitian ini dilaksanakan untuk mempelajari mikropropagasi PLB anggrek
hasil silangan pada beberapa media dengan kombinasi zat pengatur tumbuh.
Penelitian akan dilaksanakan di Tissue Culture Laboratory Departemen Agronomi
dan Hortikultura Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof Dr Ir Sandra Arifin Aziz,
MS, Dr Dewi Sukma, SP MSi yang telah memberikan bimbingan dan kepada
penulis lain yang tulisannya telah dikutip sebagai referensi untuk menyelesaikan
usulan penelitian ini. Harapan untuk kedepannya semoga hasil dari penelitian bisa
dimanfaatkan oleh semua pihak untuk mendukung perkembangan ilmu

pengetahuan.

Bogor, Agustus 2014
Nazi

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI

xiii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan


2

Hipotesis

2

TINJAUAN PUSTAKA

2

Anggrek Bulan (Phalaenopsis spp.)

2

Phalaenopsis gigantea dan Phalaenopsis violacea

2

Media Kultur Jaringan Anggrek


3

Zat Pengatur Tumbuh Anggrek

3

METODE PENELITIAN

4

Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

4

Bahan Penelitian

4

Peralatan Penelitian


5

Prosedur Percobaan

5

Analisis Data

9

HASIL DAN PEMBAHASAN

9

SIMPULAN DAN SARAN

28

DAFTAR PUSTAKA


28

DAFTAR TABEL

1 Perlakuan Media Percobaan 2

6

2 Interaksi antara media dan ZPT terhadap rata-rata persen hidup PLB anggrek
silangan Phal.gigantea × Phal.violacea umur 2 MST
10
3 Rata-rata persentase hidup PLB anggrek silangan Phal.gigantea
Phal.violacea umur 1-10 MST

×
12

4 Rata-rata persen PLB anggrek silangan Phal.gigantea × Phal.violacea pada
umur 10 MST
13

5 Rata-rata jumlah daun PLB anggrek silangan Phal.gigantea × Phal.violacea
pada umur 1-10 MST
15
6 Rata-rata persentase planlet anggrek silangan Phal.gigantea × Phal.violacea
yang terbentuk umur 1-10 MST
16
7 Kandungan unsur N, P dan K pada media KC 80%, NPK (18:18:18+EDTA)
dan NPK (20:20:20)
17
8 Rata-rata jumlah akar PLB anggrek silangan Phal.gigantea × Phal.violacea
umur 1-10 MST
18
9 Rata-rata persentase hidup PLB anggrek silangan Phal.gigantea ×
Phal.violacea umur 1-5 MST

20

10 Rata-rata persentase multiplikasi PLB anggrek silangan Phal.gigantea ×
Phal.violacea umur 1-5 MST
22
11 Rata-rata persentase kalus PLB anggrek silangan Phal.gigantea ×
Phal.violacea umur 1-5 MST

23

12 Rata-rata PLB anggrek silangan Phal.gigantea × Phal.violacea yang tidak
bermultiplikasi dan tidak berkalus umur 1-5 MST
24
13 Rata-rata jumlah daun PLB anggrek silangan Phal.gigantea × Phal.violacea
umur 1-5 MST
25
14 Rata-rata jumlah akar PLB anggrek silangan Phal.gigantea × Phal.violacea
umur 1-5 MST
26
15 Rata-rata persentase planlet anggrek silangan Phal.gigantea × Phal.violacea
yang terbentuk pada percobaan 2 umur 1-5 MST
27
16 Jumlah daun, panjang daun dan lebar daun planlet anggrek silangan
Phal.gigantea × Phal.violacea pada perlakuan penanaman
28

DAFTAR GAMBAR

1 Bunga Phal. gigantea

4

2 Bunga Phal. violaceae

4

3 (A) Akumulasi senyawa fenolik yang muncul di media, (B) PLB yang
mencoklat

10

4 (A) PLB yang sudah berwarna coklat (B) PLB sekunder yang muncul dari
PLB yang sudah berwarna coklat

11

5 (A) dan (B) PLB sekunder yang muncul pada media NPK (18:18:18+EDTA)
(C) PLB sekunder yang muncul pada media KC 80%
131
6 (A) Daun yang terbentuk pada perlakuan media KC 80% (B) Daun yang
terbentuk pada perlakuan media NPK (18-18-18+EDTA)

14

7 (A) Akar yang muncul pada media KC 80% (B) Akar yang muncul pada
media NPK (18:18:18+EDTA) (C) Akar yang muncul pada perlakuan tanpa
ZPT (D) Akar yang muncul pada perlakuan pemberian ZPT.
19

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Anggrek merupakan komoditas yang sangat digemari oleh kolektor tanaman
hias. Selain mempunyai bunga yang beragam dan berwarna indah, anggrek juga
memiliki arti penting dalam perdagangan dan industri bunga di tingkat nasional
maupun internasional (Mattjik 2010). Phalaenopsis adalah anggrek monopodial
yang sulit diperbanyak secara vegetatif. Perbanyakan dengan menggunakan benih
hasil silangan diperlukan untuk penyediaan bibit calon varietas unggul baru
(Rukmana 2000).
Salah satu jenis anggrek Phalaenopsis yang mempunyai sifat unggul adalah
Phal. gigantea dan Phal. violacea. Anggrek Phal. gigantea atau anggrek bulan
raksasa adalah anggrek Phalaenopsis yang mempunyai bunga yang banyak dan
berukuran besar, sedangkan anggrek Phal. violacea mempunyai bentuk bunga
unik dan warna bunga yang cerah serta menarik. Hasil silangan antara Phal.
gigantea dan Phal. violacea diharapkan mampu menghasilkan anggrek
Phalaenopsis yang mempunyai bunga yang banyak dan besar serta mempunyai
bentuk dan warna bunga yang menarik.
Induksi jumlah Protocorm Like Bodies (PLB) dengan menggunakan biji
anggrek hasil silangan yang dikecambahkan merupakan salah satu cara dalam
teknik kultur jaringan tanaman yang dilakukan untuk memperbanyak beberapa
jenis anggrek Phalaenopsis. PLB merupakan pertumbuhan lebih lanjut dari
embrio anggrek. Metode perbanyakan anggrek dengan induksi PLB digunakan
untuk produksi bibit dalam jumlah yang banyak (Griesbach 2002). Beberapa
prosedur tentang kultur in vitro anggrek sudah dikembangkan untuk beberapa
genus, diantaranya adalah Cymbidium, Vanda, Phaphiopedilum dan Phalaenopsis
(Arditti dan Ernst 1993). Induksi PLB berhasil dilakukan dengan menggunakan
media New Dogashima Medium (NDW) dengan penambahan benzilaminopurin
(BAP), thidiazuron (TDZ), dan kinetin (KIN) pada konsentrasi masing-masing
sebanyak 0.01, 0.1, 0.5 dan 1.0 mg l-1 (Niknejad 2009).
Penelitian mengenai komposisi media tanam dan ZPT pada anggrek sudah
banyak dilakukan. Hasil penelitian Bey et al. (2006) menunjukkan bahwa
perlakuan tunggal air kelapa pada konsentrasi 250 ml l-1 menghasilkan rata-rata
persentase kecambah Phal. amabilis tertinggi, namun tidak menunjukkan
perbedaan yang nyata dengan perlakuan 150 ml l-1 dan 200 ml l-1 air kelapa.
Penggunaan pupuk majemuk NPK (6.5-2.6-15.8) dapat meningkatkan bobot PLB
Phalaenopsis (Cardenas dan Wang 1998). Media kultur jaringan dengan
menggunakan pupuk NPK (20:20:20) ditambah 2 g l-1 pepton dan ditambah arang
aktif optimal untuk perbanyakan PLB Phalaenopsis hibrida (Park et al. 2002) dan
mampu memberikan respon yang positif pada perkecambahan biji anggrek
Paraphalaenopsis serpentilingua (Puspitaningtyas et al. 2006).
Perlakuan pemberian TDZ efektif untuk menginduksi embriogenesis pada
Phal. amabilis (Chen dan Chang 2004). Latip et al. (2010) menunjukkan bahwa
persentase pertumbuhan PLB Phal. gigantea yang terbentuk dengan penambahan
BAP secara tunggal lebih rendah dibandingkan dengan penambahan TDZ pada
konsentrasi yang sama.

2
Keberhasilan dalam penggunaan metode kultur jaringan, terutama untuk
induksi jumlah PLB ditentukan oleh kombinasi yang baik antara media kultur
yang bertindak sebagai penyedia hara untuk pertumbuhan tanaman dan ZPT untuk
menginduksi PLB, sehingga diperlukan penelitian untuk melakukan percobaan
perlakuan media dengan penambahan ZPT untuk mendapatkan kombinasi media
dan ZPT yang tepat untuk mendukung pertumbuhan PLB anggrek.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kombinasi media tanam dan
ZPT yang sesuai untuk mendukung pertumbuhan PLB anggrek hasil silangan
antara Phal. gigantea × Phal. violacea.
Hipotesis
1. Terdapat interaksi antara media tanam dan ZPT yang sesuai untuk mendukung
proliferasi PLB anggrek hasil silangan antara Phal. gigantea × Phal. violacea.
2. Terdapat media pertumbuhan terbaik untuk PLB anggrek hasil silangan antara
Phal. gigantea × Phal. violacea.

TINJAUAN PUSTAKA
Anggrek Bulan (Phalaenopsis spp.)
Anggrek bulan (Phalaenopsis spp.) merupakan anggrek yang populer dan
indah dengan jumlah sekitar 66 spesies. Beberapa spesies Phalaenopsis
ditemukan di daerah Cina, India, Asia Tenggara dan Australia. Phalaenopsis
memiliki 3 jenis akar : akar udara, akar epifit, dan akar substrat. Akar udara
silindris dan tidak bercabang, besar, dan memanjang pada ujungnya dan
mempunyai pigmen hijau. Akar epifit mempunyai bentuk pipih dan menyerupai
pita. Akar substrat berbentuk silindris, diameternya lebih besar dari akar udara,
dan tidak berpigmen. Hormon yang terdapat pada ujung akar mampu menginisiasi
mitosis, sehingga jaringan tersebut sangat sesuai untuk pembentukan PLB dan
berpeluang untuk menginduksi mutasi (Christenson 2001).
Phalaenopsis gigantea dan Phalaenopsis violacea
Phal. gigantea yang dikenal sebagai anggrek bulan raksasa berasal dari
Pulau Kalimantan. Anggrek tersebut pertama kali diambil dari Pulau Kalimantan
pada tahun 1896-1897 oleh Mantri Jaheri, seorang pekerja Dr AW Niheuwenhuis.
Phal. gigantea mempunyai daun hijau tua keabu-abuan, menjuntai berbentuk
bulat telur atau elips, panjang daun 75 cm dan lebar daun 20 cm. Bagian ujung
daun relatif tampak tumpul, kedua permukaan daunnya mengkilat, dan daunnya
mudah patah dan mempunyai pelepah daun yang menutupi batang. (Djaafarer
2002)
Phal. violacea ditemukan hampir di seluruh wilayah Malaysia, Kalimantan,
dan Sumatera. Tipe bunga dari jenis Kalimantan lebih besar dan lebih bulat
dibandingkan dengan Phal. violacea tipe Malaysia dan Sumatera. Phal. violacea

3
dapat tumbuh baik jika ditanam pada potongan kayu dan sabut kelapa (Ling dan
Subramaniam 2007).
Metode perbanyakan anggrek secara umum dibagi menjadi 2, yaitu
perbanyakan secara generatif dan perbanyakan secara vegetatif. Perbanyakan
generatif adalah perbanyakan anggrek dengan menggunakan biji hasil fertilisasi
sedangkan perbanyakan vegetatif adalah perbanyakan anggrek dengan
menggunakan bagian tanaman selain biji, dapat berupa stek, keiki, split, dan
kultur jaringan. Metode kultur jaringan merupakan salah satu metode untuk
perbanyakan anggrek. Metode tersebut mempunyai keunggulan waktu dan
lingkungan. Waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan bibit dalam jumlah
banyak relatif singkat dibandingkan dengan metode perbanyakan lainnya (Iswanto
2002).
Media Kultur Jaringan Anggrek
Media yang banyak digunakan untuk kultur tunas pada anggrek adalah
Knudson C (Knudson 1946), MS (Murashige dan Skoog 1962), dan VW (Vacin
dan Went 1949). Hasil penelitian Irawati et al. (1977) menunjukkan bahwa ratarata pertumbuhan terbaik dan rata-rata eksplan hidup tertinggi terdapat pada
Dendrobium dengan menggunakan media KC.
Eksplan tunas dari Dendrobium fimbriatum dapat menghasilkan PLB ketika
menggunakan media KC yang sudah dimodifikasi khusus untuk pembentukan
PLB (Jonojit dan Nirmalya 2003). Lee dan Lee (2003) berhasil menggunakan ¼
MS untuk menginduksi PLB Cyperidium formosanum.
Rotor (1949) berhasil menumbuhkan daun dan akar dari tangkai bunga
(spike) Phalaenopsis pada media Knudson C dalam waktu 60 hari. Induksi
perkecambahan benih anggrek Phalaenopsis dapat dilakukan pada media Vacin
dan Went (VW) yang ditambahkan air kelapa, benzilaminopurin (BAP) dan
kinetin (KIN). Kombinasi 1 mg l-1 BAP dan 2 mg l-1 KIN dapat menghasilkan
jumlah planlet Phalaenopsis terbanyak dibandingkan dengan kombinasi 1 mg l-1
BAP dan 1 mg l-1 KIN (Niknejad 2009). Park et al. (2002) menemukan bahwa
konsentrasi thidiazuron (TDZ) terbaik untuk pertumbuhan PLB hasil silangan
antara Doritis dan Phalaenopsis adalah 9 µM. Hasil penelitian Chung et al. (2005)
dan Kuo et al. (2005) menunjukkan bahwa PLB Phalaenopsis mempunyai respon
pertumbuhan yang sama secara berturut-turut pada konsentrasi TDZ sebanyak
18.16 dan 13.62 µM. Penggunaan media NPK yang ditambahkan 200 ml l-1 air
kelapa terbukti dapat meningkatkan bobot PLB Phalaenopsis (Cardenas dan
Wang 1998). Media NPK (20:20:20) yang ditambahkan 2 g l-1 pepton dan arang
aktif mampu
mendukung perkecambahan biji anggrek Phalaenopsis
(Puspitaningtyas et al. 2006).
Zat Pengatur Tumbuh Anggrek
Kultur jaringan anggrek menggunakan zat pengatur tumbuh (ZPT) untuk
pertumbuhan, pembentukan kalus atau pembentukan PLB, proliferasi, dan
perkembangan (Morel 1974). Tunas apikal Rhyncostylis gigantea yang
dikulturkan pada media padat dengan penambahan NAA dan air kelapa dapat
membentuk planlet hanya dalam waktu 3.5 bulan (Vajrabhaya dan Vajrabhaya
1970).

4
PLB anggrek Phal. “Santa Cruz” dapat tumbuh optimal pada media Vacin
dan Went (VW) yang mengandung 40 g l-1 gula dan 200 ml l-1 air kelapa (Ishii et
al. 1998). Penambahan NAA dan BA dalam konsentrasi yang tinggi mampu
menginduksi tunas Cattleya sp. secara maksimum (Kusumoto 1980). Kalus
terbentuk pada media yang ditambahkan dengan 0.5 mg l-1 NAA dan 1 mg l-1
BAP dan proliferasi kalus terjadi bersamaan dengan regenerasi PLB ketika
dipindahkan ke media yang tidak mengandung ZPT (Jonojit dan Nirmalya 2003).
Hasil penelitian Ichihasi (1992) menjelaskan bahwa terjadi proliferasi tunas
yang sangat cepat pada 4 jenis Phalaenopsis hibrida yang eksplannya diambil dari
tangkai bunga (spike) pada media yang tidak mengandung ZPT. Piria et al. 2008
menjelaskan kalus dari Cypripedium formosanum dapat diinduksi pada media ¼
MS yang mengandung 4.52 mM 2.4-D dan 4.54 mM thidiazuron.

METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Tissue Culture Departemen Agronomi
dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada bulan
November 2013 sampai bulan Juni 2014.
Bahan Penelitian
Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian adalah PLB hasil silangan
antara Phal. gigantea (Gambar 1) x Phal. violacea (Gambar 2) yang berasal dari
koleksi PLB yang ada di laboratorium Tissue Culture Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bahan lain yang
digunakan adalah bahan-bahan untuk membuat media Knudson C (KC) 80%
(Lampiran 1), NPK (18-18-18+EDTA), NPK (20:20:20) +myoinositol+vitamin,
thidiazuron (TDZ) 0.5 ppm, benziladenin (BA) 0.5 ppm, arang aktif, nenas, pisang,
dan air kelapa.

Gambar 1 Bunga Phal. gigantea

Gambar 2 Bunga Phal. violaceae

5
Peralatan Penelitian
Alat yang digunakan adalah seperangkat alat untuk melakukan kultur
jaringan, Autoclave, Magnetic Stirrer, Laminar Air Flow Cabinet, blender,
timbangan, penggaris, mikroskop, kamera dan alat tulis.
Prosedur Percobaan
Percobaan terdiri dari 2 bagian. Percobaan 1 untuk menginduksi proliferasi
PLB anggrek hasil silangan Phal. gigantea × Phal. violacea, sedangkan untuk
percobaan 2 untuk mendukung pertumbuhan PLB anggrek hasil silangan Phal.
gigantea × Phal. violacea.

Percobaan 1 induksi proliferasi PLB
Rancangan percobaan yang digunakan pada percobaan 1 adalah rancangan
acak lengkap (RAL) faktorial dengan 2 faktor yaitu media tanam dan zat pengatur
tumbuh atau air kelapa. Perlakuan yang dicobakan adalah penanaman PLB pada
media Knudson C 80% tanpa penambahan ZPT, media Knudson C 80% yang
ditambahkan 100 ml air kelapa, media Knudson C 80% yang ditambahkan 0.5
ppm benziladenin + 0.5 ppm thidiazuron, media NPK (18:18:18+EDTA) tanpa
penambahan ZPT, media NPK (18:18:18+EDTA) yang ditambahkan 100 ml air
kelapa dan media NPK (18:18:18+EDTA) yang ditambahkan 0.5 ppm
benziladenin + 0.5 ppm thidiazuron. Total perlakuan yang dicobakan adalah
sebanyak 6 kombinasi perlakuan (2 media × 3 ZPT), kemudian masing-masing
perlakuan ditanam masing-masing sebanyak 5 PLB dan diulang sebanyak 10 kali,
sehingga terdapat 60 satuan percobaan dan 300 PLB yang harus diamati.
Model aditif linear yang digunakan adalah :

Keterangan :
Yij

i
j



ij

Yij = � +

i

+

j+



+�

= pengamatan pada perlakuan media ke-i, dan ZPT ke-j (i = 1,2 j=1,2,3)
= nilai tengah
= pengaruh perlakuan media ke-i (i=1,2)
= pengaruh perlakuan ZPT/air kelapa ke-j (j=1,2,3)
= interaksi antara perlakuan media ke-i dan ZPT ke-j (i=1,2 j=1,2,3)
= galat percobaan

Percobaan 1 kemudian akan dilanjutkan ke percobaan 2 yaitu subkultur
untuk mendukung pertumbuhan PLB agar maksimal. Subkultur pada percobaan 2
dilakukan dengan syarat jika persentase hidup PLB pada percobaan 1 lebih dari
50% maka PLB disubkultur ke media yang sama pada percobaan 1 dan ke media
NPK (20:20:20) + vitamin + myoinositol. Namun jika persentase PLB hidup pada
percobaan 1 kurang dari 50% maka PLB akan disubkultur seluruhnya ke media
NPK (20:20:20) + vitamin + myoinositol.

6
Percobaan 2 subkultur untuk mendukung pertumbuhan PLB
Rancangan percobaan yang digunakan pada percobaan 1 adalah rancangan
acak lengkap (RAL) 1 faktor yaitu subkultur ke media yang lain. Perlakuan
subkultur dijelaskan pada Tabel 1. Masing-masing perlakuan ditanam sebanyak 5
PLB dan diulang sebanyak 10 kali.
Tabel 1 Perlakuan media percobaan 2a
Media asal pada Percobaan 1
Media subkultur pada Percobaan 2
KC 80% tanpa ZPT
KC 80% tanpa ZPT, NPK (20:20:20)
+ vitamin + myoinositol
KC 80% + Air Kelapa 100 ml

NPK (20:20:20)
myoinositol

+

vitamin

+

KC 80% + TDZ 0.5 ppm + BA 0.5 ppm NPK (20:20:20) + vitamin +
myoinositol
NPK (18:18:18+EDTA) tanpa ZPT
NPK (18:18:18+EDTA) tanpa ZPT,
NPK (20:20:20) + vitamin +
myoinositol
NPK (18:18:18+EDTA) + Air Kelapa NPK (20:20:20)
100 ml
myoinositol

+

vitamin

+

NPK (18:18:18+EDTA) + TDZ 0.5 NPK (18:18:18+EDTA) + TDZ 0.5
ppm + BA 0.5 ppm
ppm + BA 0.5 ppm, NPK (20:20:20) +
vitamin + myoinositol
a

KC = media Knudson C, ZPT = zat pengatur tumbuh, TDZ = thidiazuron, BA = benziladenin,
ppm = part per million, EDTA = asam etilen diamin tetra asetat.

Model aditif linear yang digunakan adalah :

Keterangan :
Yij

i


Yij = � +

i

+�

= pengamatan pada perlakuan
= nilai tengah
= pengaruh perlakuan media subkultur ke-i
= galat percobaan

Pembuatan Media Knudson C 80% dan NPK (18-18-18-EDTA), NPK (20:20:20)
+ vitamin + myoinositol
Pembuatan media tanam dengan menggunakan komposisi Knudson C (KC)
dengan membuat larutan stok sebanyak 500 ml untuk pembuatan 4 l media KC.
Larutan stok yang sudah terbentuk dibagi menjadi lima bagian dengan volume
masing-masing 100 ml, sehingga untuk konsentrasi media KC masing-masing
adalah 0.8, namun media KC yang digunakan hanya 3 l.
Media KC yang sudah dibuat terdiri dari 3 perlakuan, yaitu perlakuan media
KC tanpa penambahan ZPT, media KC yang ditambahkan 0.5 ppm benziladenin +

7
0.5 ppm thidiazuron, dan media KC yang ditambahkan dengan 100 ml air kelapa.
Penambahan bahan organik (nenas, pisang, dan air kelapa) sebanyak 30 g l-1 untuk
masing-masing larutan stok KC yang telah dibuat, sehingga ada 1 perlakuan
dengan jumlah total air kelapa yang ditambahkan adalah 130 ml. Larutan stok KC
yang sudah ditambahkan bahan organik kemudian ditambahkan 30 g l-1 gula dan
ditambahkan dengan akuades hingga volume masing-masing mencapai 1 l.
Media KC yang dibentuk sebanyak 3 l ditambahkan agar sebagai pemadat.
Larutan yang sudah ditambahkan agar kemudian dimasak hingga matang dan
dibagikan secara merata kedalam 120 botol kultur ukuran sedang. Botol yang
sudah berisi larutan KC ditutup dan dimasukkan kedalam autoclave untuk
dilakukan sterilisasi pada suhu 121 °C selama 20 menit. Media dan botol kultur
yang sudah disterilisasi kemudian disusun di rak kultur.
Media kedua yang dibuat adalah media NPK (18-18-18 + EDTA).
Pembuatan media dilakukan dengan menambahkan pupuk NPK (18-18-18 +
EDTA) 2 g l-1 media. Media NPK yang dibuat sebanyak 3 l terdiri dari 3
perlakuan, yaitu media NPK (18-18-18 + EDTA) tanpa penambahan ZPT, media
NPK (18-18-18 + EDTA) yang ditambahkan ZPT (0.5 ppm benziladenin + 0.5
ppm thidiazuron), dan media NPK (18-18-18 + EDTA) yang ditambahkan dengan
100 ml air kelapa. Penambahan bahan organik (nenas, pisang, dan air kelapa)
sebanyak 30 g l-1 untuk masing-masing larutan stok NPK (18-18-18 + EDTA)
yang telah dibuat, sehingga ada 1 perlakuan dengan jumlah total air kelapa yang
ditambahkan adalah 130 ml. Larutan stok NPK (18-18-18 + EDTA) yang sudah
ditambahkan bahan organik kemudian ditambahkan 30 g l-1 gula dan ditambahkan
dengan akuades hingga volume masing-masing mencapai 1 l.
Media NPK (18-18-18 + EDTA) yang dibuat sebanyak 3 l ditambahkan agar
sebagai pemadat. Larutan yang sudah ditambahkan agar kemudian dimasak
hingga matang dan dibagikan secara merata kedalam 120 botol kultur ukuran
sedang. Botol yang sudah berisi larutan KC ditutup dan dimasukkan ke dalam
autoclave untuk dilakukan sterilisasi pada suhu 121 °C selama 20 menit. Media
dan botol kultur yang sudah disterilisasi kemudian disusun di rak kultur. Total
untuk pembuatan media KC dan NPK (18-18-18 + EDTA) adalah 6 l yang
dimasukkan kedalam 240 botol kultur.
Media ketiga yang dibuat adalah media NPK (20:20:20) + vitamin +
myoinositol. Pembuatan media dilakukan dengan menambahkan pupuk NPK
(20:20:20) 2 g l-1 media, kemudian ditambahkan 10 ml vitamin dan 10 ml
myoinositol yang biasa digunakan pada media MS0. Media NPK yang dibuat
sebanyak 4.5 l kemudian ditambahkan agar sebagai pemadat. Larutan yang sudah
ditambahkan agar kemudian dimasak hingga matang dan dibagikan ke 140 botol
kultur ukuran sedang. Botol yang sudah berisi media NPK kemudian ditutup
menggunakan plastik dan dimasukkan ke dalam autoclave untuk dilakukan
sterilisasi pada suhu 121 °C selama 20 menit. Media yang sudah steril disusun di
rak kultur.
Penanaman Protocorm Like Bodies (PLB)
Penanaman PLB dilakukan 3 minggu setelah pembuatan media. PLB
ditanam dengan memisahkan antara PLB yang satu dengan PLB lainnya. Masingmasing botol kultur hanya ditanami 5 PLB, sehingga kebutuhan PLB untuk 240
botol kultur adalah 1200 PLB. Letak penanaman PLB dalam satu botol kultur

8
harus diberikan jarak, agar pertumbuhan dan perkembangan PLB mudah diamati.
PLB yang sudah ditanam kemudian ditandai dengan memberikan nomor pada
masing-masing PLB di setiap botol kultur.
Subkultur
Subkultur dilakukan pada percobaan 2 menggunakan media yang tercantum
pada Tabel 1.
Pengamatan
Indikator pertumbuhan dan perkembangan PLB yang diamati adalah sebagai
berikut :
1. Persentase Kontaminasi
Persentase kontaminasi dihitung dari jumlah botol yang terkontaminasi
dibagi dengan jumlah botol total.
2. Persentase PLB hidup
Persentase PLB hidup dihitung dari jumlah PLB yang berwarna hijau
dibagi dengan jumlah PLB total dari masing-masing perlakuan.
3. Persentase Multiplikasi
Persentase multiplikasi dihitung dari jumlah PLB yang masih berwarna
hijau dan mengalami proliferasi dibagi dengan jumlah PLB total dari masingmasing perlakuan.
4. Persentase Kalus
Persentase kalus dihitung dari jumlah PLB yang mengalami pembentukan
kalus dibagi dengan jumlah PLB total dari masing-masing perlakuan.
5. Persentase PLB yang Tidak Bermultiplikasi dan Tidak Berkalus
Persentase PLB yang tidak bermultiplikasi dan tidak berkalus dihitung dari
persentase PLB yang hidup pada masing-masing perlakuan dikurangi dengan
persentase multiplikasi dan persentase kalus dari masing-masing perlakuan.
6. Jumlah Daun
Jumlah daun dihitung dari jumlah daun yang terbentuk pada PLB,
kemudian diambil rata-rata dari masing-masing perlakuan.
7. Jumlah Akar
Jumlah akar dihitung dari jumlah akar yang terbentuk pada PLB kemudian
diambil rata-rata dari masing-masing perlakuan.
8. Persentase planlet yang terbentuk
Persentase planlet yang terbentuk dihitung dari PLB yang sudah minimal
mempunyai 2 daun dan 1 akar, kemudian diambil rata-rata dari masing-masing
perlakuan.
Pengamatan dilakukan setiap minggu selama 6 bulan pengamatan.

9
Analisis Data
Data yang diperoleh pada percobaan 1 dan percobaan 2 dianalisis dengan
menggunakan uji F untuk mengetahui pengaruh perlakuan media tanam dan ZPT.
Apabila hasil uji sidik ragam berpengaruh nyata, selanjutnya dilakukan uji lanjut
dengan Duncan multiple range test (DMRT) pada selang kepercayaan 95%. Data
hasil pengamatan diolah menggunakan program SAS.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Percobaan 1 Induksi Proliferasi PLB
Persentase Kontaminasi
Total persentase kontaminasi pada percobaan 1 adalah 7.5%. Kontaminasi
yang terjadi disebabkan oleh bakteri dan cendawan. Botol kultur yang
terkontaminasi masih terjadi sampai 4 MST, hal tersebut diduga karena kondisi
ruang kultur yang kurang steril, kesalahan prosedur saat subkutur di Laminar Air
Flow, dan proses pencucian alat kultur dan botol yang kurang bersih. Pencucian
botol yang kurang bersih dapat menyebabkan kontaminasi masih terjadi sampai 1
atau 2 bulan setelah sterilisasi media.
Persentase PLB Hidup
Pertumbuhan eksplan dalam kultur in vitro sangat dipengaruhi oleh media
kultur yang digunakan (George et al. 2007). Jenis media dan kandungan unsur
hara yang digunakan sangat berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan (Niedz
dan Evans 2007). Kesesuaian eksplan dan media yang digunakan menjadi faktor
penting untuk menentukan keberhasilan kultur in vitro tanaman untuk berbagai
tujuan (George et al. 2007).
PLB anggrek hasil silangan Phal. gigantea × Phal. violacea yang hidup
merupakan PLB yang masih berwarna hijau. PLB yang tidak terkontaminasi
mulai menunjukkan pertumbuhan. Pertumbuhan PLB terbagi menjadi 3 yaitu PLB
yang tumbuh dengan sangat lambat sehingga tidak mengalami multiplikasi
ataupun berkalus, PLB yang mengalami multiplikasi, dan PLB yang berkalus.
Persentase PLB yang hidup dari masing-masing perlakuan dapat dilihat pada
Tabel 3.
Persentase PLB hidup pada perlakuan media tidak berpengaruh nyata,
sedangkan untuk perlakuan ZPT nyata lebih tinggi dibandingkan dengan
perlakuan penambahan air kelapa maupun TDZ+BA. Persentase PLB hidup yang
tertinggi pada 1 MST adalah pada perlakuan media NPK (18:18:18+EDTA) 80%
+ TDZ 0.5 ppm + BA 0.5 ppm, sedangkan persentase PLB hidup terendah pada 1
MST adalah pada perlakuan media NPK (18:18:18+EDTA) + air kelapa 100 ml.
Persentase PLB hidup umur 1 MST pada percobaan ini cukup rendah, hal tersebut
diduga karena pada proses pemisahan PLB pada proses subkultur ke media
perlakuan. Proses pemisahan PLB untuk disubkultur ke media perlakuan
mengalami kesulitan karena masing-masing PLB sangat rekat sehingga sulit untuk
dipisahkan antar satu PLB dengan PLB lainnya. Penggunaan alat tanam yang

10
masih panas juga diduga menjadi faktor penyebab rendahnya persentase PLB
hidup pada umur 1 MST.
Hasil analisis statistik pada 2 MST menunjukkan bahwa persentase PLB
hidup pada perlakuan media KC 80% sangat nyata lebih tinggi dari media NPK
(18:18:18+EDTA) dan perlakuan tanpa ZPT sangat nyata lebih tinggi
dibandingkan dengan perlakuan penambahan air kelapa maupun TDZ+BA.
Terdapat interaksi antara media dan ZPT pada 2 MST, interaksi terbaik terjadi
pada taraf media KC 80% tanpa penambahan ZPT (Tabel 2). Hal tersebut diduga
karena konsentrasi ZPT yang berasal dari air kelapa, TDZ dan BA terlalu tinggi,
sehingga menekan pertumbuhan PLB anggrek. Hasil penelitian Niknejad (2009)
menunjukkan bahwa induksi PLB berhasil dilakukan dengan menambahkan
BAP, TDZ, dan kinetin pada konsentrasi masing-masing 0.01, 0.1, dan 0.5 mg l-1.
Persentase PLB hidup pada 2 MST mengalami penurunan. Penurunan
persentase PLB hidup terjadi pada semua perlakuan kecuali perlakuan media KC
80% tanpa penambahan ZPT. Sebagian besar PLB pada masing-masing perlakuan
mengalami perubahan warna menjadi kecoklatan atau hitam. Hal tersebut diduga
karena adanya akumulasi senyawa fenolik yang keluar dari PLB akibat pelukaan
yang dilakukan pada saat pemisahan PLB untuk disubkultur ke media perlakuan
(Gambar 3). Menurut Ling et al. (2007) PLB Phalaenopsis sp. sangat sensitif
terhadap pelukaan pada jaringan, sehingga dapat mengakibatkan akumulasi
senyawa fenolik yang mengakibatkan pencoklatan pada jaringan tanaman.

Gambar 3 (A) Akumulasi senyawa fenolik yang muncul di media, (B) PLB yang
mencoklat
Tabel 2 Interaksi media dan ZPT terhadap rata-rata persen hidup PLB anggrek
silangan Phal.gigantea × Phal.violacea umur 2 MSTa
Media

Tanpa ZPT

ZPT/air kelapa
Air Kelapa
TDZ+BA

Rata-rata

----------------------------% PLB Hidup------------------------------

KC 80%
NPK
(18-1818+EDTA)
Rata-rata
a

76.57a
41.14b

45.71b
33.14b

35.43b
38.85b

58.86

39.43

37.14

52.57
37.71

Angka-angka pada baris dan kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan
hasil tidak berbeda nyata pada uji Duncan multiple range test (DMRT) pada selang kepercayaan
95%. PLB = Protocorm Like Bodies, ZPT = Zat Pengatur Tumbuh, TDZ = Thidiazuron, BA =
Benziladenin, MST= minggu setelah tanam, NPK = Pupuk majemuk yang mengandung unsur N, P
dan K. KC 80 % = Knudson C 80 %, EDTA = Asam Etilen diamin tetra asetat.

11
Semua perlakuan pada 3-9 MST mengalami peningkatan persen PLB hidup
(Tabel 3). Peningkatan tersebut terjadi karena munculnya PLB-PLB sekunder
berwarna hijau pada sisa-sisa PLB yang sudah berwarna coklat (Gambar 4).
Munculnya PLB sekunder pada PLB yang sudah berwarna coklat diduga karena
adanya pengaruh dari perlakuan ZPT. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa
diantara taraf ZPT yang dicobakan, perlakuan tanpa ZPT sangat nyata lebih tinggi
dibandingkan dengan perlakuan lainnya.

Gambar 4 (A) PLB yang sudah berwarna coklat (B) PLB sekunder yang muncul
dari PLB yang sudah berwarna coklat
Persentase Multiplikasi dan Persentase Kalus
Multiplikasi merupakan kemampuan eksplan untuk memperbanyak diri.
Hasil percobaan pada PLB anggrek dengan perlakuan media dan ZPT
menunjukkan bahwa perlakuan media NPK (18:18:18+EDTA) menghasilkan
persentase multiplikasi sangat nyata lebih tinggi dibandingkan dengan media KC
80% (Tabel 4). Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa jika dibandingkan
dengan media KC 80%, maka media NPK (18:18:18+EDTA) merupakan media
terbaik untuk multiplikasi PLB (Gambar 5). Perlakuan penambahan TDZ 0.5 ppm
dan BA 0.5 ppm tidak berbeda nyata dengan perlakuan tanpa pemberian ZPT
namun sangat nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan penambahan air
kelapa. Hal tersebut mengindikasikan bahwa untuk memperbanyak PLB anggrek
silangan antara Phal. gigantea × Phal. violacea tidak perlu dilakukan pada media
yang ditambahkan ZPT. Selain itu, prosedur pembuatan media NPK
(18:18:18+EDTA) lebih sederhana dibandingkan dengan pembuatan media KC
80%. Penggunaan media NPK (18:18:18+EDTA) mampu menggantikan media
KC 80% yang kurang ekonomis.

Gambar 5 (A) dan (B) PLB sekunder yang muncul pada media NPK
(18:18:18+EDTA) (C) PLB sekunder yang muncul pada media KC 80%

12

Tabel 3 Rata-rata persentase hidup PLB anggrek silangan Phal.gigantea × Phal.violacea umur 1-10 MST
Perlakuan
Media

1

2

3

4

Umur (MST)a
5
6

7

8

9

10

------------------------------------------------% PLB Hidup-----------------------------------------------------

Media KC 80%

71.00a

52.57a

40.95a

48.38a

47.62a

48.92a

52.92a

53.71a

54.67a

53.33a

Media NPK (18-18-18+EDTA)

67.62a

37.71b

40.19a

49.53a

53.14a

48.57a

52.00a

52.00a

54.48a

54.67a

tn

**

tn

tn

tn

tn

tn

tn

tn

tn

Tanpa ZPT

74.00a

58.86a

44.29a

53.71a

58.86a

57.14a

62.29a

62.86a

64.57a

62.57a

Air Kelapa

60.00b

39.43b

36.86a

42.86b

42.27b

39.43b

43.14b

42.29c

44.29c

45.43b

TDZ+BA

74.00a

37.14b

40.57a

50.27ab

52.00a

49.72a

52.00b

53.30b

54.86b

54.00b

**

**

tn

*

**

**

**

**

**

**

9.02T1

8.68T2

8.88T2

8.60T2

8.75T2

9.10T2

9.05T2

9.16T2

8.92T2

8.84T2

Uji-F
ZPT/air kelapa

2
Uji-F
KK (%)
a

Angka-angka pada kolom perlakuan media dan ZPT yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan hasil tidak berbeda nyata pada uji Duncan multiple range test
(DMRT) pada selang kepercayaan 95%. PLB = Protocorm Like Bodies, ZPT = Zat Pengatur Tumbuh, MST= minggu setelah tanam, NPK = Pupuk majemuk yang
mengandung unsur N, P dan K. KC 80 % = Knudson C 80 %, TDZ = Thidiazuron, BA = Benziladenin, EDTA = Asam Etilen diamin tetra asetat, ppm = part per
million, tn= tidak berbeda nyata pada uji Duncan multiple range test (DMRT) pada selang kepercayaan 95%, %, *=berbeda nyata pada uji DMRT selang kepercayaan
95%, **=sangat berbeda nyata pada uji DMRT selang kepercayaan 95%, KK = Koefisien keragaman (T1)= hasil transformasi √� + .5, (T2)= hasil transformasi √� +

13
Tabel 4 Rata-rata persentase PLB anggrek silangan Phal.gigantea
Phal.violacea pada umur 10 MST

Perlakuan

Persentase
PLB
Hidupa
10 MST

Persentase
PLB Mati
10 MST

Persentase
PLB TM
dan TB
10 MST

×

Persentase
Multiplikasia

Persentase
Berkalusa

10 MST

10 MST

Media

------------------------------------(%)----------------------------------

Media KC
80%
Media NPK
(18-1818+EDTA)
Uji-F

53.33a

46.62

14.66

16.95b

21.72a

54.67a

45.30

12.03

25.72a

16.95a

tn

-

-

**

tn

62.57a
45.43b
54.00b
**
8.84T1

37.43
54.57
46.00
-

18.57
12.00
9.43
-

22.29a
16.00b
25.71a
**
7.37T1

21.71a
17.43a
18.86a
tn
7.55T1

ZPT/air
kelapa
Tanpa ZPT
Air Kelapa
TDZ+BA
Uji-F
KK (%)
a

Angka-angka pada kolom perlakuan media dan ZPT yang diikuti oleh huruf yang sama
menunjukkan hasil tidak berbeda nyata pada uji Duncan multiple range test (DMRT) pada selang
kepercayaan 95%. PLB = Protocorm Like Bodies, ZPT = Zat Pengatur Tumbuh, MST= minggu
setelah tanam, NPK = Pupuk majemuk yang terdiri dari unsur N, P dan K, KC 80 % = Knudson C
80 %, TDZ = Thidiazuron, BA = Benzladenin, EDTA = Asam Etilen diamin tetra asetat, TM =
tidak mengalami multiplikasi, TB = tidak berkalus, tn= tidak berbeda nyata pada uji Duncan
multiple range test (DMRT) pada selang kepercayaan 95%, KK = Koefisien keragaman (T1)= hasil
transformasi √� + .

Kalus merupakan struktur yang belum terdiferensiasi secara sempurna.
Hasil percobaan menunjukkan beberapa PLB pada masing-masing perlakuan
terbentuk kalus. Analisis statistik menunjukkan bahwa untuk perlakuan media,
ZPT, dan interaksi antara media dan ZPT tidak berpengaruh nyata untuk
peningkatan persen PLB yang berkalus (Tabel 4). Kalus muncul dari PLB-PLB
yang berwarna coklat.

Jumlah Daun
Pemberian nitrogen dapat menginduksi pembentukan sitokinin pada
tanaman (Matulata 2003). Sitokinin pada tanaman berfungsi untuk menginduksi
tunas. Daun yang tumbuh pada PLB merupakan diferensiasi lebih lanjut ketika
PLB sudah bertunas. Jumlah daun yang muncul pada PLB menunjukkan jumlah

14
tunas yang terbentuk. PLB mempunyai titik tumbuh pada bagian atas tunas yang
akan menjadi daun. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa media yang
terbaik untuk pembentukan daun adalah media NPK (18:18:18+EDTA) (Gambar
6). Hal tersebut disebabkan karena konsentrasi nitrogen pada media NPK
(18:18:18+EDTA) lebih tinggi dibandingkan dengan media KC 80%. Selain itu
pada media NPK (18:18:18+EDTA) konsentrasi nitrogen lebih tinggi
dibandingkan dengan konsentrasi fosfor, sehingga pertumbuhan PLB cenderung
untuk membentuk daun. Menurut Shintiavira et al. (2012) proporsi nitrogen dan
fosfor pada kultur krisan sangat menentukan untuk pembentukan daun ataupun
akar. Konsentrasi nitrogen yang lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi
fosfor, maka akan menyebabkan pertumbuhan PLB cenderung untuk membentuk
daun. Sebaliknya jika konsentrasi fosfor lebih tinggi dibandingkan dengan
konsentrasi nitrogen, maka pertumbuhan PLB cenderung membentuk akar.
Hasil analisis statistik pada Tabel 5 menunjukkan bahwa perlakuan ZPT
tidak menunjukkan pengaruh yang nyata sehingga perlakuan pemberian ZPT akan
sama hasilnya dengan tanpa pemberian ZPT. Hal tersebut diduga karena
konsentrasi ZPT yang digunakan terlalu tinggi, sehingga menekan pertumbuhan
PLB. Hal tersebut mengindikasikan bahwa untuk mendukung pertumbuhan daun
pada PLB tidak perlu menggunakan ZPT, sehingga akan meminimalkan biaya
untuk membuat media dan ZPT yang sesuai untuk PLB anggrek silangan
Phal.gigantea × Phal.violacea.
Planlet merupakan tanaman tanaman yang sudah siap untuk dilakukan
aklimatisasi. Planlet yang terbentuk pada percobaan ini merupakan planlet yang
sudah mempunyai minimal 2 daun dan 1 akar. Hasil analisis statistik
menunjukkan bahwa persentase terbentuknya planlet pada media NPK
(18:18:18+EDTA) sangat nyata lebih tinggi dan lebih baik dibandingkan dengan
media KC 80%. Persentase terbentuknya planlet pada perlakuan tanpa
penambahan ZPT nyata lebih tinggi dan lebih baik dibandingkan dengan
perlakuan penambahan ZPT berupa air kelapa atau TDZ+BA (Tabel 6).

Gambar 6 (A) Daun yang terbentuk pada perlakuan media KC 80% (B) Daun
yang terbentuk pada perlakuan media NPK (18-18-18+EDTA)

13
Tabel 5 Rata-rata jumlah daun PLB anggrek silangan Phal.gigantea × Phal.violacea umur 1-10 MST
Perlakuan
Media

1

2

3

4

Umur (MST)a
5
6

7

8

9

10

-----------------------------------------------Jumlah Daun---------------------------------------

Media KC 80%

0.42a

0.51a

0.55a

0.64b

0.71b

0.74b

0.78b

0.76b

0.73b

0.73b

Media NPK (18-18-18+EDTA)

0.26b

0.45a

0.53a

0.75a

0.85a

0.91a

0.97a

0.95a

0.94a

0.94a

**

tn

tn

*

**

**

**

**

**

**

Tanpa ZPT

0.39a

0.48a

0.51a

0.66a

0.77a

0.82a

0.87a

0.84a

0.81a

0.81a

Air Kelapa

0.36a

0.49a

0.58a

0.70a

0.77a

0.81a

0.88a

0.85a

0.85a

0.86a

TDZ+BA

0.26b

0.47a

0.54a

0.70a

0.80a

0.85a

0.90a

0.87a

0.84a

0.84a

*

tn

tn

tn

tn

tn

tn

tn

tn

tn

9.97T1

8.90T1

9.10T1

9.13T1

9.37T1

9.49T1

9.87T1

7.92T2

8.09T2

8.29T2

Uji-F
ZPT/air kelapa

Uji-F
KK (%)
a

15

Angka-angka pada kolo perlakuan media dan ZPT yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan hasil tidak berbeda nyata pada uji Duncan multiple range test
(DMRT) pada selang kepercayaan 95%. PLB = Protocorm Like Bodies, ZPT = Zat Pengatur Tumbuh, MST= minggu setelah tanam, NPK = Pupuk majemuk yang
mengandung unsur N, P dan K. KC 80 % = Knudson C 80 %, TDZ = Thidiazuron, BA = Benziladenin, EDTA = Asam Etilen diamin tetra asetat, tn= tidak berbeda
nyata pada uji Duncan multiple range test (DMRT) pada selang kepercayaan 95%, *=berbeda nyata pada uji DMRT selang kepercayaan 95%, **=sangat berbeda nyata
pada uji DMRT selang kepercayaan 95%, KK = Koefisien keragaman. (T1)= hasil transformasi √� + , (T2) = hasil transformasi √� + .5.

16

14
Tabel 6 Rata-rata persentase planlet anggrek silangan Phal.gigantea × Phal.violacea yang terbentuk umur 1-10 MST
Perlakuan
Media

1

2

3

4

Umur (MST)a
5
6

7

8

9

10

-------------------------------------------------------------%---------------------------------------------------------

Media KC 80%

0.00a

0.00a

0.00a

0.57b

1.33b

1.71b

3.24b

4.19b

4.38b

4.95b

Media NPK (18-18-18+EDTA)

0.00a

0.00a

0.00a

2.10a

3.62a

7.43a

9.71a

9.74a

12.00a

13.91a

tn

tn

tn

*

*

**

**

**

**

**

Tanpa ZPT

0.00a

0.00a

0.00a

1.71a

4.26a

6.27a

8.86a

9.43a

11.14a

13.14a

Air Kelapa

0.00a

0.00a

0.00a

1.14a

1.71b

4.00a

6.00ab

6.57ab

6.86b

7.42b

TDZ+BA

0.00a

0.00a

0.00a

1.14a

1.43b

3.43a

4.57b

4.86b

6.57b

7.71b

tn

tn

tn

tn

*

tn

tn

*

*

*

-

-

-

2.35T1

3.03T1

4.22T1

4.84T1

4.88T1

5.37T1

5.58T1

Uji-F
ZPT/air kelapa

Uji-F
KK (%)
a

Angka-angka pada kolo perlakuan media dan ZPT yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan hasil tidak berbeda nyata pada uji Duncan multiple range test
(DMRT) pada selang kepercayaan 95%. PLB = Protocorm Like Bodies, ZPT = Zat Pengatur Tumbuh, MST= minggu setelah tanam, NPK = Pupuk majemuk yang
mengandung unsur N, P dan K. KC 80 % = Knudson C 80 %, TDZ = Thidiazuron, BA = Benziladenin, EDTA = Asam Etilen diamin tetra asetat, ppm = part per
million, tn= tidak berbeda nyata pada uji Duncan multiple range test (DMRT) pada selang kepercayaan 95%, %, *=berbeda nyata pada uji DMRT selang kepercayaan
95%, **=sangat berbeda nyata pada uji DMRT selang kepercayaan 95%, KK = Koefisien keragaman, (T1)= hasil transformasi √� + .

17
Jumlah Akar
Pembentukan akar dimulai dengan adanya proses metabolisme yang
mencerna nutrisi berupa karbohidrat yang akan mendorong terbentuknya sel-sel
baru. Akar merupakan bagian tanaman yang berfungsi untuk menyerap hara yang
ada pada media kultur. Waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan akar lebih
lama dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan daun.
Tabel 8 menunjukkan data rata-rata jumlah akar yang terbentuk.
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa media NPK (18:18:18+EDTA)
sangat nyata lebih tinggi dibandingkan dengan media KC 80%. Perlakuan tanpa
pemberian ZPT sangat nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan
penambahan TDZ+BA dan air kelapa. Media NPK (18:18:18+EDTA) dan
perlakuan tanpa penambahan ZPT merupakan perlakuan terbaik untuk
meningkatkan pembentukan akar untuk PLB anggrek silangan Phal.gigantea ×
Phal.violacea (Gambar 7). Hal tersebut disebabkan karena kandungan fosfor
pada media NPK (18:18:18+EDTA) lebih tinggi dibandingkan dengan media KC
80%. Menurut Supari (1999) salah satu unsur yang dibutuhkan untuk membentuk
akar adalah fosfor. Jumlah akar yang terbentuk pada PLB anggrek silangan
Phal.gigantea × Phal.violacea tidak lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah
daun. Hal tersebut disebabkan oleh semua media yang digunakan pada penelitian
mempunyai konsentrasi fosfor yang lebih rendah dibandingkan dengan
konsentrasi nitrogen. Hasil penelitian Shintiavira et al. (2012) pada kultur krisan
menunjukkan bahwa konsentrasi nitrogen yang lebih tinggi dibandingkan dengan
konsentrasi fosfor, maka akan menyebabkan pertumbuhan PLB cenderung untuk
membentuk daun. Sebaliknya jika konsentrasi fosfor lebih tinggi dibandingkan
dengan konsentrasi nitrogen, maka pertumbuhan PLB cenderung membentuk akar
Tabel 7 Kandungan unsur N, P dan K pada media KC 80%, NPK
(18:18:18+EDTA) dan NPK (20:20:20)a
Unsur
Nitrogen
Fosfor
Kalium

Media
KC 80%
NPK (18-18-18+EDTA)
NPK (20:20:20)
------------------------------ppm---------------------------------256.82
271.35
400.00
46.00
155.74
200.00
164.00
268.53
281.48

a

NPK = Pupuk majemuk yang terdiri dari unsur N, P dan K, KC 80 % = Knudson C 80 %, EDTA
= Asam Etilen diamin tetra asetat, ppm = part per million.

Umur 1-2 MST akar PLB masih belum terbentuk, sehingga tidak dapat
dianalisis perbedaan dari masing-masing perlakuan. Perbedaan yang nyata dan
sangat nyata mulai muncul pada 4-10 MST.
Media sangat berpengaruh nyata untuk pembentukan akar PLB. Hasil
analisis statistik menunjukkan bahwa media NPK (18:18:18+EDTA) sangat nyata
meningkatkan jumlah akar dibandingkan dengan media KC 80%. Jumlah akar
pada perlakuan tanpa penambahan ZPT sangat nyata meningkatkan jumlah akar
dibandingan dengan perlakuan penambahan TDZ+BA dan air kelapa.

18

Tabel 8 Rata-rata jumlah akar PLB anggrek silangan Phal.gigantea × Phal.violacea pada umur 1-10 MST
Perlakuan
Media

1

2

3

4

Umur (MST)a
5
6

7

8

9

10

-----------------------------------------------Jumlah Akar--------------------------------------

Media KC 80%

0.00a

0.00a

0.00a

0.03a

0.04b

0.04b

0.06b

0.07b

0.09b

0.11b

Media NPK (18-18-18+EDTA)

0.00a

0.00a

0.01a

0.05a

0.07a

0.07a

0.12a

0.12a

0.16a

0.19a

tn

tn

tn

tn

*

**

**

**

**

**

Tanpa ZPT

0.00a

0.00a

0.01a

0.07a

0.09a

0.11a

0.14a

0.15a

0.20a

0.22a

Air Kelapa

0.00a

0.00a

0.01a

0.04b

0.04b

0.06b

0.07b

0.07b

0.09b

0.11b

TDZ+BA

0.00a

0.00a

0.01a

0.03b

0.04b

0.05b

0.06b

0.07b

0.08b

0.11b

tn

tn

tn

*

**

**

**

**

**

**

-

-

4.13T1

4.18T1

8.37T1

9.01T1

9.98T1

5.08T2

6.42T2

6.93T2

Uji-F
ZPT/air kelapa

Uji-F
KK (%)
a

Angka-angka pada kolom perlakuan media dan ZPT yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan hasil tidak berbeda nyata pada uji Duncan multiple range test
(DMRT) pada selang kepercayaan 95%. PLB = Protocorm Like Bodies, ZPT = Zat Pengatur Tumbuh, MST= minggu setelah tanam, NPK = Pupuk majemuk yang
mengandung unsur N, P dan K. KC 80 % = Knudson C 80 %, TDZ = Thidiazuron, BA = Benziladenin, EDTA = Asam Etilen diamin tetra asetat, tn= tidak berbeda
nyata pada uji Duncan multiple range test (DMRT) pada selang kepercayaan 95%, *=berbeda nyata pada uji DMRT selang kepercayaan 95%, **=sangat berbeda nyata
pada uji DMRT selang kepercayaan 95%, KK = Koefisien keragaman. (T1)= hasil transformasi √� + .5, (T2) = hasil transformasi √� + .

19

Gambar 7 (A) Akar yang muncul pada media KC 80% (B) Akar yang muncul
pada media NPK (18:18:18+EDTA) (C) Akar yang muncul pada
perlakuan tanpa ZPT (D) Akar yang muncul pada perlakuan
pemberian ZPT.
Percobaan 2 Subkultur untuk mendukung pertumbuhan PLB
Persentase PLB Hidup
Persentase PLB hidup pada percobaan 2 menunjukkan peningkatan
dibandingkan dengan persentase PLB hidup pada percobaan 1. Tabel 9
menunjukkan rata-rata persentase hidup PLB pada 5 MST. Hasil analisis statistik
menunjukkan bahwa perlakuan subkultur pada masing-masing media memberikan
pengaruh yang sangat nyata sam