Keterkaitan Antara Konsumi Buah Dan Sayur Serta Gaya Hidup Dengan Kejadian Kegemukan Pada Mahasiswa/I Tpb-Ipb

KETERKAITAN ANTARA KONSUMSI BUAH DAN SAYUR
SERTA GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN KEGEMUKAN
PADA MAHASISWA TPB-IPB

DAHLIA KHARISMA WARDHANI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keterkaitan antara
Konsumsi Buah dan Sayur serta Gaya Hidup dengan Kejadian Kegemukan pada
Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa
pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi

ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2015
Dahlia Kharisma Wardhani
NIM I14124015

ABSTRAK
DAHLIA KHARISMA WARDHANI. Keterkaitan antara Konsumi Buah
dan Sayur serta Gaya Hidup dengan Kejadian Kegemukan pada
Mahasiswa/i TPB-IPB. Dibimbing oleh LILIK KUSTIYAH.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keterkaitan antara konsumsi buah
dan sayur serta gaya hidup dengan kejadian kegemukan pada mahasiswa TPB-IPB.
Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study. Contoh adalah 62
mahasiswa dan mahasiswi TPB-IPB yang berusia 17-18 tahun dengan status gizi
gemuk (overweight dan obese) dan normal. Data karakteristik contoh dan sosial
ekonomi keluarga serta gaya hidup dikumpulkan dengan cara pengisian kuesioner.
Konsumsi buah dan sayur dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner semi kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar contoh gemuk mengonsumsi buah dan sayur lebih sedikit daripada contoh normal. Terdapat hubungan yang signifikan (p80%
Aktivitas fisik
1. Sangat ringan

(FAO 2001)
2. Ringan
3. Sedang
4. Berat
Kebiasaan
1. Ya
merokok
2. Tidak
Kebiasaan
1. Ya
olahraga
2. Tidak

11

Tabel 4 Pengkategorian dan analisis variabel penelitian
No Jenis Data
5. Penilaian antropometri

Variabel

1. Ukuran lingkar
pinggang (cm)
(WHO 2007)

2. IMT/U (z-score)
(WHO 2007)

6.

Konsumsi pangan

Tingkat kecukupan
energi dan protein
(Depkes 1996)

Tingkat kecukupan
lemak
(Depkes 1996)
Tingkat kecukupan
karbohidrat

(Depkes 1996)
Tingkat kecukupan
mineral dan vitamin
(Gibson 2005)

Kategori Pengukuran
1. 0.05) antara contoh yang berstatus gizi
kegemukan dan normal, kecuali untuk pendapatan keluarga. Rata-rata pendapatan
keluarga contoh yang kegemukan (5 267 188 ± 1 484 522) adalah signifikan lebih
tinggi daripada contoh normal (4 003 333 ± 1 635 064). Hardinsyah (2002),
menyatakan bahwa tingkat pendapatan seseorang dapat menentukan daya beli
terhadap pangan dan fasilitas lain seperti pendidikan, perumahan, kesehatan, dan
lain-lain. Hukum Bennet mengatakan bahwa seseorang dengan tingkat pendapatan
yang semakin meningkat maka kebiasaan konsumsi pangannya akan bergeser ke
arah konsumsi pangan dengan harga kalori yang lebih mahal seperti pangan
hewani yang kandungan kalori dan proteinnya lebih tinggi (Holman 1987). Hal ini
dapat berdampak terhadap status gizinya yaitu terlalu banyak mengonsumsi
pangan sumber lemak menyebabkan terjadinya kegemukan.
Sebagian besar orang tua contoh memiliki tingkat pendidikan yang baik.
Pola konsumsi pangan dan status gizi anak dapat dipengaruhi oleh tingkat

pendidikan orang tua (Madanijah 2003). Semakin rendah tingkat pendidikan maka
akan semakin rendah pula akses terhadap informasi kesehatan yang diduga
berpengaruh terhadap pola makan dan gaya hidup seseorang (Aekplakorn et al.
2007). Tingkat pendidikan tidak selalu berpengaruh secara signifikan terhadap
kegemukan. Orang yang berpendidikan tinggi belum tentu tidak mengalami
kegemukan. Kejadian kegemukan lebih sering terjadi pada orang yang berpendidikan tinggi karena lebih tingginya akses terhadap makanan yang tidak

17

diimbangi dengan pengetahuan gizi yang memadai. Seseorang yang tamat SD belum tentu kurang mampu menyusun makanan yang memenuhi persyaratan gizi
dibandingkan dengan orang lain yang pendidikannya lebih tinggi. Namun
demikian, faktor pendidikan dapat menentukan mudah tidaknya seseorang dalam
menyerap dan memahami pengetahuan gizi (Apriadji 1986).
Sebagian besar pekerjaan ayah contoh adalah PNS/ABRI/POLRI (37.1%)
dan wiraswasta (22.6%), sedangkan sebagian besar pekerjaan ibu adalah ibu
rumah tangga (71.0%) dan PNS (21.0%). Jenis pekerjaan seseorang erat kaitannya
dengan tingkat pendapatan yang lebih lanjut menentukan kuantitas makanan yang
dikonsumsi. Menurut Erem et al. (2004), pekerjaan akan berpengaruh pada
aktivitas seseorang baik di rumah maupun di kantor dan secara tidak langsung
berpengaruh terhadap peningkatan berat badan. Data sebaran contoh berdasarkan

karakterisitik sosial ekonomi keluarga dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga dan status gizi
Karakteristik
Pendidikan ayah
SMA
PT
Pendidikan ibu
SMA
PT
Pekerjaan ayah
Tidak bekerja
Petani
Pedagang
PNS/ABRI/POLRI
Karyawan swasta
Wiraswasta
Buruh
Lainnya
Pekerjaan ibu
Pedagang

PNS/ABRI/POLRI
Karyawan swasta
Wiraswasta
IRT
Pendapatan keluarga (Rp/bulan)

≤ 4.000.000

> 4.000.000
Besar keluarga (orang)
Kecil (≤ 4)
Sedang (5-6)
Besar (≥7)
Total

Kegemukan
n
%

Normal

n
%

n

Total

%

p value

16
16

50.0
50.0

15
15


50.0
50.0

31
31

50.0
50.0

0.609

21
11

63.3
36.7

21
9


70.0
30.0

42
20

67.7
32.3

0.217

5
2
1
12
2
7
2
1


15.6
6.3
3.1
37.5
6.3
21.9
6.3
3.1

0
2
0
11
5
7
5
0

00.0
6.7
0.0
36.7
16.7
23.0
16.7
0.0

5
4
1
23
7
14
7
1

8.1
6.5
1.6
37.1
11.3
22.6
11.3
1.6

0
7
0
2
23

0.0
21.9
0.0
6.3
71.9

2
6
0
1
21

6.7
20.0
0.0
3.3
70.0

2
13
0
3
44

3.2
21.0
0.0
4.8
71.0

6
26

18.7
81.3

17
13

56.9
43.1

18
39

29.0
62.9

19
9
4
32

59.4
28.1
12.5
51,6

11
17
2
30

36.7
56.7
6.7
58,4

30
26
6
62

48.4
41.9
9.7
100

0.082

0.717

0.000

0.360

Pendapatan keluarga contoh kegemukan adalah signifikan (p