Aktivitas Ekstrak Daun Sirsak Sebagai Inhibitor Enzim Alfa Glukosidase (In Vitro) Dari Sembilan Lokasi Di Jawa Barat.

AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRSAK SEBAGAI
INHIBITOR ENZIM ALFA GLUKOSIDASE (In Vitro) DARI
SEMBILAN LOKASI DI JAWA BARAT

NURUL ICHSANIA HAMMADO

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Aktivitas Ekstrak Daun
Sirsak sebagai Inhibitor Enzim Alfa Glukosidase (In Vitro) dari Sembilan Lokasi
di Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, 16 September 2015

Nurul Ichsania Hammado

RINGKASAN
NURUL ICHSANIA HAMMADO. Aktivitas Ekstrak Daun Sirsak sebagai
Inhibitor Enzim Alfa Glukosidase (In Vitro) dari Sembilan Lokasi di Jawa Barat.
Dibimbing oleh DJAROT SASONGKO HS dan AE. ZAINAL HASAN.
Ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) dapat dimanfaatkan sebagai agen
antidiabetes dengan cara menghambat kerja enzim α-glukosidase secara in vitro
melalui senyawa bioaktif yang terkandung di dalam ekstrak. Pada penelitian ini,
daun sirsak diambil dari lokasi Desa Leuwigoong (Garut I), Desa Cangkuang
(Garut II), Desa Kadungora (Garut III), Desa Sukasirna (Cianjur I), Desa
Sukasarana (Cianjur II), Desa Ciherang (Cianjur III), Desa Karangpapak Jenis
Ratu (Sukabumi I), Desa Karangpapak Jenis Asam (Sukabumi II), dan Desa
Sukasari (Sukabumi II). Proses maserasi dilakukan dengan menggunakan dua
jenis pelarut, etanol 70% dan air. Ekstraksi menggunakan metode microwave agar
lebih memudahkan pengeluaran senyawa bioaktif. Ekstrak etanol dan air diukur
kadar air, jumlah rendemen, uji fitokimia, uji GC-MS, penentuan kadar total

fenol, dan uji inhibisi.
Hasil uji fitokimia menunjukkan hasil yang positif, kecuali untuk pengujian
keberadaan senyawa golongan steroid. Hasil screening senyawa GC-MS
menunjukkan adanya senyawa golongan fenol (benzamida, benzokuinon, vinil
fenol), senyawa golongan alkaloid (piperin dan piperidin), dan senyawa
antioksidan (tokoferol). Hasil penentuan total komponen fenolik menunjukkan
sampel lokasi Sukabumi I menjadi sampel dengan total fenolik tertinggi baik
ekstrak etanol (49.40±1.05) maupun ekstrak air (36.98±0.17). Persen inhibisi
terbesar pada ekstrak etanol konsentrasi 1% berasal dari lokasi Sukabumi I
sebesar 96.83±1.42, konsentrasi 1.5 % dari lokasi Sukabumi III sebesar
98.94±0.54, dan konsentrasi 2% berasal dari Sukabumi II sebesar 99.35±0.31,
sedangkan ekstrak air pada konsentrasi 1%; 1.5%; dan 2% menunjukkan Cianjur
sebagai lokasi dengan persen inhbisi tertinggi sebesar 71.15±2.61; 79.37±2.18;
dan 93.46±3.60. Jumlah yang banyak dari setiap ekstrak mampu bekerja dalam
menghambat enzim α-glukosidase secara in vitro.
Kata kunci: α-glukosidase, Annona muricata L., antidiabetes

SUMMARY
NURUL ICHSANIA HAMMADO. Activity of Soursop Leaves Extract as an
Alpha Glucosidase Enzyme Inhibitor (In Vitro) from Nine Locations in West

Java. Supervised by DJAROT SASONGKO HS and AE. ZAINAL HASAN.
Soursup leaves extract (Annona muricata L.) was utilized as an agent of
antidiabetic by inhibited the activity of α-glucosidase in in vitro because of
bioactive compounds in extract. In this study, soursop leaves was taken from
Leuwigoong (Garut I), Cangkuang (Garut II), Kadungora (Garut III), Sukasirna
(Cianjur I), Sukasarana (Cianjur II), Ciherang (Cianjur III), Ratu Varieties of
Karangpapak (Sukabumi I), Sour Varieties of Karangpapak (Sukabumi II), and
Sukasari (Sukabumi III). Ethanol 70 % and aqueous solvents was used in
maceration process. Microwave was used in extraction because more efficience to
take out the bioactive compounds from cell. Ethanol and water extracts passed the
steps that consist of moisture analyzer, rendement determined, phytochemical
assay, GC-MS assay, determination of phenolic total compounds, and inhibition
assay.
Positive result was found in all steps of tested, except in steroid compounds
assay. Screening result was shown the phenolic compounds group (benzamide,
benzoquinone, vinyl phenol), alkaloid compounds group (piperin and piperidine),
and antioxidant compounds group (tocoferol). Total phenolic compounds
determination was shown Sukabumi I as a location with the highest total phenolic
compounds even in ethanol extract (49.40±1.05) or in aquous extract
(36.98±0.17). The highest inhibition percentage in concentration 1% shown

Sukabumi I by 96.83±1.42, at concentration 1.5% was Sukabumi III amount
98.94±0.54, and at concentration 2 % was Sukabumi II amount 99.35±0.31, while
aqueous extract shown Cianjur as the highest inhibition percentage which amount
71.15±2.61; 79.37±2.18; and 93.46±3.60 for concentration 1%; 1.5%; and 2%.
Large number of phenolic from each extract can work to inhbiting the � glucosidase.
Keywords: α-glucosidase, Annona muricata L., antidiabetic

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRSAK SEBAGAI
INHIBITOR ENZIM ALFA GLUKOSIDASE (In Vitro) DARI
SEMBILAN LOKASI DI JAWA BARAT


NURUL ICHSANIA HAMMADO

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Biokimia

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Mega Safithri, S. Si, M. Si

PRAKATA
Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Aktivitas
Ekstrak Daun Sirsak sebagai Inhibitor Enzim Alfa Glukosidase (In Vitro) dari

Sembilan Lokasi di Jawa Barat”. Penelitian ini akan dilaksanakan mulai bulan Juli
2014 di Laboratorium Departemen Biokimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor; Laboratorium Pusat Studi
Biofarmaka; Laboratorium Kimia Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor;
Laboratorium Analisis Pusat Kesehatan Daerah Jakarta; dan Laboratorium
Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Universitas Pakuan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pembimbing utama Dr. Djarot
Sasongko HS, MS dan pembimbing kedua Dr. Ir. AE. Zainal Hasan, M.Si yang
telah memberikan bimbingan, pengarahan, saran, serta waktunya selama
pembuatan usulan penelitian hingga selesai. Ungkapan terima kasih juga penulis
ucapkan kepada orang tua dan keluarga atas doa, dukungan, dan kasih sayang
yang telah diberikan.
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penyusunan
tesis ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk perbaikan dalam penulisan selanjutnya. Semoga penelitian ini
dapat bermanfaat baik bagi penulis maupun pembaca.

Bogor, 16 September 2015
Nurul Ichsania Hammado


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

x

DAFTAR GAMBAR

x

DAFTAR LAMPIRAN

x

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Hipotesis Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian


1
1
2
3
3
3
3

3 METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Bahan dan Alat
Prosedur Penelitian

3
3
4
4

4 HASIL PENELITIAN

Ekstrak Daun Sirsak
Senyawa Fitokimia
Senyawa Bioaktif GC-MS
Total Senyawa Fenolik
Aktivitas Penghambatan Enzim α-Glukosidase

6
6
7
8
9
11

5 PEMBAHASAN
Ekstrak Daun Sirsak
Senyawa Fitokimia
Senyawa Bioaktif GC-MS
Total Senyawa Fenolik
Aktivitas Penghambatan Enzim α-Glukosidase


13
13
13
14
15
15

6 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

17
17

DAFTAR PUSTAKA

18

LAMPIRAN


21

RIWAYAT HIDUP

53

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7

Hasil uji fitokimia ekstrak daun sirsak dengan pelarut etanol
Hasil uji fitokimia ekstrak daun sirsak dengan pelarut air

8
8

Senyawa Bioaktif GC-MS

9

Total fenol ekstrak etanol
Total fenol ekstrak air
Persen inhibisi ekstrak etanol
Persen inhibisi ekstrak air

10
10
11
12

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6

Perbandingan rendemen ekstrak berpelarut etanol dan air
Perbandingan total fenol ekstrak etanol
Perbandingan total fenol ekstrak air
Perbandingan persen penghambatan ekstrak etanol
Perbandingan persen penghambatan ekstrak air
Reaksi Hidrolisis p-nitrofenil-α-glukopiranosa oleh
Glukosidase

Enzim

α-

7
10
11
12
12
16

DAFTAR LAMPIRAN
1 Diagram alir penelitian
2 Perbandingan rendemen sampel setelah diekstrak dengan menggunakan
dua pelarut, etanol dan air
3 Perbandingan kadar air esktrak etanol
4 Perbandingan kadar air esktrak air
5 Data hasil GC-MS pirolisis komponen utama dari ekstrak daun sirsak
6 Contoh Hasil GC-MS
7 Kurva standar asam galat
8 Total fenol ekstrak etanol dari sembilan lokasi
9 Total fenol ekstrak air dari sembilan lokasi
10 Uji statistik ekstrak etanol
11 Uji statistik ekstrak air
12 Uji beda total komponen fenolik (T-Test)
13 Persen inhibisi enzim α-glukosidase
14 Uji beda inhibisi ekstrak etanol dan ekstrak air
15 Uji beda inhibisi ekstrak etanol daun sirsak terhadap perbedaan lokasi
dan konsentrasi
16 Uji beda inhibisi ekstrak air daun sirsak terhadap perbedaan lokasi dan
konsentrasi
17 Persen penghambatan glucobay
18 Perbandingan sampel dengan glucobay
19 Dokumentasi Penelitian

21
22
22
22
23
29
33
34
36
38
40
42
43
47
48
49
50
51
52

1

1 PENDAHULUAN
Jumlah penderita diabetes meningkat akibat bertambahnya populasi
penduduk usia lanjut dan perubahan gaya hidup, mulai dari pola makan/jenis
makanan yang dikonsumsi sampai berkurangnya kegiatan jasmani (Zahtamal et al.
2007). Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu penyakit gangguan metabolik
dimana glukosa tidak terserap dengan baik ke dalam sel sehingga menyebabkan
hiperglikemia (Kaku 2010). Hiperglikemia kronis dapat menyebabkan penyakit
berbahaya serta disfungsi organ seperti mata, ginjal, saraf, hati, dan pembuluh
darah yang berujung pada kebutaan, gagal ginjal, penyempitan pembuluh darah,
stroke, aterosklerosis, bahkan kematian (American Diabetes Association 2013).
Diabetes terbagi menjadi diabetes mellitus tipe 1, tipe 2, dan gestasional (Mohan
et al.2013). Diabetes mellitus tipe II dikarakterisasikan dengan ciri-ciri penurunan
produksi insulin, insulin resisten, dan kerusakan sel beta pankreas (Olokoba et al.
2012). Diabetes mellitus tipe II dikenal dengan istilah non-insulin dependent
diabetes (American Diabetes Association 2013).
Diabetes melitus tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol, salah
satunya dengan cara menghambat kerja enzim α-glukosidase (Pujiyanto et al.
2010). Enzim α-glukosidase merupakan kunci pada akhir pemecahan karbohidrat,
metabolisme pati dan glikogen pada jaringan hewan maupun tumbuhan dengan
cara mengatalisis reaksi hidrolisis terminal non pereduksi dari substrat
menghasilkan alfa glukosa (Purwatresna 2012). Inhibitor enzim α-glukosidase
bertanggungjawab langsung terhadap kontrol glukosa di dalam tubuh karena cara
kerjanya yang mencegah pemecahan karbohidrat seperti pati. Inhibitor αglukosidase bekerja secara kompetitif terhadap enzim α-glukosidase sehingga
glukosa diserap dalam jumlah yang sedikit karena karbohidrat tidak mudah diubah
menjadi molekul glukosa (Shindu et al. 2013). Contoh senyawa inhibitor αglukosidase adalah akarbosa yang merupakan produk mikroba alami berasal dari
proses fermentasi mikroorganisme Actinoplanes strain SE 50 (Purwatresna 2012).
Akarbosa merupakan pseudotetrasakarida dengan strukturnya yang menyerupai
tetrasakarida, bersifat kompetitif dan mengikat enzim secara kompetitif. Prinsip
kerjanya adalah menghambat kerja enzim yang bekerja menghidrolisis
polisakarida di dalam usus halus (Purwatresna 2012).
Berbagai pilihan obat antidiabetes baik moderen maupun tradisional telah
banyak dikenal. Pengobatan secara tradisional diantaranya dengan memanfaatkan
berbagai tanaman obat yang menurunkan kadar gula darah (Pujiyanto et al. 2010),
seperti daun sirsak. Sirsak (Annona muricata L.) merupakan salah satu tanaman
buah yang berasal dari Karibia, Amerika Tengah dan Amerika Selatan
(Hermawan et al. 2013). Daun sirsak mengandung senyawa acetogenin yaitu
senyawa poliketida dengan struktur 30-32 rantai karbon tidak bercabang yang
terikat pada gugus 5-methyl-2-furanone (Hermawan et al. 2013). Rantai furanone
dalam gugus hidrofuranone memiliki aktivitas sitotoksik (Hermawan et al. 2013).
Tanaman sirsak juga mengandung 114 komponen folatil yang bertanggungjawab
pada profil aroma berasal dari 44 jenis ester, 25 terpen, 10 alkohol, 9 aldehid dan
keton, 7 senyawa aromatik, 5 hidrokarbon, 3 asam, 3 lakton, dan 8 senyawa yang
belum dapat diketahui secara pasti (Gajalakshmi et al. 2012). Penelitian Aziz et al.

2
(2013), menemukan hasil uji fitokimia menunjukkan ekstrak air dan etanol daun
sirsak mengandung alkaloid, flavonoid, saponin, tannin, dan steroid, kedua
ekstrak mampu menghambat aktivitas α-glukosidase. Hasil penelitian Adeyemi et
al. (2009) mendapatkan senyawa bioaktif dari daun sirsak memiliki aktivitas antihiperglikemia melalui stimulasi sekresi insulin, meningkatkan perbaikan atau
poliferasi dari sel-β pankreas dan secara signifikan mengurangi konsentrasi gula
darah. Selain itu penelitian Artini et al. (2012) dan Adri et al. (2013) mendapatkan
ekstrak daun sirsak memiliki kandungan senyawa antioksidan yang dibutuhkan
untuk menurunkan tingkat diabetes.
Kandungan senyawa bioaktif di setiap daerah jumlahnya tidak sama.
Beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah senyawa bioaktif terutama senyawa
fenolik adalah faktor genetik, kelembapan udara, intensitas cahaya, kesuburan
tanah (termasuk persediaan unsur hara pada lokasi tanam), perilaku masyarakat
sekitar (terkait penebangan ataupun pengolahan limbah), infeksi, serangan hama
dan faktor stress (Bruna et al. 2009). Ketinggian wilayah menyebabkan perbedaan
intensitas paparan sinar matahari. Daerah dataran rendah memiliki paparan sinar
matahari yang lebih banyak dibandingkan dengan dataran tinggi sehingga
menyebabkan tanaman sirsak mendapatkan sinar matahari dalam jumlah cukup
untuk proses fotosintesis. Hasil fotosintesis yang baik akan mempengaruhi jumlah
senyawa bioaktif. Selain itu, daerah dengan kelembapan udara yang tinggi
menyebabkan kemungkinana terkena serangan hama pada daun tanaman sirsak
lebih besar, karena sirsak merupakan tanaman tropis (Ashari 2006). Tanaman
sirsak dapat tumbuh baik pada kondisi tanah dengan intensitas cahaya cukup,
dataran rendah, beriklim tropis, dan kelembapan udara yang rendah (Love et al.
2011).
Penelitian ini bertujuan untuk mengekstraksi daun sirsak menggunakan
pelarut etanol 70% sesuai dengan peraturan dari BPOM RI (2010) dan
menggunakan pelarut air yang sesuai dengan kebiasaan masyarakat (Nurulita et al.
2008). Bahan yang digunakan adalah daun sirsak yang berasal dari sembilan
lokasi di Jawa Barat (tiga lokasi dari Kabupaten Garut, tiga lokasi dari Kabupaten
Cianjur dan tiga lokasi dari Kabupaten Sukabumi). Dari kesembilan lokasi ini,
ekstraknya diuji sebagai antidiabetes melalui uji fitokimia dan uji penghambatan
aktivitas α-glukosidase. Pada penelitian-penelitian sebelumnya, belum mengamati
faktor lokasi sampel sehubungan dengan pemanfaatannya sebagai obat
antidiabetes. Oleh karena itu pada penelitian ini sampel diambil dari sembilan
lokasi di Jawa Barat, tiga lokasi dari Kabupaten Garut, tiga lokasi dari Kabupaten
Cianjur, dan tiga lokasi dari Kabupaten Sukabumi.
Perumusan Masalah
Diabetes terjadi akibat ketidakseimbangan gula darah di dalam tubuh.
Penyakit ini dapat dikontrol dengan cara mengontrol proses produksi glukosa dari
karbohidrat. Proses pengontrolan glukosa dilakukan dengan cara menghambat
enzim α-glukosidase yang bertanggung jawab dalam produksi glukosa di dalam
tubuh. Daun sirsak merupakan salah satu jenis inhibitor alami yang berasal dari
kelompok tumbuhan. Perbedaan lokasi tanam akan mempengaruhi jumlah
metabolit sekunder dan senyawa biokatif. Selain itu, jenis pelarut yang digunakan
akan mempengaruhi jumlah senyawa bioaktif dan besarnya persen penghambatan

3
aktivitas enzim α-glukosidase. Penelitian ini meneliti aktivitas ekstrak daun sirsak
dari sembilan lokasi di Jawa Barat dengan menggunakan pelarut etanol 70% dan
air sebagai inhibitor enzim α-glukosidase secara in vitro.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun
sirsak terhadap aktivitas penghambatan enzim α-glukosidase secara in vitro.
Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan pelarut etanol
70% dan air terhadap aktivitas penghambatan enzim α- glukosidase secara in vitro.
Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pengaruh variasi lokasi
terhadap aktivitas enzim α-glukosidase secara in vitro.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini adalah esktrak daun sirsak dengan variasi lokasi
tanam dan variasi jenis pelarut memiliki persen penghambatan aktivitas terhadap
enzim α-glukosidase secara in vitro.
Manfaat Penelitian
Penelitian mengenai aktivitas ekstrak daun sirsak dengan menggunakan
pelarut air dan etanol 70% diharapkan agar nantinya dapat memberikan informasi
lebih mengenai pengobatan dan penanganan penyakit diabetes melitus (DM).
Penelitian ini juga diharapkan mampu memberikan informasi tambahan mengenai
hubungan faktor perbedaan lokasi pengambilan sampel dengan keberadaan dan
aktivitas senyawa aktif ekstrak sebagai antidiabetes melalui penghambatan enzim
α-glukosidase secara in vitro.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini mencakup pada bagaimana senyawa dalam
ekstrak daun sirsak, baik yang dilarutkan dengan menggunakan pelarut etanol
70% maupun air dari sembilan lokasi mampu mengurangi tingkat diabetes dengan
cara menghambat enzim α-glukosidase secara in vitro.

4

2 METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-Desember 2014. Proses
ekstraksi dan pengujian fitokimia dilakukan di Laboratorium Penelitian
Departemen Biokimia FMIPA IPB, Laboratorium PAU IPB, dan Laboratorium
Kimia FAHUTAN IPB. Pengujian secara in vitro dilakukan di Laboratorium
Pusat Studi Biofarmaka (PSB) Bogor, Laboratorium Farmasi FMIPA Universitas
Pakuan Bogor, dan Laboratorium Analisis Pusat Kesehatan Daerah Jakarta.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah daun sirsak yang diambil dari sembilan
lokasi di Jawa Barat yang merupakan lokasi sentra produksi berbagai olahan
makanan berbahan dasar buah sirsak (Cianjur, Sukabumi, Garut); etanol 70% dan
96%; metanol; aquades; kertas saring; ammonia; kloroform; asam sulfat 2 M dan
pekat; pereaksi Dragendorf, Meyer, dan Wagner; asam, karboksilat; dietileter;
asam asetat; asam klorida pekat; amilalkohol; natrium karbonat 1M; Reagen Folin
Ciocalteu; asam galat; FeCl3 1%; buffer fosfat; H2O2; bubuk Mg; dan DMSO.
Alat yang digunakan adalah oven 50oC; saringan 60 mesh; mortar dan alu;
mesin penghalus daun; moisture analyzer MS-70; pemanas gelombang mikro
(microwave) merek KIRIN; burner; evaporator vakum; tabung reaksi, beaker
Glass; stirer; labu erlenmeyer; corong saringan; vorteks; GC-MS Shimadzu
QP2010 S; microplate; microplate reader; cawan porselen; spektrofotometri.
Prosedur Penelitian
Penyiapan Contoh Daun Sirsak (modifikasi Hermawan et al. 2013)
Daun sirsak dibersihkan dan dikeringkan menggunakan oven dengan suhu
kurang dari 50oC selama 24 jam. Setelah itu dihaluskan menggunakan mesin grill,
disaring menggunakan saringan 60 mesh dan ditentukan kadar airnya
menggunakan moisture analyzer MS-70.
Ekstraksi Daun Sirsak (modifikasi Rusmiyati et al. 2012; Zhang et al. 2011)
Sebanyak 200 g simplisia daun sirsak dipanaskan dengan microwave selama
20 menit, kemudian direndam dengan etanol 70% selama 18 jam. Ekstrak air
dibuat dengan memasukkan 25 g simplisia daun sirsak ke dalam 200 ml air
mendidih, diuapkan hingga setengah volume campuran. Hasilnya disaring dan
dikeringkan dengan evaporator vakum. Hasil rendemen dihitung dengan
mengikuti persamaan rumus:
Rendemen =




� �

×

%

5
Uji Fitokimia (Hasan et al. 2013; Gajalakshmi et al. 2012; modifikasi
Harborne 1987)
Uji Alkaloid. Sebanyak 100 mg ekstrak daun sirsak dimasukkan dalam
tabung reaksi, kemudian ditambahkan dua tetes ammonia dan 5 mL kloroform
lalu disaring. Pada filtrat ditambahkan 1 mL H2SO4 2 M, kemudian fraksi asam
ditambahkan pereaksi Dragendorf, Meyer, atau Wagner. Keberadaan alkaloid
dalam ekstrak daun sirsak ditunjukkan dengan terbentuknya endapan coklat
(Wagner), endapan putih (Meyer), dan endapan merah (Dragendorf).
Uji triterpenoid dan steroid. Sebanyak 100 mg ekstrak daun sirsak
dimasukan ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan etanol panas sebanyak 5 mL
kemudian disaring. Pada filtrat dievaporasi, kemudian ditambahkan 1 mL
dietileter. Setelah dikocok dengan “vortex”, ditambahkan 1 mL H2SO4 pekat dan
1 mL CH3COOH. Terbentuknya warna merah atau kelabu menunjukkan adanya
triterpenoid dan warna hijau menunjukkan adanya steroid.
Uji flavonoid. Sebanyak 100 mg ekstrak daun sirsak dimasukkan dalam
tabung reaksi, ditambahkan 5 mL air kemudian disaring. Pada filtrat yang
diperoleh ditambahkan bubuk Mg 0.01g , 1 mL HCL pekat, dan 1 mL amilalkohol.
Campuran diaduk sempurna sehingga timbul lapisan yang berbeda. Warna yang
terbentuk antara dua larutan amilalkohol menunjukkan adanya flavonoid.
Uji tanin. Sebanyak 100 mg ekstrak daun sirsak dimasukkan dalam tabung
reaksi, ditambahkan 5 mL air dan disaring. Pada filtrat ditambahkan 3 tetes FeCl 3
1%. Terbentuknya warna biru atau hijau kehitam-hitaman menunjukkan adanya
tanin.
Uji saponin. Sebanyak 100 mg ekstrak daun sirsak dimasukkan dalam
tabung reaksi kemudian ditambahkan 5 mL air dan disaring. Filtrat dikocok
dengan sempurna lalu dibiarkan selama 10 menit. Terbentuknya buih yang stabil
menunjukkan adanya saponin.
Uji Komponen Aktif dengan GC-MS (modifikasi Mtunzi et al. 2013)
Sebanyak 100 mg ekstrak daun sirsak yang sudah diberi perlakuan
evaporasi vacum dilarutkan dengan 1 mL etanol 99% kemudian diinjeksikan
sebanyak 1 μL. Kondisi GC-MS menggunakan kolom kapiler HP-5 (Agilent
19091J-433: 0.25 mm × 30 mm × 0.25 μm yang mengandung 5% difenil 95%
dimetilpolisilosan), laju alir yang digunakan adalah 1.0 mL/menit dengan suhu
injeksi 300oC mode split, dan tekanan 10.47 psi. Gas pembawa yang digunakan
adalah He (Helium). Kondisi MS yang digunakan adalah 50-800 mz-1. Suhu quad
150-200oC dan suhu source 250-300oC. Hasil kromatogram dibandingkan dengan
database.
Penentuan Total Komponen Senyawa Fenolik (Hasan et al. 2013)
Sebanyak 0,5 ml larutan ekstrak 10% ditambahkan 5 ml reagen Folin Ciocalteu
10% dan 4 ml Na2CO3 1 M. Campuran larutan dikocock menggunakan vortex
kemudian diinkubasi selama 15 menit pada suhu ruang. Banyaknya komponen
senyawa fenolik diukur pada panjang gelombang 765 nm. Kurva standar dibuat

6
menggunakan larutan asam galat dalam metanol : air (1:1 v/v) dengan konsentrasi
0, 50, 100, 150, 200, 250 dan 300 mgL-1. Nilai absorbansi disubtitusikan ke
dalam rumus persamaan regresi.
Uji Penghambatan Aktivitas α-glukosidase (modifikasi Sukandar et al. 2012;
Purwatresna 2012)
Sampel ekstrak daun sirsak dilarutkan dengan DMSO hingga konsentrasi
1.0; 1.5; dan 2.0 (b/v), kemudian ditambahkan buffer fosfat (pH 7.0) sebanyak 49
μL, substrat 25 μL. Setelah diinkubasi, reaksi dihentikan dengan menambahkan
Na2CO3 sebanyak 100 μL. Kontrol positif digunakan akarbosa. Pengukuran
absorbansi menggunakan microplate reader pada panjang gelombang 400 nm.
Analisis dilakukan dengan menggunakan persamaan:
% Inhibisi =



.�



−�

.�

.�



×

%

Keterangan: Abs Kontrol = absorbansi larutan kontrol (DMSO) tanpa
sampel, Abs. Sampel = absorbansi sampel (S1-S0); dengan S1= absorbansi
sampel dengan tambahan enzim dan S0= absorbansi sampel tanpa tambahan
enzim. Nilai aktivitas yang dianalisis berupa nilai persentasi inhibisi yang
merupakan interaksi antara sampel dengan enzim α- glukosidase. Perlakuan diberi
tiga kali ulangan.
Analisis Data (Matjik 2013)
Rancangan percobaan yang digunakan merupakan jenis Rancangan Acak
Lengkap (RAL) Faktorial dengan variabel variasi pelarut, konsentrasi, dan
ulangan. Pengujian dilanjutkan dengan menggunakan Uji Duncan. Uji Beda (TTest) dilakukan untuk membandingkan ekstrak etanol dan ekstrak air. Semua
analisis statistika dilakukan sebanyak tiga kali ulangan (triplo) dengan semua hasil
ditampilkan sebagai rataan ± SD. Analisis data lainnya dilengkapi dengan tabel,
grafik, diagram, ataupun gambar pendukung. Perhitungan statistik menggunakan
program Microsoft Excel 2010 dan SPSS versi 22. Model matematika Rancangan
Acak Lengkap Faktorial adalah:
Hijk = π + Pj + Pk + (Pj x Pk) + eijk
Keterangan :
Hijk
π
Pj
Pk
Pj x Pk
Eijk
i
j
k

= Hasil akibat perlakuan ke-j dan perlakuan ke-k pada ulangan ke-i
= Nilai tengah umum
= Pengaruh faktor perlakuan ke-j
= Pengaruh faktor perlakuan ke-k
= Interaksi perlakuan ke-j dan perlakuan ke-k
= Eror akibat perlakuan ke-j dan perlakuan ke-k pada ulangan ke-i
= 1, 2, …., u (u = ulangan)
= 1, 2, …., p ke-1 (p = perlakuan ke-1)
= 1, 2,…... p ke-2 (p = perlakuan ke-2)

7

3 HASIL PENELITIAN
Ekstrak Daun Sirsak
Daun diambil dari sembilan lokasi di Kabupaten Garut, Kabupaten Cianjur,
dan Kabupaten Sukabumi. Persen rendemen tertinggi ekstrak etanol ditunjukkan
lokasi Cianjur III, kedua lokasi Garut III, dan ketiga dari lokasi Sukabumi II.
Ekstrak air menunjukkan hasil yang berbeda. Lokasi Sukabumi I menjadi ekstrak
dengan persen rendemen tertinggi pertama, kedua Garut III, dan ketiga Garut I
(Gambar 1 dan Lampiran 2).
Sampel Pelarut Etanol

Sampel Pelarut Air

Rendemen

16
13,48
12,76
12,1
14
11,4
10,92
10
12
9
9,32
8,68
8,2 8,32
7,8
10
6,6
7,2
8 5,96
4,1
6
2,4
2,1
4
2
0
I
II
III
I
II
III
I
II
III
Garut

Cianjur

Sukabumi

Lokasi

Gambar 1 Perbandingan rendemen ekstrak etanol dan air
Data hasil pengukuran perbandingan ekstrak etanol (Lampiran 3)
menunjukkan persentasi kadar air ekstrak berpelarut etanol dimulai dari yang
paling rendah hingga yang paling tinggi untuk lokasi Garut secara berurut adalah
Garut III sebesar 3.18%, Garut II sebesar 7.17%, dan Garut I sebesar 8.41%. Pada
lokasi Cianjur, persentasi kadar air dimulai dari yang paling rendah adalah Cianjur
III sebesar 3.98%, Cianjur II sebesar 5.44%, dan Cianjur I sebagai yang tertinggi
untuk lokasi Cianjur sebesar 5.65%. Lokasi lainnya, Sukabumi jika diurutkan dari
sampel dengan kadar air terendah hingga yang tertinggi adalah Sukabumi I
dengan nilai persentasi 4.87%, Sukabumi 5.42%, dan Sukabumi III sebesar 6.34%.
Nilai perbandingan kadar air ekstrak air (Lampiran 4) menunjukkan Garut I
sebesar 11,81% lebih tinggi dibandingkan dengan Garut II dengan nilai sebesar
8.69%. Lokasi Cianjur III menunjukkan nilai persentasi kadar air sebesar 9.99%
lebih tinggi dibandingkan persen kadar air lokasi Garut II.
Senyawa Fitokimia
Uji fitokimia dilakukan pada masing-masing ekstrak baik yang berpelarut
etanol maupun yang berpelarut air. Hasil uji fitokimia ekstrak yang positif diberi
skala 1-3 yang diwakili oleh tanda plus (+). Hasil uji fitokimia yang bernilai

8
negatif diberi tanda minus (-). Baik ekstrak yang berpelarut etanol maupun air,
tidak menunjukkan adanya senyawa golongan steroid (Tabel 1 dan 2).
Tabel 1 Senyawa fitokimia ekstrak etanol daun sirsak
Jenis Pengujian
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Lokasi
Garut I
Garut II
Garut III
Cianjur I
Cianjur II
Cianjur III
Sukabumi I
Sukabumi II
Sukabumi III

Alkaloid
Dragendorf Meyer
+++
++
+++
++
+++
++
+++
++
+++
++
+++
++
+++
++
+++
+++
+++
+++

Wegner
+++
++
++
++
+++
+++
+++
+++
+++

Triterpenoid

Steroid

Flavonoid

Tanin

Saponin

+
+
++
+++
+++
++
+
+++
+++

-

+++
+++
+++
+
+++
+++
+
++
+++

++
++
+
++
+
+++
+++
+
++

+++
+++
+++
++
++
++
+++
++
+++

Keterangan: (-) = negatif; (+) = positif lemah; (++) = positif; (+++) = positif kuat

Ekstrak etanol Sukabumi menjadi ekstrak dengan hasil pengujian yang
baik. Hal ini terlihat pada pengujian keberadaan senyawa flavonoid, alkaloid, dan
tanin yang menunjukkan baik Sukabumi I, II, maupun III memiliki skala positif
tiga lebih banyak dibandingan dengan ekstrak dari lokasi lainnya (Tabel 1).
Pada ekstrak air sampel Sukabumi dan Cianjur memberikan hasil yang
baik, senyawa flavonoid, alkaloid, dan tanin memiliki skala positif tiga lebih
banyak dibandingan dengan ekstrak dari lokasi lainnya (Tabel 2).
Tabel 2 Senyawa fitokimia ekstrak air daun sirsak
Jenis Pengujian
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Lokasi
Garut I
Garut II
Garut III
Cianjur I
Cianjur II
Cianjur III
Sukabumi I
Sukabumi II
Sukabumi III

Alkaloid
Dragendorf Meyer
++
+++
++
+++
++
+++
++
+++
++
+++
++
+++
++
+++
++
+++
++
+++

Wegner
++
++
++
++
++
++
++
++
++

Triterpenoid

Steroid

Flavonoid

Tanin

Saponin

+
++
+++
++
+++
+
+++
++
+++

-

++
++
+++
+++
++
+++
++
++
+++

+++
+++
++
++
++
+++
+++
++
+++

++
+
++
+
+
+
+
+
+

Keterangan: (-) = negatif; (+) = positif lemah; (++) = positif; (+++) = positif kuat

Senyawa Bioaktif dengan GC-MS
Pengujian dengan menggunakan instrumen Gas Chromatography – Mass
Spectrometry (GC-MS), merupakan metode pengujian kualitatif yang menganalisa
senyawa-senyawa biokatif yang terdapat pada suatu ekstrak dengan menggunakan
fasa gerak gas dan detector spektrometri massa. Rangkuman lengkap hasil analisis
GC-MS terdapat pada lampiran 5. Dari seluruh senyawa bioaktif yang terdeteksi
oleh instrument GC-MS, senyawa bioaktif golongan fenol, alkoholik aromatik
(benzamida, benzokuinon, dan vinil fenol) dan senyawa alkaloid (piperin dan
piperidin) yang diduga bekerja dalam penghambatan enzim α-glukosidase. Selain
itu, ditemukan pula senyawa antioksidan lainnya seperti tokoferol (Tabel 3).

9
Tabel 3 Senyawa Bioaktif GC-MS
Nama
No
Struktur
Senyawa
1 Benzamida

Keterangan
Turunan asam benzoat yang
digunakan untuk produksi
fenol
melalui
reaksi
dekarboksilasi oksidatif.

Gbr. Struktur As. Benzoat
Senyawa golongan alkaloid.
Alkaloid adalah senyawa
bioaktif
yang berfungsi
sebagai inhibitor enzim αglukosidase.

2

Piperin

3

Tokoferol
(Vitamin E)

Tokoferol atau vitamin E,
merupakan vitamin yang
tidak larut air tetapi larut
lemak. Berfungsi sebagai
senyawa antioksidan yang
membantu
menurunkan
tingkat stres oksidatif pada
penderita diabetes.

4

Vinil Fenol

Vinil
fenol
merupakan
senyawa golongan fenol.

Total Senyawa Fenolik
Hasil uji kandungan total fenol ekstrak etanol (Tabel 4) menunjukkan lokasi
Sukabumi I sebagai ekstrak dengan kandungan total fenol terbanyak pertama,
kedua adalah Garut I, dan ketiga adalah Garut II, sedangkan ekstrak air
menunjukkan Sukabumi I sebagai tertinggi pertama, kedua Cianjur III, dan ketiga
Sukabumi II.
Konsentrasi total fenol tertinggi pertama ekstrak etanol (Gambar 2)
ditunjukkan ekstrak lokasi Sukabumi I sebesar 49.40 mgL-1, kedua Garut I sebesar
46.98 mgL-1, dan ketiga ditunjukkan ekstrak Garut II sebesar 44.46 mgL-1.

10

Banyaknya Total Fenol

Tabel 4 Total fenol ekstrak etanol
Lokasi
Total Fenol Ekstrak Etanol (mgL-1)a
I
46.98 ± 0.87b
Garut
II
44.46 ± 0.15c
III
19.15 ± 0.42g
I
32.14 ± 0.81d
Cianjur
II
18.96 ± 0.75g
III
29.83 ± 1.15e
I
49.40 ± 1.05a
Sukabumi
II
21.66 ± 0.55f
III
22.04 ± 0.88f
a
rata-rata ± SD; Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda
nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan).

60
49,4
46,98 44,46
50
40
32,14
29,83
30
21,66 22,04
19,15
18,96
20
10
0
I
II III
I
II III
I
II III
Garut

Cianjur
Lokasi Sampel

Sukabumi

Gambar 2 Perbandingan Total Fenol Ekstrak Etanol
Pada ekstrak air diperoleh kandungan total fenol (Tabel 5 dan Gambar 3)
tertinggi adalah ekstrak lokasi Sukabumi I sebesar 36.98 mgL-1, kedua ekstrak
Cianjur III sebesar 29.83 mgL-1, dan ketiga Sukabumi II sebesar 29.29 mgL-1.
Tabel 5 Total fenol ekstrak air
Lokasi
Total Fenol Ekstrak Air (mgL-1)a
I
25.33 ± 0.38d
Garut
II
17.85 ± 0.08f
III
10.02 ± 0.94g
I
22.63 ± 0.51e
Cianjur
II
17.94 ± 0.25f
III
29.83 ± 0.38b
I
36.98 ± 0.17a
Sukabumi II
29.29 ± 0.87b
III
26.25 ± 0.37c
a
rata-rata ± SD; Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak
berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan).

Banyaknya Total Fenol

11
50
36,98

40

29,83

30 25,33

22,63

17,85

20

29,29 26,25

17,94

10,02

10
0
I

II
Garut

III

I

II

III

Cianjur
Lokasi Sampel

I

II

III

Sukabumi

Gambar 3 Perbandingan Total Fenol Ekstrak Air
Aktivitas Penghambatan Enzim α-Glukosidase
Perbandingan persentasi inhibisi ekstrak etanol (Tabel 6) dari sembilan
lokasi hampir seluruhnya berada di atas 50%. Lokasi Sukabumi I menjadi ekstrak
dengan persen penghambatan tertinggi pada konsentrasi 1%. Sukabumi III
menjadi ekstrak dengan persen penghambatan tertinggi untuk konsentrasi 1.5%,
sedangkan untuk konsentrasi 2% ekstrak yang berasal dari Sukabumi II menjadi
lokasi ekstrak dengan persen inhibisi tertinggi (Gambar 4).
Tabel 6 Persen inhibisi ekstrak etanol
Persen Inhibisi Ekstrak Etanol (%)a
Lokasi
1
1.5
2
gh
gh
I
91.33 ± 1.87
91.59 ± 1.64
93.65 ± 0.95defg
Garut
II
87.95 ± 0.46ij
88.16 ± 1.23ij
98.52 ± 1.28ab
k
j
III
68.91 ± 1.08
86.58 ± 3.64
96.25 ± 1.94abcd
I
91.92 ± 1.30fgh
91.92 ± 4.41fgh
94.90 ± 1.63cdef
Cianjur
II
86.88 ± 0.90j
85.30 ± 1.93j
90.32 ± 1.52hi
III
89.98 ± 1.17hi
97.46 ± 0.85abc
98.66 ± 1.25a
I
96.83 ± 1.42abc
98.50 ± 0.78ab
99.09 ± 0.74a
bcde
ab
Sukabumi II
95.47 ± 0.51
98.54 ± 1.02
99.35 ± 0.31a
III
92.85 ± 2.43efgh
98.94 ± 0.54a
98.71 ± 1.09a
a
rata-rata ± SD; Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda
nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan).

12
120

Persen Inhibisi

100
80
60

1

40

1.5

20

2

0
I

II

III

Garut

I

II

III

Cianjur
Lokasi Sampel

I

II

III

Sukabumi

Gambar 4 Perbandingan Persen Penghambatan Ekstrak Etanol
Data hasil pengujian inhibisi aktivitas α-glukosidase menunjukkan persen
daya hambat terbesar ekstrak air (Tabel 6 dan Gambar 5) adalah sampel Cianjur,
yaitu 71.15% untuk konsentrasi 1%, 79.37% untuk konsentrasi 1.5%, dan 93.46%
untuk konsentrasi 2%.
Tabel 6 Persen inhibisi ekstrak air
Persen Inhibisi Ekstrak Air (%)a
Lokasi
1
1.5
2
f
e
Garut
48.27 ± 0.44
56.62 ± 1.13
57.69 ± 0.88e
d
c
Sukabumi
61.48 ± 0.91
72.33 ± 1.50
76.66 ± 1.09b
Cianjur
71.15 ± 2.61c
79.37 ± 2.18b
93.46 ± 3.60a
a
rata-rata ± SD; Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda
nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan).

Persen Penghambatan

120
100

80
1

60

1.5

40

2
20
0
Garut

Sukabumi
Lokasi Sampel

Cianjur

Gambar 5 Perbandingan Persen Penghambatan Ekstrak Air

13

4 PEMBAHASAN
Ekstrak Daun Sirsak
Hasil rendemen ekstrak etanol tertinggi diperoleh sebesar 13.48% (Cianjur
III) dengan lama maserasi 18 jam menunjukkan selisih 1.38% dengan waktu
maserasi lebih singkat dibandingkan penelitian sebelumnya oleh Rachmani et al.
(2012) yang memperoleh hasil rendemen sebesar 14.86% dengan lama maserasi
24 jam. Hal ini disebabkan penggunaan metode ekstraksi yang berbeda.
Penggunaan microwave sebagai metode ekstraksi dipilih karena gelombang mikro
dengan energi rotasi molekul tertentu membantu ekstraksi bahan kimia dari
matriks yang sulit, seperti jaringan tumbuhan yang tidak lunak (Wonorahardjo
2013). Pendapat yang sama juga dipublikasikan oleh Trusheva et al. 2007, yang
mengemukakan jika microwave assisted extraction (MAE) adalah metode yang
paling cepat dalam mengekstraksi senyawa golongan fenol dan flavonoid dari
propolis dibandingkan dengan metode maserasi konvensional dan ultrasound
extraction (UE). Simplisia dibagi menjadi dua bagian, satu bagian direndam
dengan menggunakan pelarut etanol, dan yang lainnya direndam menggunakan
pelarut air. Sampel yang telah dimaserasi, dikeringkan dengan menggunakan
evaporator.
Sampel dibuat dalam bentuk ekstrak serbuk karena ekstrak dalam bentuk
serbuk jauh lebih stabil dari segi penyimpanan dibandingkan bentuk ekstrak
lainnya karena memiliki kadar air yang rendah (Purwatresna 2012). Pengujian
kadar air dilakukan untuk mengetahui berapa banyak kadar total air (gram) dalam
100 gram ekstrak. Ekstrak yang memiliki persen kadar air rendah dibawah 10%,
merupakan ekstrak yang tahan dalam penyimpanan, karena sifatnya yang stabil
dan tidak mudah terserang mikroba (Winarno 1997). Dari seluruh sampel yang
melalui proses evaporasi masih ada beberapa sampel yang memiliki persentasi
kadar air di atas 10% seperti pada ekstrak berpelarut air dari lokasi Garut I sebesar
11.81% yang berarti terdapat 11.81 gram air dalam 100 gram ekstrak berpelarut
air. Ekstrak yang berpelarut etanol rata-rata memiliki persen kadar air yang sedikit
dibandingkan dengan ekstrak yang berpelarut air. Hal ini disebabkan oleh sifat
pelarut etanol yang folatil atau mudah menguap dibandingkan dengan air,
sehingga ketika proses evaporasi (penguapan), kandungan kadar air ekstrak
berpelarut etanol lebih sedikit.
Data hasil pengukuran kadar air ekstrak sampel berpelarut etanol
menunjukkan persen kadar air terendah pertama Garut III sebesar 3.18%, kedua
Cianjur III sebesar 3.98%, dan ketiga Sukabumi I sebesar 4.87%, sedangkan untuk
ekstrak air terendah pertama Garut II sebesar 8.69%, kedua Garut I sebesar
9.99%, dan terendah ketiga Cianjur sebesar 11.81%. Variasi persentasi kadar air
pada ekstrak diakibatkan oleh kemampuan masing-masing ekstrak dalam
mengikat molekul air. Selain itu, faktor kandungan unsur hara, kebiasaan hidup
masyarakat sekitar, iklim, dan jenis pelarut memberikan pengaruh pada perbedaan
persentasi kadar air ekstrak.
Senyawa Fitokimia
Pengujian fitokimia dilakukan untuk mengetahui analisis kualitatif suatu

14
ekstrak terhadap keberadaan golongan senyawa tertentu. Lima jenis pengujian
yang paling umum adalah pengujian senyawa golongan alkaloid, flavonoid, tanin,
saponin, triterpenoid dan steroid (Tambunan et al. 2012; Mataputun et al. 2013).
Dari data pengujian, diperoleh informasi jika ekstrak berpelarut etanol maupun
ekstrak berpelarut air mengandung senyawa golongan alkaloid, flavonoid, tanin,
saponin, dan triterpenoid, tetapi kedua jenis ekstrak tidak mengandung steroid.
Senyawa golongan alkaloid, flavonoid, saponin, tannin, dan triterpenoid
merupakan golongan senyawa yang banyak dimanfaatkan untuk mengobati
diabetes mellitus, dimana golongan senyawa ini bekerja dengan cara menghambat
kerja enzim α-glukosidase dalam memecah karbohidrat menjadi gula sederhana
dan sebagai antioksidan yang akan menurunkan tingkat stres oksidatif penderita
diabetes mellitus (Mohan et al. 2013).
Senyawa Bioaktif GC-MS
Hasil analisis kromatogram GC-MS menunjukkan ada sekitar 59 jenis
senyawa organik yang terdeteksi pada ekstrak untuk kesembilan lokasi. Senyawa
golongan fenol dan alkoholik aromatik dari hasil GC-MS yang diduga berfungsi
sebagai senyawa antidiabetes antara lain benzamida, benzokuinon dan vinil fenol,
sedangkan golongan senyawa alkaloid ditemukan piperin dan piperidin. Senyawa
penting lainnya dari hasil kromatogram adalah tokoferol (vitamin E) yang
tergolong sebagai senyawa antioksidan (Robinson 1995; Wink 1999). Hasil
kromatogram GC-MS berkaitan pula dengan hasil penentuan total komponen
fenolik ekstrak. Berdasarkan hasil uji, bukan hanya vitamin C yang terkandung
pada buah sirsak melainkan terdapat pula tokoferol (vitamin E) pada daunnya
yang fungsinya sama dengan vitamin C sebagai senyawa antioksidan (Artini NPR
et al. 2012).
Sampel dengan senyawa bioaktif yang paling banyak jenis dan jumlahnya
berasal dari lokasi Sukabumi (I, II, dan III). Lokasi tempat pengambilan sampel di
Sukabumi dilakukan pada wilayah Pelabuhan Ratu. Lokasi yang berada di dataran
rendah, dekat dengan pantai, mendapatkan asupan sinar matahari yang cukup, dan
perilaku masyarakat sekitarnya yang masih tradisional terutama dalam pengolahan
limbah (limbah rumah tangga) menjadi alasan banyaknya jumlah dan jenis
metabolit sekunder yang terdeteksi ketika pengujian dengan menggunakan GCMS (Bruna et al. 2009).
Jumlah dan banyaknya jenis senyawa bioaktif memiliki dipengaruhi oleh
lokasi penanaman. Sirsak merupakan tanaman tropis yang memerlukan sinar
matahari yang cukup. Kurangnya intensitas sinar matahari yang diserap oleh
tanaman tropis dapat menurunkan kekebalan tubuh tanaman tersebut sehingga
mudah terserang penyakit dan hama (Nugroho 2011). Selain intensitas cahaya
yang cukup, kelembapan daerah tanam juga mempengaruhi produksi senyawa
bioaktif. Penyakit yang paling sering terjadi pada tanaman sirsak yang tumbuh di
daerah lembap adalah antraknosa dan bercak daun. Kedua penyakit ini
menyebabkan gangguan produksi senyawa bioaktif pada daun sirsak (Zuhud
2011). Pada lampiran 6 dapat dilihat hasil screening beberapa senyawa bioaktif
secara spesifik yang diduga bekerja sebagai inhibitor enzim α-glukosidase dan
senyawa antioksidan terkait dengan kerja senyawa tersebut untuk menurunkan
tingkat stress oksidatif pada penderita diabetes.

15
Total Senyawa Fenolik
Pengujian fenolik dilakukan untuk menentukan total komponen fenolik pada
ekstrak etanol maupun air. Metode Folin-Ciocalteau digunakan karena gugus
hidroksil pada inti aromatik senyawa fenol mampu mereduksi fosfomolibdat
fosfotungstat menjadi molibdenum berwarna biru (Febrinda et al. 2013)
(Lampiran 7). Total komponen fenolik ekstrak etanol (Lampiran 8) maupun
ekstrak air (Lampiran 9) yang paling besar nilainya adalah Sukabumi I 4.94%
(etanol) dan 3.70% (air). Seluruh konsentrasi total fenol yang diperoleh lebih
tinggi nilainya dibandingkan total fenol yang diperoleh Hermawan et al. (2013)
sebesar 1.36%.
Total komponen fenol tertinggi merupakan ekstrak etanol Sukabumi I yaitu
49.40 mgL-1 (b/v), jauh lebih tinggi dibandingkan total fenol ekstrak etanol umbi
jalar ungu sebesar 2.45 μgmL-1 (b/v) (Fidrianny et al. 2012). Hasil perbandingan
nilai total fenolik lainnya menunjukkan ekstrak daun sirsak lebih tinggi
dibandingkan nilai total fenol ekstrak metanol daun batang lakum sebesar 24.00
gGAG dan fraksi metanol daunnya sebesar 43.30 gGAG (Rumayati et al. 2014).
Selain itu, penggunaan pelarut etanol lebih disarankan oleh BPOM dalam proses
ekstraksi dibandingkan pelarut organik lainnya karena sifat toksisitasnya yang
rendah. Jumlah total fenol yang tinggi pada lokasi Sukabumi I berkaitan dengan
hasil uji fitokimia yang mendapatkan senyawa bioaktif golongan fenol (flavonoid
dan tanin) lebih banyak dibandingkan dengan lokasi lain.
Hasil uji beda total fenol menunjukkan jumlah fenolik ekstrak etanol
berbeda signifikan pada taraf uji 5% dengan jumlah fenolik ekstrak air (Lampiran
12). Ekstrak etanol menunjukkan jumlah total fenolik lebih banyak dibandingkan
dengan ekstrak air. Selain itu, berdasarkan hasil pengujian statistik didapatkan
kesimpulan jika perbedaan daerah (kabupaten) lokasi, dan interaksi kedua variabel
tersebut memiliki pengaruh terhadap banyaknya jumlah fenolik pada taraf uji 5%
(Lampiran 10). Begitu pula dengan ekstrak air yang mendapatkan kesimpulan dari
uji statistik bahwa ada pengaruh signifikan perbedaan dari daerah (kabupaten),
lokasi dan interaksi kedua variabel tersebut pada taraf uji 5% (Lampiran 11). Hasil
penentuan total fenolik sejalan dengan hasil uji GC-MS dan fitokimia yang
menyatakan bahwa daerah Sukabumi menjadi daerah dengan jumlah senyawa
bioaktif terbanyak dibandingkan dengan daerah lainnya.
Aktivitas Penghambatan Enzim α-Glukosidase
Persen inhibisi ekstrak daun sirsak menunjukkan persen penghambatan yang
tinggi terhadap kerja enzim α-glukosidase. Kesembilan lokasi menunjukkan nilai
persentasi inhibisi diatas 30% (Lampiran 13). Pada konsentrasi 1% (10.000 ppm),
sampel dari lokasi Sukabumi II (ekstrak etanol), Sukabumi III (ekstrak etanol),
dan Cianjur I (ekstrak etanol) tidak berbeda nyata dengan akarbosa (glucobay)
(Lampiran 18). Akan tetapi sampel dari lokasi Sukabumi I dan II untuk ekstrak
etanol memiliki persen penghambatan lebih tinggi dan berbeda nyata
dibandingkan nilai persen penghambatan akarbosa pada konsentrasi yang sama.
Nilai persentasi ini dapat dijadikan acuan, jika ekstrak daun sirsak dari kesembilan
lokasi bekerja dengan baik sebagai agen antidiabetes dengan cara menghambat
kerja enzim α-glukosidase secara in vitro. Ekstrak etanol dengan nilai rata-rata

16
persen inhibisi tertinggi dalam menghambat kerja enzim α-glukosidase pada
konsentrasi 1% adalah ekstrak yang berasal dari lokasi Sukabumi I sebesar 96.83%. Pada konsentrasi 1,5% rata-rata persen inhibisi tertinggi berasal dari
Sukabumi III sebesar 99.35%, sedangkan untuk konsentrasi 2%, berasal dari
Sukabumi II sebesar 98.94%. Meskipun pada penentuan total fenolik Sukabumi II
hanya mengandung total fenolik sebesar 21.66 µgmL-1 dan Sukabumi III sebesar
22.04 µgmL-1, akan tetapi hasil pengujian flavonoid pada uji fitokimia
menunjukkan ekstrak lokasi Sukabumi II dan Sukabumi III positif berskala tinggi
dan hasil screening senyawa bioaktif menggunakan GC-MS menunjukkan
banyaknya jenis dan jumlah senyawa bioaktif yang terkandung pada ekstrak
etanol daun sirsak. Hasil yang berbeda diperoleh pada ekstrak air. Cianjur menjadi
lokasi dengan persen penghambatan tertinggi baik di konsentrasi 1%, 1.5%, dan
2%. Hal ini berhubungan dengan hasil uji fitokimia ekstrak air yang menunjukkan
ekstrak Cianjur I, II, dan III mengandung senyawa flavonoid, tanin, dan alkaloid
yang berskala tinggi. Akan tetapi, berdasarkan hasil screening GC-MS daerah
Cianjur merupakan daerah kedua terbanyak untuk jumlah dan jenis senyawa
bioaktif yang terdeteksi. Meskipun hasil screening GC-MS menunjukkan daerah
Cianjur sebagai yang kedua tertinggi setelah Sukabumi, tetapi hasil penentuan
total senyawa fenolik pada ekstrak air lokasi Cianjur menunjukkan hasil yang
cukup baik. Ketiga lokasi ekstrak Cianjur menunjukkan jumlah penghambatan
sebesar 71.15%, 79.37%, dan 93.46%.
Pada ekstrak etanol dengan konsentrasi yang sama secara berurut yaitu 1%,
1.5%, dan 2% Purwatresna (2012) memperoleh nilai inhibisi sebesar 83.14%,
89.33%, dan 77.20%, sedangkan pada penelitian ini diperoleh nilai inhibisi secara
berurut sebesar 96.83%, 98.94%, dan 99.35%. Penelitian Febrinda (2013)
membuktikan persen inhibisi ekstrak etanol umbi bawang dayak sebesar 51.27%
tidak lebih besar dari persen inhibisi yang diperoleh pada penelitian ini yang
menggunakan ekstrak daun sirsak. Nilai inhibisi enzim α-glukosidase ekstrak
etanol 70% kulit kayu raru yang diteliti oleh Pasaribu (2011) memiliki persen
inhibisi sebesar 88-97% dengan dua variasi metode ekstraksi, maserasi dan reflux,
lebih rendah dibandingkan persen inhibisi ekstrak etanol 70% daun sirsak dengan
metode ekstraksi microwave. Adapun metode yang digunakan pada pengujian
inhibisi aktivitas enzim α-glukosidase dilakukan berdasarkan reaksi hidrolisis pnitrofenil-α-D-glukopiranosa oleh enzim α-glukosidase menjadi p-nitrofenol yang
berwarna kuning dan glukosa (Sugiwati 2005):

Gambar 6 Reaksi Hidrolisis p-nitrofenil-α-glukopiranosa oleh Enzim αGlukosidase
Berdasarkan pengujian statistik untuk nilai penghambatan, tidak terdapat
perbedaan yang signifikan pada taraf uji 5% untuk kedua esktrak etanol dan
ekstrak air daun sirsak (Lampiran 14). Meskipun pada uji statistik adanya

17
pengaruh variabel daerah, lokasi, konsentrasi, dan interaksinya untuk ekstrak
etanol (Lampiran 15) dan ekstrak air (Lampiran 16) daun sirsak terdapat pengaruh
dan perbedaan yang signifikan, akan tetapi pengujian ekstrak terbaik etanol dan
ekstrak terbaik air ternyata tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan pada
taraf uji 5%. Hal ini bisa saja disebabkan karena persebaran data yang kurang baik
(Matjik 2013). Sampel dari sembilan lokasi menunjukkan hasil yang baik untuk
setiap pengujian. Ekstrak yang berasal dari Sukabumi menjadi ekstrak dengan
rata-rata hasil pengujian lebih baik dibandingkan dengan ekstrak dari lokasi
lainnya. Ekstrak etanol menunjukkan rata-rata nilai pengujian yang baik
dibandingkan dengan ekstrak pelarut air sebagai antidiabetes.

18

5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Analisis fitokimia memberikan hasil positif untuk semua uji, kecuali
golongan steroid. Analisis GC-MS mendapatkan senyawa benzamida,
benzokuinon, vinil fenol, piperin, piperidin, dan tokoferol. Hasil uji total fenol
ekstrak etanol dan air menunjukkan Sukabumi I sebagai lokasi dengan rata-rata
persen total fenol tertinggi yaitu 49.40 ± 1.05 (etanol) dan 36.98 ± 0.17 (air).
Terdapat perbedaan yang signifikan pada taraf uji 5% untuk total fenol ekstrak
etanol dan ekstrak air. Pada konsentrasi 1% Sukabumi I (96.83 ± 1.42) menjadi
ekstrak etanol dengan persen inhibisi tertinggi, konsentrasi 1.5% Sukabumi III
(98.94 ± 0.54), dan konsentrasi 2% Sukabumi II (99.35 ± 0.31). Ekstrak air
Cianjur menjadi sampel dengan persen inhibisi tertinggi untuk konsentrasi 1%,
1.5%, dan 2% sebesar 71.15 ± 2.61; 79.37 ± 2.18; dan 93.46 ± 3.60. Tidak
terdapat perbedaan signifikan pada taraf uji 5% untuk penghambatan aktivitas
enzim α-glukosidase oleh ekstrak etanol dan ekstrak air. Ekstrak yang
menunjukkan paling banyak hasil pengujian yang positif untuk digunakan sebagai
antidiabetes adalah ekstrak daerah Sukabumi.
Saran
Untuk penelitian lebih lanjut diharapkan untuk dilakukan pengujian
toksisitas terkait dengan bagaimana pengaruh ekstrak daun sirsak baik yang
berpelarut etanol maupun air terhadap sel normal. Perlu diadakan uji in vivo untuk
mengetahui efek ekstrak terhadap individu.

19

DAFTAR PUSTAKA
Adeyemi, Olwale D, Komolafe, Aderibigbe O, Adewole, Stephen O, Martins OE,
Kehinde AT. 2009. Anti Hyperglycemic Activities of Annona muricata
(Linn). CAM. 6(1): 62-69.
Adri D dan Hersoelistyorini W. 2013. Aktivitas Antioksidan dan Sifat
Organoleptik Teh Daun Sirsak (Annona muricata L.) berdasarkan Variasi
Lama Pengeringan. Pangan dan Gizi. 4(7);1-12.
American Diabetes Association. 2013. Diagnosis and Classification of Diabetes
Mellitus. Diabetes Care. 36(1): 67-74.
Artini Ni Putu R, Wahjuni S, Sulihingtyas WD. 2012. Ekstrak Daun Sirsak
(Annona muricata L.) sebagai Antioksidan pada Penurunan Kadar Asam
Urat Tikus Wistar

Dokumen yang terkait

Uji Aktivitas Antidiabetes dari Ekstrak Etanol 70% Tumbuhan Pecah Beling Hutan (Ruellia tuberosa L.) menggunakan Metode Penghambatan Enzim α- Glukosidase Secara In Vitro

0 23 56

Aktivitas antihiperglikemik dari biomassa dan polisakarida ekstraseluler Porphyridium cruentum sebagai inhibitor alfa glukosidase

5 34 60

Aktivitas antihiperglikemik dari ekstrak buah mahkota dewa [Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.] sebagai inhibitor alfa-glukosidase in vitro dan in vivo pada tikus putih

0 8 126

Daya Inhibisi Ekstrak Rosela (Hibiscus sabdariffa) terhadap Enzim Alfa-Amilase, Alfa-Glukosidase dan Lipase secara In Vitro

2 14 6

Identifikasi Kemampuan Ekstrak Kumis Kucing dari Berbagai Daerah di Pulau Jawa sebagai Inhibitor Aktivitas Enzim Alfa Amilase dan Alfa Glukosidase

3 8 63

Kinetika Inhibisi Enzim Α-Glukosidase Secara In Vitro Oleh Ekstrak Daun Aquilaria Malaccensis Sebagai Antihiperglikemik

1 8 32

Kinetika Inhibisi Enzim α-Glukosidase Secara In Vitro oleh Ekstrak Daun Aquilaria filaria sebagai Antihiperglikemik

0 13 30

Aktivitas Inhibisi Enzim Alfa Amylase Dan Alfa Glukosidase Ekstrak Daun Sirsak (Annona Muricata Linn.) Secara Invitro

4 11 10

AKTIVITAS PENGHAMBATAN ENZIM ALFA GLUKOSIDASE OLEH EKSTRAK ETANOL DAUN UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatasL) Aktivitas Penghambatan Enzim Alfa Glukosidase Oleh Ekstrak Etanol Daun Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.).

3 14 12

AKTIVITAS PENGHAMBATAN ENZIM ALFA GLUKOSIDASE OLEH EKSTRAK ETANOL DAUN UBI Aktivitas Penghambatan Enzim Alfa Glukosidase Oleh Ekstrak Etanol Daun Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.).

0 5 16