Interaksi perikanan tangkap dengan beberapa kegiatan industri di pesisir Kabupaten Lamongan

INTERAKSI PERIKANAN TANGKAP DENGAN BEBERAPA
KEGIATAN INDUSTRI DIPESISIR KABUPATEN LAMONGAN

SANDYA MAHAPUTRI

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI
Saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Interaksi Perikanan Tangkap
dengan Beberapa Kegiatan Industri di Pesisir Kabupaten Lamonganadalah benar
karya saya denganarahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Februari 2015

Sandya Mahaputri
NIM C44100062

ABSTRAK
SANDYA MAHAPUTRI. InteraksiPerikanan Tangkap denganBeberapa Kegiatan
Industri di Pesisir Kabupaten Lamongan. Dibimbing oleh MUHAMMAD FEDI
ALFIADI SONDITA dan SUGENG HARI WISUDO.
Perikanan tangkap telah lama berkembang sebagai kegiatan ekonomi
masyarakat pesisir Kabupaten Lamongan. Kegiatan industri yang saat ini
tergolong sangat menonjol di kawasan ini adalah bisnispariwisata di desa Paciran,
kegiatan industri di sepanjang pantai, dan jasa transportasi laut di pelabuhan
penumpang. Keberadaan tiga jenis kegiatan tersebut diduga akan menyebabkan
pengurangan luasan daerah penangkapan ikan bagi sebagian nelayan, jumlah dan
jenis unit penangkapan ikan serta produksi ikan yang didaratkan di beberapa
tempat di pesisir tersebut. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk
menjelaskan interaksi antara kegiatan perikanan tangkap dan kegiatan
pembangunan di pesisir Kabupaten Lamongan.Pengurangan daerah penangkapan
ikan di alami oleh beberapa unit penangkapan ikan. Penelitian ini menyimpulkan
bahwa dampak yang dialami nelayan akibat pembangunan pesisir tidak selalu
sama, tergantung pada ukuran kapal, jenis alat penangkapan ikan dan daerah

operasi penangkapan ikan.
Kata kunci: Interaksi, perikanan tangkap, pariwisata, industri, pelabuhan

ABSTRACT
SANDYA MAHAPUTRI.Interaction between Marine Fisheries Some
IndustrialActivities in the Coastal Area of District Lamongan. Supervised by
MUHAMMAD FEDI ALFIADI SONDITAand SUGENG HARI WISUDO.
Fisheries has been established as economic activity of coastal communities in
Lamongan District. Recent development shows industrial development in the
coastal area, such as tourism business in Paciran, an integrated industrial estate,
and a passenger port. The development of three types of coastal activities are
expected to affect local fisheries due to multi-use of coastal zones. This study
aims to describe the interaction between the fisheries and the other coastal
industries. Reduction in fishing areas and landing sites is experienced by some
fishing fleet.This study concluded that the impact experienced by fishermen due to
the construction of the maritime business is not always the same, depending on
the size of the vessel, type of fishing gear and fishing operations area.
Keywords: interaction, fisheries, tourism, industry, port

INTERAKSI PERIKANAN TANGKAP DENGAN BEBERAPA

KEGIATAN INDUSTRI PESISIR DI KABUPATEN LAMONGAN

SANDYA MAHAPUTRI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

DEPARTEMEN PEMANAATAN SUMBERDAYA PERIKANA
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikanskripsi dengan judul
Interaksi Perikanan Tangkap denganBeberapa Kegiatan Industri di Pesisir

Kabupaten Lamongan. Hasil penelitian ini diajukan untuk memperoleh gelar
sarjana dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Penulis menyampaikan
terimakasih kepada:
1. Institut Pertanian Bogor, yang telah memberikan kesempatan untuk
menempuh studi di Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Mayor
Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap.
2. Dr Ir M.Fedi A. Sondita, MSc sebagai dosen pembimbing akademik sekaligus
pembimbing skripsi yang telah memberikan motivasi, bimbingan, serta
pengarahan selama masa akademik dan dalam pelaksanaan penelitian dan
penyusunan skripsi.
3. Dr Ir Sugeng Hari Wisudo, MSi sebagai dosen pembimbing skripsi anggota
yang memberikan bimbingan serta pengarahan dalam penelitian maupun
penyusunan skripsi.
4. Dr Ir Anwar Bey Pane, DEA sebagai dosen penguji tamu dan Dr Ir Iin Solihin,
MSi sebagai komisi pendidikan departemen yang memberikan saran dan
arahan dalam perbaikan skripsi.
5. Papa dan Mama (Sukarji dan Endah Wulandari), Adik (Hafizhuddin Al
Hazmi) dan (Bahiirah Hasnaa Huwaidah), serta keluarga besar yang selalu
memberikan doa, dukungan, dan motivasi untuk penulis.
6. Teman-teman seperjuangan selama kegiatan akademik dan Keluarga PSP 47

yang selalu memberikan kebersamaannya selama perkuliahan.
7. Kepala PPN Brondong beserta staff dan nelayan warga Lamongan yang telah
membantu dalam pelaksanaan penelitian.
8. Serta pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Saran dan kritik atas skripsi ini sangat diharapkan demi kebaikan dan
kesempurnaan skripsi ini.
Bogor, Februari 2015
Sandya Mahaputri

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN


vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

METODE


2

Waktu dan Tempat

2

Peralatan Penelitian

2

Metode Penelitian

3

Jenis dan Metode Pengambilan Data

3

Pengolahan dan Analisis Data


4

HASIL DAN PEMBAHASAN

6

Hasil

6

Kondisi pesisir kabupaten Lamongan

6

Kondisi perikanan tangkap di pesisir kabupaten Lamongan

8

Perkembangan pembangunan industri pesisir di Kabupaten Lamongan


13

Pengaruh perikanan tangkap terhadap pembangunan industri pesisir di
Kabupaten Lamongan

16

Pengaruh kegiatan industri pesisir terhadap perikanan tangkap di Kabupaten
Lamongan
19
Konflik dan masalah

20

Pembahasan

20

SIMPULAN DAN SARAN


22

Simpulan

22

Saran

22

DAFTAR PUSTAKA

22

LAMPIRAN

24

RIWAYAT HIDUP


31

DAFTAR TABEL
1
2
3
4

Jenis data teknik pengambilan dan sumber data penelitian
Perkembangan pembangunan kawasan pesisir Kabupaten Lamongan
Perkembangan perikanan tangkap di pesisir Kabupaten Lamongan
Produksi perikanan tangkap menurut pelabuhan dan nilai produksi di
kabupaten Lamongan tahun 2008
5 Perkembangan alat tangkap di Kabupaten Lamongan tahun 2004-2008
6 Kunjungan kapal di PPN Brondong 1999-2008
7 Skor dampak pembangunan kegiatan maritim terhadap 6 jenis unit
penangkapan ikan

4
7
10
11
11
12
12

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8

Sketsa kondisi perubahan pesisir di Kabupaten Lamongan
Kondisi pesisir Kabupaten Lamonagan
Produksi ikan dari enam jenis alat tangkap di PPN Brondong
Kegiatan wisata di pesisir Kabupaten Lamongan
Obyek wisata yang memerlukan area perairan untuk aktivitas
Kegiatan industri Lamongan Integrated Shorebase
Kegiatan transportasi rute Paciran - Bawean
Hubungan interaksi antara perikanan tangkap dan pembangunan
industri pesisir di Kabupaten Lamongan

6
8
9
14
14
15
16
19

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Lokasi Penelitian
Produksi hasil tangkapan PPN Brondong 1999-2013
Tabel perhitungan skoring pengaruh pembangunan industri
Jumlah dan jenis alat tangkap
Kondisi Perikanan Tangkap
Kegiatan Wisata
Kegiatan Industri
Kegiatan Transportasi pelabuhan Paciran
Kunjungan Kapal
Jumlah nelayan

24
24
24
25
25
27
27
28
28
29

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Lamongan adalah sebuah kabupaten di pantai utara Jawa Timur. Sebelah
utara wilayah Kabupaten ini dibatasi oleh Laut Jawa sedangkan di sebelah timur
oleh Kabupaten Gresik, di sebelah selatan oleh Kabupaten Mojokerto dan
Kabupaten Jombang, serta di sebelah barat dibatasi oleh Kabupaten Bojonegoro
dan Kabupaten Tuban. Laut Jawa memiliki potensi perikanan tangkap yang sudah
dimanfaatkan nelayan di sepanjang pantai utara Jawa, termasuk nelayan yang
bermukim di pesisir Lamongan. Armada penangkapan ikan di Kabupaten
Lamongan didominasi oleh kapal-kapal ikan yang mengoperasikan dogol,payang,
pukat cincin (purse seine), pancing rawai (bottom longline),jaring insang hanyut
(drift gillnet), dan pengumpul (collecting devices).Infrastruktur perikanan tangkap
yang saat ini tersedia di pantai Lampongan yang panjangnya47 km adalah satu
pelabuhan perikanan kategori Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) di Brondong
dan empat pelabuhan perikan kategori Pangkalan Pendaratan ikan (PPI) di
Lohgung, Labuhan, Kranji, dan Weru (Pemkab Lamongan 2014). PPN Brondong
adalah salah satu pelabuhan perikanan terbesar di Jawa Timur.Produksi ikan yang
didaratkan pada tahun 2013 di pelabuhan tersebut sebanyak 58.145 ton. Volume
produksi tersebut menunjukkan bahwa nelayan di sekitarnya memiliki sumber
mata pencaharian yang baik (Prambudi 2014).
Dalam waktu 10 tahun terakhir, di pesisir Kabupaten Lamongan telah
terjadi pembangunan fisik berupa pengembangan kawasan pariwisata, kawasan
industri dan dermaga penumpang. Pariwisata di kabupaten ini berkembang dengan
adanya pembangunan kawasan Wisata Bahari Lamongan (WBL)yangterletak di
Kecamatan Paciran, tidak jauh dari PPN Brondong dan 4 PPI. Kawasan ini
terletak lokasi strategis, yaitu di tepi jalur utama jalan pantai utara atau jalan Raya
Daendelsyang menghubungkan Anyer di Banten dan Panarukan di Jawa Timur.
Obyek wisata di pesisir kabupaten ini adalah pantai pasir putih, perairan di
depannya serta obyek wisata yang telah lama dikenal dengan nama Batu
Kodok.Kegiatan pariwisata bahari, seperti berenang, perahu kano, sepeda air,
shuttle boat, dan wahana lainnya.
Sebuah kawasan industri telah dibangun untuk menyediakan fasilitas
pergudangan (warehouse) sarana ekspor-impor bahan minyak dan gas (migas).
Kawasan ini disebut Lamongan Integrated Shorebase(LIS). Kawasan industri ini
juga dilengkapi dengan dermagakhusus untuk melayani pengangkutan barangbarang, termasuk migas. Sebuah dermaga khusus lain untuk melayani
pengangkutan penumpang telah dibangun di desa Paciran; prasarana transportasi
laut ini dikenal dengan nama Pelabuhan Paciran. Pelabuhan ini melayani kapalkapal penumpang berkapasitas 50 orang untuk rute Paciran-Bawean dan PaciranSurabaya (Anaz 2012). Kegiatan transportasi barang dan penumpang memerlukan
jalur dan kawasan untuk operasi, sandar kapal, dan bongkar muat setiap waktu
dan harinya.
Adanya pembangunan tiga jenis sarana/prasarana industri dan transportasi
laut di pesisir Lamongan tersebut diperkirakan akan memberikan dampak pada
kegiatan perikanan tangkap lokal, dan sebaliknya kegiatan perikanan tangkap

2
akan memberikan dampak pada industri yang ada di pesisir tersebut. Di satu sisi,
dampak tersebut dapat mencakup pengurangan luasan daerah penangkapan ikan,
perubahan unit penangkapan ikan, jumlah hasil tangkapan. Di sisi lain, perikanan
tangkap dapat menyediakan tenaga kerja dan sarana untuk kegiatan wisata, suplai
ikan untuk wisatawan dan para pekerja di industri pesisir, serta layanan jasa lain
untuk para pekerja tersebut.
Pengetahuan tentang interaksidi antara kegiatan perikanan tangkap dan
kegiatan lain di pesisir Kabupaten Lamongan sangat penting untuk mengelola
perikanan tangkap secara harmonis di tengah pembangunan pesisir yang
diperkirakan akan semakin gencar dilakukan berbagai pihak, tidak hanya di
Lamongan tetapi juga di tempat-tempat lain di Indonesia. Dengan alasan itulah,
penelitian ini dilakukan untuk menyediakan informasi dari studi kasus di
Kabupaten Lamongan.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruhkegiatan perikana
tangkap terhadap kegiatan pariwisata, kawasan industri, dan transportasi laut di
pesisir Kabupaten Lamingan dan pengaruh sebaliknya.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat kepada semua pihak yang
ingin mewujudkan hubungan harmonis antara kegiatan penangkapan ikan dengan
kegiatan lainnya di pesisir Kabupaten Lamongan.

METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu penelitian pendahuluan dan
penelitian utama. Kegiatan penelitian pendahuluan dilakukan pada bulan Januari
2014 untuk mengumpulkan informasi awal terkait kondisi perikanan Lamongan
secara umum dan kondisi kegiatan lain yang ada di pesisir Kabupaten Lamongan
secara khusus. Kegiatan penelitian utama untuk pengumpulan data dilaksanakan
selama tiga minggu, sejak tanggal 17 Maret hingga 9 April 2014, di Lamongan,
Jawa Timur. Daerah yang menjadi objek penelitian meliputi kawasan pesisir
sepanjang pantai di Kecamatan Brondong dan Kecamatan Paciran yang
meliputikawasan wisata bahari, kawasan pelabuhan transportasi, serta kawasan
pelabuhan ekspor impor di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur (Lampiran 1).
Peralatan Penelitian
Alat yang digunakan pada penelitian ini diantaranya adalah peta yang
dibuat dengan aplikasi google maps (Gambar 1), kuesioner, komputer/laptop, alat

3
tulis, kamera serta alat rekam yang digunakan dalam membantu pengumpulan
data dan pengolahan data. Peta tersebut digunakan untuk memudahkan responden
dalam menjelaskan pendapatnya dan memudahkan peneliti dalam melakukan
verifikasi. Kuesioner dirancang untuk mencatat respons atau tanggapan responden
tentang kondisi umum perikanan/industri di pesisir dan interaksi di antara
kegiatan perikanan tangkap dan industri pesisir.

Metode Penelitian
Pengumpulan data dilakukan melalui survei yang dilakukan peneliti dengan
mendatangi lokasi penelitian, melakukan wawancara dengan nara sumber dan
nelayan, serta mempelajari data sekunder yang tersedia. Dari survei ini peneliti
akan dapat membuat deskripsi atau gambaran tentang kondisi umum perikanan
tangkap, kondisi umum pembangunan di pesisir Lamongan, interaksi di antara
kegiatan perikanan tangkap dan kegiatan industri di pesisir, serta mengetahui
tanggapan nelayan terhadap dampak pembangunan pesisir terhadap kegiatannya
(Nazir, 1988).

Jenis dan Metode Pengambilan Data
Data yang diambil selama penelitian ada 2 kelompok, yaitu data tentang
perikanan tangkap dan data tentang kegiatan di pesisir meliputi pariwisata,
kawasan industri dan pelabuhan transportasi. Data perikanan tangkap meliputidata
daerah penangkapan ikan, data jenis alat tangkap, data jumlah alat tangkap, data
jumlah hasil tangkapan,dan penggunaan ruang. Data tentang kegiatan
pariwisata,industri non perikanan, dan transportasi laut meliputi data jumlah
pekerja di kawasan industri, suplai ikan, dan penggunaan ruang di daratan maupun
di lautan. Data tersebut diperoleh dari PPN Brondong dan Dinas Perikanan
Kabupaten Lamongan serta narasumber dari masing-masing jenis industri.Jenis
data, teknik pengambilan dan sumber data penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.
Narasumber dari kalangan petugas PPN Brondong dan PPI, Dinas
Perikanan Kabupaten Lamongan, WBL dan LIS ditentukan secara purposive.
Pendekatan ini dipilih dengan mempertimbangkan pengetahuan, lingkup tugas
dan kesediaan untuk diwawancarai (Nazir 1988).
Selain dari para nara sumber, data dan informasi juga diperoleh dari
nelayan. Mengingat ada 6 jenis unit penangkapan ikan, responden dari kalangan
nelayan ditentukan dengan pendekatan stratified sampling (Karya 2013) sehingga
nelayan dikelompokkan menurut jenis unit penangkapan ikan. Setiap jenis unit
penangkapan ikan, peneliti mengambil 4 responden yang dipilih secara acak.
Mengingat nelayan-nelayan dari jenis unit penangkapan ikan yang sama selalu
berkumpul dalam kelompok-kelompok yang berisirahat tempat-tempat yang
berbeda-beda, peneliti menentukan kelompok nelayan yang akan diwawancarai
dengan memilih tempat istirahat secara acak. Kepada nelayan yang ada di dalam
kelompok di tempat istirahat yang terpilih, peneliti kemudian melakukan
wawancara dengan 4 orang di antaranya. Nelayan yang dipilih menjadi responden
harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang kondisi perikanan masa lalu dan

4
saat ini. Jika jumlah nelayan yang layak dijadikan responden kurang dari 4 orang,
peneliti akan mencari nelayan dari kelompok lain yang juga ditentukan secara
acak. Dengan cara demikian, penelitian ini mendapatkan informasi dari 24 orang
nelayan, yaitu 4 orang dari masing-masing 6 jenis unit penangkapan ikan.
Interaksi di antara perikanan tangkap terhadap kegiatan dari 3 jenis industri
ditentukan dengan melihat aliran barang atau jasa yang dihasilkan perikanan
tangkap terhadap industri yang berbasis di pesisir dan sebaliknya, serta melihat
pengaruh yang ditimbulkan dari keberadaan salah satu pihak terhadap pihak
lain.Informasi tentang pengaruh ini dikumpulkan dalam bentuk respons atau
tanggapan nelayan terkait ruang bersandar kapal, lintasan pelayaran, dan
perpindahan daerah penangkapan ikan.
Tanggapan tersebut dicatat dan dikelompokkan dalam 3 kategori tanggapan,
yaitu sangat berpengaruh (skor 3), cukup berpengaruh (skor 2), dan tidak
berpengaruh (skor 1). Sebagai contoh, :
 sangat berpengaruh (skor 3): setelah ada pembangunan, daerah
penangkapan ikan harus pindah karena ada larangan beroperasi
 cukup berpengaruh (skor 2): kapal besar dilarang beroperasi dan
bersandar, namun kapal ikan kecil masih boleh beroperasi dan bersandar
di pantai sama seperti sebelum ada pembanguan
 tidak berpengaruh (skor 1): tidak ada perubahan sama sekali dalam
praktek penangkapan ikan.
Tabel 1 Jenis data, teknik pengambilan dan sumber data penelitian
Perikanan
Tankap

Jenis data
1. Deskripsi unit
penangkapan (ukuran
kapal dan alat tangkap)
2. Daerah penangkapan ikan
3. Jenis hasil tangkapan
4. Peristiwa yang terjadi di
Pesisir Lamongan
5. Hubungan interaksi antara
Perikanan tangkap dan
Industri pesisir
6. Faktor-faktor yang
mempengaruhi daerah
penangkapan ikan
7. Keadaan umum daerah
penelirian
8. Laporan Tahunan statistic
perikanan tangkap PPN
Brondong.
9. Rencana tata ruang
wilayah Provinsi Jawa
Timur

Teknik pengambilan
Wawancara dan
kuisioner

Sumber data
Nelayan

Wawancara dan
kuisioner
Wawancara dan
kuisioner
Wawancara dan
kuisioner
Wawancara dan
kuisioner

Nelayan

Wawancara dan
kuisioner

Nelayan

Studi literature

Skripsi

Studi literatur

PPN Brondong

Studi literatur

Nelayan
Nelayan
Nelayan

Perda No.6
Provinsi Jawa
Timur Tahun
2012

5
Lanjutan...
Industri

1. Keadaan umum kawasan
industri dan
perkembangan (Pariwisata,
Kawasan Industri,
Transportasi Laut)
2. Jumlah SDM/ jumlah
buruh yang bekerja di
industri
3. Penggunaan ruang di
daratan maupun di laut

Studi literatur

Penelusuran
pustaka

Studi literatur

Penelusuran
pustaka

Studi literatur

Penelusuran
pustaka dan
pegawai industri

Pengolahan dan Analisis Data
Analisis deskriptif adalah analisis yang digunakan untuk mendeskripsikan
hasil pengamatan sesuai dengan kenyataan di lapangan mengenai sesuatu yang
diteliti. Persepsi nelayan skala kecil terhadap daerah penangkapan ikan dianalisis
dengan menggunakan metode kualitatif. Data yang diperoleh disusun melalui
beberapa langkah yaitu editing, tabulasi dan analisis.
Informasi terkait pembangunan di kawasan pesisir Lamongan diolah dan
dianalisis untuk membuat garis waktu atautimeline. Dari timeline ini dapat
diketahui gambaran urutan perkembangan atau peristiwa yang terjadi pada
perikanan tangkap dan pembangunan industri di pesisir Lamongan. Dalam
penelitian dibuat 2 timeline, yaitu untuk perikanan tangkap dan untuk kegiatan
industri pesisir.
Analisis difokuskan pada area dimana terjadi pemanfaatan ruang oleh
perikanan tangkap dan kegiatan lain dan tanggapan nelayan tentang pengaruh
kegiatan industri terhadap perikanan tangkap di pesisir Lamongan. Data
tanggapan nelayan diolah untuk menghitung rata-rata pada setiap indikator untuk
setiap unit penangkapan. Skor dari ketiga indikator kemudian dijumlahkan untuk
menentukan jenis unit penangkapan ikan yang paling dipengaruhi oleh
pembangunan pesisir. Unit penangkapan ikan dengan jumlah skor yang paling
besar adalah jenis unit penangkapan ikan yang paling dipengaruhi.

6

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Kondisi pesisir di Kabupaten Lamongan
Wilayah pesisir kabupaten Lamongan terletak dipantai Utara Jawa.
Kawasan pantai pesisirnya berada di Kecamatan Brondong dan Paciran dengan
luas wilayah pesisir 131,41 km2, dengan panjang pantai mencapai 47 km (Pemkab
Lamongan 2014). Kawasan pesisir Lamongan memiliki berbagai potensi
diantarnya pertambakan, hutan mangrove, hatchery, dan industri perikanan lainya.
Infrastruktur yang digunakan untuk menopang kegiatan ekonomi masyarakat
nelayan seperti tempat pelelangan ikan (TPI) yang ada di desa Weru, Kranji, dan
Brondong atau tempat sandar perikanan yang ada di setiap basis desa nelayan.
Begitu juga dalam sektor industri memilki berbagai infrastruktur seperti LIS
(Lamongan Integrated Shorebase) di dusun Kemantren, ASDP di dusun Tunggul,
PT DOK, dan Wisata Bahari Lamongan (WBL) yang berpadu dengan wisata gua
Maharani.
Adanya kondisi perubahan dan pembangunan dikawasan pesisir di
Kabupaten Lamongan dalam 10 tahun terakhir baik disektor usaha produksi
perikanan maupun industri tentu akan berdampak pada perubahan pemanfaatan
potensi wilayah dan lingkungan maupun sosiologis masyarakatnya.

Gambar 1 Sketsa kondisi perubahan pesisir di Kabupaten Lamongan

7
Tabel 2 Perkembangan pembangunan kawasan pesisir Lamongan
Tahun
1978

Timeline peristiwa yang terjadi
Pembangunan PPI Kranji dan Peningkatan status PPI Brondong
menjadi PPP Brondong

1980

Peresmian Museum Sunan Dradjat yang merupakan salah satu wisata
yang masih bertahan hingga sekarang.

1983Juni

Dibuka sebagai kawasan wisata pantai dengan daya tarik Batu
Kodok dan Gua Maharani. Saat itu wisata tersebut merupakan satusatunya industri wisata yang terletak di pesisir Lamongan.

1987

Peningkatan kelas Pelabuhan tipe C PPP Brondong menjadi
Pelabuhan tipe B PPN Brondong

1999

1. Berdirinya PPI Labuhan, PPI Belimbing, PPI Lohgung, PPI
Weru.
2. Hanyaterdapat wisata tanjung kodok dan industri pengolahan ikan.
Belum banyak perkembangan pembangunan kegiatan perikanan,
wisata, industry, dan transportasi laut.

2002

Berdirinya PT LINTECH yang merupakan industri pabrikasi.

2002 Maret

Pembangunan kawasan Wisata Bahari Lamongan oleh PT Bumi
Lamongan Sejati yang bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten
Lamongan.

2003 September

PT Lamongan Integrated Shorebase (PT LIS) bekerjasama dengan
perusahaan asal Singapura, PT Easlog Ltd memulai pembangunan
kawasan industri pergudangan dan migas.

2004 November

Peresmian Wisata Bahari Lamongan oleh PT Bumi Lamongan Sejati

2005

Pembangunan pelabuhan transportasi laut di desa Paciran

2010

Perluasan PPN Brondong menjadi dermaga PPDI di barat dermaga
PPN Brondong

2010Juli

Perusahaan galangan kapal PT Dok dan Perkapalan Surabaya
mengawali tahap pembangunan Galangan Brondong Lamongan,
Jawa Timur, karena banyaknya permintaan pembangunan kapal di
wilayah Brondong.

2012 Maret

Terbitnya Perda Kabupaten Lamongan No. 06 Tahun 2012 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lamongan Tahun 20122032.
Peresmian pelabuhan Paciran oleh pemerintah Kabupaten
Lamongan.

2013 Januari

Sumber : hasil wawancara dan penelusuran pustaka

8
Gambar 2 menyajikan perkembangan terakhir yang terjadi di kawasan
pesisir Kabupaten Lamongan. Kegiatan wisata yang terdapat di Kabupaten
Lamongan yang terkenal di antaranya Wisata Bahari Lamongan (WBL) yang
berada di desa Paciran, pantai pasir putih yang terdapat di desa Weru, serta
pemandian air panas yang berada di desa Sedayu. Kegiatan industri ekspor dan
impor dikenal dengan industri Lamongan Integrated Shorebase(LIS). LIS
merupakan industri yang bergerak di bidang jasa bongkar muat serta pergudangan
untuk kepentingan ekspor dan impor migas dengan luas 100 hektar di darat dan
500 meter dari garis pantai (Fidzikri 2012). Kegiatan pelabuhan transportasi untuk
penumpang jarak dekat. Pelabuhan ini terletak di kecamatan Paciran, biasanya
pelabuhan ini beroperasi satu minggu sekali untuk mengantar para penumpang
rantau yang hendak pulang maupun menuju kota Surabaya dan Pulau Bawean.
Adapun pembangunan untuk sektor perikanan seperti dermaga PPDI PPN
Brondong untuk kegiatan bongkar muat maupun persiapan perbekalan

(a)

(c )

(b)

(d)

Gambar 2 Kondisi pesisir perairan Kabupaten Lamongan; (a) kegiatan wisata, (b)
kegiatan industri ekspor dan impor, (c) kegiatan pelabuhan perikanan,
dan (d) kegiatan transportasi umum.
Sumber: PPN Brondong 2014

Kondisi perikanan tangkap di pesisir Lamongan
Di Kabupaten Lamongan terdapat satu pelabuhan perikanan nusantara (PPN) di
Brondong dan empat pangkalan pendaratan ikan (PPI) di Lohgung, Labuhan,
Kranji, dan Weru. Alat penangkapan ikan yang banyak digunakan nelayan

9
Lamongan mini purse seine, dogol besar, dogol kecil, payang, rawai, gillnet, dan
alat pengumpul. Jenis alat tangkap yang paling banyak jumlahnya dalam 5 tahun
terakhir adalah dogol (Lampiran 3). Payang dan dogol umumnya beroperasi di
perairan Masalembu, Kangean dan Pulau Bawean sedangkan gillnet beroperasi di
perairan Lamongan, tepatnya di kawasan Talang Air yang jaraknya 15 mil dari
pantai. Armada purseseineumumnya beroperasi di tempat yang paling jauh,
hingga mendekati perairan Kalimantan. Kapal-kapal purse seine yang berukuran
besar (> 28 GT) ini umumnya beroperasi di bagian utara laut Jawa, yaitu di
perairan Masalembu, Talang Air, dan Bawean. Menurut hasil wawancara dengan
nelayan ada pula yang beroperasi hingga perairan Kalimantan yang berjarak lebih
dari 230 mil dengan waktu tempuh 10 sampai 15 hari dari PPN Brondong.
Sebaliknya, kapal-kapal ikan yang berukuran kurang dari 10 GT beroperasi
dengan modus one day fishing biasanya melakukan penangkapan di perairan
Lamongan dengan jarak 2 mil dari garis pantai. Armada rawai beroperasi di
perairan Matasiri, i yang jaraknya 5 sampai 10 kilometer dari garis pantai.
Jenis ikan yang dominan didaratkan di PPN Brondong adalah ikan kapaskapas (Gerres penetatus), ikan ayam-ayam(Cantligaster uslentini), ikan beloso
(Sauridatumbil), ikan kurisi (Upeneus sp.), dan swangi atau mata besar
(Priyacanthus tayenus). Dogol adalah penyumbang terbesar terhadap produksi
ikan setempat pada tahun 2013, yaitu49.634 ton (Gambar 3).Alat pengumpul
menghasilkan ikan sebanyak 7.790 ton, rawai menghasilkan 646 ton ikan, payang
menghasilkan 55 ton ikan, dan pukat cincin hanya 20 ton. Produksi ikan dari
pukat cincin ini sangat aneh karena terlalu rendah untuk kapal-kapal besar yang
beroperasi jauh. Diduga kuat, sebagian besar ikan-ikan hasil tangkapannya tidak
didaratkan di PPN Brondong.

Dogol

49634

Pengumpul

7790

Rawai

646

Payang

55

Gillnet

0

Purse Seine

20

0

10000

20000

30000

40000

50000

Sumber : dokumen PPN Brondong 2013

Gambar 3 Produksi ikan dari enam jenis alat penangkapan ikan di pesisir
Lamongan pada tahun 2013; dogol adalah penyumbang terbesar produksi
ikan laut.
Saat pengumpulan data di lapangan, akses nelayandisekitar kawasan wisata,
kawasan industri, dan kawasan pelabuhan transportasi telah dibatasi. Awalnya,

10
yaitu sebelum ada pembangunan kawasan pariwisata pada tahun 2004, kawasan
ini terbuka bagi nelayan. Setelah adanya pembangunan kegiatan bisnis di pesisir
ini, kawasan tersebut menjadi tertutup karena diterbitkannyaPeraturan Daerah
Kabupaten Lamongan nomor 6 tahun 2012 tentang batas wilayah perairan yang
menyatakan bahwa kapal penangkap ikan dilarang bersandar maupun mendekati
kawasan tersebut pada radius 1 sampai 5 km.
Sekitar tahun 1999 sebelum berkembangnya pembangunan di pesisir
Lamongan, nelayan masih menggunakan armada perikanan tradional yang terdiri
dari kapal-kapal ikan dari kategori perahu tanpa mesin (PTM) dengan ukuran
kecil. Nelayan hanya menangkap di perairan sekitar pesisir kabupaten Lamongan
paling jauh jaraknya hanya sampai perairan Talang Air yang ditempuh dengan
perjalan 3 jam, berdasarkan pengamatan peneliti jaraknya 50 mil dari garis pantai.
Rata-rata masyarakat setempat bermata pencaharian sebagai nelayan penuh.
Tabel 3 Perkembangan perikanan tangkap di Pesisir Lamongan
Tahun
1978

Timeline peristiwa yang terjadi
1) Nelayan masih menggunakan alat tangkap tradisional dan

perahu tanpa motor (PTM)
2) Masih banyak nelayan menggunakan alat tangkap purse
seine dan payang.
3)Kegiatan bongkar muat, kegiatan pelelangan, dan industri
pengolahan yang masih sangat jarang, hanya penjual ikan dan
tengkulak
1980

1999-2013

- Jarak daerah penangkapan ikan untuk alat tangkap rawai dan
perangkap (bubu)masih di sekitar perairan Lamongan
- Alat tangkap purse seine, dogol, dan payang rata-rata daerah
penangkapan ikannya >50 mil dari garis pantai.
Jumlah produksi berdasarkan jenis alat tangkap cenderung
fluktuatif seperti yang ditunjukkan pada (Lampiran 2).
1)Produksi nelayanpuse seine, gillnet dan payang produksi
tertinggi terjadi pada tahun
1999 sebelum adanya
pembangunan industry pesisir
2)Alat tangkap rawai produksi tertinggi terjadi pada tahun
2003, jenis alat tangkap pengumpul produksi tertinggi pada
tahun 2008 dan
3)Untuk alat tangkap dogol produksi tertinggi terjadi pada
tahun 2013. Hal ini bukan merupakan dampak karena adanya
pembangunan industry pesisir di Kabupaten Lamongan.

Sumber: hasil wawancara dan penelusuran pustaka

Tabel 3 menunjukkan kegiatan perikanan tidak sepadat dan seramai
sekarang. Kegiatan bongkar muat, kegiatan pelelangan, dan industri pengolahan
yang masih sangat jarang, hanya penjual ikan dan tengkulak yang menjual ke

11
pasar. Pelabuhan perikanan di Brondong sudah menjadi pelabuhan tipe B tetapi
saat itu, terdapat tempat-tempat pendaratan ikan berskala kecil yang terdapat di
desa sepanjang pesisir. Pendapatan yang diperoleh dari hasil kegiatan
penangkapan sepenuhnya diberikan pada nelayan pemilik dan nelayan buruh
hanya diberikan upahsesuai ketentuan pemilik kapal.
Jumlah produksi di Kabupaten Lamongan meliputi produksi dari PPN
Brondong, PPI Lohgung, PPI Labuhan, PPI Kranji, dan PPI Weru. Sejak tahun
2003 produksi perikanan tangkap Kabupaten Lamongan cenderung mengalami
peningkatan meskipun pada tahun 2004 dan 2006 terjadi penurunan. Namun,
pada tahun 2008 produksi perikanan laut mencapai 63.593 ton (Tabel 4). Hal ini
terjadi karena peningkatan jumlah alat tangkap pada tahun 2007 seperti pada
Tabel 5.
Tabel 4 Produksi perikanan tangkap menurut Pelabuhan dan nilai produksi di
Kabupaten Lamongan tahun 2008.
Pelabuhan

Produksi (Kg)

Nilai Produksi (Rp)

1. Lohgung
2. Labuhan
3. Brondong
4. Kranji
5. Weru

3.216.430
2.253.027
52.248.829
3.692.564
2.183.119

68.407.033.240
47.917.378.236
1.111.228.095.172
78.533.451.152
46.430.574.892

Kabupaten Lamongan

63.593.969

1.352.516.532.692

Tahun 2007
41.568.325
884.075.153.114
Tahun 2006
37.618.316
800.066.351.919
Tahun 2005
39.934.380
849.284.461.161
Tahun 2004
38.854.232
826.312.960.876
Tahun 2003
38.912.025
827.542.052.688
Sumber: Dinas Perikanan, Kelautan dan Peternakan Kabupaten Lamongan

Tabel 5 Perkembangan alat tangkap di Kabupaten Lamongan tahun 2004-2008
Tahun
Alat Penangkapan Ikan/
Fishing Gear
2004
2005
2006
2007
1 Pukat cincin (purse seine)
271
271
422
593
2 Payang
568
560
735
1948
3 Rawai (bottom longline)
2360
2360
2460
2614
4 Dogol
3574
2569
2381
2843
5 Jaring insang (gillnet)
710
795
865
916
6 Lain-lain (collecting devices)
243
233
237
257
Jumlah
7726
6788
7100
9171
Sumber : Dinas Perikanan, Kelautan dan Peternakan Kabupaten Lamongan 2008.
No

2008
492
1950
2614
2843
1016
298
9213

Jenis alat penangkapan ikan tidak banyak berkembang di Kabupaten
Lamongan. Dogol merupakan alat tangkap yang dominan digunakan oleh nelayan
pesisir Lamongan seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5. Jumlah alat tangkap di

12
Kabupaten Lamongan mengalami penurunan pada tahun 2005, namun pada tahun
selanjutnya terus mengalami peningkatan. Dilihat dari jumlahnya, dogol di
Kabupaten Lamongan merupakan alat tangkap yang dominan, dengan jumlah
sekitar 50% dari semua alat tangkap yang ada.

Tabel 6 Jumlah kunjungan kapal yang bongkar di PPN Brondong tahun 19992008
No.

Tahun

Jumlah

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008

41.787
33.762
37.034
15.133
14.557
18.195
24.245
21.056
24.379
22.327

Tonase ( GT )
20- 30
21 – 30
1.523
6.674
1.598
6.585
4.837
6.667
4.151
5.953
9.971
3.824
7.342
1.778
9.268
2.025
11.506
1.104
13.455
1.504
12.665
707

< 10
33.554
25.477
25.438
4.889
606
9.075
13.502
8.346
9.325
8.941

31 – 50
36
102
92
140
156
0
450
100
95
14

Jumlah kunjungan kapal di PPN Brondong berdasarkan ukurannya terjadi
peningkatan pada ukuran 10-20 GT tetapi pada tahun 2004 sempat mengalami
penurunan pada tahun 2007. Sedangkan ukuran ≤ 10 GT, 21-30 GT, 31-50 GT
cenderung mengalami penurunan.
Berdasarkan Tabel 3, 4, 5, dan 6 hasil data yang diperoleh tersebut bukan
merupakan pengaruh dari dampak adanya pembangunan kegiatan yang berbasis di
pesisir. Data tersebut diindikasi karena kapal-kapal yang mendaratkan hasil
tangkapan dan bersandar di PPN Brondong maupun PPI lainnya tidak hanya
berasal dari Lamongan dan kapal-kapal tersebut tidak melakukan penangkapan di
perairan Lamongan.

Tabel 7 Skor dampakpembangunan kegiatan industri di pesisir terhadap 6 jenis
unit penangkapan ikan.
Alat Tangkap
No

Indikator
Dogol

Purse
Seine

Gillnet Payang Rawai Pengumpul

1

Ruang bersandar Kapal

3

3

3

3

2

2

2

Lintasan Pelayaran
Daerah Penangkapan
Ikan

1

1

3

1

3

2

1

1

3

1

3

3

5

5

9

5

8

7

3

Jumlah

Kapal dogol, purse seine, gillnet, payang pada indikator ruang bersandar
kapal sangat berpengaruh karena yang awalnya mereka dapat bersandar

13
dibelakang rumah mereka tetapi saat ini ruang untuk bersandar menjadi terbatas
karena adanya pembangunan kegiatan industri yang menyebabkan kapal-kapal
ukuran lebih dari 10 GT harus bersandar di PPN atau PPI karena dianggap
mengganggu aktiitas bahari lainnya. Kapal pancing rawai dan pengumpul tidak
berpengaruh karena kapal mereka tidak terlalu banyak memakan ruang dan
umumnya kapal yang mereka gunakan adalah kapal berukuran kecil > 10GT.
Lintasan pelayaran dan daerah penangkapan ikan tidak berpengaruh bagi
kapal-kapal besar, tetapi kapal yang berukuran kecil merasa terganggu karena
apabila kapal yang hendak menuju pelabuhan LIS dan menunggu antrian masuk
pelabuhan LIS maka kapal nelayan tidak boleh melakukan penangkapan di area
tersebut.
Berdasarkan hasil skor dapat dilihat bahwa armada penangkapan ikan yang
berdampak paling besar yaitu armada jaring insang (gillnet) untuk peringkat
kedua adalah armada rawai dan pengumpul karena umumnya merupakan armada
penangkapan ikan yang berukuran kecil. Sedangkan untuk armada dogol, purse
seine dan payang tidak berpengaruh.
Perkembangan pembangunanindustri pesisir di Kabupaten Lamongan
Perkembangan industri pariwisata
Parwisata adalah salah satu sektor kegiatan yang diharapkan dapat
memberikan kontribusi bagi pemulihan ekonomi Indonesia. Pembangunan
pariwisata bahari pada hakekatnya adalah upaya mengembangkan dan
memanfaatkan objek dan daya tarik wisata bahari di seluruh pesisir dan lautan
Indonesia, berupa kekayaan alam yang indah (pantai), keragaman flora dan fauna,
seperti terumbu karang dan berbagai jenis ikan hias yang diperkirakan sekitar 263
jenis (Dahuri 2003).
Pesisir Lamongan memiliki sejumlah obyek wisata menarik. Seperti di
daerah dekat PPN Brondong terdapat monumen tenggelamnya kapalvan der Wijck
yang terletak di wilayah PPN Brondong, obyek wisata pantai Pasir Putih,Wisata
Bahari Lamongan dan Goa Maharani yang terletak di Kecamatan Paciran, di tepi
jalur utama pantura (jalan Raya Daendels dengan sebutan jalan Anyer Panarukan). Tak jauh dari Gua Maharani, terdapat makam Sunan Drajat dandan
Sunan Maulanan Malik Ibrahim, dua penyebar agama Islam di Pulau Jawa.
Kawasan wisata ini banyak dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun dari luar
daerah. Tahun 2008 jumlah pengunjung mencapai 1.931.185 pengunjung (Badan
Pusat Statistik 2012). Pengunjung berasal dari pulau Jawa bahkan sampai di luar
pulau Jawa seperti Lampung, Bali, dan Nusa Tenggara. Kegiatan di Wisata Bahari
Lamongan terdapat kegiatan yang memerlukan kawasan perairan sebagai arena
untuk melakukan aktivitas berenang, kano, sepeda air, banana boat, wisata perahu
dan lainnya. Di kawasan ini terdapat pula Batu Kodok, yaitu tanjung atau batu
yang menjorok ke laut dan bentuknya mirip seperti kodok. Kawasan pantai pasir
putih memiliki hamparan pasir yang berwarna putih sehingga air terlihat jernih,
serta terdapat tempat penyewaan perahu apabila wisatawan ingin menikmati
pemandangan perairairan yang di kelilingi gunung kapur.

14

(c )

(d)

(a)

(b)

(c)

(d)

Gambar 4 Kegiatan wisata di pesisir Lamongan (a) Monument van der Wijck;
(b) Maharani ; (c) Pantai pasir putih ; (d) Sunan drajat.

(a)

(b)

Gambar 5 Obyek wisata yang memerlukan area perairan untuk beraktivitas
(a) Batu kodok ; (b) Wisata Bahari Lamongan.
Wisata Goa Maharani terletak di seberang jalan dari Wisata Bahari
Lamongan (WBL), merupakan wisata yang memanfaatkan gunung kapur sebagai
obyek wisata yang memiliki keunikan batu stalagtit dan stalagmit dengan
gemericik sumber air yang menetes dari atas. Wisata Goa Maharani selain
menawarkan keindahan alam, terdapat kebun binatang yang memiliki jenis hewan
langka dan dilindungi.

15
Perkembangan Industri pengolahan perikanan dan non perikanan
Kawasan industri yang berdiri di pesisir Kabupaten Lamongan disebut
Lamongan Integrated Shorebase (LIS), tepatnya terletak di Desa Paciran.
Kawasan inimerupakan lokasi bagi industri yang memproduksi komoditasekspor
dan impor migas serta fasilitas pergudangan, selain fasilitas bongkar muat
kapal.Kawasan industri ini berdiripadatahun 2003dengan luas daratan 92,28
hektar. Selain industri LIS, Kabupaten Lamongan juga memilikikawasan industri
lain, sepertiarea dimana tujuh industri cold storage dan pengolahan ikan berada.
Di kawasan ini terdapat unit usaha berupa KUD Mina Tani, PT Bahari Biru
Nusantara, PT QL Hasil Laut dan UD ANELA yang berada di Kecamatan
Brondong dan industri pengolahan ikan yang dilakukan oleh PT Starfood
Internasional, PT Enam Delapan Sembilan dan PT Hasil Alam Tani Nelayan
Indonesia (HATNI) di Desa Paciran. Kecuali UD ANELA yang berorientasi pasar
di dalam negeri, 6 industri lainnya memasarkan produk olahannya hingga ke
manca negara, seperti Malaysia, Jepang, Korea, Amerika dan beberapa negara di
Eropa.
Jumlah pegawai yang bekerja di kawasan industri LIS saat penelitian
dilakukanadalah 269 karyawan, diantaranya adalah 20 orang pemilik lahan yang
sekarang dipekerjakan oleh manajemen LIS, 100 orang pekerja lokal dan sisanya
pekerja yang berasal dari luar Kabupaten Lamongan. Industri pengolahan ikan
umumnya memperkerjakan penduduk lokal (Arif 2014).

Gambar 6 kegiatan industriLamongan Integrated Shorebase di Desa Paciran.

16
Perkembangan industri transportasi laut di Lamongan
Menurut Dinas Perhubungan Kabupaten Lamongan tahun 2013 kegiatan
pelabuhan transportasi laut merupakan transportasi yang melayani rute Paciran –
Bawean dan Paciran Surabaya. Pelabuhan transportasi laut berdiri sejak tahun
2004 di bawah pengawasan Dinas Perhubungan Kabupaten Lamongan.
Pembangunan Dermaga Paciran ini dilatarbelakangi karena adanya permintaan
(demand) angkutan penyeberangan dari Jawa Timur ke Kalimantan, Sulawesi,
NTT dan NTB. Belum ada dermaga khusus angkutan penyeberangan antar pulau
di Jawa Timur, yang sementara ini masih bersandar pada fasilitas dermaga milik
PT. Pelindo III. Pelabuhan Tanjung Perak melayani angkutan penyeberangan dari
Jawa Timur ke Kalimantan dan Sulawesi. Pertumbuhan ekonomi yang semakin
tinggi menimbulkan harapan Jawa Timur akan menjadi pusat transportasi laut
menuju Indonesia Timur.

Gambar 7 Kegiatan transportasi laut rute Paciran-Bawean dan Paciran - Surabaya.

PengaruhKegiatan Perikanan Tangkap terhadapPembangunan Industri
pesisir di Kabupaten Lamongan
Perikanan tangkap terhadap pembangunan pariwisata
Kegiatan perikanan tangkap dengan kegiatan pariwisata merupakan kegiatan
yang saling memiliki keterkaitan. Keterkaitan tersebut diantaranya mempengaruhi
luasan kawasan pembangunan yang menyebabkan daerah penangkapan menjadi
terbatas bagi nelayan kapal kecil, akses kegiatan perikanan yang awalnya terbuka

17
menjadi terbatas di beberapa sektor, serta ancaman menurunnya kualitas perairan
karena pencenaran akibat kunjungan wisatawan.
Kegiatan pariwisata yang terdapat di pesisir kabupaten Lamongan
diantaranya wisata yang memiliki daya tarik kekayaan atraksi sumberdaya alam
yaitu wisata pantai pasir putih dan wisata alam tanjung batu kodok. Selain itu,
adapula jenis kegiatan yang telah dikembangan oleh pemerintah dan swasta
seperti Wisata Bahari Lamongan (WBL) yang merupakan wisata berbasis wisata
pantai (seaside tourism), wisata budaya (culture tourism), wisata alam
(ecotourism), dan wisata olah raga (sport tourism). diantaranya terdapat wisata
pemancingan, berenang, ski air, perahu kano, sepeda air,berlayar, dan rekreasi
pantai.
Adanya kegiatan pariwisata bahari yang memerlukan ruang untuk
melakukan kegiatan di wilayah pesisir Lamongan membuat para nelayan
pengumpul dan kapal-kapal 10GT serta nelayan kapal-kapal kecil.
Kebijakan yang diterapkan Pemerintah adalah memberikan kemudahan dan
keselamatan bagi kapal-kapal tongkang yang hendak berlabuh menuju dermaga
LIS. Oleh karena itu, kapal-kapal ikan harus mengalah.
Saat ini terdapatperaturan yang dibuat oleh pihak swasta dan pemerintah
setempat untuk membatasi akses mendekati kawasan tersebut. Hal ini

18
menyulitkan nelayan yang mengoperasikan kapal-kapal kecil karena daerah
tersebut sebelumnya merupakan daerah penangkapan ikan mereka. Kawasan
tersebut telah ditutup untuk kepentingan dan keamanan pihak kawasan industri.
Kapal-kapal ikan yang sebelumnya beroperasi disekitar perairan tersebut harus
mencari daerah penangkapan ikan alternatif.
Selain kawasan industri LIS, kawasan industri pengolahan perikanan yang
terdapat di pesisir juga diduga menjadi penyebab populasi ikan di pesisir menurun
karenalimbah industri dibuang langsung ke laut.Beberapa jenis limbah yang
dihasilkan kegiatan rumah tangga dan industri adalah limbah padat (lumpur,
sampah), air kakus (black water),air buangan dari berbagai aktivitas domestik
lainnya (grey water). Nelayan-nelayan pengumpul mengindikasi faktor limbah ini
menyebabkan pendapatan dari usahanya semakin berkurang. Menurut Rancak
2013, limbah tersebut dapat menimbulkan degradasi lingkungan.
Penurunan produksi ikan di pesisir kabupaten Lamongan dialami nelayan
payang ukuran > 20 GT dan nelayan rawai. Hal ini membuat nelayan payang
untuk berpindah ke lokasi lain yang lebih jauh sehingga diperlukan waktu tempuh
yang lebih panjang. Daerah penangkapan sebelum adanya pembangunan kawasan
industri tersebut rata-rata jauhnya hanya sekitar 5 mil sampai 10 mil tetapi setelah
adanya pembangunan kawasan industri serta pembangunan lain nya menjadi lebih
dari 50 mil. Pengaruh kegiatan industri juga menyebabkan sejumlah nelayan
beralih profesi. Namun hal ini tidak terlalu berpengaruh terhadap kegiatan
perikanan tangkap karena jumlah nelayan setiap tahunnya juga meningkat akibat
ada nelayan baru.

Perikanan tangkap terhadap kegiatan transportasi laut
Kabupaten Lamongan memiliki pelabuhan transportasi laut untuk
mengalayani angkutan penumpang yang tepatnya berada di desa Paciran.
Infrastruktur tersebut berupa dermaga Kawasan tersebut jaraknya dari bibir pantai
kurang lebih 1 mil. Daerah tersebut tidak terdapat peraturan bagi yang melintas.
Banyak nelayan yang memarkir kapalnya disekitar daerah tersebut. Pelabuhan
transportasi ini beroperasi tidak setiap hari, saat ini hanya melayani setiap satu
pekan bagi para perantau dari Surabaya.Kegiatan transportasi laut ini tidak terlalu
mempengaruhi kegiatan perikanan tangkap di kabupaten lamongan sehingga
nelayan tetap dapat melakukan operasi daerah penangkapan disekitar kawasan
pelabuhan transportasi tersebut hanya saja tidak memarkir kapalnya di sekitar
dermaga pelabuhan.
Berdasarkan pengolahan data maka interaksi antara kegiatan perikanan
dengan kegiatan industri pesisir di Kabupaten Lamongan terjadi dalam hal
penggunaan ruang daratan, jasa akomodasi, tenaga kerja, suplai ikan atau produk
olahan, dan penggunaan ruang di lautan dapat dilihat pada Gambar 8.

19

Gambar 8 Hubungan interaksi antara perikanan tangkap dan pembangunan
industri di pesisir Lamongan.

Pengaruh Kegiatan Industri terhadap Perikanan tangkap di Kabupaten
Lamongan
Kegiatan industri merupakan salah satu pendorong perokonomian suatu
daerah.Adapun pengaruh yang ditimbulkan dari kemajuan industry tersebut
seperti pengaruh positif dan pengaruh negative. Dampak positif di satu posisi
adalah perkembangan kawasan menjadi lebih maju dan penduduk setempat
mendapat manfaat, misalnya karena ada lapangan pekerjaan baru infrastruktur
menjadi lebih baik dan sebagainya.
Keberadaan industri yang berada dikawasan pesisir memiliki pengaruh
terhadap keberadaan kegiatan perikanan tangkap. Adanya hal ini mengakibatkan
mengakibatkan sedikit terganggunya alur pelayaran untuk merapatnya kapal
tongkang yang hendak berlabuh menuju LIS dan sebaliknya harus menjaga jarak
agar tidak bersinggungan dengan kapal perikanan. Sebenarnya dalam hal ini alur
perikanan sudah terdapat perda no. 6 tahun 2012 tentang batas wilayah perairan
dengan jarak 5 km dari lokasi LIS kapal perikanan dilarang mendekati maupun
menangkap ikan di kawasan tersebut. Peraturan ini juga diberlakukan sama pada
lokasi kawasan pelabuhan transportasi bahwa kapal perikana dilarang bersandar
atau memarkir kapalnya di area pelabuhan Paciran.
Namun adanya keberadaan perikanan tangkap disatu sisi memiliki pengaruh
positif terhadap kawasan wisata bahari. Hasil tangkapan yang didaratkan di PPN
Brondong maupun PPI lainnya menjadi tersuplai dengan mudah. Pasokan untuk
ketersediaan untuk konsumsi maupun produk olahan perikanan menjadi daya tarik
bagi wisatawan. Selain itu, beralihnya sebegian tenaga kerja dari sektor perikanan
ke sector industry juga menjadi salah satu pengaruh yang dialami. Menurut
Darsono (2004) dapat diketahui bahwa pada tahun 2003 nelayan yang beralih
profesi ke sektor industri mencapai 150 orang tetapi hal ini tidak mempengaruhi

20
kegiatan perikanan karena jumlah tenaga kerja sector periknan setiap tahunnya
bertambah cukup pesat.
Pengaruh lainnya seperti rumah tangga nelayan menjadi tidak hanya
mengandalkan mata pencarian dari pekerjaan nelayan. Apaila cuaca buruk maka
istri nelayan dapat mengandalkan penghasilan mereka dengan berdagang atau
menjual barang lain, menjadi buruh, tukang cuci, menyewakan rumah penginapan
dan sebagainya.Berdasarkan pegolahan data maka interaksi antara kegiatan
industri pesisir dengan kegiatan perikanan tangkap di Kabupaten Lamongan
terjadi dalam hal penggunaan ruang daratan, jasa akomodasi, tenaga kerja, suplai
ikan atau produk olahan, dan penggunaan ruang di lautan dapat dilihat pada
Gambar 8.
Konflik dan masalah yang sering dialami oleh nelayan
Sumberdaya perikanan khususnya perikanan tangkap pada dasarnya
bersifat common property dan open acces, sehingga nelayan dapat menangkap di
daerah manapun. Namun setelah adanya otonomi daerah maka perairan yang
dapat dijadikan daerah penangkapan menjadi semakin sempit. Nelayan antar
daerah saling tidak memperbolehkanmelakukan operasi penangkapan di wilayah 4
mil pada masing-masing daerahnya. Adanya pelanggaran-pelanggaran yang
terjadi diantara kedua kelompok nelayan tersebut seringkali memicu konflik sosial.
Adapun konflik atau kendala yang biasa dihadapi oleh nelayan pesisir
kabupaten Lamongan adalah perebutan daerah penangkapan ikan. Biasanya
daerah penangkapan ikan yang lebih dari 2 mil merupakan kawasan bagi kapalkapal >10GT sehingga apabila terdapat kapal-kapal kecil menangkap di kawasan
tersebut akan menimbulkan konflik antar nelayan. Hal ini biasanya terjadi pada
nelayan pancing rawai dengan nelayan purse seine.
Selain konflik antar nelayan, masyarakat pesisir kurang menghiraukan
kebersihan lingkungan. Sebagai akibatnya adalah tercemarnya perairan pesisir
Lamongan oleh sampah yang langsung di buang di belakang pemukiman mereka,
yaitu laut. Masyarakat tersebut menjadikan laut sebagai tempat pembuangan
akhir sampah. Meskipun pemerintah telah menerbitkan peraturan dan sanksi
tetapi hal ini tidak dihiraukan oleh masyarakat setempat. Pencemaran ini
menyebabkan menurunnya kualitas perairan.

Pembahasan
Perubahan global secara tidak langsung mendorongterjadinya pembangunan
yang pesat di kawasan pesisir Kabupaten Lamongan. Dampak dari perubahan
tersebut di antaranya adalah peningkatan jumlah penduduk, pembangunan industri
dan invest