Analisis dan Desain Konseptual Repositori Institusi yang Mendukung Swaarsip Peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

i

ANALISIS DAN DESAIN KONSEPTUAL REPOSITORI
INSTITUSI YANG MENDUKUNG SWAARSIP PENELITI DI
LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA

YANIASIH

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

ii

iii

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Analisis dan Desain
Konseptual Repositori Institusi yang Mendukung Swaarsip Peneliti di Lembaga

Ilmu Pengetahuan Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2015
Yaniasih
NIM G652120095

ii

RINGKASAN
YANIASIH. Analisis dan Desain Konseptual Repositori Institusi yang
Mendukung Swaarsip Peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Dibimbing oleh FIRMAN ARDIANSYAH dan SULISTYO BASUKI.
Repositori institusi (RI) merupakan salah satu bentuk akses terbuka jalur
hijau. Dalam RI, lembaga mengarsipkan sendiri karya yang dihasilkan peneliti di
dalamnya untuk dapat diakses oleh publik. RI berkembang pesat karena

memberikan banyak keuntungan bagi lembaga, peneliti, dan ilmu pengetahuan.
Saat ini ada 66 RI di Indonesia namun hanya ada satu yang merupakan RI dari
lembaga penelitian (LP) publik. Oleh karena itu penelitian mengenai RI LP
penting dilakukan untuk mendorong LP di Indonesia agar dapat membangun RI
yang berkualitas. Penelitian ini mengkaji RI LP dan menyusun desain konseptual
yang dapat direkomendasikan bagi pengembangan RI LP di Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI). Rumusan masalah penelitian adalah bagaimana
konsep RI LP berkualitas global yang mendukung swaarsip peneliti. Penelitian
bertujuan untuk menganalisis swaarsip peneliti, fitur web, regulasi, dan kebijakan
pengelolaan RI LP serta membuat desain konseptual kebijakan dan web RI LP
yang berkualitas global dan mendukung swaarsip.
Metode penelitian terdiri dari dua tahap. Tahap 1 menggunakan riset
metode campuran (mixed methods research/MMR) sedangkan tahap 2
menggunakan metode observasi situs web dan penyusunan desain konseptual.
MMR terdiri dari penelitian kuantitatif menggunakan survei kuesioner dan
kualitatif menggunakan wawancara semi terstruktur. Survei dilakukan terhadap
159 peneliti LIPI secara daring. Wawancara dilakukan terhadap pengembang
sistem, pengelola web, dan peneliti. Observasi situs web dilakukan terhadap 8 RI
LP yang masuk peringkat 100 besar Webometrics per Juli 2014 dan RI LIPI.
Hasil penelitian menunjukkan 71% responden belum mengetahui konsep RI

dan 92% belum pernah mengakses situs web RI. Walaupun pengetahuan
mengenai RI rendah, namun sebanyak 67% responden sudah pernah
mengarsipkan karya mereka dalam fasilitas INTRA LIPI. Hal ini merupakan
pondasi yang baik untuk pengembangan RI LP yang mendukung swaarsip di LIPI.
Berdasarkan hasil observasi web dan mempertimbangkan kondisi swaarsip
peneliti di LIPI, maka konsep RI LP yang efektif untuk mencapai kualitas terbaik
adalah dengan kebijakan wajib deposit teks lengkap karya ilmiah dan kebijakan
akses oleh semua masyarakat dengan pembatasan hanya pada beberapa karya
tertentu. Kebijakan ini didukung dengan konsep web yang memiliki fasilitas
deposit untuk swaarsip peneliti secara mudah, cepat dan tepat; fasilitas pencarian
yang memudahkan pengguna mendapatkan informasi dengan tepat; serta fitur
pendukung yang memberikan nilai tambah untuk meningkatkan kualitas peneliti,
RI dan lembaga induk.
Kata kunci: akses terbuka; desain konseptual; repositori institusi; riset metode
campuran; swaarsip

iii

SUMMARY
YANIASIH. Analysis and Conceptual Design of Institutional Repositories

Supporting Researcher Self-archiving in Indonesian Institute of Sciences.
Supervised by FIRMAN ARDIANSYAH and SULISTYO BASUKI.
Institutional repositories (IRs) are one form of green road open access
movement. In IR, institution archives their researchers’ publications to be
accessible to the public. IRs rapidly grows because they have been giving many
benefits for institutions, researchers, and sciences. Currently, there are 66 IRs in
Indonesia, but only one was developed by public research organizations (PROs).
Therefore, a study on research organizations’ IRs is important to encourage PROs
in Indonesia in order to build good IRs. This study examines the research
organizations’ IRs and develops a conceptual design to be recommended for the
development of IRs in Indonesian Institute of Sciences (LIPI). The goals of the
study are to analyse researchers' self-archiving, web features, regulations and IRs'
policies as well as make a conceptual design of policies and web feature of IRs.
The study consists of two phases. Phase 1 used mixed methods research
while the second phase used websites observation. MMR consists of quantitative
research using questionnaires and qualitative ones using semi-structured
interviews. The survey was conducted on 159 researchers. Interviews conducted
with system developers, IRs managers, and researchers. Observations carried out
IR LIPI and eight world best research organizations’ IRs base on Webometrics
ranking.

The results showed that 71% of respondents did not aware of the IRs'
concept, and 92% of them never access the IRs website. However, there are 69%
of respondents had experience in archiving research outputs in INTRA LIPI.
These conditions are a good basis for the development of IRs supporting
researcher self-archiving. Based on observations and considering the conditions of
researchers self-archiving, the best concept for IR in LIPI are having mandatory
deposit policy and open access to public with special restrictions only on some
particular work. These policies are supported by a web concept that has a deposit
facility for researcher self-archiving easily, quickly and precisely. A search
facility that allows users to get proper information; as well as supporting features
of the website that provide added value to improve the quality of researcher, IR,
and the parent institution.
Keywords: conceptual design; institutional repositories; mixed method research;
open access; self-archiving

iv

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

i

ANALISIS DAN DESAIN KONSEPTUAL REPOSITORI
INSTITUSI YANG MENDUKUNG SWAARSIP PENELITI DI
LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA

YANIASIH

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Profesional
pada
Program Studi Teknologi Informasi untuk Perpustakaan


SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

ii

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Drs Badollahi Mustafa, MLib

iv

PRAKATA
Alhamdulillahirrabbil’alamiin. Segala puji bagi Allah subhanahu wa ta’ala
sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Terima kasih penulis ucapkan kepada
Bapak Firman Ardiansyah dan Prof. Sulistyo Basuki selaku dosen pembimbing;
keluarga besar Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (PDII LIPI); dosen, staf dan teman-teman Magister
Teknologi Informasi untuk Perpustakaan IPB; serta suami, anak-anak, dan orang
tua atas segala bantuan dan dukungannya.

Semoga karya ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2015
Yaniasih

v

DAFTAR ISI
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
2 TINJAUAN PUSTAKA
Akses Terbuka
Repositori Institusi (RI)
Kualitas RI
Swaarsip
3 METODE

Tahap 1: Riset Metode Campuran
Tahap 2: Observasi Situs Web dan Desain Konseptual Swaarsip RI
4 HASIL
Survei Kuesioner
Data Responden
Pengalaman Menggunakan Fasilitas INTRA LIPI
Pengetahuan dan Pengalaman Mengenai RI dan RI LIPI
Harapan Pengembangan RI LIPI
Wawancara Semi Terstruktur
Observasi Situs Web RI
Konten RI
Program dan Fasilitas Web
Strategi Pengumpulan Karya Ilmiah
Kualitas data dan fitur layanan
5 PEMBAHASAN
Swaarsip Peneliti LIPI
Web RI LP Berkualitas Global dan Mendukung Swaarsip Peneliti
Konten: Fokus pada Karya Ilmiah dan Ketersediaan Teks Lengkap
Sarana Meningkatkan Konten: Dukungan pada Swaarsip Peneliti
Akses: Visibilitas Web dan Konten, Interoperabilitas,…

Desain Konseptual RI LIPI
Konsep Kebijakan
Konsep Web
6 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

1
1
2
2
2
2
3
3
3
3

4
5
5
7
8
8
8
10
13
14
15
16
19
20
21
23
24
24
28
28
29
30
31
31
34
41
41
41
42
46
55

vi

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Sebaran satuan kerja responden
Motivasi peneliti mengisi data dalam fasilitas publikasi-ku
Hambatan peneliti untuk mengisi data dalam fasilitas publikasi-ku
Harapan pengembangan RI LIPI
Topik pertanyaan wawancara berdasarkan temuan survei kuesioner
Daftar RI yang diobservasi
Hasil observasi tahap 1
Konten RI
Program dan fasilitas dalam situs web RI LP
Strategi pengumpulan karya ilmiah dalam RI yang diobservasi
Sertifikasi kualitas RI yang diobservasi

9
12
13
14
15
17
19
20
21
22
25

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Riset metode campuran tipe explanatory design: participant selection
model (QUAL emphasized)
Tahapan penelitian
Sebaran jenjang fungsional
Sebaran usia responden
Responden yang belum pernah mengakses fasilitas dalam INTRA LIPI
Nilai rataan skala frekuensi akses fasilitas INTRA LIPI
Jumlah publikasi yang diarsipkan di publikasi-ku INTRA LIPI
Pelaku swaarsip di publikasi-ku INTRA LIPI
Pengetahuan dan pengalaman mengenai RI dan RI LIPI
Harapan responden terhadap hak akses ke RI LIPI
Konsep halaman depan web
Konsep fasilitas deposit
Konsep pengelompokan dokumen RI dalam fasilitas browse
Konsep tampilan fasilitas pencarian lanjut
Konsep fasilitas layanan pendukung

5
8
9
10
10
11
11
12
13
15
36
37
38
39
40

DAFTAR LAMPIRAN
1
2

Lembar Kuesioner
Pedoman Wawancara

46
51

1

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada akhir abad dua puluh, peneliti sebagai penghasil karya ilmiah
mengalami kegundahan terkait adanya jeda waktu yang cukup lama antara
pengajuan makalah sampai diterbitkan dalam jurnal ilmiah. Harga berlangganan
jurnal juga semakin mahal sehingga peneliti mengalami kesulitan memperoleh
referensi yang mereka butuhkan. Kedua hal tersebut serta ketentuan penerbitan
yang memberikan hak cipta kepada penerbit mendorong munculnya gerakan akses
terbuka yang bertujuan agar informasi ilmiah khususnya makalah jurnal bermitra
bestari dapat diakses dan dimanfaatkan seluas mungkin tanpa halangan teknis,
waktu dan biaya (Budapest Open Access Initiative 2002; Cullen dan Chawner
2011).
Ada dua strategi utama untuk mencapai tujuan akses terbuka. Pertama
adalah gold road (jalur emas) yaitu mempublikasikan artikel dalam jurnal yang
diterbitkan untuk bisa diakses secara gratis (jurnal akses terbuka/open access
journal). Cara kedua disebut green road (jalur hijau) atau open archive (arsip
terbuka) atau self-archiving (swaarsip) yaitu mengarsipkan sendiri artikel yang
dimiliki individu atau lembaga melalui repositori (Trayhurn 2002; DeMaria 2004).
Repositori dapat dibedakan menjadi dua, yaitu repositori subjek dan repositori
institusi. Repositori subjek berisi arsip bidang ilmu tertentu, sedangkan repositori
institusi berisi arsip karya satu lembaga tertentu (Bawden dan Robinson 2012).
Repositori institusi (selanjutnya disebut RI) memberikan banyak
keuntungan. RI akan meningkatkan posisi dan prestise lembaga karena RI dapat
menjadi media promosi untuk menarik pendanaan riset, peneliti potensial, dan
mahasiswa yang berkualitas untuk masuk ke lembaga tersebut. Bagi ilmu
pengetahuan, RI dapat menjadi sarana preservasi dokumen melalui digitalisasi
sekaligus juga meningkatkan komunikasi ilmiah yang dapat mendorong
perkembangan ilmu dan inovasi. Bagi peneliti maupun akademisi, RI dapat
menjadi ajang promosi, diseminasi, dan meningkatkan dampak karya tulis mereka
(Mondoux dan Shiri 2009; Veiga de Cabo dan Martín-Rodero 2011).
Berdasarkan basis data repositori akses terbuka dunia seperti Directory of
Open Acces Repositories/DOAR (www.opendoar.org) dan Registry of Open
Access Repositories/ROAR (http://roar.eprints.org), sampai bulan Oktober 2014,
terdapat 38 RI di Indonesia terindeks di DOAR dan 66 RI terdaftar di ROAR.
Hampir semua RI tersebut dikembangkan oleh perguruan tinggi (selanjutnya
disebut PT), hanya satu yang merupakan RI lembaga penelitian publik
(selanjutnya disebut LP) yaitu RI Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
RI PT lebih berkembang karena adanya dukungan penuh dari Direktorat
Pendidikan Tinggi (DIKTI) bagi PT untuk membangun perpustakaan digital dan
RI dinilai penting untuk mengelola karya ilmiah mahasiswa yang jumlahnya
sangat besar (Hasugian 2012). DIKTI juga mengeluarkan aturan yang mewajibkan
dosen dan mahasiswa untuk mempublikasikan karya ilmiah mereka di RI dan
sarana akses terbuka lainnya (Farida et al. 2015).
Selain dari segi jumlah RI, kajian dan literatur mengenai RI LP baik di
tingkat nasional maupun internasional juga lebih sedikit. Oleh karena itu,

2

penelitian dan pengembangan RI LP menjadi sangat penting. LIPI sebagai
lembaga pembina jabatan fungsional (jabfung) peneliti dari semua LP di
Indonesia memiliki Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah (PDII) yang visi
utamanya adalah menjadi repositori nasional bidang sains dan teknologi.
Pencapaian visi tersebut dilakukan dengan membangun konsep RI LIPI yang
dapat dijadikan rujukan secara nasional. Penelitian ini mengkaji RI LP dan
menyusun desain konsep yang dapat direkomendasikan bagi pengembangan RI
LP LIPI. Penelitian berfokus pada RI yang mendukung swaarsip peneliti karena
keefektifan RI sangat tergantung pada kesiapan penulis untuk melakukan swaarsip
(Singeh et al. 2013).

Perumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian adalah bagaimana konsep RI LP berkualitas
global yang mendukung swaarsip peneliti.

Tujuan Penelitian
1.
2.
3.

Menganalisis swaarsip peneliti di LIPI.
Menganalisis fitur situs web, regulasi dan kebijakan pengelolaan RI LP
berkualitas global dan mendukung swaarsip.
Membuat desain konseptual kebijakan dan web RI LP di LIPI.

Manfaat Penelitian
1.
2.
3.
4.

Mengetahui faktor yang mempengaruhi swaarsip peneliti dapat menjadi
pertimbangan dalam pengembangan RI LP, baik dari segi desain sistem,
manajemen pengelolaan, dan kebijakan yang diterapkan.
Desain konseptual yang dihasilkan dapat diterapkan oleh pengembang RI di
LIPI dan LP lain di Indonesia, sehingga RI di Indonesia semakin meningkat
kuantitas konten serta kualitas sistem dan pengelolaannya.
Pengetahuan yang diperoleh dapat meningkatkan pemahaman mengenai
perilaku peneliti di Indonesia dalam mendokumentasikan dan menyebarkan
karya tulis mereka.
Menambah khazanah literatur ilmu perpustakaan dan informasi (IPI) di
Indonesia khususnya mengenai perpustakaan digital dan akses terbuka.

Ruang Lingkup Penelitian
1.
2.
3.

Repositori yang dikaji adalah RI LP peringkat 100 besar Webometrics per
Juli 2014 dan RI LIPI.
Lembaga penelitian mengacu pada istilah public research organizations
(PROs) yaitu lembaga yang khusus didirikan untuk melaksanakan penelitian
selain perguruan tinggi (OECD 1998).
Konsep yang didesain terdiri atas konsep kebijakan dan konsep web RI.

3

2 TINJAUAN PUSTAKA
Akses Terbuka
Open access atau akses terbuka didefinisikan sebagai ketersediaan informasi
ilmiah di web yang dapat diakses secara gratis oleh individu maupun lembaga
tanpa harus membayar atau berlangganan (Sánchez-Martín et al. 2009; Šilhánek
2011). Tujuan utama akses terbuka adalah untuk memudahkan pengguna
mengetahui keberadaan dan menemukan artikel, yang selanjutnya diharapkan
akan digunakan sebagai rujukan dalam menulis (sitasi) sehingga dampak artikel
tersebut (impact factor/IF) akan meningkat. IF adalah jumlah rata-rata berapa kali
artikel dalam suatu jurnal disital dalam waktu dua tahun setelah dipublikasikan
(Thomson Reuters 2010). Kajian menunjukkan bahwa jurnal yang dapat diakses
secara terbuka memiliki IF yang lebih tinggi dibandingkan jurnal yang berbayar
(Suber 2005; Cheng dan Ren 2008; Swan 2012). Manfaat lebih besar yang
diharapkan dari akses terbuka adalah merangsang penelitian lanjutan yang lebih
baik, meningkatkan inovasi, pertumbuhan ekonomi, dan perkembangan sosial
masyarakat (Silobrčić 2004; Veiga de Cabo dan Martín-Rodero 2011). Saat ini,
kajian mengenai akses terbuka baik dari kebijakan dan penerapannya masih belum
banyak dilakukan di Indonesia, sehingga dampak akses terbuka ini belum bisa
dilihat di Indonesia.

Repositori Institusi (RI)
RI merupakan salah satu bentuk akses terbuka terhadap karya ilmiah, di
mana lembaga mengarsipkan sendiri (swaarsip) karya mereka untuk dapat diakses
oleh publik (Trayhurn 2002; DeMaria 2004). Ada beragam teori dan praktik
pengembangan RI khususnya terkait apakah konten RI hanya boleh dari satu
lembaga pengembang atau bisa mengarsipkan koleksi dari lembaga lain. Namun
untuk memperoleh manfaat maksimal dari RI dan sesuai dengan tujuan
pengembangan RI LP maka penelitian ini memilih definisi RI berdasarkan empat
kriteria yaitu (1) jelas lembaga yang mengembangkannya, (2) kontennya ilmiah
bukan populer, (3) bersifat kumulatif yang terus bertambah setiap waktu, dan (4)
aksesnya terbuka untuk masyarakat luas (Mondoux dan Shiri 2009).

Kualitas RI
Ada beberapa indikator kualitas RI antara lain terkait dengan fasilitas
pencarian, organisasi informasi, dan tampilan (Mondoux dan Shiri 2009); jumlah
koleksi dan statistik (Mercer et al. 2011); hak kekayaan intelektual dan
mekanisme timbal balik (Tripathi dan Jeevan 2011); ketersediaan fitur utama
seperti registrasi pengguna, pengisian dokumen, peran administrator, arsip, dan
diseminasi (Krishnamurthy dan Kemparaju 2011); akses, dukungan untuk penulis,
metadata, isu hukum (hak cipta, lisensi), integritas, sistem cadangan, indeks,
dampak, dan keberlanjutan (Dobratz dan Scholze 2006).

4

Cassella (2010) menyusun indikator kesuksesan RI dari sudut pandang
pengguna. Indikator ini meliputi (1) persentase penulis yang mengarsipkan
karyanya dalam RI, (2) jumlah koleksi per penulis, (3) jumlah komunitas yang
mengarsipkan karyanya dalam RI, (4) jumlah unduhan per hari/bulan/tahun, (5)
jumlah dokumen yang diarsipkan per hari/bulan/tahun, (6) ketersediaan teks
lengkap dokumen, dan (7) nilai tambah layanan. Beberapa indikator tersebut
berkaitan erat dengan swaarsip penulis.
Penelitian ini tidak merujuk pada satu indikator namun memadukan
beragam indikator kualitas RI yang telah disebutkan untuk dijadikan kriteria
analisis. Beberapa kriteria digunakan supaya analisis yang dilakukan dapat
memperoleh hasil yang lebih mendalam.

Swaarsip
Istilah swaarsip belum ada dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Daring yang dibuat oleh Pusat Bahasa Kementerian Pendidikan Nasional RI
(http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/kbbi/index.php). Pemilihan istilah ini
merujuk pada kata self-archiving yang diterjemahkan menjadi swaarsip dalam
buku Membangun dan Meningkatkan Akses Terbuka (Swan 2013). Swaarsip
adalah proses pengisian metadata sesuai format repositori dan pengunggahan teks
lengkap dokumen karya ilmiah untuk dapat diakses secara terbuka. Swaarsip
dapat dilakukan oleh penulis sendiri, pustakawan, maupun staf administrasi (Xia
dan Sun 2007). Penelitian ini berfokus pada jenis swaarsip oleh peneliti. Di
Indonesia, beberapa PT menggunakan istilah unggah mandiri khususnya oleh
mahasiswa untuk mengarsipkan karya tesis mereka dalam RI atau perpustakaan
PT. Perbedaan unggah mandiri dengan swaarsip adalah tujuan utamanya belum
sepenuhnya berkaitan dengan akses terbuka sebagaimana tujuan dari swaarsip.
Beberapa kajian RI di luar negeri menunjukkan sebagian besar koleksi
dokumennya tidak diarsipkan sendiri oleh penulis. Jumlah peneliti dan akademisi
yang mengarsipkan sendiri masih sangat kecil yaitu antara 15-30% (Cullen dan
Chawner 2011; Kim 2011; Sawant, 2012). Sedikitnya peneliti dan akademisi yang
mengarsipkan sendiri karya mereka mendorong dilakukan penelitian untuk
mengetahui faktor yang mempengaruhi hal ini. Kim pada tahun 2011
mengidentifikasi bahwa faktor yang mempengaruhi swaarsip adalah biaya yang
harus dikeluarkan, manfaat yang diperoleh, hambatan individu, dan faktor
lingkungan. Penelitian lain menunjukkan bahwa motivasi utama swaarsip terkait
dengan preservasi, kajian literatur, akses, hak cipta, dan keinginan untuk berbagi
pengetahuan. Motivasi berupa penghargaan (materi, promosi, pangkat) sangat
kecil, sedangkan hambatan yang dihadapi adalah kesibukan, ketidaktahuan, hak
cipta dan plagiarisme. Hambatan berupa teknologi hanya dialami oleh sedikit
pengguna (Cullen dan Chawner 2011).
Sebelumnya Xia (2007) dan Xia (2008) melakukan observasi situs web RI
dan menyimpulkan bahwa budaya suatu bidang ilmu tidak bepengaruh terhadap
sikap pendepositan karya peneliti. Mereka juga menemukan data bahwa peraturan
wajib bagi penulis (peneliti/akademisi) untuk mendepositkan sendiri karyanya
berpengaruh nyata terhadap jumlah dokumen di repositori. Selain itu, penulis juga
menginginkan adanya insentif berupa penyebaran yang lebih luas, cepat, akses,

5

dan tanggapan terhadap karya mereka. Penulis juga menyatakan bahwa diperlukan
kebijakan pengelolaan yaitu dengan adanya mitra bestari, perlindungan dari
plagiarisme, sistem yang terindeks di berbagai mesin pencari temu kembali,
interoperabilitas dengan repositori lain, dan penyimpanan secara permanen (Paul
2012; Sawant 2012). Swaarsip merupakan proses penting dalam meningkatkan
konten RI, namun belum ada kajian atau publikasi khusus swaarsip di Indonesia
baik dari sisi sistem dalam web RI maupun dari sisi penulis terkait dengan
pengetahuan, persepsi, sikap maupun perilakunya terkait dengan swaarsip.

3 METODE
Penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu tahap 1 melakukan analisis faktor
swaarsip peneliti dan tahap 2 membuat desain konseptual swaarsip RI di lembaga
penelitian. Metode yang digunakan dalam tahap 1 adalah riset metode campuran
(mixed methods research) sedangkan metode tahap 2 adalah observasi situs web
dan penyusunan konsep.

Tahap 1: Riset Metode Campuran
Riset metode campuran adalah metode yang memadukan pendekatan
kuantitatif dan kualitatif dalam desain, pengumpulan, analisis, atau interpretasi
data dalam satu kajian untuk memperoleh hasil yang lebih baik (Fidel 2008;
Creswell dan Clark 2011a). Penelitian ini menggunakan metode campuran tipe
explanatory design: participant selection model (QUAL emphasized). Tipe ini
diawali dengan melakukan metode kuantitatif seperti survei untuk menguji konsep
atau teori pada sampel dari populasi, kemudian diikuti dengan metode kualitatif
untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam terhadap topik atau responden
yang lebih spesifik (Creswell 2003). Fokus penelitian adalah pada fase kualitatif,
sedangkan fase kuantitatif digunakan untuk memperoleh gambaran umum serta
mengidentifikasi responden dan topik yang akan dikaji dalam fase kualitatif
(Creswell dan Clark 2011b). Tahapan tipe ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Kuantitatif
Pengambilan
data

Kuantitatif
Analisis
data

Kualitatif
Analisis
data

Kuantitatif
Hasil

Kualitatif
Hasil

Kualitatif
Pemilihan
responden

Kualitatif
Pengambilan
data

Interpretasi
Kuantitatif  Kualitatif

Gambar 1 Riset metode campuran tipe explanatory design: participant selection
model (QUAL emphasized) (Sumber: diolah dari Creswell dan Clark
2011b)

6

Kuantitatif: Survei Kuesioner
Survei dengan menggunakan instrumen kuesioner merupakan salah satu
tahap penelitian metode campuran yang digunakan dalam penelitian ini. Tahap ini
merupakan metode pendukung dan dilaksanakan terlebih dahulu sebelum metode
kualitatif. Survei bertujuan untuk memperoleh gambaran awal mengenai kondisi
umum swaarsip peneliti di LIPI. Hasil survei akan diperjelas melalui penelitian
metode kualitatif yaitu dengan melakukan wawancara pada tahap berikutnya.
 Instrumen
Kuesioner terdiri dari 23 pertanyaan yang dibagi menjadi empat bagian
yaitu (A) Data responden, (B) Pengalaman menggunakan fasilitas INTRA LIPI
(http://intra.lipi.go.id), (C) Pengetahuan dan pengalaman mengenai RI dan RI
LIPI (http://ir.lipi.go.id), serta (D) Harapan pengembangan RI LIPI ke depan.
Bagian A berisi 3 pertanyaan untuk mengetahui usia, jenjang fungsional, dan
asal satuan kerja responden. Bagian B berisi 11 pertanyaan terkait dengan
INTRA LIPI yaitu frekuensi akses, motivasi dan hambatan dalam
mengarsipkan data publikasi, jumlah publikasi yang sudah diarsipkan, serta
personil yang mengarsipkan publikasi. Bagian C terdiri dari 3 pertanyaan
mengenai pengetahuan dan pengalaman responden terhadap istilah dan definisi
RI, akses RI LIPI, dan sistem pengindeksan otomatis data publikasi dari
INTRA LIPI ke RI LIPI. Bagian D berisi 6 pertanyaan mengenai harapan
pengembangan RI LIPI ke depan untuk mendukung swaarsip peneliti yaitu
mengenai peraturan wajib swaarsip peneliti LIPI, hak akses, biaya, serta
ketersediaan teks lengkap dan data statistik bagi peneliti.
 Penyebaran kuesioner
Peneliti di LIPI berjumlah 1543 dan tersebar di 42 satuan kerja (satker)
yang mempunyai jabfung peneliti serta berlokasi di 10 provinsi. Penyebaran
kuesioner diupayakan semaksimal mungkin dapat menjangkau semua satker
dan semua jenjang fungsional, oleh karena itu dipilih penyebaran secara daring
untuk menghemat biaya, waktu, dan tenaga.
Kuesioner disebarkan menggunakan fasilitas Google Form. Google Form
merupakan bagian dari Google Drive yaitu suatu serambi yang menyediakan
fungsi seperti Microsoft Office dengan beberapa keunggulan dalam proses
berbagi dan kolaborasi, serta penyimpanan berbasis komputasi awan yang
dapat diakses menggunakan akun Google (Gallaway dan Starkey 2013).
Google Form telah banyak digunakan untuk melakukan survei ilmiah dan
pengumpulan data secara daring antara lain oleh Gehringer dan Cross (2010),
Mansor (2012) serta Rehani dan Berris (2012). Dengan menggunakan Google
Form, kuesioner dikirim ke alamat email responden. Kuesioner ditampilkan
langsung dalam badan email dan dapat langsung diisi oleh responden. Di
bagian akhir setelah pertanyaan kuesioner selesai, terdapat ikon “submit” yang
ketika diklik, maka secara otomatis isian kuesioner akan masuk dan direkap
dalam Google Drive.
 Responden
Responden adalah peneliti di LIPI. Ukuran sampel ditentukan
menggunakan Tabel Krejcie-Morgan. Tabel ini dipilih karena mudah

7

digunakan dan sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengukur proporsi
dari populasi. Tabel ini memakai asumsi tingkat keandalan 95% (=0,05)
(Setiawan 2007). Berdasarkan Tabel Krejcie-Morgan dengan ukuran populasi
(N) sebanyak 1543, jumlah sampel yang diambil (S) adalah 310 sampel.
Mengantisipasi pengembalian kuesioner yang rendah, maka kuesioner dikirim
ke 500 responden. Responden yang dikirimi kuesioner adalah peneliti LIPI
yang memiliki alamat email terdaftar dalam basis data peneliti LIPI yang dapat
diakses melalui alamat situs web http://peneliti.lipi.go.id/.
 Analisis survei
Data dianalisis menggunakan statistik deskriptif untuk melihat persentase
dan rataan jawaban dari responden. Menurut Walpole (1995) statistik deskriptif
adalah metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian suatu gugus
data sehingga memberikan informasi yang berguna. Contoh statistik deskriptif
adalah menampilkan data atau penghitungan antara lain persentase dan rataan
menggunakan grafik, diagram balok, dan diagram kue.
Kualitatif: Wawancara Semi Terstruktur
Metode kualitatif digunakan untuk lebih memahami gambaran umum yang
dihasilkan dari metode kuantitatif.
 Instrumen
Metode kualitatif yang digunakan adalah wawancara semi terstruktur.
Topik yang dikaji adalah hasil dari survei kuesioner yang penting dan perlu
untuk diperjelas sehingga dapat digunakan untuk menyusun desain konseptual
RI.
 Responden
Responden terdiri dari tiga unsur yaitu (1) Tim Gabungan Jaringan (TGJ)
LIPI yang merupakan penyusun dan pengembangan situs INTRA dan RI LIPI
sebanyak 1 orang, (2) Pimpinan/penanggung jawab kegiatan pengembangan
repositori di PDII LIPI sebagai penanggung jawab konten RI LIPI sebanyak 2
orang, dan (3) peneliti LIPI dengan kriteria: menjadi responden survei
kuesioner, sudah mengarsipkan >50% publikasinya di INTRA LIPI, serta
pernah memiliki pengalaman mengakses situs web RI LIPI. Jumlah responden
peneliti sebanyak 5 orang. Total responden wawancara adalah 8 orang.
 Analisis
Analisis kualitatif dilakukan dengan melakukan pengkodean tematik.
Hasil analisis digabungkan dengan hasil kuantitatif digunakan untuk menyusun
desain konseptual swaarsip penulis dalam RI LP.

Tahap 2: Observasi Situs Web dan Desain Konseptual Swaarsip RI
Konsep swaarsip RI LP didesain sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
peneliti di LIPI berdasarkan hasil analisis tahap 1 khususnya mengenai regulasi
dan sistem pendepositan. Selain itu, untuk memperkaya bahan acuan konsep, juga

8

dilakukan observasi situs web RI berkualitas global sebagai perbandingan konsep
khususnya mengenai tampilan, fasilitas dan fitur layanan.
Observasi Situs Web
Situs web yang diobservasi adalah web RI LP peringkat 100 besar di
Webometrics per Juli 2014 sebanyak 8 RI dan RI LIPI. Peringkat Webometrics
dijadikan rujukan karena telah diakui secara internasional dan dijadikan standar
kualitas RI global. Jumlah sampel adalah sebanyak 9 situs web.
Pembuatan Desain Konseptual
Konsep yang dibuat meliputi konsep kebijakan dan konsep web RI
berdasarkan hasil analisis tahap 1 dan observasi web RI. Seluruh tahapan
penelitian ditampilkan dalam Gambar 2.
Survei
kuesioner
159 responden

Wawancara
semi
terstruktur

Hasil
analisis

8 responden

Observasi situs
web RI
9 situs web
Desain
konseptual

Konsep: kebijakan dan web

Gambar 2 Tahapan penelitian

4 HASIL
Survei Kuesioner
Kuesioner dikirim kepada 500 peneliti selama bulan Juli – Agustus 2014.
Berdasarkan laporan di email akun Google, ada 133 email yang salah atau tidak
terkirim, sehingga jumlah email yang terkirim adalah sebanyak 367 email. Dari
jumlah tersebut, ada 159 responden yang mengisi dan mengirim kembali
kuesioner. Berikut hasil survei yang sudah dilaksanakan:
Data Responden
Partisipasi peneliti yang mengisi kuesioner tersebar merata dari berbagai
satker. Jumlah total satker yang penelitinya mengisi dan mengirim kembali
kuesioner adalah 37 satker. Jumlah ini mencapai persentase 88% dari jumlah
satker LIPI yang memiliki jabfung peneliti. Data nama satker asal responden
ditampilkan dalam Tabel 1.
Responden juga tersebar merata dari semua jenjang jabfung peneliti.
Persentase paling besar responden memiliki jenjang fungsional peneliti muda
(40%), diikuti oleh peneliti madya (31%), peneliti pertama (15%), dan terakhir
peneliti utama (12%). Sebanyak 3 orang responden (2%) tidak mengisi data
jenjang fungsional. Dari sisi usia, sebagian besar responden berumur 31-40 tahun

9

(48%) diikuti oleh usia 51-60 tahun (23%), usia 41-50 tahun (18%), usia 21-30
tahun (3%), dan terakhir usia > 60 tahun (2%). Sebanyak 7 orang responden (6%)
tidak mengisi data usia. Sebaran jenjang fungsional dan usia ditampilkan dalam
Gambar 3 dan Gambar 4.
Tabel 1 Sebaran satuan kerja responden
Responden/ Jumlah
satker
satker
13
1
12
2
11
1
9
1
8
1
7
4
6
5
4

2
1
2

3
2

2
8

1

12

Jumlah

37

Nama satker
P2 Kimia
P2 Biologi, P2 Fisika
P2 Limnologi
Pusat Pengembangan Teknologi Tepat Guna
Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah
P2 Bioteknologi, P2 Oseanografi, UPT Balai Pengembangan Proses
dan Teknologi Kimia Gunung Kidul Yogyakarta, P2 Tenaga Listrik
dan Mekatronik
P2 Informatika, P2 Metrologi
P2 Geoteknologi
UPT BKT Kebun Raya Bogor, UPT Balai Konservasi Tumbuhan
(BKT) Kebun Raya Eka Karya Bali
P2 Sumber Daya Regional, P2 Kemasyarakatan dan Kebudayaan
P2 Biomaterial, P2 Sistem Mutu dan Teknologi Pengujian,
Pappiptek, P2 Elektronika dan Telekomunikasi, UPT BKT Kebun
Raya Cibodas, UPT Balai Pengembangan Instrumentasi, UPT Loka
Uji Teknik Penambangan dan Mitigasi Bencana (LUTPMB) Liwa,
P2 Metalurgi dan Material
UPT Loka Konservasi Biota Laut (LKBL) Tual, P2 Ekonomi, P2
KIM, P2 Laut Dalam, P2 Politik, Pusat Inovasi, UPT Balai
Pengolahan Mineral LIPI, UPT BKT Kebun Raya Purwodadi, UPT
LKBL Bitung, UPT LKBL Biak, UPT Loka Pengembangan Bio
Industri Laut (LPBIL) Mataram, UPT Loka Pengembangan Potensi
Sumber Daya Manusia Oseanografi (LPPSDMO) Pulau Pari

Peneliti
utama
12%

Peneliti
madya
31%

Data tidak
diisi
3%

Peneliti
pertama
15%

Peneliti
muda
39%

Gambar 3 Sebaran jenjang fungsional

10

Data tidak
diisi
6%

>60
tahun
2%

21 - 30
tahun
3%

51 - 60
tahun
23%
31 - 40
tahun
48%

41 - 50
tahun
18%

Gambar 4 Sebaran usia responden

Pengalaman Menggunakan Fasilitas INTRA LIPI
Ada beberapa fasilitas utama dalam INTRA LIPI yang berkaitan dengan
swaarsip pegawai khususnya peneliti antara lain SKP-ku, blog-ku, kinerja-ku,
publikasi-ku, kegiatan-ku, dan terbitan-ku. Dalam 6 fasilitas ini, peneliti dapat
mengisi data yang terkait dengan jabfung peneliti. Bagian ke-2 kuesioner
menyurvei frekuensi akses responden terhadap 6 fasilitas ini.
Hasil survei menunjukkan semua responden (100%) sudah pernah
mengakses INTRA LIPI, namun fasilitas yang lain masih banyak responden yang
belum pernah mengaksesnya. Gambar 5 menampilkan diagram persentase
responden yang belum/tidak pernah mengakses fasilitas dalam INTRA LIPI.
Fasilitas yang paling banyak responden belum pernah mengakses adalah blog-ku
(56%), diikuti oleh terbitan-ku (46%), kinerja-ku (38%), publikasi-ku (24%),
kegiatan-ku (22%) dan terakhir SKP-ku (14%).

SKP-ku

14% (21)

kegiatan-ku

22% (35)

publikasi-ku

24% (37)

kinerja-ku

38% (57)

terbitan-ku

46% (70)

blog-ku

56% (82)

0%

20%

40%
Belum pernah

60%

80%

100%

Pernah

Gambar 5 Responden yang belum pernah mengakses fasilitas dalam INTRA LIPI
Frekuensi akses setiap fasilitas diukur dengan menggunakan skala yang
nilainya meningkat dengan semakin seringnya akses dilakukan. Penghitungan
nilai rataan skala ini menunjukkkan bahwa INTRA LIPI paling sering diakses
dengan nilai rataan 6,66 yaitu diakses minimal antara 1 minggu sampai 2 minggu
sekali. Urutan nilai rataan akses 6 fasilitas INTRA LIPI dari yang paling sering
sampai paling jarang adalah SKP-ku (3,25 = antara minimal 1 bulan sekali atau

11

Fasilitas INTRA LIPI

lebih), kegiatan-ku (2,90 = lebih lama dari 1 bulan sekali sampai tidak tentu),
publikasi-ku (2,56 = 90 = lebih lama dari 1 bulan sekali sampai tidak tentu),
kinerja-ku (2,52 = 90 = lebih lama dari 1 bulan sekali sampai tidak tentu),
terbitanku (1,99 = tidak tentu sampai tidak pernah mengakses), dan terakhir blogku (1,95 = tidak tentu sampai tidak pernah mengakses). Nilai rataan frekuensi
akses dan skala ditampilkan dalam Gambar 6.
terbitan-ku

1,99

kegiatan-ku

Skala frekuensi akses:
2,90

publikasi-ku

2,56

kinerja-ku

2,52

blog-ku

1,95

SKP-ku

3,25

Setiap hari = 8
Minimal 1 minggu sekali = 7
Minimal 2 minggu sekali = 6
Minimal 3 minggu sekali = 5
Minimal 1 bulan sekali = 4
Lebih lama dari 1 bulan sekali = 3
Tidak tentu = 2
Belum pernah = 1

INTRA LIPI

6,66

Frekuensi akses

Gambar 6 Nilai rataan skala frekuensi akses fasilitas INTRA LIPI
Data yang diarsipkan peneliti dalam fasilitas INTRA LIPI diindeks oleh RI
LIPI antara lain data publikasi, terbitan, dan kegiatan. Oleh karena itu, RI LIPI
tidak hanya berisi data publikasi di jurnal atau prosiding, namun juga file
presentasi kegiatan atau laporan kegiatan. Mengacu pada Mondoux dan Shiri
(2009) bahwa salah satu karakteristik RI adalah berisi karya tulis ilmiah serta
beberapa RI yang mendapat peringkat bagus di Webometrics hanya berisi karya
tulis dalam jurnal atau prosiding, maka survei penelitian ini memfokuskan
pertanyaan kuesioner pada fasilitas publikasi-ku INTRA LIPI yaitu jumlah karya
yang sudah diarsipkan, pelaku swaarsip, serta motivasi dan hambatan dalam
melakukan swaarsip.
Berdasarkan hasil survei, sebanyak 67% responden sudah memiliki
publikasi yang diarsipkan di INTRA LIPI, 31% responden belum ada
publikasinya yang diarsipkan dan 2% responden tidak menjawab. Responden
yang sudah mengarsipkan seluruh publikasinya sebanyak 12%, sedangkan 23%
responden sudah mengarsipkan lebih dari 50% dan 32% responden sudah
mengarsipkan kurang dari 50% jumlah publikasi mereka. Persentase jumlah
publikasi responden yang sudah diarsipkan di publikasi-ku INTRA LIPI
ditampilkan dalam Gambar 7.
tidak
menjawab
2%
belum ada
31%

seluruh
publikasi
12%
> 50%
23%

< 50%
32%

Gambar 7 Jumlah publikasi yang diarsipkan di publikasi-ku INTRA LIPI

12

Pengisian metadata dan atau pengunggahan teks lengkap merupakan proses
swaarsip yang dapat dilakukan oleh penulis sendiri, pustakawan, maupun staf
administrasi (Xia dan Sun 2007). Gambar 8 menyajikan diagram pelaku swaarsip
dalam fasilitas publikasi-ku INTRA LIPI. Gambar ini menunjukkan bahwa dari
67% responden yang sudah ada publikasinya di INTRA LIPI, 62% responden
mengarsipkan sendiri publikasi mereka. Swaarsip yang dilakukan oleh penulis
lain sebanyak 6%, oleh staf administrasi atau pustakawan satker 4%, dan oleh staf
pribadi 1%. Publikasi yang diarsipkan bersama-sama antara penulis sendiri,
penulis lain, dan staf administrasi atau pustakawan sebanyak 17% sedangkan 10%
responden tidak mengetahui siapa yang mengarsipkan publikasi mereka.
staf pribadi
1%

saya tidak
mengetahui siapa
yang mengunggah
10%

diunggah secara
bersama-sama oleh
saya sendiri,
penulis lain, dan
admin/pustakawan
17%
diunggah oleh
administrasi atau
pustakawan satuan
kerja
4%
diunggah oleh
penulis lain
6%

saya sendiri
62%

Gambar 8 Pelaku swaarsip di publikasi-ku INTRA LIPI
Berkaitan dengan swaarsip, Tabel 2 menunjukkan bahwa persentase terbesar
responden (30%) belum pernah mengisi data di fasilitas publikasi-ku. Responden
yang sudah mengisi menyatakan bahwa motivasi terbanyak mengisi data publikasi
adalah untuk publisitas (lebih dikenal luas) (20%). Motivasi yang lain adalah
diwajibkan olah satker (17%), dokumentasi/arsip pribadi (15%), memudahkan
pengajuan angka kredit fungsional (9%), lebih mudah menyimpan dan mengakses
kembali (4%) dan 6% tidak menyatakan motivasi mereka.
Tabel 2 Motivasi peneliti mengisi data dalam fasilitas publikasi-ku
Motivasi
belum pernah mengisi
dokumentasi/arsip pribadi (misalnya supaya tidak lupa)
memudahkan dalam pengajuan angka kredit fungsional
lebih mudah menyimpan dan mengakses kembali
publisitas (lebih dikenal luas)
diwajibkan/disuruh/direkomendasikan oleh pimpinan/satuan kerja
tidak menjawab

Jumlah
47
24
14
6
32
27
9

Persen (%)
30
15
9
4
20
17
6

Walaupun masih banyak responden yang belum pernah mengisi data
publikasi, namun 36% responden menyatakan tidak ada hambatan terkait dengan

13

sistem dalam fasilitas ini. Hal lain yang justru menjadi hambatan utama adalah
karena bukan prioritas sehingga sering lupa (24%). Hambatan lain adalah
responden harus mengeluarkan upaya lebih (10%), tidak ada waktu/tidak sempat
(6%), tidak mengetahui manfaat dari fasilitas ini (6%), kesulitan untuk mengisi
data (7%), dan masih ada 2% responden yang belum mengetahui fasilitas ini.
Hambatan lain yang disampaikan oleh 11% responden adalah hambatan teknologi
seperti jaringan internet yang sering mati atau lambat serta harus sering log in
dalam INTRA LIPI sehingga menghambat pengisian data. Hasil survei mengenai
hambatan mengisi data dalam fasilitas publikasi-ku ditampilkan dalam Tabel 3.
Tabel 3 Hambatan peneliti untuk mengisi data dalam fasilitas publikasi-ku
Hambatan
tidak mengetahui adanya fasilitas ini
tidak mengetahui manfaat dari fasilitas ini
tidak mengetahui atau kesulitan untuk mengisi data
tidak ada waktu/tidak sempat
bukan prioritas sehingga sering lupa
harus mengeluarkan upaya lebih dalam mengisi data fasilitas
ini
tidak ada hambatan
lainnya

Jumlah
3
9
7
10
38
16

Persen (%)
2
6
4
6
24
10

58
6

36
11

Mengetahui istilah
dan definisi RI

Sistem
Pengalaman dengan RI INTRA ke
RI LIPI
LIPI

Pengetahuan dan Pengalaman Mengenai RI dan RI LIPI
Bagian ketiga kuesioner adalah mengenai pengetahuan dan pengalaman
peneliti terhadap RI khususnya RI LIPI. Hasil survei bagian ini ditampilkan dalam
Gambar 9. Gambar tersebut memperlihatkan jumlah responden yang memiliki
pengetahuan dan pengalaman terhadap RI masih rendah, hal ini terlihat dari 51%
responden yang belum pernah mendengar dan belum mengetahui definisi RI serta
20% pernah mendengar namun tidak paham definisi RI. Berdasarkan dua jawaban
tersebut berarti ada 71% responden yang tidak mengetahui definisi RI. Responden
yang mengerti definisi RI namun belum pernah mengakses situs web RI sebanyak
21% dan responden yang mengerti dan sudah pernah mengakses sebanyak 8%.
120

tidak mengetahuinya (78%)

33

mengetahuinya (22%)
mengakses dan menemukan teks lengkap (2%)

2

mengakses namun tidak ada teks lengkap (4%)

6

mengakses namun tidak menemukan yang dicari (5%)

8
37

tahu namun tidak pernah mengakses (24%)

99

tidak tahu atau belum pernah mendengar (65%)
mengerti dan sudah pernah mengakses (8%)

13

mengerti namun belum pernah mengakses RI (21%)

32

pernah mendengar namun tidak paham definisi (20%)

30

belum pernah mendengar dan tidak mengetahui (51%)

78

Gambar 9 Pengetahuan dan pengalaman mengenai RI dan RI LIPI

14

Hasil survei pengalaman responden terhadap RI LIPI juga menunjukkan hal
yang serupa yaitu 65% responden belum pernah mengetahui atau mendengar RI
LIPI dan 24% mengetahui tapi belum pernah mengakses RI LIPI. Data ini berarti
bahwa 89% responden peneliti LIPI belum pernah mengakses situs web RI LIPI.
Hanya ada 11% responden yang sudah mengakses di mana 5% yang sudah
mengakses tidak menemukan informasi yang dicari, 4% menemukan yang dicari
namun tidak ada dokumen teks lengkapnya, dan 2% saja yang menemukan yang
dicari dengan dokumen teks lengkapnya.
RI LIPI mengambil data secara otomatis dari data yang diarsipkan peneliti
di INTRA LIPI. Prosedur ini tertulis di halaman depan situs web RI LIPI.
Menjawab pertanyaan apakah responden mengetahui prosedur ini atau tidak, 78%
responden menyatakan tidak mengetahui dan 22% responden menyatakan
mengetahui hal tersebut.
Harapan Pengembangan RI LIPI
RI LIPI yang sudah ada menggunakan sistem swaarsip khususnya peneliti
sendiri dalam pengumpulan data, oleh karena itu pengembangannya harus
memperhatikan keinginan dan kebutuhan peneliti. Pertanyaan kuesioner mengenai
harapan pengembangan RI bertujuan untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan
tersebut. Pertanyaan mengacu pada faktor swaarsip antara lain regulasi,
penghargaan akademis, publisitas profesi, akses, teknologi, dan kepuasan berbagi
(Kim 2011).
Tabel 4 menyajikan nilai rataan tingkat persetujuan responden terhadap
harapan pengembangan RI LIPI. Kelima pernyataan harapan mendapat nilai
rataan di atas 4,5 yang menunjukkan bahwa rataan responden setuju sampai
sangat setuju terhadap harapan tersebut yaitu (1) adanya peraturan yang jelas
mengenai kewajiban swaarsip bagi peneliti termasuk prosedur, penghargaan dan
sanksi; (2) RI LIPI tidak hanya berisi abstrak namun juga mengarsipkan teks
lengkap; (3) adanya fasilitas statistik yang menampilkan jumlah akses, unduhan,
dan sitiran sehingga peneliti mengetahui pemanfaatan publikasi mereka; (4) RI
LIPI dapat diakses semua fasilitasnya melalui tablet atau telepon pintar; serta (5)
dokumen dalam RI LIPI dapat diakses dan diunduh secara gratis dengan
kebijakan akses yang jelas.
Tabel 4 Harapan pengembangan RI LIPI
Harapan pengembangan RI LIPI
Peneliti wajib mengarsipkan karya dalam RI diatur dengan peraturan
yang jelas mengenai prosedur, penghargaan dan sanksi
RI LIPI tidak hanya berisi abstrak namun juga teks lengkap
RI LIPI memiliki fasilitas statistik menampilkan jumlah akses,
unduhan, dan sitiran
RI LIPI dapat diakses melalui tablet atau smartphone
Dokumen dalam RI LIPI dapat diakses dan diunduh secara gratis
dengan kebijakan akses yang jelas
a

Jumlah

a

Rataan

149

4,7

73

4,8

150

4,9

150

4,9

150

4,8

Skala likert: sangat setuju = 5, setuju = 4, kurang setuju = 3, tidak setuju = 2, sangat tidak setuju = 1

Berkaitan dengan kebijakan akses, 82% responden menginginkan
masyarakat dapat mengakses dokumen teks lengkap di RI LIPI. 35% di antaranya
menginginkan adanya proses registrasi terlebih dahulu, sedangkan 47%

15

menyatakan tidak perlu masyarakat melakukan registrasi untuk mengakses
dokumen teks lengkap. 13% menginginkan masyarakat dapat mengakses data
bibliografi saja dan hanya 4% yang menginginkan hal akses hanya diberikan
kepada staf LIPI saja. Gambaran lengkap harapan hak akses responden disajikan
dalam Gambar 10.
Hanya staf LIPI
yang dapat
mengakses
dokumen
lengkap
4%

Lainnya
1%

Masyarakat dapat
mengakses
bibliografi saja
13%

Masyarakat harus
registrasi untuk
dapat mengakses
semua dokumen
secara lengkap
35%

Masyarakat dapat
mengakses
semua dokumen
lengkap
47%

Gambar 10 Harapan responden terhadap hak akses ke RI LIPI

Wawancara Semi Terstruktur
Wawancara dilakukan kepada 8 orang responden terdiri dari 1 orang dari
TGJ, 2 orang dari PDII dan 5 orang peneliti yang memenuhi kriteria yang telah
ditentukan. Pertanyaan wawancara diarahkan untuk memperoleh penjelasan
sehingga diperoleh pengetahuan yang mendalam berkaitan dengan hasil survei.
Beberapa temuan survei yang menarik dan perlu diperjelas ditampilkan dalam
Tabel 5.
Tabel 5 Topik pertanyaan wawancara berdasarkan temuan survei kuesioner
Temuan
1. 70% responden belum pernah mendengar atau mengetahui adanya RI LIPI,
90% responden belum pernah mengaksesnya dan 78% tidak mengetahui
bahwa data RI LIPI berasal dari INTRA LIPI.
2. Terkait dengan fasilitas publikasi-ku, sebanyak 24% responden belum
pernah mengakses, 29% responden belum pernah mengisi data di dalamnya
dan diakses rerata di atas 1 bulan sekali
3. Pengarsipan publikasi dilakukan sendiri oleh 52% responden dan ada 25%
responden tidak mengetahui siapa yang mengarsipkan
4. Motivasi utama responden melakukan swaarsip adalah untuk publisitas
(21% responden) dan 18% responden diwajibkan swaarsip oleh satker
5. Hambatan utama swaarsip adalah belum menjadi prioritas oleh 25%
responden
6. Rataan responden mengharapkan RI LIPI ke depan ada peraturan kewajiban
swaarsip, data di RI sampai dokumen teks lengkap, dapat diakses gratis
oleh semua masyarakat, dan ada data statistik penggunaan

Pertanyaan
Pengelolaan
RI dan
INTRA
LIPI
Perilaku
swaarsip
peneliti

Pengalaman,
kebutuhan
peneliti

Berikut adalah hasil dari wawancara yang telah dilakukan:
- RI yang dikembangkan LIPI sekarang baru inisiatif TGJ dan belum dilansir
secara resmi. Oleh karena itu belum ada regulasi, kebijakan, dan sosialisasi ke

16

-

-

-

-

-

-

peneliti maupun pihak-pihak yang lain. Dari sisi fasilitas, LIPI sudah
menyiapkan infrastruktur yang memadai terkait dengan penyimpanan dan
fasilitas akses (jaringan).
Konsep repositori LIPI ke depan masih dalam proses penyusunan desainnya.
Pembangunan repositori merupakan visi utama PDII namun masih ada
perbedaan pandangan dan konsep dari beberapa pihak yang berwenang di LIPI.
Saat ini sudah ada RI LIPI dan RDIP yang dibuat oleh TGJ namun PDII masih
mencari konsep yang akan dijadikan repositori utama sesuai dengan tugas dan
fungsi (tusi) PDII.
Beberapa konsep repositori yang sedang dikaji adalah: repositori data seperti
RDIP, repositori lembaga seperti RI yang ada sekarang namun dengan
beberapa perubahan khususnya terkait dengan jenis dokumen yang diarsipkan,
repositori jurnal meliputi arsip dan akses terbuka terhadap seluruh artikel jurnal
terakreditasi. LIPI juga berencana membangun konsep repositori nasional yang
berisi tidak hanya publikasi LIPI namun seluruh publikasi peneliti LP di
Indonesia.
Dari sudut pandang peneliti, konsep swaarsip publikasi peneliti di INTRA LIPI
memudahkan mereka dalam mendokumentasikan karya mereka, memudahkan
dalam menyusun angka kredit fungsional peneliti, serta beberapa peneliti sudah
merasakan manfaat dari menyebarkan karya mereka di web LIPI antara lain
karya lebih banyak disitir dan terbangun komunikasi serta kerjasama dengan
peneliti dari lembaga lain atau universitas bahkan dengan peneliti di luar negeri.
Peneliti menganggap bahwa fasilitas dalam INTRA LIPI sudah sangat bagus
dan mendukung namun dari sisi tampilan perlu banyak perbaikan. Mereka
tidak memiliki hambatan dalam mengarsipkan data publikasi, hambatan
muncul hanya ketika ada gangguan jaringan internet.
Walaupun belum ada regulasi yang mengikat untuk mengarsipkan publikasi di
INTRA LIPI, namun beberapa satuan kerja sudah mewajibkan dan mendorong
secara kuat agar peneliti mereka mengarsipkan data dikaitkan dengan penilaian
kinerja serta rencana penerapan pengajuan angka kredit fungsional secara
daring oleh Pusat Pembinaan Pendidikan dan Pelatihan (Pusbindiklat) LIPI.
Sosialisasi dan kebijakan hak cipta khususnya terkait dengan penerbit harus
dilakukan secara cermat sehingga pengarsipan seluruh karya LIPI dapat
dilakukan tanpa ada komplain dari penerbit khususnya terhadap peneliti.

Observasi Situs Web RI
Situs web RI yang diobservasi dipilih berdasarkan peringkat Webometrics
RI (http://repositories.webometrics.info/en/top_Inst). Peringkat ditentukan
berdasarkan empat hal yaitu: (1) Size (S) adalah jumlah dari halaman web yang
diekstrak oleh Google, (2) Visibility (V) adalah jumlah dari tautan eksternal yang
diterima web (backlinks), (3) Rich File (R) adalah file dalam format Adobe
Acrobat (.pdf), MS Word (doc, docx), MS Powerpoint (ppt, pptx) dan PostScript
(.ps dan .eps) yang diekstrak Google, dan (4) Scholar (Sc) adalah jumlah karya
ilmiah yang diindeks dalam basis data Google Scholar (Webometrics 2014).
Penilaian Webometrics di atas sudah sesuai dengan beberapa kriteria evaluasi dan
standar RI berkualitas seperti visibilitas (Dobratz dan Scholze 2006), ukuran dan

17

jenis konten (Mercer et al. 2011), dan ketersediaan