Tinjauan Atas Prosedur Penetapan Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 Wajib Pajak Badan Yang Bergerak Di Bidang Perbankan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kerja Praktek

Seiring dengan perkembangan perekonomian Indonesia akan diikuti pula dengan kebijakan-kebijakan di bidang pajak. Oleh karena itu, pajak merupakan fenomena yang selalu berkembang di masyarakat (Waluyo,2011:1). Perpajakan merupakan salah satu instrumen kebijakan fiskal yang dinamis, penerapannya harus senantiasa mengikuti dinamika perekonomian, baik domestik maupun internasional (Rosdiana:2006).

Pajak memiliki dua fungsi, yaitu fungsi budgetair dan fungsi mengatur (regulerend) (Mardiasmo,2003:2). Maka dalam pemungutan pajak bukan hanya ditujukan untuk menjaga dan meningkatkan momentum pertumbuhan ekonomi, tetapi juga untuk menggenjot penerimaan negara. Dengan pajak sebagai salah satu pos penerimaan negara diharapkan banyak pembangunan dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan negara (Siti Kurnia Rahayu, 2010:25).

Sektor pajak memiliki posisi sangat penting dan strategis bagi pendapatan negara, sehingga hampir tidak dapat disangkal bahwa pajak merupakan andalan pemasukan uang bagi negara (Siti Kurnia Rahayu,2010:55). Dalam pelaksanaan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) semua aparat penyelenggara negara berkewajiban mengamankan target penerimaan negara dan menyelenggarakan belanja negara dengan bertanggungjawab (Agus Santoso,2011).


(2)

2 Namun dalam beberapa tahun terakhir Direktorat Jenderal Pajak (Ditjen Pajak) selalu gagal mencapai target dalam APBN. Oleh sebab itu jika pemerintah ingin mengejar target tersebut, selain pembenahan di Ditjen Pajak maka pemerintah juga harus membuat terobosan yang benar-benar efektif, bukan terobosan yang berupa konsep (Drajad Wibowo,2011).

Setiap tahun Dirjen Pajak dituntut untuk selalu meningkatkan penerimaan dari sektor pajak sejalan dengan meningkatnya kebutuhan dana untuk pembangunan (Rahayu,2007). Sektor perpajakan saat ini memang masih menjadi sumber pendapatan terbesar dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) kita, meskipun masih banyak sektor lain seperti minyak dan gas bumi, serta bantuan luar negeri.

Komisi XI DPR terus mendesak agar pemerintah menaikkan target penerimaan pajak. Dewan meminta agar pemerintah menggenjot kenaikan ekstra effort atau optimalisasi penerimaan pajak (Laurens Bahang Dama,2011). Selain untuk memenuhi target APBN, pemerintah juga bertekad untuk mengurangi utang negara. Data terakhir utang pemerintah sudah mencapai Rp 1.754,91 triliun dengan rasio 27,3% dari Produk Domestik Bruto. Namun pemerintah berjanji menekan rasio utang dengan cara menggenjot penerimaan pajak (Anny Ratnawati,2011).

Namun pemerintah tidak perlu berkecil hati, seiring dengan melesatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia, membuat kekayaan masyarakat juga bertambah. Dengan meningkatnya jumlah kekayaan, maka akan memberikan dampak yang penting bagi negara,salah satunya penerimaan pajak yang akan


(3)

3 bertambah (Fauzi Ichsan:2011). Potensi ini bisa bertambah lagi apabila jika pemerintah memberlakukan pengenaan pajak yang lebih tinggi bagi orang-orang kaya,yang tentunya bisa memberikan kontribusi lebih besar ke negara (Warren Buffet,2011).

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pemerintah agar penerimaan pajak bisa optimal, yaitu:

1. Kejelasan dan Kepastian Peraturan Perundang-undangan Perpajakan; 2. Tingkat Intelektual Masyarakat;

3. Kualitas Petugas Pajak (Intelektual, Keterampilan, Integritas dan Moral Tinggi);

4. Sistem Administrasi Perpajakan yang Tepat (Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu,2006:26)

Pemerintah harus terus-menerus melakukan perubahan dan perbaikan yang bertujuan agar penerimaan pajak bisa meningkat dan dimanfaatkan oleh rakyat.

Selain faktor-faktor penerimaan pajak yang harus diperhatikan pemerintah,adapula potensi pajak yang bisa dimaksimalkan oleh negara. Sesuai pengenaannya, menurut Mardiasmo (2003:46) pajak dikelompokan menjadi 2 bagian yaitu pajak negara dan pajak daerah. Pajak negara terdiri dari:

a. Pajak penghasilan

b. Pajak pertambahan nilai dan pajak penyetoran atas barang mewah c. Bea materai


(4)

4 Sedangkan pajak daerah terdiri dari:

a. Pajak provinsi, meliputi:

1. Pajak kendaraan bermotor dan kendaraan diatas air

2. Bea balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan diatas air 3. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor

4. Pajak pengembalian dan pemanfaatan air bawah tanah dan air Permukaan

b. Pajak kabupaten/kota, meliputi: 1. Pajak hotel

2. Pajak restaurant 3. Pajak hiburan 4. Pajak reklame

5. Pajak penerangan jalan pajak pengambilan bahan bakar golongan C Bila dilihat dari sisi subjek pajak, juga masih banyak potensi pajak yang bisa diterima, menurut Waluyo (2011:58) diantaranya:

1. Subjek pajak orang pribadi

2. Subjek pajak warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan 3. Subjek pajak badan

4. Subjek pajak bentuk usaha tetap

Namun saat ini baru sekitar 8,5 juta orang pribadi yang menyerahkan SPT dari potensinya 44 juta orang. Sementara untuk badan usaha, baru 466 ribu badan usaha yang tercatat sebagai pembayar pajak dari potensi 12,9 juta badan usaha yang memiliki domisili tetap maupun tidak (Agus Martowardojo,2011). Jika


(5)

5 dilihat dari jumlahnya, tentu saja sangat mencengangkan, padahal negara sangat membutuhkan penerimaan pajak untuk kepentingan rakyat itu sendiri.

Pemerintah coba mengatasi masalah itu. Direktorat Jenderal (Ditjen Pajak) bakal melakukan sensus pajak pada akhir September 2011 ini. Alasan utamanya adalah karena masih banyaknya wajib pajak baik badan maupun orang pribadi yang belum memenuhi kewajiban pajaknya (Fuad Rahmany,2011). Badan Pusat Statistik (BPS) siap melakukan sensus pajak, untuk mengetahui potensi pajak sebenarnya di luar data kepemilikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) yang dimiliki Ditjen Pajak. Sensus pajak intinya sebenarnya adalah untuk melihat berapa potensi dari pajak negara. Sensus pajak ini sangat penting, agar pihak Ditjen Pajak dapat melakukan ekstensifikan dalam pemungutan penerimaan negara melalui pajak (Rusman Heriawan,2011). Rencana yang diusulkan oleh pemerintah sudah cukup baik. Selain itu,ada cara lain yang bisa dilakukan pemerintah, yaitu dengan menjalankan sistem online. Apabila sistem online dijalankanpenerimaan pajak akan mencapai tiga kali lipat (Djan Faridz,2010).

Semua upaya untuk meningkatkan jumlah penerimaan pajak tidak akan berarti apabila pemerintah tidak memberi contoh kepada masyarakat. Direktorat Jenderal Pajak (Ditjen Pajak) mengungkapkan masih ada sekitar 240 orang pegawainya yang belum melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan. Ditjen Pajak mengklaim masih ada pegawainya yang belum melaporkan dikarenakan berbagai faktor seperti sedang cuti, dinas luar negeri, dan melakukan studi (Liberti Pandiangan,2011). Hal ini sangat disayangkan karena pemerintah sendiri sedang gencar-gencarnya melakukan usaha untuk meningkatkan penerimaan pajak.


(6)

6 Pemerintah tentunya tak menginginkan kepercayaan masyarakat kepada Ditjen menurun. Salah satu upaya yang harus dilakukan pihak Direktorat Jenderal Pajak yaitu keterbukaan bagi BPK untuk melakukan audit terhadap basis data penerimaan pajak di Ditjen Pajak Kementerian Keuangan tersebut (Anwar Nasution,2010). Selain itu kedekatan dengan masyarakat juga diperlukan. Komunikasi pengusaha dengan Dirjen pajak sangat penting. Apalagi sampai saat ini masih ada sebagian pengusaha yang belum bayar pajak, namun disisi lain ada juga yang patuh membayar pajak (Sofjan Wanandi,2011). Hal ini perlu dilakukan agar tidak menimbulkan kecemburuan sosial diantara Wajib Pajak.

Salah satu jenis pajak yang diberlakukan di Indonesia adalah Pajak penghasilan. Pajak Penghasilan (PPh) mempunyai peranan yang besar dalam Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (APBN) dan memberikan dampak yang besar bagi perekonomian rakyat Indonesia, karena seluruh orang Indonesia atau yang dianggap secara hukum menjadi orang Indonesia yang ikut serta dalam perdagangan kecil-kecilan atau eceran baik untuk dirinya sendiri maupun untuk pihak lain merupakan subjek dari pajak penghasilan (Siti Kurnia Rahayu,2010:16). Pajak Penghasilan dapat pula dikenakan terhadap badan yang memperoleh penghasilan di Indonesia, salah satunya Bank.

Menurut Account Representative Kantor Pelayanan Pajak Pratama sumedang, mengemukakan bahwa tidak semua Wajib Pajak Bank membayar angsuran pajak pembayarannya meningkat dan tidak stabil setiap masa pajak. Padahal pemerintah mengharapkan penerimaan pajak terus bertambah.


(7)

7 Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk menuangkan pembahasan tersebut dalam laporan Praktik Kerja Lapangan dengan judul

TINJAUAN ATAS PROSEDUR PENETAPAN ANGSURAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 WAJIB PAJAK BADAN YANG BERGERAK DI BIDANG PERBANKAN PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUMEDANG .

1.2 Maksud dan Tujuan Kerja Praktek

1.2.1 Maksud Kerja Praktek

Mengumpulkan data dan informasi terkait dengan Prosedur Penetapan Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 Wajib Pajak Badan yang bergerak di bidang perbankan.

1.2.2 Tujuan Kerja Praktek

Adapun tujuan yang dicapai dari laporan kuliah kerja praktek ini adalah Untuk mengetahui prosedur penetapan angsuran pajak penghasilan pasal 25 wajib pajak badan yang bergerak di bidang perbankan pada KPP Pratama Sumedang.

1.3 Kegunaan Kerja Praktek

1. Bagi Penulis

Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan serta menjadi informasi tentang


(8)

8 bagaimana prosedur penetapan angsuran pajak penghasilan pasal 25 wajib pajak bank pada KPP Pratama Sumedang.

2. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang

Sebagai masukan untuk mengevaluasi penetapan angsuran pajak penghasilan pasal 25 wajib pajak bank pada KPP Pratama Sumedang. 3. Bagi Pihak Lain

Dapat dijadikan sebagai bahan informasi mengenai penetapan angsuran pajak penghasilan pasal 25 wajib pajak bank pada KPP Pratama Sumedang, selain itu, hasil laporan kerja praktek ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran terutama bagi penelitian yang mengkaji judul yang sama.

1.4 Metode Kerja Praktek

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data dan informasi sebagai materi pendukung dalam penyusunan laporan ini adalah menggunakan metode deskriptif, yaitu metode yang digunakan dengan jalan mengumpulkan data, menyusun, mengklarifikasikan dan menganalisis data. Artinya penelitian yang bertujuan untuk memaparkan, menggambarkan keadaan riil tertama dengan masalah yang dibahas, kemudian dianalisis untuk ditarik kesimpulan.

Adapun teknik dalam pengumpulan data dan informasi sebagai materi pendukung dalam penyajian laporan ini adalah :


(9)

9 1. Studi Kepustakaan (library research)

Studi Kepustakaan (library research) yaitu merupakan suatu kegiatan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mempelajari, meneliti dan menelaah berbagai macam bahan bacaan yang ada di perpustakaan, baik buku buku, diktat dan bahan bahan lain yang ditulis dan disusun oleh beberapa Penulis yang erat hubungannya dengan masalah yang dibahas. Juga catatan catatan pribadi yang pernah didapat selama mengikuti perkuliahan.

2. Studi Lapangan (Field Research)

Studi Lapangan (Field Research) yaitu merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung pada objek penelitian. Penelitian yang dilakukan dengan metode pengambilan data yang tersedia dilapangan yaitu:

a. Pengamatan (Observation)

Penulis melakukan pengamatan secara langsung, mempelajari, dan melakukan pencatatan secara sistematis terhadap kegiatan kegiatan mengenai masalah yang akan Penulis bahas.

b. Wawancara (Interview)

Penulis melakukan kegiatan pengumpulan data dengan cara tanya jawab sepihak dengan para pegawai atau petugas yang bertanggungjawab dengan perusahaan tersebut dan dikerjakan dengan sistematik dengan berlandaskan kepada tujuan penelitian.


(10)

10

1.5 Lokasi dan Waktu Kerja Praktek

1.5.1 Lokasi Kerja Praktek

Penulis melakukan Kerja Praktek di KPP Pratama Sumedang yang berlokasi di JL. H. Ibrahim Adjie No. 372 Bandung. Telepon : 022-7333256, 7333225 Faksimile : 022-7337086.

1.5.2 Waktu Kerja Praktek

Waktu Kerja Praktek dilaksanakan mulai dari tanggal 4 Juli 2011 sampai dengam Desember 2011. Berikut ini adalah aktivitas kerja praktek dan aktivitas pada KPP Pratama Sumedang.


(11)

11

Tabel 1.1

Jadwal Pelaksanaan Kerja Praktek

N o

Kegiatan

Mei Juni Juli Agus Sept Okt Nov Des

2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011

4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Tahap Persiapan

Kerja Praktek 1. Mengambil

Surat Izin Kerja Praktek 2. Mencari

Tempat Kerja Praktek 3. Pengajuan

Kerja Praktek ke Instansi 4. Persetujuan Kerja Praktek 5. Mendapat Absen untuk KP 2. Pelaksanaan Kerja Praktek 1. Registrasi 2. Kerja Praktek 3. Selesai KP 3. Pelaporan Kerja

Praktek 1. Pengajuan

Judul 2. Mulai

Bimbingan Kerja Praktek dengan Dosen Pembimbing 3. Revisi 4. Pengumpulan

Data 5. Ujian Kerja

Praktek 6. Pengumpulan

Laporan Kerja Praktek


(12)

✁ ✂✄ ✂☎☎

✆✄ ✝ ✂✄ ✞✄ ✟✠ ✝ ✠✝✡☛ ✞✠☞✄ ✌✄✄✟

✍✎ ✏ ☞ ✑✒ ✓ ✔✓ ✕☞ ✖ ✗ ✘✙✓t ✚✡✡✡✓r✓ ✛✓tumedang

Sejarah kantor pajak di Indonesia diawali setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Untuk melaksanakan pemungutan pajak dari rakyat di wilayah pasundan, dibentuk suatu badan yang bernama Inspeksi Keuangan untuk seluruh Kabupaten Bandung, Bekasi, Karawang, Purwakarta, Tasikmalaya, Sumedang, Subang, Garut, Ciamis, dan Banjar. Khusus untuk Inspeksi Keuangan Bandung bertempat tinggal di Gedung Concordia yang sekarang dikenal dengan Gedung Merdeka yang pada waktu itu terletak di Jalan Raya Barat sedangkan pada masa sekarang dikenal dengan Jalan Asia Afrika Bandung.

Seiring dengan perkembangan jaman dan bertambahnya penduduk serta berkembangnya tingkat ekonomi masyarakat, Inspeksi Keuangan Bandung berubah namanya menjadi Inspeksi Pajak Bandung. Dengan daerah wewenangnya meliputi daerah swantantra Tingkat II Kota Praja Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, dan Kabupaten Ciamis yang berkedudukan di Jalan Asia Afrika No.114 Bandung. Sedangkan untuk wilayah Kabupaten Bekasi, Karawang, dan Subang yang berkedudukan di Karawang.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 270/KMK/1989, terhitung mulai 1 April 1989 seluruh kantor inspeksi pajak di Indonesia berganti nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak. Untuk wilayah Bandung sendiri dibentuk empat Kantor Pelayanan Pajak, yaitu:

a. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Timur b. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Tengah


(13)

✜ ✢ c. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Barat

d. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Cimahi

Dengan diterbitkannya Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 94/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994, tentang Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Pajak, terjadi perubahan nama dan pembagian batas wilayah Kantor Pelayanan Pajak, yaitu :

a. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Timur diubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak Bandung Karees.

b. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Barat diubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak Bandung Tegallega.

c. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Tengah dipecah menjadi Kantor Pelayanan Pajak Bandung Cibeunying dan Kantor Pelayanan Pajak Bandung Bojonagara.

d. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Cimahi diubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak Cimahi.

Dalam perkembangannya kemudian, sehubungan dengan reorganisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak serta dalam rangka pelaksanaan modernisasi sistem administrasi perpajakan secara bertahap sebagai upaya pelaksanaan good governance dan untuk meningkatkan penerimaan pajak serta efektivitas organisasi instansi vertikal di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak, maka pada tanggal 9 Agustus 2007 ditetapkanlah keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-112/PJ./2007 yang mengatur tentang penerapan organisasi, tata kerja dan saat mulai beroperasinya Kantor Pelayanan Pajak


(14)

✣ ✤ Pratama dan Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Banten, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat I dan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat II.

Dengan terbitnya keputusan Dirjen Pajak tersebut maka terhitung mulai tanggal 28 Agustus 2007 Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang yang telah menerapkan Sistem Administrasi Modern dinyatakan resmi berdiri. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang merupakan Kantor Pelayanan Pajak pemekaran dari Kantor Pelayanan Pajak Bandung Karees (yang sekarang bernama Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees). Sampai saat ini Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang berkantor di Jalan H.Ibrahim Adjie (Kiaracondong) Nomor 372 Bandung dan masih berbagi tempat dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees. Wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang meliputi seluruh Kecamatan dan Kelurahan yang ada di Kabupaten Sumedang.

2.2 Struktur Organisasi KPP Pratama Sumedang

Organisasi adalah sistem kerjasama dari dua orang atau lebih untuk dapat memungkinkan tercapainya tujuan bersama dengan adanya pembagian tugas dan tanggung jawab. Suatu sistem organisasi yang baik sangat diperlukan untuk menciptakan suatu koordinasi dalam suatu usaha. Organisasi menempatkan dan mengatur orang-orang dan pekerjaan pada tempat dan kegunaanya masing-masing.


(15)

✥ ✦

Gambar 2.1

Struktur Organisasi KPP Pratama Sumedang

Struktur organisasi pada KPP Pratama Sumedang merupakan suatu bentuk organisasi Garis dan Staf dimana sebagai pimpinan tertinggi adalah Kepala Kantor, artinya dalam hal ini Kepala Kantor sebagai pemimpin yang memberikan dan melimpahkan wewenang secara vertikal kepada bawahannya sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing sedangkan bentuk pelaksanaannya Kepala Kantor dibantu oleh sub bagian umum dan beberapa seksi.

Kepala Kantor

Sub Bagian Umum

Seksi Ekstensifikasi

Perpajakan Seksi

Penagihan Seksi

Pengolahan Data dan Informasi

Seksi Pelayanan

Seksi Pengawasan dan Konsultasi I

Kelompok Jabatan Fungsional Seksi

Pemeriksaan Seksi Pengawasan


(16)

✧6

2.3 Uraian Tugas

1. Kepala Kantor, mempunyai tugas :

Selain memimpin dan mengkoordinir seluruh pekerja kantor, juga melaksanakan kegiatan :

1. Penyuluhan 2. Pelayanan, dan

3. Pengawasan di bidang Pemeriksaan dan Penagihan

4. Bertanggung jawab terhadap tugas dan memiliki kewenangan untuk memajukan Kantor Pelayanan Pajak

2. Subbagian Umum, mempunyai tugas :

1. Penerimaan Dokumen KPP.

2. Pemprosesan dan pentatausahaan Dokumen Masuk dan Keluar di Subbagian Umum.

3. Penyampaian Dokumen KPP.

4. Permintaan Pengujian Kesehatan Pegawai.

5. Pelaksanaan Pelantikan, Sumpah dan Serah Terima Jabatan serta Pengambilan Sumpah Pegawai Negeri sipil.

6. Pembuatan Kartu Tanda Pengenal Pemeriksa.

7. Penerbitan Izin Melanjutkan Pendidikan di Luar Kedinasan (S1). 8. Pengajuan Usul Peserta Pendidikan di Luar Negeri.

9. Pelaporan Perkawinan Pertama Pegawai.


(17)

★ ✩ 11. Pengajuan Usul Permohonan Berhenti Bekerja sebagai PNS Atas

Permintaan Sendiri.

12. Pengajuan Usul Pengankatan Bendahara. 13. Penyusunan RKAKL pada KPP.

14. Penyusunan Gaji, TKPKN dan SPJ. 15. Pengajuan Uang Makan PNS.

16. Permohonan Uang Duka Wafat/ Tewas.

17. Permohonan Kartu Tanda Peserta Asuransi dan Taspen.

18. Mekanisme Pembayaran Anggaran Belanja (Pembayaran Melalui Uang Persediaan).

19. Pelaksanaan Pembayaran Tagihan Melalui MekanismeLangsung (LS) Kepada Rekanan.

20. Permintaan Pembayaran Lembur Pegawai. 21. Pemberhentian Gaji dan TKPKN.

22. Penyusunan Laporan/ Daftar Realisasi Anggaran Belanja.

23. Penyusunan Laporan SAKPA (Sistem Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran). Tingkat Satuan Kerja/ Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA).

24. Pelaksanaan Penutupan Buku Kas Umum.

25. Penerimaan Inventaris Daya Rekanan/ Pihak Klien.

26. Pelaksanaan Penghapusan Barang Milik Negara dengan Lelang pada Unit KPP.


(18)

✪8 28. Penyusunan Laporan Berkala KPP.

29. Pembuatan Laporan Tahunan.

30. Penyusunan Tanggapan/ Tindak Lanjut Terhadap Surat Hasil Pemeriksaan (SHP)/ Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) dari Itjen Depkeu/ BPK/ BPKP/ Unit Fungsional Pemeriksa Lainnya.

31. Pembuatan Laporan Bulanan Konversasi Energi.

3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi, mempunyai tugas :

1. Pemrosesan dan Pentatausahaan Dokumen Masuk di Seksi Pengolahan Data dan Informasi.

2. Pentatausahaan Alat Keterangan.

3. Penyusunan Rencana Penerimaan Pajak Berdasarkan Potensi Pajak, Perkembangan Ekonomi Keuangan.

4. Pembentukan Bank Data. 5. Pemanfaatan Bank Data.

6. Pembuatan dan Penyampaian Surat Perhitungan (SPh) Kirim ke Kantor Pelayanan Pajak.

7. Peminjaman Berkas Data/ Alat Keterangan oleh Seksi Pengolahan Data dan Informasi kepada Seksi Terkait.

8. Pentatausahaan Penerimaan PBB Non Elektronik. 9. Pembuatan Laporan Penerimaan PBB/ BPHTB. 10. Penyelesaian Pembagian Hasil PBB.


(19)

✫9

4. Seksi Pelayanan, mempunyai tugas :

1. Pentatausahaan Surat, Dokumen dan Laporan Wajib Pajak pada Tempat Pelayanan Terpadu.

2. Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

3. Penyelesaian Permohonan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak. 4. Perubahan Identitas Wajib Pajak.

5. Penyelesaian Pemindahan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Lama. 6. Penyelesaian Pemindahan Pengusaha Kena Pajak di Kantor Pelayanan

Pajak Lama.

7. Penyelesaian Pemindahan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Baru. 8. Penyelesaian Pemindahan Pengusaha Kena Pajak di Kantor Pelayanan

Pajak Baru.

9. Penerimaan dan Pengolahan SPT Tahunan PPh. 10. Penerimaan dan Pengolahan SPT Masa.

11. Penyelesaian Permohonan Perpanjangan Jangka Waktu Penyampaian SPT Tahunan PPh.

12. Penerbitan Surat Teguran Penyampaian SPT Masa.

13. Penerbitan Surat Teguran Penyampaian SPT Tahunan PPh. 14. Penelitian Hasil Keluaran Berupa SPPT/ STTS/ DHKP/ STP. 15. Penyelesaian Permohonan Pembetulan SPPT/ SKP/ STP.

16. Penyelesaian Permohonan Pencetakan Salinan SPPT/ SKP/ STP 17. Peminjaman/ Pengiriman Berkas.


(20)

✬ ✭ 18. Pelaksanaan Pemenuhan Permintaan Pembukuan Dalam Bahasa Inggris

dan Mata Uang Dollar Amerika Serikat.

19. Penerbitan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak untuk Perwakilan Negara Asing dan Badan-Badan Internasional serta Pejabat/ Tenaga Ahlinya.

20. Penyampaian Permintaan Revaluasi Aktiva Tetap dari Wajib Pajak ke Kantor Wilayah.

21. Pelaksanaan Pemenuhan Permintaan Konfirmasi dan Klarifikasi. 22. Penyelesaian Pemberitahuan Penggunaan Norma Perhitungan. 23. Layanan Permintaan Pelayanan Sebagai Daerah Terpencil. 24. Penerbitan Surat Penetapan Pajak.

25. Penyelesaian Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak. 26. Penyelesaian Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

27. Pemrosesan dan Pentatausahaan Dokumen Masuk di Seksi Pelayanan. 28. Pentatausahaan Dokumen Wajib Pajak.

29. Penyisihan Anak Berkas Wajib Pajak yang Tahun/ Masa Pajaknya telah melampaui 10 tahun.

5. Seksi Penagihan, mempunyai tugas :

1. Pemrosesan dan Pentatusahaan Dokumen Masuk Seksi Penagihan.

2. Pentatusahaan Surat Ketetapan Pajak dan Surat Tagihan Pajak Beserta Bukti Pembayarannya.

3. Pentatusahaan Surat Keputusan Pembetulan/ Keberatan/ Putusan/ Banding/ Pengurangan atau Pembatatalan Ketetapan Pajak dan Surat


(21)

✮ ✯ Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi pada Seksi Penagihan.

4. Menjawab Konfirmasi Data Tunggakan Wajib Pajak. 5. Penyelesaian Permohonan Penundaan Pembayaran Pajak.

6. Penyelesaian Usulan Pemeriksaan dalam rangka Penagihan Pajak. 7. Penagihan Pajak Seketika dan Sekaligus.

8. Penghapusan Piutang Pajak.

9. Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP) Bunga Penagihan. 10. Penerbitan dan Penyampaian Surat Teguran Penagihan. 11. Penerbitan dan Pemberitahuan Surat Paksa.

12. Penerbitan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP). 13. Penerbitan Surat Keputusan Pencabutan Sita.

14. Pemindahan Berkas dari Kantor Pelayanan Pajak ke Kantor Pelayanan Pajak Lainnya.

15. Pembuatan Usulan Pencegahan dan Penyanderaan Terhadap Wajib Pajak Tertentu.

16. Pelaksanaan Lelang.

17. Penyelesaian permohonan Pembatalan Lelang.

18. Pembuatan Laporan Seksi Penagihan ke Kantor Wilayah. 19. Penyelesaian Permohonan Mengangsur Pembayaran Pajak.

6. Seksi Pemeriksaan, mempunyai tugas :


(22)

✰✰ 2. Penyelesaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan

Lebih Bayar.

3. Penyelesaian Permohonan Pembayaran Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Penjualan Barang Mewah.

4. Penyelesaian Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai untuk Selain Wajib Pajak Patuh.

5. Penyelesaian Usulan Pemeriksaan.

6. Penyelesaian Usulan Pemeriksaan Bukti Permulaan. 7. Pengamatan oleh Kantor Pelayanan Pajak.

8. Pemeriksaan Kantor. 9. Pemeriksaan Lapangan.

10. Pentatausahaan Laporan Pemeriksaan Pajak (LPP) dan Nota Penghitungan (Nothit).

7. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan, mempunyai tugas :

1. Pemrosesan dan Pentatausahaan Dokumen Masuk di Seksi Ekstensifikasi 1. Perpajakan.

2. Pendaftaran Objek Baru dengan Penelitian Kantor.

3. Pendaftaran Objek Pajak Baru dengan Penelitian Lapangan. 4. Penerbitan Surat Himbauan untuk ber-NPWP.

5. Pencarian Data dari Pihak Ketiga dalam rangka Pembetulan/ Pemuktahiran Bank Data Perpajakan.

6. Pencarian Data Potensi Perpajakan dalam rangka Pembuatan Monografi Fiskal.


(23)

✱ ✲ 7. Pelaksanaan Penilaian Individual Objek PBB.

8. Pembuatan Daftar Biaya Komponen Bangunan (DBKB). 9. Pembentukan/ Penyempurnaan ZNT/ NIR.

10. Pemeliharaan Data Objek dan Subjek PBB.

11. Penyelesaian Mutasi Seluruhnya Objek dan Subjek PBB. 12. Penyelesaian Mutasi Sebagian Objek dan Subjek PBB. 13. Penyelesaian Permohonan Penundaan Pengembalian SPOP.

14. Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP).

15. Penerbitan Daftar Nominatif untuk Usulan SP3 PSL Ekstensifikasi.

8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi, mempunyai tugas :

1. Pemrosesan dan Pentatausahaan Dokumen Masuk di Seksi Pengawasan dan

1. Konsultasi.

2. Penerbitan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP). 3. Penerbitan Surat Perintah Membayar Imbalan Bunga.

4. 4.Penyelesaian Permohonan Penggunaan Nilai Buku Dalam Rangka Penggabungan Usaha, Pengambilan Usaha ataupun Pemekaran Usaha. 5. Penyelesaian Permohonan Keberatan Pajak Penghasilan, Pajak

Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah di Kantor Pelayanan Pajak.


(24)

✳ ✴ 6. Penyelesaian Permohonan Pembetulan Ketetapan Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah di Kantor Pelayanan Pajak.

7. Penyelesaian Permohonan Pengurangan dan Penghapusan Sanksi Administrasi Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah di Kantor Pelayanan Pajak.

8. Penyelesaian Permohonan Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan Pajak yang Tidak Benar atas Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah di Kantor Pelayanan Pajak.

9. Penyelesaian Permohonan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi Pajak Bumi dan Bangunan di Kantor Pelayanan Pajak.

10. Penyelesaian permohonan Perubahan Metode Pembukuan. 11. Layanan Permintaan Perubahan Tahun Buku Pertama.

12. Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) PPh Pasal 21. 13. Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) PPh Pasal 22

Bendaharawan.

14. Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemungutan PPh Pasal 22 untuk Pedagang Pengumpul dan untuk Industri Tertentu. 15. Penyelesaian Izin Prinsip Pembebasan PPh Pasal 22 Impor.

16. Penyelesaian Permohonan Surat Ketetapan Bebas (SKB) Pemungutan PPh Pasal 22 Impor.


(25)

✵ ✶ 17. Penyelesaian Permohonan Surat Ketetapan Bebas (SKB) Pemungutan PPh Pasal 22 Impor untuk Wajib Pajak yang Penghasilannya semata-mata Dikenakan PPh yang Bersifat Final.

18. Penyelesaian Permohonan Surat Ketetapan Bebas (SKB) Pemungutan PPh Pasal 22 atas Impor Emas Batangan untuk Ekspor Perhiasan Emas.

19. Penyelesaian Permohonan Surat Ketetapan Bebas (SKB) Pemungutan PPh Pasal 23.

20. Penyelesaian Permohonan Surat Ketetapan Bebas (SKB) Pemungutan PPh atas Bunga Deposito dan Tabungan serta Diskonto SBI yang diterima atau diproleh Dana Pensiun yang pendiriannya telah disyahkan oleh Menteri Keuangan.

21. Penyelesaian Permohonan Surat Ketetapan Bebas (SKB) Pemotongan PPh atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan atau Bangunan. 22. Penyelesaian Permohonan Surat Ketetapan Bebas (SKB) Pemotongan PPh

atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan atau Bangunan bagi Wajib Pajak Real Estate.

23. Penyelesaian Permohonan Surat Ketetapan Bebas (SKB) Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

24. Penyelesaian Permohonan Surat Ketetapan Bebas (SKB) Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas Penyerahan Barang Kena Pajak tertentu Wajib pajak Perwakilan Negara Asing/ Badan Internasional serta Pejabat/ Tenaga Ahlinya.


(26)

✷6 25. Penyelesaian Permohonan Surat Ketetapan Bebas (SKB) Pajak Pertambahan Nilai atas Barang Mewah (PPnBM) atas Pembelian Kendaraan Angkutan.

26. Pemberian Surat Keterangan Bebas Fiskal Luar Negeri (SKBFLN) di Kantor Pelayanan Pajak.

27. Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) PPnBM atas Penyerahan Kendaraan Bermotor.

28. Layanan Permintaan Pemusatan PPN.

29. Penyelesaian Pemberian Izin Pembubuhan Tanda Bea Materai Lunas dengan Mesin Teraan Materai.

30. Penyelesaian Pemberian Izin Pembubuhan Tanda Bea Materai Lunas dengan Sistem Komputerisasi.

31. Penyelesaian Pemberian Izin Pembubuhan Tanda Bea Materai Lunas dengan Teknologi Percetakan.

32. Penyelesaian Permohonan Penambahan Deposit Mesin Teraan Materai. 33. Penyelesaian Permohonan Penambahan Deposit Teknologi Percetakan. 34. Penyelesaian Permohonan Penambahan Deposit Sistem Komputerisasi. 35. Penyelesaian Permohonan Pengalihan Saldo Bea Materai dari Mesin

Teraan ke Sistem Komputerisasi.

36. Penyelesaian Permohonan Pengalihan Saldo Bea Materai dari Mesin Teraan ke Teknologi Percetakan.

37. Penyelesaian Permohonan Pengalihan Saldo Bea Materai dari Teknologi Percetakan ke Mesin Teraan.


(27)

✸ ✹ 38. Penyelesaian Permohonan Pengalihan Saldo Bea Materai dari Teknologi

Percetakan ke Sistem Komputerisasi.

39. Penyelesaian Permohonan Pengalihan Saldo Bea Materai dari Sistem Komputerisasi ke Mesin Teraan.

40. Penyelesaian Permohonan Pengalihan Saldo Bea Materai dari Sistem Komputerisasi ke Teknologi Percetakan.

41. Penyelesaian Permohonan Pengurangan Anggaran PPh Pasal 25.

42. Penetapan Angsuran Pajak Penghasilan PPh Pasal 25 bagi Wajib Pajak Bank, Sewa Guna Usaha dengan Hak Opsi, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).

43. Pembuatan Surat Pemberitahuan Perubahan Besarnya Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 (Dinamisasi).

44. Pembuatan SPMKP/ SPMIB yang hilang.

45. Penyelesaian Permohonan Pengembalian Pendahuluan Pajak Penghasilan (PPh) untuk Wajib Pajak Patuh.

46. Penyelesaian Permohonan Pengembalian Pendahuluan Pajak Pertambahan Nilai untuk Wajib Pajak criteria Tertentu khusus Wajib Pajak Patuh. 47. Penyelesaian Permohonan Kelebihan Pembayaran Pajak Bumi dan

Bangunan (PBB).

48. Penyelesaian Permohonan Kelebihan Pembayaran BPHTB.

49. Penyelesaian Permohonan Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang Terutang.


(28)

✺8 51. Penyelesaian Permohonan Pemindahbukuan (Pbk).

52. Penyelesaian Permohonan Pemindahbukuan (Pbk) ke Kantor Pelayanan Pajak Lain.

53. Layanan Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Fiskal Wajib Pajak Non Bursa.

54. Penyelesaian Permohonan Kompensasi (Pemindahanbukuan) PBB/ BPHTB.

55. Penyelesain Permohonan Keberatan atas Penujukan Sebagai Wajib Pajak. 56. Penyelesaian Permohonan Pembetulan STB/ SKBKB/ SKBKBT atas

Permohonan Wajib Pajak.

57. Penyelesaian Pembetulan STB/ SKBKB/ SKBKBT Secara Jabatan. 58. Penyelesaian Permohonan Pembatalan SPPT/ SKP/ STP.

59. Penyelesaian Permohonan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi dan Pengurangan atau Penghapusan atau Pembatalan SKBKB/ SKBKBT/ STB di Kantor Pelayanan Pajak.

60. Pelaksanaan Putusan Gugatan atau Banding. 61. Penyelesaian Penghitungan Lebih Bayar (LB).

62. Penentuan Kembali Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

63. Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP). 64. Penerbitan SKBKB/ SKBKBT/ STB.

65. Penerbitan Surat Ketetapan Pajak atas Pajak Bumi dan Bangunan. 66. Penerbitan Teguran Pengembalian SPOP.


(29)

✻9 67. Penerbitan Surat Himbauan Pembetulan Surat Pemberitahuan (SPT). 68. Pemberian Bimbingan kepada Wajib Pajak.

69. Menjawab Surat yang Berkaitan dengan Konsultasi Teknis Perpajakan bagi Wajib Pajak.

70. Penyelesaian Permohonan Perubahan Metode Penilaian Persediaan. 71. Penetapan Wajib Pajak Patuh.

72. Pemutakhiran Profil Wajib Pajak. 73. Pelaksanaan Ekualisasi.

74. Pengusulan Pengusaha Kena Pajak Fiktif.

75. Penyelesaian Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak yang Seharusnya Tidak Terutang.

76. Pentatausahaan Surat Keputusan pembetulan di Seksi Pengawasan dan Konsultasi.

77. Pentatausahaan Surat Keputusan Keberatan/ Banding/ Pengurangan/ Pembetulan Ketetapan Pajak dan Surat Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi di Seksi Pengawasan dan Konsultasi. 78. Penyusunan Estimasi Penerimaan Pajak per- Wajib Pajak.

79. Pelaksanaan Penelitian dan Analisis Kepatuhan Material Wajib Pajak. 80. Penerbitan Pengganti SPMKP/ SPMIB Pengganti karena Lewat Waktu/

Kadaluarsa.

81. Penerbitan Pengganti SPMKP/ SPMIB yang rusak/ salah (yang telah didistribusikan).


(30)

✼ ✽ 82. Penerbitan Pengganti SPMKP/ SPMIB yang rusak/ salah (yang belum

didistribusikan).

9. Kelompok Jabatan Fungsional Pemeriksa & Penilai , mempunyai tugas:

Melakukan pemeriksaan atas kewajiban perpajakam, baik pemeriksaan rutin maupun pemeriksaan khusus sesuai penugasan dari Kepala Kantor. Fungsional Penilai PBB bertugas melakukan penilaian atas objek PBB yang ada di wilayah KPP Pratama Sumedang, baik massal maupun individual

2.4 Aspek Kegiatan KPP Pratama Sumedang

KPP Pratama dibentuk dengan meleburkan tiga jenis kantor pelayanan yang ada sebelumnya, yakni Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB), dan Kantor Pemeriksaan Pajak (Karikpa). Meskipun terjadi penggabungan, tugas pokok dan fungsi yang melekat pada kantor-kantor tersebut tetap ada melalui struktur baru pada KPP Pratama yang berbasis fungsi. Aspek aspek kegiatan KPP Pratama Sumedang antara lain :

1. Pelayanan dengan konsepone stop service

Yang dimaksud dengan one stop service adalah semua pelayanan berbagai jenis pajak mulai dari PPh, PPN, PPnBM, Pajak Tidak Langsung lainnya, PBB dan BPHTB dilayani disini.

2. Pemberian informasi perpajakan

Memberikan informasi, penjelasan, penyuluhan dan asistensi perpajakan kepada Wajib Pajak.


(31)

✾ ✿ 3. Pendaftaran Wajib Pajak untuk memperoleh NPWP

Nomor Pokok Wajib Pajak yang selanjutnya disingkat dengan NPWP adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.

4. Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP)

Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha (baik orang pribadi maupun badan) yang telah memenuhi syarat Suntuk melakukan pemungutan, penyetoran dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Apabila pengusaha telah dikukuhkan menjadi PKP maka dia berkewajiban menerbitkan Faktur Pajak dan berhak memperhitungkan PPN yang telah dia bayar terhadap PPN yang dia pungut untuk disetorkan.

5. Perubahan data dan identitas Wajib Pajak

Perubahan data dan identitas Wajib Pajak dapat dilakukan berdasarkan permohonan Wajib Pajak maupun secara jabatan oleh petugas apabila ada data Wajib Pajak yang mengalami perubahan baik nama, alamat tempat kedudukan dan atau tempat usaha, nomor telepon, jenis usaha, status badan hukum, pergantian pengurus, serta data dan identitas Wajib Pajak lainnya.

6. Mutasi NPWP karena pindah domisili atau tempat kedudukan

Satu Wajib Pajak hanya diperbolehkan memiliki satu NPWP selama hidupnya, atau bagi Wajib Pajak Badan selama belum dibubarkan. Wajib


(32)

❀ ❁ Pajak tidak diperkenankan memiliki dua atau lebih NPWP. Oleh karena itu apabila Wajib Pajak pindah domisili atau tempat kedudukan dari wilayah KPP lama ke wilayah KPP lainnya maka Wajib Pajak tersebut tidak perlu membuat NPWP baru di KPP baru, cukup melakukan permohonan pindah sehingga NPWP tidak berubah, yang berubah hanyalah KPP tempat Wajib Pajak tersebut terdaftar dan kewajiban perpajakannya pun akan dipindahkan ke KPP baru.

7. Penghapusan NPWP

NPWP dapat dihapuskan dalam hal :

a. Wajib Pajak orang pribadi yang sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif dan/atau objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan;

b. Wajib Pajak badan dalam rangka likuidasi atau pembubaran karena penghentian atau penggabungan usaha;

c. Wanita yang sebelumnya telah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan menikah tanpa membuat perjanjian pemisahan harta dan penghasilan;

d. Wajib Pajak bentuk usaha tetap yang menghentikan kegiatan usahanya di Indonesia;

Sebelum dilakukan penghapusan NPWP, maka terhadap Wajib Pajak terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan pajak untuk menghitung kembali pajak pajak yang telah dibayar dan apabila masih ada pajak yang masih


(33)

❂❂ terutang dan belum dibayar agar dilunasi dulu sebelum kemudian NPWPnya dihapus.

8. Pencabutan pengukuhan PKP

Apabila Pengusaha Kena Pajak yang telah dikukuhkan pada suatu waktu ternyata tidak lagi memenuhi syarat sebagai PKP, maka pengusaha tersebut dapat mengajukan permohonan pencabutan pengukuhan PKP. Sebelum pengukuhan PKP dicabut, terhadap PKP tersebut terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan.

9. Penerimaan Surat Pemberitahuan (SPT Masa dan Tahunan)

Berdasarkan self assessment system, Wajib Pajak diberi kewenangan untuk menghitung, memperhitungkan, menyetor dan melaporkan sendiri pajak-pajaknya. Sarana yang digunakan untuk menghitung, memperhitungkan serta melaporkan pajak oleh Wajib Pajak disebut Surat Pemberitahuan (SPT). SPT terdiri dari SPT Masa dan SPT Tahunan. SPT Masa adalah SPT yang berisi perhitungan pajak dalam suatu masa/bulan sedangkan SPT Tahunan berisi perhitungan pajak dalam suatu tahun pajak.

10. Pemeriksaan pajak

Sebagai konsekuensi pelaksanaan self assessment system maka perlu dilakukan pemeriksaan pajak untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan oleh Wajib Pajak.


(34)

❃ ❄ 11. Penerimaan pelaporan pelunasan Surat Ketetapan Pajak (SKP)

Hasil dari pemeriksaan pajak dapat berupa Surat Ketetapan Pajak yang menyebutkan jumlah pajak yang masih harus dibayar oleh Wajib Pajak yang harus segera dilunasi kemudian dilaporkan.

a. Penerimaan permohonan keberatan

Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan terdapat pajak yang masih harus dibayar akan tetapi Wajib Pajak tidak setuju dengan jumlahnya, maka Wajib Pajak berhak untuk mengajukan keberatan dengan membuat surat permohonan keberatan dilampiri dengan perhitungan jumlah pajak terutang menurut perhitungan Wajib Pajak.

b. Penerimaan permohonan pemindah bukuan

Pajak yang telah disetor atas nama satu Wajib Pajak terhadap satu jenis pajak dapat dimintakan pemindah bukuan kepada atas nama Wajib Pajak yang lain atau jenis pajak yang lain.

c. Penerimaan permohonan mengangsur atau menunda pembayaran pajak

Apabila karena satu atau beberapa hal Wajib Pajak tidak mampu membayar pajak yang terutang maka Wajib Pajak tersebut diperbolehkan mengangsur atau menunda pembayaran pajak. Terhadap permohonan ini akan dilakukan penelitian oleh petugas terhadap faktor-faktor yang menyebabkan Wajib Pajak tidak mampu melunasi pajaknya sekaligus untuk kemudian ditentukan apakah permohonannya dikabulkan atau ditolak.


(35)

❅ ❆ d. Penerimaan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak

(restitusi)

Apabila terjadi kelebihan pembayaran pajak, Wajib Pajak berhak meminta kembali kelebihan pembayaran pajaknya. Terhadap Wajib Pajak akan dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui apakah ada pajak yang masih harus dibayar sebelum kelebihan pajaknya bisa dikembalikan (direstitusi).

e. Penyitaan dan pencabutansita termasuk pemblokiran rekening

Berdasarkan Surat Ketetapan Pajak hasil pemeriksaan yang menyebutkan masih ada pajak yang masih harus dibayar dalam jangka waktu tertentu belum dilunasi maka dapat dilakukan penyitaan terhadap aset Wajib Pajak termasuk pemblokiran rekening Wajib Pajak di bank sebagai jaminan. Apabila dalam jangka waktu tertentu setelah penyitaan dan pemblokiran tersebut Wajib Pajak melunasi utang pajaknya maka penyitaan dan pemblokiran dicabut dan aset yang disita dikembalikan.

12. Pelaksanaan lelang

Apabila dalam jangka waktu tertentu setelah penyitaan Wajib Pajak tidak juga melunasi utang pajaknya, maka terhadap aset yang disita dapat dilakukan pelelangan dan hasilnya digunakan untuk melunasi utang pajaknya.


(36)

❇6 13. Penerimaan pemberitahuan pembukuan dengan menggunakan komputer

Wajib pajak diperkenankan melaksanakan pembukuan dengan sistem komputerisasi dengan terlebih dahulu memberitahukannya kepada KPP. 14. Penerimaan pemberitahuanperubahan tahun buku

Apabila Wajib Pajak melakukan perubahan tahun buku, Wajib Pajak harus memberitahukannya kepada KPP.

15. Penerbitan Surat Keterangan Bebas(SKB)

Surat Keterangan Bebas adalah surat yang digunakan Wajib Pajak agar tidak dilakukan pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga yang apabila Wajib Pajak dilakukan pemotongan atau pemungutan berpotensi adanya kelebihan pembayaran pajak. Sebelum SKB terbit, terlebih dahulu dilakukan penelitian oleh petugas.

16. Penetapan suatu daerah terpencil

KPP baik secara jabatan maupun karena permohonan Wajib Pajak, dapat menetapkan suatu daerah sebagai daerah terpencil yang memperoleh fasilitas tertentu dibidang perpajakan.

17. Penerbitan Surat Keterangan Fiskal (SKF)

SKF berisi data pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak untuk masa dan tahun tertentu. Umumnya SKF dipergunakan untuk memenuhi persyaratan saat hendak melakukan penawaran pengadaan barang dan atau jasa untuk keperluan pemerintah. SKF diterbitkan apabila ada permohonan dari Wajib Pajak dengan terlebih dahulu dilakukan penelitian oleh petugas.


(37)

❈ ❉ 18. Penerbitan dan pengawasan ijin pemberian meterai dengan mesin teraan

meterai

Dalam rangka menghemat waktu, tenaga dan biaya, Wajib Pajak yang dalam kegiatannya sering memberi meterai terhadap dokumen-dokumennya diperbolehkan menggunakan mesin teraan meterai dengan terlebih dahulu meminta ijin kepada KPP.

19. Penerbitan dan pengawasan ijin pemberian meterai dengan sistem komputerisasi

Selain menggunakan mesin teraan meterai, meterai juga dapat dicetak menggunakan sistem komputerisasi berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan.

20. Penerimaan permohonan data baru Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Di bidang PBB,self assessment systemditerapkan dengan cara pengajuan permohonan data PBB baru apabila Wajib Pajak memiliki objek PBB berupa tanah dan atau bangunan yang belum memiliki Nomor Objek Pajak (NOP)

21. Pencetakan SPPT, STTS dan Salinan SPPT PBB

Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) adalah surat yang menyebutkan besarnya nilai objek pajak PBB beserta jumlah PBB yang harus dibayar dalam satu tahun. Surat Tanda Terima Setoran adalah surat yang menyebutkan jumlah PBB yang telah disetor dan diberikan kepada Wajib Pajak apabila dia telah melunasi PBBnya. Untuk keperluan


(38)

❊8 tertentu, Wajib Pajak dapat meminta salinan SPPT, misalnya apabila SPPT aslinya hilang.

22. Pemberian pengurangan pembayaran PBB

Terhadap Wajib Pajak tertentu dapat diberikan pengurangan pembayaran PBB, misalnya untuk para veteran perang dan pensiunan.

23. Penerimaan permohonan mutasi PBB

Mutasi PBB dilakukan apabila terjadi perubahan kepemilikan objek pajak PBB. Mutasi dilakukan dengan mengganti identitas Wajib Pajak yang tercantum dalam SPPT PBB.

24. Pemecahan dan penggabungan SPPT PBB

SPPT PBB dapat dipecah apabila ada pengalihan sebagian objek pajak PBB dari pemilik objek pajak lama kepada pemilik yang baru. Penggabungan SPPT dilakukan apabila ada dua atau lebih objek pajak PBB yang letaknya bersebelahan tapi dimiliki oleh satu orang Wajib Pajak

25. Administrasi dan verifikasi pembayaran BPHTB

Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan atau Bangunan (BPHTB) adalah pajak yang dibayar oleh Wajib Pajak yang menerima pengalihan hak atas tanah dan bangunan baik karena pembelian, hibah maupun warisan. Verifikasi pembayaran BPHTB dilakukan untuk memastikan BPHTB yang disetor telah masuk ke kas negara. Verifikasi biasanya dilakukan dalam rangka pembuatan akta tanah dan atau bangunan oleh Wajib Pajak ke Badan Pertanahan Nasional.


(39)

39

❋● ❋❍ ❍❍

■❏ ❑❋●▲●▼●N ■❏ ◆●❖ ▼●N●●N ❖❏P◗●■ P●❖❘❏❖

❙❚❯ ❋❱❲❳ ❨❩■ ❬❭❳ ❪❫❳❨❳❳❨❖❬❴❵❳■ ❴❳ ❪❛ ❬❪

❜❝❞❡ ❢❣❤ ✐ ❝❢❥❦ ❤ ❥❞❥❦ ❥❞ ❧❡❢❣❥♠ ❧❝♥♦❥ ❜♥ ❥❦♣❝❦ q ❣ ❧❥❞ ♣r ♥ ❜❝❢❥s ❥❞❥❞ ❜❥♦❥❦ (❧❜❜) ❜♥ ❥♣❥✐ ❥ t❡✐❝q ❥❞✉, ✈❝❞❡❢❣❤ q❣♣❝✐✈❥♣❦❥❞ ✈❥q❥ ✇❣q❥❞✉ t❝❦ ❤ ❣ ❜❝❞✉❥①❥❤ ❥❞

q❥❞ ❧r ❞ ❤❡❢♣❥❤ ❣. ② ❥❢❥✐ ✈❝❢❥❦ ❤ ❥❞❥❥❞ ❦❝✉❣❥♣❥❞ ❧❡ ❢❣❥♠ ❧❝ ♥♦❥ ❜♥ ❥❦♣❝❦ ♣❝♥ ❤❝③❡ ♣ ✈❝❞❡❢❣❤ q ❣③ ❝♥❣❦❥❞ ✈❝❞✉❥♥❥♠❥❞ q❥❞ ③ ❣✐ ③ ❣❞✉❥❞ ✐ ❝❞✉❝❞ ❥❣ ❦❝✉❣❥♣ ❥❞ ③ ❣q ❥❞✉ t❝❦❤ ❣ ❜❝❞✉❥①❥❤ ❥❞q ❥❞❧r❞❤❡ ❢♣❥❤ ❣❤❝♠❥♥❣-♠❥♥❣.

❙❚❯ ❚❯■ ❴④❫ ❬❲u

❙❚❯ ❚❯❚ ❯■❬❨❩ ❬❴❛❱❳❨■ ❴④ ❫ ❬❲u

t❡❥♣❡ ❦❝✉❣❥♣❥❞ ✈❝♥❡ ❤ ❥♠❥❥❞ ❡❞♣❡❦ ✐ ❝❢❥❦ ❤ ❥❞❥❦ ❥❞ q❥❞ ❡ ❞ ♣❡❦ ✐❝❞⑤❥✈❥❣ ♣❡♦❡ ❥❞ ❞s ❥ ✐ ❝✐❣❢❣❦❣ ♣❥♣❥⑤❥♥❥❦ ❝♥♦❥ ❡ ❞ ♣❡ ❦ ✐❝❢❥❦❤ ❥❞❥❦ ❥❞ ✈❝❦ ❝♥♦❥❥❞ s ❥❞✉ ✐ ❝✐❣❢❣❦❣ ✈r ❢❥ ❦❝♥♦❥ ♣❝♣❥✈ s ❥❞✉ ❤❡ q ❥♠ q❣♣❝❞♣❡❦❥❞ ❤❡ ❥♣❡ ✈❝♥❡❤ ❥♠ ❥❥❥❞⑥ ②❝❞✉❥❞ ✐❝✐ ❣❢❣❦❣ ✈♥r❤❝q ❡ ♥ s ❥❞✉ ♦❝❢❥❤⑦ ✐❥❦❥ ❤ ❝♣❣❥✈ ✈❝♥❡ ❤ ❥♠❥❥❞ ♣❝♥❤ ❝③❡♣ ❥❦ ❥❞ q ❝❞✉❥❞ ✐❡ q ❥♠ ✐❝❞⑤❥✈❥❣♣❡ ♦❡❥❞q❥♥❣♣❥♥✉❝♣❡❤❥♠❥❞s ❥.

②❝⑧❣❞ ❣❤ ❣✈♥r ❤ ❝q❡♥✐❝❞❡♥❡ ♣●❴❲❱ ⑨④❫ ⑩❶ ❷ ❷❸❹❺ ❙ ❸❻, s ❥❣♣❡❼

❽❜♥r❤ ❝q❡♥❥q❥❢❥♠ ❤❡ ❥♣❡ ③❥✉❣❥❞❤❣❤ ♣❝✐s ❥❞✉ ✐ ❝♥❡✈❥❦❥❞♥❥❞✉❦ ❥❣❥❞ ♣❣❞q❥❦❥❞ s ❥❞✉ ✐ ❝❞s ❥❞✉❦❡ ♣ ③❝③ ❝♥❥✈❥ r♥❥❞✉ q❥❢❥✐ ❤❥♣❡ ❥♣❥❡ ③ ❝③❝♥ ❥✈❥ ③❥✉❣❥❞ s ❥❞✉ q❣♣❝♣❥✈❦ ❥❞❡ ❞ ♣❡ ❦ ✐ ❝❞ ♦❥✐ ❣❞❥✉❥♥❤❡❥♣❡ ❦❝✉❣❥♣❥❞ ❡ ❤ ❥♠ ❥ ❥♣❥❡ ♣♥ ❥❞❤ ❥❦❤ ❣q ❥✈❥♣ ♣❝♥♦❥q❣③ ❝♥❡ ❢❥❞✉❦ ❥❢❣q ❥❞q ❣❢❥❦ ❤ ❥❞❥❦ ❥❞❤ ❝⑤❥♥ ❥❤ ❝♥❥✉❥✐ .

Sedangkan pengertian prosedur menurut❑u❭⑨❳ ❲❱ ⑩❶ ❷ ❷❯ ❹ ❾ ❻ , yaitu :

Prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang jadi berulang-ulang .


(40)

40

❿➀➁➂ ➃➄➃➁ ➅➃ ➆➅ ➀➂ ➇➃ ➂ ➀➈➉ ➆➉➄ ➉ ➂ ➉➃➊➃➄ ➋➁ ➌➄ ➀➂ ➇➁➂ ➃➋➃➊ ➂➉➃➁➊➉➅ ➃ ➆ ➄ ➇➃➊ ➇➅ ➀ ➍➉➃➊➃ ➆ ➎➃ ➆ ➍ ➏➀➐➉➑➃➊➅➃ ➆ ➑➀➑➀➁ ➃➋➃ ➌➁➃ ➆ ➍ ➂➃➐➃➏ ➄ ➃➊ ➇ ➂ ➀➋ ➃➁➊➀➏➀ ➆ ➃➊➃ ➇ ➐➀➑➉➒ ➓ ➎➃ ➆➍ ➂➉➑➇➃➊ ➇ ➆➊ ➇➅ ➏➀ ➆➔➃➏➉ ➆ ➋➀ ➆➃ ➆ ➍➃ ➆➃ ➆ ➄ ➀ →➃➁ ➃ ➄ ➀➁➃➍➃➏ ➊➁ ➃ ➆➄➃➅ ➄ ➉ ➋➀➁➇➄ ➃➒➃➃ ➆ ➎➃ ➆ ➍ ➊➀➁➔➃➂➉ ➑➀➁ ➇➐➃ ➆ ➍-➇➐➃ ➆ ➍.

➣↔↕ ↔➙➛➜➝➜ ➞

➣↔↕ ↔➙↔ ↕➛ ➟➠➡➟➢➤ ➥➜ ➠➛➜ ➝➜ ➞

➦➀ ➆ ➍➀➁➊➉➃ ➆ ➋ ➃ ➔➃➅ ➏➀ ➆ ➇➁➇➊ ➧➨ ➩➫➭➜ ➤ ➯➨ ➟ ➭ ➥➤➢➨ ➲➙ ➳➳ ➵ ➸➙ ➺ ➃➂ ➃➐➃➒ ➄➀➑➃ ➍➃➉ ➑➀➁➉➅ ➇➊:

➻➦➃ ➔➃➅ ➃➂➃➐➃➒ ➉ ➇➁ ➃ ➆➁ ➃➅➎➃➊ ➅➀➋ ➃➂➃ ➅ ➃➄ ➆➀ ➍➃➁➃ ➑➀➁ ➂➃➄ ➃➁➅ ➃ ➆➼➆➂➃ ➆ ➍-➼➆➂ ➃ ➆ ➍ (➎➃ ➆ ➍➂ ➃➋➃➊➂➉➋ ➃➅➄ ➃➅➃ ➆) ➂➀ ➆ ➍➃ ➆➊➉➃➂➃ ➏➀ ➆➂➃➋ ➃➊ ➔➃➄ ➃➊➉➏➑➃➐ (➅➌➆➊➁➃➋ ➁➀➄ ➊➃➄ ➉) ➎➃ ➆ ➍ ➐➃ ➆➍➄ ➇ ➆ ➍ ➂ ➃➋➃➊ ➂ ➉➊ ➇➆ ➔➇➅ ➅➃ ➆ ➂ ➃ ➆ ➂ ➃➋➃➊ ➂➉ ➍ ➇➆➃➅➃ ➆ ➇➆➊ ➇➅ ➋ ➀ ➆➍➀➐➇➃➁ ➃ ➆ ➇➏➇➏ .

Sedangkan menurut ➛↔ ➽↔ ➾ ➾➠ ➚➢ ➥➜ ➠ ➥ yang dikutip oleh ➪➜ ➶➹➨u ➲➙➳ ↕↕➸➙➺➘ memberikan definisi pajak sebagai berikut:

Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya untuk membiayai pengeluaran negara untuk kepentingan umum berhubungan dengan tugas negara untuk pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan .

Pengertian Pajak menurut ➴u➚➜ ➴➜➢➞u➷ dan ➬➜➶u➮➟➠ ➚➢y➱➝ ➜➠➜u

➲➙➳ ➳➙➸↕ ➺mengungkapkan bahwa :

Pajak adalah harta kekayaan rakyat yang berdasarkan Undang-undang sebagian wajib pajak diberikan oleh rakyat kepada Negara, tanpa mendapat kontraprestasi yang diterima rakyat secara individual dan langsung dari Negara serta bukan merupakan penalti, yang berfungsi sebagai dana untuk penyelenggaraan Negara, dari sisanya jika ada digunakan untuk pembangunan serta berfungsi sebagai instrumen untuk mengatur kehidupan sosial ekonomi masyarakat .


(41)

41

✃❐❒❮ ❰❮ ÏÐ ÑÒyÓÔÕÖu y×ØÙÙ Ú ÛÜÝ Þ ❐ß à❒ àá àâ ãäãåãÞãæ ãçá ❐è ãé ãàè ❐❰àå❮ Ï : êëãäãå ì❐❰❮ â ãå ã❒â❮❒é ❮Ïã❒ è❐❰Þ ãá ã❰å ã❒í❒Þã❒é-í❒Þ ã❒é îæ ❐çâ❐ì❐❰ à❒Ïãçï ðã❒é á ❐èãé àã❒Þ àâãåãà❮ ❒ Ï❮ åâ ❐❒ ð❐Þàãã❒èã❰ ã❒éÞã❒äãá ãâ ❮ èæ àåñ.

ò ❐❰Þãá ã❰ åã❒ è ❐è ❐❰ãâã Þ❐ß à❒àá à â ãäãå ÞàãÏãáï ìãå ã Þ ãâãÏ Þàä❐æãá å ã❒ èãç ó ã âãäãå ãÞ ãæ ãç à❮❰ã❒❰ ãå ðãÏå ❐â ãÞã❒ ❐é ã❰ ãðã❒é è ❐❰á àß ãÏì❐ìãåá ãðã❒é Ï❐æ ãçÞ àãÏ❮❰ îæ ❐ç í❒Þã❒é-í❒Þ ã❒é, Þã❒ ÏàÞ ãå ãå ã❒ ì❐❒Þ ãâ ãÏ äãá ã Ïàìè ãæ è ãæ àå æ ã❒é á❮❒é, ì❐æ ãà❒å ã❒Þàé❮❒ãå ã❒❮ ❒ Ï❮ åâ❐❒é❐æ❮ ã❰ ã❒❒ ❐é ã❰ ã❮❒Ï❮åå ❐â ❐❒ Ïà❒éã❒❮ì❮ì.

ôõö õ ØõØ÷Õ øù úu û ÔüÔý

✃❐❒❮❰❮ Ï þÔÑÖú Ôùÿ × ØÙ Ù ô ÛØÝ ì❐❒ ð❐è❮ Ïå ã❒ è ãçó ã ß❮❒éá à âãäãå ãÞãæ ãç á ❐èãé ãàè ❐❰àå❮ Ï:

ê✁Þã Þ❮ã ß❮❒é á à âãäãåï ðãàÏ❮ ß❮ ❒éá à ✂ ✄☎ ✆✝✞✟ ✠✡ Þã❒ ß❮❒é á à ì❐❒é ãÏ❮❰ (✡✝ ✆ ✄☛✝ ✡✝☞☎) .

Sedangkan menurut Óú ✌ú ✍uÑÕú Ô ✎Ô✏ Ô✑✒ ×ØÙ ö Ù ÛØÚÝ menyatakan bahwa fungsi pajak adalah sebagai berikut:

Pada umumnya pajak dikenal dengan 2 macam fungsi pajak yaitu fungsi

✂✄☎✆✝✞✟✠✡dan✡✝ ✆✄ ☛✝ ✡✝☞ ☎ .

Berdasarkan kedua pernyataan diatas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa fungsi pajak ada dua, yaitu fungsi ✂✄☎✆✝✞✟✠✡ dan fungsi mengatur (✡✝ ✆ ✄☛✝ ✡✝☞☎). Uraiannya adalah sebagai berikut:


(42)

42

1. ✓✔ ✕ ✖✗ ✘✙✚ ✛✜ ✢✣✤✥✦✧★ ✧✔ ✓✔✕✖✗ ✘✩✪✕✪✫ ✘✬✧✧✕

✓✔ ✕ ✖✗ ✘✙✚ ✛✜ ✢✣✤✥✦✬ ✪✕ ✔✫ ✔★✭ ✮✯✰✱ ✮✲✳ ✴✵✶ ✷ ✷✸✹✺ ✻✧✼ ✧✽ ✧✾ ✗✪✿ ✧✖✧✘✿✪✫✘❀✔★:

❁✓✔✕✖✗ ✘✙✚ ✛✜ ✢✣ ✤✥✦ ✧✫★✘✕❂ ✧❃ ✧❄✧❀✗ ✪✿ ✧✖✧✘✗✔ ✬✿✪✫ ✼ ✧✕✧✿✧✖ ✘❃✪✬ ✪✫✘✕★ ✧✾✔ ✕★✔❀ ✬✪✬✿✘✧❂ ✧✘❃✪✕✖✪✽✔✧✫✧✕-❃✪✕ ✖ ✪✽✔✧✫✧✕ ✕❂ ✧ .

Sedangkan menurut ❅✱❆✱ ❇❈ ✲✳✱ ✵✶ ✷ ✷✸✹✶✻ menyatakan bahwa fungsi

✦ ✢✜✚❉✢✦ ✢❊✛adalah sebagai berikut:

Pajak mempunyai fungsi ✙ ✚✛ ✜✢✣ ✤✥✦ artinya pajak merupakan salah satu sumber penerimaan untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan. Sebagai sumber keuangan negara, pemerintah berupaya memasukan uang sebanyak-banyaknya untuk kas negara. Upaya tersebut ditempuh dengan cara ekstensifikasi maupun intensifikasi pemungutan pajak melalui penyempurnaan peraturan berbagai jenis pajak seperti Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, dan Pejak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan lain-lain .

Dari dua pengertian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa fungsi

✙ ✚✛ ✜✢✣ ✤✥✦ adalah sebagai salah satu sumber penerimaan negara yang akan digunakan untuk membiayai pengeluaran negara, baik untuk pengeluaran rutin maupun pembangunan.

2. Fungsi✦✢✜ ✚❉✢✦ ✢❊✛ atau fungsi mengatur

Fungsi✦✢✜ ✚❉✢✦ ✢❊✛menurut✭✮✯✰✱ ✮ ✲✳ ✴✵✶✷✷ ✸✹✺✻adalah sebagai berikut:

Fungsi mengatur (✦✢✜ ✚❉✢✦ ✢❊✛) artinya pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi .


(43)

43

❋●❍■❏ ❑▲■❏ ▼ ●❏ ◆❖ ◆P ◗❘❙❚ ❯u ❱❘❲ ◗❳❨❘❩ ❘❲ ❬ ❭ ❪❙❚❘❫❴❵ ❛ ❛❜❝ ❞❡ ▼●❏❢■P■ ▲■❏ ❣■❤ ✐■❥◆❏❑❦❧♠♥♦ ♣q♥ ♠♥r s■ ❍■t■❤❦●❣■ ❑■❧❣●❖❧▲◆P:

✉✈■✇■ ▲❣●❖❥◆❏❑❦❧ ❦●❣■ ❑■❧ ■t■P ◆❏ P ◆▲ ▼●❏❑■P ◆❖ ■P■ ◆ ▼●t■ ▲❦■❏ ■ ▲■❏ ▲●❣❧ ✇■ ▲■ ❏ ❍❧❣❧❍■❏ ❑❦① ❦❧■t❍■❏●▲①❏①▼❧ .

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa fungsi ♠♥♦ ♣q♥ ♠♥r s yaitu untuk mengatur masyarakat ke arah yang dikehendaki oleh pemerintah. Pemerintah mengatur menggunakan pajak untuk mengendalikan kegiatan masyarakat agar sejalan dengan rencana dan keinginan pemerintah dalam menjalankan pemerintahannya.

❜ ❭②❭❵ ❭ ❜③④❲⑤④❨⑥❳❘❲◗❘⑦❳⑧③❘⑦❘⑨

Menurut⑩❳⑥❳❶④❫❷❳❴❵❛❛ ❜❝❸❡definisi wajib pajak adalah sebagai berikut :

Wajib pajak (WP) adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pungutan atau pemotong pajak tertentu .

Sedangkan menurut ⑩❳⑥❳ ❹❨❲ ❳❘u ❶❘❺ ❘❚ ❻ ❴❵❛②❛❝②❼ ❜❡ menyatakan bahwa wajib pajak adalah sebagai berikut:

Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan meliputi pembayar pajak, pemotong pajak dan pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan termasuk pemungut pajak dan pemotong pajak tertentu .

Berdasarkan kedua definisi diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa kewajiban dari wajib pajak yang utama adalah membayar pajak sendiri dan


(44)

44

❽❾ ❽❿➀ ❿➁➂ ➃➀➃➄ ❽❾ ❽➄➁➂ ➄➀ ➅➃ ➆➃ ➇ ❿➈➃ ➁➂ ➉➃➊➁ ➋➃ ➁ ➇❾ ❽➄➋ ➊➃ ➁ ❽❾ ➁➌❾➀ ❿➈➇➃ ➁➁➌➃ ➇❾ ➁❾➂➃ ➈➃. ➍➃ ➆➊➎ ➅ ➃ ➆➃ ➇➋ ➊➎➃➂➊ ❽❾ ➁ ➆➃➋➊ ➋ ➄ ➃, ➌➃➊➀➄ ❿ ➈➃ ➁➂ ➅ ➈➊➎➃➋ ➊ ➋➃ ➁ ➎➃➋ ➃ ➁➏ ➋ ➊ ❽➃ ➁➃ ➐➃ ➇➋➃ ➁➇❾ ➑➃ ➆➊➎➃ ➁➁➌➃➀❾➉➃ ➐➋➊➃➀➄➈❿➉❾ ➐➅ ❾ ➈➄➁➋ ➃ ➁➂-➄ ➁➋➃ ➁➂➃ ➁➅❾ ➈➅➃ ➆➃ ➇➃ ➁➒

➓➔→ ➔➣➔ ↔↕➙➛➜➙➝➞ ➟➠➛↕➠➡ ➠➢↕➙➛ ➜➤➠➥ ➟➦ ➠➛

➧➃ ➆➃ ➇➅❾ ➁➂ ➐➃➨ ➊➉➃ ➁❽❾ ➁➄➈➄ ➀ ➩➝➦y➫➠➛➭u y ➯➣ ➲➲ ➳➵ ➸➺ ➻ ➃➋ ➃➉➃ ➐➨ ❾➎➃➂➃➊➎❾ ➈➊ ➇➄ ➀:

➼➧➃ ➆➃ ➇➅ ❾ ➁➂➐➃➨ ➊➉➃ ➁➃➋➃➉➃ ➐➅ ➃ ➆➃ ➇➌➃ ➁➂➋➊ ➇❾ ➁➃ ➇➃ ➁➀❾ ➈➐➃➋➃➅➨ ➄➎➆❾ ➇➅➃ ➆➃ ➇➃➀ ➃➨ ➅ ❾ ➁➂➐➃➨ ➊➉➃ ➁➌➃➁➂ ➋ ➊➀❾ ➈➊ ❽➃ ➃➀➃➄ ➋ ➊➅❾ ➈ ❿➉❾ ➐ ➁➌➃ ➋ ➃➉➃ ❽ ➀➃ ➐➄ ➁➅ ➃ ➆➃ ➇➃➀➃➄ ➋ ➃➅➃➀ ➅ ➄➉➃ ➋➊ ➇❾ ➁➃ ➇➃ ➁➅➃ ➆➃ ➇➄➁➀➄➇➅❾ ➁➂ ➐➃➨➊➉➃ ➁➋ ➃➉➃ ❽➎➃➂ ➊➃ ➁➀➃ ➐➄➁➅➃ ➆➃ ➇➏➃➅ ➃➎➊ ➉➃ ➇❾ ➑➃ ➆➊➎➃ ➁➅➃ ➆➃ ➇➨ ➄➎➆❾ ➇➀➊➽➁➌➃➋➊ ❽➄➉➃➊➃➀➃➄➎❾ ➈➃ ➇ ➐➊ ➈➋ ➃➉➃ ❽➀➃ ➐➄ ➁➅➃ ➆➃ ➇ . Sedangkan ➫➟➞➟ ➾➙➥➚➟ ➯➣ ➲➲➓➵ ➸↔➻ menyatakan Pajak Pengahasilan (PPh) sebagai berikut:

Pajak Penghasilan (PPh) adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam suatu tahun pajak .

Pengertian Pajak Penghasilan (PPh) menurut ➪u➭➠ ➪ ➠➝➢u➥ dan ➶➠➦u

➹➙➛ ➭➝y➘➡ ➠➛ ➠u ➯➣ ➲➲ ➣➵➴➻adalah sebagai berikut :

Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diperolehnya dalam satu tahun pajak .

Dari ketiga pengertian tersebut penulis menyimpulkan bahwa pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan yang diterima oleh subjek pajak dalam suatu tahun pajak.


(45)

45

➷➬➮ ➬➱➬ ✃❐❒❮❰ ❒ÏÐ ÑÒ ❮❐ÒÓ ÒÔ❐❒❮❰ÕÒÖ Ñ× Ò❮❐ÒÖ Ò×➱ ✃

ØÙÚ ÛÜ ÛÝ Û Þßàßá ÞÙ Üâã ßÝ Ûä ßÜ ÞßÝ ßä 25 åÙ Üæç æè éÑÐ Ñ êÏ ❮ÑÒu ëÒÕ Òìí & î×y éÕ Ò ìÒÐ Ñu ï➱ð➮ð ñ➮òó ôõßÛè æö

÷Þßàßá ÞÙ Ü âãßÝ Ûä ßÜ ÞßÝ ßä 25, åÙ Ü âßè æç èÙ Üè ßÜ â øÙ Ü âãÛè æÜ âßÜ ùÙÝ ßç Üõß ßÜ âÝ æç ßÜ ùæä ßÜ ßÜ õßÜâ ã ßçæÝ úÛù ßõßç ûäÙã üßàÛù Þßàßá Ý Ù ÜúÛç Û úßä ßå è ßã æ ÜùÙç àßä ßÜ .

Sedangkan ýÒ×uìþ ï➱ð➮ ➮ñ➷➮ÿ ô menyatakan perlakuan Pajak Penghasilan 25 bagi wajib pajak yang bergerak di bidang perbankan bahwa:

Besarnya angsuran Pajak Penghasilan dalam tahun pajak berjalan untuk setiap bulan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak yang bergerak dalam bidang perbankan atau sewa dengan hak opsi adalah sebesar Pajak Penghasilan yang dihitung berdasarkan penerapan tarif umum atas laba rugi fiskal menurut laporan keuangan triwulan terakhir yang disetahunkan dikurangi Pajak Penghasilan Pasal 24 yang dibayar atau terutang di luar negeri untuk tahun pajak yang lalu, dibagi 12 (dua belas) .

Berdasarkan kedua definisi diatas, Pajak Penghasilan Pasal 25 merupakan angsuran pajak masa, dimana setiap bulannya Wajib Pajak harus melaporkannya, tetapi bagi wajib pajak yang bergerak di bidang usaha perbankan dan sewa guna usaha hanya setiap triwulan wajib melaporkan, dan perhitungannya disetahunkan.

➷➬➱ ❒Ô❮ÑÖ❐❒× ÒÔÖ Ò❮Ò Ò❮ê ❒ÏÓ Ò ❐Ï ÒÔÐ❒Ô

Adapun teknis pelaksanaan kerja praktek adalah :

1. Mendapatkan penjelasan umum tentang kepegawaian dan struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang. Informasi dan penjelasan singkat mengenai sejarah perusahaan. Informasi dan penjelasan tersebut diperoleh dari Bagian Umum.


(46)

46

3. ✁✂✄☎✆✝✆✝✞✆✝✆✟✆✠✡☛☞✆✠✆ ✌✍✎✆ ✄ ✏☞ ✎✡☛ ✆ ✞✡ 4. ✁✂✄☎✆✝✆✝✞✆✝✆✟✆✠✡☛☞✆✠✆ ✌✑✆ ✞✆ ✄

5. ✒ ✂✏✡ ✓✝ ✎✆ ✓✡✔✕ ✎✆✝✁✆ ✓ ✕✌✖ 6. ✑✂✗✆✠✆ ✎✘✙✝✙☎✙ ✚ ✛.

7. ✁✂✄ ✓✙✎✝✡ ✎✆ ✎✓✡✚-✆ ✎✓✡✚✜☎☎✙✕ ✄✝ ✒✂✚✎✂✓ ✂✄✝✆✝✡ ✢ ✂ 8. ✁✂✄ ✏✆ ✄✝✆ ✎✌✆ ✄✓✕ ✎✆✝✌ ✂✓ ✂✌ ✓✡ ✚✂✗✆✛✆ ✄✆ ✄

9. ✁✂✄ ✓✙✎✝✡ ✎ ✞✆✝✆ ✟✆✠✡☛ ☞✆✠✆ ✌ ✍✎✆ ✄✏ ☞✎✡☛✆ ✞✡ ✛✆ ✄ ✏ ✝ ✂✗✆ ✣ ✚✡✄ ✞✆ ✣ ✝ ✂✤✚✆✝

✝✡ ✄ ✏✏✆✗

10.✁✂✤ ☛ ✕✆✝☎✙✢✂✎✕✄✝ ✕✌☛ ✕ ✌ ✕✎ ✂✏✡ ✓✝ ✎✆ ✓✡✓ ✕✎✆✝✛✆ ✄ ✏☛ ✆ ✎✕.

11.✁✂✤ ☛✆ ✄✝ ✕✝ ✕✏✆ ✓✓ ✂✌ ✓✡☞ ✕✓✆✝✥✆✝✆✞✆ ✄✦✄✘✙✎✤✆ ✓✡✤✂✄✏✡ ✄✚✕✝✞✆✝✆

✧★✩ ★✪✫✬ ✭ ✮✯✰✱✲✳✬✴✲✬ ✵✶✱✵

✧★✩ ★✪★ ✪✴ ✲✷✭✱✸✲u✴✱✹✱✶✬✺✬✹✻ ✹✼✭✽✲✬✹✴✬✳ ✬✵✴✱✹✼ ✾✬ ✭ ✮✯✬✹✴✬ ✭✬ ✯✩✿❀✬✳✮❁ ✴✬ ✳✬✵❂✬✸✬✹❃✬✹✼ ❂✱✲✼✱✲✬ ✵✸✮❂ ✮✸✬✹✼✴✱✲❁✬✹✵✬✹

✜ ✄✏ ✓✕ ✎✆ ✄ ☞✆✠✆ ✌☞ ✂✄ ✏✣✆ ✓✡✗✆ ✄☞✆ ✓✆✗ 25 ✆ ✞✆✗✆ ✣✆ ✄ ✏ ✓✕ ✎✆ ✄☞✆✠✆ ✌☞ ✂✄ ✏✣✆ ✓✡✗✆ ✄ ✞✆✗✆✤ ✝✆ ✣✕ ✄ ✚✆✠✆ ✌ ☛✂✎✠✆✗✆ ✄ ✕ ✄✝ ✕ ✌ ✓✂✝✡✆✚ ☛✕✗✆ ✄ ✛✆✄✏ ✣✆ ✎✕ ✓ ✞✡☛ ✆✛✆ ✎ ✓ ✂✄ ✞✡ ✎✡ ✙ ✗✂✣ ✟✆✠✡☛ ☞✆✠✆ ✌ ✓ ✂☛✆ ✏✆✡✤ ✆ ✄✆ ✞✡✤✆ ✌ ✓✕ ✞ ✞✆✗✆✤ ☞✆ ✓✆✗ 25 ❄ ✄✞✆ ✄✏-❄ ✄ ✞✆ ✄ ✏ ❅✙✤✙✎ 7 ❆✆ ✣✕ ✄1983✝ ✂✄✝✆ ✄ ✏☞✆✠✆ ✌☞ ✂✄ ✏✣✆ ✓✡✗✆ ✄✓ ✂☛✆✏✆✡✤✆ ✄✆✝ ✂✗✆ ✣✞✡ ✕☛ ✆ ✣✝ ✂✎✆ ✌ ✣✡ ✎✞ ✂✄✏✆ ✄ ❄ ✄ ✞✆ ✄ ✏-❄✄ ✞✆ ✄✏❅✙✤✙✎ 17 ❆✆ ✣✕ ✄❇❈❈ ❈.

✑✂✓✆ ✎ ✄✛✆ ✆ ✄ ✏✓ ✕✎✆ ✄ ☞✆✠✆✌ ☞ ✂✄ ✏✣✆ ✓✡✗✆ ✄ ☞✆ ✓✆✗ 25 ✕✄✝ ✕✌ ✟✆✠✡☛ ☞✆ ✠✆ ✌ ☛✆ ✄ ✌ ✞✆ ✄ ✓ ✂❉✆ ✏✕✄✆ ✕ ✓✆ ✣✆ ✞ ✂✄✏✆ ✄ ✣✆ ✌ ✙ ✚✓✡ (❊i❋● ❋❍i● ■ l❏● ❑❏ ) ✆ ✞✆✗✆ ✣ ✓ ✂☛✂✓✆ ✎ ☞✆✠✆ ✌ ☞ ✂✄ ✏✣✆ ✓✡✗✆ ✄✛✆ ✄ ✏✞✡ ✣✡✝ ✕✄ ✏☛ ✂✎ ✞✆ ✓✆ ✎✌✆ ✄✚✂✄✂✎✆✚✆ ✄✝✆ ✎✡✘✕✤✕✤✆✝✆ ✓✗✆☛✆-✎✕✏✡ ✘✡ ✓ ✌✆✗ ✤✂✄✕ ✎✕✝ ✗✆✚✙✎✆ ✄ ✌ ✂✕✆ ✄ ✏✆ ✄ ✝ ✎✡ ❉✕✗✆ ✄ ✝ ✂✎✆ ✌ ✣✡ ✎ ✛✆ ✄ ✏ ✞✡ ✓✂✝✆ ✣ ✕✄ ✌✆ ✄ ✞✡ ✌✕ ✎✆ ✄ ✏✡ ☞✆✠✆ ✌


(47)

47

▲▼◆❖P ◗❘ ❙❚◗◆ ▲◗❘◗❚ 24 ❯◗ ◆❖ ❱ ❙❲ ◗ ❯◗❳ ◗❨ ◗❩❨ ▼❳ ❩❨ ◗◆❖ ❱ ❙❚❩◗❳ ◆▼❖▼❳ ❙ ❩ ◆❨❩ ❬ ❨ ◗P❩◆❭ ◗❪◗❬ ❯◗◆❖ ❚◗❚❩❫ ❱❙❲◗❖ ❙ 12 (❱❩ ◗❲ ▼❚◗❘).

❴❭ ◗❲❙❚◗❵ ◗❪❙❲ ▲◗❪◗❬❨▼❳ ❛ ◗❘❩ ❬ ❵ ◗❪❙❲ ▲◗❪◗❬❲◗❳❩❫❛◗❬◗❲▼❘◗❳◆ ❯◗◗◆❖ ❘❩❳◗◆ ▲◗❪◗❬ ▲▼◆❖P◗❘ ❙❚◗◆ ▲◗❘ ◗❚ 25 ❩ ◆❨❩ ❬ ❨❳ ❙❜❩❚◗◆ ❭ ▼❳ ❨ ◗❛ ◗ ◗❱ ◗❚◗P ❪❩ ❛ ❚◗P ▲◗❪◗❬ ▲▼◆❖P ◗❘ ❙❚◗◆❯◗◆❖ ❱ ❙P ❙❨❩◆❖❲▼❳ ❱ ◗❘ ◗❳ ❬◗◆❭ ▼◆ ▼❳ ◗❭◗◆❨ ◗❳❙❝❩❛ ❩❛◗❨ ◗❘❭▼❳ ❬❙❳◗◗◆❚◗❲◗ -❳ ❩❖ ❙ ❝❙❘❬ ◗❚ ❨❳ ❙❜❩❚◗◆ ❭▼❳❨ ◗❛◗ ❯◗ ◆❖ ❱❙❘ ▼❨ ◗P❩◆❬ ◗◆❫ ❱ ❙❲ ◗❖ ❙ 12 (❱❩ ◗ ❲▼❚◗❘). ❵ ◗❪❙❲ ▲◗❪◗❬ ❲ ◗❳ ❩ ◗❱ ◗❚◗P ❵◗❪❙❲ ▲◗❪◗❬ ❞❳◗◆❖ ❭❳❙❲ ◗❱ ❙ ❱◗◆ ❲◗❱◗◆ ❯◗◆❖ ❲ ◗❳❩ ❭▼❳❨ ◗❛◗ ❬◗❚❙ ❛▼❛❭▼❳❞ ❚▼P ❭▼◆❖P ◗❘ ❙❚◗◆ ❱◗❳❙ ❩ ❘ ◗P◗ ◗❨ ◗❩ ❭▼❬ ▼❳ ❪◗◗◆ ❲▼❲ ◗❘ ❱ ◗❚◗❛ ❨ ◗P ❩◆ ❭◗❪◗❬ ❲▼❳ ❪◗❚◗◆❡

▲❳❞❘▼❘ ❭ ▼◆ ▼❨ ◗❭ ◗◆ ◗◆❖ ❘❩ ❳ ◗◆ ▲▲P ▲◗❘ ◗❚ 25 ❱◗❳ ❙ ◗❜◗❚ ❘ ◗❛❭◗❙ ❘ ▼❚▼❘ ◗❙, ❲▼❳ ❱ ◗❘ ◗❳❬◗◆ Standard Operating Procedures ❢ ❙❳ ▼❬❨❞ ❳ ◗❨ ❣ ▼◆❱ ▼❳ ◗❚ ▲◗❪◗❬ ❤❞ ✐ ❥▲▲70-0042, ❱ ◗❭ ◗❨❱ ❙❩❳ ◗ ❙❬◗◆❘ ▼❲ ◗❖◗❙❲ ▼❳ ❙❬❩ ❨ :

❴.❢▼❘ ❬❳ ❙❭ ❘ ❙

▲❳❞❘▼❱❩❳ ❞❭▼❳ ◗❘ ❙ ❙◆❙ ❛▼◆❖❩ ❳ ◗❙❬ ◗◆ ❨ ◗❨ ◗ ❦◗❳◗ ❭ ▼◆ ▼❨ ◗❭ ◗◆ ◗◆❖❘❩ ❳ ◗◆ ▲◗❪◗❬ ▲▼◆❖ P ◗❘ ❙❚◗◆▲◗❘◗❚ 25 ❩◆❨❩❬❜◗❪❙❲❭ ◗❪ ◗❬❧ ◗◆❬❫♠ ▼❜◗♥❩◆◗♦❘ ◗P◗❱▼◆❖ ◗◆ ♣◗❬q❭ ❘ ❙, ❧ ◗❱ ◗◆♦❘ ◗P◗r❙❚❙❬❤▼❖ ◗❳ ◗❱ ◗◆❧◗❱ ◗◆♦❘ ◗P ◗r❙❚❙❬❢ ◗▼❳◗P ❡ ❧.❢ ◗❘ ◗❳ ♣❩ ❬❩❛

❥▼❭❩ ❨❩ ❘ ◗◆ r▼◆❨ ▼❳❙ ❥▼❩ ◗◆❖ ◗◆ s▼❭ ❩❲❚❙❬ t◆❱❞ ◆ ▼❘❙◗ ❤❞❛ ❞❳ 522/❥r ❥.04/2000 ❨ ◗◆❖ ❖ ◗❚ 14 ❢ ▼❘▼❛ ❲ ▼❳ 2000 ❨ ▼◆❨ ◗◆❖ ▲▼◆❖P❙❨❩ ◆❖ ◗ ◆

❧▼❘ ◗❳◆ ❯◗ ❴◆❖ ❘❩❳ ◗◆ ▲◗❪◗❬ ▲▼◆❖P◗❘ ❙❚◗◆ ❱ ◗❚◗❛ ✉◗P❩◆ ▲◗❪◗❬ ❧▼❳❪◗❚◗◆ ❯◗◆❖ ♣◗❳❩❘ ❢ ❙❲◗❯◗❳ ♠ ▼◆ ❱❙❳ ❙ ❞ ❚▼P ❵ ◗❪❙❲ ▲◗❪◗❬ ❧ ◗❳❩❫ ❧◗◆ ❬❫ ♠ ▼❜◗ ♥❩ ◆ ◗ ♦❘ ◗P◗ ❢ ▼◆❖ ◗◆ ♣◗❬ q❭ ❘ ❙, ❧◗❱ ◗◆ ♦❘ ◗P◗ r❙❚❙❬ ❤▼❖ ◗❳ ◗, ❧◗❱ ◗◆ ♦❘◗P◗ r❙❚❙❬ ❢ ◗▼❳ ◗P❫ ❱◗◆ ❵ ◗❪❙❲ ▲◗❪◗❬ ✈◗❙◆ ◆ ❯◗ ✉▼❳❛◗❘❩ ❬ ❵ ◗❪❙❲ ▲◗❪◗❬ q❳ ◗◆❖ ▲❳ ❙❲ ◗❱ ❙


(48)

48

✇①② ③④ ⑤⑥⑦ ⑥ ⑧① ⑨⑩①②⑩④ ⑤ ❶⑩.❷ ❶⑩.❷ ❶ ❸①❹④ ⑩④ ⑤⑥② ❺①② ⑩①⑨ ❻ ❸①④ ⑥②③⑥② ❼❽❾ ❽⑨ 84/❸❺❸.03/2002

❿.✇❻⑦ ⑥➀➁⑥②③⑧① ⑨➀⑥ ❻⑩

1. ❸①❹ ⑥➂⑥ ❸⑥② ⑩ ❽⑨ ✇①➂⑥➁⑥② ⑥② ✇⑥➃⑥➀ ⑤①➂⑥➀④ ❹❻❾❹❻②⑥② ❻②⑤⑩⑥②⑤❻ ➄①⑨ ⑩⑥② ③ ③④②③

➃⑥ ➅⑥➄⑥⑩⑥ ⑤➀ ①➄❻➃⑥➀ ⑥②➁⑥②③❷ ❻➀①➂④⑥ ⑨➀⑥②❷ ❻❸⑥②⑩ ❽⑨✇①➂⑥➁⑥② ⑥②✇⑥➃⑥➀

2. ❸①❹ ⑥➂⑥ ➆①➀⑤ ❻ ✇①②③⑥ ➅⑥ ⑤⑥② ❷⑥② ❸ ❽② ⑤④➂⑩⑥ ⑤❻ ⑤①➂⑥➀ ④ ➀①❹ ⑥➂⑥ ⑤①➀ ⑤ ❻ ⑥➀⑥②

➄①⑨➀❽❽⑨ ❷❻② ⑥ ⑤❻ ❷①② ③⑥② ⑥②③③❽⑩⑥② ➁⑥, ➁⑥ ❻⑩④ ➇➈➈❽④ ②⑩ ➉①❹ ①⑨① ⑤①②⑩⑥⑩ ❻➊① ④ ②⑩④ ➀ ❹ ①②①⑩⑥❹ ⑥②⑥② ③ ⑤④ ⑨⑥② ✇✇⑦ ✇⑥ ⑤⑥➂ 25

3. ➇➈➈❽④② ⑩ ➉①❹⑨ ① ⑤①②⑩⑥⑩ ❻➊① ❾①➂⑥➀④ ➀⑥② ❹ ①② ①➂❻⑩ ❻⑥② ⑩①⑨ ⑦⑥ ❷⑥❹ ❷⑥⑩⑥-❷⑥⑩⑥

➀ ①④⑥②③⑥②❷⑥⑨ ❻➋⑥➃❻➄ ✇⑥➃⑥➀

4. ✇①➂⑥➀⑤⑥② ⑥ ➆①➀⑤❻ ✇①➂⑥ ➁⑥② ⑥② ❾①②③❻②❹ ④⑩ ❷⑥⑩⑥-❷⑥⑩⑥ ❷⑥⑨ ❻ ➋⑥➃❻➄ ✇⑥➃⑥➀ ⑤①➄①➂④❾

❷ ❻➂⑥②➃④ ⑩➀⑥②➀①⑤①➀⑤ ❻✇①② ③⑥ ➅⑥ ⑤⑥②❷⑥②❸ ❽②⑤④➂⑩⑥ ⑤ ❻

5. ✇①⑩④③⑥ ⑤ ⑧①❾ ❹⑥⑩ ✇①➂⑥➁⑥② ⑥② ⑧①⑨❹ ⑥ ❷④ ❾ ①②① ⑨ ❻❾⑥ ❷⑥⑩⑥-❷⑥⑩⑥ ➁⑥②③ ❷ ❻➄①⑨❻➀⑥②

❽➂①⑦➋⑥➃❻➄✇⑥➃⑥➀ 6. ➋⑥➃❻➄ ✇⑥➃⑥➀

➌. ➌❽➀ ④❾ ①②➁⑥②③➌❻⑦ ⑥ ⑤❻➂➀⑥②

➌⑥➂⑥❾ ❹①➂⑥➀⑤⑥②⑥⑥② ② ➁⑥ ⑩①⑨❷⑥❹ ⑥⑩ ➄①➄①⑨ ⑥❹⑥ ❷❽➀④ ❾①② ➁⑥② ③ ⑥➀ ⑥② ❷❻⑦ ⑥ ⑤❻➂➀ ⑥② ➀ ①⑩ ❻➀⑥❹ ⑨ ❽ ⑤① ⑤❹ ①② ①⑩⑥❹⑥②⑥②③⑤④⑨ ⑥②✇✇⑦❹⑥ ⑤⑥➂ 25 ⑩①➂⑥⑦❷❻➂⑥➀⑤⑥② ⑥➀⑥②➍➁⑥ ❻⑩④➎

1. ➏④ ➀⑩ ❻✇①②①⑨ ❻❾ ⑥⑥② ➆④⑨ ⑥⑩ (➏ ✇➆)

2. ➐⑥❹❽⑨⑥②✇①② ①➂❻⑩ ❻⑥②✇①②①② ⑩④⑥② ➏① ⑤⑥⑨ ② ➁⑥ ✇✇⑦ ✇⑥ ⑤⑥➂ 25 3. ➆④⑨ ⑥⑩✇①❾➄①⑨ ❻⑩⑥⑦ ④⑥②➏① ⑤⑥⑨② ➁⑥➇②③⑤④⑨ ⑥②✇✇⑦✇⑥ ⑤⑥➂ 25


(1)

6

❷❸❹❺ ❸❻❼❽❾❺❸❿ ❸

➀➁➂➃

y

➄➅ ➆➇ ➈ ➈➉ ➆

Kamus Besar Akuntansi. J

➊➋ ➊➁➌➊

:

➍➃ ➌➁➊

H

➊➁ ➌➊

P

➁➃ ➎➊

.

E

➁➏➐➑➒ ➊➓ ➂➃ ➆➇➈➈➔ ➆

Perpajakan

➆→ ➊➋➊➁ ➌➊➣➑➊➏↔ ➎↕ ➊

E

➎➙ ➊➌

Muda, M

H

↔➓ ➂ ➁

y

Y,

➆ ➇➈➈➇ ➆

Pajak Penghasilan

J

➊➋ ➊➁➌➊➣

G

➁➊➎↔ ➂➃ ➊

Pustaka

U

➌➊➎ ➊➆

M

➊➁ ➂➃ ➊➅ ➎➄ ➆➇➈➈➝➆

Perpajakan

➆➞➄➟

y

➊ ➋➊➁ ➌➊➣

P

↔➓↔ ➁ ↕➃ ➌➀➓ ➂➃

R

➄➠➡➎➊➌

S

➄↔ ➎➃ ➌➁➄ ➆ ➇ ➈ ➈➢➆

Dasar-dasar Hukum Pajak Pendapatan

➆ ➤➊➓➂➒➓➟➣ ➥➁↔➅➠➄

L

↔ ➎ ↕ ➊➟➊

P

↔➓➂➃ ➂➃ ➋ ➊➓

S

➃ ➌➃

K

➒➁➓➃ ➊

R

➊➡➊

y

➒ ➆ ➇➈➦ ➈➆

Perpajakan Indonesia: Konsep dan Aspek Formal.

➞➄➟

y

➊ ➋➊➁➌➊➣

G

➁➊➡➊

I

➏ ➎ ➒

S

➃ ➌➃➜

K

➆ ➛ ➥➏

y

S

➆ ➇➈➦ ➈➆

Perpajakan Teori dan Teknis Perhitungan.

➞➄➟

y

➊➋ ➊➁➌➊➣

G

➁ ➊➡➊

I

➏ ➎ ➒

S

➃ ➌➃

R

↔➅ ➎➃➆➇➈➈➝➆

Perpajakan Teori dan Kasus.

S

➊➌➒➜ → ➊➋➊➁➌➊➣

S

➊➏↔ ➎↕ ➊➥➎ ➙➊➌

S

➄➓

y

➧➜➛

S

➃ ➌➃

K

➆➇ ➈ ➈➔➆

Perpajakan: Konesep, Teori, dan Isu.

J

➊➋ ➊➁➌➊➣

S

➊➌➒ ➨ ➊➏ ➒

y

➄ ➛ ➨➃ ➁➊

w

➊➓ ➤

I

y

➊➅ ➆ ➇ ➈ ➈➝➆

Perpajakan Indonesia.

J

➊➋ ➊➁➌➊➣

S

➊➏↔ ➎↕ ➊

➥➎➙➊➌

R

➊➡➊

y

➒➜

N

➃➓➟➆ ➇ ➈ ➈➢➆

Kebijakan Baru Direktorat Jenderal Pajak Dalam

Pengajuan Restitusi PPN dan Perencanaan Pajak untuk Menghadapinya

J

➒ ➁➓ ➊➏

I

➏ ➎➒ ➀➂ ➎➃➓ ➃➅ ➌➁ ➊➅➃ ➂➊➓

O

➁➟➊➓ ➃➅ ➊➅➃➜ ➤➃➅ ➓ ➃➅ ➛➤➃ ➁ ➄➋ ➁➊➅ ➃➜ ➩ ➄➏ ➆ ➦➫➜

N

➄➆➦ ➭

J

➊➓➒➊➁➃➯ ➆

R

➄➅ ➂➃ ➊➓ ➊➜

H

➊➒➏➊➜ ➇➈➈➔ ➆

Implikasi Perluasaan Definisi Royalti Terhadap kondisi

telematika

J

➒➁➓ ➊➏

I

➏ ➎➒ ➀➂ ➎➃➓ ➃➅ ➌➁ ➊➅➃ ➂➊➓

O

➁➟➊➓ ➃➅ ➊➅ ➃➜ ➤➃➅ ➓ ➃➅ ➤➃ ➁➄ ➋ ➁➊➅ ➃➜ ➩ ➄➏ ➆➦➉➲➄➝➭

S

↔ ➙➌↔ ➎ ↕↔ ➁

P

➒ ➁➓ ➄ ➎➄➜

H

➆ ➭➇ ➈ ➦➦➯➜

PP

TK

Korupsi Membuat Utang Indonesia Menggunung

➜ ➂➃ ➊➋➅ ↔➅ ➙➊➂ ➊

7

➧↔➅ ↔ ➎ ↕↔ ➁ ➇ ➈ ➦➦ ➂ ➊➁➃ ➨➄ ➁➏ ➂ ➨➃ ➂↔➨↔ ↕➣ ➡➌➌➙➣

//

➳➃➓ ➊➓➠↔ ➆➂↔ ➌➃ ➋ ➆➠➄ ➎

/

➁↔ ➊➂➵➇ ➈ ➦➦➵ ➦➇ ➵ ➈➫➵ ➈➔➫➔➝➦➵ ➦➢➸➇➝➔ ➺➵ ➉➵ ➙➙ ➊➌➋ ➻ ➋➄ ➁➒ ➙➅ ➃➻ ➎↔ ➎↕ ➒➊➌➻➒➌➊➓➟➻➃➓➂➄➓↔➅ ➃ ➊➻➎↔➓➟➟➒➓ ➒➓➟

P

➒ ➁➓➄➎➄➜

H

➆ ➭➇ ➈ ➦➦➯➜

S

↔➏ ➊➏ ➒

G

➊➟➊➏ ➍➊➙ ➊➃

T

➊➁➟↔ ➌➜ ➧➃ ➌➼↔➓

P

➊➼➊➋

H

➊➁➒➅ ➤➒➊➌


(2)

➽ ➾ ➚➪➪➶ ➹

//

➘➴➷➬ ➷➮➱

.

✃ ➱➪➴❐❒ ➮❮ ❰

/

Ï ➱➬✃ Ð

2011/08/21/105851/1707633/4/

Ñ ➱Ò➬ ÒÓ

-

Ô➬Ô➬ Ò

-➮➬➶➬ ➴

-

➪➬ÏÔ➱➪

-

✃➴➪Õ ➱➷

-

➶➬Õ➬ ❐

-

➚➬ÏÓÑ

-

ÖÓ ➬➪

-

➪➱Ï❮ Ö❮Ñ➬ ➷

S

➴Ò➬ Ò➬➚➴

,

×

.

Ø❒ Ù ÚÛ Ü ÜÝÞ

Berniat Kurangi Utang, Pemerintah Genjot Setoran Pajak

Þ ✃➴➬ ❐Ñ ➱Ñ ➶➬✃ ➬ ß

D

➱Ñ ➱❰Ö ➱Ï ÚÛ Ü Ü ✃ ➬Ï ➴ ×❮ Ï Ò✃ × ➴✃➱× ➱Ö➹ ➚➪➪➶ ➹ÐÐ➘➴➷➬ ➷➮➱❒ ✃ ➱➪➴❐❒ ➮❮ ❰ ÐÏ ➱➬✃ ÐÚÛ Ü ÜÐÜÛ Ðà ÜÐÜ Üá Üáß ÐÜß âã Ú áâ ÐáÐÖ➱Ï ➷ ➴➬➪ä

❐ÓÏ ➬ ➷Ô➴äÓ➪➬ ➷Ôä➶➱❰ ➱Ï ➴➷➪➬➚äÔ➱➷Õ❮➪ä Ñ ➱➪❮Ï ➬ ➷ä➶➬Õ➬ ❐

×Ó Ò➬ ➷ Þ ×❒ å❒ÙÚÛÜÛÝÞ

DPR Desak Penerimaan Pajak Dinaikkan

Þ ✃ ➴➬ ❐Ñ ➱Ñ ➶➬✃➬ æ

D

➱Ñ ➱❰Ö➱Ï ÚÛ Ü Ü ✃ ➬Ï ➴ ×❮Ï Ò✃ × ➴✃➱× ➱Ö➹

➚➪➪➶ ➹ÐÐ➷➬ Ñ➴❮➷➬ Ò❒❐❮❰➶➬ Ñ❒ ➮❮❰ÐÏ➱➬✃ ÐÚÛ ÜÛ ÐÛáÐÚ ÚÐÚ ÚÚ áÜ ÚÜ àÐ✃➶Ï❒ ✃ ➱Ñ➬ ❐❒➶➱➷ ➱Ï ➴❰➬

➬ ➷❒➶➬Õ➬ ❐❒✃➴➷➬ ➴❐ ❐➬ ➷

çÓ Ï ➷❮❰❮Þ è❒ ÙÚÛÜÜ ÝÞ

Banyak Miliki Orang Terkaya, Untungkan Indonesia?

Þ ✃➴➬ ❐Ñ ➱Ñ ➶➬✃ ➬ æ

D

➱Ñ ➱❰Ö ➱Ï ÚÛ Ü Ü ✃ ➬Ï➴ ×❮ Ï Ò✃ × ➴✃➱× ➱Ö➹ ➚➪➪➶ ➹ÐÐ➘➴➷➬ ➷➮➱❒ ✃ ➱➪➴❐❒ ➮❮ ❰ ÐÏ ➱➬✃ ÐÚÛ Ü ÜÐÜ ÜÐÚ áÐÜ æá æÜ æÐÜßßâÛéà ÐáÐÖ ➬ ➷ê➬ ❐ ä ❰➴Ò➴❐ ➴ä

❮ Ï➬ ➷Ôä➪➱Ï ❐➬ê➬äÓ➷➪Ó➷Ô❐➬ ➷ä ➴➷✃❮➷➱Ñ ➴➬

D

➬ê➬ ➷➬Ï ➬ Þ

A

❒ë❒ Ù ÚÛ Ü ÜÝ Þ

Warren Buffet 'Kampanyekan' Pajak Lebih Tinggi untuk

Orang Kaya

Þ ✃ ➴➬ ❐ Ñ ➱Ñ ➶➬✃➬ æ

D

➱Ñ ➱❰Ö ➱Ï ÚÛÜ Ü ✃➬Ï➴ ×❮ Ï Ò✃ × ➴✃ ➱× ➱Ö➹ ➚➪➪➶ ➹ÐÐ➘➴➷➬ ➷➮➱❒ ✃ ➱➪➴❐❒ ➮❮ ❰ ÐÏ ➱➬✃ ÐÚÛ Ü ÜÐÛæÐÜã ÐÜ Üâ âÛÚÐÜßÛáãæßÐáÐì➬Ï Ï ➱➷äÖ Ó ➘ ➘➱➪ää

❐➬ ❰➶➬ ➷ê➱❐➬ ➷ää➶➬Õ➬ ❐ä Ò➱Ö ➴➚ä➪➴➷ÔÔ➴äÓ➷➪Ó ❐ä❮ Ï➬ ➷Ôä❐➬ê➬

D

➬ ➷ ➴➱ÒÞ ×❒ Ù ÚÛ Ü ÜÝÞ

Dirjen: Orang Belum Bayar Pajak di Indonesia Banyak

Banget!

Þ ✃➴➬ ❐Ñ ➱Ñ ➶➬✃➬ æ

D

➱Ñ ➱❰Ö➱Ï ÚÛ Ü Ü ✃ ➬Ï ➴ ×❮ Ï Ò✃ × ➴✃➱×➱Ö➹ ➚➪➪➶ ➹ÐÐ➘➴➷➬ ➷➮➱❒ ✃ ➱➪➴❐❒ ➮❮ ❰ ÐÏ ➱➬✃ ÐÚÛ Ü ÜÐÛéÐÚÛ ÐÛæÛÜâÛ ÐÜß ÚãÛàéÐáÐ✃➴ÏÕ ➱➷ä❮ Ï➬ ➷Ôä

Ö➱ÒÓ ❰äÖ ➬ê➬Ï ä➶➬Õ➬ ❐ä✃➴ä ➴➷✃ ❮ ➷ ➱Ñ ➴➬äÖ ➬ ➷ê➬❐ä Ö➬ ➷Ô➱➪

D

➬ ➷ ➴➱ÒÞ×❒Ù ÚÛ Ü ÜÝÞ

Ini Dia Alasan Ditjen Pajak Melakukan Sensus!

Þ✃ ➴➬ ❐ Ñ ➱Ñ➶➬✃ ➬

æ

D

➱Ñ ➱❰Ö➱Ï ÚÛÜÜ ✃➬Ï➴ ×❮Ï Ò✃ × ➴✃ ➱×➱Ö➹

➚➪➪➶ ➹ÐÐ➘➴➷➬ ➷➮➱❒ ✃ ➱➪➴❐❒ ➮❮ ❰ ÐÏ ➱➬✃ ÐÚÛ Ü ÜÐÛæÐÜÛ ÐÚ Üâ àÜ æÐÜßÛÜÜ ÜÛÐáÐ➴➷ ➴ä ✃ ➴➬ä➬ Ò➬ Ñ➬ ➷ä

✃➴➪Õ ➱➷ä➶➬Õ➬ ❐ä ❰➱Ò➬ ❐Ó ❐➬ ➷ä Ñ ➱➷ÑÓ Ñ

è ➴✃ ➬ Þ í❒î❒Ù ÚÛ Ü ÜÝÞ

BPS Siap Lakukan Sensus Pajak !

Þ ✃ ➴➬ ❐ Ñ➱Ñ ➶➬✃ ➬ æ

D

➱Ñ➱❰Ö ➱Ï

ÚÛ Ü Ü ✃➬Ï➴ ×❮ Ï Ò✃ × ➴✃➱× ➱Ö➹

➚➪➪➶ ➹ÐÐ➘➴➷➬ ➷➮➱❒ ✃ ➱➪➴❐❒ ➮❮ ❰ ÐÏ ➱➬✃ ÐÚÛ Ü ÜÐÛ ß ÐÛâÐÛæÚÛ Ú æÐÜãßáâ âéÐáÐÖ➶Ñ ä Ñ➴➬➶ä

Ò➬ ❐Ó ❐➬ ➷äÑ➱➷ ÑÓÑä➶➬Õ➬ ❐

çÓ Ï ➷❮❰❮Þ è❒ Ù ÚÛ Ü ÜÝ Þ

Memalukan! Masih Ada Pegawai Pajak Belum Setor SPT

Þ ✃➴➬ ❐Ñ ➱Ñ ➶➬✃ ➬ æ

D

➱Ñ ➱❰Ö ➱Ï ÚÛ Ü Ü ✃ ➬Ï ➴ ×❮ Ï Ò✃ × ➴✃➱× ➱Ö➹ ➚➪➪➶ ➹ÐÐ➘➴➷➬ ➷➮➱❒ ✃ ➱➪➴❐❒ ➮❮ ❰ ÐÏ ➱➬✃ÐÚÛÜÜ ÐÛ á ÐÛ æ ÐÜàÛ â ÜéÐÜãÜÜß á áÐá Ð❰➱❰➬ ÒÓ❐➬ ➷ä


(3)

ï

8

S

ðñòó

w

óñô

, N. (2011),

Pengusaha Siap Buka-bukaan dengan Dirjen Pajak Baru,

õ ôóö ÷ ð÷ ø óõ ó

8

ùð÷ ðúû ðò

2011

õ óòô ü ý òþ õ ü ôõ ðü ðû ÿ

ññø ÿ

//

✁ô✂ ó✂✄ð

.

õðñôö ☎ ✄ýú

/

òðóõ✆

2011/01/21/180800/1552017/4/

øð✂✝✞ ÷ ó ó

-÷ ôóø

-

û✞ ö ó

-

û✞ ö óó✂

-

õ ð✂✝ ó✂

-

õôò✟ð✂

-

øó✟óö

-

û óò✞


(4)

✠ ✡ ☛☞✌✍☞ ✎✎✏ ✑☞ ✒☞✍✓✏ ☛✔✕

☛☞✍ ☞✕ ✎✏✖☞☛✏

✗✘✙ ✘✚✛✜✢ ✣ ✘✤ ✥✦ ✧★✣ ✧✦✘✩✤ ✪ ✘✫✧

✬✛✙✤ ✘✫✬✘✜✢ ✢ ✘✭✚✘✪ ✧✮ ✥✯✧✘✜✰✱ ✮✲✳ ✴✵✘✮✛✫✳ ✶ ✶✷

✸✢✘✙✘ ✥✹✩✭✘✙

✺✛✜ ✧✩✻✛✭✘✙✧✜ ✥✚✘✣ ✧✼✭✘✣ ✧

✻✛✽✘✮✢ ✘✜ ✛✢ ✘✮✘✘✜ ✥✹✜✾ ✿ ✜✛✩✧✘

✸✭✘✙ ✘✫ ✥ ❀✛✮✱✙✘✪✘✜ ✦✘✜❁✘❂✘✭✧ ✗✿❃❄ ✶ ✲ ✻✛✭✱✮✘✪ ✘✜ ✵ ✱✣ ✘✲

✯✧✘✜✰✱✮✲❅ ❆❄ ✳❇

☛☞✍ ☞✕ ❈❉☛✏ ☛✏ ❊☞❉

✬✻ ❀❃❋❃✹ ✯✹ ✸✗✺❋✦ ✳✶✶❇✼✳ ✶ ✶●

❍■✗✹❏❋✺❑ ✗✸❏✹ ✯✹ ✸✗✺❋✦ ✳✶✶●

-

❄ ✷ ✷❄

❍✚✬❀✗✳ ✯✹ ✸✗✺❋✦ ❄✷✷❄

-

❄ ✷ ✷❇

❍✵✸✗✳ ✯✹ ✸✗✺❋✦ ❄✷✷❇

-

❄ ✷ ✷ ✴

❍✘✙✤ ✘✧ ✩✛✣✘✮✘✜✢ ✧✜✧ ✙✘✩✧✪ ✫✛✮❁✘✫✘✫ ✩✛❂✘✢ ✘✧ ✙ ✘✪ ✘✩✧✩✽ ✘ ✾ ✧ ❋✗✹▲❑✦ ❍✹✬✸❍


(5)

❖ P◗ P❘ ❙ ❚❯ P❚◗P❱

❲❳❨◆ ❩ ❬❳❭ ❳❪ ❫ ❴❵ ❴❛◆❜◆ ❫ ❝ ❵❨❝❜❭ ❝ ❵ ❭❴❫❝ ❞❝ ❡❛❛❝ ❢ ❣❤ ✐❥ ❭❝❪ ❴❵❝ ❦ ❴❪ ❭❝❜ ❪❝ ❢❧❝❜

❞❝ ❵ ❢◆ ❞❝❬❝ ❢♠♥❬❝❛❝ ❢ ❫❴❵❴❛◆❜◆ ❞❝❫ ❝❜ ❧ ❴❵ ❬❴❛ ❴❩❝◆❭❝❵ ♦❝❫♣❪❝ ❵ q❴❪❨❝ ❲❪❝❭❜ ❴❭ ❬❝ ❵r

❦❴❪❨ ❳❞ ❳❛ st ✉✈✇① ②①✈ ③④① ⑤ ⑥⑦⑧ ⑤⑨⑩ ②⑦ ⑥⑨ ✈⑨ ④① ❶① ✈ ③✈❷ ⑤ ②⑦① ✈ ⑥①✇① ❸ ⑥⑨ ✈❷❹①⑤✉❺① ✈

⑥①⑤①❺ ❻ ❼ ❽①✇✉❾ ⑥① ✇① ❸ ❿①⑩①✈ ➀① ✈❷ ❿⑨⑦❷ ⑨⑦① ❸ ⑩ ✉ ❿ ✉⑩① ✈❷ ⑥⑨⑦ ❾① ✈❸① ✈ ❶①⑩①

❸①✈④⑧⑦ ⑥ ⑨ ❺① ➀① ✈①✈ ⑥① ✇① ❸ ⑥⑦①④① ➁① ➂ ②➁⑨⑩①✈❷ ➃➄ ❣❴❢◆ ❵r r❝ ❞ ❴❵r❝ ❵ ❞❴❧ ◆❭◆❝ ❵

❞❝❫❝❜ ❧❴❧ ❴❵ ❳❢◆ ❩❝❛❝ ❢ ❩❝❜ ❳ ❩ ❬❝❪ ❝❜ ❞❝❛❝❧ ❧❴❧❴❵❳ ❢◆ ❜ ❳r❝ ❩ ❧❝❜❝ ❭ ❳❛◆❝ ❢ q❴❪ ❨❝

❲❪❝❭ ❜ ❴❭ ➅

❲❴❵ ❴❛◆❜◆ ❧ ❴❵ ❬❝ ❞❝❪◆ ❦ ❝ ❢➆❝ ❞❝❛❝❧ ❫ ❴❵ ❬❳ ❩ ❳❵❝ ❵❳ ❩ ❳❛❝ ❵ ❫❴❵❴❛◆❜◆❝ ❵ ◆ ❵◆ ❧ ❝ ❩◆ ❢

❨❝ ❳ ❢❞❝❪◆❭ ❴❩ ❴❧ ❫ ❳❪ ❵❝ ❝ ❵❞❝ ❵❧ ❝ ❩◆ ❢❦❝ ❵ ❬❝❭❭ ❴❭❳❪ ❝ ❵r❝ ❵❞❝ ❵❭❴❛ ❴❧❝ ❢❝ ❵➅ ➇❝❭ ❝ ❞❝❪◆

◆❜ ❳ ❫ ❴❵ ❴❛◆❜◆ ❧❴❵r❢❝❪❝❫ ❭ ❝ ❵ ❭ ❪◆❜◆❭ ❞❝ ❵ ❩❝❪❝ ❵ ❞❝❪◆ ❫ ❴❧ ❦❝➈❝ ❩ ❴❦ ❝r❝◆ ➈❴❪❧ ◆ ❵❝ ❵ ❞❝ ❵

◆ ❵❜❪♣❫❴❭ ❩◆❦ ❝r◆❫❴❵ ❴❛◆❜◆➅

❲❴❵ ❬❳❩ ❳ ❵❝ ❵ ❳❩ ❳❛❝ ❵ ❫❴❵❴❛◆❜◆❝ ❵ ◆ ❵◆ ❜◆ ❞❝❭ ❜ ❴❪❛ ❴❫ ❝ ❩ ❞❝❪◆ ❦ ❝ ❵❜ ❳❝ ❵ ❞ ❳❭❳❵r❝ ❵

❦❴❪❦ ❝r❝◆❫ ◆ ❢❝❭ ➅➉❛ ❴❢❭❝❪❴❵❝◆❜ ❳❥❫ ❴❵ ❴❛◆❜◆◆ ❵r◆ ❵❧ ❴❵ ❬❝❧ ❫❝◆❭ ❝ ❵❜ ❴❪◆❧❝❭❝ ❩◆ ❢❭❴❫❝ ❞❝

❩ ❴❧ ❳❝❫ ◆ ❢❝❭❬❝ ❵r❜ ❴❛❝ ❢❦❴❪❫❴❪❝ ❵❞❝❛❝❧❫❴❵ ❬❳❩ ❳ ❵❝ ❵❳ ❩❳❛❝ ❵❫ ❴❵ ❴❛◆❜◆❝ ❵◆ ❵◆➅

❣ ❴❧♣r❝ ❫❴❵ ❬❳❩ ❳ ❵❝ ❵ ❳ ❩ ❳❛❝ ❵ ❫❴❵❴❛◆❜◆❝ ❵ ◆ ❵◆ ❞❝❫ ❝❜ ❦ ❴❪r❳❵❝ ❞❝ ❵ ❦ ❴❪ ❧❝ ❵➊❝❝❜

❭❢❳ ❩❳ ❩ ❵❬❝❦❝r◆❫❴❵❴❛◆❜◆❞❝ ❵❦ ❝r◆❫❴❧❦❝➈❝❫❝ ❞❝❳❧❳❧❵❬❝➅

➋❝ ❵ ❞❳ ❵r❥➌❴❩ ❴❧❦❴❪➍ ➎➏ ➏


(6)

R

➒➓ ➔ →➣↔↕ ➣ ➙ ➣➛ ➜ ➝➞➟ ➠➣➛ ➡ ➣➠➣➛ ➜ ➣➛

,

➝➞➟➢➞➡➤➣➥ ➦→➣↔↕ ➣ ↔ ➣➢➤➧ ➨➞➛➞ ➧➤➠➤➣➛ ➡ ➣➨

,

➩➞ ➨➞➛➠➤➛ ➜ ➣➛➟➤➢➞ ➠➡ ➣➛➨➞ ➛➡➤➡➤ ➩

.

,

➫➞➛➭➧➤➢ ➯ ➲➤➳➩➤➲ ➣➢➨↔ ➣➠➤ ➵➸➺➥➻➼➼ ➽ ➾➽ ➻➽

➚ ➣➠➣➠➣➛➥ →➤➧➣➩➞ ➝➞➟ ➣➠ ➣➛➡➞➛ ➜ ➣➛ ➡➤

-

➪➛➧➤➛

-

➶➹➘ ➹ ➴➷➬➮➱ ➹✃ ➹➹❐

(

➨➞➛➜ ➞❒➭➣➧➤

,

)

➩➞ ➠➤ ➩➣➛ ➨➣➡➣➧➞❮➝ ➣➟❒ ➣➠➣➠➣➛➤➛➤

,

❰➞❒➭➣➧➤ → ➣➝➸➸➸ Ï➣➠➣➨➞➟➭ ➢➣↔

...

...

ÐÑ

R

ÒÓ Ô➓Ó➓ÕÒ➔ÖÒ➔

➔×➓ÕÒØÒ➔ØÒÔ ➓ÔÐ ÔÙÑÐÚÛ

➡➤➝ ➣↕ ➣↔ ➤➛➤

,

➨➞➛➭➧➤➢ ➡➣➛ ➨➤↔➣➩ ➨➞➟➭ ➢➣↔ ➣➣➛

➨ ➣➠ ➡➤➪➛➧➤➛➞➩➣➛ ➢➞➢ ➭➣➤ ➡ ➞➛➜➣➛ ➨➞ ➟ ➣➠➭➟➣➛ ➙ ➣➛

,

➩➣➛Ü

.

→➣➛ ➡➭➛➜

,

Ï➞➢➞❮➝➞➟➻➽ ➼➼

❰➫➫➫➟➣➠➣

❰➞ ➨ ➣➧➣Ý➭➝

➺Þ ➣➝➡➭➟

➵➸ ➫➥➼ ß à ➻

-

➛➞

-

➩➣➛ ➶➹➘➹➴➷➬➮➱ ➹✃ ➹ ➹❐➶áâ ãâää ä å➶áâ➹æ

(

➧➤➣➛ ➩↔➭➢ ➭➢ ➡➣➠➣ ➨➞➟➭➢➣↔➣➣➛

,

➝➪➧➞ ↔➭➛ ➠➭➩ ➠➤➡

)

➛➤

,

çè❐➘è✃é

➣➣➛ ➠➤➡ ➣➩➭➛ ➠➭➩➡➤➪➛ ➧➤➛ ➞➩➣➛➯➡ ➞➛ ➜ ➣➛ ➣➧➣➢➣➛

...

...

R

,

➛ ➠➞❮➨➣➠ ➨➞➛➞ ➧➤➠➤➣➛➯ ➣➛➜ ➝➞➟ ➧➣➩➭

,

➭➛ ➠➭➩

.

,

➣❮➣Ý➭ ❮➞➡➣➛➜

➭➝→ ➣➜➤➣➛ê❮ ➭❮

➟ ➣❒ ↔❮➣➛Ý↔➪➡➤ ➩

➼➻ë➽➼ ßß➾➽ë➼ ➽➽ ➼

-

-

æì➹❐íî➷❐ç➹❐➘ ➮î

(

,

➡ ➣➩ ➡➤ ➪➛➧➤➛➞ ➩➣➛

)

ï

,

...