2.1.1. Jenis–jenis Tanaman Kedelai
Adapun jenis-jenis kedelai yang dikenal di Indonesia diantaranya adalah sebagai berikut :
1 Kedelai Putih Glycine max
Kedelai putih merupakan tanaman asli daerah
Asia
subtropik seperti
RRC
dan
Jepang
selatan, untuk di Indonesia sendiri tanaman ini telah banyak juga ditanam.Karena dinilai tanaman kedelai ini mempunyai berbagai manfaat yaitu
kadar protein yan tinggi.Tanaman ini biasanya dapat diolah menjadi berbagai makanan yaitu tahu, tempe, susu kedelai, dan tepung kedelai.
2 Kedelai Hitam Glycine soja
Kedelai hitam merupakan tanaman asli
Asia
tropis di
Asia Tenggara
. tanaman ini telah menyebar ke Jepang, Korea, Asia Tenggara dan
Indonesia.Untuk itu di Indonesia tanaman ini juga merupakan salah satu komoditas yang telah dimiliki oleh bangsa Indoensia.Biasanya kedelai hitam
ini dapat diolah dengan berbagai produk yaitu mulai dari kecap, minyak kedelai dan lain-lain.
2.1.2. Hama Kedelai
1 BELALANG HIJAU Gejala Serangan
Daun mudah rebah Daun berlubang
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Pengendalian
Pengendalian dapat dilakukan secara manual dan kimia. Secara manual petani langsung mengambil hama belalang, mengumpulkan dan membakarnya.
Sedangkan secara kimia dengan menggunakan pestisida jenis insektisida yaitu Matador
2. ULAT GRAYAK Gejala
Bagian tanaman yang diserang oleh ulat grayak ialah daun dan polong muda.
Larva muda instar 1 – 2 hidup bergerombol memakan efidermis
daun bagian bawah Sehingga daun menjadi transparan
Dari jauh tampak berwarna keputih-putihan, sedang tulang-tulang daun dan efidermis bagian atas tidak dimakan.
Pengendalian Pemantauan ulat grayak hendaknya memperhatikan pola sebaran populasi ulat
yakni mengelompok sejak fase vegetatif sampai generatif. Pengamatan dilakukan setiap minggu sejak umur 14 hst. Untuk efisiensi waktu dan tenaga
maka pemantauan dilakukan terhadap daun kedelai yang tampak keputih- putihan. Tanda tersebut merupakan gejala serangan larva instar-1, atau tanda
adanya kelompok telur yang baru menetas.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
3. KEPIK POLONG Gejala Serangan :
Hama ini menyerang polong dan menghisap isinya. Apabila polong yang diserang telah berisi akan tampak bintik-bintik hitam.
Jika polong tersebut terbuka akan tampak biji kehitam-hitaman. Biji kosong.
Biji gepeng. Pada polong muda menyebabkan biji kempis
Polong gugur. Serangan yang terjadi pada fase pertumbuhan polong menyebabkan biji
dan polong kempis. Biji dan polong mengering.
Serangan yang terjadi pada fase pengisian biji menyebabkan biji busuk dan menghitam.
Serangan polong tua menyebabkan adanya bintik hitam pada biji. Kulit biji keriput.
Bercak coklat pada kulit biji
Pengendalian 1. Pengolahan tanah minimum 1 satu kali
2. Jarak tanam 30 cm x 20 cm 3. Cara tanam yaitu tunggal 2 - 3 cm
4. Jumlah tanaman per rumpun adalah 2 benih per lobang
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
5. Pemupukan Urea 50 kg, TSP 100 kg dan KCL 100 kgha 6. Penyiangan dilakukan 2 kali yaitu 20 dan 40 hari setelah tanam
7. Pembumbunan dilakukan 1 kali yaitu 20 hari setelah tanam 8. Pengendalian hama dan penyakit yaitu:
- Untuk perlakuan benih digunakan Furadan minimal 3 gram - Selama penanaman digunakan Decis 2,5 EC dalam takaran 0,5 cc liter dan
Metonyl 2 cc per liter pada umur 25 hari setelah tanam. 9. Musuh alami menggunakan Parasitoid telur, Trichogrammatoidea bactrae
bactrae Hymenoptera: Trichogrammatidae. Parasitoid larva,Baeognatha spp. dan Phanerotoma sp. Hymenoptera: Braconidae
10. Semprot insektisida.
4. Lalat Kacang Ophiomyia phaseoli
Gejala serangan lalat kacang mula-mula terlihat berupa bintik-bintik putih pada kotiledon
Kemudian berupa berupa alur-alur korokan yang melengkung berwama coklat pada daun pertama dan kotiledon.
Gerekan larva menyebabkan tanaman menjadi layu mati dan kering karena akar tidak dapt berfungsi normal untuk mengisap air dan hama.
Pengendalian a. Pergiliran tanaman dengan bukan kacang-kacangan.
b. Tanam serempak dengan selisih waktu tanam kurang dari 10 hari. c. Menutup lubang tuggal dengan mulsa jerami, rumput daun kering.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
d. Pencabutan dan pemusnahan tanaman terserang. e. Perawatan benih untuk benih yang akan ditanam di daerah
kronisendemis. f. Penyemprotan insektisida efektif apabila ditemukan serangan kurang
dari 2 pada umur kurang 10 hari setelah tanam. 5. Ulat Penggulung Daun
Gejala Tanaman kedele yang terserang hama ini mudah dikenal yaitu adanya
daun-daun yang direkat menjadi satu. Apabila rekatan dibuka, maka terlihat larva yang aktif bergerak
Pengendalian - Pengaturan tanaman secara serentak atau dengan pergiliran tanaman.
- Sebaiknya daun yang terserang dibuang atau dibakar. - Pengendalian secara kimia dapat dilakukan dengan Azodrin 15 WSC
dalam konsentrasi 2cc-3ccliter air, Klitop 50 EC dalam konsentrasi 4cc- 5ccliter air, atau Matador 25 EC dalam konsentrasi 5 mL 10 liter air. Tiap
hektar memerlukan 400 liter - 600 liter.
6. Ulat penggerek polong Etiella zinckenella Gejala
bintik cokelat tua pada kulit polong terdapat butir-butir kotoran
sisa-sisa biji terbalut benang pintal
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Pengendalian 1. Pengolahan tanah minimum 1 satu kali
2. Jarak tanam 30 cm x 20 cm 3. Cara tanam yaitu tunggal 2 - 3 cm
4. Jumlah tanaman per rumpun adalah 2 benih per lobang 5. Pemupukan Urea 50 kg, TSP 100 kg dan KCL 100 kgha
6. Penyiangan dilakukan 2 kali yaitu 20 dan 40 hari setelah tanam 7. Pembumbunan dilakukan 1 kali yaitu 20 hari setelah tanam
8. Pengendalian hama dan penyakit yaitu: - Untuk perlakuan benih digunakan Furadan minimal 3 gram
- Selama penanaman digunakan Decis 2,5 EC dalam takaran 0,5 cc liter dan Metonyl 2 cc per liter pada umur 25 hari setelah tanam.
9. Musuh alami menggunakan Parasitoid telur, Trichogrammatoidea bactrae bactrae Hymenoptera: Trichogrammatidae. Parasitoid larva,Baeognatha spp.
dan Phanerotoma sp. Hymenoptera: Braconidae 10. Semprot insektisida.
7. Kepik Hijau Nezara viridula hama penghisap polong Gejala
polong dan biji menjadi mengempis polong gugur
biji menjadi busuk biji berwarna hitam.
Kulit biji menjadi keriput Adanya bercak coklat pada kulit
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Pengendalian Pengendalian hama perusak polong dapat dilakukan dengan beberapa cara
antara lain: Menanam varietas unggul seperti: varietas wilis, varietas Orba 1974,varietas Galunggung 1981, Varietas Guntur 1982, dan varietas
Lokon 1982. Persiapan Lahan
Persiapan lahan penanamannya di areal persawahan dapat dilakukan secara sederhana. Mula-mula jerami kedelai yang tersisa dibersihkan, kemudian
dikumpulkan,dan dibiarkan mengering. Selanjutnya, dibuat petak-petak penanaman dengan lebar 3 m - 10 m, yang
panjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan. Diantara petak penanaman dibuat saluran drainase selebar 25 cm - 30 cm,dengan kedalaman 30 cm.
Setelah didiamkan selama 7-10 hari, tanah siap ditanami. Pemeliharaan
Untuk mengurangi penguapan tanah pada lahan, dapat digunakan mulsa berupa jerami kering. Mulsa ditebarkan di antara barisan tempat penanaman
benih dengan ketebalan antara 3 cm – 5 cm
pergiliran tanaman atau rotasi tanaman dengan tanaman lain yang bukan satu famili
penanaman serempak, pengamatan secara intensif sebelum dilakukan pengendalian dengan
menggunakan insektisida. Penggunaan insektisida akan cukup efektif secara ekonomi jika intensitas
serangan penggerek polong lebih dari 2 atau jika ditemukan sepasang
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
populasi penghisap polong dewasa atau kepik hijau dewasa pada umut 45 hari setelah tanam.
Musuh alami menggunakan Parasitoid telur: Ooencyrtus malayensis Ferriere Hymenoptera: Encyrtidae, Trissolcus basalis
8. Hama kumbang-kumbangan Epilachana Soyae Gejala
tersisa tulang-tulang daun daun menjadi transparan
Pengendalian · Rotasi tanaman atau pergiliran tanaman
· Pengendalian secara kimiawi dengan insektisida · Secara mekanis hamanya langsung diambil dan dibunuh
· Pengendalian secara hayati dengan menggunakan predator atau musuh alami
9. Ulat Jengkal Green Semilooper Gejala
Kerusakan daun dari arah samping. Tersisa tulang-tulang daun
Bercak-bercak putih pada daun
Pengendalian · Pengolahan lahan seblum digunakan lahan sebaiknya dicangkul dan diberakan
beberapa saat agar hama yang ada didalam tanah dapat terangkat ke permukaan dan terkena matahari dan akan mati.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
· Pengendalian secara mekanis dengan sanitasi lahan dari gulma sebelum penanaman maupun setelah penanaman, atau bagian tanaman yang terkena hama
tersebut dapat diambil secara langsung, dipijit dan dimatikan. · Penegendalian secara teknis :
- Penggunaan mulsa jerami - Pergiliran tanaman
- Waktu tanam secara serempak - Rotasi tanaman dengan serempak pada areal memutus siklus
- Pengumpulan larva ulat jengkal ·
Pengendalian secara
biologis antara
lain: penggunaan
parasitoid Trichogrammatoidea, Pergiliran tanaman, Insektisidabactrae-bactrae yaitu
penggunaan Nuclear Spodotera lituraF Polyhidrosis Virus NPV untuk ulat grayak Spo-dopteralituraSlNPV
· Penyemprotan insektisida Ciri biologi selektif apabila populasi hama mencapai 85 ekor - Imago serangga
dewasa instar 1 atau 32 instar 2 meletakkan telurnya di atau 17 ekor instar 3per per mukaan bawah daun12 tanaman. Jenis insektisida yang mangkus - Dekasulfan
kepompong dan dalam 350 EC, folimat 500 SL, anyaman daun, Gusadrin 150 WSC,kemudian berubah Hostathion 40 EC, atau menjadi pupa.Matador 25 EC
sesuai konsentrasi yang ditentukan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.2 Landasan Teori