Analisis Pendapatan Peternak Babi dan Marjin Pemasaran Babi di Kecamatan Lintong Nihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan

(1)

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK BABI, dan MARJIN

PEMASARAN BABI DI KECAMATAN LINTONG NIHUTA

KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

SKRIPSI OLEH BENNY.G.MULYA

080306016

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2012


(2)

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK BABI, dan MARJIN

PEMASARAN BABI DI KECAMATAN LINTONG NIHUTA

KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

SKRIPSI OLEH BENNY.G.MULYA

080306016

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2012


(3)

Judul Skripsi : Analisis Pendapatan Peternak Babi dan Marjin Pemasaran Babi di Kecamatan Lintong Nihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan Nama : Benny G. Mulya

NIM : 080306016 Program Studi : Peternakan

Di setujui Oleh, Dosen Pembimbing

(Prof. Dr. Ir. Hasnudi, Ms) (Usman Budi, S.Pt, Msi) Ketua Anggota

Mengetahui,

(Dr. Ir. Ristika Handarini, MP) Ketua Program Studi


(4)

ABSTRAK

BENNY G. MULYA: Analisa Pendapatan Peternak Babi dan Marjin Pemasaran Ternak Babi di Kecamatan Lintong Nihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan. Penelitian ini dibimbing oleh HASNUDI dan USMAN BUDI.

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Lintong Nihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan, Propinsi Sumatera Utara yang dimulai tanggal 10 Juli sampai 24 Agustus 2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh profil peternak terhadap pendapatan dalam ternak babi di kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan dan menghitung perbedaan harga ternak babi di peternak maupun di pasar. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan unit responden keluarga yang memelihara ternak babi. Metode penarikan sampel yang digunakan adalah Proportional Stratified Random Sampling yaitu dengan cara memilih 3 desa yaitu Desa Sigompul, Desa Hutasoit 2, Desa Nagasaribu 4. Sampel dari penelitian ini berjumlah 60 keluarga peternak babi yang didapat dari 30% peternak masing- masing desa, yaitu desa Sigompul (14 peternak), Desa Hutasoit 2 (21 peternak), desa Nagasaribu 4 (25 peternak).

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa skala usaha, pengalaman beternak, dan jumlah tanggungan keluarga berpengaruh positif terhadap peningkatan pendapatan peternak babi. Sedangkan umur peternak, tingkat pendidikan, dan jumlah tenaga kerja berpengaruh negatif terhadap pendapatan peternak babi di Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan


(5)

ABSTRACT

BENNY G. MULYA: Farmer Profile Analysis of Income on Pig Farmer and Marketing Margin in Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan. The research was supervise by HASNUDI and USMAN BUDI. The research was conducted at the Kecamatan Lintong Nihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan of North Sumatra, which began on 10 July to 24 August 2012. The purpose of this study was to analyze the income pig farmers, and at Humbang Hasundutan Kecamatan Lintong Nihuta. The research methods use is survey methods with a unit that maintains a family pig farmer. The sampling method used is Proportional Stratified Random Sampling is by way of selecting three village is the Desa Sigompul, Desa Hutasoit 2, Desa Nagasaribu 4. Samples from this study amounted to 60 families of pig cattle breeders obtained from 30% of farmers in each village, the Desa Sigompul (14 farmers), Desa Hutasoit 2 (21 farmers) and Desa Nagasaribu 4 (25 farmers).

Based on research results obtained that business scale, farming experience, and number of dependents has a positive effect on pig cattle breeders. Where as the breeder age, educational level, and the amount of labor has a negative effect on Pig cattle breeders in the Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Kabupaten Humbang Hasundutan.


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 31 oktober 1990, putra dari bapak Patar dan ibu Dermiana. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara.

Tahun 2002 penulis lulus dari SD Swasta St.Antonius IV Medan, tahun 2005 penulis lulus dari SMP P.Cahaya Medan, tahun 2008 penulis lulus dari SMA St.Thomas 2 Medan dan lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur UMB pada tahun 2008. Penulis memilih program studi Produksi Ternak Departemen Peternakan Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai asisten praktikum Ilmu Produksi Ternak Potong. Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada tahun 2011 di Kabupaten Serdang Bedagai dan Kotamadya Tebing Tinggi Desa Paya Lombang. Pada tahun 2012 melaksanakan penelitian di Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang maha Esa yang memberikan rahmat serta karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. Skripsi ini berjudul “Analisis Pendapatan Peternak Babi dan Marjin Pemasaran Babi di Kecamatan Lintong Nihuta, Kabupaten Humbang

Hasundutan”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tuaku atas doa, semangat dan pengorbanan material dan moril yang telah diberikan selama ini. Secara khusus kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Hasnudi, Ms selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Usman Budi, S.Pt, M.Si, selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan arahan dalam menyelesaikan penulisan Skripsi ini beserta semua pihak yang ikut membantu saya ucapkan banyak terima kasih.

Semoga skripsi ini dapat membantu memberikan informasi yang bermanfaaat bagi penelitian dan ilmu pengetahuan serta peternak Babi di Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan dalam menganalisis pendapatan dan pemasaran.


(8)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN Latar belakang ... 1

Identifikasi Masalah ... 3

Tujuan Penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian ... 4

Hipotesis Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Daerah Humbang Hasundutan ... 5

Ternak Babi ... 6

Usaha Peternakan Rakyat ... 9

Skala Kepemilikan ... 10

Panca Usaha Ternak ... 10

Pendapatan Usaha Ternak ... 12

Analisis Usaha ... 12

Marjin Pemasaran ... 14

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ... 15

Penentuan Responden Penelitian ... 15

Metode Pengumpulan data ... 16

Metode Analisis Data ... 16

Marjin Pemasaran ... 18

Parameter Penelitian ... 19

HASIL DAN PEMBAHASAN Sistem Perkandangan Pada Usaha Ternak Babi di Daerah Penelitian ... 21

Karakteristik Responden ... 24


(9)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 35 Saran ... 36

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Hal.

1. Populasi Ternak Babi di Kecamatan Lintong Nihuta ... 2

2. Populasi Ternak Babi di Kabupaten Humbang Hasundutan ... 5

3. Data sistem kandang di Kecamatan Lintong Nihuta ... 20

4. Karakteristik Responden di daerah penelitian tahun 2012 ... 23

5. Karakteristik Marjin Pemasaran di daerah penelitian tahun 2012 ... 24

6. Analisis varian pendapatan dan hasil penduga variabel ... 27


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal.

1. Karakteristik Sosial Responden ... 39

2. Karakteristik Ekonomi Responden ... 41

3. Karakteristik Marjin Pemasaran Babi ... 43

4. Kuesioner Peternak Babi ... 44


(12)

ABSTRAK

BENNY G. MULYA: Analisa Pendapatan Peternak Babi dan Marjin Pemasaran Ternak Babi di Kecamatan Lintong Nihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan. Penelitian ini dibimbing oleh HASNUDI dan USMAN BUDI.

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Lintong Nihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan, Propinsi Sumatera Utara yang dimulai tanggal 10 Juli sampai 24 Agustus 2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh profil peternak terhadap pendapatan dalam ternak babi di kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan dan menghitung perbedaan harga ternak babi di peternak maupun di pasar. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan unit responden keluarga yang memelihara ternak babi. Metode penarikan sampel yang digunakan adalah Proportional Stratified Random Sampling yaitu dengan cara memilih 3 desa yaitu Desa Sigompul, Desa Hutasoit 2, Desa Nagasaribu 4. Sampel dari penelitian ini berjumlah 60 keluarga peternak babi yang didapat dari 30% peternak masing- masing desa, yaitu desa Sigompul (14 peternak), Desa Hutasoit 2 (21 peternak), desa Nagasaribu 4 (25 peternak).

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa skala usaha, pengalaman beternak, dan jumlah tanggungan keluarga berpengaruh positif terhadap peningkatan pendapatan peternak babi. Sedangkan umur peternak, tingkat pendidikan, dan jumlah tenaga kerja berpengaruh negatif terhadap pendapatan peternak babi di Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan


(13)

ABSTRACT

BENNY G. MULYA: Farmer Profile Analysis of Income on Pig Farmer and Marketing Margin in Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan. The research was supervise by HASNUDI and USMAN BUDI. The research was conducted at the Kecamatan Lintong Nihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan of North Sumatra, which began on 10 July to 24 August 2012. The purpose of this study was to analyze the income pig farmers, and at Humbang Hasundutan Kecamatan Lintong Nihuta. The research methods use is survey methods with a unit that maintains a family pig farmer. The sampling method used is Proportional Stratified Random Sampling is by way of selecting three village is the Desa Sigompul, Desa Hutasoit 2, Desa Nagasaribu 4. Samples from this study amounted to 60 families of pig cattle breeders obtained from 30% of farmers in each village, the Desa Sigompul (14 farmers), Desa Hutasoit 2 (21 farmers) and Desa Nagasaribu 4 (25 farmers).

Based on research results obtained that business scale, farming experience, and number of dependents has a positive effect on pig cattle breeders. Where as the breeder age, educational level, and the amount of labor has a negative effect on Pig cattle breeders in the Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Kabupaten Humbang Hasundutan.


(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ternak merupakan komponen penting dalam suatu sistem usaha tani di berbagai tempat di Indonesia. Walaupun kebutuhan hidup pokok bagi keluarga peternak dipenuhi oleh tanaman pangan, namun produksi ternak sering kali merupakan suatu yang penting bagi peternak untuk bisa memperoleh uang tunai, tabungan, modal, penyediaan pupuk kandang, tenaga hewan, dan merupakan bahan makanan berkualitas tinggi bagi anggota rumah tangga itu sendiri

( Hardjosworo dan Levine, 1987).

Jenis Ternak yang biasa diternakkan di Indonesia adalah salah satunya ternak babi. Babi diklasifikasikan sebagai omnivora (pemakan tumbuhan dan daging) sejenis hewan yang ungulata (Hewan yang berkuku), Babi juga merupakan hewan mamalia karena menyusui anak-anaknya, dan juga hewan yang memiliki sangat banyak anak yang dilahirkan di kelas mamalia. Rata-rata babi memiliki 6 hingga 12 ekor anak setiap melahirkan.

Dalam pemeliharaan ternak babi sama dengan ternak lainnya membutuhkan pakan yang baik. Daging sangat besar manfaatnya bagi pemenuhan gizi berupa protein dan hewani, tetapi ada juga kelebihan daging babi ini yaitu banyaknya kadar lemak didalamnya yang membuat orang kebanyakan menderita penyakit kolestrol lemak.

Pada pemasaran ternak babi di Sumatera utara memiliki harga yang berbeda-beda pada suatu tempat di daerah Sumatera Utara, khususnya pada daerah Lintong memiliki harga ternak babi yang cenderung tinggi, dan harga ternak di


(15)

Pada masyarakat Sumatera Utara babi sebagian besar dipelihara sebagai usaha sampingan dengan usaha pokok adalah bertani. Demikian halnya fenomena di Sumatera Utara sehingga menimbulkan pertanyaan dengan populasi ternak babi dan pemasaran harga ternak babi baik di peternak maupun di pedagang yang tidak merata.

Sehubungan dengan hal di atas maka penulis mencoba untuk meneliti dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan peternak babi dan marjin pemasaran pada suatu daerah berdasarkan jumlah kepemilikan ternak babi di Kecamatan Lintong Nihuta.

Kecamatan Lintong Nihuta merupakan salah satu daerah penyebaran populasi ternak Babi di Kabupaten Humbang Hasundutan. Kabupaten Humbang Hasundutan memiliki populasi ternak babi mencapai 34.163 ekor babi dan Kecamatan Lintong Nihuta memiliki populasi sebanyak 4.702 ekor babi, Jenis babi yang banyak dijumpai di Kecamatan Lintong Nihuta adalah Duroc, Landshire, dll.

Berikut ini penyebaran populasi ternak babi, luas wilayah dan jumlah KK (Kepala Keluarga) di Kecamatan Lintong Nihuta menurut desa

Tabel 1. Luas wilayah, Jumlah KK, dan Populasi ternak babi di kecamatan Lintong Nihuta menurut desa.

No. Nama Desa

Luas wilayah (Ha)

Populasi Ternak Babi

(Ekor)

Kepadatan Per Ekor

1 Hutasoit I 940,08 168 0,18

2 Lobutua 867,32 163 0,19

3 Pargaulan 780,59 182 0,23

4 Nagasaribu I 689,13 179 0,26

5 Nagasaribu II 725,40 177 0,24

6 Siharjulu 1235,03 225 0,18

7 Sibuntuon Parpea 630,78 213 0,34

8 Sibuntuon 502,25 224 0,45

9 Sitolu Bahal 1031 219 0,21

10 Tapian Nauli 1576,96 217 0,14


(16)

12 Dolok Margu 1261,77 203 0,16

13 Sitio II 541,13 214 0,40

14 Hutasoit II 729,54 153 0,21

15 Bonan Dolok 709,64 164 0,23

16 Sigompul 638,67 292 0,46

17 Nagasaribu IV 688,58 395 0,57

18 Nagasaribu V 617,15 215 0,35

19 Nagasaribu III 906,75 207 0,23

20 Sigumpar 972,72 187 0,19

21 Parulohon 761,32 246 0,32

22 Habeahan 687,34 111 0,16

JUMLAH 18126,03 6314 0,22

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2011

Identifikasi masalah

Usaha ternak babi dalam bentuk usaha ternak dengan peranan ekonomi yang relatif terbatas. Usaha ternak babi merupakan usaha yang dilakukan sebagian besar masyarakat Kecamatan Lintong Nihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan. Usaha peternakan ini ada yang dijadikan sebagai pekerjaan utama maupun sampingan.

Permasalahan umum yang perlu diketahui antara lain berkaitan dengan hal-hal penting yang menyangkut segi ekonomi peternak babi di Kecamatan Lintong Nihuta. Berdasarkan hal itu, maka penelitian ini dilakukan dengan menjawab pertanyaan :

- Adakah pengaruh skala usaha (Jumlah ternak babi), umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman peternak, jumlah tanggungan keluarga, motivasi beternak, jumlah tenaga kerja, dan sistem pemeliharaannya terhadap pendapatan peternak babi di Kecamatan Lintong Nihuta, kabupaten Humbang Hasundutan.

- Berapa rata-rata perbedaan pemasaran ternak babi di pasar dengan kalangan peternak di Kecamatan Lintong Nihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan.


(17)

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya pengaruh analisis pendapatan peternak babi dan mengetahui perbedaan harga pemasaran tenak babi di peternak itu sendiri dengan yang di pasarkan di kecamatan lintong nihuta, kabupaten Humbang hasundutan.

Kegunaan Penelitian

1. Menjadi acuan bagi para peternak babi dalam melakukan pemeliharaan babi, guna meningkatkan pendapatan.

2. Menjadi acuan untuk pemasaran babi dalam penjualan babi bagi para peternak.

3. Menjadi sumber informasi bagi kalangan akademik dan peternak lainnya.

Hipotesis Penelitian

Adakah pengaruh skala usaha, umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, jumlah tanggungan keluarga, jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan peternak dan terdapat perbedaaan marjin pemasaran ternak babi antara di pasar dengan di peternak babi di Kecamatan Lintong Nihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan.


(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik Daerah Humbang Hasundutan

Letak Wilayah

Secara geografis Kabupaten Humbang Hasundutan terletak pada 2˚ 1” - 2˚

28” LU dan 98˚ 10” - 98˚ 58” BT. Kabupaten Humbang Hasundutan memiliki area seluas 2335,33 Km2, Kabupaten ini terletak di ketinggian antara 330-2075 m diatas permukaan laut, Secara administratif, Kabupaten Humbang Hasundutan berbatasan dengan beberapa daerah, yaitu sebelah utara: Kabupaten Samosir; sebelah timur: Kabupaten Tapanuli Utara; sebelah barat: Kabupaten Dairi; Sebelah Selatan : Kabupaten Tapanuli Tengah.

Berikut ini tabel penyebaran populasi ternak babi di Kabupaten Humbang Hasundutan

Tabel 2. Populasi dan sebaran ternak Kabupaten Humbang Hasundutan No Kecamatan Sapi Kerbau Kuda Kambing Babi Ayam

Buras

Itik

1 Pakkat 124 607 - 550 2989 38940 8915

2 Onan

Panjang 65 1013 4 58 2845 13673 2990 3 Sijampolang 300 743 - - 966 7250 4258 4 Lintong

Nihuta 4 2078 34 - 4702 29481 2918 5 Paranginan - 1157 8 - 4389 18023 761 6 Dolok

Sanggul 14 3094 540 143 6597 50542 1628

7 Pollung 27 2037 46 22 6985 15022 1266 8 Parlilitan 31 607 22 95 1867 16383 8915 9 Tarabintang - 209 - 655 1627 6630 1663 10. Baktiraja - 103 - 22 1096 10250 1750 Jumlah 566 12378 654 1545 34163 206194 30694

Sumber: BPS Peternakan Kabupaten Humbang Hasundutan, 2011


(19)

Ternak Babi

Menurut Ruhyat (2003) klasifikasi ternak babi secara zoologis adalah sebagai berikut : Phylum : Chordata, Class : Mamalia, Ordo : Artiodactyla, Family : Suidae, Genus : Sus, Species : Sus scrofa.

Menurut Sihombing (2006), kelebihan ternak babi dibandingkan ternak lainnya adalah: babi cepat berkembang biak, cepat tumbuh, memiliki banyak anak sekali melahirkan mencapai 6-12 ekor anak, dan memberikan keuntungan pemasukan pendapatan yang besar.

Babi merupakan jenis ternak potong yang tergolong hewan ternak monogastrik dan hewan yang menghasilkan anak yang banyak sekali melahirkan (Prolific), disamping penghasil daging yang baik dan besar (Cahyono, 1998). Keberhasilan usaha peternakan babi tidak terbatas pada usaha pengembangan populasi ternak yang dipelihara. Perawatan dan pengawasan terhadap kemungkinan terkena serangan penyakit perlu mendapatkan penanganan yang serius. Penyakit yang sulit ditanggulangi atau disembuhkan serta berbahaya bagi ternak yang lain harus dijauhkan. Dari segi ekonomi, apabila biaya pengobatan lebih tinggi dibandingkan nilai ternaknya maka dianjurkan ternak tersebut harus dijual atau dipotong ( Kidder dan Manners, 1988).


(20)

Beberapa karakteristik sosial ekonomi peternak yang diduga berpengaruh terhadap pendapatan ternak, yaitu :

1. Skala Usaha

Keberhasilan dalam pendapatan usaha beternak sangat dipengaruhi oleh skala usaha atau jumlah kepemilikan ternak oleh peternak itu sendiri. Skala usaha memberikan keuntungan pada peternak, semakin banyak ternak yang dimiliki peternak, makin besar keuntungan dan menaikkan pendapatan peternak tersebut (Tohir, 1991).

2. Pengalaman Beternak

Pengalaman seseorang dalam berusaha tani berpengaruh terhadap penerimaan inovasi dari luar. Dalam melakukan penelitian, lamanya pengalaman diukur mulai sejak kapan peternak itu aktif secara mandiri mengusahakan usaha taninya tersebut sampai diadakan penelitian, faktor penghambat berkembangnya peternakan pada suatu daerah tersebut berasal dari faktor-faktor topografi, iklim, keadaan sosial, tersedianya bahan-bahan makanan rerumputan dan penguat. Disamping itu, faktor pengalaman yang dimiliki peternak masyarakat sangat

menentukan pula berkembangnya peternakan di daerah itu (Fauzia dan Tampubolon, 1991).

3. Tingkat Pendidikan

Model pendidikan yang digambarkan dalam pendidikan petani bukan pendidikan formal yang acap kali mengasingkan pertanian dan realitas. Pendidikan petani dikembangkan adalah pendidikan yang memungkinkan tiap-tiap pribadi berkontak dengan orang lain, pekerjaan dan dengan dirinya sendiri (kebutuhan, perasaan, dorongan, saling member dan menerima, berbicara dan


(21)

mendengarkan). Model pendidikan ini mengarah pada suatu sasaran agar petani memiliki mentalitas yang baik disertai dengan penguasaan manajemen dasar serta memiliki skill dalam bertani, yang akhirnya membawa petani untuk memperoleh produksi yang optimal tentu merupakan suatu langkah penting untuk memenuhi kebutuhan, tingkat pendidikan peternak cenderung mempengaruh cara berpikir dan tingkat penerimaan mereka terhadap inovasi dan pada teknologi baru (Wiryono, 1997).

4. Umur/usia

Semakin muda usia peternak (usia produktif 20-45 tahun) umumnya rasa keingintahuan terhadap sesuatu semakin tinggi dan minat untuk mengadopsi terhadap introduksi teknologi semakin tinggi (Chamdi, 2003).

5. Jumlah Tanggungan Keluarga

Semakin besarnya jumlah anggota petani atau peternak akan semakin besar pula tuntutan kebutuhan keuangan rumah tangga. Hal demikian besarnya jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi keputusan petani dalam berusaha tani. Keluarga yang memiliki sebidang tanah tetap saja jumlahnya semakin sempitnya dengan pertambahan anggota secara terus-menerus, sementara kebutuhan akan diproduksi termasuk pangan semakin bertambah (Daniel, 2002).

6. Tenaga kerja

Menurut Hernanto (1993), tenaga kerja terdiri dari tenaga kerja pria dan wanita dan tenaga kerja anak-anak yang berasal dari dalam keluarga dan luar keluarga. Satu hari kerja setara pria (1 HKP) menggunakan jumlah jam kerja selama 8 jam dengan standard :


(22)

Tenaga kerja wanita dewasa > 15 tahun = 0,8 HKP = 6,4 jam Tenaga kerja anak-anak 10-15 tahun = 0,5 HKP = 4 jam Usaha ternak telah memberikan kontribusi dalam peningkatan pendapatan keluarga peternak. Peningkatan pendapatan keluarga peternak tidak dapat dilepaskan dengan cara mereka menjalankan dan mengelola usaha ternaknya yang sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor sosial dan ekonomi (Soekartawi, 1995).

Usaha Peternakan Rakyat

Usaha peternakan rakyat mempunyai ciri-ciri antara lain: Skala usaha kecil dengan cabang usaha, teknologi sederhana, produktivitas rendah, mutu produk kurang terjamin belum sepenuhnya berorientasi pasar dan kurang peka terhadap perubahan-perubahan (Cyrilla dan Ismail, 1988).

Usaha tani dapat berupa usaha bercocok tanam atau memelihara ternak. Pada umumnya ciri-ciri usaha tani yang ada di Indonesia berlahan sempit, modal terbatas, tingkat pengetahuan petani yang terbatas dan kurang dinamis, serta pendapatan petani yang rendah (Soekartawi et al,1986).

Didalam pertanian rakyat, hampir tidak ada usaha tani yang memproduksi satu macam hasil saja. Disamping hasil-hasil tanaman, usaha pertanian rakyat meliputi pula usaha-usaha peternakan, perikanan, dan kadang-kadang usaha pencarian hasil hutan (Mubyarto, 1991).

Usaha tani atau peternakan memiliki ciri khas yang mempengaruhi prinsip-prinsip manajemen dan teknik-teknik yang digunakan. Usaha tani dan usaha peternakan sering dianggap sebagai usaha yang lebih banyak resiko dalam hal output dan perubahan harga serta pengaruh cuaca terhadap keseluruhan proses produksi (Kay dan Edward, 1994).


(23)

Skala Kepemilikan

Menurut Sodiq dan Abidin (2002), berdasarkan skala usaha dan tingkat pendapatan peternak usaha di klasifikasikan sebagai berikut :

 Peternakan sebagai usaha sambilan yaitu tingkat pendapatan usaha tani dari usaha ternaknya tidak lebih tinggi daripada 30% total pendapatannya,

 Peternakan sebagai cabang usaha yaitu tingkat pendapatan petani dari usaha ternaknya antara 30-70% dari usaha total pendapatannya,

 Peternakan sebagai usaha pokokyaitu tingkat pendapatan petani dari usaha ternaknya antara 70-100% dari usaha total pendapatannya,

 Peternakan sebagai usaha industri yaitu tingkat pendapatan petani dari usaha ternaknya mencapai 100% dari usaha ternaknya.

Panca Usaha Ternak

1. Bibit

Menurut Sugeng (2000) dalam hal penelitian bibit dengan cara seleksi dan penyingkiran ternak yang kurang baik dari kelompok yang dipelihara tidak perlu dilakukan. Laju pertumbuhan ternak yang bagaimana tidak perlu dihiraukan, yang terpenting bagi peternak adalah ternak yang dipelihara itu tetap bisa berkembang biak.

2. Pakan

Keberhasilan suatu ternak hanya mungkin tercapai apabila faktor-faktor penunjang memperoleh perhatian yang penuh. Salah satu faktor utamanya adalah makanan disamping genetik dan manajemen. Oleh karena itu, bibit ternak yang baik dan dari jenis yang unggul harus diimbangi dengan pemberian makanan yang


(24)

baik pula. Jenis Pakan babi adalah : Dedak Jagung, sayur-sayuran,pakan yang telah busuk, dll (Ensminger, 1991).

3. Kandang

Konstruksi kandang menurut Sugeng (2000) harus dibangun dengan perencanaan yang benar akan menjamin kenyamanan hidup ternak sebab bangunan kandang erat hubungannya dengan kehidupan ternak.

Perencanaan bangunan kandang yang perlu diperhatikan adalah iklim, konstruksi, dan bahan-bahan pembuat bangunan tersebut. Tiga faktor ini perlu diperhatikan karena faktor-faktor tersebut akan membawa kenyamanan bagi ternak apabila semua hal tersebut dipadu dengan baik (Wahyu, 2002).

4. Pencegahan dan Pengobatan Penyakit

Pencegahan terhadap timbulnya penyakit lebih penting daripada mengobati, oleh karena itu para peternak selalu menjaga kesehatan pada ternak. Ternak-ternak akan mudah tertular penyakit apabila manajemennya sangat kurang (Abidin dan Simanjuntak, 1997).

5. Pemasaran

Penambahan jumlah penduduk, peningkatan pendapatan dan pengetahuan masyarakat tentang gizi berpengaruh terhadap pola konsumsi masyarakat kearah gizi berimbang sehingga memberikan peluang pemasaran hasil-hasil peternakan. Disamping itu, terbukanya perdagangan internasional mengakibatkan kemungkinan ekspor ternak dan akan semakin meningkat bila diikuti peningkatan kualitas (Gunawan et al,1993).


(25)

Pendapatan Usaha Ternak

Menurut Boediono (1998), biaya mencakup suatu pengukuran nilai Sumber Daya yang harus dikorbankan sebagai akibat dari aktivitas-aktivitas yang bertujuan mencari keuntungan. Berdasarkan volume kegiatan, biaya dapat dibedakan atas biaya tetap dan variabel.

Analisis pendapatan berfungsi untuk mengukur berhasil tidaknya suatu kegiatan usaha, menentukan komponen utama pendapatan dan apakah komponen itu masih dapat ditingkatkan atau tidak. Kegiatan usaha dikatakan berhasil apabila pendapatannya memenuhi syarat cukup untuk memenuhi semua sarana produksi. Analisis usaha tersebut merupakan keterangan yang rinci tentang penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu tertentu (Aritonang, 1993)..

Soeharjo dan Patong (1973), menyebutkan bahwa dalam analisis pendapatan diperlukan dua keterangan pokok yaitu keadaan penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu yang ditetapkan, selanjutnya disebutkan bahwa tujuan analisis pendapatan adalah untuk menggambarkan keadaan sekarang maupun keadaan akan datang dari kegiatan usaha. Dengan kata lain, analisis pendapatan bertujuan untuk mengukur keberhasilan dari usaha.

Analisis Usaha

Menurut Riyanto (1998), analisis ekonomi peternakan adalah usaha untuk mengetahui keadaan finansial usaha. Dengan kata lain, analisis ekonomi tersebut dapat diketahui darimana datangnya dana, untuk apa dana itu digunakan dan sejauh mana keuntungan yang dicapai. Disamping itu, pimpinan perusahaan dapat juga mengetahui laba yang diperoleh atau kerugian yang akan diderita dengan tingkat penjualan yang dapat dicapai perusahaan (Azwar, 2001).


(26)

Usaha peternakan, khususnya ternak babi tidak sekedar usaha sampingan, tetapi lebih sebagai usaha pokok yang dapat membutuhi kebutuhan keluarga, Untuk itu para peternak harus mencatat semua kebutuhan produksi seperti biaya pembibitan, pengadaan pakan, tenaga kerja yang dikeluarkan maupun hasil yang diperoleh.

Menurut Hernanto (1996), menyatakan bahwa analisis usaha dimaksudkan untuk mengetahui kinerja usaha secara menyeluruh. Ada 3 laporan utama yang berkaitan dengan analisis usaha yaitu:

(1) Arus biaya dan penerimaan (Cash flow) yaitu biaya operasional (2) Neraca (balance sheet ), yaitu berupa harta, utang ,dan modal

(3) Pernyataan pendapatan (income statement), yaitu menyangkut laporan laba- Rugi berupa pendapatan dikurangi oleh beban (biaya).

Menurut Suharto dan Nazaruddin (1994), gambaran mengenai usaha ternak yang memiliki prospek cerah dapat dilihat dari usahanya. Hernanto (1996) menyatakan bahwa analisis usaha dimaksudkan untuk mengetahui kinerja usaha menyeluruh.


(27)

Marjin Pemasaran

Marjin Pemasaran atau tata niaga menunjukkan selisih harga dari dua tingkat rantai pemasaran. Marjin tataniaga hanya mempresentasikan perbedaan harga yang dibayarkan ke konsumen dengan harga yang diterima petani, tetapi tidak menunjukkan jumlah kuantitas produk yang dipasarkan. Pengertian ekonomi nilai marjin pemasaran adalah harga dari sekumpulan jasa pemasaran / tata niaga yang merupakan hasil dari interaksi antara permintaan dan penawaran produk-produk tersebut. (Dahl, 1997).


(28)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan. Penelitian ini dilaksanakan 1 bulan sekitar bulan Juli 2012.

Metode Penentuan Responden Penelitian

Responden terdiri dari para peternak babi dan para pedagang di pasar Kecamatan Lintong Nihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan. Metode responden yang digunakan adalah metode survei dengan unit analisis keluarga yang memelihara ternak babi dan pemasaran . Metode penarikan responden yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Pada tahap pertama pemilihan 3 desa dari beberapa desa yang ada di Kecamatan Lintong Nihuta yaitu : Desa Nagasaribu IV, Sigompul dan Hutasoit II dengan metode penarikan responden secara Proportional Stratified Random Sampling menurut Wirartha,2006.

2. Pada tahap kedua pemilihan responden secara acak sederhana, diambil masing-masing 30% dari seluruh peternak dari setiap desa sampel.

3. Pada tahap ketiga memilih pedagang babi di pasar kecamatan lintong nihuta kabupaten humbang hasundutan, agar mengetahui rata-rata perbedaan harga di pedagang dengan peternak.


(29)

Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data Primer maupun sekunder,

1. Data primer diperoleh dari monitoring terhadap kegiatan usaha ternak babi melalui wawancara dan pengisian kuesioner,

2. Data sekunder diperoleh dari berbagai instansi yang terkait seperti Badan Pusat Statistik Medan, Kantor Kecamatan Lintong Nihuta.

Metode Analisis data

Data yang diperoleh dari hasil wawancara responden di lapangan yang diolah dan ditabulasikan, kemudian data dianalisis dengan menggunakan metode analisis pendapatan dan diolah dengan menggunakan model pendekatan ekonometri dan dijelaskan secara deskriptif. Menurut Soekartawi (1995), untuk menghitung keuntungan atau total pendapatan dari kegiatan beternak babi dapat dihitung sebagai berikut :

Pd = TR – TC Keterangan :

Pd = Total keuntungan yang diperoleh peternak babi (Rupiah/tahun) TR = Total revenue atau penerimaan (Rupiah/tahun)

TC = Total cost atau pengeluaran yang dikeluarkan oleh peternak babi (Rupiah/tahun)

Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka untuk memperoleh faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan dapat dilihat dengan menggunakan metode pendekatan teknik Ekonometri dengan analisis Regresi Linear Berganda (Alat bantu software seperti SPSS 17).


(30)

Menurut Djalal dan Usman (2002), model pendugaan yang digunakan adalah :

Ϋ = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + µ

Keterangan :

Ϋ = pendapatan peternak ( rupiah ) a = koefisien intercept (konstanta)

b1,2,3,4,5,6,7,8 = koefisien regresi

X1 = skala usaha (jumlah ternak babi) X2 = umur peternak (tahun)

X3 = tingkat pendidikan (tahun) X4 = pengalaman beternak (tahun) X5 = jumlah tanggungan keluarga (jiwa) X6 = jumlah tenaga kerja (jiwa)

µ = variabel lain yang tidak diteliti

Variabel-variabel pada hipotesis diuji serempak dan parsial untuk mengetahui apakah variabel tersebut memiliki dominan atau tidak. Jika variabel tersebut berpengaruh secara serempak maka digunakan dengan uji F yakni :

F= r2 / k

(1-r2)/ (n-k-1)

Keterangan :

r2 = Koefisien determinasi n = Jumlah responden k ( 1-r2 ) = Derajat bebas pembilang


(31)

n-k-1 = Derajat bebas penyebut Kriteria uji :

F hitung ≤ F tabel……… H0 diterima (H1 ditolak) F hitung > F tabel……… H0 ditolak (H1 diterima) Menurut Sudjana (2002), jika variabel berpengaruh secara parsial, maka dapat diuji:

Thit = b1 S

2

y123 =

∑ (

-y)

2

Sb1 n-k-1

Keterangan :

b = Parameter (i = 1,2,3,4) n-k-1 = Derajat bebas

S2b1 = Standard eror parameter b S2y1234 = Standard eror estimates Xi = Variabel bebas (i = 1,2,3,4) Kriteria uji :

F-hit ≤ F-tabel………. H0 diterima (H1ditolak) F-hit > F-tabel………. H0 ditolak (H1diterima)

Marjin Pemasaran

Pada pemasaran ternak babi di daerah penelitian yaitu pemasaran berat bobot hidup yang terdiri dari pemasaran anakan dan indukan, tetapi memiliki perbedaan. Pemasaran anakan memperhitungkan harga per ekor nya tanpa memperhitung bobot kilogram ternak, tetapi pemasaran indukan memperhitungkan per kilogram nya.

Marjin pemasaran anakan dirumuskan dengan cara menghitung perbedaan antara harga di tingkat Pasar dengan harga di tingkat Peternak. Marjin Pemasaran

S

2

b1 =


(32)

dalam penelitian ini di rumuskan sesuai petunjuk Sudiyono (2002) sebagai berikut:

M = He – Hp Keterangan :

He = Harga pada pasar (Rp…/ekor) Hp = Harga padapeternak (Rp…/ekor)

Marjin pemasaran indukan dirumuskan dengan cara menghitung perbedaan antara harga di tingkat Pasar dengan harga di tingkat Peternak. Marjin Pemasaran dalam penelitian ini di rumuskan sesuai petunjuk Sudiyono (2002) sebagai berikut: M = He – Hp

Keterangan :

He = Harga pada pasar (Rp…/Kg) Hp = Harga peternak (Rp…/Kg) Parameter Penelitian

Analisis Pendapatan

1. Skala usaha adalah jumlah ternak babi yang dipelihara (ekor),

2. Umur peternak yang memelihara ternak babi adalah umur yang masih tergolong produktif yaitu umur 16-60 tahun,

3. Tingkat pendidikan adalah lama pendidikan yang ditempuh peternak ( SD,SMP,SMA),

4. Pengalaman beternak adalah lamanya peternak dalam memelihara ternak babi ( tahun),

5. Jumlah tanggungan keluarga adalah jumlah tanggungan yang ditanggung peternak dalam satu keluarga ( jiwa ),


(33)

6. Jumlah tenaga kerja adalah Jumlah suatu tenaga kerja dalam keluarga atau upahan yang dibiayai oleh peternak (jiwa).

Marjin Pemasaran Ternak Babi :

1. Harga pasar adalah Harga jual ternak indukan dan anakan yang ditawarkan oleh pasar kepada peternak (Pola 1),

2. Harga peternak adalah Harga jual ternak indukan dan anakan yang ditawarkan oleh peternak kepada pasar (Pola 2).


(34)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sistem Perkandangan Pada Usaha Ternak Babi Di Daerah Penelitian

Sistem pemeliharaan ternak dan manajemen yang baik adalah kunci dari keberhasilan suatu usaha ternak babi. Umumnya sistem perkandangan babi di Kecamatan Lintong Nihuta adalah bersifat bersifat intensif dimana ternak dikandangkan setiap hari.

Sistem Perkandangan babi di Kecamatan Lintong Nihuta dapat diterangkan sebagai berikut :

Tabel 3. Data sistem kandang di daerah Lintong Nihuta

Data Sistem Kandang Keterangan

Keadaan Kandang

Kurang bersih dan basah,

hanya sedikit peternak yang keadaan kandang yang bersih dan kering. Ventilasi Kandang

Memiliki banyak udara untuk masuk dengan kata lain ventilasi kandang baik.

Drainase Kandang

Memiliki drainase hanya ada diluar kandang.

Ukuran Kandang

Anakan Babi : 2,5 x 1,5 m/ekor Indukan babi : 3 x 2 m/ekor.

Adapun kegiatan–kegiatan yang dilakukan peternak babi yang terdapat di daerah penelitian sebagai berikut :

1. Pemberian Pakan dan Minum

Babi akan tumbuh sehat dan berkembang biak dengan baik bila volume pakan yang diperoleh cukup dan bergizi dan dilakukan manajemen pemeliharaan yang baik. Pakan merupakan unsur yang sangat vital dalam usaha peternakan. Pemberian pakan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi ternak dapat menyebabkan defisiensi zat nutrisi makanan sehingga ternak mudah terserang


(35)

penyakit. Ketersediaan pakan yang cukup akan menghasilkan ternak yang sehat dan produktif. Jenis pakan babi ada dua macam yaitu pakan pokok yang terdiri dari Sayur-sayuran, Dedak, dan Pakan yang telah membusuk dan pakan penguat (Mineral seperti jenis Mineral-10).

Air untuk minum ternak juga mempunyai fungsi yang vital untuk proses pertumbuhan dan perkembangan tubuh ternak. Penyediaan air minum harus terus menerus untuk semua kelompok umur ternak.

Pemberian pakan dan minum ternak di daerah penelitian dilakukan oleh peternak sendiri yang dibantu oleh anggota keluarganya seperti ibu dan anak-anaknya.

2. Pembersihan kandang

Kandang adalah tempat tinggal ternak sehingga kandang menjadi salah satu faktor penting dalam beternak. Dimana kebersihan kandang dapat menghindarkan ternak dari serangan penyakit. Kandang sangat berpengaruh terhadap kesehatan ternaknya, terutama faktor kelembaban, kebecekan, dan sarang lalat yang dapat mengganggu kenyamanan serta keleluasaan ternak. Letak kandang harus terpisah dari rumah namun di daerah penelitian masih ada beberapa responden yang membuat kandangnya menyatu dengan rumahnya.

Di daerah penelitian kebersihan kandang dilakukan tidak tiap hari, hanya ketika kandang telah sangat kotor dengan menggunakan sapu lidi, sekop, cangkul. Kotoran dibersihkan dengan menggunakan sekop yang kemudian diangkat dengan menggunakan angkong. kotoran tersebut dikumpulkan di lubang sementara yang biasanya berada di belakang kandang. Setelah dikumpulkan beberapa hari, feses akan dijual nantinya kepada pembeli. Penjualan feses bukan berdasarkan berat


(36)

melainkan volume feses di dalam kereta sorong (angkong). Pada umunya peternak tidak melakukan penyemprotan desinfektan pada kandangnya yang bertujuan untuk membunuh kuman-kuman pembawa penyakit.

3. Pembersihan Ternak babi

Tujuan pembersihan ternak babi adalah untuk mencegah timbulnya berbagai macam penyakit dari parasit yang dapat membuat produktivitas ternak menurun. Di daerah penelitian pembersihan ternak dilakukan dengan cara memandikan ternak. Kegiatan ini dilakukan bila tubuh ternak sudah kelihatan kotor. Namun tidak semua peternak yang ada di daerah penelitian memandikan ternaknya mereka membiarkan tubuh ternak dalam keadaan kotor hal ini dapat mengakibatkan ternak terserang penyakit .

4. Pengendalian Penyakit

Serangan penyakit dapat menimbulkan masalah yang berkepanjangan, seperti menghambat pertumbuhan ternak sehingga dapat mengurangi keuntungan peternak. Penyakit yang sering menyerang ternak babi di daerah penelitian adalah penyakit mencret.

Penyakit mencret pada ternak babi biasanya diberikan desinfektan (Lysol dan creolin) pada kandang agar kandang itu bersih dan kering, tetapi pada anak babi biasanya perlakuannya agak berbeda yaitu makanan yang mengandung jenis obat TM 10 atau aureomycin.


(37)

Karakteristik responden

Masyarakat di Kecamatan Lintong Nihuta cenderung menjadikan usaha ternak babi sebagai usaha sampingan sehingga hanya memberikan kontribusi dibawah 30% terhadap pendapatan peternak. Masyarakat di Kecamatan Lintong Nihuta pada umumnya bermata pencaharian sebagai petani, sehingga pendapatan mereka berasal dari hasil-hasil pertanian.

Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi karakteristik sosial dan ekonomi. Karakteristik sosial peternak yang dianalisis meliputi skala usaha, umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, jumlah tanggungan keluarga, dan jumlah tenaga kerja. Sedangkan karakteristik ekonomi responden yang dianalisis meliputi: total penerimaan dari usaha ternak dan total biaya produksi. Karakteristik responden di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4. Karakteristik responden di daerah Lintong Nihuta tahun 2012

Pada pemasaran ternak babi di daerah penelitian yaitu pemasaran berat bobot hidup yang terdiri dari pemasaran anakan dan indukan, tetapi memiliki perbedaan. Pemasaran anakan memperhitungkan harga per ekor nya tanpa memperhitungkan bobot kilogramnya, tetapi pemasaran indukan memperhitungkan per kilogram nya.

Karakteristik peternak Babi satuan Rentang (*) Rataan

Skala usaha Umur peternak Tingkat pendidikan

Ekor Tahun Tahun

5-33 29-59

6-12

11 48 12

Pengalaman beternak Tahun 2-10 5

Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah tenaga kerja Total penerimaan dari usaha

ternak

Jiwa Jiwa Rp

5-9 1-4

7.290.000-25.200.000

6 3 12.281.416,67

Total biaya pengeluaran Rp 3.053.000-23.494.000 9.158.100


(38)

Sedangkan karakteristik pada marjin pemasaran yang saya teliti di Kecamatan Lintong Nihuta adalah jumlah pedagang, rata-rata jumlah anakan hidup yang diperjualkan oleh pedagang, rata-rata harga jual anakan oleh pedagang, rata jumlah indukan hidup yang diperjualkan oleh pedagang, rata-rata harga jual indukan oleh pedagang, rata-rata-rata-rata jumlah anakan hidup yang diperjualkan oleh peternak, rata-rata harga jual anakan oleh peternak, rata-rata jumlah indukan hidup yang diperjualkan oleh peternak, rata-rata harga jual indukan oleh peternak, rata-rata marjin pemasaran anakan, dan rata-rata marjin pemasaran indukan.

Tabel 5. Karakteristik Marjin Pemasaran didaerah Lintong Nihuta

Karakteristik peternak sampel Satuan Rentang (*) Rataan

Jumlah pedagang Jiwa - 14

Rata-rata jumlah ternak anakan hidup yang

diperjualkan oleh pedagang Ekor 3-5 4

Rata-rata harga jual anakan

oleh pedagang Rp 615000-650000 635.000

Rata-rata jumlah ternak indukan hidup yang

diperjualkan oleh pedagang Ekor 2-5 3

Rata-rata harga jual indukan

oleh pedagang Rp/Kg 32000-35000 30.300

Rata-rata jumlah ternak anakan hidup yang diperjualkan oleh peternak

Ekor 6-10 8

Rata-rata harga jual anakan

oleh peternak Rp 500000-600000 576.000

Rata-rata jumlah ternak indukan hidup yang

diperjualkan oleh peternak Ekor 1-4 2

Rata-rata harga jual indukan

oleh peternak Rp/Kg 26000-29000 27.400


(39)

Rata-rata marjin pemasaran

indukan Rp/Kg

- 2.900

Skala usaha beternak babi menyebar antara 5 sampai 33 ekor dengan rataan 11 ekor. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa jumlah kepemilikan ternak babi dalam usaha beternak babi cendrung sedikit.

Pengalaman beternak babi menyebar antara 2 sampai 10 tahun dengan rataan 5 tahun. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa tingkat pengalaman beternak responden cukup lama, tetapi kurang menguasai tentang teknik pengelolaan usaha ternaknya.

Tingkat pendidikan peternak babi menyebar antara 6 sampai 12 tahun dengan rataan 12 tahun. Hal ini menunjukan bahwa tingkat pendidikan responden rata-rata sudah tamat SMA, sehingga tingkat pendidikan responden digolongkan rendah. Pendidikan non formal di daerah penelitian yang khusus mengenai usaha ternak babi tidak begitu berjalan dengan baik.

Umur peternak menyebar antara 29 sampai 59 tahun dengan rataan 48 tahun. Hal ini menunujukan bahwa responden masih berada dalam kategori umur produktif (20 sampai 45 tahun), sehingga potensi untuk bekerja dan mengelola usaha ternaknya masih besar.

Jumlah tenaga kerja menyebar antara 1 sampai 4 orang dengan rataan 4 orang. Hal ini menunujukan bahwa responden memiliki tenaga kerja yang cukup untuk beternak babi.

Jumlah tanggungan keluarga menyebar antara 4 sampai 9 orang dengan rataan 6 orang, Hal ini menunjukkan bahwa di dalam keluarga tersebut cukup banyak.


(40)

Pada usaha ternak babi di daerah penelitian diperoleh total penerimaan dari usaha ternak babi selama 1 (satu) tahun adalah berkisar antara Rp 7.290.000 sampai dengan Rp 25.200.000 / peternak dengan rataan sebesar Rp. 12.281.416,67 /peternak.

Total biaya pengeluaran pada usaha ternak babi meliputi biaya pakan, obat-obatan, tenaga kerja, dan biaya lainnya .Menurut data yang diperoleh selama 1 (satu) tahun dari usaha ternak babi per responden adalah berkisar antara Rp. 3.053.000 / peternak sampai dengan Rp 19.260.000 /peternak dengan nilai pengeluaran rata-rata adalah Rp. 9.158.100 /peternak.

Untuk pendapatan bersih setiap responden dari usaha ternak babi selama 1 (satu) tahun berkisar antara Rp 570.000 sampai dengan Rp 6.400.000 dengan rataan sebesar Rp. 3.123.316,67,- /peternak. Dari nilai rata-rata pendapatan keluarga dari usaha ternak babi ini dapat digambarkan bahwa responden kurang termotivasi untuk melakukan pengembangan usaha ternak babi nya, Mereka belum melihat dengan baik bahwa ternak babi yang mereka usahakan ini dapat mendatangkan pendapatan yang lebih besar lagi apabila dilakukan dengan serius.

Biaya lain-lain yang dikeluarkan oleh peternak untuk usaha ternak mencakup biaya perbaikan kandang, biaya pembelian peralatan pendukung usaha ternak seperti kereta sorong (angkong), cangkul, sapu lidi, dan biaya bahan bakar. Jumlah pedagang babi di daerah penelitian memiliki rentangan 12-15 ekor dengan rataan sebanyak 14 ekor.

Jumlah rataan anakan hidup yang dijual oleh pedagang rentangan 3-5 ekor dengan rataan 4 ekor.


(41)

Jumlah rataan anakan hidup yang dijual oleh peternak rentangan 6-10 ekor dengan rataan 8 ekor.

Jumlah rataan harga jual anakan oleh pedagang memiliki rentangan Rp.615000 – 650000 dengan rataan Rp. 635.000,-.

Jumlah rataan harga jual anakan oleh peternak memiliki rentangan Rp.500000-600000 dengan rataan Rp. 576.000,-.

Jumlah rataan indukan hidup yang dijual pedagang rentangan 2-4 ekor dengan rataan 3 ekor.

Jumlah rataan indukan hidup yang dijual pedagang rentangan 1-3 ekor dengan rataan 2 ekor.

Jumlah rataan harga jual indukan oleh pedagang memiliki rentangan Rp 32000-35000 dengan rataan Rp. 30.300,- /Kg.

Jumlah rataan harga jual indukan oleh peternak memiliki rentangan Rp 24000-28000 dengan rataan Rp. 27.400,- /Kg.

Rata-rata marjin pemasaran anakan memiliki rentangan Rp 59.000, dan rata-rata marjin pemasaran indukan memiliki rentangan Rp. 2.900,-/Kg.

Pengaruh variabel terhadap pendapatan peternak babi

Untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan peternak babi di Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan digunakan analisis regresi linier berganda, dimana yang menjadi variabel bebas (independent) adalah pengalaman beternak (X1), umur peternak (X2), tingkat pendidikan (X3) dan pengalaman beternak (X4), jumlah tanggungan keluarga (X5), jumlah tenaga kerja (X6). Sedangkan yang menjadi variabel terikat/tidak bebas (dependent) adalah pendapatan (Y).


(42)

Tabel 6. Analisis varian pendapatan dan hasil penduga variabel

Sumber Derajat Bebas F tabel F hitung Tingkat Signifikansi

Regresi 6 2,436 2,054 tn 0.075a

Residual 53

Total 59

Adapun hasil pengujian faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan peternak babi di Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan dapat di lihat pada tabel berikut :

Tabel 7. Analisis regresi linier berganda pengaruh pengalaman beternak, tingkat pendidikan, umur dan sistem pemeliharaan terhadap pendapatan peternak babi di Kecamatan Lintong Nihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan

Variabel Koefisien Regresi Std. Error t- hitung Signifikan Konstanta X1 X2 X3 X4 X5 X6 R square Regresion Residual F-tabel (α=0,05) 9.060.648 96.390,03 - 47.108,1 - 459.757 365.091,5 135.339,4 - 271.323 0,189 1,9E+13 8,4E+13 2,436 6.341.444,6 42784,316 30665,015 539555,5 140599,6 162054,9 335496,2 1,429 0,023 -1,536 -0,852 1,597 0,835 -0,809 0,159 0,982 0,130 0,398 0,012 0,407 0,422

T-tabel(α=0,05) 1,856

Berdasarkan Tabel di atas di peroleh persamaan sebagai berikut:

Ŷ = 9.060.648 + 96.390,03X1 - 47.108,1X2 - 459.757X3 + 365.091,5X4 + 135.339,4X5– 271.323X6 + µ

Keterangan:


(43)

X1 : Skala usaha (ekor) X2 : Umur peternak (tahun) X3 : Tingkat pendidikan (tahun) X4 : Pengalaman beternak (tahun)

X5 : Jumlah tanggungan keluarga (jiwa)

X6 : Jumlah tenaga kerja (jiwa)

Berdasarkan Hasil Regresi di atas dapat diketahui:

Nilai Konstanta/Intersept adalah sebesar 9.060.648, Artinya apabila variabel bebas yaitu, pengalaman beternak, tingkat pendidikan, umur peternak dan sistem pemeliharaan dilakukan maka peternak babi akan menerima pendapatan sebesar nilai konstanta yaitu Rp 9.060.648/tahun.

1. R Square bernilai 18,9%, artinya bahwa semua variabel bebas pengalaman beternak tingkat pendidikan,umur peternak dan sistem pemeliharaan mempengaruhi variabel terikat sebesar 18,9% dan selebihnya yaitu sebesar 81,1% dijelaskan oleh variabel lain (µ) yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

2. Secara serempak nilai F-hitung (2,054) lebih kecil daripada F-tabel (2,436). Hal ini menunjukkan bahwa secara serempak semua variabel tersebut yaitu skala usaha, umur peternak, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, jumlah tenaga kerja berpengaruh secara tidak nyata terhadap pendapatan peternak babi dengan taraf signifikansi 0.075a dan pada taraf kepercayaan 95%.

3. Secara partial nilai t-hitung variabel yang mempengaruhi adalah variabel skala usaha (0,023), umur peternak (-1,536), tingkat pendidikan (-0.852),


(44)

pengalaman beternak (1.597), jumlah tanggungan keluarga (0.835), jumlah tenaga kerja (-0.809).

a. Variabel skala usaha berpengaruh tidak nyata terhadap pendapatan peternak babi, jika diukur pada tingkat kepercayaan 95% yang ditunjukkan oleh angka koefisien 96.390,03. Sifat hubungan dari

koefisien regresi bertanda positif, berarti setiap kenaikan umur sebesar 1

tahun, maka mengalami kenaikan sebesar Rp. 96.390,03,- dari

pendapatan peternak. Hal ini sesuai pernyataan Tohir (1991) bahwa skala usaha memberikan keuntungan pada peternak, semakin banyak ternak yang dimiliki peternak, makin besar keuntungan dan menaikkan pendapatan peternak.

b. Variabel umur berpengaruh tidak nyata terhadap pendapatan peternak babi, jika diukur pada tingkat kepercayaan 95% yang ditunjukkan oleh angka koefisien -47.108,1. Sifat hubungan dari koefisien regresi

bertanda negatif, berarti setiap kenaikan umur sebesar 1 tahun maka

akan menurunkan pendapatan peternak sebesar Rp 47.108,1 Faktor umur

biasanya lebih diidentikkan dengan produktivitas kerja, dan jika seseorang masih tergolong usia produktif ada kecenderungan produktivitasnya juga tinggi, Chamdi (2003) mengemukakan, semakin muda usia peternak (usia produktif 20-45 tahun) umumnya rasa ingin tahu terhadapsesuatu semakin tinggi dan minat untuk mengadopsikan terhadap introduksi teknologi semakin tinggi.

c. Variabel tingkat pendidikan berpengaruh tidak nyata terhadap pendapatan peternak babi, jika diukur pada tingkat kepercayaan 95% yang di


(45)

tunjukkan pada koefisien -459757, Koefisien tersebut berimplikasi bahwa

kenaikan tingkat pendidikan peternak sebesar 1 tahun dengan asumsi

variabel lain tetap maka akan diikuti penurunan peternak sebesar Rp

459757,-. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wiryono (1997), yang

menyatakan bahwa tingkat pendidikan peternak cenderung mempengaruhi cara berpikir dan tingkat penerimaan mereka terhadap inovasi dan pada teknologi baru.

c. Variabel pengalaman beternak tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak babi, jika diukur pada tingkat kepercayaan 95% yang ditunjukkan oleh angka koefisien 365.091,5 Sifat hubungan dari

koefisien regresi bertanda positif maka dapat diasumsikan bahwa

kenaikan pengalaman peternak sebesar 1 tahun dengan asumsi variabel

lain diikuti kenaikan pendapatan peternak sebesar Rp.365.091.5,-. faktor

pengalaman yang dimiliki peternak masyarakat sangat menentukan pula berkembangnya peternakan di daerah itu (Fauzia dan Tampubolon, 1991).Hal ini disebabkan bahwa dengan pengalaman beternak yang

cukup lama memberikan indikasi bahwa pengetahuan dan keterampilan peternak terhadap manajemen pemeliharaan ternak mempunyai kemampuan yang lebih baik.

d. Variabel jumlah tanggungan keluarga tidak berpengaruh nyata terhadap

pendapatan peternak babi, jika diukur pada tingkat kepercayaan 95%

yang ditunjukkan oleh koefisien 135.339,4. Sifat hubungan dari

koefisien regresi bertanda positif, maka dapat diasumsikan bahwa


(46)

variabel lain diikuti kenaikan pendapatan peternak sebesar

Rp.135.339,4,-. Hal ini sesuai pernyataan Daniel (2002) menyatakan

dengan pertambahan anggota secara terus-menerus, sementara kebutuhan akan diproduksi termasuk pangan semakin bertambah.Hal ini

disebabkan karena peternak tersebut menjual banyak hasil pertanian dan

perkebunan, tetapi mereka mengeluarkan sedikit pendapatan mereka

kepada keluarga karena hasil kebutuhan pokok mereka banyak terdapat

di tempat, seperti padi, kopi, sayur-sayuran, dll yang mereka jadikan

bahan pokok peternak tersebut. Dengan kata lain, peternak dapat

menaikkan pendapatan mereka.

e. Variabel jumlah tenaga kerja tidak berpengaruh nyata terhadap

pendapatan peternak babi jika diukur tingkat kepercayaan 95% yang

ditujukan oleh koefisien – 271323. Sifat hubungan dari koefisien regresi bertanda negatif, maka dapat diasumsikan bahwa kenaikan jumlah

tenaga kerja sebesar 1 tahun dengan asumsi variabel lain diikuti

penurunan pendapatan peternak sebesar Rp. 271.323,-. Hal ini

disebabkan bahwa tenaga kerja memerlukan biaya lain-lain untuk

dirinya, sehingga mengurangi pendapatan peternak. Hal ini menurut

pernyataan Soekartawi (1995) bahwa Peningkatan pendapatan keluarga

peternak tidak dapat dilepaskan dengan cara mereka menjalankan dan mengelola usaha ternaknya yang sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor sosial dan ekonomi.

Arti dari nilai persamaan berikut adalah :

Ŷ = 9.060.648 + 96.390,03X1 - 47.108,1X2 - 459.757X3 + 365.091,5X4 +


(47)

Berdasarkan model persamaan diatas dapat diinterpretasi bahwa:

a. Apabila variabel bebas skala usaha (X1) mengalami kenaikan sebesar 1 ekor, maka akan terjadi kenaikan pendapatan (Y) sebesar Rp. 96.390,03,-.

b. Apabila variabel bebas umur (X2) mengalami kenaikan sebesar 1 tahun, maka akan terjadi penurunan pendapatan (Y) sebesar Rp. 47.108,1,-.

c. Apabila variabel bebas pendidikan (X3) mengalami kenaikan sebesar 1 tahun maka akan terjadi penurunan pendapatan (Y) sebesar Rp. 459.757,-.

d. Apabila variabel bebas pengalaman beternak (X4) mengalami kenaikan sebesar 1 tahun, maka akan terjadi kenaikan pendapatan (Y) sebesar Rp. 365.091,5,-. e. Apabila variabel bebas jumlah tanggungan keluarga (X5) mengalami kenaikan 1 jiwa, maka akan terjadi kenaikan pendapatan (Y) sebesar Rp. 135.339,4,-. f. Apabila variabel bebas jumlah tenaga kerja (X6) mengalami kenaikan 1 jiwa ,

maka akan terjadi penurunan pendapatan (Y) sebesar Rp. 271.323,-.

g. Apabila variabel X1, X2, X3, X4, X5 dan X6 yang dianalisis dianggap nol (tidak melakukan aktivitas), maka peternak babi akan menanggung biaya sebesar Rp 9.060.648 /tahun atau Rp 755.054,- /bulan.


(48)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian analisis profil peternak terhadap pendapatan dan marjin pemasaran peternak babi di Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Skala usaha, Pengalaman beternak, dan Jumlah tanggungan keluarga dapat menaikkan pendapatan di Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan.

2. Umur peternak, Pendidikan peternak, dan jumlah tenaga kerja dapat menurunkan pendapatan di Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan.

3. Rata-rata marjin pemasaran anakan memiliki rentangan Rp 59.000, dan rata-rata marjin pemasaran indukan memiliki rentangan Rp 2.900,-/Kg.

Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan dari hasil penelitian ini adalah :

Untuk Peternak :

Untuk meningkatkan pendapatan peternak babi di daerah penelitian diharapkan para peternak pemula dapat meningkatkan pengetahuan dalam beternak dengan cara mempelajari inovasi dan teknologi baru.

Untuk Pemerintah :

Peningkatan pengalaman beternak dan pengetahuan beternak dapat dilakukan dengan cara melakukan kegiatan penyuluhan peternakan. Hal ini


(49)

pengalaman turun temurun, sehingga pendapatan peternak belum maksimal. Oleh sebab itu diharapkan intoduksi teknologi dari dinas terkait agar peternak dapat lebih meningkatkan pendapatannya.

Dalam upaya meningkatkan pendapatan peternak Babi di daerah Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang hasundutan diantaranya adalah mengatasi masalah permodalan yang masih sedikit maka untuk itu dibutuhkan peran pemerintah setempat untuk membuka kucuran modal dari semua sumber daya yang dapat meningkatkan pendapatan peternak seperti lembaga keuangan mikro misalnya koperasi simpan pinjam, lembaga kredit pedesaan dan lembaga non formal baik perorangan maupun bentuk perkumpulan (lembaga kelompok swadaya masyarakat dan lain-lain).


(50)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, A. dan Simanjuntak,D, 1997., Ternak Potong. Direktorat Jenderal Peternakan, Jakarta.

Aritonang, D., 1993. Perencanaan dan Pengelolaan Usaha. Penebar Swadaya. Jakarta.

Aswar, 2001., Budidaya Ternak Babi. Penerbit Kasuari, Semarang.

Badan Pusat Statistik, 2011., Kecamatan Humbang Hasundutan, BPS Sumatera Utara, Medan.

Boediono, 1998., Ekonomi Mikro Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No.1, BFFE Yogyakarta, Yogyakarta

Cahyono, B, 1998., Beternak Babi dan Kerbau, Kanisius, Jakarta.

Chamdi, A.N, 2003., Kajian Profil Sosial Ekonomi Usaha Babi di Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobongan, Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner, Bogor 29-30 September 2003, Bogor: Puslitbang Peternakan Departemen Pertanian, Bogor.

Cyrilla, L., dan Ismail, A, 1998., Usaha Peternakan, Diktat Kuliah, Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Dahl, 1997., Digestive Physiology in the pig, Procceding of the 3rd International Seminar on Digestiobin the pig, Copenhagen.

Daniel, M, 2002., Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara, Jakarta.

Ensminger,1991., Digestive of pig, Procceding of the 3rd International Seminar on Digesty the pig, Berlin.

Fathoni, A,H, 2004., Manajemen Sumber Daya Manusia, Penerbit PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Fauzia, dan Tampubolon, 1991., Pengaruh Keadaan Sosial Ekonomi Petani Terhadap Keputusan Petani Dalam Penggunaan Sarana Produksi, USU Press, Medan.

Gunawan, Pamungkas, D., Affandhy, L., 1993, Peternakan Babi dan Nilai Ekonomis, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Hardjosworo, P.S., dan Levine J.M, 1987., Pengembangan Peternakan di Indonesia, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.


(51)

Hernanto, F, 1993., Ilmu Usaha Tani, Penebar Swadaya, Jakarta.

Kay, R.D dan Edward, W.M., 1994., Farm Management, Third Edition, Mc. Graw- Hill, inc. Singapore.

Kidder, D.E dan M.J Manners, 1978., Digestion in the pig, Scientechnica, Bristol. Mubyarto, 1991., Pengantar Ekonomi Pertanian, LP3ES, Jakarta.

Mulyono, S, dan Sarwono, B, 2007, Penggunaan Ternak Potong, Penebar Swadaya, Jakarta.

Riyanto, 1978, Pemeliharaan ternak babi secara efisien. IPB, Bogor.

Ruhyat, 2003, Taksonomi dan Zoologis Hewan Ternak, UGM Press, Yogyakarta Sihombing, D.T.H, 2006, Petunjuk Praktis Beternak Babi. Fakultas Peternakan

IPB, Bogor.

Sodiq, A., dan Z, Abidin., 2002, Penggemukan Ternak, (Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis), Agromedia Pustaka, Jakarta.

Soekartawi, A., Soeharjo, Dillon, J.L.,Hardaker,J.B., 1986, Ilmu Usaha Tani dan Penelitian Untuk Perkembangan Peternak Kecil, UI Press, Jakarta.

Soekartawi, 1995., Analisis Usaha Tani, UI, Jakarta.

Sugeng, Y.B, 2000., Ternak Babi. Penebar Swadaya, Jakarta.

Suharno, B dan Nazaruddin., 1994, Ternak Komersial, Penebar Swadaya, Jakarta. Tohir, K. A., 1991. Pengantar Ekonomi Pertanian. Penerbit Sumur Bandung.

Bandung.

Wahyu, 2002., Pemasaran Ternak Babi, IPB, Bogor.

Widjaja, K., 1999, Analisis Pengambilan Keputusan Usaha Produksi Peternakan, Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat, IPB, Bogor.

Wirartha,I. Made, 2006, Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi, Penerbit Andi, Yogyakarta.


(52)

LAMPIRAN


(53)

Nama Peternak Skala Usaha (Ekor) Umur Peternak (Tahun) Tingkat Pendidikan (Tahun) Pengalaman beternak (Tahun) Jumlah Tanggungan Keluarga (Jiwa) Jumlah Tenaga Kerja (Jiwa) P. Nababan L. Hutasoit B. Nababan A. Sianturi Hotiur Pasaribu Bonar Nababan A. Sihombing Sardion Sihombing E. Nababan A. Nababan S. Lumbangaol Hardo Sihombing A. Aritonang D. Purba R. Lumbangaol F. Hutasoit E. Siregar A. Marbun T. Simamora T. Tampubolon T. Nababan P.Sianipar S. Sihombing Mulia Tampubolon S. Panjaitan M. Sihombing A. Hutasoit Rendy Sihotang Gusro Lumbantoruan C. Lubis B. Nainggolan L. Nababan H. Silaban Raka Hutasoit B. Sihombing Andri Marbun E. Lumbangaol R. Hutasoit 9 8 7 12 6 10 8 33 10 10 18 30 11 13 11 12 12 11 18 10 21 15 20 12 10 14 12 9 11 8 7 8 10 7 10 9 8 11 59 57 55 49 33 58 45 29 46 56 50 45 51 40 47 39 56 51 47 55 57 45 51 49 53 55 51 49 43 50 39 41 56 40 46 34 43 47 12 12 12 12 9 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 5 4 4 3 5 8 5 8 5 3 4 5 4 6 4 4 6 5 8 4 6 4 5 5 7 6 4 4 3 3 2 2 5 2 3 2 3 6 5 7 8 6 9 4 5 4 6 9 8 9 5 5 5 7 5 7 8 6 4 7 7 6 5 7 5 5 4 6 5 5 6 4 6 4 4 5 2 2 3 2 4 2 2 4 2 3 2 8 2 4 3 2 2 2 4 2 5 2 4 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3


(54)

D. Sirait M. Siregar N. Lumbantoruan Endra Hutasoit K. Nababan T. Siregar D. Sihombing N. Silaban Jonni Lumbantoruan Harlo Sitinjak Edison Hutasoit L. Sihombing Viktor Purba O. Nababan A. Silaban Chandra Hutasoit L. Siregar Franky Silaban H. Purba E. Sihombing 9 11 9 10 8 11 8 9 11 7 9 8 8 10 8 12 7 10 11 10 54 51 38 40 57 54 53 52 45 41 39 51 36 57 55 39 54 34 52 55 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 5 5 4 5 6 5 6 3 7 5 6 3 5 6 5 4 6 5 5 4 4 5 4 4 7 5 7 6 5 5 4 6 4 7 5 5 6 4 7 6 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 3 2 3 4 3


(55)

NAMA PEMASUKAN (Rp) PENGELUARAN (Rp) PENDAPATAN (Rp) P. Nababan L. Hutasoit B. Nababan A. Sianturi Hotiur Pasaribu Bonar Nababan A. Sihombing Sardion Sihombing E. Nababan A. Nababan S. Lumbangaol Hardo Sihombing A. Aritonang D. Purba R. Lumbangaol F. Hutasoit E. Siregar A. Marbun T. Simamora T. Tampubolon T. Nababan P.Sianipar S. Sihombing Mulia Tampubolon S. Panjaitan M. Sihombing A. Hutasoit Rendy Sihotang Gusro Lumbantoruan C. Lubis B. Nainggolan L. Nababan H. Silaban Raka Hutasoit B. Sihombing Andri Marbun E. Lumbangaol R. Hutasoit Ranto Purba M. Hutagaol D. Sirait M. Siregar 10.250.000 11.375.000 8.790.000 11.020.000 7.290.000 13.250.000 9.720.000 20.920.000 13.860.000 9.760.000 16.120.000 25.200.000 13.800.000 13.740.000 9.220.000 13.425.000 11.140.000 16.100.000 19.940.000 10.770.000 19.450.000 11.850.000 18.620.000 14.780.000 17.890.000 13.500.000 14.950.000 11.500.000 14.640.000 9.800.000 9.365.000 10.400.000 12.350.000 9.520.000 11.430.000 10.480.000 10.120.000 12.100.000 11.800.000 8.670.000 10.200.000 11.300.000 6.970.000 8.189.000 5.400.000 6.170.000 3.053.000 10.210.000 6.190.000 16.365.000 9.630.000 7.340.000 10.500.000 19.260.000 8.040.000 10.290.000 8.020.000 8.496.000 6.650.000 13.000.000 15.458.000 7.340.000 15.780.000 7.090.000 12.220.000 10.930.000 14.260.000 10.500.000 12.890.000 9.880.000 10.310.000 8.370.000 7.945.000 8.350.000 10.500.000 5.850.000 8.300.000 8.120.000 8.240.000 10.140.000 9.210.000 5.450.000 8.130.000 9.080.000 3.280.000 3.186.000 3.390.000 4.850.000 4.237.000 3.040.000 3.530.000 4.555.000 4.230.000 2.420.000 5.620.000 5.940.000 5.760.000 3.450.000 1.200.000 4.929.000 4.490.000 3.100.000 4.482.000 3.430.000 3.670.000 4.760.000 6.400.000 3.850.000 3.630.000 3.000.000 2.060.000 1.620.000 4.330.000 1.430.000 1.420.000 2.050.000 1.850.000 3.670.000 3.130.000 2.360.000 1.880.000 1.960.000 2.590.000 3.220.000 2.070.000 2.220.000


(56)

N. Lumbantoruan Endra Hutasoit K. Nababan T. Siregar D. Sihombing N. Silaban Jonni Lumbantoruan Harlo Sitinjak Edison Hutasoit L. Sihombing Viktor Purba O. Nababan A. Silaban Chandra Hutasoit L. Siregar Franky Silaban H. Purba E. Sihombing 10.800.000 10.450.000 9.450.000 11.250.000 9.450.000 12.400.000 13.670.000 9.110.000 10.150.000 9.880.000 9.450.000 12.700.000 10.400.000 13.200.000 8.350.000 11.800.000 13.700.000 10.270.000 8.500.000 8.970.000 7.860.000 8.900.000 7.130.000 9.750.000 10.870.000 5.240.000 7.960.000 7.430.000 6.790.000 9.870.000 8.250.000 10.870.000 5.940.000 9.600.000 9.740.000 7.700.000 2.300.000 1.480.000 1.590.000 2.350.000 2.320.000 2.650.000 2.800.000 3.870.000 2.190.000 2.450.000 2.660.000 2.830.000 2.150.000 2.330.000 2.410.000 2.200.000 3.960.000 2.570.000


(57)

Lampiran 3. Karakteristik Marjin Pemasaran

Nama Pedagang Rata-rata jumlah anakan yang dijual (Ekor) Rata-rata jumlah indukan yang dijual (Ekor) Harga Jual Anakan hidup (Rp/Ekor) Harga Jual Indukan hidup (Rp/Kg)

L.Situmeang 4 3 615.000 32.000

Reza Nababan 3 3 620.000 33.500

P. Hutahaean 4 5 635.000 32.000

Siska Siringo-ringo 4 4 635.000 32.000

Dario Hutasoit 5 2 620.000 34.000

M. Marbun 4 2 635.000 33.000

C.Silaban 3 3 635.000 32.000

Wati Rumapea 4 3 635.000 33.000

E. Hutasoit 4 3 620.000 32.500

F. Singarimbun 4 5 615.000 33.000

K. Sihombing 5 2 650.000 34.000

S. Hutasoit 4 4 635.000 32.500

Barba Hutasoit 3 3 635.000 33.000

Nirta Lbn.Toruan 4 2 615.000 32.000

Rataan 4 3 635.000 30.321,43

(30.300)

Nama Peternak Rata-rata jumlah anakan yang dijual (Ekor) Rata-rata jumlah indukan yang dijual (Ekor) Harga Jual Anakan hidup (Rp/Ekor) Harga Jual Indukan hidup (Rp/Kg)

P. Nababan 8 3 580.000 27.000

A.Sianturi 6 2 580.000 26.000

Bonar Nababan 8 2 585.000 27.000

T. Simamora 6 2 580.000 27.000

A. Hutasoit 7 2 570.000 28.000

Raka Hutasoit 8 2 565.000 27.000

E. Nababan 8 4 580.000 27.000

S. Panjaitan 9 2 570.000 29.000

M. Sihombing 9 3 580.000 27.000

P. Sianipar 7 1 565.000 28.000

Sardion Sihombing 9 4 580.000 27.000

F. Hutasoit 6 2 580.000 27.000

Bonar Nababan 8 2 570.000 28.000

Hardo Sihombing 9 1 580.000 28.000

Rataan 7,7 (8) 2,3 (2) 576.071,43

(576.000)

27.357,143 (27.400)


(58)

Lampiran 4

KUESIONER PETERNAK BABI

DI KECAMATAN LINTONG NIHUTA KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

Nama : ………... Desa : ………...

Umur : ………

1. Sejauh manakah tingkat pendidikan yang bapak/ibu telah tempuh? a. Tamat SD

b. Tamat SMP c. Tamat SMU d. lainnya...

2. Sudah berapa lama bapak/ibu beternak babi? a. ≤ 1 tahun

b. 2 tahun c. 3 tahun d. 4 tahun e. ≥ 5 tahun

3. Darimanakah asal ternak babi yang bapak/ibu miliki? a. Dibeli sendiri

b. Pemberian orang lain

c. Lainnya……

4. Berapa banyak ternak yang bapak/ibu miliki? a. <10 ekor

b. 10 – 50 ekor c. > 50 ekor

5. Berapa orang tenaga kerja yang bapak/ibu miliki untuk beternak babi? a. 1 orang

b. 2 orang c. > 2 orang

6. Berapa Jumlah orang tanggungan keluarga yang bapak/ibu dalam beternak? a. 3 orang

b. 4 orang c. > 4 orang


(59)

Data Pendapatan

No. Tahun 2011/2012

1. Pemasukan

1. Penjualan Babi 2. Penjualan Kotoran

Total

2. Pengeluaran

1. Bibit 2. Pakan 3. Obat-obatan 4. Dll

3. Pendapatan bersih


(60)

Lampiran 5. Kuesioner Marjin Pemasaran Ternak Babi

Responden Keterangan

Nama Peternak

Jumlah anakan yang dijual (Ekor) Jumlah indukan yang dijual (Ekor)

Harga Jual anakan (Ekor) Harga Jual Indukan ( / Kg)

Responden Keterangan

Nama Pedagang

Jumlah anakan yang dijual (Ekor) Jumlah indukan yang dijual (Ekor)

Harga Jual anakan (Ekor) Harga Jual Indukan ( / Kg)


(1)

NAMA

PEMASUKAN

(Rp)

PENGELUARAN

(Rp)

PENDAPATAN

(Rp)

P. Nababan L. Hutasoit B. Nababan A. Sianturi Hotiur Pasaribu Bonar Nababan A. Sihombing Sardion Sihombing E. Nababan A. Nababan S. Lumbangaol Hardo Sihombing A. Aritonang D. Purba R. Lumbangaol F. Hutasoit E. Siregar A. Marbun T. Simamora T. Tampubolon T. Nababan P.Sianipar S. Sihombing Mulia Tampubolon S. Panjaitan M. Sihombing A. Hutasoit Rendy Sihotang Gusro Lumbantoruan C. Lubis B. Nainggolan L. Nababan H. Silaban Raka Hutasoit B. Sihombing Andri Marbun E. Lumbangaol R. Hutasoit Ranto Purba M. Hutagaol D. Sirait M. Siregar 10.250.000 11.375.000 8.790.000 11.020.000 7.290.000 13.250.000 9.720.000 20.920.000 13.860.000 9.760.000 16.120.000 25.200.000 13.800.000 13.740.000 9.220.000 13.425.000 11.140.000 16.100.000 19.940.000 10.770.000 19.450.000 11.850.000 18.620.000 14.780.000 17.890.000 13.500.000 14.950.000 11.500.000 14.640.000 9.800.000 9.365.000 10.400.000 12.350.000 9.520.000 11.430.000 10.480.000 10.120.000 12.100.000 11.800.000 8.670.000 10.200.000 11.300.000 6.970.000 8.189.000 5.400.000 6.170.000 3.053.000 10.210.000 6.190.000 16.365.000 9.630.000 7.340.000 10.500.000 19.260.000 8.040.000 10.290.000 8.020.000 8.496.000 6.650.000 13.000.000 15.458.000 7.340.000 15.780.000 7.090.000 12.220.000 10.930.000 14.260.000 10.500.000 12.890.000 9.880.000 10.310.000 8.370.000 7.945.000 8.350.000 10.500.000 5.850.000 8.300.000 8.120.000 8.240.000 10.140.000 9.210.000 5.450.000 8.130.000 9.080.000 3.280.000 3.186.000 3.390.000 4.850.000 4.237.000 3.040.000 3.530.000 4.555.000 4.230.000 2.420.000 5.620.000 5.940.000 5.760.000 3.450.000 1.200.000 4.929.000 4.490.000 3.100.000 4.482.000 3.430.000 3.670.000 4.760.000 6.400.000 3.850.000 3.630.000 3.000.000 2.060.000 1.620.000 4.330.000 1.430.000 1.420.000 2.050.000 1.850.000 3.670.000 3.130.000 2.360.000 1.880.000 1.960.000 2.590.000 3.220.000 2.070.000 2.220.000


(2)

N. Lumbantoruan Endra Hutasoit K. Nababan T. Siregar D. Sihombing N. Silaban

Jonni Lumbantoruan Harlo Sitinjak Edison Hutasoit L. Sihombing Viktor Purba O. Nababan A. Silaban

Chandra Hutasoit L. Siregar

Franky Silaban H. Purba E. Sihombing

10.800.000 10.450.000 9.450.000 11.250.000 9.450.000 12.400.000 13.670.000 9.110.000 10.150.000 9.880.000 9.450.000 12.700.000 10.400.000 13.200.000 8.350.000 11.800.000 13.700.000 10.270.000

8.500.000 8.970.000 7.860.000 8.900.000 7.130.000 9.750.000 10.870.000 5.240.000 7.960.000 7.430.000 6.790.000 9.870.000 8.250.000 10.870.000 5.940.000 9.600.000 9.740.000 7.700.000

2.300.000 1.480.000 1.590.000 2.350.000 2.320.000 2.650.000 2.800.000 3.870.000 2.190.000 2.450.000 2.660.000 2.830.000 2.150.000 2.330.000 2.410.000 2.200.000 3.960.000 2.570.000


(3)

Lampiran 3. Karakteristik Marjin Pemasaran

Nama Pedagang

Rata-rata

jumlah anakan

yang dijual

(Ekor)

Rata-rata

jumlah

indukan

yang dijual

(Ekor)

Harga Jual

Anakan

hidup

(Rp/Ekor)

Harga Jual

Indukan

hidup

(Rp/Kg)

L.Situmeang

4

3

615.000

32.000

Reza Nababan

3

3

620.000

33.500

P. Hutahaean

4

5

635.000

32.000

Siska Siringo-ringo

4

4

635.000

32.000

Dario Hutasoit

5

2

620.000

34.000

M. Marbun

4

2

635.000

33.000

C.Silaban

3

3

635.000

32.000

Wati Rumapea

4

3

635.000

33.000

E. Hutasoit

4

3

620.000

32.500

F. Singarimbun

4

5

615.000

33.000

K. Sihombing

5

2

650.000

34.000

S. Hutasoit

4

4

635.000

32.500

Barba Hutasoit

3

3

635.000

33.000

Nirta Lbn.Toruan

4

2

615.000

32.000

Rataan

4

3

635.000

30.321,43

(30.300)

Nama Peternak

Rata-rata

jumlah anakan

yang dijual

(Ekor)

Rata-rata

jumlah

indukan

yang dijual

(Ekor)

Harga Jual

Anakan

hidup

(Rp/Ekor)

Harga Jual

Indukan

hidup

(Rp/Kg)

P. Nababan

8

3

580.000

27.000

A.Sianturi

6

2

580.000

26.000

Bonar Nababan

8

2

585.000

27.000

T. Simamora

6

2

580.000

27.000

A. Hutasoit

7

2

570.000

28.000

Raka Hutasoit

8

2

565.000

27.000

E. Nababan

8

4

580.000

27.000

S. Panjaitan

9

2

570.000

29.000

M. Sihombing

9

3

580.000

27.000

P. Sianipar

7

1

565.000

28.000

Sardion Sihombing

9

4

580.000

27.000

F. Hutasoit

6

2

580.000

27.000

Bonar Nababan

8

2

570.000

28.000

Hardo Sihombing

9

1

580.000

28.000

Rataan

7,7 (8)

2,3 (2)

576.071,43

(576.000)

27.357,143

(27.400)


(4)

Lampiran 4

KUESIONER PETERNAK BABI

DI KECAMATAN LINTONG NIHUTA KABUPATEN HUMBANG

HASUNDUTAN

Nama

: ………..

...

Desa

: ………..

...

Umur

: ………

1.

Sejauh manakah tingkat pendidikan yang bapak/ibu telah tempuh?

a.

Tamat SD

b.

Tamat SMP

c.

Tamat SMU

d.

lainnya...

2.

Sudah berapa lama bapak/ibu beternak babi?

a.

1 tahun

b.

2 tahun

c.

3 tahun

d.

4 tahun

e.

≥ 5 tahun

3.

Darimanakah asal ternak babi yang bapak/ibu miliki?

a.

Dibeli sendiri

b.

Pemberian orang lain

c.

Lainnya……

4.

Berapa banyak ternak yang bapak/ibu miliki?

a.

<10 ekor

b.

10

50 ekor

c.

> 50 ekor

5.

Berapa orang tenaga kerja yang bapak/ibu miliki untuk beternak babi?

a.

1 orang

b.

2 orang

c.

> 2 orang

6.

Berapa Jumlah orang tanggungan keluarga yang bapak/ibu dalam beternak?

a. 3 orang

b. 4 orang

c. > 4 orang


(5)

Data Pendapatan

No.

Tahun 2011/2012

1.

Pemasukan

1. Penjualan Babi

2. Penjualan Kotoran

Total

2.

Pengeluaran

1. Bibit

2. Pakan

3. Obat-obatan

4. Dll

3.

Pendapatan bersih

Pd = TR-TC


(6)

Lampiran 5. Kuesioner Marjin Pemasaran Ternak Babi

Responden

Keterangan

Nama Peternak

Jumlah anakan yang dijual (Ekor)

Jumlah indukan yang dijual (Ekor)

Harga Jual anakan (Ekor)

Harga Jual Indukan ( / Kg)

Responden

Keterangan

Nama Pedagang

Jumlah anakan yang dijual (Ekor)

Jumlah indukan yang dijual (Ekor)

Harga Jual anakan (Ekor)

Harga Jual Indukan ( / Kg)