MAKNA TAMBAK BAGI ETNIS BATAK TOBA DI KECAMATAN LINTONG NIHUTA KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN.
MAKNA TAMBAK BAGI ETNIS BATAK TOBA
DI KECAMATAN LINTONG NIHUTA
KABUPATEN HUMBANG
HASUNDUTAN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
LUHUT SINAGA
3113122029
PRODI PENDIDIKAN ANTROPOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI
MEDAN 2O16
(2)
(3)
(4)
(5)
36
36
ABSTRAK
Luhut sinaga, NIM.3113122029, Makna Tambak Bagi Etnis Batak Toba Di Kecamatan Lintong nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan, skripsi. Program Studi Pendidikan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan 2016.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna tambak bagi Etnis Batak Toba di Kecamatan Lintong nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan yang dimana tambak menjadi salah satu symbol status dalam Etnis Batak Toba sehingga tambak dibangun dan di isi oleh acara-acara adat dan membutuhkan biaya besar demi keindahan/kemegahan serta kemewahan tambak.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif, teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah observasi,wawancara mendalam dan dokumentasi. Informan kunci yang dipilih dalam penelitian ini adalah ketua dari Lembaga Adat Dalihan Natolu (LADN) dan berbagai orang masyarakat Etnis Batak Toba di Kecamatan Lintong nihuta sebagai informan biasa.
Berdasarkan hasil penelitian Tambak bermakna sebagai pelestarian silsilah keluarga, sebagai pertanda bahwa marga memiliki huta (kampung) dalam suatu Desa, meneruskan budaya leluhur dan ungkapan penghormatan terhadap leluhur tetapi tambak juga sudah menjadi symbol status pada Etnis Batak Toba di Kecamatan Lintong nihuta. Tambak menggambarkan kemegahan dan keindahannya, banyak marga yang berlomba-lomba untuk membangun tambak dan masing-masing memamerkan keindahannya. Hal ini terlihat dari letak tambak yang dibangun pada tempat yang mudah dilihat orang secara visual seperti di Harbangan ni huta (gerbang kampung) dan pinggiran jalan raya.
Pada akhirnya penulis menyimpulkan bahwa pembangunan tambak mempunyai makna sebagai penerusan tradisi leluhur, pelestarian silsilah keluarga, ekstensi marga dalam huta,penghormatan terhadap leluhur dan tambak berperan sebagai status simbol dalam Etnis Batak Toba. Objektif tambak mengakibatkan stratifikasi social dan menggambarkan keadaan status, kondisi, pendidikan, sumberdaya manusia dari keturunan leluhur yang ada dalam tambak
(6)
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas kasih dan berkatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ” Makna Tambak Bagi Etnis Batak Toba Di Kecamatan Lintong nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan”. Skripsi ini diajukan unuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dari jurusan Antropologi Prodi Pendidikan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.
Penulis juga tidak lupa menyampaikanrasa terimakasih bagi pihak-pihak yang telah memberikan motivasi maupun kontribusi bagi penulis, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan memotivasi dalam penyelesaian skripsi ini.
Teristimewa penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada orang tua, Lasmaria Sihombing ibunda dan Amat Boyan sinaga yang telah merawat, membesarkan dan memenuhi kebutuhan hidup penulis selama ini. Pengorbanan beliau tidak akan pernah bisa dibalas dan hanya Doa yang dapat dipanjatkan penulis kepada Tuhan Yesus Kristus agar memberikan kesehatan dan selalu dalam lindunganNya.
(7)
Penulis juga mengucapkan kesempatan sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. syawal Gultom, Mpd. Selaku Rektor Universitas Negeri Medan
2. Bapak Dr. H Restu M.si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial beserta PD I, PD II, dan PD III.
3. Ibu Puspitawati M.si selaku Ketua Prodi Pendidikan Antropologi yang telah memberikan fasilitas dan banyak motivasi dalam penyelesaian skripsi ini. 4. Ibu Dr. Nurjannah M.Pd sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah banyak
memberikan saran-saran kepada penulis sejak awal penyusunan proposal sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini.
5. Ibu Dra. Puspitawati M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak memberikan masukan dan araha selama mengikuti perkuliahan sekaligus sebagai dosen penguji.
6. Ucapan terimakasih kepada Bapak Drs. Waston Malau MSP, Sulian Ekomila S.Sos, MSP selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan saran-saran kepada penulis
(8)
7. Seluruh staf pengajar dan administrasi Prodi Antropologi Universitas Negeri Medan
8. Kepada adik saya Arianto P. Sinaga, Montel Sinaga, Mariani cahaya sinaga, dan Rama Sarinah sinaga yang selalu memberi motivasi dalam hidup saya dan selama dalam penyelesaian skripsi ini.
9. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada keluarga Besar Oppu Heppy dan seluruh tulang saya yang selalu mendoakan dan memerikan dukungan moral maupun moril terhadap penulis selama kuliah.
10.Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada Camat Lintong nihuta, Bapak Benget sihombing, Oppu Ester, Haramudi Nababan, dan Pomparan Abidan Sitinjak selaku informan dan memberikan fasilitas selama penelitian dilapangan.
11.Kepada Hiranty Dora Faramita Naibaho Am.Keb yang selalu memberikan motivasi terhadap penulis selama kuliah dan penyelesaian skripsi ini.
12.Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Andini Nurfadila Sinaga SP.d selaku ito terbaik yang selalu membantu dalam penyelesaian skripsi ini. 13.Buat teman seperjuangan mengerjakan proposal hingga penyelesaian skripsi
Rafael Salas Sinaga SP.d, Robert purba, Ansori sinaga, Kardo Sinaga, Andi Sianturi dan segenap penghuni Lapo Sagala di Jalan Durung.
(9)
Serta kepada seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu persatu. Semoga Tuhan membalas kebaikan kalian semua. Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi ini namun penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam skripsi ini dari segi isi maupun tata bahasa, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifa membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya skripsi ini dapat bermanfaa dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan.
Medan , September 2016 Penulis
(10)
DAFTAR ISI
Lembar Persetujuan
Lembar Pengesahan
Pernyataan Keaslian Tulisan………. iii
Absrak………. iv
Kata Pengantar……… v
Daftar Isi……….. viii
Daftar Tabel………. . xi
Daftar Lampiran………. xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 4
1.3 Pembatasan Masalah ... 4
1.4 Rumusan Masalah ... 5
(11)
1.6 Manfaat Penelitian ... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. KajianPustaka ... 7
2.1.1. Kajian Pustaka Terdahulu………. 6
2.2. Kerangka Teori ... 9
2.2.1. Tambak sebagai bagian dari budaya Enis Batak Toba ... 9
2.2.2. Simbol ... 11
2.2.3. Stratifikasi Sosial ... 12
2.2.4. Kedudukan (Status) ... 19
2.3. Kerangka Konsep ... 22
2.3.1. Etnis Batak Toba……….. 22
2.3.2. Tambak………. 24
2.4. KerangkaBerpikir ... 18
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 21
(12)
3.3 Subjek Dan Objek Penelitiaan ... 22
3.3.1 Subjek Penelitian ... 22
3.3.2 Objek Penelitian ... 23
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 23
3.4.1 Pengamatan ... 23
3.4.2 wawancara ... 24
3.4.3 Dokumentasi ... 24
3.5 TeknikAnalisa Data ... 23
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 36
4.1 GambaranUmumKecamatanLintongNihuta ... 36
4.1.1 LetakGeografis ... 37
4.1.2 KeadaanPenduduk ... 38
4.1.3 SistemKepercayaan ... 37
4.1.4 Sistem Mata Pencaharian ... 40
4.1.5 SaranadanPrasarana... 42
(13)
4.1.7 Kekerabatan... 43
4.2 LatarBelakangTambak ... 45
4.3 Mangokkal Holi ... 48
4.4 MamestahonTambak (PeresmianTambak)... 49
4.5 MaknadanTujuanMembangunTambak ... 51
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 55
5.1 Kesimpulan ... 55
5.2 Saran ... 56
(14)
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Jumlah Penduduk Kecamatan Lintong nihuta Pada Tiap Desa………..38
Tabel 2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama Yang dianut………..40 Tabel 3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian……….41 Tabel 4. Luas Penggunaan Lahan Untuk Pertanian Berbagai Jenis Tanaman…41
(15)
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Etnis Batak Toba merupakan salah satu etnis dari lima suku batak yang ada di sumatera utara yaitu Karo,Simalungun, Pakpak,dan Mandailing. Etnis ini tinggal hampir di seluruh Sumatera Utara, namun Etnis Batak Toba mendiami daerah Samosir dan Toba.Etnis Batak Toba mempunyai adat istiadat yang sangat dipertahankan hingga saat ini pelaksanaan adat itu dapat terlihat ketika ada acara kelahiran, pemberian nama, pernikahan, dan kematian.
Etnis Batak Toba terkenal dengan makamnya yang indah dibangun oleh keturunan yang meninggal.Makam ini biasa disebut dengan Tambak. Jika melintasi jalan lintas antara Pematang Siantar – Parapat - Lumban Julu – Porsea-Balige, maka akan terlihat Tambak Etnis Batak Toba tersebut. Namun yang menjadi dilema adalah ketika kita mengamati Tambak itu, Tambak yang satu dengan Tambak yang lain berbeda dan perbedaanya adalah seolah-olah makam saling menunjukkan keindahan masing-masing.
Jika ditinjau dari sudut agama mayoritas Etnis Batak Toba yaitu agama Kristen, agama tidak menuntut pembangunan Tambak yang harus demikian indah tetapi hanya pemakaman yang layak saja yang bertujuan untuk mengenang orang yang meninggal semasa hidupnya.
(16)
2
Dilihat dari segi pembiayaan untuk pembangunan Tambakini membutuhkan biaya yang besar, meskipun biaya itu dikumpulkan dari keturunan orang yang sudah meninggal dan sumbangan dari keturunanya tersebut.Struktur suatu bangunan Tambak mempunyai struktur yang sama dengan bangunan rumah hunian seperti menggunakan seng, keramik, bata, dan material bangunan lain dan bahkan ada pemasangan instalasi listrik untuk penerangan dan lampu-lampu hias.
Pembangunan Tambak juga salah satu dari pelaksanaan adat istiadat Etnis Batak Toba yang didalamnya terkandung juga upacara-upacara adat seperti peletakan batu pertama dan acara mamestahon Tambak (acara adat Tambak). Pada dasarnya dari setiap kegiatan dalam proses pembangunan Tambak ini marga yang mengadakan pembangunan Tambak memperlihatkan melalui pelaksanaan upacara adat dan bentuk serta estetika Tambak kepada masyarakat Etnis Batak Toba, bagaimana status sosial suatu marga didalam lingkungan Etnis Batak Toba tersebut, untuk mengetahui suatu marga sudah mencapai hagabeon (keturunan), hamoraon (kekayaan), hasangapon (martabat).
Tambak biasanya dibangun berdasarkan mufakat dari keluarga suatu marga yang meninggal, biasanya pesan dari orang yang meninggal tak jarang menjadi acuan dari penentuan letak pembangunan Tambak yang mana kepemilikan tanah adalah marga yang melakukan pembangunan Tambak.
Hal yang menjadi dilema adalah pembangunan Tambak yang membutuhkan biaya puluhan sampai ratusan juta dilakukan demi jasad orang tua
(17)
3
sementara keturunan dari orangtua yang telah meninggal masih membutuhkan uang untuk keperluan pendidikan, perbaikan rumah dan kebutuhan lainnya. Untuk hal pengadaan dana ini biasanya diangkat dari hasil mufakat musyawarah keluarga marga yang akan membangun Tambak apakah sistemnya dipungut berdasarkan nominal yg disetujui untuk setiap keluarga berdasarkan kedudukannya dalam marga tesebut atau kerelaan masing-masing anggota keluarga marga tersebut. Namun pada dasarnya pengadaan dana pembangunan Tambak merupakan kegiatan yang menuntut kesadaran setiap individu dalam keluarga tesebut, apalagi setiap individu Etnis Batak Toba mempunyai posisi kedudukan yang dirujuk dari Dalihan Natolu.
Meskipun sistem pengadaan dana untuk pembangunan Tambak ini tidak seutuhnya bergantung pada komposisi Dalihan Na Tolu, namun dalam keluarga dari marga yang membangun Tambak terdapat juga bagian dari Dalihan natolu, biarpun itu hanya antara hula hula dan boru. Namun dalam pengadaan dana pembangunan Tambak seakan-akan memberikan tekanan sosial padajumlah dana yang diberikan antara hula-hula, dan boru.
(18)
4
1.2.Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah, permasalahan yang diidentifikasi adalah sebagai berikut:
1. Makna Tambak bagi Etnis Batak Toba.
2. Hubungan Tambak dengan status dan simbol masyarakat Etnis BatakToba. 3. Upacara adat dalam pembangunan Tambak.
4. Pandangan agama terhadap pembangunan Tambak. 5. Biaya yang dibutuhkan untuk pembangunan Tambak. 1.3.Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas tampak bahwa banyak masalah yang dihadapi. Untuk itu penelitian ini perlu diadakan pembatasan masalah yaitu:
1. Makna Tambak bagi Etnis Batak Toba di Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan.
2. Dampak pembangunan Tambak terhadap status dan simbol dalam masyarakat Etnis Batak Toba.
1.4.Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan yang telah dikemukakan diatas maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana maknaTambak pada Etnis Batak Toba di Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan?
(19)
5
2. Bagaimana hubunganTambak dengan status sosial dan simbol Etnis Batak Toba di Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan? 1.5.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui maknaTambak bagi Etnis Batak Toba.
2. Mengetahui hubungan Tambak dengan status dan simbol pada masyarakat Etnis Batak Toba di Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan.
1.6.Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah 1.6.1. Manfaat secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu Sosial terutama dalam bidang ilmu Antropologi dan ilmu Sosiologi.
1.6.2. Manfaat secara Praktis
1. Menambah pengetahuan penulis dan pembaca mengenai makna Tambak bagi Etnis Batak Toba dan dampaknya bagi ketersediaan lahan atau tanah.
2. Penelitian ini diharapakan bermanfaat bagi masyarakat untuk menambah wawasan masyarakat.
3. Sebagai referensi bagi peneliti lain yang ingin melanjutkan penelitian sejenis.
(20)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
1. Ada empat hal yang menjadi makna bagi Etnis Batak Toba membangun Tambak yaitu:
1. Menghormati orang tuanya/leluhurnya) dan melanjutkan tradisi dan budaya leluhur
2. Mempertahankan eksistensi marganya di Bona Pasogit (kampung halaman);
3. Sebagai pertanda bahwa suatu marga tersebut mempunyai tanah diperkampungan tersebut sebagai warisan dari peninggalan leluhur
4. Alat untuk melestarikan silsialah keluarga sehingga ikatan kefamilian selalu terpelihara dengan baik.
Itulah alasan Etnis Batak Toba membangun Tambak. Etnis Batak Toba memiliki falsafah yakni,Hamoraon (kekayaan), hagabeon (banyak keturunan/ anak) , dan hasangapon (kehormatan di mata masyarakat) . Ketiga hal tersebut dipercaya akan diberikan Tuhan jika sudah melaksanakan titah ke 5 dalam Alkitab, yaitu Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu (Alkitab.Keluaran 20:12).
Membangun Tambak sudah diwariskan dari nenek moyang sampai turun temurun dalam Etnis Batak Toba sehingga bentuk Tambak dibuat sedemikian indah sebagai wujud kebesaran hati dari anak terhadap jasa orangtuanya. Tambak juga bertujuan untuk menjaga tulang belulang leluhur yang diangkat agar tetap
(21)
awet sehingga dapat dijiarahi oleh keturunannya maupun generasi selanjutnya. Seluruh keturunan dari leluhur akan saling berkaitan dengan adanya tambak tersebut
2. Adapun hubungan antara tambak dengan status simbol pada Etnis Batak Toba yaitu letak tambak dibuat di depan gerbang huta (kampung), samping rumah, lingkungan pinggir jalan bertujuan agar tambak terlihat secara jelas sehingga wibawa,kemegahan dan eksistensi tambak tersebut dirasakan orang yang melihat. Dalam hal ini tambak berperan sebagai simbol status dari marga pemilik tambak didalam masyarakat Etnis Batak Toba.
5.2 Saran
1. Dalam pelaksanaan pembangunan Tambak pada jaman modern ini hendaknya acara-acara adat yang berbau Animisme dihilangkan karena Etnis Batak Toba sudah menganut agama yang berupaya menghilangkan kepercayaan animisme. Pandangan Etnis Batak Toba terhadap Tambak dan upacara-upacara yang ada dalam pembangunan Tambak hendaknya diselaraskan melalui pemuka agama seperti pendeta maupun pastor sehingga tidak terdapat berbagai macam polemik dalam Etnis Batak Toba. Sebaiknya setiap marga pada Etnis Batak Toba dapat membangun Tambak sebagai wadah pemersatu dan pelestari untuk mempertahankan identitas marganya sehingga keturunannya dapat mengetahui sejarah marganya serta Tarombo (silsilah) dalam partuturon(adat istiadat) Etnis Batak Toba.
(22)
2. Hendaknya keturunan dari leluhur membuat kesepakatan untuk membuat pertemuan sekali setahun ataupun sekali dalam dua tahun untuk menggelar acara bersama seperti, hari besar Natal, hari besar tahun baru, dan melaksanakan musyawarah bersama saling tolong menolong antar keluarga. Memberikan motivasi bagi anak-anak mereka seperti memberikan beasiswa, membantu sanak keluarga yang kurang mampu untuk menyekolahkan anak-anaknya.
3. Hendaknya pelaksanaan adat istiadat dalam tambak dilakukan secukupnya sesuai nilai-nilai dasar yang ditinggalkan leluhur sehingga pembangunan tambak tidak menjadi ajang kompetisi antar marga yang mengorbankan segalanya demi kemegahan tambak.
(23)
Daftar Pustaka
Anonimous. 2010. Stratifikasi Sosial dan Diferensiasi Sosial. Universitas Pendidikan Indonesia.
Arikunto Suharsimi, 2006. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik. PT Rhineka cipta, Jakarta.
Billy Situmorang, Ruhut-ruhut Ni Adat Batak (Jakarta: Gunung Mulia, 1983), 96. Bogdan, R.Taylor, SJ. 1992. Introduction To Qualitative Research Methods a
Phenomenological Approach to the Social Science. New York: Jhon Willey and Sons
Cunningham, Clark E. 1958. The Post-war Migration of the Toba Bataks to East Sumatera. New Haven: Yale University Southeast Asia Studies.
Geertz, Clifford. 2008. Tafsir Kebudayaan Yogyakarta; Kanisius
Henry James Silalahi, Pandangan Injil Terhadap Upacara Adat Batak (Medan: Pelayanan Misi Kristus, 2000), 63.
Koentjaraningrat. 1981. Beberapa Pokok Antropologi Sosial, Jakarta; Dian Rakyat
Loftland,Jhon and Lyn.H.Loftland. 1984. Analyzing Social Settings. California: Wadsworth Publishing Company.
Lothar Schreiner, Adat dan Injil: Perjumpaan Adat dengan Iman Kristen di Tanah Batak (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2000). 173.
Mangapul Sagala, Injil Dan Adat Batak (Jakarta: Yayasan Bina Dunia, 2008), Sinaga,Richard.2013.Silsilah marga-marga Batak,Jakarta. Dian Utami M. Sihombing, Jambar Hata Dongan Tu Ulaon Adat (Tt: Tulus Jaya, 1989), Moeis, S. 2008. Buku Ajar Struktur Sosial: Stratifikasi Sosial. Universitas
Pendidikan Indonesia: Bandung.
Moleong, Lexy. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung PT Remaja Rosda karya
Simanjuntak, B.A. 2006. Struktur Sosial dan Sistem Politik Batak Toba Hingga 1945, Jakarta; Yayasan Obor Indonesia
Simanjuntak, B.A. 2011. Pemikiran Tentang Batak, Jakarta; Yayasan Pustaka Obor Indonesia
(24)
Suh Sung Min, Injil dan Penyembahan nenek Moyang (Yogyakarta: Media Presindo, 2001), 144.
Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Ruang Lingkup Dan Aplikasinya. Bandung: Remaja Rosdakarya
Soemardjan, Selo. 1998. Stereotip, Etnik, Asimilasi, Integrasi Sosial. Jakarta : PT Pustaka Grafika Kita
.
Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. CV Alfabeta: Bandung.
Sipangkar, Dwi Theresia, 2014. Makna Tugu Silahi Sabungan Bagi Marga-marga Silahi Sabungan. Skripsi
Sumber Internet :
http://110.139.54.25/dir/datapdf/DIFERENSIASI SOSIAL DAN STRATIFIKASI SOSIAL.pdf.
http://wartanasrani.blogspot.co.id/2014/03/tugu-manihuruk-bangkitkan-wisata-samosir.html
(1)
5
2. Bagaimana hubunganTambak dengan status sosial dan simbol Etnis Batak Toba di Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan? 1.5.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui maknaTambak bagi Etnis Batak Toba.
2. Mengetahui hubungan Tambak dengan status dan simbol pada masyarakat Etnis Batak Toba di Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan.
1.6.Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah 1.6.1. Manfaat secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu Sosial terutama dalam bidang ilmu Antropologi dan ilmu Sosiologi.
1.6.2. Manfaat secara Praktis
1. Menambah pengetahuan penulis dan pembaca mengenai makna Tambak bagi Etnis Batak Toba dan dampaknya bagi ketersediaan lahan atau tanah.
2. Penelitian ini diharapakan bermanfaat bagi masyarakat untuk menambah wawasan masyarakat.
3. Sebagai referensi bagi peneliti lain yang ingin melanjutkan penelitian sejenis.
(2)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
1. Ada empat hal yang menjadi makna bagi Etnis Batak Toba membangun Tambak yaitu:
1. Menghormati orang tuanya/leluhurnya) dan melanjutkan tradisi dan budaya leluhur
2. Mempertahankan eksistensi marganya di Bona Pasogit (kampung halaman);
3. Sebagai pertanda bahwa suatu marga tersebut mempunyai tanah diperkampungan tersebut sebagai warisan dari peninggalan leluhur
4. Alat untuk melestarikan silsialah keluarga sehingga ikatan kefamilian selalu terpelihara dengan baik.
Itulah alasan Etnis Batak Toba membangun Tambak. Etnis Batak Toba memiliki falsafah yakni,Hamoraon (kekayaan), hagabeon (banyak keturunan/ anak) , dan hasangapon (kehormatan di mata masyarakat) . Ketiga hal tersebut dipercaya akan diberikan Tuhan jika sudah melaksanakan titah ke 5 dalam Alkitab, yaitu Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu (Alkitab.Keluaran 20:12).
Membangun Tambak sudah diwariskan dari nenek moyang sampai turun temurun dalam Etnis Batak Toba sehingga bentuk Tambak dibuat sedemikian indah sebagai wujud kebesaran hati dari anak terhadap jasa orangtuanya. Tambak
(3)
awet sehingga dapat dijiarahi oleh keturunannya maupun generasi selanjutnya. Seluruh keturunan dari leluhur akan saling berkaitan dengan adanya tambak tersebut
2. Adapun hubungan antara tambak dengan status simbol pada Etnis Batak Toba yaitu letak tambak dibuat di depan gerbang huta (kampung), samping rumah, lingkungan pinggir jalan bertujuan agar tambak terlihat secara jelas sehingga wibawa,kemegahan dan eksistensi tambak tersebut dirasakan orang yang melihat. Dalam hal ini tambak berperan sebagai simbol status dari marga pemilik tambak didalam masyarakat Etnis Batak Toba.
5.2 Saran
1. Dalam pelaksanaan pembangunan Tambak pada jaman modern ini hendaknya acara-acara adat yang berbau Animisme dihilangkan karena Etnis Batak Toba sudah menganut agama yang berupaya menghilangkan kepercayaan animisme. Pandangan Etnis Batak Toba terhadap Tambak dan upacara-upacara yang ada dalam pembangunan Tambak hendaknya diselaraskan melalui pemuka agama seperti pendeta maupun pastor sehingga tidak terdapat berbagai macam polemik dalam Etnis Batak Toba. Sebaiknya setiap marga pada Etnis Batak Toba dapat membangun Tambak sebagai wadah pemersatu dan pelestari untuk mempertahankan identitas marganya sehingga keturunannya dapat mengetahui sejarah marganya serta Tarombo (silsilah) dalam partuturon(adat istiadat) Etnis Batak Toba.
(4)
2. Hendaknya keturunan dari leluhur membuat kesepakatan untuk membuat pertemuan sekali setahun ataupun sekali dalam dua tahun untuk menggelar acara bersama seperti, hari besar Natal, hari besar tahun baru, dan melaksanakan musyawarah bersama saling tolong menolong antar keluarga. Memberikan motivasi bagi anak-anak mereka seperti memberikan beasiswa, membantu sanak keluarga yang kurang mampu untuk menyekolahkan anak-anaknya.
3. Hendaknya pelaksanaan adat istiadat dalam tambak dilakukan secukupnya sesuai nilai-nilai dasar yang ditinggalkan leluhur sehingga pembangunan tambak tidak menjadi ajang kompetisi antar marga yang mengorbankan segalanya demi kemegahan tambak.
(5)
Daftar Pustaka
Anonimous. 2010. Stratifikasi Sosial dan Diferensiasi Sosial. Universitas Pendidikan Indonesia.
Arikunto Suharsimi, 2006. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik. PT Rhineka cipta, Jakarta.
Billy Situmorang, Ruhut-ruhut Ni Adat Batak (Jakarta: Gunung Mulia, 1983), 96. Bogdan, R.Taylor, SJ. 1992. Introduction To Qualitative Research Methods a
Phenomenological Approach to the Social Science. New York: Jhon Willey and Sons
Cunningham, Clark E. 1958. The Post-war Migration of the Toba Bataks to East Sumatera. New Haven: Yale University Southeast Asia Studies.
Geertz, Clifford. 2008. Tafsir Kebudayaan Yogyakarta; Kanisius
Henry James Silalahi, Pandangan Injil Terhadap Upacara Adat Batak (Medan: Pelayanan Misi Kristus, 2000), 63.
Koentjaraningrat. 1981. Beberapa Pokok Antropologi Sosial, Jakarta; Dian Rakyat
Loftland,Jhon and Lyn.H.Loftland. 1984. Analyzing Social Settings. California: Wadsworth Publishing Company.
Lothar Schreiner, Adat dan Injil: Perjumpaan Adat dengan Iman Kristen di Tanah Batak (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2000). 173.
Mangapul Sagala, Injil Dan Adat Batak (Jakarta: Yayasan Bina Dunia, 2008), Sinaga,Richard.2013.Silsilah marga-marga Batak,Jakarta. Dian Utami M. Sihombing, Jambar Hata Dongan Tu Ulaon Adat (Tt: Tulus Jaya, 1989), Moeis, S. 2008. Buku Ajar Struktur Sosial: Stratifikasi Sosial. Universitas
Pendidikan Indonesia: Bandung.
Moleong, Lexy. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung PT Remaja Rosda karya
Simanjuntak, B.A. 2006. Struktur Sosial dan Sistem Politik Batak Toba Hingga 1945, Jakarta; Yayasan Obor Indonesia
Simanjuntak, B.A. 2011. Pemikiran Tentang Batak, Jakarta; Yayasan Pustaka Obor Indonesia
(6)
Suh Sung Min, Injil dan Penyembahan nenek Moyang (Yogyakarta: Media Presindo, 2001), 144.
Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Ruang Lingkup Dan Aplikasinya. Bandung: Remaja Rosdakarya
Soemardjan, Selo. 1998. Stereotip, Etnik, Asimilasi, Integrasi Sosial. Jakarta : PT Pustaka Grafika Kita
.
Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. CV Alfabeta: Bandung.
Sipangkar, Dwi Theresia, 2014. Makna Tugu Silahi Sabungan Bagi Marga-marga Silahi Sabungan. Skripsi
Sumber Internet :
http://110.139.54.25/dir/datapdf/DIFERENSIASI SOSIAL DAN STRATIFIKASI SOSIAL.pdf.
http://wartanasrani.blogspot.co.id/2014/03/tugu-manihuruk-bangkitkan-wisata-samosir.html