Bantuan hukum di Kepolisian daerah Jawa Barat bagi anggota Kepolisian Republiki Indonesia yang melakukan tindak pidana : laporan kerja praktek

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama

:

WITA OKTADEANTI

Nama Panggilan

:

WITA

Tempat/Tanggal Lahir

:

Ciamis, 07 Oktober 1990

Jenis Kelamin


:

Wanita

Golongan Darah

:

O

Alamat

:

Sumanding Kulon R.T/R.W 004/020 Desa Mekarsari
Kecamatan Banjar Kota Banjar

Agama


:

Islam

Status Perkawinan

:

Belum Kawin

Kewarganegaraan

:

WNI

Tinggi Badan

:


162 Cm

Berat Badan

:

49 Kg

Pekerjaan

:

Mahasiswa

Email

:

de4n_8okta@yahoo.com
okta.wita@yahoo.co.id


PENDIDIKAN FORMAL :
Taman Kanak-kanak Persatuan Isteri Prajurit Kartika :

1995-1996

Chandra Kirana, Banjar
Sekolah Dasar Negeri Sumanding III, Banjar

:

1996-2002

Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Banjar, Kota Banjar

:

2002-2005

Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Banjar, Kota Banjar


:

2005-2008

Program Studi

Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas :

2008-sekarang

Komputer Indonesia

PENGALAMAN KERJA
Bidang Hukum Kepolisian Negara Republik :
Indonesia Daerah Jawa Barat (Bidkum Polda
Jabar)

Juli 2011


Agustus 2011

LAPORAN KERJA PRAKTIK

BANTUAN HUKUM DI KEPOLISIAN DAERAH JAWA BARAT BAGI
ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA YANG
MELAKUKAN TINDAK PIDANA

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kerja Praktik
Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum
Universitas Komputer Indonesia

Disusun Oleh:
WITA OKTADEANTI
NIM 31608002

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG

2012

KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum wr.wb.
Segala puji serta syukur Penulis panjatkan kepada Allah S.W.T. yang telah
memberikan segala rahmat dan karunian-Nya, shalawat serta salam semoga
tercurahkan limpahkan kepada Nabi besar kita Muhamad S.A.W., berkat taufik
dan hidayah-Nya Penulis dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktik dengan
judul

BANTUAN HUKUM DI KEPOLISIAN DAERAH JAWA BARAT BAGI

ANGGOTA

KEPOLISIAN

NEGARA

REPUBLIK


INDONESIA

YANG

MELAKUKAN TINDAK PIDANA .
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Laporan Kerja
Praktik ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi isi maupun sistematika
pembahasan. Keterbatasan kemampuan serta pengalaman dari penulis sendiri
merupakan salah satu faktor penyebab sehingga kiranya masih banyak yang
perlu didalami dan di perbaiki. Penulis mengharapkan kritik dan saran untuk
dapat memperbaiki kekurangan di kemudian hari.
Proses penyusunan laporan ini, Penulis mendapat bantuan dan dukungan
dari banyak pihak. Oleh Karena itu penulis mengucapkan terima kasih dengan
penuh rasa hormat kepada Ibu Arinita Sandria, S.H., M.Hum. selaku Dosen
Pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran dan kesabarannya
untuk membimbing dalam penulisan Laporan Kerja Praktik ini, selain itu juga
dalam kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1.


Yth. Bapak Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, M.Sc., selaku Rektor
Universitas Komputer Indonesia;

i

ii

2.

Yth. Ibu Prof. Dr. Hj. Ria Ratna Ariawati, S.E., M.S., Ak., selaku
Pembantu Rektor I Universitas Komputer Indonesia;

3.

Yth. Bapak Prof. Dr. Moh. Tajuddin, M. A., selaku Pembantu Rektor II
Universitas Komputer Indonesia;

4.

Yth. Ibu Dr. Dra. Hj. Aelina Surya, selaku Pembantu Rektor III

Universitas Komputer Indonesia;

5.

Yth. Bapak Prof. Dr. H.R. Otje Salman Soemadiningrat, S.H., selaku
Dekan Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia;

6.

Yth. Ibu Hetty Hassanah, S.H., M.H., selaku Dosen Wali angkatan
2008

sekaligus

Ketua

Jurusan

Ilmu


Hukum Fakultas

Hukum

Universitas Komputer Indonesia;

7.

Yth. Ibu Arinita Sandria, S.H., M.Hum., selaku Dosen Fakultas Hukum
Universitas Komputer Indonesia;

8.

Yth. Bapak Budi Fitriadi Supriadi, S.H., M.Hum., selaku Dosen
Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia;

9.

Yth. Ibu Febilita Wulan Sari, S.H., selaku Dosen Fakultas Hukum
Universitas Komputer Indonesia;

10. Yth. Bapak Asep Iwan Irawan, S.H., M.Hum selaku Dosen Fakultas
Hukum Universitas Komputer Indonesia;

11. Yth. Ibu Farida Yulianti, S.H., S.E., M.M., selaku Dosen Fakultas
Hukum Universitas Komputer Indonesia;

iii

12. Yth. Ibu Rachmani Puspitadewi., S.H., M.Hum., selaku Dosen Fakultas
Hukum Universitas Komputer Indonesia;
13. Yth. Ibu Yani Brilyani Tavipah., S.H., M.H., selaku Dosen Fakultas
Hukum Universitas Komputer Indonesia;
14. Yth. Bapak Dr. Sigid Suseno., S.H., M.H., selaku Dosen Fakultas
Hukum Universitas Komputer Indonesia;
15. Yth. Ibu Rika Rosilawati, A.Md., selaku Staff Administrasi Fakultas
Hukum Universitas Komputer Indonesia;
16. Yth. Bapak Muray Selaku Karyawan Fakultas Hukum Universitas
Kompter Indonesia;
17. Yth. Bapak Drs. Putut Eko Bayu Suseno., S.H., selaku Kepala
Kepolisian Daerah Jawa Barat;
18. Yth. Bapak Parmin Warsito, S.H., selaku Kabidkum Polda Jabar;
19. Yth. Ibu Dra. Heni Yulianti, S.H., selaku Kasubbag Renmin Polda
Jabar sekaligus pembimbing Kerja Praktik di Bidang Hukum Kepolisian
Daerah Jawa Barat;
20. Yth. Bapak/Ibu Anggota dan PNS Polri di lingkungan Kepolisian
Daerah Jawa Barat yang tidak bisa disebutkan satu persatu namanya;
21. Teman-teman seperjuangan Fakultas Hukum Universitas Komputer
Indonesia yang tidak dapat disebutkan satu persatu namanya;

Tidak lupa ucapan terimaksih untuk orang-orang terdekat Penulis seperti
Dian Mardiana, Nurjanah dan Deden Wahyuni yang selalu mendukung serta
memberi semangat dalam menyelesaikan Laporan Kerja Praktik ini. Terpenting
ucapan terimaksih yaitu untuk Mamah Titi Rohaeni dan Bapak Dedi selaku orang
tua tercinta serta adik tersayang yaitu Winda Yulianda.

iv

Akhir kata, semoga segala pengorbanan yang diberikan oleh mamah dan
bapak tercinta, baik moril maupun materil kepada Penulis mendapatkan imbalan
yang berlipat ganda dari Allah S.W.T. Yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang serta berada dalam Perlindungan-Nya. Semoga Laporan Kerja
Praktik ini bermanfaat bagi para pembaca dan penulis sendiri.

Wassalammualaikum.wr.wb.
Bandung, Januari 2012

Penulis

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan
Kata Pengantar

.....

i

............

v

Daftar Lampiran

..

vii

BAB I

..

1

.

1

...

1

.

32

Daftar Isi.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Sejarah

.
.

C. Permasalahan Hukum
BAB II

..

LANDASAN TEORI

..

33

A. Kepolisian Negara Republik Indonesia

...

33

1.

Pengertian Polisi dan Kepolisian

2.

Sumber-Sumber dan Dasar Hukum Kepolisian

3.

Hukum Kepolisian

.

.

.

33
37

..

.

40

B. Tindak Pidana yang dilakukan Anggota Kepolisian Negara Republik
.

Indonesia

43

1.

Pengertian Tindak Pidana

..

2.

Tindak Pidana oleh Anggota Kepolisian Negara Republik
Indonesia

43

.

45

C. Bantuan Hukum Bagi Anggota Kepolisian yang Melakukan Tindak
Pidana

..

1.

Definisi Bantuan Hukum

2.

Bantuan Hukum Bagi Anggota Kepolisian yang Melakukan
Tindak Pidana

.

49

..

v

49

51

vi

BAB III

PELAKSANAAN KERJA PRAKTIK DI BIDANG HUKUM POLDA
JABAR

BAB IV

....

53

ANALISIS HUKUM TERHADAP PENERAPAN BANTUAN HUKUM DAN
EFEKTIFITAS BANTUAN HUKUM BAGI ANGGOTA KEPOLISIAN
NEGARA

REPUBLIK

PIDANA

..

INDONESIA

YANG

MELAKUKAN

TINDAK

....................

..

.

57

A. Penerapan Bantuan Hukum terhadap Anggota Kepolisian yang
Melakukan Tindak Pidana

..

..

57

B. Efektifitas Bantuan Hukum yang diberikan pada Anggota Kepolisian
yang Melakukan Tindak Pidana..
BAB V

.

..

SIMPULAN DAN SARAN

Daftar Pustaka
Lampiran

62
66

A. Simpulan
B. Saran

.

..
..

66
..

67
viii

DAFTAR PUSTAKA

Buku :
Abdurrahman, Aspek Aspek Bantuan Hukum Di Indonesia, Cetakan Pertama,
Cendana Press, Yogyakarta, 1983.
Anton Tabah, Membangun Polri yang Kuat, Jakarta, 2001.
Azhari, Negara Hukum Indonesia Analisis Yuridis Normatif
Unsurnya, UI Press, Jakarta, 1995.

terhadap Unsur-

Barry Metzger, Legal Services to the Poor and National Development Objectives,
dalam buku Legal Aid and World Poverty, Preger Publishers, 1974.
Bryan A. Garner, Black s Law Dictionary, Seventh Edition, West Group, St Paul,
Minn, 1999.
Chaeruddin Ismail, Polisi yang Keder, Jakarta, 2001.
Frans Hendra Winata, Bantuan Hukum Suatu Hak Asasi Manusia Bukan Belas
Kasihan, Cetakan Pertama, Elex media komputindo, Jakarta, 2000.
Momo Kelana, Hukum Kepolisian (Perkembangan di Indonesia) Suatu Studi
Histories Komperatif, PTIK, Jakarta, 1972.
____________, Hukum Kepolisian, Edisi Ketiga, PTIK, Jakarta, 1984.
PAF Lamintang, 1997.
Sadjijono, Mengenal Hukum Kepolisian (Prespektif Kedudukan dan
Hubungannya dalam Hukum administrasi), Laksbang Mediatama,
Surabaya, 2005.
Soebroto Brotodiredjo, Hukum Kepolisian di Indonesia(Satu Bunga Rampai),
Cetakan Pertama, Tarsito, Bandung, 1985.
___________________, Pengantar Hukum Kepolisian Umum Di Indonesia,
Yuhesa, Badung, 1997.
Van Valenhoven dalam E Utrecht, Pengantar Hukum Administrasi Negara
Indonesia, cetakan ke-4, Balai Buku lchtiar, Jakarta, 1960.
W.J.S. Purwodarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia,
Jakarta, 1986.

viii

Balai Pustaka,

ix

Undang-Undang :
Undang Undang Dasar 1945.
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana.
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2003 Tentang
Pemberhentian Anggota Kepolisian Republik Indonesia.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2003 Tentang
Peraturan Disiplin Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2003 Tentang
Pelaksanaan Teknis Institusional Peradilan Umum Bagi Anggota Kepolisian
Negara Reublik Indonesia.
Peraturan Kapolri Nomor Polisi 7 Tahun 2006 Tentang Kode Etik Profesi Polri.
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman.

Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2010
Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pada Tingkat Kepolisian
Daerah.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan
Hukum Hubungan Dan Tata Cara Kerja (HTCK) Bidang Hukum Polda
Jabar.

Website :
Bantuan Hukum Suatu Keharusan, http://suenherief.wordpress.com.
Frans H. Winarta, Dasar Konstitusional Bantuan Hukum, http;//jodisantoso.
blogspot.com.
http://makalahkepolisiannegara.blogspot.com/

x

http://www.lawskripsi.com
http://www.lodaya.web.id
http://www.ngobrolaja.com
http://www.tempointeraktif.com
Kepolisian Negara Republik Indonesia, http://id.wikipedia.org/wiki.
Pengertian Hukum Kepolisian, http://dwiasiwiyatputera.blogdetik.com.
Pengertian Polisi, http://policeline-kembey.blogspot.com.
Pengertian Tindak Pidana, http://achmadrhamzah.blogspot.com.
Proses Penyidikan Terhadap Anggota Polri, http://id.shvoong.com/law-andpolitics/law.
Proses Penyidikan Terhadap Anggota, http://deswanarwanda.blogspot.com.
Snai, Proses Penyidikan Terhadap Anggota Polri, http://deswanarwanda.
blogspot.com.
Tindak Pidana 2 Pengertian dan Unsur, http://donxsaturniev.blogspot.com.
Tindak Pidana 3 Rumusan Tindak Pidana, http://donxsaturniev.blogspot.com.
Tindak Pidana 5 Subjek Tindak Pidana, http://donxsaturniev.blogspot.com.
Visi dan Misi Polri, http://brimobpolri.wordpress.com.

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kerja Praktik merupakan mata kuliah yang wajib dilaksanakan oleh
mahasiswa Program Strata-I dan Diploma III pada akhir semester VI (S1)
dan akhir semester IV (D3) selama satu bulan. Tujuan dari kerja praktik ini
adalah untuk mengetahui, mendalami dan menerapkan ilmu yang diterima
dibangku kuliah terhadap aplikasi dunia kerja.
Pemilihan tempat kerja praktik disesuaikan dengan program studi
yang ditempuh mahasiswa Fakultas Hukum UNIKOM dapat melaksanakan
kerja praktik pada instansi-instansi pemerintah yang berkaitan dengan
hukum. Kerja Praktik di Kepolisian Daerah Jawa Barat seperti yang
dilakukan penulis, merupakan kesempatan menambah ilmu pengetahuan
dan wawasan yang lebih luas, secara langsung dalam menerapkan dan
mengembangkan sikap profesional bidang ilmu yang dipelajari dikelas. Hasil
kerja praktek selama kurang lebih satu bulan ini, dapat memberikan
pengalaman kerja serta mengetahui penerapan hukum yang ada di instansi
kepolisian khususnya di daerah Jawa Barat.

B. SEJARAH

1.

Zaman Hindia Belanda

Kedudukan, tugas, fungsi, organisasi, hubungan dan tata cara
kerja kepolisian pada zaman Hindia Belanda tentu diabdikan untuk

1

2

kepentingan pemerintah kolonial. Kepolisian pada waktu itu tidak
pernah sepenuhnya di bawah Departemen dalam Negeri hingga
jatuhnya Hindia Belanda. Tugas Departemen dalam Negeri hanya di
bidang administrasi/pembinaan, seperti kepegawaian, pendidikan
SPN (Sekolah Polisi Negeri di Sukabumi), dan perlengkapan
kepolisian.

Wewenang operasional kepolisian ada pada residen yang
dibantu asisten residen. Rechts Politie dipertanggungjawabkan pada
Procureur Generaal (Jaksa Agung). Pada masa Hindia Belanda
terdapat bermacam-macam bentuk kepolisian, seperti Veld Politie
(Polisi Lapangan) , Stands Politie (Polisi Kota), Cultur Politie (Polisi
Pertanian), Bestuurs Politie (Polisi Pamong Praja), dan lain-lain.

Kepolisian sejalan dengan perkembangan administrasi negara
waktu itu juga menerapkan pembedaan jabatan bagi bangsa Belanda
dan pribumi. Pribumi tidak diperkenankan menjabat Hood Agent
(Bintara), Inspekteur van Politie, dan Commisaris van Politie.
Penduduk pribumi selama menjadi agen polisi diciptakan jabatan
seperti Mantri Polisi, Asisten Wedana, dan Wedana Polisi.

2.

Zaman Pendudukan Jepang

Pada masa pendudukan Jepang 1942-1945, pemerintahan
kepolisian Jepang membagi Indonesia dalam dua lingkungan
kekuasaan, yaitu:

a.

Sumatera, Jawa, dan Madura dikuasai oleh Angkatan
Darat Jepang.

3

b.

Indonesia bagian timur dan Kalimantan dikuasai Angkatan
Laut Jepang.

Masa

sekarang

ini

banyak

anggota

kepolisian

bangsa

Indonesia menggantikan kedudukan dan kepangkatan bagi bangsa
Belanda sebelumnya. Pusat kepolisian di Jakarta dinamakan
Keisatsu Bu dan kepalanya disebut Keisatsu Elucho. Kepolisian
untuk Jawa dan Madura juga berkedudukan di Jakarta, untuk
Sumatera berkedudukan di Bukittinggi, Indonesia bagian timur
berkedudukan di Makassar, dan Kalimantan berkedudukan di
Banjarmasin.

Tiap-tiap kantor polisi di daerah meskipun dikepalai oleh
seorang pejabat kepolisian bangsa Indonesia, tapi selalu didampingi
oleh pejabat Jepang yang disebut Sidookaan yang dalam praktik
lebih berkuasa dari kepala polisi. Beda dengan zaman Hindia
Belanda yang menganut HIR, pada akhir masa pendudukan Jepang
yang berwenang menyidik hanya polisi dan polisi juga memimpin
organisasi yang disebut Keibodan (semacam Hansip).

3.

Zaman Revolusi Fisik

Tidak lama setelah Jepang menyerah tanpa syarat kepada
Sekutu, pemerintah militer Jepang membubarkan Peta dan Gyu-Gun,
sedangkan polisi tetap bertugas, termasuk waktu Soekarno-Hatta
memproklamasikan

kemerdekaan

Indonesia

pada

tanggal

17

Agustus 1945. Secara resmi kepolisian menjadi kepolisian Indonesia
yang merdeka.

4

Inspektur Kelas I (Letnan Satu) Polisi Mochammad Jassin,
Komandan Polisi di Surabaya, pada tanggal 21 Agustus 1945
memproklamasikan

kedudukan

polisi

sebagai

Polisi

Republik

Indonesia menyusul dibentuknya Badan Kepolisian Negara (BKN)
oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) tanggal 19
Agustus 1945. Pada 29 September 1945 Presiden RI melantik
Kepala Kepolisian RI (Kapolri) pertama Jenderal Polisi R.S.
Soekanto, adapun ikrar Polisi Istimewa tersebut berbunyi :

Oentoek

bersatoe

dengan

rakjat

dalam

perdjoeangan

mempertahankan Proklamasi 17 Agoestoes 1945, dengan ini
menyatakan

Poelisi

Istimewa

sebagai

Poelisi

Repoeblik

Indonesia .

4.

Kepolisian Pasca Proklamasi

Pasca proklamasi, peraturan perundang-undangan Hindia
Belanda masih tetap berlaku karena belum ada peraturan perundangundangan yang baru untuk menggantikannya. Begitupula peraturan
mengenai kepolisian, seperti yang tercantum dalam peraturan
peralihan UUD 1945.

Tanggal 1 Juli 1946 dengan Ketetapan Pemerintah No.
11/SD/1946 dibentuk Djawatan Kepolisian Negara yang bertanggung
jawab langsung kepada Perdana Menteri (pada saat itu Pusat/Mabes
Kepolisian Negara berkedudukan di Purwokerto Jawa Tengah).
Semua fungsi kepolisian disatukan dalam Jawatan Kepolisian Negara
yang memimpin kepolisian di seluruh tanah air. Pada tanggal inilah

5

ditetapkan sebagai hari lahirnya Kepolisian Nasional Indonesia yang
sampai hari ini diperingati sebagai Hari Bhayangkara.

Hal yang menarik, saat pembentukan Kepolisian Negara tahun
1946 adalah jumlah anggota Polri sudah mencapai 31.620 personel,
sedang jumlah penduduk saat itu belum mencapai 60 juta jiwa.
Perbandingan Police Population Ratio waktu itu sudah 1:500. (Pada
tahun 2001 jumlah penduduk Indonesia mencapai 210 juta jiwa,
sedangkan jumlah polisi hanya 170 ribu personel, atau 1:1.300).

Indonesia merupakan bangsa dan negara yang berjuang
mempertahankan kemerdekaan, maka Polri di samping bertugas
sebagai penegak hukum juga ikut bertempur di seluruh wilayah RI.
Polri menyatakan dirinya Combatant yang tidak tunduk pada
Konvensi Jenewa. Polisi Istimewa diganti menjadi Mobile Brigade,
sebagai kesatuan khusus untuk perjuangan bersenjata, seperti
dikenal dalam pertempuran 10 November di Surabaya, di front
Sumatera Utara, Sumatera Barat, penumpasan pemberontakan PKI
di Madiun, dan lain-lain.

5.

Zaman Republik Indonesia Serikat (RIS)

Hasil Konferensi Meja Bundar antara Indonesia dan Belanda
dibentuk Republik Indonesia Serikat (RIS), maka R.S. Sukanto
diangkat sebagai Kepala Jawatan Kepolisian Negara RIS dan R.
Sumanto

diangkat

sebagai

berkedudukan di Yogyakarta.

Kepala

Kepolisian

Negara

RI

6

Umur Republik Indonesia Serikat (RIS) hanya beberapa bulan,
sebelum dibentuk Negara Kesatuan RI pada tanggal 17 Agustus
1950.

Peleburan yang terjadi mengakibatkan adanya kepolisian

negara yang dipimpin secara sentral, baik di bidang kebijaksanaan
siasat kepolisian maupun administratif, organisatoris.

6.

Zaman Demokrasi Parlementer

Negara Kesatuan RI dibentuk pada tanggal 17 Agustus 1950
dan berlaku UUDS 1950 yang menganut sistem parlementer. R.S.
Soekanto pada masa ini masih menjabat sebagai Kepala Kepolisian
Negara

dan

harus

bertanggung

jawab

kepada

perdana

menteri/presiden.

Kedudukan Polri kembali ke Jakarta, dikarenakan belum ada
kantor maka digunakan bekas kantor Hoofd van de Dienst der
Algemene Politie di Gedung Departemen dalam Negeri. R.S.
Soekanto, merencanakan kantor sendiri di Jalan Trunojoyo 3,
Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, dengan sebutan Markas Besar
Djawatan Kepolisian Negara RI (DKN) yang menjadi Markas Besar
Kepolisian sampai sekarang. Ketika itu menjadi gedung perkantoran
termegah setelah Istana Negara.

Kepolisian periode ini berstatus tersendiri antara sipil dan militer
yang memiliki organisasi dan peraturan gaji tersendiri. Anggota Polri
terorganisir dalam Persatuan Pegawai Polisi Republik Indonesia
(P3RI) tidak ikut dalam Korpri, sedangkan bagi istri polisi semenjak
zaman revolusi sudah membentuk organisasi yang sampai sekarang

7

dikenal dengan nama Bhayangkari, tidak ikut dalam Dharma Wanita
ataupun Dharma Pertiwi. Organisasi P3RI dan Bhayangkari ini
memiliki ketua dan pengurus secara demokratis dan pernah ikut
Pemilu 1955 yang memenangkan kursi di Konstituante dan
Parlemen. Semua gaji pegawai negeri berada di bawah gaji angkatan
perang, namun P3RI memperjuangkan perbaikan gaji dan berhasil
melahirkan Peraturan Gaji Polisi (PGPOL) di mana gaji Polri relatif
lebih baik dibanding dengan gaji pegawai negeri lainnya (mengacu
standar PBB).

Demokrasi parlementer ada periode ini perdana menteri dan
kabinet berganti rata-rata kurang satu tahun. Polri yang otonom di
bawah perdana menteri membenahi organisasi dan administrasi serta
membangun laboratorium forensik, membangun Polisi Perairan
(memiliki kapal polisi berukuran 500 ton) dan juga membangun Polisi
Udara serta mengirim ratusan perwira Polri belajar ke luar negeri,
terutama ke Amerika Serikat.

7.

Zaman Demokrasi Terpimpin

Akibat yang terjadi karena kegalalan konstituante maka
dikeluarkan dekrit prsiden 5 Juli 1959 yang menyebabkan Indonesia
kembali ke Undang-Undang Dasar 1945. Kenyataannya, dalam
pelaksanaan banyak yang menyimang dari Undang-Undang Dasar
1945. Jabatan Perdana Menteri (Alm. Ir. Juanda) diganti dengan
sebutan Menteri Pertama. Polri masih tetap di bawah pada Menteri
Pertama sampai keluarnya Keppres No. 153/1959, tertanggal 10 Juli

8

di mana Kepala Kepolisian Negara diberi kedudukan Menteri Negara
ex-officio (karena jabatannya).

Pada tanggal 13 Juli 1959 dengan Keppres No. 154/1959
Kapolri juga menjabat sebagai Menteri Muda Kepolisian dan Menteri
Muda Veteran. Tanggal 26 Agustus 1959 dengan Surat Edaran
Menteri Pertama No. 1/MP/RI1959, ditetapkan sebutan Kepala
Kepolisian Negara diubah menjadi Menteri Muda Kepolisian yang
memimpin Departemen Kepolisian (sebagai ganti dari Djawatan
Kepolisian Negara).

Pembentukan ABRI yang terdiri dari Angkatan Perang dan
Angkatan Kepolisian disampaikan Presiden Soekarno, namun
mendapat tanggapan keberatan dari R.S. Soekanto dengan alasan
untuk

menjaga

profesionalisme

kepolisian.

R.S.

Soekanto

mengundurkan diri setelah menjabat Kapolri/Menteri Muda Kepolisian
pada tanggal 15 Desember 1959.

Adanya Tap MPRS No. II dan III tahun 1960 dinyatakan bahwa
ABRI terdiri atas Angkatan Perang dan Polisi Negara. Berdasarkan
Keppres No. 21/1960 sebutan Menteri Muda Kepolisian ditiadakan
dan selanjutnya disebut Menteri Kepolisian Negara bersama
Angkatan Perang lainnya dan dimasukkan dalam bidang keamanan
nasional.

Tanggal 19 Juni 1961, DPR-GR mengesahkan UU Pokok
kepolisian No. 13/1961. Undang-Undang ini menyatakan bahwa
kedudukan Polri sebagai salah satu unsur ABRI sama sederajat

9

dengan TNI AD, AL, dan AU. Keppres No. 94/1962, Menteri Kapolri,
Menteri/KASAD,

Menteri/KASAL,

Menteri/KSAU,

Menteri/Jaksa

Agung, Menteri Urusan Veteran dikoordinasikan oleh Wakil Menteri
Pertama bidang pertahanan keamanan sedangkan Keppres No.
134/1962, menteri diganti menjadi Menteri/Kepala Staf Angkatan
Kepolisian (Menkasak).

Menteri/Panglima Angkatan Kepolisian (Menpangak) semula
bernama Menkasak, Menpangak ini langsung bertanggung jawab
kepada presiden sebagai kepala pemerintahan negara. Kedudukan,
tugas, dan tanggung jawab Polri menurut Keppres No. 290/1964
ditentukan sebagai berikut :

a.

Alat Negara Penegak Hukum.

b.

Koordinator Polsus.

c.

Ikut serta dalam pertahanan.

d.

Pembinaan Kamtibmas.

e.

Kekaryaan.

f.

Sebagai alat revolusi.

Berdasarkan Keppres No. 155/1965 tanggal 6 Juli 1965,
pendidikan AKABRI disamakan bagi Angkatan Perang dan Polri
selama satu tahun di Magelang. Sementara di tahun 1964 dan 1965,
pengaruh PKI bertambah besar karena politik NASAKOM Presiden
Soekarno, dan PKI mulai menyusupi memengaruhi sebagian anggota
ABRI dari keempat angkatan.

10

8.

Zaman Orde Baru

Peristiwa G30S/PKI dari pengalaman yang pahit mencerminkan
tidak adanya integrasi antar unsur-unsur ABRI. Upaya dalam
meningkatkan integrasi ABRI dikeluarkan SK Presiden No. 132/1967
tanggal 24 Agustus 1967 dan ditetapkan Pokok-Pokok Organisasi
dan Prosedur Bindang Pertahanan dan Keamanan yang menyatakan
ABRI merupakan bagian dari organisasi Departemen Hankam
meliputi AD, AL, AU , dan AK yang masing-masing dipimpin oleh
Panglima Angkatan dan bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas
dan kewajibannya kepada Menhankam/Pangab. Jenderal Soeharto
sebagai Menhankam/Pangab yang pertama.

Tahun 1968, Soeharto dipilih sebagai presiden sehingga
jabatan

Menhankam/Pangab

Panggabean.

Ketatnya

berpindah

integrasi

kepada

yang

terjadi

Jenderal

M.

memberikan

dampaknya menyulitkan perkembangan Polri yang secara universal,
karena Polri memang bukan angkatan perang.

Keppres No. 52/1969, sebutan Panglima Angkatan Kepolisian
diganti kembali sesuai UU No. 13/1961 menjadi Kepala Kepolisian
Negara RI, singkatannya tidak lagi KKN tetapi Kapolri. Pergantian
sebutan ini diresmikan pada tanggal 1 Juli 1969.

Tanggal 5 Oktober 1969 merupakan HUT ABRI, yang
merupakan sebutan untuk Panglima AD, AL, dan AU diganti menjadi
Kepala Staf Angkatan. Adanya kesempatan ini, dimanfaatkan
anggota AL dan AU untuk memakai tanda TNI dikerah leher,

11

sedangkan Polri memakai tanda Pol. Maksudnya untuk menegaskan
perbedaan antara Angkatan Perang dan Polisi.

9.

Zaman Reformasi

Ketetapan MPR No. X/MPR/1998 tentang Reformasi telah
melahirkan Inpres No. 2/1999 tanggal 1 April 1999 dalam era
Presiden BJ Habibie yang memisahkan Polri dan TNI karena
dirasakan memang terdapat perbedaan fungsi dan cara kerja
dihadapkan dengan civil society. Polri masih diletakkan di bawah
Menteri Pertahanan Keamanan akan tetapi, karena pada waktu itu
Menteri dan Panglima TNI dijabat orang yang sama (Jenderal TNI
Wiranto), maka praktis pemisahan tidak berjalan efektif.

Peluang yang lain adalah Ketetapan MPR No. VI/2000 tanggal
18 Agustus 2000 yang menetapkan secara nyata adanya pemisahan
Polri dan TNI, yang selanjutnya diikuti pula oleh Ketetapan MPR No.
VII/2000 yang mengatur peran TNI dan Polri secara tegas.
Ketetapan-ketetapan

tersebut

di

atas

digulirkan,

pada

HUT

Bhayangkara 1 Juli 2000 dikeluarkan Keppres No. 89/2000 yang
melepaskan Polri dari Dephan dan menetapkan langsung Polri di
bawah presiden.

Keppres ini sering disoroti sebagai bahaya karena Kepolisian
akan

digunakan

sewenang-wenang

oleh

presiden,

namun

sesungguhnya masih bisa dikontrol oleh DPR dan LKN (Lembaga
Kepolisian Nasinal) yang merupakan lembaga independen.

12

Tantangan yang dihadapi Polri dewasa ini dan ke depan,
terutama adalah perubahan paradigma pemolisian yang sesuai
dengan paradigma baru penegakan hukum yang lebih persuasif di
negara demokratis, di mana hukum dan polisi tidaklah tampil dengan
mengumbar ancaman-ancaman hukum yang represif dan kadang
kala menjebak rakyat, melainkan tampil lebih simpatik, ramah, dan
familier.

Masyarakat

dalam

menyelesaikan

konfliknya

pada

taraf

tertentu. Memberikan dampak seperti adanya perasaan malu,
perasaan

bersalah,

dan

perasaan

takut

bila

melakukan

penyimpangan, sehingga mendorong warga patuh pada hukum
secara alamiah.

10.

Pasukan Polisi Republik Indonesia

Tumbuh dan berkembangnya Polri tidak lepas dari sejarah
perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia sejak Proklamasi.
Kemerdekaan Indonesia, Polri telah dihadapkan pada tugas-tugas
yang unik dan kompleks. Tugas-tugas tersebut diantaranya, menata
keamanan, ketertiban masyarakat di masa perang, pertempuran
melawan penjajah dan berbagai operasi militer bersama-sama
kesatuan bersenjata yang lain. Keadaan seperti ini dilakukan oleh
Polri karena Polri lahir sebagai satu-satunya kesatuan bersenjata
yang relatif lebih lengkap.

Empat hari setelah kemerdekaan, tanggal 21 Agustus 1945,
secara tegas pasukan polisi ini segera mengganti nama menjadi

13

Pasukan Polisi Republik Indonesia yang sewaktu itu dipimpin oleh
Inspektur Kelas I Polisi Mochammad Jassin di Surabaya, langkah
awal yang dilakukan selain mengadakan pembersihan dan pelucutan
senjata

terhadap

tentara

Jepang

yang

kalah

perang,

juga

membangkitkan semangat moral dan patriotisme seluruh rakyat
maupun persatuan bersenjata lain yang patah semangat akibat
kekalahan perang yang panjang.

Tanggal 29 September 1945 tentara Sekutu yang didalamnya
juga terdapat ribuan tentara Belanda menyerbu Indonesia dengan
alasan ingin menghalau tentara Jepang dari negara tersebut.
Kenyataannya pasukan Sekutu tersebut justru ingin membantu
Belanda menjajah kembali Indonesia. Oleh karena itu, perang antara
sekutu dengan pasukan Indonesia terjadi di mana-mana. Klimaksnya
terjadi pada tanggal 10 November 1945, yang dikenal sebagai
Pertempuran Surabaya. Tanggal itu kemudian dijadikan sebagai Hari
Pahlawan secara Nasional yang setiap tahun diperingati oleh rakyat
Indonesia.

Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya menjadi sangat
penting dalam sejarah Indonesia, bukan hanya karena ribuan rakyat
Indonesia gugur, tetapi lebih dari itu karena semangat perwiranya
mampu menggetarkan dunia dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
masih melihat eksisnya bangsa dan negara Indonesia di mata dunia.
Kini tugas Polri yang utama ialah menjaga keamanan dan ketertiban
di dalam negeri, Polri juga semakin sibuk dengan berbagai operasi,

14

seperti Operasi Ketupat menjelang Idul Fitri, Operasi Lilin menjelang
Natal, dan lain-lain.

11.

Visi

Terwujudnya Polri yang mampu menjadi pelindung, pengayom
dan pelayan masyarakat yang selalu dekat dengan masyarakat,
penegak hukum yang profesional dan proporsional yang menjunjung
tinggi supremasi hukum dan Hak Asasi Manusia serta pemeliharaan
keamanan dan ketertiban masyarakat untuk mewujudkan keamanan
dan ketertiban masyarakat untuk mewujudkan keamanan dalam
negeri dalam

suatu kehidupan nasional yang demokratis dan

masyarakat yang sejahtera.

12.

Misi

a.

Memberikan

perlindungan,

pengayoman

dan

pelayanan

kepada masyarakat (meliputi aspek Security, Surety, Safety and
Peace) sehingga masyarakat terbebas dari segala gangguan baik
fisik maupun psikis.
b.

Memberikan bimbingan kepada masyarakat melalui upaya PreEmtif

(Pelindung,

(Pencegahan)

yang

Pelayan,
dapat

Pengayom)

dan

meningkatkan

Preventif
kesadaran,

kekuatan serta kepatuhan hukum masyarakat.
c.

Menegakkan hukum secara profesional dan proporsional dengan
menjunjung tinggi supremasi hukum dan Hak Asasi Manusia,
menuju kepada kepastian hukum dan rasa keadilan.

15

d.

Memelihara Keamanan dan ketertiban Masyarakat dengan tetap
memperhatikan norma / nilai yang berlaku dan tetap dalam bingkai
Negara Kesatuan RI.

e.

Mengelola sumber daya manusia POLRI secara profesional.

f.

Meningkatkan upaya konsolidasi ke dalam.

g.

Memelihara solidaritas institusi.

h.

Melanjutkan operasi pemulihan keamanan di beberapa tempat /
wilayah Indonesia.

i.

Meningkatkan kesadaran hukum dan kesadaran berbangsa
masyarakat Indonesia.

13.

Organisasi

Organisasi Polri disusun secara berjenjang dari tingkat pusat
sampai ke kewilayahan. Organisasi Polri Tingkat Pusat disebut
Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia (Mabes Polri),
sedang organisasi Polri Tingkat Kewilayahan disebut Kepolisian
Negara Republik Indonesia Daerah (Polda).

14. Mabes

a.

Unsur Pimpinan

Unsur pimpinan Mabes Polri adalah Kepala Kepolisian
Negara Republik Indonesia (Kapolri). Kapolri adalah Pimpinan
Polri yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Presiden. Kapolri dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh Wakil
Kapolri (Wakapolri).

16

b.

Unsur Pengawas dan Pembantu Pimpinan/Pelayanan

Unsur Unsur Pengawas dan Pembantu Pimpinan/Pelayanan
terdiri dari:

1)

Inspektorat Pengawasan Umum (Itwasum), bertugas
membantu
pengawasan

Kapolri
dan

dalam

penyelenggaraan

pemeriksaan

umum

dan

perbendaharaan dalam lingkungan Polri termasuk
satuan-satuan organsiasi non struktural yang berada di
bawah pengendalian Kapolri. Saat ini dipimpin oleh
Komjen Pol Fajar Prihantoro.
2)

Asisten Kapolri Bidang Operasi (As Ops), bertugas
membantu Kapolri dalam penyelenggaraan fungsi
manajemen bidang operasional dalam lingkungan Polri
termasuk koordinasi dan kerjasama eksternal serta
pemberdayaan masyarakat dan unsur-unsur pembantu
Polri lainnya. Asops saat ini dipegang oleh Irjen Pol
Badrodin Haiti.

3)

Asisten Kapolri Bidang Perencanaan Umum dan
Pengembangan (Asrena), bertugas membantu Kapolri
dalam penyelenggaraan fungsi perencanaan umum
dan pengembangan, termasuk pengembangan sistem
organisasi dan manajemen serta penelitian dan
pengembangan dalam lingkungan Polri

17

4)

Asisten Kapolri Bidang Sumber Daya Manusia (AS
SDM),

bertugas

membantu

Kapolri

dalam

penyelenggaraan fungsi manajemen bidang sumber
daya

manusia

termasuk

upaya

perawatan

dan

peningkatan kesejahteraan personel dalam lingkungan
Polri yang dipimpin oleh Irjen Pol Prasetyo.
5)

Asisten Kapolri Sarana dan Prasarana (Assarpras),
bertugas membantu Kapolri dalam penyelenggaraan
fungsi sarana dan prasarana dalam lingkungan Polri.

6)

Divisi Pertanggungjawaban Profesi dan Pengamanan
Internal (Div Propam), adalah unsur pelaksana staf
khusus

bidang

pertanggungjawaban

profesi

dan

pengamanan internal. Kadiv Propam saat ini ialah Irjen
Pol Budi Gunawan.
7)

Divisi Hukum (Div Kum). Dengan pimpinan Irjen Pol
Mudji Waluyo.

8)

Divisi Hubungan Masyarakat (Div Humas) dengan
pimpinan Irjen Pol Anton Bachrul Alam.

9)

Divisi Hubungan Internasional (Div Hubinter), adalah
unsur

pembantu

pimpinan

bidang

hubungan

internasional yang ada dibawah Kapolri. Bagian ini
membawahi National Crime Bureau Interpol (NCB
Interpol), untuk menangani kejahatan internasional.
Dengan pimpinan Irjen Pol Boy Salamuddin.
10)

Divisi Teknologi Informasi Kepolisian (Div TI Pol),
adalah unsur pembantu pimpinan di bidang informatika

18

yang meliputi teknologi informasi dan komunikasi
elektronika. Dipimpin oleh Irjen Pol Robert Aritonang.
11)

Staf Pribadi Pimpinan (Spripim)

12)

Sekretariat Umum (Kasetum)

13)

Pelayanan Markas (Kayanma)

14)

Staf Ahli Kapolri, bertugas memberikan telaahan
mengenai masalah tertentu sesuai bidang keahliannya

c.

Unsur Pelaksana Tugas Pokok

Unsur Pelaksana Tugas Pokok terdiri dari :

1)

Badan Intelijen Keamanan (Baintelkam), bertugas membina
dan

menyelenggarakan

fungsi

intelijen

dalam

bidang

keamanan bagi kepentingan pelaksanaan tugas operasional
dan manajemen Polri maupun guna mendukung pelaksanaan
tugas-tugas

pemerintahan

dalam

rangka

mewujudkan

keamanan dalam negeri. Kabaintelkam Komjen Pol Pratiknyo.
2)

Badan Reserse Kriminal (Bareskrim), bertugas membina dan
menyelenggarakan fungsi penyelidikan dan penyidikan tindak
pidana, termasuk fungsi identifikasi dan fungsi laboratorium
forensik, dalam rangka penegakan hukum. Dipimpin oleh
seorang Komisaris Jenderal (Komjen). Kabareskrim Komjen
Pol Sutarman.

3)

Badan

Pemeliharaan

membina

dan

keamanan

yang

Keamanan

menyelenggarakan
mencakup

(Baharkam),
fungsi

pemeliharaan

bertugas
pembinaan

dan

upaya

peningkatan kondisi keamanan dan ketertiban masyarakat

19

dalam

rangka

mewujudkan

keamanan

dalam

negeri.

Kabaharkam saat ini dijabat oleh Komjen Pol Imam Sudjarwo.
4)

Korps

Brigade

Mobil

(Korbrimob),

bertugas

menyelenggarakan fungsi pembinaan keamanan khususnya
yang berkenaan dengan penanganan gangguan keamanan
yang berintensitas tinggi, dalam rangka penegakan keamanan
dalam negeri. Korps ini dipimpin oleh seorang Inspektur
Jenderal (Irjen). Dipimpin Irjen Pol Sjafei Aksal.
5)

Korps Lalu Lintas (Korlantas), bertugas membina dan
menyelenggarakan fungsi lalu lintas yang meliputi pendidikan
masyarakat, penegakan hukum, pengkajian masalah lalu
lintas, registrasi, dan identifikasi pengemudi dan kendaraan
bermotor, serta mengadakan patroli jalan raya. Dikepalai oleh
Irjen Pol Djoko Susilo.

6)

Biro Operasi Polri, bertugas untuk mengirimkan pasukan
Brimob, Sabhara, Samapta, Satlantas, (Jihandak/Penjinak
Bahan Peledak, bila diperlukan) serta sebuah tim intelijen jika
ada demonstrasi, sidang pengadilan, pertemuan tingkat tinggi,
perayaan hari besar oleh kelompok masyarakat, atau
peresmian oleh kepala pemerintahan, kepala negara, ketua
MPR, atau ketua DPR dengan mengirimkan surat tugas
kepada Biro Operasi Polda setempat, Biro Operasi Polres
setempat, dan Polsek setempat.

7)

Detasemen Khusus 88 Anti Teror Polri (Densus 88 AT),
bertugas menyelenggarakan fungsi intelijen, pencegahan,
investigasi, penindakan, dan bantuan operasional dalam
rangka penyelidikan dan penyidikan tindak pidana terorisme.

20

8)

Detasemen

Khusus

Anti

Anarkis

Polri

sedang

dalam

pembicaraan para perwira tinggi Polri.

d.

Unsur Pendukung

Unsur Pendukung, terdiri dari :

1)

Lembaga

Pendidikan

Polri

(Lemdikpol),

bertugas

merencanakan, mengembangkan, dan menyelenggarakan
fungsi

pendidikan

pembentukan

dan

pengembangan

berdasarkan jenis pendidikan Polri meliputi pendidikan profesi,
manajerial, akademis, dan vokasi. Kalemdikpol saat ini adalah
Komjen Pol Oegroseno. Lemdikpol membawahi :

a) Sekolah Staf dan Pimpinan Kepolisian (Sespimpol), adalah
unsur pelaksana pendidikan dan staf khusus yang
berkenaan dengan pengembangan manajemen Polri
b) Akademi Kepolisian (Akpol), adalah unsur pelaksana
pendidikan pembentukan Perwira Polri. Gubernur Akpol
dipegang oleh Irjen Pol Muhammad Amin Saleh.
c) Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK), adalah unsur
pelaksana pendidikan dan staf khusus yang berkenaan
dengan pendidikan tinggi dan pengembangan ilmu dan
teknologi kepolisian
d) Sekolah Pembentukan Perwira (SETUKPA)
e) Pendidikan dan Pelatihan Khusus Kejahatan Transnasional
(Diklatsusjatrans)

21

f) Pusat Pendidikan (Pusdik)/Sekolah terdiri dari :

2)

1)

Pusdik Intelijen (Pusdikintel)

2)

Pusdik Reserse Kriminal (Pusdikreskrim)

3)

Pusdik Lalulintas (Pusdiklantas)

4)

Pusdik Tugas Umum (Pusdikgasum)

5)

Pusdik Brigade Mobil (Pusdikbrimob)

6)

Pusdik Kepolisian Perairan (Pusdikpolair)

7)

Pusdik Administrasi (Pusdikmin)

8)

Sekolah Bahasa (Sebasa)

9)

Sekolah Polisi Wanita (Sepolwan)

Pusat Logistik dan Perbekalan Polri dipimpin oleh seorang
Brigadir Jenderal (Brigjen).

3)

Pusat Logistik dan Perbekalan Polri dipimpin oleh seorang
Brigadir Jenderal (Brigjen).

4)

Pusat Kedokteran dan Kesehatan (Pusdokkes Polri) yang
dipimpin oleh seorang Brigadir Jenderal (Brigjen), termasuk
didalamnya adalah Rumah Sakit Pusat Polri (Rumkit Puspol)
yang juga dipimpin oleh seorang Brigadir Jenderal (Brigjen).

5)

Pusat Keuangan (Puskeu Polri) yang dipimpin oleh seorang
Brigadir Jenderal (Brigjen).

6)

Pusat penelitian dan pengembangan (Puslitbang Polri) yang
akan dipimpin oleh Brigadir Jenderal (Brigjen).

7)

Pusat sejarah (Pusjarah Polri) yang akan dipimpin oleh
Brigadir Jenderal (Brigjen).

22

e.

Polda

Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah (Polda)
merupakan satuan pelaksana utama Kewilayahan yang berada di
bawah Kapolri. Polda bertugas menyelenggarakan tugas Polri
pada tingkat kewilayahan. Polda dipimpin oleh Kepala Kepolisian
Negara Republik Indonesia Daerah (Kapolda), yang bertanggung
jawab kepada Kapolri. Kapolda dibantu oleh Wakil Kapolda
(Wakapolda).

1)

Polda

membawahi

Kepolisian

Negara

Republik

Indonesia Resor (Polres). Ada tiga tipe Polda, yakni
Tipe A, Tipe B dan Tipe C. Tipe A dipimpin seorang
perwira tinggi berpangkat Inspektur Jenderal (Irjen),
sedangkan Tipe B dipimpin perwira tinggi berpangkat
Brigadir Jenderal (Brigjen) dan Tipe C dipimpin oleh
perwira

menengah

(Kombes)

yang

berpangkat

senior.

Setiap

Komisaris

Besar

Polda

menjaga

Negara

Republik

keamanan sebuah Provinsi.
2)

Polres,

membawahi

Kepolisian

Indonesia Sektor. Untuk kota-kota besar, Polres
dinamai Kepolisian Resor Kota Besar. Polres memiliki
satuan tugas kepolisian yang lengkap, layaknya Polda,
dan dipimpin oleh seorang Komisaris Besar Polisi
(untuk Polrestabes) atau Ajun Komisaris Besar Polisi
(untuk Polres).

Setiap Polres menjaga keamanan

sebuah Kotamadya atau Kabupaten.

23

3)

Polsek maupun Polsekta dipimpin oleh seorang
Komisaris

Polisi

(Kompol)

(untuk

tipe

urban),

sedangkan di Polda lainnya, Polsek atau Polsekta
dipimpin oleh perwira berpangkat Ajun Komisaris Polisi
(tipe rural). Di sejumlah daerah di Papua sebuah
Polsek dapat dipimpin oleh Inspektur Dua Polisi.
Setiap Polsek menjaga keamanan sebuah Kecamatan.

Setiap Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah
(Polda) memiliki sejumlah Direktorat dalam menangani tugas
melayani dan melindungi, yaitu :

1)

Direktorat Reserse Krimainal

2)

Direktorat Biro Operasi

3)

Direktorat Intelijen dan Keamanan

a)

Unit

Inafis

(Indonesia

Automatic

Finger

Print

Identification System) / Identifikasi TKP (Tempat
Kejadian Perkara)
b)

Unit Cyber Crime

4)

Direktorat Bidang Hubungan Masyarakat

5)

Direktorat Lalu Lintas

6)

Direktorat Traffic Management Center (TMC)

7)

Direktorat Pengamanan Objek Vital (Pamobvit)

8)

Direktorat Satuan Brigade Motor (BM)

9)

Direktorat Satuan Samapta

10) Direktorat Satuan Sabhara

24

f.

Sekilas Mapolda Jabar
Bandung pada jaman dahulu dikenal sebagai Parijs Van Java
atau Paris dari Jawa, setelah dibukanya akses jalan tol Cipularang
(Cikampek-Purwakarta-Padalarang) kota Bandung kian ramai
sebagai tempat tujuan wisata, dikarenakan pemandangan yang
indah serta berhawa dingin. Selain itu keberadaan perguruan
tinggi negeri maupun perguruan tinggi swasta di Bandung
membuat kota ini dikenal pula sebagai salah satu kota pelajar di
Indonesia.

g.

Fungsi Operasional
1.

DIT INTELKAM

2.

DIT RESKRIMSUS

3.

DIT RESKRIMUM

4.

DIT RES NARKOBA

5.

DIT BIN MAS

6.

DIT SABARA

7.

DIT LANTAS

8.

DIT PAM OBVIT

9.

DIT POLAIR

10. DIT TAHTI
11. DIT BRIMOBDA
g.

Fungsi Pembinaan
1.

ITWASDA

2.

BIRO OPERASIONAL

3.

BIRO RENA

4.

BIRO SDM

5.

BIRO SARPRAS

25

6.

BID. PROPAM

7.

BID. HUMAS

8.

BID. KUM

9.

BID. TI POLRI

10. BID. KEU
11. BID. DOKKES
12. SPRIPIM
13. SEKRETARIAT UMUM
14. YANMA
15. SPKT
16. SPN CISARUA
17. RUMKIT POLRI SARTIKA ASIH
h.

i.

Pelayanan
1.

SIM

2.

STNK

3.

BPKB

4.

SKCK

5.

PERIJINAN

6.

SENDAK

Bidang Hukum

Bidang hukum bertugas untuk menyelenggarakan fungsi
pembinaan hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) meliputi
bantuan dan nasehat hukum, penerapan dan penyuluhan hukum
dan turut serta dalam pengembangan hukum dan peraturan
daerah. Bidang hukum juga memiliki fungsi dalam hal pembinaan

26

hukum dan HAM dilingkungan Polda, pensosialisasian dan
penyuluhan hukum, penerapan hukum, pemberian nasehat dan
pertimbangan hukum berkaitan dengan masalah-masalah hukum
dalam pelaksanaan tugas Polda, termasuk pemberian nasehat
dan bantuan hukum terhadap anggota, keluarga dan pengemban
fungsi kepolisian lainnya, pembinaan hukum, bersama unsur
legislatif, eksekutif, aparat penegak hukum dan unsur-unsur
masyarakat; pengadministrasian umum, penatausahaan urusan
dalam, personel dan logistik di lingkungan Bidkum; pengumpulan
dan pengolahan data, serta penyajian informasi dan dokumentasi;
dan pemantauan dan evaluasi program kegiatan Bidkum.

Bidang Hukum terdiri dari ;

a. Sub Bagian Perencanaan dan Administrasi (Subbagrenmin)
1)

Tugas

Menyusun perencanaan program kerja dan anggaran,
manajemen Sarpras, personel dan kinerja, pelayanan
ketatausahaan

dan

urusan

dalam

serta

membantu

administrasi keuangan di lingkungan Bidkum.

2) Fungsi

Subbagrenmin dalam melaksanakan tugasnya yaitu
menyelenggarakan fungsi :

a) Pemberian

bantuan

dalam

penyusunan

perencanaan jangka sedang dan jangka pendek

27

antara lain Renstra, Rancangan Renja, Renja,
kebutuhan

sarana

prasarana,

personel

dan

anggaran;
b) Pemeliharaan perawatan dan administrasi personel;
c) Pengelolaan

Sarpras

dan

pemberian

bantuan

penyusunan laporan SIMAK-BMN;
d) Pemberian bantuan administrasi keuangan;
e) Pengelolaan dan pelayanan ketatausahaan dan
urusan dalam; dan
f) Pemberian bantuan dalam penyusunan LRA dan
pembuatan laporan akuntabilitas kinerja Satker
meliputi analisis target pencapaian kinerja, program
dan anggaran.

3) Kegiatan

Subbagrenmin dalam melaksanakan tugasnya dibantu
oleh :

a) Urusan

Perencanaan

(Urren)

yang

bertugas

memberikan bantuan dalam penyusunan Restra,
Rancangan

Renja,

Renja,

RKA-KL,

DIPA,

Penetapan Kinerja, KAK atau TOR, RAB dan LAKIP
Satker,

serta

pemantauan

dan

evaluasi

pelaksanaan program bidang hukum di lingkungan
Polda;

28

b) Urusan

Administrasi

(Urmin)

yang

bertugas

menyelenggarakan kegiatan administrasi umum
personel dan material logistik; dan
c) Urusan

Tata

Usaha

(Urtu)

yang

bertugas

menyelenggarakan kegiatan ketatausahaan dan
urusan dalam.

b. Sub

Bidang

Penyusunan

dan

Penyuluhan

Hukum

(Subbidsunluhkum)
1) Tugas

Sub Bidang Penyusunan dan Penyuluhan Hukum
(Subbidsunluhkum) bertugas :

a) Menyelenggarakan pembinaan hukum dan HAM di
lingkungan Polda;
b) Menyusun peraturan kepolisian kewilayahan yang
berkaitan

dengan

kebijakan

Polda

pelaksanaan
di

bidang

tugas

administrasi

serta
dan

pemeliharaan keamanan dan ketertiban;
c) Memberikan masukan dalam penyusunan dan
pembuatan

peraturan

daerah

bersama-sama

dengan instansi terkait;
d) Melaksanakan kegiatan penyuluhan hukum kepada
anggota dan PNS Polri beserta keluarganya,
pengemban
masyarakat.

fungsi

kepolisian

lainnya

dan

29

2) Fungsi

Subbidsunluhkum dalam melaksanakan tugasnya yaitu
menyelenggarakan fungsi :

a) Pembinaan hukum dan HAM di lingkungan Polda;
b) Penyusunan peraturan kepolisian kewilayahan yang
berkaitan dengan pelaksanaan tugas di lingkungan
Polda;
c) Pemberian masukan substansi yang berkaitan
dengan tugas Polri dalam penyusunan peraturan
daerah;
d) Pelaksanaan sosialisai dan penyuluhan hukum; dan
e) Pengumulan dan pengolahan data serta penyajian
informasi dan dokumentasi.

3) Kegiatan

Subbidsunluhkum

dalam

melaksanakan

tugasnya

diabantu oleh :

a) Urusan

Peyusunan

Hukum

(Ursunkum)

yang

bertugas menyusun peraturan kepolisian yang
berkaitan

dengan

kebijakan

Polda

pelaksanaan
di

bidang

tugas

administrasi

serta
dan

pemeliharaan keamanan dan ketertiban;
b) Urusan Kerja Sama Lembaga (Urkermalem) yang
bertugas memberikan masukan dalam penyusunan,

30

pembuatan

peraturan

daerah

bersama-sama

dengan instansi terkait; dan
c) Urusan

Penyuluhan

bertugas

Hukum

melaksanakan

(Urluhkum)

kegiatan

yang

penyuluhan

hukum kepada anggota dan PNS Polri beserta
keluarganya, masyarakat dan pengemban fungsi
keolisian lainnya.

c. Sub Bidang Bantuan Hukum (Subbidbankum)
1) Tugas

Sub

Bidang

Bantuan

Hukum

(Subbidbankum)

bertugas;

a) Melaksanakan penerapan hukum dan HAM, dalam
rangka pemberian pendapat dan saran hukum bagi
anggota Polri dan PNS Polri beserta keluarganya,
pengemban

tugas

kepolisian

masyarakat

yang

mengajukan

lainnya

dan

permohonan

perlindungan hukum;
b) Melaksanakan

bantuan

hukum,

nasehat

dan

konsultasi hukum kepada anggota dan PNS Polri
beserta keluarganya, termasuk kepada pengemban
fungsi kepolisian lainnya; dan
c) Menyelanggarakan bantua hukum bagi instansi
Polda dilingkungan Peradilan Umum dan Tata
Usaha Negara.

31

2) Fungsi

Subbidbankum dalam melaksanakan tugasnya yaitu
menyelenggarakan fungsi :

a) Penerapan hukum dan HAM bagi yang mengajukan
permohonan dan perlindungan hukum;
b) Pemberian bantuan dan nasehat hukum babi
pemohon

baik

di

dalam

maupun

di

luar

persidangan; dan
c) Pemberian bantuan hukum bagi instansi Polda pada
proses persidangan di lingkungan Peradilan Umum
dan Tata Usaha Negara.

3) Kegiatan

Subbidbankum dalam melaksanakan tugasnya dibantu
oleh :

a) Urusan

Penerapan

Hukum

(Urrapkum)

yang

bertugas mengkaji dan menganalisis penerapan
hukum dalam bentuk pendapat dan saran hukum;
b) Urusan Hak Asasi Manusia (Ur HAM) yang bertugas
menyelenggarakan penegakkan hukum dan HAM;
c) Urusan

Bantuan

dan

Nasehat

Hukum

(Urbanhatkum) yang bertugas menyelenggarakan
fungsi bantuan hukum bagi institusi Polda, anggota
dan PNS Polri beserta keluarganya dan pengemban
fungsi kepolisian lainnya.

32

C. PERMASALAHAN HUKUM

Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan diangkat dari
laoran kerja praktik ini adalah :
1. Bagaimana

penerapan

bantuan

hukum

terhadap

anggota

Kepolisian yang melakukan tindak pidana?
2. Bagaimana efektifitas bantuan hukum yang diberikan pada anggota
kepolisian yang melakukan tindak pidana?

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Kepolisian Negara Republik Indonesia
1.

Pengertian Polisi dan Kepolisian
Kata polisi telah dikenal dalam bahasa Yunani, yakni Politeia. Politeia
digunakan sebagai judul buku pertama Plato, yakni Politeia yang
mengandung makna suatu negara yang ideal sekali sesuai dengan citacitanya, suatu negara yang bebas dari pemimpin negara yang rakus dan
jahat, tempat keadilan di junjung tinggi 1.
Politea pada mulanya dipergunakan untuk menyebut orang yang
menjadi warga negara dari kota Athene, kemudian pengertian itu
berkembang menjadi kota dan dipakai untuk menyebut semua usaha
kota, oleh karena pada zaman itu kota-kota merupakan negara-negara
yang berdiri sendiri, yang disebut juga Polis, maka Polite atau Polis,
diartikan sebagai semua usaha dan kegiatan negara, juga termasuk
kegiatan keagamaan 2.
Pada abad ke 14 dan 15 di Perancis dipergunakan kata Police dan di
Jerman kata Polizei dan perkataan-perkataan itu sudah mengeluarkan
urusan agama dari usaha Politeia, sehingga Politeia atau Polis, La Police
(Perancis), Politeia (Itali), Polizei (Jerman), Police (Inggris), Politie
(Belanda), Polis di raja (Malaysia) dan Polisi (Indonesia) hanya meliputi
usaha dan urusan duniawi saja.
1

Azhari, Negara Hukum Indonesia Analisis Yuridis Normatif
Unsur-unsurnya, UI Press, Jakarta, 1995, hlm.19.
2

terhadap

Pengertian Polisi, http://policeline-kambey.blogspot.com, Diakses pada hari
Sabtu, 10 Desember 2011 Jam 14.30 WIB.

33

34

Istilah polisi di Indonesia jika dilihat dari sisi historis tampaknya
mengikuti dan menggunakan istilah Politie di Belanda. Hal ini sebagai
akibat dan pengaruh dari bangunan sistem hukum Belanda yang banyak
dianut di negara Indonesia. Istilah

Politie sendiri mengandung arti

sebagai organ dan fungsi, yakni sebagai organ pemerintah dengan tugas
mengawasi,

jika

menggunakan

paksaan

supaya

yang

diperintah

menjalankan dan tidak melakukan larangan-larangan perintah. Fungsi
dijalankan

atas

kewenangan

dan

kewajiban

untuk

mengadakan

pengawasan dan bila perlu dengan paksaan yang dilakukan dengan cara
memerintah untuk melaksanakan kewajiban umum, mencari secara aktif
perbuatan yang tidak melaksanakan kewajiban umum, memaksa yang
diperintah
pengadilan,

untuk
dan

melakukan
memaksa

kewajiban
yang

umum

diperintah

dengan

untuk

perantara

melaksanakan

kewajiban umum tanpa perantara pengadilan 3.
Momo Kelana mengambil terjemahan dari Polizeirech mengatakan,
bahwa istilah polisi mempunyai dua arti, yakni polisi dalam arti formal
yang mencakup penjelasan tentang organisasi dan kedudukan suatu
Instansi Kepolisian, dan yang kedua dalam arti material, yakni
memberikan jawaban-jawaban atas persoalan-persoalan tugas dan
wewenang dalam rangka menghadapi bahaya atau gangguan keamanan
dan ketertiban, baik dalam rangka kewenangan kepolisian umum melalui
ketentuan-ketentuan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan 4.

3

Momo Kelana, Hukum Kepolisian, Edisi Ketiga, PTIK, Jakarta, 1984,

hlm.18.
4

Momo Kelana, Hukum Kepolisian (Perkembangan di Indonesia) Suatu
Studi Histories Komperatif, PTIK, J