laporan aspek aspek kelayakan
Penerapan proses hirarki analisis dalam pembuatan keputusan investasi jalan tol dalam kota Bandung
Application on analytic hierarchy process on Bandung intra urban toll road
investment decision makingMaster Theses from JBPTITBPP / 2001-07-28 09:48:00 Oleh : Darwin Trisna, S2 - Highway Systems Engineering Dibuat : 1999-09-00, dengan 1 file
Keyword : Urban toll road, decision making Subjek : Transportation, economic aspects Nomor Panggil (DDC) : T 388.049 TRI
Sumber pengambilan dokumen : Program Magister Sistem dan Teknik Jalan Raya
Program Pascasarjana ITB Studi ini melakukan pengujian awal terhadap masalah-masalah yang timbul dalam penerapan pendekatan metoda analisis multikriteria untuk mengevaluasi proposal investasi jalan tol dalam kota. Metoda multikriteria yang diadaptasi untuk studi ini digunakan metoda proses hirarki analisis (PHA) yang dikembangkan oleh SAATY pada tahun 1994. Proses evaluasi dilakukan pada proses pentahapan konstruksi jalan tol dalam kota Bandung (JTDKB) yang terdiri dari koridor Barat-Timur (B-T Utara dan B-T Selatan) dan koridor Utara-Selatan (Pasirkaliki-Kopo, Kiaracondong, rumah sakit- Gedebage) sebagaimana direkomendasikan dalam laporan Pra-Studi Kelayakan JTDKB oleh PT Seecons dan PCI. Dari studi diperlihatkan bahwa metoda PHA ini memberikan bentuk analisis yang simple untuk mengevaluasi proposal investasi jalan tol dalam kota. Metoda ini memberikan kombinasi criteria kualitatif dengan criteria kuantitatif. Berbeda dengan metoda lainnya, metoda PHA ini dapat melibatkan sejumlah opini, lebih memberikan pengertian dalam proses pembuatan keputusan, dan juga menyediakan suatu skala penilaian (fundamental value). Oleh karena itu hasil dari evaluasi dengan metoda PHA ini dapat memberikan hasil optimum dengan memberikan kepuasan terhadap sebagian besar pihak. Masing-masing pihak yang terlibat mempunyai preferensi yang berlainan terhadap criteria, tergantung terhadap kepentingan mereka dalam penyelenggaraan jalan tol ini. Sebagai contoh, Jasa Marga memberikan urutan criteria dari yang paling menentukan sbb: Jaringan, aspek finansial & bisnis, lalu-lintas, lingkungan, dan aspek manajerial & konstruksi. Hal ini didasarkan pada sudut pandang Jasa Marga yang memiliki tanggung jawab dalam pengelolaan dan penyelenggaraan jalan tol. Secara umum, sebagai hasil dari perhitungan diketahui bahwa criteria jaringan merupakan criteria yang paling dominan dalam proses evaluasi dengan bobot 48.8%, selanjutnya criteria lalu-lintas (bobot 17%), lingkungan (bobot 12.7%), aspek finansial & bisnis (bobot 11.6%), dan aspek manajerial & Konstruksi (bobot 9.9%). Hasil dari evaluasi untuk prioritas konstruksi JTDKB didapatkan bahwa seksi-1 adalah prioritas utama, kemudian dilanjutkan oleh seksi-3, seksi-4, dan terakhir seksi-2. Hasil ini berbeda dengan rekomendasi dari laporan Pra-studi kelayakan sebelumnya, dikarenakan beberapa criteria baru dipertimbangkan dan juga proses penilaian criteria melibatkan memberikan keputusan yang relatif konsisten, walaupun beberapa preferensi berubah.
Deskripsi Alternatif :
This study undertakes a preliminary examination of some of the problems likely to be met
in the implementation of a multiple criteria approach for evaluating urban toll road
investment proposals. The multiple criteria methodology adapted in this study was the
analytic hierarchy process (AHP), which was developed by SAATY in 1994.
An assessment was made on prioritizing the construction phases of the Bandung Intra
Urban Toll Road (BIUTR), which consist of West-East corridors (Northern West-East &
Southern West-East) and North-South corridors (Pasirkaliki-Kopo, Kiaracondong,
Rumah Sakit-Gedebage) as proposed by the pre-feasibility study carried out by PT
Seecons & PCI.. The study shows that the evaluation with AHP give a simple analysis for
assessing alternatives of urban toll road invesment. It provides a combination between
qualitative and quantitative criteria. Different from other methodologies, the AHP can
involve a number of opinions, a more thorough understanding of complex decision
making process, and also provides a scale for judgement with fundamental values.
Assessment with AHP gives optimum results by satisfying the greatest number of involved
stakeholders. Each stakeholder has different preferences for priority of criteria, which
depends on the respective interest in thecriteria: as an example, Jasa Marga ranks the
criteria as follows: Network, Financial & Business Aspects, Traffic, Environmentand
Managerial & construction Aspects. This is due to their responsibilities in managing and
expanding the toll road concessions. In general, as synthesized from overall opinions, it
was found that the network is the dominant criteria in this assessment with weighting
48.8%, followed by traffic (weighting 17%), environment (weighting 12.7%), financial &
business aspects (weighting 11.6%0 and managerial & construction aspects (weighting
9.9%). The results of evaluation of BIUTR construction priorities shows that section-1
becomes first priority, followed by section-3, section-4, and the last is section-2. This is
different from the recommended in the prefeasibility study, and is caused by several
added criteria in this evaluation, and the judgement for criteria involving a number of
stakeholder’s opinions. A sensitivy analysis shows that the evaluation has relatively
consistent results, even when some preferences are changed.[ Copyrights : Copyright © 2001 by ITB Central Library.Verbatim copying and distribution of this entire article is permitted by author in any medium, provided this notice is preserved.