Pengaruh profesionalisme terhadap kinerja, komitmen organisasi, kepuasan kerja, turnover intentions dan independensi akuntan publik

PENGARUH PROFESIONALISME TERHADAP KINERJA,
KOMITMEN ORGANISASI, KEPUASAN KERJA, TURNOVER
INTENTIONS DAN INDEPENDENSI AKUNTAN PUBLIK
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:
Desantio Prabowo
1110082000103

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2015 M

PENGARUH PROFESIONALISME TERHADAP KINERJA,
KOMITMEN ORGANISASI, KEPUASAN KERJA, TURNOVER
INTENTIONS DAN INDEPENDENSI AKUNTAN PUBLIK
Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:
Desantio Prabowo
1110082000103

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2015 M

i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I.

IDENTITAS PRIBADI

Nama

: Desantio Prabowo

Tempat & Tanggal Lahir

: Jakarta, 01 Oktober 1992

Jenis Kelamin

: Laki-Laki

Nama Ayah

: Unggul Prabowo

Nama Ibu

: Tri Asmariatun


Anak ke

: 1 dari 1

Alamat

: Jl. Menjangan IV No. 7C RT 001 RW 03
Pondok Ranji, Ciputat Timur, Tangerang
Selatan

II.

Telepon

: 085697031322

Email

: desantio.p@gmail.com


PENDIDIKAN
1997 – 1998

: TK Bakti Nusa Indah Rempoa

1998 – 2004

: SDN 08 Bintaro

2004 – 2007

: SMP N 161 Jakarta

2007 – 2010

: SMA N 90 Jakarta

2010 – 2015

: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


vi

III.

PENGALAMAN ORGANISASI
2011

: Panitia Accounting Fair 2011

2011

: Panitia Seminar “Workshop Bisnis
Asuransi”

2011

: Panitia Propesa 2011

2011


: Panitia Seminar ”The Young
Enterpreneurship”

2011

: Panitia Think Act 2011

2014

: Panitia “Pelatihan Pengelolaan Keuangan
Masjid”

vii

THE INFLUENCE OF PROFESSIONALISM ON JOB PERFORMANCE,
ORGANIZATIONAL COMMITMENT, JOB SATISFACTION, TURNOVER
INTENTIONS AND INDEPENDENCE OF PUBLIC ACCOUNTANT
ABSTRACT
This study aimed to analyze the influence of professionalism on job

performance, organizational commitment, job satisfaction, turnover intentions
and independence of public accountant. This study uses primary data through
questionnaires as research source. Questionnaires are distributed to public
accountant which working in seventeen (17) Public Accounting Firms (KAP) in
Jakarta. The number of sample taken from 98 respondents, but it is only 68
respondents that can be processed.
The Methods of analysis and the test hypotheses here using path analysis
PLS (Partial Least Square), then the calculation using smartPLS program version
2.0, while the sampling is done by using a convenience sampling method.
Hypothesis testing results shows that the five hypotheses can be accepted.
Professionalism positive and significant influence on job performance,
organizational commitment, job satisfaction and independence, but the
professionalism has negative and significant influence on turnover intentions.
Key words: public accountant, professionalism, job performance, organizational
commitment, job satisfaction, turnover intentions, independence

viii

PENGARUH PROFESIONALISME TERHADAP KINERJA, KOMITMEN
ORGANISASI, KEPUASAN KERJA, TURNOVER INTENTIONS DAN

INDEPENDENSI AKUNTAN PUBLIK
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh profesionalisme
terhadap kinerja, komitmen organisasi, kepuasan kerja, turnover intentions dan
independensi akuntan publik. Penelitian ini menggunakan data primer dengan
kuesioner sebagai sumber penelitian. Kuesioner dibagikan kepada akuntan publik
yang bekerja pada tujuh belas (17) Kantor Akuntan Publik (KAP) di wilayah
Jakarta. Jumlah sampel diambil sebanyak 98 responden, tetapi yang dapat diolah
hanya sebanyak 68 responden.
Metode analisis dan uji hipotesis menggunakan analisis jalur PLS (Partial
Least Square), kemudian perhitungannya menggunakan program smartPLS versi
2.0, sedangkan penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan metode
convenience sampling. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa kelima
hipotesis dapat diterima. Profesionalisme berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja, komitmen organisasi, kepuasan kerja dan independensi, namun
profesionalisme berpengaruh negatif dan signifikan terhadap turnover intentions.
Kata kunci: akuntan publik, profesionalisme, kinerja, komitmen organisasi,
kepuasan kerja, turnover intentions, independensi

ix


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul PENGARUH PROFESIONALISME TERHADAP KINERJA,
KOMITMEN

ORGANISASI,

KEPUASAN

KERJA,

INTENTIONS DAN INDEPENDENSI AKUNTAN PUBLIK.

TURNOVER
Penyusunan

skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna mencapai
gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:
1. Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya yang diberikan kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dan Shalawat serta salam kepada
Nabi Muhammad SAW.
2. Kedua orang tua, Ibu dan Bapak tercinta yang telah memberikan dukungan
moril dan doa juga penyemangat yang tiada henti dan tanpa lelah kepada
penulis. Terima kasih pada seluruh keluarga besar yang telah menyemangati
dan memberikan doa dan banyak inspirasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Hepi Prayudiawan selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Dr. Rini, Ak.,CA. selaku dosen pembimbing I yang telah bersedia
meluangkan waktu, memberikan pengarahan, dalam penulisan skripsi ini.
6. Ibu Fitri Yani Jalil, SE.,M.Sc. selaku dosen pembimbing II yang telah bersedia
meluangkan waktu, memberikan pengarahan, dalam penulisan skripsi ini.
7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis terutama dosen-dosen Jurusan
Akuntansi yang tak bisa saya sebutkan satu-persatu, terima kasih untuk

seluruh ilmu yang telah diberikan kepada saya.
x

8. Seluruh penguji sidang komprehensif dan sidang skripsi yang telah sabar dan
teliti sekali dalam menguji saya.
9. Seluruh jajaran karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, terimakasih atas
bantuan, perhatian dan pelayanan yang diberikan.
10. Seluruh teman-teman Akuntansi C 2010 yang sudah menjadi teman
seperjuangan dalam susah dan senang selama kuliah.
11. Seluruh keluarga besar Akuntansi, mulai dari Akuntansi A sampai Akuntansi
D, baik konsentrasi Audit, Pajak, maupun Akmen, yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu yang sudah memberikan banyak dukungan dan menjadi
penghiburan bagi penulis. Terimakasih banyak teman-teman, semoga kalian
menjadi orang-orang yang selalu dikaruniai kebahagiaan oleh Allah SWT.
Aamiin.
12. Seluruh Akuntan Publik (responden) yang telah bersedia meluangkan
waktunya untuk mengisi kuesioner penelitian ini.
13. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah turut
membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan
kritik yang membangun dari berbagai pihak.

Jakarta, Februari 2015

(Desantio Prabowo)

xi

DAFTAR ISI

COVER
COVER DALAM .......................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ......................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ........................... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................................ iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .................... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................... vi
ABSTRACT .................................................................................................... viii
ABSTRAK ..................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvii
BAB I

BAB II

PENDAHULUAN .................................................................... 1
A.

Latar Belakang Penelitian ................................................. 1

B.

Perumusan Masalah .......................................................... 16

C.

Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................... 16

TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 19
A.

Tinjauan Literatur ............................................................. 19
1.

Auditing .................................................................... 19
xii

BAB III

2.

Profesionalisme ........................................................ 29

3.

Kinerja ...................................................................... 35

4.

Komitmen Organisasi .............................................. 39

5.

Kepuasan Kerja ........................................................ 44

6.

Turnover Intentions .................................................. 51

7.

Independensi ............................................................ 55

B.

Penelitian Sebelumnya ...................................................... 62

C.

Kerangka Berpikir.............................................................. 69

D.

Hipotesis ........................................................................... 70

METODOLOGI PENELITIAN ............................................. 78
A.

Ruang Lingkup Penelitian ................................................. 78

B.

Metode Penentuan Sampel ................................................ 78

C.

Metode Pengumpulan Data ............................................... 78

D.

Metode Analisis Data ........................................................ 79
1.

2.

E.

Model Pengukuran (Outer Model)............................ 80
a.

Uji Validitas .................................................... 80

b.

Uji Reliabilitas ................................................ 81

Model Struktural (Inner Model)................................ 82
a.

Uji R-square .................................................... 82

b.

Uji Statistik t ................................................... 83

Operasional Variabel Penelitian ........................................ 86
1.

Profesionalisme (X) ................................................. 86

2.

Kinerja (Y1) .............................................................. 87
xiii

BAB IV

3.

Komitmen Organisasi (Y2) ...................................... 88

4.

Kepuasan Kerja (Y3) ................................................ 88

5.

Turnover Intentions (Y4) .......................................... 89

6.

Independensi (Y5) .................................................... 90

ANALISIS DAN PEMBAHASAN .......................................... 94
A.

B.

Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ...................... 94
1.

Tempat dan Waktu Penelitian .................................. 94

2.

Karakteristik Responden Penelitian ......................... 96

Hasil Uji Instrumen Penelitian .......................................... 99
1.

2.

BAB V

Hasil Model Pengukuran (Outer Model) .................. 99
a.

Hasil Uji Validitas ........................................... 99

b.

Hasil Uji Reliabilitas ....................................... 113

Hasil Model Struktural (Inner Model) ...................... 115
a.

Hasil Uji R-square ........................................... 115

b.

Hasil Uji Statistik t .......................................... 116

KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 130
A.

Kesimpulan ....................................................................... 130

B.

Saran ................................................................................. 131

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 132

xiv

DAFTAR TABEL

No.

Keterangan

Hal.

1.1

Kasus, Temuan dan Dampak ..................................................... 12

2.1

Hasil Penelitian Sebelumnya ...................................................... 63

3.1

Kriteria Penilaian PLS ............................................................... 84

3.2

Operasionalisasi Variabel Penelitian ......................................... 91

4.1

Distribusi Sampel Penelitian ...................................................... 94

4.2

Distribusi Kuesioner .................................................................. 96

4.3

Karakteristik Responden ............................................................ 97

4.4

Hasil Uji Validitas Tahap 1 ........................................................ 101

4.5

Hasil Uji Validitas Tahap 2 ........................................................ 105

4.6

Hasil Uji Validitas Tahap 3 ........................................................ 108

4.7

Hasil Uji Validitas Tahap 4 ........................................................ 111

4.8

Hasil Uji Discriminant Validity ................................................. 112

4.9

Hasil Uji Reliabilitas .................................................................. 114

4.10

Hasil Uji R-square ...................................................................... 115

4.11

Hasil Uji Statistik t ..................................................................... 119

xv

DAFTAR GAMBAR

No.

Keterangan

Hal.

2.1

Skema dan Kerangka Pemikiran ................................................ 69

4.1

Nilai Loading Factor Full Model ............................................... 100

4.2

Nilai Loading Factor Dropped 1 ............................................... 104

4.3

Nilai Loading Factor Dropped 2 ............................................... 107

4.4

Nilai Loading Factor Dropped 3 ............................................... 110

4.5

Hasil Uji Bootstrapping ............................................................. 118

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

No.

Keterangan

Hal.

1.

Surat Izin Penelitian ................................................................... 138

2.

Surat Keterangan dari KAP ....................................................... 140

3.

Kuesioner Penelitian .................................................................. 144

4.

Daftar Jawaban Responden ........................................................ 152

5.

Output Hasil Penelitian .............................................................. 173

xvii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian
Sudah hakikatnya bahwa sejalan dengan waktu maka kehidupan di
dunia ini akan semakin maju dan berkembang, baik dalam hal politik,
ekonomi, sosial, budaya maupun teknologi. Dalam perkembangan itu, kelima
hal tersebut akan saling berkaitan dan mendukung satu dengan yang lainnya.
Namun, yang paling nyata dan dapat langsung dirasakan serta berkaitan erat
dengan

kehidupan

masyarakat

sehari-hari

adalah

perkembangan

perekonomian. Sejak awal keberadaannya, manusia didorong hasrat mereka
masing-masing untuk memenuhi semua kebutuhan yang tidak terbatas. Untuk
itu mereka akan bekerja, dan siring dengan meningkatnya kebutuhan maka
jenis pekerjaan akan semakin luas sehingga dunia kerja juga ikut berkembang.
Perkembangan dalam dunia kerja membuat pekerjaan itu sendiri
semakin kompleks, dan kompleksitas tersebut menciptakan harapan yang
tinggi terhadap hasil dari suatu pekerjaan. Pekerjaan atau profesi yang tidak
lepas dari kompleksitas dunia kerja adalah akuntan publik. Peraturan Menteri
Keuangan

Nomor:

17/PMK.01/2008

Tentang

Jasa

Akuntan

Publik

menerangkan bahwa akuntan publik adalah akuntan yang telah memperoleh
izin dari Menteri Keuangan untuk memberikan jasa sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 17/PMK.01/2008 Tentang Jasa Akuntan
1

Publik. Akuntan publik harus bertanggung jawab penuh atas seluruh jasa yang
diberikannya. Salah satu jasa yang dapat diberikan oleh akuntan publik adalah
jasa audit atau pemeriksaan terhadap kewajaran laporan keuangan perusahaan.
Untuk menjalankan tanggung jawab tersebut dengan baik maka akuntan
publik memerlukan sikap profesionalisme yang selalu ditanamkan dalam diri
mereka.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, profesionalisme adalah
mutu, kualitas dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau orang
yang profesional. Beberapa penelitian sebelumnya secara tidak langsung
menyatakan bahwa profesionalisme sejalan dengan komitmen profesional.
Dalam penelitiannya, Gunz dan Gunz (1994) membuktikan bahwa untuk
menjadi seorang profesional sejati, seseorang harus memiliki komitmen
profesional yang tinggi untuk menggunakan waktu dan energinya dalam
mempelajari

dan

mempraktekkan

pengetahuan

dan

keterampilan

profesionalnya. Oleh karena itu, pengetahuan dan keterampilan adalah pondasi
dari profesionalisme yang dapat meningkatkan kompetensi profesional
mereka. Sementara Yunianto dan Astuti (2011) mengatakan komitmen
profesional merupakan tingkat loyalitas seorang individu kepada profesinya.
Sementara Tranggono dan Kartika (2008) mengatakan, suatu komitmen
profesional dapat diartikan sebagai tingkat kesetiaan seseorang terhadap
pekerjaannya sesuai dengan apa yang menjadi persepsi dari orang tersebut.

2

Dari beberapa penelitian yang telah diuraikan dapat disimpulkan
bahwa antara profesionalisme dan komitmen profesional berfokus pada
peranan keduanya terhadap pemanfaatan atas pengetahuan dan keterampilan
yang dimiliki baik secara teori maupun prakteknya dalam suatu pekerjaan atau
profesi. Profesionalisme akan menopang profesi akuntan publik untuk bekerja
dan melakukan usaha maksimal dalam memenuhi harapan yang tinggi atas
hasil suatu proses audit. Profesionalisme telah diatur dalam Standar
Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang memberikan panduan dalam
memberikan jasa audit, dan mematuhinya adalah kewajiban untuk akuntan
publik. Profesionalisme ini menjadi lebih penting bagi akuntan publik karena
opini atau pernyataan dari akuntan publik atas kewajaran laporan keuangan
perusahaan akan dijadikan pedoman bagi perusahaan klien dan publik untuk
merancang langkah strategi bisnis kedepannya. Jadi, profesionalisme
memainkan peranan dalam pembentukan reputasi dan kelangsungan hidup
(going concern) akuntan publik, KAP dan perusahaan klien.
Peranan profesionalisme dapat dijelaskan secara lebih luas lagi yakni
dalam hal pengaruhnya terhadap unsur lain dalam diri akuntan publik.
Menurut Hampton dan Hampton (2004) profesionalisme menjadi elemen
motivasi dalam memberikan kontribusi terhadap kinerja. Hasil penelitian
Kalbers dan Fogarty (1995) menyatakan profesionalisme berpengaruh positif
terhadap kinerja. Penelitian Siahaan (2010) dan Agustia (2011) juga
menunjukkan hasil bahwa profesionalisme berpengaruh secara positif dan
signifikan terhadap kinerja akuntan publik. Hal ini senada dengan penelitian
3

Fujianti (2012) yang juga menunjukkan profesionalisme berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kinerja akuntan pendidik. Beberapa penelitian lain
mengungkapkan profesionalisme mempengaruhi kinerja pada perawat (Cohen
dan Kol, 2004), dan pendidik yang mempunyai profesionalisme tinggi akan
mempunyai kualitas mengajar yang baik (Rizvi dan Elliot, 2005).
Dari penelitian yang telah diuraikan menyatakan adanya hubungan
positif antara profesionalisme dan kinerja, yang berarti jika profesionalisme
meningkat maka kinerja juga akan meningkat dan ini juga berarti kita bisa
menilai seperti apa profesionalisme yang dimiliki akuntan publik melalui
kinerjanya. Mangkunegara (2005:67) mengungkapkan bahwa istilah kinerja
berasal dari kata job performance atau actual performance (prestasi kerja atau
prestasi sesungguhnya yang dicapai seseorang) yaitu hasil kerja secara kualitas
dan kuantitas yang dicapai seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya
sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Sementara menurut
Trisnaningsih (2007) kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil karya yang
dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan
kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan
waktu yang diukur dengan mempertimbangkan kuantitas, kualitas dan
ketepatan waktu. Kinerja (prestasi kerja) dapat diukur melalui pengukuran
tertentu (standar) dimana kualitas adalah berkaitan dengan mutu kerja yang
dihasilkan, sedangkan kwantitas adalah jumlah hasil kerja yang dihasilkan
dalam kurun waktu tertentu, dan ketepatan waktu adalah kesesuaian waktu

4

yang telah direncanakan. Karakteristik yang membedakan kinerja auditor
dengan kinerja manajer adalah pada output yang dihasilkan.
Pada tahun 2002 lalu sebuah KAP yang sudah cukup lama berdiri
sempat diragukan kinerja akuntan publiknya dimana mereka tidak dapat
mendeteksi adanya manipulasi terhadap laporan keuangan perusahaan yang
diauditnya. KAP tersebut adalah KAP Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM)
yang mengaudit PT. Kimia Farma Tbk. HTM gagal mendeteksi adanya
penggelembungan keuntungan PT. Kimia Farma dalam laporan keuangan
2001. Dalam laporan tersebut, keuntungan Kimia Farma disebut mencapai Rp
132 miliar dan total aktivanya Rp 1,188 triliun. Setelah dilakukan audit
kembali Kementrian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bekerjasama
dengan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) atas laporan keuangan PT.
Kimia Farma ditemukan bahwa ada overstated penjualan dan persedian barang
yang mana seharusnya keuntungan PT. Kimia Farma hanya berkisar Rp 99
miliar dan total aktiva Rp 1,151 triliun (Syahrul, 2002).
Selanjutnya, berdasarkan penyelidikan Bapepam, mantan direksi PT.
Kimia Farma terbukti melakukan pelanggaran dalam kasus ini berupa
penggelembungan laba (mark-up). Bapepam juga menyebutkan bahwa HTM
yang mengaudit laporan keuangan PT. Kimia Farma telah mengikuti standar
audit yang berlaku, namun gagal mendeteksi kecurangan tersebut. Selain itu,
HTM juga tidak terbukti membantu manajemen melakukan kecurangan
tersebut. Kasus yang menimpa HTM ini adalah risiko inheren dari suatu
proses audit. Seharusnya akuntan publik HTM yang bertugas mengaudit PT.
5

Kimia Farma sudah menduga adanya risiko manipulasi dalam laporan
keuangan. Namun dengan ketidakmampuan akuntan publik HTM mendeteksi
ketidakwajaran tersebut akan mencederai kepercayaan publik dan pemerintah
terhadap kinerja mereka. Bukan hanya kinerja perorangan atau individu
akuntan publiknya saja namun juga kinerja organisasi yaitu KAP Hans
Tuanakotta & Mustofa.
Menurut Fanani et. al. (2008), kinerja akuntan publik menjadi
perhatian utama, baik bagi klien ataupun publik, dalam menilai hasil audit
yang dilakukan. Kinerja dibedakan menjadi dua, yaitu kinerja individu dan
kinerja organisasi. Kinerja individu adalah hasil kerja karyawan baik dari segi
kualitas maupun kuantitas berdasarkan standar kerja yang telah ditentukan,
sedangkan kinerja organisasi adalah gabungan dari kinerja individu dengan
kinerja kelompok (Mangkunegara, 2005:15).
Suatu organisasi tidak hanya cukup memiliki karyawan yang potensial.
Organisasi yang maju membutuhkan adanya kemauan dan kesediaan untuk
berusaha mencapai tujuan demi kepentingan dan kelangsungan organisasi
(Khikmah, 2005). Oleh karena itu, karyawan harus berkomitmen pada
organisasinya. Mowday, Steers dan Porter (1979) mendefinisikan komitmen
organisasi sebagai kekuatan hubungan antara identifikasi seseorang secara
individual dan keterlibatannya dalam organisasi tertentu. Komitmen anggota
organisasi menjadi hal penting bagi sebuah organisasi dalam menciptakan
kelangsungan hidup sebuah organisasi apapun bentuk organisasinya.
Komitmen menunjukkan hasrat karyawan sebuah perusahaan untuk tetap
6

tinggal dan bekerja serta mengabdikan diri bagi perusahaan (Amilin dan Dewi,
2008).
Hasil

penelitian

Kalbers

dan

Fogarty

(1995)

menyatakan

profesionalisme berpengaruh positif terhadap komitmen organisasi. Dalam
penelitiannya, Siahaan (2010) juga menyatakan hasil ada pengaruh positif dan
signifikan antara profesionalisme dan komitmen organisasi. Senada dengan
hal tersebut, penelitian Yunianto dan Astuti (2011) menyatakan komitmen
profesional berpengaruh positif terhadap komitmen organisasi. Hasil
penelitian mereka menunjukkan profesionalisme dapat mempengaruhi
komitmen yang dimiliki seseorang terhadap organisasinya. Profesionalisme
memberikan pemahaman bahwa seorang yang profesional dalam bidangnya
harus bertanggung jawab dan berkomitmen terhadap diri sendiri dan
organisasi. Bagi akuntan publik, sikap profesional yang tinggi akan
mendorong terciptanya kesadaran profesi yang tinggi pula yang mereka
gunakan sebagai acuan mejalin ikatan dan kesetiaan tidak hanya dengan rekan
sesama profesi namun juga KAP. Tingginya komitmen yang dimiliki akuntan
publik terhadap KAP tempatnya bekerja akan meningkatkan keterlibatan
akuntan publik tersebut dalam organisasi.
Organisasi sendiri dalam hal ini KAP sebaiknya tidak hanya
mementingkan apa yang diberikan akuntan publik pada KAP namun juga
harus memperhatikan kepuasan kerja akuntan publiknya, karena dengan
merasa puasnya akuntan publik atas apa yang didapatnya dari usaha yang
mereka lakukan untuk organisasi maka mereka baru akan bersedia
7

memberikan kontribusi yang lebih jauh untuk KAP. Kepuasan kerja adalah
adanya kesesuaian antara harapan yang timbul dan imbalan yang disediakan
atas pekerjaan yang telah dilakukan, jadi kepuasan kerja juga berkaitan erat
dengan teori keadilan, perjanjian psikologis dan motivasi (Amilin dan Dewi,
2008:16). Akuntan publik mengharapkan imbalan setimpal atas apa yang telah
dikerjakan, biasanya berupa gaji besar atau bonus. Imbalan yang diterima akan
menentukan kepuasan kerja, dimana semakin puas akuntan publik terhadap
imbalan yang diterima maka semakin bersemangat untuk bekerja.
Hasil

penelitian

Kalbers

dan

Fogarty

(1995)

menyatakan

profesionalisme berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja. Cahyasumirat
(2006) dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa profesionalisme
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja. Hal tersebut
sejalan

dengan

penelitian

Agustia

(2011)

yang

juga

menyatakan

profesionalisme berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja.
Ini berarti semakin profesional akuntan publik maka semakin ia akan merasa
puas atas pekerjaannya. Seorang auditor dengan tingkat profesionalisme yang
tinggi akan membuat auditor merasa puas dengan apa yang diperoleh dari
organisasinya, sehingga dia akan selalu berusaha memperbaiki kinerjanya.
Sebaliknya apabila auditor mempunyai profesionalisme yang rendah serta
tidak puas dengan pekerjaannya, maka dia akan cenderung melihat pekerjaan
sebagai hal yang membosankan sehingga ia bekerja dengan terpaksa dan asalasalan dan pada akhirnya dia akan mempunyai keinginan untuk meninggalkan
organisasinya (Yunianto dan Astuti, 2011).
8

Sikap

profesional

yang

dimiliki

oleh

akuntan

publik

akan

membimbingnya untuk mengerahkan seluruh pengetahuan dan kecakapan
untuk profesi dan organisasinya sehingga membuka peluang baginya untuk
mendapatkan imbalan yang besar. Namun, sesungguhnya bagi seorang yang
profesional, pekerjaan didefinisikan sebagai tujuan. Totalitas ini sudah
menjadi komitmen pribadi, sehingga kompensasi utama yang diharapkan dari
pekerjaan adalah kepuasan rohani dan setelah itu baru materi (Hall, 1968).
Oleh karena itu, indikator kepuasan bagi akuntan publik yang profesional
tidak hanya berdasarkan pada imbalan dalam bentuk materi, tapi juga berupa
kepuasan rohani yang bisa mereka peroleh dengan memberikan kontribusi dan
mengerahkan seluruh pengetahuan dan kecakapan mereka untuk profesi.
Selama mereka telah melakukan hal tersebut mereka akan merasa puas. Selain
itu, kepuasan kerja tidak hanya dipengaruhi oleh imbalan yang diterima,
melainkan ada faktor lingkungan kerja misalnya kondisi ruang dan tempat
kerja, serta hubungan dengan rekan sesama akuntan publik. Akuntan publik
harus pintar-pintar mengelola semua faktor tersebut untuk tetap menyemangati
diri mereka agar terus dapat menghasilkan kinerja yang baik. Seiring dengan
kinerja yang baik maka imbalan akan datang dengan sendirinya.
Dalam diri akuntan publik yang merasa kurang puas terhadap imbalan
yang didapatnya atas apa yang sudah dilakukan akan timbul keinginan untuk
keluar dari KAP untuk mencari peluang baru dimana ia akan mendapatkan apa
yang ia mau. Menurut Zeffane (1994) keinginan untuk keluar atau turnover
intention adalah kecenderungan atau niat karyawan untuk berhenti bekerja dari
9

pekerjaannya secara sukarela menurut pilihannya sendiri. Tindakan penarikan
diri terdiri dari beberapa komponen yaitu, adanya keinginan untuk keluar,
keinginan untuk mencari pekerjaan lain, dan adanya kemungkinan untuk
mendapatkan pekerjaan yang lebih layak dan lebih baik di tempat lain. Hasil
penelitian

Kalbers

dan

Fogarty (1995)

menyatakan

profesionalisme

berpengaruh negatif terhadap turnover intentions. Lekatompessy (2003) dalam
penelitiannya juga menyatakan bahwa profesionalisme berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap keinginan berpindah (turnover intentions). Sejalan
dengan penelitian tersebut, Yunianto dan Astuti (2011) menyimpulkan
profesionalisme berpengaruh negatif terhadap turnover intentions. Namun
dalam penelitian Agustia (2011) menyatakan profesionalisme berpengaruh
positif terhadap turnover intentions. Hasil penelitian-penelitian tersebut
menunjukkan masih terdapat ketidakjelasan hubungan antara variabel
profesionalisme dan turnover intentions.
Staw (1991) menyebutkan beberapa dampak negatif dan positif yang
ditimbulkan dari terjadinya turnover. Dampak negatif dari turnover
diantaranya: 1) Biaya seleksi dan rekrutmen yang tidak sedikit yang harus
dikeluarkan untuk melakukan penggantian karyawan yang telah keluar 2)
Biaya pelatihan dan pengembangan yang digunakan untuk meningkatkan
kinerja karyawan baru 3) Biaya gangguan operasional yang harus dikeluarkan
untuk membayar lebih pada karyawan lain yang mengerjakan tugas pada
posisi kosong yang ditinggalkan oleh karyawan yang keluar.

10

Dampak positif dari turnover menurut Staw (1991), diantaranya: 1)
Peningkatan kinerja dari karyawan baru karena pada saat proses pelatihan
tentu organisasi telah memberikan pengarahan yang baru berdasarkan evaluasi
sebelumnya 2) Pengurangan konflik yang mungkin telah terjadi antar
karyawan, sehingga dengan keluarnya karyawan tersebut akan mengurangi
konflik yang terjadi 3) Inovasi yang mungkin bisa diberikan oleh karyawan
baru yang mana inovasi tersebut diharapkan dapat lebih memajukan
organisasi.
Tidak hanya turnover intentions yang menjadi masalah, independensi
akuntan publik juga masih banyak diragukan. Independen itu sendiri artinya
tidak mudah dipengaruhi, tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan
siapapun, mengakui kewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan
pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditur dan pihak lain yang
meletakkan kepercayaan (paling tidak sebagian) atas laporan auditor
independen (Standar Profesional Akuntan Publik SA seksi 220).
Akuntan publik diharuskan menilai wajar atau tidaknya laporan
keuangan dengan sebenar-benarnya. Pentingnya laporan keuangan yang wajar
membuat perusahaan sering melakukan tindakan-tindakan yang mereka
anggap dapat menjadikan laporan mereka dinilai wajar oleh pihak lain. Salah
satu dari tindakan tersebut adalah mempengaruhi akuntan publik untuk
memanipulasi dengan sengaja laporan keuangan perusahaan agar dapat dinilai
wajar. Keterlibatan akuntan publik dalam kasus-kasus manipulasi tersebut
membuat independensi akuntan publik sering diragukan. Beberapa kasus yang
11

menyebabkan diragukannya independensi akuntan publik ditampilkan dalam
tabel 1.1:

Sumber
Dian Yuliastuti I
Wahyuana, 2009.

Tabel 1.1
Kasus, Temuan dan Dampak
Kasus
Temuan
Suap Dana Abadi
Khairiansyah Salman
Umat (DAU)
(Auditor BPK) mengakui
telah mendapat cipratan
dari DAU sebesar Rp. 25
juta.

Dampak
Menurunnya
kredibilitas sebagai
akuntan publik
profesional dan
menjadi preseden
sangat buruk bagi
institusi negara
seperti BPK.
Menurunnya
kredibilitas sebagai
akuntan publik atau
auditor yang
profesional dan
menjadi preseden
sangat buruk bagi
institusi negara
seperti BPK.
Merugikan negara
Rp. 13,6 Miliar
Lemahnya sifat
independensi pada
akuntan publik.

Rosyid Nurul
Hakim dan Ajeng
Ritzki Pitakasari,
2010.

Korupsi
Kementrian Tenaga
Kerja dan
Transmigrasi

Bagindo Quirino
(Auditor BPK) terbukti
menerima suap 650 juta
rupiah untuk mengubah
hasil temuan BPK dalam
kasus korupsi Anggaran
Belanja Tambahan tahun
2004 di Kementrian
Tenaga Kerja dan
Transmigasi.

bnj, 2010.

Kasus korupsi dan
kredit macet untuk
pengembangan
usaha dibidang
otomotif Raden
Motor (Auditor
Biasa Sitepu)

Kesalahan dalam laporan
keuangan perusahaan
Raden Motor dalam
mengajukan pinjaman ke
BRI. Data yang tidak
dibuat semestinya dan
tidak lengkap oleh
akuntan publik.
Bersambung pada halaman berikut.

12

Tabel 1.1 (Lanjutan)
Kasus
Temuan
Suap dari
Enang Hermawan dan S
Pemerintah Kota
(auditor BPK) diduga
Bekasi
menerima suap dari
pejabat Pemerintah Kota
Bekasi untuk
mendapatkan opini Wajar
Tanpa Pengecualian
(WTP).
Sumber: diolah dari berbagai sumber.

Sumber
Arry Anggadha
dan Aries
Setiawan, 2010.

Dampak
Menurunnya
kredibilitas sebagai
akuntan publik
profesional dan
menjadi preseden
sangat buruk bagi
institusi negara
seperti BPK.

Dari kasus-kasus tersebut menunjukan pada kita bahwa penting
memiliki kode etik profesi, namun lebih penting lagi kesadaran bagi setiap
anggota profesi menerapkan etika profesi tersebut dalam proses audit dan
tindakan sehari-hari. Pelanggaran kode etik oleh beberapa orang akuntan
publik dampaknya akan dirasakan oleh semua akuntan publik, karena reputasi
sebagai akuntan publik yang seharusnya profesional akan rusak dimata
masyarakat, jadi untuk mencegahnya harus ada pengawasan. Pengawasan dari
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) dan Bapepam mutlak dibutuhkan
agar tidak terulang lagi pelanggaran etika seperti itu, atau jika memang
terulang dapat langsung ditindak lanjuti agar dampaknya tidak meluas.
Arens dan Loebbeck (2009) dalam Yunintasari (2010) menyatakan
independensi merupakan tujuan yang harus selalu diupayakan, dan itu dapat
dicapai sampai tingkat tertentu, misalnya sekalipun auditor dibayar oleh klien,
ia harus tetap memiliki kebebasan yang cukup untuk melakukan audit yang
andal. Auditor internal yang profesional harus memiliki independensi untuk
memenuhi kewajiban profesionalnya; memberikan opini yang objektif, tidak
13

bias, dan tidak dibatasi; dan melaporkan masalah apa adanya, bukan
melaporkan sesuai keinginan eksekutif atau lembaga (Sawyer, 2006). Hal
tersebut juga berlaku untuk akuntan publik. Akuntan publik berkewajiban
untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan, namun
juga kepada kreditur dan pihak lain yang meletakkan kepercayaan atas
pekerjaan akuntan publik (Christiawan, 2002:79). Auditor harus menghindari
pengaruh dari klien dan fokus dalam melindungi kelompok lain seperti,
kreditur, pemegang saham dan populasi yang terbesar yaitu investor (Warren
dan Alzola, 2008).
Dalam penelitian Halim et. al. (2012) disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh positif antara komitmen profesional dengan independensi auditor.
Sejalan dengan penelitian tersebut, Greenfield et. al. (2007) menyatakan
bahwa komitmen profesional yang tinggi dapat menjadi faktor untuk
meningkatkan independensi auditor. Kedua hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa tingginya tingkat profesionalisme seorang akuntan
publik akan meningkatkan independensi yang dimilikinya. Hal tersebut
dimungkinkan karena akuntan publik yang profesional akan berpegang teguh
pada standar etika akuntan publik yang telah ditentukan dan tidak akan
melanggarnya.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti termotivasi melakukan penelitian
ini untuk mengungkapkan bahwa dengan harapan yang tinggi atas hasil dari
suatu proses audit untuk melaporkan kewajaran laporan keuangan sebenarbenarnya maka akuntan publik sangat membutuhkan sikap profesionalisme
14

dalam diri mereka. Namun faktanya banyak akuntan publik yang kehilangan
sikap profesionalnya sehingga mengurangi kualitas dari profesi akuntan publik
tersebut. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya temuan terhadap fenomena
sering keluar masuknya akuntan publik dari KAP dan keterlibatan akuntan
publik pada beberapa kasus seperti manipulasi laporan keuangan dan
kelemahan mereka dalam pendeteksian kecurangan. Jadi, kita dapat
menyimpulkan bahwa profesionalisme juga turut mempengaruhi faktor-faktor
lain dalam kaitannya dengan akuntan publik diantaranya, kinerja, komitmen
organisasi, kepuasan kerja, turnover intentions dan independensi. Berdasarkan
hal tersebut, maka peneliti melakukan penelitian yang berjudul ”Pengaruh
Profesionalisme terhadap Kinerja, Komitmen Organisasi, Kepuasan
Kerja, Turnover Intentions dan Independensi Akuntan Publik”
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya,
yaitu penelitian yang dilakukan oleh Kalbers dan Fogarty (1995). Perbedaan
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut:
1. Variabel yang digunakan peneliti terdahulu adalah profesionalisme yang
diduga mempengaruhi kinerja, komitmen organisasi, kepuasan kerja, dan
turnover

intentions,

sedangkan

dalam

penelitian

ini,

peneliti

menambahkan satu variabel dependen yaitu independensi.
2. Objek penelitian ini adalah akuntan publik yang bekerja pada Kantor
Akuntan Publik di wilayah Jakarta, sedangkan dalam penelitian
sebelumnya menggunakan objek penelitian auditor internal yang bekerja
pada 13 organisasi yang telah ditentukan oleh peneliti. Peneliti
15

menggunakan objek akuntan publik dalam penelitian ini karena peneliti
merasa bahwa akuntan publik sangat memerlukan profesionalisme dalam
pekerjaannya

dimana

akuntan

publik

bertanggung

jawab

untuk

memberikan opini yang sebenar-benarnya atas kondisi laporan keuangan
auditee.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan, penulis mengambil
perumusan masalah yaitu:
1. Bagaimana profesionalisme akuntan publik berpengaruh positif terhadap
kinerja akuntan publik?
2. Bagaimana profesionalisme akuntan publik berpengaruh positif terhadap
komitmen organisasi akuntan publik?
3. Bagaimana profesionalisme akuntan publik berpengaruh positif terhadap
kepuasan kerja akuntan publik?
4. Bagaimana profesionalisme akuntan publik berpengaruh terhadap turnover
intentions akuntan publik?
5. Bagaimana profesionalisme akuntan publik berpengaruh positif terhadap
independensi akuntan publik?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai oleh
penulis adalah menguji dan membuktikan secara empiris apakah para

16

akuntan publik memahami konsep pentingnya profesionalisme akuntan
publik serta menerapkannya dalam proses kerja audit mereka.
a. Untuk mengetahui pengaruh profesionalisme akuntan publik terhadap
kinerja akuntan publik.
b. Untuk mengetahui pengaruh profesionalisme akuntan publik terhadap
komitmen organisasi akuntan publik.
c. Untuk mengetahui pengaruh profesionalisme akuntan publik terhadap
kepuasan kerja akuntan publik.
d. Untuk mengetahui pengaruh profesionalisme akuntan publik terhadap
turnover intentions akuntan publik.
e. Untuk mengetahui pengaruh profesionalisme akuntan publik terhadap
independensi akuntan publik.
2. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
a. Kontribusi Teoritis
1) Mahasiswa jurusan akuntansi, penelitian ini bermanfaat sebagai
bahan referensi penelitian selanjutnya dan pembanding untuk
menambah ilmu pengetahuan agar lebih baik lagi.
2) Masyarakat, sebagai sarana informasi tentang profesionalisme
akuntan publik dan menambah ilmu pengetahuan akuntansi
khususnya auditing dengan memberikan bukti empiris tentang
pengaruh profesionalisme terhadap kinerja, komitmen organisasi,
17

kepuasan kerja, turnover intentions dan independensi akuntan
publik.
3) Peneliti berikutnya, sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang
akan melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai topik ini.
4) Penulis, sebagai sarana untuk memperluas wawasan serta
menambah referensi mengenai auditing, sehingga diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi penulis di masa datang.
b. Kontribusi Praktis
1) Akuntan publik dan Kantor Akuntan Publik, sebagai tinjauan yang
diharapkan dapat dijadikan pertimbangan untuk meningkatkan
kinerja, komitmen organisasi, kepuasan kerja, turnover intentions
dan independensi akuntan publik secara keseluruhan dengan
mengimplementasikan

profesionalisme

sebagai

media

yang

mendasari keberhasilan akuntan publik.
2) Ikatan Akuntan Indonesia, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi positif sehingga dapat dijadikan dasar
pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

18

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Literatur
1. Auditing
Auditing menurut Arens et. al. (2010:4) adalah sebagai berikut:
“Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about
information to determine and report on the degree of correspondence
between the information and established criteria. Auditing should be
done by a competent, independent person”.
Artinya auditing adalah pengumpulan dan penilaian bukti
mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian
antara informasi tersebut dan kriteria yang ditetapkan. Auditing harus
dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.
Agoes (2008:3) mendefinisikan auditing sebagai berikut:
“Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis,
oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah
disesuaikan oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan
bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan
pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut”.
Menurut Boynton dan Johnson (2006:6), definisi audit yang
berasal dari The Report of the Committee on Basic Auditing Concepts of
the American Accounting Association (Accounting Review, Vol. 47) adalah
sebagai berikut:

19

“A Systematic process of objectively obtaining and evaluating
regarding assertions about economic actions and event to ascertain the
degree of correspondence between those assertions and established
criteria and communicating the results to interested users”.
Artinya Auditing adalah suatu proses sistematis untuk menghimpun
dan mengevaluasi bukti-bukti secara obyektif mengenai asersi-asersi
tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan
tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah
ditetapkan dan menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang
berkepentingan.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, pengertian auditing adalah
suatu proses sistematis dan kritis yang dilakukan oleh pihak yang
independen dan kompeten untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti
secara obyektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai informasi
(kejadian ekonomi) dengan tujuan untuk menetapkan dan melaporkan
tingkat kesesuaian antara asersi-asersi (informasi) tersebut dengan kriteria
yang ditetapkan, serta menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang
berkepentingan.
Menurut Halim (2001:1), definisi tersebut dapat diuraikan menjadi
7 elemen yang harus diperhatikan dalam melaksanakan audit, yaitu:
a. Proses yang sistematik
Auditing merupakan rangkaian proses dan prosedur yang bersifat
logis, terstruktur dan terorganisir.

20

b. Menghimpun dan mengevaluasi bukti secara obyektif
Hal ini berarti bahwa proses sistematik yang dilakukan tersebut
merupakan proses untuk menghimpun bukti-bukti yang mendasari
asersi-asersi yang dibuat oleh individu maupun entitas. Obyektif
berarti mengungkapkan fakta apa adanya yang senyatanya, tidak bisa
atau tidak memihak dan tidak berprasangka buruk terhadap individu
atau entitas yang membuat representasi tersebut.
c. Asersi -asersi tentang berbagai representasi tersebut
Asersi-asersi meliputi informasi yang terkandung dalam laporan
keuangan, laporan operasi internal, dan laporan biaya maupun
pendapatan

berbagai

pusat

pertanggung

jawaban

pada

suatu

perusahaan, jadi asersi atau pernyataan tentang tindakan dan kejadian
ekonomi merupakan hasil proses akuntansi.
d. Menentukan tingkat kesesuaian
Hal

ini

berarti

penghimpun

dan

mengevaluasi

bukti-bukti

dimaksudkan untuk menentukan dekat tidaknya atau sesuai tidaknya
asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan.
e. Kriteria yang ditentukan
Kriteria yang ditentukan merupakan standar-standar pengukur untuk
mempertimbangkan asersi-asersi atau representasi-representasi.

21

f. Menyampaikan hasil-hasilnya
Hal ini berarti hasil-hasil audit dikomunikasikan melalui laporan
tertulis yang mengindikasikan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi
dan kriteria yang telah ditentukan.
g. Para pemakai yang berkepentingan
Para pemakai yang berkepentingan merupakan para pengambil
keputusan yang menggunakan dan mengandalkan temuan-temuan yang
diinformasikan melalui laporan audit dan laporan lainnya.
Arens et. al. (2010:13-14) menyatakan bahwa dalam melakukan
audit, akuntan publik melakukan tiga jenis utama, yaitu: audit
operasional, audit kepatuhan, dan audit laporan keuangan.
a. Audit operasional mengevaluasi efesiensi dan efektivitas setiap bagian
dari prosedur dan metode operasi organisasi. Pada akhir audit
operasional, manajemen biasanya mangharapkan saran-saran untuk
memperbaiki operasi.
b. Audit kepatuhan dilaksanakan untuk menentukan apakah pihak yang
diaudit mengikuti prosedur, aturan, atau ketentuan tertentu yang
ditetapkan oleh otorisasi yang lebih tinggi.
c. Audit laporan keuangan dilakukan untuk menentukan apakah laporan
keuangan (informasi yang diverifikasi) telah dinyatakan sesuai dengan
kriteria tertentu. Biasanya, kriteria yang berlaku adalah prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku umum atau General Accounting Accepted
Principle (GAAP).
22

Agoes (2008: 9-12) membagi audit menjadi dua bagian. Bagian
pertama, jenis audit berdasarkan luasnya pemeriksaan dibagi menjadi dua,
yaitu general audit (pemeriksaan umum) dan special audit (pemeriksaan
khusus). Selanjutnya, berdasarkan jenis pemeriksaannya audit dibedakan
menjadi empat, yaitu management audit (pemeriksaan operasional),
complience audit (pemeriksaan kepatuhan), intern audit (pemeriksaan
internal), dan computer audit (pemeriksaan dengan komputer).
Ditinjau dari luasnya pemeriksaan audit dibagi menjadi dua, yaitu:
a.

General audit (pemeriksaan umum), suatu pemeriksaan umum atas
laporan keuangan yang dilakukan oleh KAP independen dengan
tujuan untuk bisa memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan
keuangan secara keseluruhan.

b.

Special audit (pemeriksaan khusus), suatu pemeriksaan terbatas
(sesuai dengan permintaan auditee) yang dilakukan oleh KAP yang
independen, dan pada akhir pemeriksaanya auditor tidak perlu
memberikan pendapat terhadap kewajaran laporan keuangan secara
keseluruhan. Pendapat yang diberikan terbatas pada pos atau masalah
tertentu yang diperiksa, karena prosedur audit yang dilakukan juga
terbatas.

23

Ditinjau dari jenis pemeriksaannya, audit bisa dibedakan menjadi
empat, yaitu:
a. Management audit (pemeriksaan operasional), suatu pemeriksaan
terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan
akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh
manajemen, untuk mengetahui kegiatan operasi tersebut dilakukan
secara efektif, efesien, dan ekonomis.
b. Complience audit (pemeriksaan kepatuhan), pemeriksaan yang
dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan sudah menaati
peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan
oleh pihak intern perusahaan (manajemen dan dewan komisaris)
maupun pihak ekstern (Pemerintah, Bapepam, Bank Indonesia,
Direktorat Jenderal Pajak).
c. Intern audit (pemeriksaan internal), pemeriksaan yang dilakukan oleh
bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan
catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan
manajemen yang telah ditentukan.
d. Computer audit (pemeriksaan dengan komputer), pemeriksaan oleh
KAP terhadap perusahaan yang memproses data akuntansinya dengan
menggunakan EDP (Electronic Data Processing) sistem.
Standar auditing berkenaan dengan kriteria atau ukuran mutu
pelaksanaan audit serta dikaitkan dengan tujuan yang hendak dicapai.
Standar auditing merupakan pedoman umum untuk membantu auditor
24

memenuhi tanggung jawab profesionalnya dalam audit atas laporan
keuangan historis. Standar ini mencakup pertimbangan mengenai kualitas
profesional seperti kompetensi dan independensi, persyaratan pelaporan
dan

bukti.

Standar auditing terdiri

dari

sepuluh

standar

yang

dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu standar umum, standar
pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan (Arens et. al., 2010:34-35).
a. Standar Umum
1) Audit harus dilakukan oleh orang yang sudah mengikuti pelatihan
dan memiliki kecakapan teknis yng memadai sebagai seorang
auditor.
2) Audit harus mempertahankan sikap mental yang independen dalam
semua hal yang berhubungan dengan audit.
3) Auditor

harus

menerapkan

kemahiran

profesional

dalam

melaksanakan audit dan menyusun laporan.
b. Standar Pekerjaan Lapangan
1) Auditor harus merencanakan pekerjaan secara memadai dan
mengawasi semua asisten sebagaimana mestinya.
2) Auditor harus memperoleh pemahaman yang cukup mengenai
entitas serta lingkungannya, termasuk pengendalian internal, untuk
menilai resiko salah s