Kemampuan Komitmen Organisasi dalam Memoderasi Pengaruh Profesionalisme dan Independensi pada Kinerja Auditor (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Bali).

(1)

TESIS

KEMAMPUAN KOMITMEN ORGANISASI DALAM

MEMODERASI PENGARUH PROFESIONALISME DAN

INDEPENDENSI PADA KINERJA AUDITOR

(Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di Bali)

GEDE NGURAH INDRA ARYA ADITYA

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016


(2)

TESIS

KEMAMPUAN KOMITMEN ORGANISASI DALAM

MEMODERASI PENGARUH PROFESIONALISME DAN

INDEPENDENSI PADA KINERJA AUDITOR

(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik Di Bali)

GEDE NGURAH INDRA ARYA ADITYA NIM : 1391662021

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016


(3)

KEMAMPUAN KOMITMEN ORGANISASI DALAM

MEMODERASI PENGARUH PROFESIONALISME DAN

INDEPENDENSI PADA KINERJA AUDITOR

(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik Di Bali)

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Akuntansi, Program Pascasarjana Universitas Udayana

GEDE NGURAH INDRA ARYA ADITYA NIM : 1391662021

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016


(4)

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 07 APRIL 2016

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. A.A.N.B Dwirandra, SE., MSi., Ak. Dr. I Nyoman Wijana Asmara Putra, SE., MSi., Ak. NIP 19641223 199303 1 001 NIP 19650727 199203 1 009

Mengetahui

Ketua Program Studi Magister Akuntansi Direktur

Program Pascasarjana Program Pascasarjana Universitas Udayana Universitas Udayana,

Dr. Dewa Gede Wirama, MSBA, Ak.,CA Prof Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp. S (K) NIP 19641224 199103 1 002


(5)

Tesis Ini Telah Diuji Pada Tanggal 07 April 2016

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor

Universitas Udayana, No : 1341/UN14.4/HK/2016 Tanggal : 31 Maret 2016

Panitia Penguji Penelitian Tesis adalah :

Ketua :Dr. A.A.N.B. Dwirandra, SE., MSi., Ak.

Anggota :

1. Dr. I Nyoman Wijana Asmara Putra, SE., MSi., Ak. 2. Dr. Drs. I Made Sukartha, MSi., Ak.

3. Dr. I Ketut Budiartha, SE, MSi., Ak.


(6)

PERNYATAAN KEASLIAN

KARYA ILMIAH MAHASISWA

Yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Gede Ngurah Indra Arya Aditya NIM : 1391662021

Program Studi : Magister Akuntansi

Judul Tesis : Kemampuan Komitmen Organisasi Dalam Memoderasi Pengaruh Profesionalisme Dan Independensi Pada Kinerja Auditor (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik Di Bali)

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah saya merupakan hasil karya sendiri dan bebas dari plagiasi. Apabila kelak di kemudian hari terbukti terdapat plagiasi dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No 17 Tahun 2010 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, 07 April 2016 Mahasiswa,

Gede Ngurah Indra Arya Aditya NIM 1391662021


(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha esa, karena penulis dapat menyusun dan menyelesaikan tesis yang berjudul “Kemampuan Komitmen Organisasi Dalam Memoderasi Pengaruh Profesionalisme Dan Independensi Pada Kinerja Auditor.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. A.A.N.B. Dwirandra, Msi., Ak, pembimbing utama yang dengan sabar memberikan motivasi, bimbingan dan saran selama persiapan dan pelaksanaan penelitian serta penyelesaian penyusunan tesis. Terima kasih sebesar-besarnya pula penulis sampaikan kepada Dr. I Nyoman Wijana Asmara Putra, SE., MSi., AK., pembimbing pendamping yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis.

Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister di Universitas Udayana. Ucapan terima kasih ini juga ditujukan kepada Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana yang dijabat oleh Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana Universitas Udayana. Tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. I Gst. Bagus Wiksuana, SE, MS (masa jabatan 2012-2016) dan Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE., M.Si (masa jabatan 2016-2020), Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana atas


(8)

ijin yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan program Magister. Pada kesempatan ini, penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Dr. A.A. Gede Putu Widanaputra, SE, MSi., Ak., CA., Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana dan Dr. Dewa Gede Wirama, SE, MSBA, Ak., CA., Ketua Program Magister Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. Ungkapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada para penguji tesis Dr. Drs. I Made Sukartha, MSi., Ak., Dr. Drs. I.D.G. Dharma Suputra, MSi., Ak., dan Dr. I Ketut Budiartha, SE, MSi., Ak., yang telah memberikan saran dan koreksi sehingga tesis ini dapat terwujud seperti ini.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada seluruh dosen yang telah membimbing penulis selama mengikuti perkuliahan dan staf administrasi yang telah membantu kelancaran pelaksanaan kuliah serta rekan-rekan mahasiswa MAKSI Angkatan 13 atas dukungannya selama perkuliahan. Orang tua Tercinta Bapak I Nyoman Gede Arya Diatmika, SE., MSi., Ak. CA., CPAI., dan Ibu Ni Made Sudarmi, SST., beserta adik Made Ngurah Krisna Arya Wiragama yang selalu memberikan dukungan morilnya kepada penulis. Untuk I Gusti Agung Ayu Adi Nariswari, SH., M.Kn., tercinta yang dengan dukungan sepenuh hati sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Semoga Tuhan yang Maha Esa selalu melimpahkan kebahagiaan kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini.

Penulis, 07 April 2016


(9)

ABSTRAK

KEMAMPUAN KOMITMEN ORGANISASI DALAM MEMODERASI PENGARUH PROFESIONALISME DAN INDEPENDENSI

PADA KINERJA AUDITOR

(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik Di Bali)

Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan bukti empiris dari pengaruh profesionalisme dan independensi pada kinerja auditor, serta pengaruh komitmen organisasi dalam memoderasi hubungan profesionalisme dan independensi pada kinerja auditor. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan hasil yang tidak konsisten terkait dengan pengaruh profesionalisme dan independensi pada kinerja auditor. Perbedaan hasil penelitian tersebut dapat diselesaikan melalui pendekatan kontinjensi dan variable komitmen organisasi diduga sebagai variable pemoderasi pengaruh profesionalisme dan independensi pada kinerja auditor.

Penelitian ini menggunakan data primer berupa kuesioner. Responden dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada kantor akuntan publik di Bali sebanyak 64 auditor yang diperoleh menggunakan teknik puposive sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda dan analisis regresi moderasi dengan melihat koefisien determinasi, nilai statistik F dan nilai statistik t.

Hasil yang diperoleh adalah profesionalisme berpengaruh pada kinerja auditor, independensi berpengaruh pada kinerja auditor, komitmen organisasi memperkuat pengaruh profesionalisme pada kinerja auditor, dan komitmen organisasi memperkuat pengaruh independensi pada kinerja auditor. Komitmen organisasi dapat dikategorikan sebagai jenis moderasi semu dalam penelitian ini.

Kata Kunci: Kinerja Auditor, Profesionalisme, Independensi, dan Komitmen Organisasi.


(10)

ABSTRACK

The Ability Organization Commitment

To Moderate Professionalism And Independence To Performance Of Auditors (Empirical Study On Public Accounting Firm In Bali)

The purpose of this research to obtain empirical evidence of the influence of the professionalism and independence of the auditor's performance, as well as the influence of organizational commitment in moderating the relationship professionalism and independence of the auditor performance. Several previous researches have shown inconsistent results relating to the effect on performance of professionalism and independence of the auditor. The difference results of these research can be completed through a contingency approach and organizational commitment variables suspected as variable moderating influence on the professionalism and independence of the auditor performance.

This study uses primary data in the form of a questionnaire. Respondents in this study is the auditors who work in public accounting in Bali as many as 64 auditors obtained using purposive sampling technique. Data analysis technique used is multiple regression analysis and regression analysis moderation to see the coefficient of determination, the value of F statistics and statistical values t.

The results obtained are professionalism effect on the performance of auditors, auditor independence affects the performance, organizational commitment strengthen the influence of professionalism in the performance of auditors, and organizational commitment to strengthen the influence on the performance of auditor independence. Organizational commitment can be categorized as a kind of moderation is apparent in this study.

Key Word : Performance of Auditor, Professionalism, Independence, and Organizational Commitment.


(11)

KEMAMPUAN KOMITMEN ORGANISASI DALAM MEMODERASI PENGARUH PROFESIONALISME DAN INDEPENDENSI

PADA KINERJA AUDITOR

(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik Di Bali)

RINGKASAN PENELITIAN

Secara teoritis audit yang baik adalah mampu memberikan nilai tambah bagi laporan keuangan perusahaan, namun kenyataan yang terjadi menunjukkan hal sebaliknya, semakin banyak perilaku yang mengarah kepada penurunan kualitas audit. Beberapa kasus pengauditan telah membuat profesi auditor menjadi sorotan masyarakat yang membuat kredibilitas auditor semakin dipertanyakan. Kasus tersebut menunjukkan adanya penurunan kinerja auditor merupakan ancaman serius bagi profesi audit. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti kemampuan komitmen organisasi dalam memoderasi pengaruh profesionalisme dan independensi pada kinerja auditor. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei dengan teknik kuesioner dan metode penentuan sampel adalah purposive sampling. Kriteria dalam penentuan sampel adalah auditor yang masa kerja lebih dari dua tahun dan pernah ditugaskan dalam pekerjaan lapangan. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian adalah sebanyak 64 kuisioner.

Adapun variabel penelitian terdiri dari profesionalisme (X1), independensi (X2), komitmen organisasi (X3), dan kinerja auditor (Y). Alat analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis 1 dan hipotesis 2 adalah regresi linier berganda dengan model Ŷ = α + b1X1 + b2X2 + ε. Alat analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis 3 dan hipotesis 4 adalah regresi moderasi (MRA) dengan model Ŷ = α + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b1X1.b3X3 + b2X2.b3X3 + ε. Sebelum melakukan analisis regresi linier berganda, terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik untuk mengetahui hasil estimasi regresi yang dilakukan terbebas dari gejala heteroskedastisitas serta model regresi memiliki distribusi normal. Selanjutnya dilakukan uji ketepatan model (goodness of fit) dengan melihat nilai koefisien determinasi (R2), hasil uji F dan uji t.

Uji asumsi klasik menyatakan bahwa model regresi yang digunakan berdistribusi normal dan tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil pengujian goodness of fit

menunjukkan bahwa model sudah fit, dapat dilihat dari nilai adjusted R square

sebesar 0, 658 yang berarti bahwa 65,8 persen variasi profesionalisme dan independensi berpengaruh pada kinerja auditor, sedangkan sisanya sebesar 34,2 persen dipengaruhi oleh variasi faktor-faktor lain yang tidak masuk dalam model persamaan regresi. Persamaan regresi yang diperoleh untuk regresi linier berganda adalah Y =- 85,202 + 0,726 X1+ 0,730 X2 yang mempunyai makna: (1) Nilai konstanta sebesar -85,202 artinya apabila profesionalisme dan independensi sama dengan 0 (nol) maka kinerja auditor cenderung akan menurun; (2) Nilai koefisien regresi profesionalisme sebesar 0,726 memiliki arti apabila profesionalisme bertambah satu satuan, maka kinerja auditormeningkat sebesar 0,726 satuan dengan asumsi variabel lainnya konstan (cateris paribus); (3) Nilai koefisien regresi


(12)

independensi sebesar 0,730 memiliki arti apabila independensi bertambah satu satuan, maka kinerja auditor meningkat sebesar 0,730 satuan dengan asumsi variabel lainnya konstan (cateris paribus);

Hasil uji F memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 < α = 0,05, yang berarti variabel bebas secara bersama-sama mampu memprediksi atau menjelaskan variabel terikat, serta uji t memiliki nilai signifikansi dibawah α (0,05). Hipotesis pertama menguji pengaruh positif profesionalisme pada kinerja auditor. Hasil koefisien profesionalisme memiliki nilai positif 0,726, nilai uji t hitung sebesar 9,032 dan tingkat signifikansinya adalah 0,000. Tingkat signifikansinya lebih kecil dari tingkat alpha yang ditetapkan (α=0,05), hal ini berarti profesionalisme berpengaruh positif pada kinerja auditor. Pengujian hipotesis kedua, yaitu menguji pengaruh positif independensi pada kinerja auditor. Hasil koefisien menunjukkan nilai independensi memiliki nilai positif 0,730, nilai uji t hitung sebesar 4,577 dan tingkat signifikansinya adalah 0,000. Tingkat signifikansinya lebih kecil dari tingkat alpha yang ditetapkan (α=0,05), hal ini berarti independensi berpengaruh positif pada kinerja auditor. Pengujian hipotesis ketiga yaitu menguji pengaruh komitmen organisasi dalam memoderasi pengaruh profesionalisme terhadap kinerja auditor. Hasil koefisien menunjukkan nilai interaksi profesionalisme dan komitmen organisasi memiliki nilai positif 0,867, nilai uji t hitung sebesar 2,106 dan tingkat signifikansinya adalah 0,040. Tingkat signifikansinya lebih kecil dari tingkat alpha yang ditetapkan (α=0,05), hal ini berarti komitmen organisasi mampu memoderasi pengaruh profesionalisme terhadap kinerja auditor, sehingga H3 diterima. Dilihat dari nilai koefisien B profesionalisme yang memiliki nilai positif memiliki arti semakin meningkatnya komitmen organisasi, maka semakin menguatkan pengaruh profesionalisme pada kinerja auditor. Berdasarkan nilai signifikasi X3 (komitmen organisasi) sebesar 0,041 lebih kecil dari α = 0,05 artinya komitmen organisasi memiliki hubungan dengan kinerja auditor dan berdasarkan nilai signifikasi X1.X3 (interaksi profesionalisme dengan komitmen organisasi) sebesar 0,040 lebih kecil dari α = 0,05 artinya komitmen organisasi yang berinteraksi dengan profesionalisme berpengaruh pada kinerja auditor, sehingga komitmen organisasi dapat dikategorikan sebagai jenis Quasi moderator (moderasi semu). Pengujian hipotesis keempat dilakukan untuk mengetahui kemampuan komitmen organisasi dalam memoderasi pengaruh independensi terhadap kinerja auditor. Hasil pengujian pada Tabel 5.12 menunjukkan nilai signifikansi (Sig.t) koefisien sebesar 0,000 lebih kecil dari α = 0,05 artinya komitmen organisasi mampu memoderasi pengaruh independensi terhadap kinerja auditor, sehingga H4 diterima. Dilihat dari nilai koefisien B independensi yang memiliki nilai positif memiliki arti semakin meningkatnya komitmen organisasi, maka semakin menguatkan pengaruh independensi pada kinerja auditor. Berdasarkan nilai signifikasi X3 (komitmen organisasi) sebesar 0,041 lebih kecil dari α = 0,05 artinya komitmen organisasi memiliki hubungan dengan kinerja auditor dan berdasarkan nilai signifikasi X2.X3 (interaksi independensi dengan komitmen organisasi) sebesar 0,040 lebih kecil dari α = 0,05 artinya komitmen organisasi yang berinteraksi dengan independensi berpengaruh pada kinerja auditor, sehingga komitmen organisasi dapat dikategorikan sebagai Quasi moderator


(13)

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa profesionalisme dan independensi berpengaruh positif pada kinerja auditor, dan komitmen organisasi memperkuat pengaruh positif profesionalisme dan independensi pada kinerja auditor. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, disarankan bagi auditor untuk meningkatkan rasa keyakinan pada profesi mengenai materialitas dengan cara mengikuti program pelatihan berkelanjutan yang intensif sehingga mampu meningkatkan sikap profesionalisme dalam melaksanakan pekerjaan audit, auditor diberi kesempatan mengemukakan pendapat atas laporan keuangan maupun temuan audit secara berkesinambungan dengan pendampingan senior auditor, sehingga mampu meningkatkan sikap independensi dalam pelaporan dan pengungkapan bagi auditor tersebut, dan peneliti menyarankan .agar manajemen KAP fokus pada proses meningkatkan rasa komitmen berkelanjutan pada auditor. Saran bagi penelitian selanjutnya untuk dapat menggunakan penelitian ini sebagai salah satu referensi mengenai kinerja auditor Kantor Akuntan Publik di wilayah lainnya, penelitian selanjutnya dapat dikembangkan melalui studi laboratorium (eksperimen), penelitian selanjutnya dapat menggunakan model penelitian ini sebagai referensi dengan membandingkan kinerja auditor eksternal dengan auditor internal.


(14)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL... i

PERSYARATAN GELAR... ii

LEMBAR PENGESAHAN... iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iv

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... v

UCAPAN TERIMA KASIH... vi

ABSTRAK... viii

ABSTRACK... ix

RINGKASAN PENELITIAN... x

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR GAMBAR... xvi

DAFTAR TABEL... xvii

DAFTAR LAMPIRAN... xviii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Rumusan Masalah... 5

1.3. TujuanPenelitian... 5

1.4. Manfaat Penelitian... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA... 8

2.1. Teori Penetapan Tujuan... 8

2.2. Teori Sikap dan Perilaku... 10

2.3. Profesionalisme... 10

2.4. Independensi... 12

2.5. Komitmen Organisasi... 14

2.6. Kinerja Auditor... 17

2.7. Pembahasan Penelitian Sebelumnya... 19

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN... 23

3.1. Kerangka Berpikir... 23

3.2. Konsep Penelitian... 25

3.3. Hipotesis... 25

3.3.1. Pengaruh Profesionalisme pada Kinerja Auditor... 25

3.3.2. Pengaruh Independensi pada Kinerja Auditor... 26

3.3.3. Pengaruh Interaksi Komitmen Organisasi dengan... Profesionalisme pada Kinerja Auditor... 27

3.3.4. Pengaruh Komitmen Organisasi dengan Independensi. pada Kinerja Auditor... 28


(15)

BAB IV METODE PENELITIAN... 30

4.1. Rancangan Penelitian... 30

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian... 31

4.3. Ruang Lingkup Penelitian... 31

4.4. Penentuan Sumber Data... 31

4.4.1. Jenis dan Sumber Data... 31

4.4.2. Populasi dan Sampel... 32

4.5. Variabel Penelitian... 34

4.5.1. Identifikasi Variabel... 34

4.5.2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel... 35

4.6. Instrumen Penelitian... 39

4.7. Prosedur Penelitian... 42

4.8. Analisis Data... 43

4.8.1. Analisis Statistik Deskriptif... 44

4.8.2. Uji Asumsi Klasik... 44

4.8.3. Uji Kelayakan Model dan Koefisien Determinasi... 46

4.8.4. Analisis Regresi Berganda... 47

4.8.5. Analisis Regresi Moderasi... 47

4.8.6. Pengujian Hipotesis Penelitian... 48

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN... 49

5.1. Data Penelitian... 49

5.1.1. Deskripsi Responden... 49

5.1.2. Karakteristik Responden... 49

5.2. Hasil Penelitian... 51

5.2.1. Hasil Pengujian Instrumen... 51

5.2.2. Hasil Uji Asumsi Klasik... 52

5.2.3. Hasil Statistik Deskriptif... 53

5.2.4. Uji Kelayakan Model dan Koefisien Determinasi... 55

5.2.5. Analisis Regresi Berganda... 56

5.2.6. Analisis Regresi Moderasi (MRA)... 57

5.2.7. Pengujian Hipotesis... 59

5.3. Pembahasan Penelitian... 61

5.3.1 Profesionalisme Berpengaruh Positif pada Kinerja Auditor... 61

5.3.2 Independensi Berpengaruh Positif pada Kinerja Auditor... 62

5.3.3 Komitmen Organisasi Memperkuat Pengaruh Profesionalisme pada Kinerja Auditor... 64

5.3.4 Komitmen Organisasi Memperkuat Pengaruh Independensi pada Kinerja Auditor... 65

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN... 66


(16)

6.2 Saran... 67

6.2.1 Manajemen KAP... 67

6.2.2 Peneliti Selanjutnya... 68

DAFTAR PUSTAKA... 70


(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1 Kerangka Berpikir... 24 3.2 Konsep Penelitian... 25 4.1 Prosedur Penelitian... 43


(18)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1 Daftar KAP di Provinsi Bali Tahun 2015... 33

4.2 Jenis Variabel Moderator... 34

5.1 Ringkasan Penyebaran dan Pengambilan Kuesioner... 49

5.2 Profil Responden... 50

5.3 Hasil Uji Validitas... 51

5.4 Hasil Uji Reliabilitas... 52

5.5 Hasil Uji Normalitas... 52

5.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas... 53

5.7 Hasil Statistik Deskriptif... 54

5.8 Hasil Uji Kelayakan Moden Regresi Berganda... 56

5.9 Hasil Koefisien Determinasi... 56

... 5.10 Hasil Analisis Regresi Berganda... 57


(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1 Penelitian Terdahulu... 75 Lampiran 2 Kuesioner... 79 Lampiran 3 Statistik Deskriptif... 87 Lampiran 4 Uji Validitas Instrumen...

... 105

Lampiran 5 Uji Reliabilitas Instrumen... ... 107

Lampiran 6 Analisis Regresi Berganda... ... 114

Lampiran 7 Analisis Regresi Moderasi... ... 116


(20)

BAB I PENDAHULUAN

Penelitian pada bagian pendahuluan ini memaparkan latar belakang yang menjadi masalah penelitian yang disertai alasan mengapa masalah ini perlu diteliti. Rumusan masalah disusun dalam bentuk pertanyaan dengan dilandasi pemikiran teoritik. Pada bab ini juga dibahas mengenai tujuan dan manfaat dari penelitian ini.

1.1 Latar Belakang

Profesi akuntan publik dalam melaksanakan pekerjaan audit, memperoleh kepercayaan dari klien dan para pemakai laporan keuangan untuk membuktikan kewajaran laporan keuangan yang disusun dan disajikan oleh klien. Oleh karena itu, dalam memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang diperiksa, akuntan publik harus bersikap independen dan profesional terhadap kepentingan klien, pemakai laporan keuangan, maupun kepentingan akuntan publik itu sendiri.Pemakai laporan keuangan akan meragukan informasi yang tersaji apabila mereka tidak mempercayai kredibilitas akuntan dalam memproses dan menyajikan informasi keuangan (Harini et al, 2010).

Skandal akuntansi pada perusahaan besar yang terjadi di Amerika seperti Enron yang diaudit oleh kantor akuntan publik (KAP) Arthur Andersen, dimana laporan keuangan Enron sebelumnya dinyatakan wajar tanpa pengecualian.Namun secara mengejutkan Enron pada 2 Desember 2001 dinyatakan pailit, kepailitan tersebut terjadi salah satunya karena Arthur Anderson memberikan dua jasa


(21)

sekaligus, yaitu sebagai auditor dan konsultan bisnis (Santosa, 2002).Sedangkan di Indonesia juga pernahterjadi hal yang sama pada kasus PT. Kimia Farma Tbk.yang telah diaudit oleh KAP Hans Tuanakotta & Mustofa, lalu berdasarkan kecurigaan pemegang saham mayoritas meminta KAP untuk menyajikan kembali (restated), dimana hasil audit kemudian menunjukkan adanya kesalahan penyajian yang dilakukan oleh direksi periode 1998 – juni 2002 yang mengakibatkan terjadinya overstated pada laba bersih per 31 Desember 2001 sebesar Rp. 32,7 miliar yang merupakan 2,3% dari penjualan dan 24,7% dari laba bersih (Siaran Pers Bapepam, 2002).

Kasus lainnya terjadi pada PT. Great River International Tbk. bermula pada temuan Bapepam terkait adanya indikasi penggelembungan akun penjualan, piutang, dan aset pada laporan keuangan yang mengakibatkan perusahaan tersebut mengalami kesulitan arus kas serta tidak mampu membayar kredit modal kerja dan kredit investasi sebesar Rp. 250 milyar kepada Bank Mandiri dan gagal membayar obligasi senilai Rp. 400 milyar. Bapepam menyatakan bahwa KAP Justinus Aditya Sidharta menjadi tersangka dalam kasus PT. Great River International Tbk. sehingga Menteri Keuangan membekukan ijin KAP Justinus Aditya Sidharta selama dua tahun karena terbukti melanggar Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) berkaitan dengan laporan audit atas laporan keuangan konsolidasian perusahaan tersebut pada tahun 2003 (HukumOnline.com, 2007).

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja auditor antara lain profesionalisme dan independensi (Akbar, dkk, 2015). Lebih lanjut hasil penelitiannya menyatakan bahwa profesionalisme dan independensi berpengaruh


(22)

dan signifikan baik secara parsial maupun simultan terhadap kinerja auditor. Kinerja auditor dapat terlihat salah satunya dari adanya sikap profesionalisme yang menjadi peran penting dalam pemeriksaan laporan keuangan atau audit laporan keuangan,dimana seorang auditor harus melaksanakan tugas secara sungguh-sungguh, cermat dan teliti (Friska, 2012). Pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Putri (2013) menemukan hasil bahwa variabel profesionalisme berpengaruh positif pada kinerja auditor. Namun hasil tersebut tidak konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ariani (2010) yang menyatakan bahwa profesionalisme auditor tidak berpengaruh pada kinerja auditor.

Selain profesionalisme, independensi dinyatakan mampu mempengaruhi pada kinerja auditor. Seperti pada penelitian sebelumnya yang menyatakansemakin tinggi tingkat independesi auditor maka semakin baik pula kinerja dari auditor tersebut (Akbar, 2015). Namun terdapat hasil penelitian yang berbeda ditemukan pada penelitian Safitri (2014) yang menyatakan bahwa independensi auditor tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor. Independensi bermakna bahwa seorang akuntan publik harus jujur dan tidak mengalami konflik kepentingan kepada semua pihak yang berkepentingan terhadap laporan hasil audit.

Laporan audit merupakan dasar bagi pihak eksternal maupun internal perusahaan dalam mengambil keputusan. Bagi akuntan publik merupakan suatu keharusan untuk memelihara atau mempertahankan sikap mental yang independen dalam rangka memenuhi tanggungjawab profesionalnya serta membangun


(23)

kepercayaan para pemakai laporan keuangan terhadap independensi akuntan publik (Winarna, 2005).

Motivasi peneliti menguji kembali mengenai pengaruh profesionalisme dan independensi pada kinerja auditor karena terdapat inkonsistensi hasilpenelitian-penelitian sebelumnya. Perbedaan hasil hasilpenelitian-penelitian tersebut dapat diselesaikan melalui pendekatan kontijensi (Govindarajan,1986). Hal tersebut dilakukan dengan cara memasukkan variabellain yang mungkin dapat mempengaruhi hubungan profesionalisme dan independensi pada kinerja auditor baik sebagai faktor moderating atau intervening. Pada penelitian ini peneliti menggunakan komitmen organisasi sebagai variabel pemoderasi karena komitmen organisasi dinilai mampu memprediksi aktivitas profesional dan perilaku kerja auditor, dimana komitmen organisasi mencerminkan sikap positif individu pada nilai dan sasaran/tujuan (goal) yang ingin dicapai organisasi (Sahertian dan Soetjipto, 2011). Penggunaan variabel komitmen organisasi sebagai variabel moderasi pernah dilakukan oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sumarno (2005).

Berdasarkan penjelasan sebelumnya maka peneliti menguji secara empiris mengenai kemampuan komitmen organisasi dalam memoderasi pengaruh profesionalisme dan independensi pada kinerja auditor pada Kantor Akuntan Publik di Bali. Nilai lebih dari penelitian yang akan dilakukan dibandingkan dengan penelitian terdahulu adalah penempatan variabel komitmen organisasi sebagai variabel moderasi.


(24)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang berisi tentang motivasi peneliti melakukan penelitian ini, maka peneliti dapat merumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1) Apakah profesionalisme berpengaruh pada kinerja auditor? 2) Apakahindependensi berpengaruh pada kinerja auditor?

3) Apakah komitmen organisasi memoderasi pengaruh profesionalisme pada kinerja auditor?

4) Apakah komitmen organisasi memoderasi pengaruh independensi pada kinerja auditor?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka peneliti dapat menentukan tujuan dari dilakukannya penelitian ini sebagai berikut :

1) Untuk mendapatkan bukti empiris dari pengaruh profesionalisme pada kinerja auditor.

2) Untuk mendapatkan bukti empiris dari pengaruh independensi pada kinerja auditor.

3) Untuk mendapatkan bukti empiris dari kemampuan komitmen organisasi memoderasi pengaruh profesionalisme pada kinerja auditor.

4) Untuk mendapatkan bukti empiris darikemampuan komitmen organisasi memoderasi pengaruh independensi pada kinerja auditor.


(25)

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini memberikan manfaat bagi semua pihak terkait, diantaranya: 1. Manfaat Teoritis

Penelitian diharapkan dapat memberikan bukti empiris dan konfirmasi konsistensi dengan hasil penelitian sebelumnya mengenai hubungan profesionalisme dan independensi pada kinerja auditor, serta dapat sebagai sumber referensi dan sumbangan pemikiran secara teoritis bagi pihak yang akan mengadakan kajian lebih luas mengenai teori penetapan tujuan, teori sikap dan perilaku serta penelitian tentang kemampuan organisasi memoderasi pengaruh profesionalisme, independensi pada kinerja auditor. 2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini memberikan informasi kepada seluruh pihak yang berkepentingan dengan penelitian ini, yaitu:

a. Bagi pemakai laporan keuangan yang telah diaudit

Kinerja auditor yang baik akan berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan yang disajikan dimana pemakai laporan keuangan akan membutuhkan informasi dalam mengambil keputusan. Penelitian ini menyatakan dimana jika auditor yang memiliki komitmen organisasi yang tinggi akan memperkuat profesionalisme dan independensi dalam melakukan pekerjaan audit.

b. Bagi auditor

Sebagai bahan masukan untuk melaksanakan audit sesuai prosedur audit, serta mengikuti program pelatihan berkelanjutan agar senantiasa


(26)

memiliki sikap profesionalisme dan independensi, sehingga mampu menghasilkan kualitas audit yang baik.

c. Bagi kantor akuntan publik

KAP dapat memperhatikan auditor agar selalu memiliki komitmen organisasi yang tinggi karena hal tersebut akan mendorong auditor untuk meningkatkan kinerjanya sikap profesionalisme terhadap perilaku penyimpangan yang mungkin terjadi saat melakukan proses audit, khususnya yang dapat mempengaruhi profesionalisme dan independensi auditor karena hal tersebut dapat mempengaruhi kinerja auditor. Hal tersebut berpengaruh terhadap kualitas audit, karena berpengaruh terhadap kredibilitas kantor akuntan publik. Reputasi kantor akuntan publik menjadi jaminan apabila gagal dalam menghasilkan laporan audit yang berkualitas.


(27)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Penelitian ini menggunakan kajian teoritis dan kajian empiris. Kajian teoritis dalam penelitian ini terdiri dari grand theory dan supporting theori.Grand theory yang digunakan adalah teori penetapan tujuan serta teori sikap & perilaku. Sedangkan supporting theory adalah profesionalisme, independensi, komitmen organisasi, dan kinerja auditor. Kajian empiris yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya.

2.1 Teori Penetapan Tujuan

Teori penetapan tujuan (goal setting theory) ini mula mula dikemukakan oleh Locke (1968). Teori ini relatif sederhana dimana aturan dasarnya adalah penetapan tujuan secara sadar. Menurut Locke, tujuan yang cukup sulit, khusus dan yang pernyataannya jelas dan dapat diterima oleh karyawan, akan menghasilkan unjuk-kerja yang lebih tinggi daripada tujuan yang tidak khusus, dan yang mudah dicapai. Di samping itu, teori ini juga menunjukkan adanya keterkaitan antara sasaran dan kinerja. Sasaran dapat dipandang sebagai tujuan/tingkat kinerja yang ingin dicapai oleh individu.

Goal setting theory berasumsi bahwa ada hubungan langsung antara tujuan yang spesifik dan terukur dengan kinerja. Temuan utama dari goal setting theory adalah bahwa individu yang diberi tujuan yang spesifik dan sulit tapi dapat dicapai memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan orang-orang yang menerima tujuan yang mudah dan kurang spesifik atau tidak ada tujuan sama sekali. Pada saat yang sama, seseorang juga harus memiliki kemampuan yang cukup dalam menerima tujuan yang ditetapkan dan menerima umpan balik yang berkaitan dengan kinerja (Lunenburg, 2011).


(28)

2

Goal setting theory juga merupakan bagian dari teori motivasi. Teori ini menyatakan bahwa karyawan yang memiliki komitmen tujuan tinggi akan mempengaruhi kinerja manajerial. Adanya tujuan individu menentukan seberapa besar usaha yang akan dilakukannya, semakin tinggi komitmen karyawan terhadap tujuannya akan mendorong karyawan tersebut untuk melakukan usaha yang lebih keras dalam mencapai tujuan tersebut. Menurut Lunenburg (2011) tujuan memiliki pengaruh yang luas pada perilaku karyawan dan kinerja dalam organisasi dan praktik manajemen.

Locke dan Latham (2002) menyatakan bahwa sebuah tujuan agar efektif, dibutuhkan ringkasan umpan balik yang mengungkapkan kemajuan manajer dalam mencapai tujuan. Jika mereka tidak tahu bagaimana kemajuannya, akan sulit bagi mereka untuk menyesuaikan tingkat atau arah usaha dalam menyesuaikan strategi kinerja untuk mencocokkan apa yang diperlukan dalam mencapai tujuan. Dalam penetapan tujuan juga diperlukan keterlibatan dalam perencanaan untuk mengembangkan strategi yang akan dilakukan dalam pencapaian tujuan. Adanya partisipasi dalam penetapan tujuan audit akan menciptakan pertukaran informasi yang memungkinkan pegawai untuk memperoleh pemahaman yang lebih jelas mengenai tujuan audit sehingga nantinya dapat mengurangi ambiguitas dalam melakukan pekerjaan mereka.

2.2. Teori Sikap dan Perilaku

Teori sikap dan perilaku dikembangkan oleh Triandis (1971), menyatakan bahwa perilaku ditentukan oleh sikap, aturan-aturan sosial dan kebiasaan. Sikap


(29)

3

terdiri dari komponen kognitif yaitu keyakinan, komponen afektif yaitu suka atau tidak suka, berkaitan dengan apa yang dirasakan dan komponen perilaku yaitu bagaimana seorang ingin berperilaku terhadap sikap. Robbins (2003) menyatakan bahwa sikap adalah pernyataan evaluatif, baik yang menguntungkan atau tidak menguntungkan tentang obyek, orang, atau peristiwa.Khikmah (2005) menyatakan bahwa sikap memberikan pemahaman tentang tendensi atau kecenderungan untuk bereaksi. Sikap bukan perilaku tetapi lebih pada kesiapan untuk menampilkan suatu perilaku, sehingga berfungsi mengarahkan dan memberikan pedoman bagi perilaku.

Triandis (1971) menegaskan bahwa model perilaku interpersonal yang lebih komprehensif dengan menyatakan faktor-faktor sosial, perasaan dan konsekuensi dirasakan akan mempengaruhi tujuan perilaku. Teori ini berusaha menjelaskan mengenai aspek perilaku manusia dalam suatu organisasi, khususnya pada akuntan publik atau auditor yaitu dengan meneliti bagaimana sikap auditor mengenai profesionalisme, independensi yang akan mempengaruhi kinerja auditor dengan tingkat komitmen organisasi yang berbeda-beda diantara auditor.

2.3. Profesionalisme

Profesi dan profesionalisme dapat dibedakan secara konseptual. “Profesi merupakan jenis pekerjaan yang memenuhi beberapa kriteria, sedangkan profesionalisme merupakan suatu atribut individual yang penting tanpa melihat suatu pekerjaan merupakan suatu profesi atau tidak” (Kalbers dan Fogarty, 1995). Profesionalisme yang dimiliki auditor menjadi begitu penting untuk diterapkan dalam melakukan pemeriksaan karena akan memberi pengaruh pada peningkatan


(30)

4

kinerja auditor. Harapan masyarakat terhadap tuntutan transparansi dan akuntabilitas akan terpenuhi jika auditor dapat menjalankan profesionalisme sehingga masyarakat dapat menilai kinerja auditor (Gautama dan Arfan, 2010). Hardjana (2002) memberikan pengertian bahwa seorang profesional adalah orang yang menjalani profesi sesuai dengan keahlian yang dimilikinya. Dalam hal ini, seorang profesional dipercaya dan dapat diandalkan dalam melaksanakan pekerjaannya sehingga dapat berjalan lancar, baik dan mendatangkan hasil yang diharapkan.

Kalbers dan Fogarty (1995) menyatakan bahwa terdapat lima dimensi profesionalisme, yaitu:

a) Pengabdian pada profesi

Hal ini dicerminkan dari dedikasi profesionalisme dengan menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki. Keteguhan untuk tetap melaksanakan pekerjaan meskipun imbalan ekstrinsik kurang. Sikap ini adalah ekspresi dari pencurahan diri yang total terhadap pekerjaan. Pekerjaan didefinisikan sebagai tujuan, bukan hanya sebagai alat untuk mencapai tujuan. Totalitas ini sudah menjadi komitmen pribadi, sehingga kompensasi utama yang diharapkan dari pekerjaan adalah kepuasan rohani, baru kemudian materi.


(31)

5

Merupakan suatu pandangan tentang pentingnya peranan profesi dan manfaat yang diperoleh baik masyarakat maupun profesional karena adanya pekerjaan tersebut.

c) Kemandirian

Kemandirian dimaksudkan sebagai suatu pandangan seseorang yang profesional harus mampu membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak lain (pemerintah, klien, dan bukan anggota profesi). Setiap ada campur tangan dari luar dianggap sebagai hambatan kemandirian secara profesional.

d) Keyakinan pada profesi

Merupakan suatu keyakinan bahwa yang palingberwenang menilai pekerjaan profesional adalah rekan sesama profesi, bukan orang luar yang tidak mempunyai kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan mereka.

e) Hubungan dengan sesama profesi

Yang dimaksud adalah menggunakan ikatan profesi sebagai acuan, termasuk didalamnya organisasi formal dan kelompok kolega informal sebagai ide utama dalam pekerjaan. Melalui ikatan profesi ini para profesional membangun kesadaran profesional.

2.4. Independensi

Independensi merupakan suatu tindakan baik sikap perbuatan atau mental auditor dalam sepanjang pelaksanaan audit dimana auditor dapat memposisikan dirinya dengan auditeenya secara tidak memihak dan dipandang tidak memihak oleh pihak-pihak yang berkepentingan terhadap hasil auditnya. Independen berarti


(32)

6

akuntan publik tidak mudah dipengaruhi. Akuntan publik tidak dibenarkan memihak kepentingan siapapun. Akuntan publik berkewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditur dan pihak lain yang meletakkan kepercayaan atas pekerjaan akuntan publik (Christiawan, 2002).

Dalam Kode Etik Akuntan Publik disebutkan bahwa independensi adalah sikap yang diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam melaksanakan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas dan objektivitas. The CPA Handbook E.B. Wilcox menyatakan bahwa independensi merupakan suatu standar auditing yang penting, karena opini akuntan independen bertujuan untuk menambah kredibilitas laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen. Jika akuntan tersebut tidak independen terhadap kliennya, maka opininya tidak akan memberikan tambahan apapun (Mautz danSharaf, 1993). Auditor secara intelektual harus jujur, bebas dari kewajiban terhadap kliennya dan tidak mempunyai kepentingan dengan klien, baik terhadap manajemen maupun pemilik (IAI, 2013: Seksi 220).

Carrey dan Mautz (1961) menyatakan bahwa independensi akuntan publik dari segi integritas dan hubungannya dengan pendapat akuntan atas laporan keuangan meliputi:

1) Kepercayaan terhadap diri sendiri yang terdapat pada beberapa orang profesional. Hal ini merupakan bagian integritas profesional.

2) Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain. Independensi


(33)

7

juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang obyektif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya. Independensi akuntan publik merupakan dasar utama kepercayaan masyarakat pada profesi akuntan publik dan merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk menilai mutu jasa audit.

2.5. Komitmen Organisasi

Komitmen organisasional didefinisikan oleh Durkin dan Bennet (1999) sebagai perasaan yang kuat dan erat dari seseorang terhadap tujuan dan nilai suatu organisasi dalam hubungannya dengan peran mereka terhadap upaya pencapaian tujuan dan nilai-nilai tersebut. Luthans (2006:249) menyatakan bahwa komitmen organisasional merupakan sikap yang menunjukkan loyalitas karyawan dan merupakan proses berkelanjutan bagaimana seorang anggota organisasi mengekspresikan perhatian mereka kepada kesuksesan dan kebaikan organisasinya. Lebih lanjut sikap loyalitas ini diindikasikan dengan tiga hal, yaitu: (1) keinginan kuat seseorang untuk tetap menjadi anggota organisasinya; (2) kemauan untuk mengerahkan usahanya untuk organisasinya; (3) keyakinan dan penerimaan yang kuat terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi. Komitmen organisasional akan membuat pekerja memberikan yang terbaik kepada organisasi tempat dia bekerja. Pekerja dengan komitmen yang tinggi akan lebih berorientasi pada kerja. Pekerja yang memiliki komitmen organisasional tinggi akan cenderung senang membantu dan dapat bekerjasama.


(34)

8

Curtis dan Wright (2001) mengemukakan bahwa komitmen didefinisikan sebagai kekuatan identifikasi individu yang berada dalam sebuah organisasi. Jika seseorang memiliki komitmen untuk organisasi, ia akan memiliki identifikasi yang kuat dengan organisasi, memiliki nilai-nilai keanggotaan, setuju dengan tujuan dan sistem nilai, kemungkinan akan tetap di dalamnya, dan akhirnya, siap untuk bekerja keras demi organisasinya.

John dan Taylor (1999); Allen dan Meyer (1991); Sopiah (2008) mengemukakan suatu model anteseden (faktor-faktor yang mendahului) dari komitmen organisasional yaitu:

1) Karakteristik Pribadi

Beberapa karakteristik pribadi dianggap memiliki hubungan dengan komitmen organisasional yaitu usia dan masa kerja, tingkat pendidikan, status perkawinan, dan jenis kelamin.

2) Karakteristik Pekerjaan

Karakteristik pekerjaan merupakan posisi pekerjaan, yaitu karakteristik yang berkaitan dengan peran, self-employment, otonomi, jam kerja, tantangan dalam pekerjaan, serta tingkat kesulitan dalam pekerjaan.

3) Pengalaman Kerja

Pengalaman kerja dipandang sebagai suatu kekuatan sosialisasi utama yang mempunyai pengaruh penting dalam pembentukan ikatan psikologis dengan organisasi.


(35)

9

Karakteristik struktural adalah karakteristik yang dikembangkan untuk meningkatkan komitmen individu kepada organisasi, meliputi kemajuan karir dan peluang promosi di masa yang akan datang, besar atau kecilnya organisasi, bentuk organisasi, dan tingkat pengendalian yang dilakukan organisasi terhadap karyawan.

Tett dan Meyer (1993); Meyer et al. (1993); Karakus dan Aslan (2008); Luthans (2008:249); Aydogdu dan Asikgil (2011) mengemukakan tiga dimensi dari komitmen organisasi yaitu sebagai berikut:

1) Komitmen afektif (affective comitment)

Komitmen afektif adalah keterikatan emosional, identifikasi serta keterlibatan seorang karyawan pada suatu organisasi. Komitmen afektif seseorang akan menjadi lebih kuat bila pengalamannya dalam suatu organisasi konsisten dengan harapan-harapan dan memuaskan kebutuhan dasarnya dan sebaliknya. Komitmen afektif menunjukkan kuatnya keinginan seseorang untuk terus bekerja bagi suatu organisasi karena ia memang setuju dengan organisasi itu dan memang berkeinginan melakukannya. Karyawan yang mempunyai komitmen afektif yang kuat tetap bekerja dengan organisasi karena mereka menginginkan untuk bekerja pada organisasi itu.

2) Komitmen berkelanjutan (continuance commitment)

Komitmen berkelanjutan merupakan komitmen karyawan yang didasarkan pada pertimbangan apa yang harus dikorbankan bila meninggalkan organisasi atau kerugian yang akan diperoleh karyawan jika tidak


(36)

10

melanjutkan pekerjaannya dalam organisasi. Tindakan meninggalkan organisasi menjadi sesuatu yang beresiko tinggi karena karyawan merasa takut akan kehilangan sumbangan yang mereka tanamkan pada organisasi itu dan menyadari bahwa mereka tak mungkin mencari gantinya. Karyawan yang mempunyai komitmen berkelanjutan yang tinggi akan berada dalam organisasi karena mereka memang membutuhkan untuk bekerja pada organisasi itu.

3) Komitmen normatif (normative commiment)

Komitmen normatif merupakan komitmen karyawan terhadap organisasinya karena kewajibannya untuk bertahan dalam organisasi untuk alasan-alasan moral atau etis, atau dengan kata lain keyakinan yang dimiliki karyawan tentang tanggung jawabnya terhadap organisasi. Tindakan tersebut merupakan hal benar yang harus dilakukan. Komitmen ini berkaitan dengan perasaan karyawan terhadap keharusan untuk tetap bertahan dalam organisasi. Oleh karena itu, karyawan yang memiliki komitmen normatif yang tinggi akan bertahan dalam organisasi karena merasa wajib atau sudah seharusnya untuk loyal kepada organisasi tersebut.

2.6. Kinerja Auditor

Secara etimologi, kinerja berasal dari kata prestasi kerja (performance). Sebagaimana dikemukakan oleh Mangkunegara (2005:67) bahwa istilah kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai seseorang), yaitu hasil kerja secara kualitas


(37)

11

dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Kinerja dibedakan menjadi dua, yaitu kinerja individu dan kinerja organisasi. Kinerja individu adalah hasil kerja karyawan baik dari segi kualitas maupun kuantitas berdasarkan standar kerja yang telah ditentukan, sedangkan kinerja organisasi adalah gabungan dari kinerja individu dengan kinerja kelompok (Mangkunegara, 2005:15). Pengertian kinerja auditor menurut Mulyadi dan Kanaka (1998:116) adalah auditor yang melaksanakan penugasan pemeriksaan (examination) secara obyektif atas laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan. Kalbers dan Forgarty (1995) mengemukakan bahwa kinerja auditor sebagai evaluasi terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh atasan, rekan kerja, diri sendiri, dan bawahan langsung.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, peneliti mendefinisikan bahwa kinerja (prestasi kerja) auditor adalah suatu hasil karya yang dicapai oleh seorang auditor dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepada auditor tersebut atas dasar kecakapan, pengalaman dan ketepatan waktu yang diukur dengan mempertimbangkan kuantitas, kualitas dan ketepatan waktu. Kinerja (prestasi kerja) dapat diukur melalui pengukuran tertentu (standar) dimana kualitas adalah berkaitan dengan mutu kerja yang dihasilkan, sedangkan kuantitas adalah jumlah


(38)

12

hasil kerja yang dihasilkan dalam kurun waktu tertentu, dan ketepatan waktu adalah kesesuaian waktu yang telah direncanakan (Trisnaningsih, 2007).

2.7. Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Akbar, dkk (2015) pada KAP yang terdaftar di Bandung dimana penelitian tersebut menggunakan data primer berupa kuesioner. Pengujian dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi linier berganda dengan hasil yang diperoleh bahwa independensi, profesionalisme berpengaruh positif terhadap kinerja auditor baik secara parsial maupun simultan. Perbedaan dari penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Akbar, dkk. adalah terletak pada objek penelitian. Di mana objek penelitian Akbar, dkk yaitu pengaruh independensi dan profesionalisme terhadap kinerja auditor, sedangkan objek penelitian yang dilakukan peneliti adalah pengaruh profesionalisme, independensi terhadap kinerja auditor yang dimoderasi komitmen organisasi.

Selanjutnya Cahyasumirat (2006) melakukan penelitian pada internal auditor PT Bank ABC dengan menggunakan data primer berupa kuesioner yang menunjukkan hasil bahwa variabel profesionalisme dan komitmen organisasi tidak mempengaruhi kinerja internal auditor. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Cahyasumirat adalah sama-sama meneliti kinerja auditor. Tetapi perbedaannya terlihat jelas pada beberapa objek penelitiannya, dimana Cahyasumirat menggunakan objek profesionalisme, komitmen organisasi, kepuasan kerja dan kinerja internal auditor sedangkan objek penelitian ini adalah


(39)

13

profesionalisme, independensi, kinerja auditor eksternal dan komitmen organisasi.

Selanjutnya dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Trisnaningsih (2007) dengan sampel sebanyak 510 auditor yang terdapat pada 53 KAP, dimana pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling dan analisis data penelitian menggunakan SEM (Structural Equation Model) dengan program AMOS menunjukkan hasil bahwa 1) pemahaman good governance tidak berpengaruh langsung terhadap kinerja auditor, melainkan berpengaruh tidak langsung melalui independensi auditor. 2) gaya kepemimpinan berpengaruh langsung terhadap kinerja auditor, tetapi komitmen organisasi bukan merupakan intervening variabel dalam hubungan antara gaya kepemimpinan terhadap kinerja auditor. 3) Budaya organisasi tidak berpengaruh langsung terhadap kinerja auditor, namun secara tidak langsung komitmen organisasi memediasi hubungan antara budaya organisasi terhadap kinerja auditor. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Trisnaningsih adalah menggunakan variabel terikat yang sama yaitu kinerja auditor. Perbedaannya terletak pada jenis variabel komitmen organisasi dalam model penelitian, dimana pada penelitian Trisnaningsih menggunakan komitmen organisasi sebagai variabel mediasisedangkan pada model penelitian yang dilakukan oleh peneliti, komitmen organisasi berperan sebagai variabel moderasi.

Penelitian sebelumnya yang diteliti oleh Aryani, dkk (2015) pada BPK RI Perwakilan Provinsi Bali menggunakan metode kuesioner dengan mengambil responden sebanyak 55 responden dan analisis data menggunakan regresi linier


(40)

14

berganda yang menunjukkan hasil bahwa independensi, komitmen organisasi dan etika profesi berpengaruh positif terhadap kinerja auditor. Penelitian Aryani, dkk (2015) memiliki kesamaan dengan penelitian ini dalam hal mengukur kinerja auditor sedangkan perbedaannya terletak pada penggunaan variabel moderasi berupa komitmen organisasi pada penelitian ini, sedangkan pada penelitian Aryani, dkk (2015) variabel komitmen organisasi digunakan sebagai variabel prediktor atau variabel bebas.

Selanjutnya dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Safitri (2014) menggunakan metode kuesioner dengan mengambil responden sebanyak 90 auditor pada Kantor Akuntan Publik di Pekanbaru, Batam dan Medan dan analisis data dilakukan melalui analisis jalur (Path Analysis) menunjukkan hasil bahwa 1) Independensi auditor berpengaruh signifikan terhadap komitmen organisasi, 2) Gaya kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap Komitmen Organisasi, 3) Independensi Auditor tidak berpengaruh dantidak signifikan terhadap kinerja auditor, 4) Gaya kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor, 5) Komitmen organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor, 6) Komitmen mampu dijadikan variabel intervening untuk pengaruh variabel independensi terhadap kinerja auditor, 7) Komitmen tidak mampu dijadikan variabel intervening untuk pengaruh variabel independensi terhadap kinerja auditor. Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian Safitri (2014) terletak pada dimensi waktu dan penggunaan variabel komitmen organisasi dimana penelitian oleh Safitri (2014) menggunakan variabel intervening sedangkan pada penelitian ini komitmen organisasi digunakan sebagai variabel pemoderasi.


(41)

15

Putri dan Suputra (2013) melakukan penelitian pada Kantor Akuntan publik di Bali dengan menggunakan data primer berupa kuesioner dan analisis data menggunakan regresi linier berganda dengan menunjukkan hasil bahwa independensi, profesionalisme dan etika profesi berpengaruh positif terhadap kinerja auditor. Persamaan antara penelitian Putri dan Suputra (2013) dengan penelitian ini terletak pada penggunaan variabel independensi, profesionalisme dan kinerja auditor. Sedangkan perbedaannya terletak pada dimensi waktu dan penggunaan variabel pemoderasi berupa komitmen organisasi.


(42)

16

BAB III

KERANGKA BERPIKIR, DESAIN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Pada bab ini peneliti akan memaparkan mengenai kerangka berpikir, konsep penelitian serta menjelaskan mengenai hipotesis penelitian. Peranan kerangka berpikir berguna agar peneliti mampu menyelesaikan penelitian ini secara sistematis. Berdasarkan kerangka berpikir, peneliti lalu menyusun konsep penelitian yang merupakan hubungan logis antara kajian teoritis dan empiris. Kemudian peneliti menyusun hipotesis

3.1. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir adalah hasil dan sintesa tentang hubungan antar variabel yang disusun berdasarkan kajian teori serta kajian empiris yang dikaitkan dengan masalah yang dihadapi dalam penelitian ini. Kerangka berpikir dalam penelitian ini didasarkan pada pemikiran bahwa segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia selalu berdasarkan suatu motivasi dan minat tertentu, yang nantinya akan mempengaruhi kinerja individu tersebut. Teori utama atau grand theory berupa teori penetapan tujuan, dan teori perilaku dan sikap. Teori pendukung (supporting theory) dalam penelitian ini antara lain profesionalisme, independensi, komitmen organisasi, dan kinerja auditor. Kajian empiris yang digunakan dalam penelitian ini berupa beberapa penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Penelitian yang menjadi pedoman kajian empiris antara lain penelitian dari Akbar, dkk (2015), Cahyasumirat (2006), Trisnaningsih (2001), Aryani, dkk (2015), , Safitri (2014), Putri dan Suputra (2013). Dalam penelitian ini, kajian teori dan


(43)

17

kajian empiris digunakan untuk mengembangkan rumusan masalah dimana apabila telah tersusun maka dapat dilanjutkan dengan mengembangkan jawaban sementara atau hipotesis. Apabila telah memiliki hipotesis maka peneliti melanjutkan dengan melakukan uji statistik MRA agar memperoleh hasil dari penelitian yang kemudian akan ditarik kesimpulan dan memberi saran secara menyeluruh mengenai permasalahan dalam penelitian ini. Kerangka berpikir pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1


(44)

18

3.2 Konsep Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir, kemudian disusun konsep yang menjelaskan hubungan antar variabel antar variabel dalam penelitian ini. Konsep penelitian ini merupakan hubungan logis dari kajian teoritis dan kajian empiris yang telah dijelaskan pada kajian pustaka. Konsep dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.2.

3.3 Hipotesis Penelitian

3.3.1 Pengaruh Profesionalisme Pada Kinerja Auditor

Pada penelitian ini diuji hubungan antara profesionalisme dengan kinerja auditor. Hubungan tersebut didasarkan pada keyakinan seseorang pada profesi auditor akan mencerminkan suatu sikap profesionalisme dalam bekerja yang dapat memotivasi auditor dalam meningkatkan kinerja. Keyakinan tersebut sesuai dengan teori sikap dan perilaku yang menyatakan bahwa sikap merupakan suatu pernyataan evaluatif terhadap kondisi yang sedang dialami yang tentu akan memberikan kecenderungan untuk bereaksi atau berperilaku baik positif maupun negatif. Adanya keyakinan pada profesi tersebut memberikan motivasi bagi


(45)

19

auditor untuk memberikan hasil pekerjaan serta pertimbangan yang dapat dipertanggungjawabkan. Penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Rahmawati (1997) dan Cahyasumirat (2006) juga menyatakan bahwa hubungan dengan sesama profesi berpengaruh terhadap kinerja auditor. Berdasarkan pemikiran diatas, maka hipotesis alternatif sebagai berikut:

H1 : Profesionalisme berpengaruh positif pada kinerja auditor

3.3.2. Pengaruh Independensi Pada Kinerja Auditor

Teori sikap dan perilaku mendefinisikan sikap mampu memberikan pemahaman tentang tendensi atau kecenderungan seseorang untuk bereaksi atau merespon suatu kondisi. Sikap bukan merupakan perilaku tetapi lebih pada kesiapan untuk menampilkan suatu perilaku, sehingga berfungsi mengarahkan dan memberikan pedoman dalam berperilaku. Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya.

Bhagat dan Black (2001) menyatakan bahwa suatu perusahaan dengan pimpinan yang independen tidak selalu berarti kinerja perusahaan menjadi lebih baik daripada perusahaan yang lain. Independensi merupakan aspek penting bagi profesionalisme akuntan khususnya dalam membentuk integritas pribadi yang tinggi. Hal ini disebabkan karena pelayanan jasa akuntan sangat dipengaruhi oleh kepercayaan klien maupun publik secara luas dengan berbagai macam kepentingan yang berbeda. Seorang auditor yang memiliki independensi tinggi


(46)

20

maka kinerjanya akan menjadi lebih baik. Berdasarkan pemikiran diatas, maka hipotesis alternatif sebagai berikut:

H2 : Independensi berpengaruh positif pada kinerja auditor.

3.3.3. Pengaruh Interaksi Komitmen Organisasi dengan Profesionalisme Pada Kinerja Auditor

Komitmen organisasi didefinisikan oleh Durkin dan Bennet (1999) sebagai perasaan yang kuat dan erat dari seseorang terhadap tujuan dan nilai suatu organisasi dalam hubungannya dengan peran mereka terhadap upaya pencapaian tujuan dan nilai-nilai tersebut. Teori penetapan tujuan (goal setting theory) menyatakan bahwa tujuan yang telah ditetapkan secara spesifik dan dapat diterima oleh seseorang maka orang tersebut akan menunjukkan motivasi dalam memenuhi pencapaian yang telah ditentukan. Luthans (2006:249) menyatakan bahwa komitmen organisasi merupakan sikap yang menunjukkan loyalitas karyawan dan merupakan proses berkelanjutan bagaimana seorang anggota organisasi mengekspresikan perhatian mereka kepada kinerja, kesuksesan dan kebaikan bagi organisasinya.

Pada dasarnya komitmen organisasi merupakan suatu hubungan antara anggota dengan organisasi, misalnya hubungan antara auditor dengan kantor dimana ia bekerja. Hubungan yang baik akan timbul apabila auditor memiliki kesetiaan dan mampu mengidentifikasi dirinya terhadap organisasi.

Berdasarkan pemikiran diatas, makahipotesis alternatif sebagai berikut:

H3 : Komitmen organisasi memperkuat pengaruh profesionalisme pada


(47)

21

3.3.4. Pengaruh Interaksi Komitmen Organisasi dengan Independensi Pada Kinerja Auditor

Teori sikap dan perilaku menyatakan bahwa perilaku ditentukan oleh sikap, aturan-aturan sosial dan kebiasaan. Auditor yang berperilaku independen dalam melakukan pekerjaan audit dilandasi oleh aturan-aturan standar audit yang mengharuskan seorang auditor untuk memiliki sikap independensi. Berdasarkan sikap tersebut auditor akan cenderung tidak mudah dipengaruhi serta tidak memihak kepentingan siapapun.

Curtis dan Wright (2001) mengemukakan bahwa komitmen didefinisikan sebagai kekuatan identifikasi individu yang berada dalam sebuah organisasi. Jika seseorang memiliki komitmen untuk organisasi, ia akan memiliki identifikasi yang kuat dengan organisasi, memiliki nilai-nilai keanggotaan, setuju dengan tujuan dan sistem nilai, kemungkinan akan tetap di dalamnya, dan akhirnya, siap untuk bekerja keras demi organisasinya. Pernyataan tersebut sesuai dengan teori penetapan tujuan (goal setting theory) dimana apabila seorang auditor yang memiliki komitmen organisasi yang kuat tentu auditor tersebut akan berpartisipasi dalam proses penetapan tujuan. Partisipasi tersebut akan berdampak pada kerja keras yang akan dilakukan demi tujuan dari organisasi tercapai.

Keberadaan akuntan publik sebagai suatu profesi tidak dapat dipisahkan dari karakteristik independensinya. Akuntan publik selalu dianggap orang yang harus independen. Seorang auditor yang dinilai memiliki komitmen organisasi yang tinggi akan bekerja keras dalam mencapai ataupun menyelesaikan tugasnya sebagai seorang auditor. Dimana tugas seorang auditor wajib untuk bersikap


(48)

22

independen dalam melaksanakan tugasnya. Sehingga kinerja dari profesi akuntan publik akan ditentukan oleh independensinya.

Berdasarkan pemikiran diatas, maka hipotesis alternatif sebagai berikut:

H4 : Komitmen organisasi memperkuat pengaruh independensi pada kinerja


(1)

kajian empiris digunakan untuk mengembangkan rumusan masalah dimana apabila telah tersusun maka dapat dilanjutkan dengan mengembangkan jawaban sementara atau hipotesis. Apabila telah memiliki hipotesis maka peneliti melanjutkan dengan melakukan uji statistik MRA agar memperoleh hasil dari penelitian yang kemudian akan ditarik kesimpulan dan memberi saran secara menyeluruh mengenai permasalahan dalam penelitian ini. Kerangka berpikir pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1


(2)

3.2 Konsep Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir, kemudian disusun konsep yang menjelaskan hubungan antar variabel antar variabel dalam penelitian ini. Konsep penelitian ini merupakan hubungan logis dari kajian teoritis dan kajian empiris yang telah dijelaskan pada kajian pustaka. Konsep dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.2.

3.3 Hipotesis Penelitian

3.3.1 Pengaruh Profesionalisme Pada Kinerja Auditor

Pada penelitian ini diuji hubungan antara profesionalisme dengan kinerja auditor. Hubungan tersebut didasarkan pada keyakinan seseorang pada profesi auditor akan mencerminkan suatu sikap profesionalisme dalam bekerja yang dapat memotivasi auditor dalam meningkatkan kinerja. Keyakinan tersebut sesuai dengan teori sikap dan perilaku yang menyatakan bahwa sikap merupakan suatu pernyataan evaluatif terhadap kondisi yang sedang dialami yang tentu akan memberikan kecenderungan untuk bereaksi atau berperilaku baik positif maupun negatif. Adanya keyakinan pada profesi tersebut memberikan motivasi bagi


(3)

auditor untuk memberikan hasil pekerjaan serta pertimbangan yang dapat dipertanggungjawabkan. Penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Rahmawati (1997) dan Cahyasumirat (2006) juga menyatakan bahwa hubungan dengan sesama profesi berpengaruh terhadap kinerja auditor. Berdasarkan pemikiran diatas, maka hipotesis alternatif sebagai berikut:

H1 : Profesionalisme berpengaruh positif pada kinerja auditor

3.3.2. Pengaruh Independensi Pada Kinerja Auditor

Teori sikap dan perilaku mendefinisikan sikap mampu memberikan pemahaman tentang tendensi atau kecenderungan seseorang untuk bereaksi atau merespon suatu kondisi. Sikap bukan merupakan perilaku tetapi lebih pada kesiapan untuk menampilkan suatu perilaku, sehingga berfungsi mengarahkan dan memberikan pedoman dalam berperilaku. Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya.

Bhagat dan Black (2001) menyatakan bahwa suatu perusahaan dengan pimpinan yang independen tidak selalu berarti kinerja perusahaan menjadi lebih baik daripada perusahaan yang lain. Independensi merupakan aspek penting bagi profesionalisme akuntan khususnya dalam membentuk integritas pribadi yang tinggi. Hal ini disebabkan karena pelayanan jasa akuntan sangat dipengaruhi oleh kepercayaan klien maupun publik secara luas dengan berbagai macam kepentingan yang berbeda. Seorang auditor yang memiliki independensi tinggi


(4)

maka kinerjanya akan menjadi lebih baik. Berdasarkan pemikiran diatas, maka hipotesis alternatif sebagai berikut:

H2 : Independensi berpengaruh positif pada kinerja auditor.

3.3.3. Pengaruh Interaksi Komitmen Organisasi dengan Profesionalisme Pada Kinerja Auditor

Komitmen organisasi didefinisikan oleh Durkin dan Bennet (1999) sebagai perasaan yang kuat dan erat dari seseorang terhadap tujuan dan nilai suatu organisasi dalam hubungannya dengan peran mereka terhadap upaya pencapaian tujuan dan nilai-nilai tersebut. Teori penetapan tujuan (goal setting theory)

menyatakan bahwa tujuan yang telah ditetapkan secara spesifik dan dapat diterima oleh seseorang maka orang tersebut akan menunjukkan motivasi dalam memenuhi pencapaian yang telah ditentukan. Luthans (2006:249) menyatakan bahwa komitmen organisasi merupakan sikap yang menunjukkan loyalitas karyawan dan merupakan proses berkelanjutan bagaimana seorang anggota organisasi mengekspresikan perhatian mereka kepada kinerja, kesuksesan dan kebaikan bagi organisasinya.

Pada dasarnya komitmen organisasi merupakan suatu hubungan antara anggota dengan organisasi, misalnya hubungan antara auditor dengan kantor dimana ia bekerja. Hubungan yang baik akan timbul apabila auditor memiliki kesetiaan dan mampu mengidentifikasi dirinya terhadap organisasi.

Berdasarkan pemikiran diatas, makahipotesis alternatif sebagai berikut:

H3 : Komitmen organisasi memperkuat pengaruh profesionalisme pada kinerja auditor


(5)

3.3.4. Pengaruh Interaksi Komitmen Organisasi dengan Independensi Pada Kinerja Auditor

Teori sikap dan perilaku menyatakan bahwa perilaku ditentukan oleh sikap, aturan-aturan sosial dan kebiasaan. Auditor yang berperilaku independen dalam melakukan pekerjaan audit dilandasi oleh aturan-aturan standar audit yang mengharuskan seorang auditor untuk memiliki sikap independensi. Berdasarkan sikap tersebut auditor akan cenderung tidak mudah dipengaruhi serta tidak memihak kepentingan siapapun.

Curtis dan Wright (2001) mengemukakan bahwa komitmen didefinisikan sebagai kekuatan identifikasi individu yang berada dalam sebuah organisasi. Jika seseorang memiliki komitmen untuk organisasi, ia akan memiliki identifikasi yang kuat dengan organisasi, memiliki nilai-nilai keanggotaan, setuju dengan tujuan dan sistem nilai, kemungkinan akan tetap di dalamnya, dan akhirnya, siap untuk bekerja keras demi organisasinya. Pernyataan tersebut sesuai dengan teori penetapan tujuan (goal setting theory) dimana apabila seorang auditor yang memiliki komitmen organisasi yang kuat tentu auditor tersebut akan berpartisipasi dalam proses penetapan tujuan. Partisipasi tersebut akan berdampak pada kerja keras yang akan dilakukan demi tujuan dari organisasi tercapai.

Keberadaan akuntan publik sebagai suatu profesi tidak dapat dipisahkan dari karakteristik independensinya. Akuntan publik selalu dianggap orang yang harus independen. Seorang auditor yang dinilai memiliki komitmen organisasi yang tinggi akan bekerja keras dalam mencapai ataupun menyelesaikan tugasnya sebagai seorang auditor. Dimana tugas seorang auditor wajib untuk bersikap


(6)

independen dalam melaksanakan tugasnya. Sehingga kinerja dari profesi akuntan publik akan ditentukan oleh independensinya.

Berdasarkan pemikiran diatas, maka hipotesis alternatif sebagai berikut:

H4 : Komitmen organisasi memperkuat pengaruh independensi pada kinerja auditor


Dokumen yang terkait

PENGARUH KONFLIK PERAN, KETIDAKJELASAN PERAN, INDEPENDENSI, DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA Pengaruh Konflik Peran, Ketidakjelasan Peran, Independensi, dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Auditor (Studi empiris pada Kantor Akuntan Publik di

0 2 19

PENGARUH INDEPENDENSI AUDITOR, KOMITMEN ORGANISASI, GAYA KEPEMIMPINAN DAN BUDAYA ORGANISASI Pengaruh Independensi Auditor, Komitmen Organisasi, Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Auditor (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di

0 2 14

PENGARUH INDEPENDENSI AUDITOR, KOMITMEN ORGANISASI, GAYA KEPEMIMPINAN DAN BUDAYA ORGANISASI Pengaruh Independensi Auditor, Komitmen Organisasi, Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Auditor (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di

0 2 17

PENDAHULUAN Pengaruh Independensi Auditor, Komitmen Organisasi, Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Auditor (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Semarang dan Surakarta).

0 2 7

PENGARUH INDEPENDENSI, PROFESIONALISME, DAN ETIKA PROFESI TERHADAP KINERJA AUDITOR PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK Pengaruh Independensi,Profesionalisme, Dan Etika Profesi Terhadap Kinerja Auditor Pada Kantor Akuntan Publik Surakarta Dan Yogyakarta.

0 4 20

PENGARUH INDEPENDENSI AUDITOR, GAYA KEPEMIMPINAN, KOMITMEN ORGANISASI DAN BUDAYA ORGANISASI Pengaruh Independensi Auditor, Gaya Kepemimpinan, Komitmen Organisasi Dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Auditor (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di

0 4 15

PENDAHULUAN Pengaruh Independensi Auditor, Gaya Kepemimpinan, Komitmen Organisasi Dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Auditor (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di Surakarta Dan Yogyakarta).

0 3 8

PENGARUH INDEPENDENSI AUDITOR, GAYA KEPEMIMPINAN, KOMITMEN ORGANISASI DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP Pengaruh Independensi Auditor, Gaya Kepemimpinan, Komitmen Organisasi Dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Auditor (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan P

0 1 18

KUESIONER PENELITIAN Pengaruh Independensi Auditor, Komitmen Organisasi, Gaya Kepemimpinan, Budaya Organisasi, dan Profesionalisme Auditor Terhadap Kinerja Auditor (Studi Empiris Kantor Akuntan Publik di Semarang)

0 0 51

PENGARUH INDEPENDENSI AUDITOR, KOMITMEN ORGANISASI, GAYA KEPEMIMPINAN, BUDAYA ORGANISASI DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA AUDITOR (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Semarang) - Unika Repository

0 0 16