Masa depan Islam radikal di Indonesia

Masa Depan Islam Radikal di Indonesia
Hamka Hasan*
Abstrak
Kesimpulan makalah ini adalah Islam radikal di Indonesia memiliki masa depan
cerah. Hal ini terlihat dari sekian banyak survei yang membenarkan tentang
beberapa isu penting berkenaan dengan Islam radikal memiliki tempat di hati
masyarakat

muslim

di

Indonesia.

Bukti

lain

adalah

sejumlah


kelompok/organisasi/lembaga yang disinyalir beraliran Islam radikal semakin
gencar melakukan perekrutan dan pengkaderan di mesjid, mushallah, lembaga
pendidikan agama dan umum, dan di tengah-tengah masyarakat umum. Di
samping itu, golongan ini memiliki sarana yang cukup ampuh dalam penyebaran
gerakan ini berupa media cetak, online, radio, televisi, ceramah.

Metode

penelitian ini berupa data lapangan yang didukung oleh data-data kepustakaan.
Perbedaan makalah ini dengan makalah yang lain dengan tema serupa adalah
bahwa makalah ini, dari segi metodologi, merupakan perpaduan antara penelitian
kuantitatif dan kualitatif. Sedangkan dari segi isi, makalah ini merumuskan
indikator dan pemicu hadirnya masa depan Islam radikal di Indonesia dan
rumusan antisipasinya.
Pendahuluan
Judul di atas adalah rumusan penting dalam kesimpulan hasil penelitian
penulis dengan tema “tingkat keradikalan pemahaman keislaman masyarakat
musim di DKI Jakarta(Balitbang Depag 2009)”. Penelitian ini mengindikasikan
bahwa pemahaman Islam radikal memiliki tempat empuk di hati masyarakat

muslim di Indonesia. 1 Metode penelitian ini bersifat deskriptif-kuantitatif, dengan
teknik clustered sampling (pemilihan sampel berdasrkan kelompok) dengan cara
                                                            
*Dosen Fakultas Dirasat Islamiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
1
Sejumlah penelitian serupa menyimpulkan bahwa trend perkembangan radikalisme di
Indonesia mengalami peningkatan. Data Kementerian Agama RI menyebutkan bahwa pada awal
tahun 2000-an pesantren yang terindikasi radikal hanya 3 pesantren saja. Sepuluh tahun
kemudian, trend itu naik menjadi 300 pesantren terindikasi berhaluan radikal. Data lain yang
dikeluarkan Balitbang Kemenag RI (2009) menyebutkan bahwa 51 % masyarakat muslim DKI
Jakarta menginginkan negara Indonesia menjadi negara Islam, 66 % keinginan masyarakat untuk
meninggalkan demokrasi dan beralih ke syura, 89 % masyarakat menginginkan Indonesia
memerangi Israel sebagai bentuk dukungan ke Palestin, 53 % setuju agar orang Amerika di
Indonesia di sweeping krn telah menyokong israel. Penelitian serupa dengan hasil yang hampir
sama telah dipublikasikan oleh CSCR (2008), UIN Yogyakarta, dan LSI (2010).

multi stag sampling (beberapa tahap penentuan unit sampel) yang kemudian
menggunakan analisis distribusi frekuensi.
Makalah ini tidak menjelaskan secara keseluruhan hasil penelitian
tersebut, tetapi hasil penelitian itu menjadi penting untuk melihat masa depan

Islam radikal di Indonesia. Makalah ini mendeskripsikan konsep Islam radikal,
latar belakang munculnya, visi-misi, karakteristik, media online Islam radikal
(pendorong esksisnya Islam Radikal), analisis masa depan Islam radikal di
Indonesia, dan metode kontra radikalisme di Indonesia.
Konsep Islam radikal
Beberapa pendekatan digunakan untuk memahami radikalisme, di
antaranya pendekatan teologis yang dilakukan oleh Yusuf Qardhawi. Pendekatan
itu meniscayakan pembedahan terhadap teks-teks keagamaan. Kata yang dipilih
untuk merefresentasikan konsep radikalisme adalah al-tatharruf yang makna
etimologinya adalah berdiri di ujung, jauh dari pertengahan, atau berlebihan
dalam sesuatu. Kata ini dapat digunakan untuk hal yang konkret seperti berjalan,
ataupun abstrak seperti beragama dan berpikir. Menurutnya, dalam teks-teks alQuran, radikalisme diistilahkan dengan kata-kata al-ghulu (berlebihan), altanathu’ (melampaui batas), al-tasydid (bersikap keras).2
Radikalisme merupakan faham (isme), tindakan yang melekat pada
seseorang atau kelompok yang menginginkan perubahan baik, sosial, politik
dengan menggunakan kekerasan, berfikir asasi dan bertindak ekstrim.

3

Penyebutan istilah radikalisme dalam tinjauan sosio-historis pada awalnya
dipergunakan


dalam

kajian

sosial

budaya

dan

dalam

perkembangan

selanjutnyanya istilah tersebut dikaitkan dengan persoalan politik dan agama.
Istilah radikalisme merupakan konsep yang akrab dalam kajian keilmuan sosial,
politik dan sejarah. Istilah radikalisme digunakan untuk menjelaskan fenomena
sosial dalam suatu masyarakat atau negara.4 Adapun yang dimaskud kelompok
Islam radikal adalah kelompok yang mempunyai keyakinan idiologis tinggi dan

                                                            
2

Yusuf Qardhawi, al-Thtarruf al-Dini, (Kairo: Maktabah Wahbah, 2004) h. 24

3

Tim Penyusun Pusat Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:
DEPDIKBUD & Balai Pustaka, 1998), h. 425
4

Bachtiar Effendy, Radikalisme: Sebuah Pengantar (Jakarta: PPIM. IAIN, 1998), h. xvii-

xviii

fanatik yang mereka perjuangkan untuk menggantikan tatanan nilai dan sistem
yang sedang berlangsung.5
Secara umum, meminjam terminologi Esposito, dapat diidentifikasi
beberapa landasan idiologis yang dijumpai dalam gerakan Islam radikal. 6
Pertama, kelompok ini berpendapat bahwa Islam adalah agama yang

komprehensif. Dengan demikian Islam merupakan agama yang mengatur segala
aspek kehidupan baik sosial, politik, hukum, ekonomi, dan lain-lain.
Kedua, ideologi masyarakat Barat yang sekuler dan materialistik harus
ditolak kalau masyarakat mencontoh ideologi Barat berarti masyarakat muslim
tidak berhasil karena ideologi masyarakat Barat bukan ideologi yang ideal
menurut ajaran Islam.
Ketiga, mereka cenderung mengajak pengikutnya untuk ”kembali kepada
Islam” sebagai usaha untuk melakukan perubahaan sosial. Perubahan sosial yang
diinginkan oleh masyarakat Islam adalah perubahaan sosial yang berlandaskan
pada sumber hukum Islam yang utama yaitu Al-Quran dan Al-Hadist.
Keempat, idiologi Barat harus ditolak, oleh karena itu masyarakat muslim
harus menegakkan hukum Islam.
Kelima, kelompok ini memberlakukan sistem sosial dan hukum yang sesuai
dengan ajaran yang dibawa nabi Muhammad saw, dan menolak ideologi Barat
tetapi sebenarnya kelompok ini tidak menolak moderenisasi. Moderenisasi dalam
bidang sains dan teknologi diterima asal tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
Keenam, mereka berkeyakinan bahwa upaya-upaya Islamisasi pada
masyarakat muslim tidak akan berhasil tanpa menekankan aspek pengorganisasian
pada masyarakat ataupun pembentukan sebuah kelompok yang kuat. Selain itu
dengan menyakinkan pengikutnya untuk menjalankan tugas suci keagamaan

dalam rangka menegakkan hukum Islam.
Sebab munculnya Islam radikal di Indonesia
Yusuf

Qhardawi

menguraikan

indikasi

dan

penyebab

munculnya

radikalisme: Pertama, fanatik pada pendapat dan pemahaman sendiri tanpa
memberikan tempat bagi bagi pendapat dan pemahaman lain yang jelas lebih baik;
                                                            
5


Jamhari dan Jajang Jahroni (penyuting ), Gerakan Salafi Radikal di Indonesia, Penerbit :
PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, Cetakan Pertama 2004, h. 2-3.
6

Yusuf Qardhawi, h. 4-5

Kedua, Mewajibkan orang lain untuk melaksanakan apa yang tidak diwajibkan
oleh Allah, padahal Nabi mengatakan: ”Permudahlah, jangan mempersulit, berilah
kabar gembira, jangan menakut-nakuti”; Ketiga, Sikap keras yang tidak pada
tempatnya. Secara tegas, ia mengecam orang beragama yang memilih jalan
kekerasan,

mengikuti

pendapat

yang

paling


menyulitkan,

menghindari

kelonggaran dan kemudahan; Keempat, keras dan kasar dalam bergaul; Kelima,
berburuk sangka pada orang lain. Prinsip pokok kelompok radikal adalah
menuduh. Oleh sebab itu, ia menyesalkan sikap kelompok radikal yang menuduh
dai yang berbicara sesuai dengan cita rasa dan selera zaman sebagai orang yang
telah terbaratkan; Keenam, mengkafirkan orang lain, dan mencapai puncaknya
ketika mereka menghalalkan darah dan kehormatan orang lain untuk
ditumpahkan. Nabi menggambarkan orang seperti ini sebagai orang yang telah
membaca al-Quran namun otak mereka tidak memikirkannya.7
Gambaran Qardhawi bersifat umum, tidak merujuk pada kelomok tertentu,
namun semuanya didasarkan pada teks-teks al-Quran dan Hadis. Dalam tataran
normatif, uraian Qardhawi bisa dijadikan indikator untuk menilai tingkat
radikalisme seorang muslim. 8 Ia juga mengkritik ilmuwan sosial yang hanya
terfokus pada sebab-sebab yang logis secara sosiologis. Seharusnya, sebab-sebab
itu ditelusuri dari faktor keagamaan, sosial, ekonomi, politik, psikis, pemikiran
ataupun gabungan dari itu semua.9 Secara umum Yusuf Qardhawi membagi dua

sebab munculnya radikalisme yaitu, internal dan eksternal. Sebab internal adalah
kelemahan pengetahuan, baik itu pengetahuan keagamaan, sejarah, ataupun
realitas kehidupan, sementara sebab eksternal berupa konspirasi pihak luar
terhadap umat islam, tidak adanya kebebasan dan tidankan represif pemerintah.
Sebagai tokoh agama, faktor-faktor kelemahan pengetahuan agama yang
menjadi keprihatinannya adalah: 1) memahami teks secara tekstual; 2)
memperdebatkan persoalan literal; 3) kerancuan konsep; 4) mengikuti ayat yang
samar-samar dan meninggalkan ayat yang sudah jelas; 5) hanya belajar dari buku
dan al-quran saja.
Sedangkan kemunculan gerakan Islam radikal di Indonesia dilatari dua
                                                            
7

Yusuf Qardhawi, h. 40-58
Andri Rosadi, Hitam Putih FPI, (Jakarta: Nun Publisher, 2008), h. 73
9
Yusuf Qardhawi, h. 59-60

8


faktor, yaitu: pertama, faktor internal dari dalam umat Islam sendiri. Hal ini
dilandasi oleh kondisi internal umat Islam telah terjadi penyimpangan normanorma agama. Kehidupan sekuler sudah merasuk dalam kehidupan umat Islam.
Akibatnya mendorong umat Islam melakukan gerakan kembali pada otentitas
Islam. Sikap ini ditopang oleh pemahaman agama yang totalitas dan formalistik,
bersikap kaku dalam memahami teks agama, sehingga harus merujuk pada
perilaku Nabi di Makkah dan Madinah secara literal. Karena itu identitas
keagamaannya bersifat literalistik, kaku, dan cenderung menolak perubahan
sosial. Pada gilirannya mereka frustrasi terhadap perubahan dunia yang begitu
cepat, sementara respon Islam sangat lambat dan ketinggalan dibanding
masyarakat Barat-sekuler. Konsep-konsep modern, seperti demokrasi, HAM,
sebagai produk Barat mereka tolak secara radikal.
Kedua, faktor eksternal di luar umat Islam, baik yang dilakukan penguasa
maupun hegemoni Barat. Sikap represif penguasa terhadap kelompok Islam,
seperti yang dilakukan Orde Baru telah membangkikan radikalisme Islam. Begitu
juga krisis kepemimpinan yang terjadi pasca Orde Baru yang ditunjukkan dengan
lemahnya penegakan hukum, telah mendorong gerakan Islam untuk menerapkan
syariat Islam sebagai solusi krisis tersebut. Pada gilirannya radikalisme Islam
dijadikan jawaban atas lemahnya aparat hukum dalam menyelesaikan kasus yang
terkait dengan umat Islam. 10
Radikalisme juga terjadi dalam bentuk perlawanan terhadap Barat. Reaksi
yang ditunjukkan berupa perlawanan dengan kekerasan terhadap kepentingan atau
perusahaan multinasional Barat. Kantor kedutaan AS dan perusahan AS sering
menjadi sasaran kekerasan yang diilhami oleh pemahaman kaum radikal sebagai
perjuangan agama. Jihad menjadi simbol perlawanan efektif untuk menggerakkan
perang melawan Barat. Kondisi ini menyebabkan permusuhan yang berlanjut
antara Islam dan Barat. Bahkan, kalangan Islam radikal melihat Barat berada
dalam pertarungan abadi melawan Islam.
Selain faktor-faktor di atas, Islam radikal

di Indonesia lahir karena

pergantian kekuasaan dan situasi yang tidak menentu. Kondisi abnormal dijadikan
                                                            
10

Azyumardi Azra, Mereka mengambil Alih dalam Penegakan Hukum, dalam Khazanah
Suplemen Republika, 1 Juni 2002, h. 4.

momentum untuk menujukkan identitas kultural dan politik secara terng-terangan
oleh kelompok masyarakat, tidak terkecuali umat Islam.
Dalam konteks ini, Barat khawatir meluasnya gerakan Islam radikal di
Indonesia. Hal ini bersumber pada pandangan dan citra terhadap fenomena
gerakan Islam radikal di Timur Tengah. Sebab kelompok radikalisme Islam bukan
hanya berusaha menentang dan menumbangkan dominasi negara oleh rezim
sekuler dan hostile terhadap Islam, tetapi juga kekuatan Barat yang mereka
percayai sebagai patron pemerintahan sekuler dan anti Islam11.
Gerakan Islam radikal telah memberikan warna berbeda bagi perjalanan
corak keberagamaan di Indonesia. Misalnya, dalam pengalaman umat Islam,
terjadi polarisasi yang sangat tajam antar Islam moderat dan Islam radikal di masa
sekarang. Setelah Islam moderat berhasil mendapatkan tempat di hati penguasa
sejak 1980-an, kini di era reformasi, mereka mendapat tantangan serius dari
gerakan Islam radikal yang menyeruak ke dalam lapisan sosial masyarakat.
Mereka berhasil merebut simpati publik secara terbatas dengan membangun opini
publik dan organisasi gerakan. Tak heran jika suara mereka di pentas nasional
begitu nyaring terdengar.
Karena itu, perkembangan radikalisme Islam di Indonesia merupakan suatu
kenyataan sosio-historis dalam negara majemuk, tetapi juga bisa menjadi ancaman
bagi masa depan pluralisme di Indonesia. Sebagai antisipasi, perlu memeperluas
gerakan islam yang moderat, pluralis, dan inklusif di tengah-tengah masyarakat.
Gagasan moderasi didasarkan pada dua hal. Pertama, secara diskursif,
gerakan moderasi umat diyakini sebagai penopang terciptanya harmonisasi sosial
masyarakat di era mulikultural. Karena bagaimanpun, multikulturalisme
merupakan realitas historis dalam masyarakat yang mesti disikapi secara positif.
Dengan demikian, ekslusivitas beragama diyakini secara total sebagai kebenaran
agama (religious truth) bisa menjadi

batu sandungan ideologis untuk

memecahkan problem pluralisme di Indonesia. Itu sebabnya pendidikan pluralis
menjadi prioritas dalam menjembatani doktrin ekslusif.
Kedua, secara praksis, praktek kehidupan beragama masih mendikotomi klaim
kebenaran dan keselamatan dalam masing-masing umat beragama mesti dikikis
                                                            
11

Azyumardi Azra, Pergolakan Politik Islam, (Jakarta: Paramadina, cet 1,1996), h. 37.

habis agar tidak terjadi sikap saling menyalahkan antara satu agama dengan
agama lain. Problem pluralisme seringkali disebabakan fanatisme kebenaran
agama yang menimbulkan sikap-sikap radikal. Karena itu upaya kongkret untuk
membangun toleransi antar umat beragama terus dilakukan sebagai bagian dari
proses sosial yang berkelanjutan12.
KarakterIslam radikal di Indonesia
Dari sisi perjuangan dapat dianalisis adanya kesamaan visi dan misi gerakan
radikal Islam Indonesia dan Timur Tengah. Gerakan yang dilakukan FPI, FPIS
dan Laskar Jihad mirip dengan apa yang dilakukan oleh Gerakan Wahabi di Arab
Saudi. Gerakan radikal Islam Indonesia diilhami atau dipengaruhi oleh gerakan
pemaharuan Islam yang dicetuskan oleh Muhammad bin Abdul Wahhab (17031792) di Timur Tengah ini.13
Sementara Hizbut Tahrir, yang sebagian besar pengikutnya berasal dari
kalangan kampus, tidak mengedepankan aspek kekerasan dalam memperjuangkan
visi dan misinya. Gerakan Hizbut Tahrir memiliki kesamaan dengan gerakan Pan
Islamisme yang ditokohi oleh Jamaluddin Al-Afghani (1871) dan diteruskan oleh
Rasyid Ridha. Baik Al-Afghani maupun Hizbut Tahrir sama-sama ingin
mengembalikan kejayaan umat Islam masa lampau untuk membangkitkan
kembali umat Islam dari kemerosotan yang amat parah, membebaskan umat Islam
dari ide-ide, sistem perundang-undangan, dan hukum kufur, serta dari dominasi
negara kafir dengan membangun Daulah Islamiyah dan mempercayai sistem
kekhalifahan dengan seorang khalifah yang dibaiat oleh kaum muslimin untuk
mereka taati. Keduanya juga anti peradaban dan imperialisme barat dan berusaha
mengembangkan kebudayaan Islam sendiri. Majelis Mujahidin Indonesia juga
memiliki visi membangun kekhalifahan Islam, hanya saja mereka menghendaki
kekhalifahan Islam ini mencakup seluruh negara di Asia Tenggara.
Gerakan radikal Islam juga menghedaki berdirinya negara Islam dan
dijalankannya syariat Islam dalam kehidupan sehari-hari. Hampir seluruh gerakan
radikal Islam memandang bahwa obat mujarab untuk mengobati krisis
                                                            
12

Zuhari Miswari dan Khamami Zada, Islam Melawan Terorisme, (Ciputat: LSIP, 2004), h.

13

Ibid., hal. 166

56.

multidimensi yang dihadapi oleh Indonesia adalah dengan menjalankan syariat
Islam dengan sesungguhnya. Keterpurukan bangsa ini diakibatkan karena
penduduknya yang mengingkari Allah dan meninggalkan agamanya dengan lebih
mementingkan kepentingan duniawi. Meskipun demikian tidak semua gerakan
radikal Islam mengharuskan berdirinya negara Islam dalam rangka menjalankan
syariat Islam. Seperti apa yang dikatakan sendiri oleh Amir MMI, Abu Bakar
Ba'ashir, bahwa perjuangan MMI tidak lagi ingin mendirikan negara, tapi
memperbaiki negara Indonesia dengan penerapan syariat Islam.14
Agenda lain yang menjadi perjuangan gerakan radikal Islam Indonesia
adalah jihad di jalan Allah. Jihad dimaknai sebagai berperang melawan musuhmusuh Allah di muka bumi. Tidak jelas siapakah yang dinamakan musuh-musuh
Allah itu, tapi paling tidak melihat gerakan kelompok Laskar Jihad Ahlussunah
Waljamaah yang mengirimkan pasukannya di daerah konflik, diketahui bahwa
salah satu musuh Allah itu adalah orang-orang yang menyerang kaum muslimin.
Kelompok

radikal

Islam

lain

memilih

gerakan

partisipatif

dan

pengembangan kapasitas anggota dan lembaga. Gerakan ini dilakukan oleh
kalangan radikal Islam Indonesia berbasis kampus, sebagai contoh Kesatuan Aksi
Mahasiswa Muslim Indonesia dan juga Partai Keadilan. Kedua lembaga ini tidak
secara tegas dan keras dalam memperjuangkan visi dan misinya. Mereka lebih
mengedepankan

kegiatan-kegiatan

partisipatif

yang

mengundang

simpati

masyarakat seperti kegiatan baksi sosial dan santunan kepada orang tidak mampu.
Banyak ditemukan di masyarakat, komunitas KAMMI dan PKS dekat dengan
masyarakat melalui program-program sosialnya.
Segi lain yang digeluti oleh kedua kelompok ini adalah menguasai lini
ekonomi, terutama ekonomi yang dibangun atas prinsip-prinsip syariah, seperti di
Perbankan Syariah, Baitul Mal wa Tamwil, Badan Perkreditan Rakyat Syariah,
dan lembaga ekonomi Islam lainnya. Banyak kader-kader kedua lembaga ini
berkiprah di lembaga keuangan Islam ini.
Berikut ini akan dipaparkan visi, misi kelompok radikalisme keagamaan:15
                                                            
14
15

Ibid., hal. 168-169

Zainuddin Fanani, Radikalisme Keagamaan dan Perubahaan Sosial, Surakarta
Muhamadiyah University Press, 2002, h. 61-63

Pertama, Majelis Ta’lim Al- Islah. Keberadaan organisasi ini dinilai sebagai
unsur perekat Ukhuwah Islamiyah guna menumbuhkembangkan pendidikan
masyarakat muslim yang dinamis. Majelis Ta’lim Al-Ishlah memiliki misi antara
lain: 1) senantiasa berupaya untuk mempererat Ukhuwah Islamiyah di kalangan
kaum muslimin tanpa memandang aliansi, organisasi, golongan, kelompok,
maupun jamaah 2) senantiasa berupaya untuk mengutamakan memperjuangkan
tegaknya Islam. 3) Menggalakkan prinsip saling bekerjasama untuk menggalang
kekuatan kaum muslimin dan 4) menumbuhkembangkan rasa saling menghargai
perbedaan pendapat selama tidak bertujuan untuk maksiat kepada Allah dan
Rosul-Nya.
Kedua, laskar jihad mempunyai misi, yakni: 1. Misi dakwah yang bertujuan
meningkatkan semangat kaum muslimin dalam menghadapi setiap musibah yang
memimpinnya. Selain itu memberi pemahamaan yang benar tentang agama Islam.
2. Misi Sosial, antara lain Perbaikan sarana dan prasarana yang dipergunakan
untuk kegiatan kaum muslimin layanan kesehatan dan pendidikan. 3. memberi
rasa aman dakwah yang bertujuan meningkatkan semangat kaum muslimin dalam
menghadapi musibah dan memberi pemahamaan yang benar tentang ajaran Islam.
Ketiga, Front Pembela Islam Surakarta (FPIS), misalnya adalah menggalang
ukhuwah Islamiyah.
Ada beberapa karakteristik yang dapat diidentifikasikan sebuah kelompok
layak disebut sebagai “Islam radikal”16:
Pertama, mereka masing-masing saling menunjukan mentalitas “Perang
Salib”. Kedua, penegakan hukum Islam juga kerap diupayakan dengan keras oleh
kalangan “Revivalis” dan “Fundamentalis” tidak merupakan jalan alternatif
melainkan suatu keharusan.
Ketiga, terdapat sebuah kecenderungan untuk melakukan perlawanan
terhadap pemerintah berikut sistem- sistemnya yang mapan tetapi dianggap tidak
“sah” khususnya karena kurangnya perhatian terhadap masalah “penyakit sosial”
yaitu maksiat dan kemungkaran.
Keempat, semangat untuk menegakkan agama sebagai lambang supermasi
kebenaran ajaran Tuhan di dunia dengan jalan “jihad” dengan sendirinya
                                                            
16

Jamhari dan Jajang Jahroni., Penyuting, h. 6-7.

mendapat tempat yang sangat terhormat. Jihad melawan kebatilan, kemungkaran
dan membenci musuh-musuh yang membenci Islam mereka meyakini sebagai
tugas keagamaan yang suci.
Gerakan Islam militan atau gerakan Islam radikal banyak mendapat sorotan
luas dari berbagai lapisan masyarakat di luar Islam. Hal ini disebabkan karena di
Indonesia sering terjadi konflik di daerah, misalnya konflik di Poso dan banyak
terjadi peledakan bom. Apa sebenarnya karakteristik Islam radikal di Indonesia.
Berikut ini akan penulis uraikan karakteristik golongan Islam radikal di
Indonesia:17
Pertama, Majlis Ta’lim Al-Ishlah, karakteristiknya mengikuti paham
Rosulullah dan para Sahabat, Khulafaurrasyidin, Al- Nahdiyin (yang mendapat
petunjuk Allah) . Menurut Taufik, SH, Front Pembela Islam Surakarta berpaham
Ahlussunah Waljamaah jika dibandingkan dengan organisasi lain, perbedaan pada
teknik dan strategi.
Kedua, FKAM/Jundullah menganut paham Ahlussunah Waljamaah dengan
pemahaman Salafush Sholeh. Anggotanya dibina mental dan fisik serta
pemahaman Islam yang baik.
Ketiga, barisan Bissmillah melaksanakan Al-Quran dan Assunah semampu
anggota.
Keempat, KAMI yang ditempuh adalah Syumuliyatul Islam.
Kelima, Laskar Jihad meliliki paham Ahlussunah Waljamaah yakni sikap
seseorang atau sekelompok orang yang komitmen kepada ajaran Islam
sebagimana Nabi dan Para Sahabat berpijak di atasnya
Media online Islam radikal (pendorong esksisnya Islam Radikal)
Keprihatinan banyak pihak tentang berkembangnya media penyebaran
paham islam radikal dapat dikonfirmasi dengan digunakannya salah satu media
berupa media online yang dianggap sangat efektif. Data yang dikumpulkan
ISRSVP menyebutkan bahwa sekitar 400 media online islam radikal yang tersebar
di dunia termasuk di Indonesia. Sebaliknya, hanya sedikit media online yang
dibuat khusus sebagai media online kontra radikalisme.
1. Voice of al-Islam (Voa-islam.com)
                                                            
17

Zainuddin fanannie, h. 66-68

Voa-islam.com tergolong situs berita Islam yang baru di dunia maya.
Meski baru, sekilas dari tampilan dan judul yang disajikan situs tersebut tergolong
radikal. Tidak ada kesan situs tersebut membawa nuansa perdamaian, meski situs
tersebut dibuat di Indonesia yang notabene negara damai. Situs voa-islam.com
didirikan di Bekasi pada bulan April 2009 dan resmi beroperasi pada tanggal 1
Juni 2009. Situs voa-islam.com akan terlihat semakain radikal setelah ditelusuri
memajang seara khusus rubrik yang membahas tentang jihad. Nama rubriknya
adalah “jihad fie sabilillah”. Nama yang sangat berani untuk ukuran situs berita
baru. Padahal, sangat jarang situs berita Islam memunculkan atau menamakan
rubrik dengan kata jihad.
Dengan

memunculkan rubrik bertema jihad dan isi beritanya berisi

tentang wacana permusuhan antar uamt beragama. Tidak ketinggalan, situs voaislam.com pun cenderung membenarkaan aksi radikalisme atas nama agama.
Tentunya mereka menggunakan dalil-dalil agama dalam pemberitaan untuk
menguatkan argumentasinya.
Adapun dasar pemikiran pendirian situs ini adalah QS. al-Nahl: 125; alHujrat/49: 6; dan al-Shaff: 10-12.
Untuk misinya, situs ini menulis bahwa voa-islam.com ingin menjadi
media terpercaya yang mengedepankan kebenaran dan keadilan secara profesional
dan terwujudnya masyarakat Muslim yang sadar akan kemuliaan dirinya dan
peran serta tanggung jawab yang harus diembannya untuk terwujudnya sebuah
peradaban yang bermartabat. Sedangkan misinya yakni mendakwahkan al haqq
(kebenaran) di mana saja, kapan saja, melalui media apa saja, meningkatkan
kualitas SDM dan kapabilitas teknologi informasi dan komunikasi umat Islam,
membangun dakwah online dan sebagai bentuk advokasi terhadap umat islam
Asin Tenggara, menjaga keutuhan dakwah, sunnah, dan perjuangan umat Islam,
menjadi media Islam onlline rujukan di Indonesia dan Asia Tenggara¸insyaallah,
menyampaikan informasi berimbang tentang eksistensi dan permasalahan umat
Islam di Asia Tenggara khususnya, dan dunia pada umumnya.
Berita yang diposting dalam situs ini mengesnakan bahwa situs ini
mneyerukan dan mendukung jihad versi Islam radikal. Rubrik “jihad fie
sabilillah” memuat berita “imbas penghinaan Blog santo Bellarminus, Jihad

Harus Disipakan”. (28 April 2010). Selanjutnya rubrik ini memuat: “Di
penghujung bulan April ini umat islam Bekasi disulut kemarahannya oleh umat
Kristen melalui penghinaan dan penghujatan terhadap Islam dalam blog Santo
Bellarminus Bekasi. Blog dengan titel”habisi Islam di Indonesia” tersebut
melakukan penghinaan terhadap Allah, Rasulnya, dan ajaran Islam yang tidak
pantas untuk diungkapkan di depan umum, karena kata-katanya yang jorok dan
menjijikkan”.
2. Media online ar-rahmah.com
Dalam beberapa peristiwa penting, seperti eksekusi terhadap trio bomber
Bali I, arrahmah.com juga mendapatkan gambar ekslusif. Tidak hanya itu, surat
terbuka yang mengklaim dari Noordin M.Top beberapa waktu lalu, kali pertama
dilansir juga oleh arrahmah.com.
Pada halaman depan situs ini terpampang banner yang bertuliskan,
“Support & Free Our Bother”. Banner dengan gambar Muhammad Jibril, si
pendiri situs ini, Jibril ditahan oleh polisi dan diajukan ke pengadilan atas tuduhan
terlibat kasus terorisme bom bunuh diri di mega Kuningan 17 Juli 2009. Mediamedia umum di Indonesia, setiap berita Muhammad Jibril disebutnya sebagai
teoris. Tetapi dalam situs yang didirikannya, dia dianggap saudara dan pahlawan.
Seperti yang termuat dalam situsnya, arrahmah.com adalah jaringan media
Islam yang bertujuan memberikan informasi berimbang tentang islam dan dunia
Islam di tengah-tengah arus informasi modern dan globalisasi. Situs ini
menjadikan media jurnalisme sebagai wadah perjuangan intelektual dan spiritual
untuk membangun kehidupan dunia yang lebih baik.
Rubrik arrahmah.com cukup provokatif dengan salah satu namanya jihad
analysis. Rubrik ini berisi tentang analisis mengenai informasi perjuangan umat
muslim dalam sudut pandangan pemikiran dewan redaksi mereka seperti
Afganistan, Israel, dan Indonesia. Kata analysis yang tertera dalam rubrik jihad
analysis menunjukkan bahwa rubrik tersebut dikategorikan sebagai informasi
mendalam dan di dalamnya terdapat opini oleh penulis analisis. Tentunya analisis
yang digunakan juga menggunakan pendekatan dewan redaksi. Umunya, berita
atau informasi yang dibahas dalam jihad analysis lebih menggambarkan mengenai
kebijakan politik negara-negara yang menentang jihad dalam versi mereka.

Dewan redaksi arrahmah.com ingin menentang opini yang berkembang di media
umum mengenai konsep jihad yang benar. Informasi dalam rubrik ini sama sekali
tidak memberikan ketentraman dan kenyamanan bagi pembaca. Analisis yang
ditulis justru menakut-nakuti dan cenderung menghakimi dan mengmbangkan
sikap praduga yang berlebihan. Analisis yang dikembangkanpun bersifat
sepihak.18
Analisis masa depan Islam radikal di Indonesia
Tidak dapat dipungkiri bahwa lahirnya Islam radikal karena adanya
perbedaan cara pandang dalam melihat dalil-dalil yang ada, baik dalam al-Qur'an
maupun

al-Hadist.

Kelompok-kelompok

yang

cenderung

radikal

menginterpretasikan ayat-ayat suci secara rigid dan tekstual sehingga melahirkan
pemahan yang parsial dan tidak komprehensif. Penulis akan menguraiakan
beberapa beberapa isu penting dan sensitif yang menjadi perdebatan tentang dalil
yang digunakan untuk membenarkan aksi-aksi radikal mereka berikut prosentase
umat Islam di DKI yang berpikiran demikian.
1. Peperangan
Kelompok Islam radikal membolehkan untuk mengangkat senjata
terhadap non muslim dengan mendasarkan argumentasinya pada al-Quran dan
hadis Nabi.
‫ﺪﺮ‬

‫ﻮا وإن ا ﻪ ﻰ ﺼﺮه‬

‫ﺎ ﻮن ﺄ ﻬ‬

‫أذن ﺬ‬

Artinya: "Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang
diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah
benar-benar Maha Kuasa menolong mereka. (Lihat Q.S. al-Hajj [22]: 39.)
‫ﺪ‬

‫ﺪوا إن ا ﻪ ﻻ ﺤ ا‬

‫ﺎ ﻮ ﻜ وﻻ‬

‫ا ﻪاﺬ‬

‫و ﺎ ﻮا‬

Artinya: “Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi
kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas. Karena sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.19”.
Ketika penulis mengajukan pertanyaan seputar keharusan membunuh
orang kafir, responden menjawab (Sangat setuju/SS= 2%), (setuju/S= 11%),
(Kurang setuju/KS= 26%),(Tidak setuju/TS= 37%),(Sangat tidak setuju/STS=
                                                            
18

Andika Hendra Mustaqim dalam Dhyah Madya Ruth, Memutus Mata Rantai
Radikalisme dan Terorisme, (Jakarta: Lazuardi Birru, 2010), h. 109
19
Lihat Q.S. al-Baqarah [2]: 190.

23%). Sementara keharusan membunuh orang murtad, responden menjawab
(SS=7%), (S=20%), (KS=28%),(TS=26%),(STS=18%). Fakta ini menjelaskan
bahwa rata-rata 44 % responden setuju membenarkan cara-cara kekerasan
(pembunuhan)

dalam berhubungan dengan orang kafir dan murtad dengan

berdalil pada teks-teks keagamaan.
2. Jihad
Persoalan jihad dalam agama merupakan salah satu alasan yang digunakan
gerakan radikal untuk membenarkan tindakannya. Gerakan ini memhami jihad
sebagai perintah untuk mengangkat senjata dalam rangka memerangi non muslim
di muka bumi ini tanpa mempertimbangkan aspek kemausiaan dan keadilan.
pemahaman tersebut didasarkan pada al-Quran:
Misalnya al- Qur’an Surat at-Taubah[9]:20:
‫ﺪ ا ﻪ وأو ﻚ ه ا ﺎ ﺰون‬

‫درﺟﺔ‬

‫ﻬ أ‬

‫ا ﻪ ﺄ ﻮا ﻬ وأ‬

‫ﻮا وهﺎﺟﺮوا وﺟﺎهﺪوا‬

‫اﺬ‬

Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan
harta benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan
itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.
al-Qur’an surat Ataubah ayat 73 dan at-Tahrim ayat 9 :
‫ا ﺼﺮ‬

‫ﻬ و ﺄواه ﺟﻬ و‬

‫واﻏ‬

‫ﺟﺎهﺪ ا ﻜ ﺎر وا ﺎ‬

‫ﺎ أ ﻬﺎ ا‬

Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu,
dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka ialah neraka Jahannam.
Dan itulah tempat kembali yang seburuk-buruknya.
Pertanyaan tentang pembantaian di Poso dan Ambon, responden
menjawab keharusan membantu mereka dengan prosentase (SS=56%), (S=38%),
(KS=4%),(TS=0%),(STS=2%). Sementara terkait dengan Israel yang sering
mengemuka dalam demonstrasi juga dipandang sebagai hal yang penting.
Responden memilih untuk memerangi Israel agar berhenti membantai Palestina
dengan perbandingan (SS=49%), (S=40%), (KS=8%),(TS=2%),(STS=1%)
Fakta ini menjelaskan bahwa 98 % masyarakat muslim di DKI Jakarta siap
berangkat ke Poso dan 97 % ke Israel membantu umat Islam yang sedang dibantai
oleh non muslim atas dasar jihad fi sabilillah.
3. Hubungan antara Muslim dan non Muslim.

Gerakan radikal Islam berkeinginan mendirikan khalifah Islam di muka
bumi dengan menerapkan syarait Islam. Pada beberapa kejadian tindak kekerasan
yang terjadi, terlihat bahwa mereka memperlakukan non muslim sebagai objek
yang harus dilenyapkan dari muka bumi ini. Alasannya adalah bahwa non
muslimlah sebagai sumber kemaksiatan.
Mereka mengutip beberapa satu hadis tentang hukuman orang murtad:
Riwayat hadis ini menjelaskan tentang situasi yang dihadapi Abu Musa al-Asy'ari
dan Mu'adz bin Jabal di Yaman. Nabi Muhammad saw berpesan, "Kalian
hendaknya mempermudah urusan, jangan kalian persulit, kalian sampaikan berita
gembira, kalian janganlah bercerai berai. Abu Musa menceritkan kepada Nabi
saw, bahwa di Yaman banyak minuman dari anggur, madu, dll. Nabi saw
berpesan, minuman apa saja yang memabukkan, hukumnya haram. Keduanya lalu
meninggalkan Nabi saw, dan di tengah jalan, Mua'adz berkata kepada Abi Musa,
"bagaimana cara kamu baca al-Qur'an? Dijawab, "Aku baca al-Qur'an sarnbil
duduk, berdiri, bahkan di atas kendaraan. Kalau aku, kata Abi Musa, ya..biasa
aja,. Waktunya tidur, ya tidur, kerja, berdiri, dan sebagainya. Dua orang ini saling
mengunjungi. Pada suatu hari, ada seorang laki di hadapannya. Mu'adz bertanya
kepada Abu Musa, "Siapa ini?" Abu Musa menjawab, oh, dia dulunya Yahudi,
pernah masuk Islam, dan kemudian murtad. Serta merta Mu'adz berkata, "Wah
kalau begitu, akan aku penggal lehernya".
Berdasarkan riwayat ini, pelaku murtad boleh dipenggal lehernya tanpa
melihat apakah si murtad itu memusuhi Islam atau tidak?
Hadis yang lain, dengan menggunakan fill madzi (simple past) yang
dirangkai dengan harf jar dan kata benda jadian (mashdar) al-zakat. Misalnya
diketemukan dalam riwayat hadis berikut ini.
Riwayat ini menjelaskan, misi kerasulan Muhammad saw meluruskan aqidah
umat dan menjatuhkan sanksi bunuh bagi yang tidak mau mengucapkan kalimat
tauhid. Siapa saja yang telah ikrar dan menyatakan ketauhidan kepada Allah swt,
darahnya, hartanya, semuanya dilindungi. Ulama sepakat, hadis ini disabdakan
Rasulullah di awal-awal Islam.
Pada masa kekhalifahan Abu Dakar, banyak umat Islam yang enggan
membayar zakat. Kata Abu Bakar, siapa saja yang enggan membayar zakat

(setelah diajak taubat) tetap saja enggan membayarnya, maka akan aku tebas
lehernya.
Irtaddu 'an al-zakat dalam penggalan riwayat ini berarti

berpaling dan

tidak mau membayar zakat. Hukumnya dianggap seperti murtad, karena tidak
membayar zakat akan mengganggu stabilitas ekonomi dan dianggap makar
terhadap ketentuan syari'at Allah swt.
Pertanyaan

tentang

kemungkinan

pemerintah

Indonesia

menjalin

hubungan dagang (ekonomi), budaya dan politik dengan negara Israel, jawaban
responden (SS=0%), (S=20%), (KS=26%), (TS=31%),(STS=23%).
Pertanyaan tentang umat Islam yang harus mengadakan sweeping terhadap
orang Amerika dan kepentingannya, karena mereka menyokong Israel dalam
membantai orang Muslim di Palestina, jawaban responden (SS=16%), (S=37%),
(KS=26%), (TS=13%),(STS=7%). Pertanyaan tentang pluralisme agama adalah
sebuah keharaman, jawaban responden (SS=37%), (S=28%), (KS=29%),
(TS=5%), (STS=2%). Pertanyaan seputar ideologi Barat yang masuk di Indonesia
harus

di

tolak,

jawaban

responden

(SS=28%),

(S=36%),

(KS=26%),

(TS=8%),(STS=2%).
Fakta di atas menjelaskan bahwa 80 % masyarakat muslim di DKI tidak
setuju berhubungan dengan negara Israel (non mslim dan zionis) dan 80 % setuju
mengadakan sweeping atas orang Amerika yang ada di Indonesia. Sementara
pluralisme yang juga berkaitan dengan hubungan Islam dan agama lain, sekitar 97
% responden menolak pluralisme agama. 80 % menonal ideologi Barat yang non
muslim masuk di wilayah Indonesia yang mayoritas muslim
4. Formalisasi syariat Islam di Indonesia
Penerapan syariat Islam di Indonesia telah menjadi isu penting sejak pra
dan pasca kemerdekaan bahkan dalam perumusan dasar negara dan UUD 45.
Bahkan saat ini beberapa daerah telah menetapkannya dengan perda syariah.
Salah satu dasar kelompok Islam radikal menyetujui foemalisasi syariah di
Indonesia adalah QS. al-Maidah/5: 44-55 yang intinya bahwa barang siapa tidak
menetapkan hukum sesuai dengan hukum Allah, maka mereka termasuk golongan
kafir dan zhalim.
‫أ ﺰل اﷲ ﺄوﻻ ﻚ ه ا ﺎ ﻮن‬

‫ﺤﻜ‬

‫ و‬...‫أ ﺰل اﷲ ﺄوﻻ ﻚ ه ا ﻜﺎ ﺮون‬

‫ﺤﻜ‬

...

Penulis merumuskan isu tersebut dalam sebuah pertanyaan kuesioner
bahwa penerapan syariah sebagai satu-satunya alternatif bagi umat Islam dalam
menyelesaikan persoalan dunia, jawaban responden (SS=26%), (S=50%),
(KS=18%), (TS=6%),(STS=0%). Pertanyaan tentang negara kesatuan yang harus
diganti dengan sistem khalifah seperti yang dicontohkan Nabi dan para
sahabatnya,

jawaban

responden

(SS=15%),

(S=39%),

(KS=30%),

(TS=15%),(STS=1%). Pertanyaan seputar demokrasi yang dianggap haram karena
menempatkan manusia di atas kekuasaan Tuhan, jawaban responden (SS=16%),
(S=24%), (KS=34%), (TS=33%),(STS=3%). Pertanyaan tentang hukum satusatunya di dunia, yaitu, hukum Allah dan yang tidak menjalankannya adalah kafir,
jawaban responden (SS=28%), (S=34%), (KS=22%), (TS=12%),(STS=3%).
Fakta-fakat tersebut adalah sebagaian hasil penelitian penulis yang
mengajukan 40 pertanyaan kepada responden. Sebagian tersebut memperlihatkan
betapa radikalnya pemahaman kesilaman masyarakat muslim di DKI Jakarta.
Oleh karena itu beberapa langkah yang harus dilakukan untuk mengantisipasi
penyebaran pemikrian tersebut.
Kontra Islam radikal di Indonesia
Salah satu negara yang berhasil melakukan gerakan kontra radikalisme
adalah singapur dan Saudi. Indonesia sebagai negara terbesar Muslim di dunia
dengan sendirinya memiliki banyak persoalan dengan radikalisme berbasis agama.
Dengan masyarakat muslim yang banyak dan heterogen dan alam demokrasi
memberikan ruang kepada seluruh masyarakat untuk berfikir dan bertindak sesuai
dengan nilai dan ideologi yang diyakini benar. Akibatnya, lahirlah kelompokkelompok yang beraliran radikal seperti yang telah dijelaskan di atas.
Secara umum persoalan islam radikal dapat dilihat dari empat segi: pencegahan,
operasi, rehabilitasi, dan reintegrasi. Khusus rehabilitasi, hanya ada dua negara yang
fokus dan konsisten melakukannya, yaitu Singapur dan Arab Saudi. Dalam pelaksanaan
program rehabilitasi, ada enam objek yang dapat dilihat, yaitu: agama, sosial, vocational,
seni kreatifitas, pendidikan, dan psikologis.
Aspek rehabilitasi dalam persoalan Islam radikal menjadi penting karena mereka
adalah bagian dari masyarakat yang memiliki hak-hak sipil saat menjalani dan pasca
hukuman penjara. Persoalannya adalah, dari segi agama, mereka menafsirkan ajaran
agama dengan pendekatan radikal yang kemudian membawa mereka pada tindakan-

tindakan radikal dan teror. Pemahaman mereka tidak hanya diwarisi oleh keluarga
mereka, akan tetapi sesama napi dalam penjarapun terkadang terpengaruh dengan
pemikiran radikalnya. Akibatnya, penjara tidak mematikan radikalisme, penjara menjadi
tempat berkembangnya paham dan tindakan tersebut.
Dari segi sosial, golongan radikal yang sudah terlibat aksi teroris, mereka dan
keluarganya terlanjur mendapat label “penjahat” dari masyarakat umum sehingga mereka
terisolasi dari masyarakatnya. Kondisi ini melahirkan masalah baru

berupa tekanan

psikologis, lapangan kerja, masalah sosial, pendidikan. Secara umum mantan narapidana
teroris dan keluarganya tidak memiliki pendidikan yang layak untuk bersaing dalam
dunia kerja.

Untuk mengantisipasi persoalan-persoalan tersebut, rehabilitasi dapat

memberikan konseling terhadap masalah agama dan psikologis yang mereka hadapi,
pelatihan-pelatihan keterampilan sebagai langkah awal untuk hidup mandiri.
Negara Singapura telah merumuskan metode dan langkah-langkah terkait dengan
rehabilitasi dengan pendekatan-pendekatan tersebut di atas dengan mendirikan Religious
Rehabilitation Group (RRG). Meskipun titik tolaknya dari mesjid (Khadijah Mosque)
namun sistem rehabilitastinya berjalan secara komprehensif.
Kaitannya dengan Indonesia, dari empat sudut tentang Islam radikali, persoalan
operasi dianggap telah berhasil karena telah menangkap dan menewaskan sejumlah tokoh
penting dan beberapa pengikutnya. Adapun pada aspek rehabilitasi dan reintegrasi,
Indonesia belum melakukannya dengan maksimal seperti di Singapura dan Arab Saudi,
meskipun di beberapa lembaga telah melakukannya dengan menggandeng para ahli
agama dan psikolog. Sementara pada aspek pencegahan, Indonesia

telah proaktif

melakukakannya baik dari lembaga pemerintah maupun non pemerintah.
Dalam hal pencegahan atau kontra radikalisme, ada beberapa kegiatan yang
dapat dilakukan, di antaranya:
‐ Workshop deradikalisasi pimpinan pondok pesantren yang bertujuan untuk
memberikan

pemahaman keagamaan non radikal kepada pimpinan pondok

pesantren agar mereka dapat meneruskan kepada santri-santri dan masyarakat di
sekitarnya
‐ Workshop deradikalisasi pengurus mesjid yang bertujuan untuk memberikan
pemahaman keagamaan non radikal kepada mereka agar dapat memilih khatib
dan tema khutbah yang tidak bernuansa radikal
‐ Workshop deradikalisasi dai/khatib yang bertujuan untuk memberikan
pemahaman keagamaan non radikal kepada para dai/khatib agar dapat
menyampaika dakwah dan khutbahnya tanpa nuansa radikal

‐ Workshop deradikalisasi dosen agama di Perguruan Tinggi Umum dan guru
agama di sekolah umum yang bertujuan untuk memberikan

pemahaman

keagamaan non radikal kepada Dosen agama di Perguruan Tinggi Umum dan
guru

agama

di

sekolah

umum

agar

mereka

dapat

memberikan

perkuliahan/pelajaran tentang hal yang berkaitan dengan agama yang tidak
radikal karena saat ini sebagian golongan radikal berasal dari Perguruan Tinggi
umum/sekolah umum.
‐ Penerbitan buku yang berkenaan dengan kontra radikalisme pemahaman alQuran-Hadis, buku kumpulan khutbah, dan bacaan-bacaan umum lainnya.
‐ Diharapkan semua kementerian dan non kementerian serta semua pihak ikut
berperan aktif terhadap kontra radikalisme sesuai dengn tugas dan fungsinya
masing-masing.

Kesimpulan
Islam radikal di Indonesia memiliki masa depan cerah. Hal ini terlihat dari
sekian banyak survei yang membenarkan tentang beberpa isu penting berkenaan
dengan Islam radikal disetujui oleh masyarakat muslim di Indonesia. Bukti lain
adalah sejumlah kelompok/organisasi/lembaga yang disinyalir beraliran Islam
radikal semakin gencar melakukan perekrutan dan pengkaderan di Mesjid,
Mushallah, lembaga pendidikan agama dan umum, di tengah-tengah masyarakat
umum. Golongan ini memiliki sarana yang cukup ampuh dalam penyebaran
gerakan ini berupa media cetak, online, radio, televisi, ceramah. Perlu upaya
semua pihak memberikan antisipasi dan pencegahan meluasnya paham ini.