Gerakan Radikal Islam di Indonesia

Gerakan Radikal Islam di Indonesia « Sejarah Peradaban Islam

HOME

ABOUT ME

CONTACT ME

10/15/2015

DISCLAIMER »

SITE MAP

Sejarah
Peradaban Islam
HOME

SEJARAH INDONESIA

SEJARAH ISLAM


PERADABAN ISLAM

Enter keywords

Stay Connect with Me
Enter your email address

Subscribe

Search
Home » Sejarah Islam Indonesia » Gerakan Radikal Islam di Indonesia

Gerakan Radikal Islam di Indonesia
By Sejarah Peradaban Islam

Popular Posts

Recent Posts


Dinasti Abbasiyah (Kemajuan dan
Keberhasilannya)
Perluasan Wilayah Pada Masa
Khulafaurasyiddin dan Dinasti Umayyah
Partai Komunis Indonesia (awal
kemunculan hingga kehancuran)
Ekspansi kekuasaan Islam berlangsung
secara cepat (Pada zaman
Khulafaurrasyidin, Umayyah,
Abbasiyah)
Muslim Rohingya

Islam dalam Pembangunan Nasional

Tokoh-tokoh Filsafat Sejarah

Makin bergulirnya waktu, Islam menjadi agama mayoritas di Indonesia. Namun, yang disayangkan
adalah dalam hal pengamalannya. Corak keislaman di Indonesia sangat jauh dengan yang ada di
Timur Tengah. Hal ini tidak terlepas dari perjalanan sejarah sebelum adanya Islam. Banyak
bentuk pengamalan dari ajaran Islam yang dilaksanakan dengan sedikit mencampurkan ajaran

nenek moyang (animisme/dinamisme).
Keadaan yang seperti inilah yang berarti belum sesuai dengan al-Qur’an dan Sunnah, maka
datanglah suatu gerakan yang mengajak umat Islam kembali kepada al-Qur’an dan Sunnah yang
berarti juga menentang takhayul, khurafat dan bid’ah. Gerakan ini mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut: memikat, dinamis, militan, ulet, teguh, menyebar, deterministis, mendorong, keras kepala,
menantang dan menuju kemajuan. Dari ciri-ciri ini memicu suatu gerakan pemurnian Islam secara
besar-besaran (hingga muncul istilah radikal).
Istilah Radikalisme berasal dari bahasa latin radix, yang artinya akar, pangkal dan bagian bawah,
atau bisa juga secara menyeluruh, habis-habisan dan amat keras untuk menuntut perubahan.
sedangkan secara terminologi Radikalisme adalah aliran atau faham yang radikal terhadap
tatanan politik; paham atau aliran yang menuntut perubahan sosial dan politik dalam suatu
negara secara keras.
Kehadiran orang-orang Arab muda dari Hadramaut Yaman ke
Indonesia yang membawa ideologi baru ke tanah air telah
mengubah konstelasi umat Islam di Indonesia. Ideologi baru yang
lebih keras dan tidak mengenal toleransi itu banyak dipengaruhi
oleh mazhab pemikiran Muhammad bin Abdul Wahab atau Wahabi
yang saat ini menjadi ideologi resmi pemerintah Arab Saudi.
Padahal sebelumnya hampir semua para pendatang Arab yang
datang ke Asia Tenggara adalah penganut mazhab Syafi’i yang

penuh dengan teloransi.

Islam Pada Masa Pertengahan

Sejarah Islam
Sejarah Islam Indonesia

No comments

Sebelum Islam datang, kepercayaan animisme dan dinamisme serta ajaran Hindu-Budha telah
lama berkembang di Indonesia. Tetapi, kepercayaan tersebut makin lama perkembangannya
semakin menurun dan akhirnya diganti oleh peranan Islam. Islamisasi terjadi ketika penjajah
datang ke Indonesia dan kemudian berhadapan dengan kerajaan-kerajaan yang ada di
Indonesia.

HMI (Himpunan Mahasiswa Islam)

Masa Dinasti

Sejarah Islam Indonesia


Sejarah Gerakan Radikal (makna dan ciri-ciri)

Sarekat Dagang Islam (Sejarah dan
Perkembangannya)

Trending Stories

Posted at 5:06 PM

Muhammad bi Abdul Wahab

Kehadiran mereka ini pada akhirnya menjadi sangat fenomenal di
Indonesia karena pengaruh mereka dianggap berbahaya. Terdapat Salah satu hasil pemahaman
yang dimunculkan dari ideologi ke-Timuran (wahabi) ke tanah air yang kemudian dianggap
berbahaya karena kesalahfahaman dalam menafsirkan ajaran tersebut. Yakni, konsep jihad yang
menyimpan banyak tafsir. Dari adanya kesalahfahaman dalam menafsirkan konsep jihad. Hal ini
kemudian memunculkan kesan bahwa radikalisme dalam Islam semakin terpatri kuat oleh
sebagian masyarakat.


Sejarah Politik Indonesia

Blog Archive
▼ 2015
▼ October

Gerakan Radikal Islam di Indonesia

Jihad, berarti usaha sungguh-sungguh dijalan Allah, atau dalam definisi hukumnya, menyerahkan
atau menyediakan sesuatu yang dimiliki untuk kepentingan agama, termasuk harta, ilmu, jiwa,
waktu dan lainnya. Defenisi tersebut dilukiskan oleh Fakhruddin al-Turayhi, salah seorang Ulama
Islam abad ke 11. Konsep Jihad dalam Islam ini sering difahami keliru oleh sebagian kelompok
umat Islam dan kemudian didukung oleh para orientalis, bahwa konsep jihad yang dikembangkan
adalah dengan hanya mengidentikkannya dengan angkat senjata.

► September
► August

Pada hakekatnya, menurut Sufyan Al-Thauri, Ulama besar abad kedua Hijriah, jihad mencakup
aneka ragam aktifitas; ia terdiri dari 10 bagian, hanya satu diantaranya dalam bentuk mengangkat

senjata. Bentuk inipun tidak dibenarkan apabila lawan menghendaki perdamaian. (Qs. 8:61).
Adapun 9 bagian lainnya, termasuk diantaranya jihad dengan membelanjakan harta. Allah.
Bahkan mendahulukan orang-orang yang membelanjakan hartanya di jalan Allah ketimbang
mereka yang berjihad mengorbankan nyawanya. (Qs. 49:15).
Namun sangat disayangkan perilaku sebagian kelompok umat Islam dalam berdakwah banyak
yang memaknai jihad adalah perang dengan angkat senjata, sehingga ketika melihat kemaksiatan
dan kemunkaran sedikit mereka (kelompok umat Islam fundamentalis) langsung menanggapinya
dengan emosional dan angkat senjata. Sikap emosional yang dimunculkan oleh mereka juga
sering ditampakan melalui jalur politik dan kekuasaan dengan memaksakan formalisasi Islam di
segala lini.
Antara fundamental-ideologis atau kuasa politik, tak bisa menolak realitas pengeremangan Islam.
Pemurnian Islam yang dibayangkannya terjebak pada penistaan. Egoisme politik telah
mengaburkan cara beragama mereka. Dan, mimpi formalisasi syariat dengan tindak kekerasan
hanya menyudutkan Islam. Bahwa Islam sebentuk agama penganjur kedamaian sekaligus
keretakan sosial.
Antara fundamental-ideologis atau kuasa politik, tak bisa menolak realitas peneremangan Islam.
Pemurnian Islam yang dibayangkannya terjebak pada penistaan. Egoisme politik telah
mengaburkan cara beragama mereka. Dan, mimpi formalisasi syariat dengan tindak kekerasan
hanya menyudutkan Islam. Bahwa Islam sebentuk agama penganjur kedamaian sekaligus
keretakan sosial.

Dari sini, ideologi radikal tampak begitu dekat dengan permainan kuasa. Menempuh jalur politik
diyakini dapat mengantarkan Islam pada kondisi lebih tinggi, yaitu, mimpi formalisasi syariat dan
terbentuknya negara Islam. Hingga kini, kaum radikal terus berjuang untuk dua hal itu, baik
melalui lobi-lobi politik maupun fundamental-ideologis.
Ironisnya, Islam hanya dijadikan pendasaran politik kepentingan. Padahal, dalam praktiknya,
teror, anarki dan kekerasan secara bergantian dilakukannya. Tidak ada batas baik-buruk, moralamoral. Semuanya berjalan di tataran politik yang menjauh dari Islam. Akhirnya, radikalisme
kadang keliru dalam memahami Islam.
Mungkin, di sinilah letak kekuatan radikalisme Islam Indonesia. Semakin melekat dalam setiap
segmentasi sosial, semakin susah dibendung. Ia pandai membaca ruang sosial yang tak cepat
lekang. Karena memahami setiap ruang akan mengantarkan radikalisme mencipta mentalitas
kultural.

http://peradabandansejarah.blogspot.co.id/2015/10/Gerakan-Radikal-Islam-Indonesia.html

1/5

Gerakan Radikal Islam di Indonesia « Sejarah Peradaban Islam

10/15/2015


Jenis Gerakan Radikal (profil singkat)
Pemberontakan Kaum Paderi abad ke-19
Sebelum muncul di Jawa, gerakan ini
terlebih dahulu muncul di Sumatera, yaitu
antara Kaum Paderi dan Kaum Adat.
Gerakan ini muncul setelah datang seorang
ulama bernama Haji Miskin dan kawankawannya pada tahun 1802 dari Makkah.
Pemahaman ini tidak terlepas dari buah
pikiran Muhammad bin Abdul Wahab yang
berkembang menjadi gerakan radikal
Wahabiah.
Mengetahui hal tersebut, Tuanku Nan Renceh sangat tertarik lalu ikut mendukung keinginan
ketiga orang Haji tersebut bersama dengan ulama lain di Minangkabau yang tergabung dalam
Harimau Nan Salapan. Harimau Nan Salapan kemudian meminta Tuanku Lintau untuk mengajak
Sultan Arifin Muningsyah beserta kaum Adat untuk meninggalkan beberapa kebiasaan yang
bertentangan dengan ajaran agama Islam.
Dalam beberapa perundingan tidak ada kata sepakat antara Kaum Padri dengan Kaum Adat.
Seiring itu beberapa negeri dalam Kerajaan Pagaruyung bergejolak, puncaknya pada tahun
1815, Kaum Padri dibawah pimpinan Tuanku Pasaman menyerang Kerajaan Pagaruyung dan
pecahlah peperangan di Koto Tangah.

Serangan ini menyebabkan Sultan Arifin Muningsyah terpaksa menyingkir dan melarikan diri dari
ibu kota kerajaan. Dari catatan Raffles yang pernah mengunjungi Pagaruyung pada tahun 1818,
menyebutkan bahwa ia hanya mendapati sisa-sisa Istana Kerajaan Pagaruyung yang sudah
terbakar.
Haji Agus Salim berpendapat bahwa faktor adat memang sangat penting bagi masyarakat
Sumatera. Adat berusaha untuk tetap menjaga diri agar tetap bertahan dan relevan dengan
keadaan zaman. Untuk itu sifatnya yang kompromistik dan keluwesannya mengembangkan diri
untuk menerima proses pembaharuan yang tidak selamanya cocok dengan Islam yang menjadi
agama anutannya, maka konflik antara keduanya sangat mudah terjadi.

Sumatera Thawalib
Sumatera Thawalib merupakan sekolah
Islam modern pertama di Indonesia.
Sumatera Thawalib, yang berarti Pelajar
Sumatera, berdiri pada tanggal 15 Januari
1919 dari hasil pertemuan antara pelajar
Sumatera Thawalib (Padang Panjang)
dengan pelajar Parabek. Hasil pertemuan
ini adalah dibentuknya sebuah persatuan
antara kedua pelajar lembaga pendidikan

itu, yang dinamai "Sumatera Thawalib", dengan tujuan memperdalam ilmu dan mengembangkan
agama Islam.

Masa Awal
Sistem pendidikan Islam melalui surau telah menjadi bagian budaya dalam masyarakat
Minangkabau. Sistem pendidikan ini masih tetap bertahan hingga awal abad ke-20, walaupun
telah terjadi pembaharuan dalam pendidikan Islam. Namun demikian terdapat beberapa surau
yang tidak mau ketinggalan dengan perkembangan madrasah. Surau pertama yang telah
memakai sistem kelas dengan mempergunakan meja, kursi, papan tulis dan alat bantu pelajaran
adalah surau Jembatan Besi di Padang Panjang.
Surau Jembatan Besi didirikan pada tahun 1914 oleh Abdullah Ahmad dan Abdul Karim Amrullah
atau yang dikenal dengan Haji Rasul. Setelah Abdullah Ahmad pindah ke Padang, Haji Rasul
menggantikannya sebagai pimpinan surau Jembatan Besi yang membawa banyak perubahan
atau pembaruan.
Pada tahun 1915, didirikan Koperasi Pelajar atas inisiatif Haji Habib, dan setahun kemudian
koperasi itu diperluas lagi oleh Haji Hasyim. Dengan didirikannya sebuah koperasi pada surau
Jembatan Besi, kelihatanlah bahwa surau tersebut mempunyai sifat terbuka dan mau menerima
sesuatu yang baru, karena pengaturan koperasi sudah dipengaruhi oleh pengetahuan Barat.
Pada tahun 1913, Zainuddin Labai Al-Yunusi kembali ke
Padang Panjang setelah menuntut ilmu dengan Abbas
Abdullah di Padang Japang, Payakumbuh. Zainuddin
Labai sebagai guru pada surau tersebut dan tahun
1915 mendirikan Sekolah Diniyah. Terpengaruh oleh
sistem pendidikan pada sekolah Diniyah, Zainuddin
Labai mengajak para pelajar surau Jembatan Besi
membentuk suatu perkumpulan yang dinamakan
Makaraful Ichwan, untuk memperdalam pengetahuan
tentang Islam dan berusaha menyelesaikan masalah Agama secara ilmiah serta persahabatan
antara sesama penganut agama Islam.
Pada tahun 1918 Zainuddin Labai Al-Yunusi, Jalaluddin Thaib dan Inyiak Mandua Basa
mengubah nama Koperasi Pelajar Jembatan Besi dengan nama "Sumatera Thawalib" dengan
memperluas ruang lingkup kegiatannya. Perubahan nama ini sekaligus mengubah nama surau
Jembatan Besi menjadi nama Sumatera Thawalib. Perubahan nama tersebut diilhami oleh
organisasi pemuda Jong Sumatranen Bond yang waktu itu sudah membuka cabangnya di
Bukittinggi dan Padang.
Setelah surau Jembatan Besi mengalami banyak perubahan dan pembaharuan, maka pada tahun
1918 Haji Rasul memperkenalkan sistem kelas pada Sumatera Thawalib dan semenjak itu sistem
pendidikan surau yang selama ini dianut oleh surau Jembatan Besi sudah berubah menjadi
Sumatera Thawalib yang mempergunakan sistem sekolah. Sesudah sistem pendidikannya
berubah, maka Haji Rasul menyusun kembali kurikulum, metode mengajar, dan buku yang akan
dipergunakan pada Sumatera Thawalib dengan memasukkan mata pelajaran umum.
Sementara itu surau Parabek yang didirikan oleh Ibrahim Musa, bergerak ke arah pembaruan
dalam bidang pendidikannya yang di ikuti pula oleh beberapa surau lainnya.

Pertemuan Parabek
Pada tanggal 15 Januari 1919, dengan mengambil tempat di surau Muhammad Jamil Jambek di
Bukittinggi, diadakan pertemuan antara pelajar Sumatera Thawalib dengan pelajar Parabek. Hasil
pertemuan ini adalah dibentuknya sebuah persatuan antara kedua pelajar lembaga pendidikan
itu, yang dinamai "Sumatera Thawalib", dengan tujuan memperdalam ilmu dan mengembangkan

http://peradabandansejarah.blogspot.co.id/2015/10/Gerakan-Radikal-Islam-Indonesia.html

2/5

Gerakan Radikal Islam di Indonesia « Sejarah Peradaban Islam

10/15/2015
agama Islam.
Pada tahun 1921, Ibrahim Musa memperkenalkan sistem madrasah pada surau Parabek seperti
yang dilaksanakan pada Sumatera Thawalib, dan semenjak itu surau Parabek sudah berubah
namanya menjadi Sumatera Thawalib Parabek. Selanjutnya surau di Padang Japang, Maninjau,
dan Batusangkar juga mengubah nama dengan Sumatera Thawalib seperti yang dilakukan oleh
surau Jembatan Besi dan surau Parabek.

Pergerakan Politik
Pengaruh pergerakan politik juga masuk ke Sumatera Thawalib, terutama dengan tersebarnya
sekolah Sumatera Thawalib di daerah Sumatera Barat, yang mendorong pelajar untuk
membentuk suatu organisasi yang dapat mempersatukan seluruh pelajar. Pada tanggal 22
Januari 1922, atas undangan pelajar Sumatera Thawalib Padang Panjang, diadakan pertemuan
antara wakil seluruh sekolah Sumatera Thawalib. Pertemuan itu memutuskan membentuk satu
kesatuan organisasi pelajar Sumatera Thawalib di bawah satu Dewan Pusat dengan cabangnya
di daerah-daerah. Kesatuan pelajar itupun dinamakan Pesatuan Pelajar Sumatera Thawalib dan
pusat kegiatannya terdapat di Padang Panjang.
Dengan adanya organisasi pelajar Sumatera Thawalib, maka mulai tahun 1923 terlihat
perkembangan baru. Pengaruh Djamaluddin Tamin dan Datuk Batuah yang membawa ajaran
komunisme, telah menarik hati para murid Sumatera Thawalib. Gagasan baru ini ditentang habishabisan oleh pengajar Sumatera Thawalib, terutama Haji Rasul yang saat itu menjadi guru besar
sekolah.
Tahun 1930, ulama tradisional yang dimotori para pengajar Sumatera Thawalib mendirikan
Persatuan Tarbiyah Islamiyah untuk mewadahi sekolah Islam tradisional. Sumatera Thawalib yang
selama ini hanya bergerak di bidang pendidikan mulai ikut politik yang menyebabkan sekolah ini
ditutup pemerintah Hindia-Belanda.

DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia)
Negara Islam Indonesia (disingkat NII; juga
dikenal dengan nama Darul Islam atau DI)
yang artinya adalah "Rumah Islam" adalah
gerakan politik yang diproklamasikan pada 7
Agustus 1949 (ditulis sebagai 12 Syawal
1368 dalam kalender Hijriyah) oleh
Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo di Desa
Cisampah,
Kecamatan
Ciawiligar,
Kawedanan Cisayong, Tasikmalaya, Jawa
Barat.
Diproklamirkan
saat
Negara
Bendera Darul Islam
Pasundan buatan belanda mengangkat
Raden Aria Adipati Wiranatakoesoema sebagai presiden.
Gerakan ini bertujuan menjadikan Republik Indonesia yang saat itu baru saja diproklamasikan
kemerdekaannya dan ada pada masa perang dengan tentara Kerajaan Belanda sebagai negara
teokrasi dengan agama Islam sebagai dasar negara. Dalam proklamasinya bahwa "Hukum yang
berlaku dalam Negara Islam Indonesia adalah Hukum Islam", lebih jelas lagi dalam undangundangnya dinyatakan bahwa "Negara berdasarkan Islam" dan "Hukum yang tertinggi adalah Al
Quran dan Hadits". Proklamasi Negara Islam Indonesia dengan tegas menyatakan kewajiban
negara untuk membuat undang-undang yang berlandaskan syari'at Islam, dan penolakan yang
keras terhadap ideologi selain Alqur'an dan Hadits Shahih, yang mereka sebut dengan "hukum
kafir", sesuai dalam Qur'aan Surah 5. Al-Maidah, ayat 50.

Dalam perkembangannya, DI menyebar hingga di beberapa wilayah, terutama Jawa Barat (berikut
dengan daerah yang berbatasan di Jawa Tengah), Sulawesi Selatan, Aceh dan Kalimantan.
Setelah Kartosoewirjo ditangkap TNI dan dieksekusi pada 1962, gerakan ini menjadi terpecah,
namun tetap eksis secara diam-diam meskipun dianggap sebagai organisasi ilegal oleh
pemerintah Indonesia. Ada beberapa versi DI/TII yang telah berkembang:

Gerakan DI/TII Daud Beureueh
Gerakan DI/TII Ibnu Hadjar
Gerakan DI/TII Amir Fatah
Gerakan DI/TII Kahar Muzakkar

Proses Penangkapan Kartosoewiryo

Eksekusi mati Kartosoewiryo

Jamaah Islamiyah (JI)
Jamaah Islamiah adalah sebuah organisasi militan Islam di Asia Tenggara yang berupaya
mendirikan sebuah negara Islam raksasa di wilayah negara-negara Indonesia, Singapura, Brunei,
Malaysia, Thailand dan Filipina. Pemerintah Amerika Serikat menganggap organisasi ini sebagai
organisasi teroris, sementara di Indonesia organisasi ini telah dinyatakan sebagai "korporasi
terlarang".
Menurut pernyataan intelijen, JI merupakan konfederasi beberapa kelompok Islam. Sekitar tahun
1969, dua orang, Abu Bakar Baashir, dan Abdullah Sungkar, dianggap melakukan operasi untuk
mengembangkan Darul Islam, sebuah kelompok konservatif Islam. Abdullah Sungkar sudah
meninggal, sedangkan Abu Bakar Baashir sendiri membantah keterlibatannya dengan JI dan
menyatakan tidak tahu menahu tentang JI. Meskipun JI dituduh melakukan pemboman di hotel JW
Mariot, Jakarta, keterkaitan Abu Bakar Baashir dengan aksi itu dinyatakan tidak terbukti oleh
pengadilan. Bashir dan kawan-kawannya mendirikan radio untuk menyampaikan pengajian di
Indonesia. Baashir juga mendirikan pesantren di Jawa. Motto dari pesantren itu adalah, "Hidup
mulia atau mati mendapat surga."

http://peradabandansejarah.blogspot.co.id/2015/10/Gerakan-Radikal-Islam-Indonesia.html

3/5

Gerakan Radikal Islam di Indonesia « Sejarah Peradaban Islam

10/15/2015

Tanpa peradilan, Baashir dijebloskan ke penjara semasa
pemerintahan Suharto karena dianggap membahayakan dan
hidup di penjara selama beberapa tahun. Selepas dari
penjara, Bashir melarikan diri ke Malaysia pada tahun 1982.
Dia menjadi guru mengaji di Malaysia dan mempunyai banyak
pengikut di negeri itu. Saat inilah dia dianggap mendirikan
Jemaah Islamiyah dan pengikutnya tersebar juga hingga ke
Singapura dan Filipina.
Abu Baka Baashir

Anggota JI membuat dan menyebarkan pamflet, tapi tidak
melakukan aksi teror. Baashir menyerukan jihad tapi dia tidak
mau melakukan aksi kekerasan. Menurut cerita intelijen, Baashir bertemu Riduan Isamuddin, atau
Hambali pada awal tahun 1990an di sebuah sekolah yang didirikan oleh Bashir. Bashir menjadi
pemimpin politik dari organisasi itu sedangkan Hambali menjadi pemimpin militer.
Dikatakan pula bahwa Hambali menginginkan berdirinya kekalifahan Islam di Asia Tenggara,
meliputi Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Brunei, dan Kamboja. Negara seperti
ini mempunyai penduduk sekitar 420 juta (menurut data dari CIA World Factbook). Negara seperti
ini akan memegang kendali Laut Tiongkok Selatan yang merupakan jalur perkapalan besar dan
menjadi pintu gerbang sebagian Asia dan Samudera Hindia. Negara seperti ini juga mempunyai
ruang udara yang besar dan merupakan kekuatan dagang besar yang melibatkan India, Afrika,
dan Australia.
Dinyatakan bahwa JI pertama kali melibatkan dirinya sebagai kelompok sel teror yang
menyediakan dukungan keuangan dan logistik bagi operasi Al-Qaida di Asia Tenggara. Hambali
mendirikan perusahaan yang bernama Konsojaya untuk membantu pencucian uang guna
mendukung rencana itu, termasuk mendukung Operasi Bojinka yang gagal pada tanggal 6
Januari, 1995. Bashir kembali ke Indonesia pada tahun 1998, ketika pemerintahan Suharto
tumbang, dan secara terbuka menyerukan jihad. Sedangkan Hambali bergerak di bawah tanah.
Pada tahun 2000, Hambali dianggap melakukan serangkaian pemboman ke gereja-gereja kristen.
Menurut kesaksian seorang penerjemah di pengadilan, Pemerintah Amerika Serikat melalui duta
besarnya, pernah meminta kepada pemerintahan Megawati untuk menangkap Bashir dan
mengancam akan ada peristiwa jika hal itu tidak dilaksanakan. Megawati menolak karena tidak
punya bukti untuk menangkap Bashir.
Ketika kemudian terjadi pemboman Bali, JI dituduh melakukan hal itu. Peristiwa lain yang
dianggap dilakukan oleh JI adalah pengeboman hotel Marriott di Jakarta. Bashir ditangkap polisi
Indonesia dan mendapat hukuman karena dituduh menghasut dan memberi inspirasi bagi
perbuatan teror. Namun Baashir kembali di bebaskan karena tidak terbukti bersalah. Hambali
ditangkap di Thailand pada tanggal 11 Agustus 2003.

HTI (Hizbut Tahrir Indonesia)
Hizbut Tahrir adalah suatu kelompok yang
bermaksud membangkitkan kembali umat
Islam dari kemerosotan yang amat parah,
membebaskan umat dari ide-ide, sistem
perundang-undangan, dan hukum-hukum
kufur, serta membebaskan mereka dari
cengkeraman dominasi dan pengaruh
negara-negara
kafir.
Hizbut
Tahrir
bermaksud juga membangun kembali Daulah Khilafah Islamiyah (dengan metode tholabun
nusroh) di muka bumi, sehingga hukum yang diturunkan Allah dapat diberlakukan kembali,
begitulah sekilas tentang tujuan berdirinya hizbut tahrir.
Berdirinya Hizbut Tahrir, sebagaimana telah disebutkan, adalah dalam rangka memenuhi seruan
Allah, “Hendaklah ada di antara kalian segolongan umat.” Dalam ayat ini, sesungguhnya Allah
telah memerintahkan umat Islam agar di antara mereka ada suatu jamaah (kelompok) yang
terorganisasi. Kelompok ini memiliki dua tugas: (1) mengajak pada al-Khayr, yakni mengajak pada
al-Islâm; (2) memerintahkan kebajikan (melaksanakan syariat) dan mencegah kemungkaran
(mencegah pelanggaran terhadap syariat).
Perintah untuk membentuk suatu jamaah yang terorganisasi di sini memang sekadar
menunjukkan adanya sebuah tuntutan (thalab) dari Allah. Namun demikian, terdapat qarînah
(indikator) lain yang menunjukkan bahwa tuntutan tersebut adalah suatu keniscayaan. Oleh
karena itu, aktivitas yang telah ditentukan oleh ayat ini yang harus dilaksanakan oleh kelompok
yang terorganisasi tersebut --yakni mendakwahkan Islam dan melaksanakan amar makruf nahi
mungkar-- adalah kewajiban yang harus ditegakkan oleh seluruh umat Islam. Kewajiban ini telah
diperkuat oleh banyak ayat lain dan sejumlah hadis Rasulullah saw. Rasulullah saw., misalnya,
bersabda, “Demi Zat Yang diriku berada di tangan-Nya, sungguh kalian (mempunyai dua pilihan):
melaksanakan amar makruf nahi mungkar ataukah Allah benar-benar akan menimpakan siksaan
dari sisi-Nya. Kemudian, setelah itu kalian berdoa, tetapi doa kalian itu tidak akan dikabulkan.”
(H.R. At-Turmudzî, hadis no. 2259). Hadis di atas merupakan salah satu qarînah (indikator) yang
menunjukkan bahwa thalab (tuntutan) tersebut bersifat tegas dan perintah yang terkandung di
dalamnya hukumnya adalah wajib.
Sementara itu, aktivitas amar makruf nahi mungkar di dalamnya mencakup upaya menyeru para
penguasa agar mereka berbuat kebajikan (melaksanakan syariat Islam) dan mencegah mereka
berbuat kemungkaran (melaksanakan sesuatu yang tidak bersumber dari syariat, misalnya,
bersikap zalim, fasik, dan lain-lain, penerj.). Bahkan, inilah bagian terpenting dalam aktivitas amar
makruf nahi mungkar, yaitu mengawasi para penguasa dan menyampaikan nasihat kepada
mereka. Aktivitas-aktivitas seperti ini jelas merupakan salah satu aktivitas politik, bahkan termasuk
aktivitas politik yang amat penting. Aktivitas politik ini merupakan ciri utama dari partai-partai
politik yang ada.
Partai Islam adalah partai yang berasaskan akidah Islam; partai yang mengadopsi dan
menetapkan ide-ide, hukum-hukum, dan solusi-solusi (atas berbagai problematika umat) yang
Islami; serta partai yang tharîqah (metode) operasionalnya adalah metode Rasulullah saw. Oleh
karena itu, tidak dibolehkan organisasi-organisasi/partai-partai politik yang ada di tengah-tengah
umat Islam berdiri di atas dasar selain Islam, baik dari segi fikrah (ide dasar) maupun tharîqah
(metode)-nya. Hal ini, di samping karena Allah telah memerintahkan demikian, juga karena Islam
adalah satu-satunya mabda’ (ideologi) yang benar dan layak di muka bumi ini. Islam adalah
mabda’ yang bersifat universal, sesuai dengan fitrah manusia, dan dapat memberikan jalan
pemecahan kepada manusia (atas berbagai problematikan mereka, penerj.) secara manusiawi.
Oleh karena itu, Islam telah mengarahkan potensi hidup manusia—berupa gharâ’iz (nalurinaluri)
dan h ajât ‘udhawiyyah (tuntutan jasmani), mengaturnya, dan mengatur pemecahannya dengan
suatu tatanan yang benar; tidak mengekang dan tidak pula melepaskannya sama sekali; tidak
ada saling mendominasi antara satu gharîzah (naluri) atas gharîzah (naluri) yang lain. Islam
adalah ideologi yang mengatur seluruh aspek kehidupan.
Allah telah mewajibkan umat Islam agar selalu terikat dengan hukum-hukum Islam secara
keseluruhan, baik menyangkut hubungannya dengan Pencipta mereka, seperti hukum-hukum
yang mengatur masalah akidah dan ibadah; menyangkut hubungannya dengan dirinya sendiri,
seperti hukum-hukum yang mengatur masalah akhlak, makanan, pakaian, dan lain-lain; ataupun
menyangkut hubungannya dengan sesama manusia, seperti hukum-hukum yang mengatur
masalah muamalat dan perundang-undangan. Allah juga telah mewajibkan umat Islam agar
menerapkan Islam secara total dalam seluruh aspek kehidupan mereka, menjalankan
pemerintahan Islam, serta menjadikan hukum-hukum syariat yang bersumber dari Kitabullah dan

http://peradabandansejarah.blogspot.co.id/2015/10/Gerakan-Radikal-Islam-Indonesia.html

4/5

Gerakan Radikal Islam di Indonesia « Sejarah Peradaban Islam

10/15/2015
Sunnah RasulNya sebagai konstitusi dan sistem perundang-undangan mereka.
Semua mabda’ (ideologi) selain Islam, seperti kapitalisme dan sosialisme (termasuk di dalamnya
komunisme), tidak lain merupakan ideologi-ideologi destruktif (rusak) dan bertentangan dengan
fitrah kemanusiaan. Ideologi-ideologi tersebut adalah buatan manusia yang sudah nyata
kerusakannya dan telah terbukti cacat-celanya. Semua ideologi yang ada selain Islam tersebut
bertentangan dengan Islam dan hukumhukumnya. Oleh karena itu, upaya mengambil dan
meyebarluaskannya serta dan membentuk organisasi/partai berdasarkan ideologi-ideologi
tersebut adalah termasuk tindakan yang diharamkan oleh Islam. Dengan demikian,
organisasi/partai umat Islam wajib berdasarkan Islam semata, baik ide maupun metodenya. Umat
Islam haram membentuk organisasi/partai atas dasar kapitalisme, komunisme, sosialisme,
nasionalisme, patriotisme, primordialisme (sektarianisme), aristokrasi, atau freemasonry. Umat
Islam juga haram menjadi anggota ataupun simpatisan partai-partai di atas karena semuanya
merupakan partai-partai kufur yang mengajak kepada kekufuran.
Hizbut Tahrir memiliki dua tujuan: (1) Melangsungkan kehidupan Islam; (2) Mengemban dakwah
Islam ke seluruh penjuru dunia. Tujuan ini berarti mengajak umat Islam agar kembali hidup secara
Islami di dâr al-Islam dan di dalam lingkungan masyarakat Islam. Tujuan ini berarti pula
menjadikan seluruh aktivitas kehidupan diatur sesuai dengan hukum-hukum syariat serta
menjadikan seluruh pandangan hidup dilandaskan pada standar halal dan haram di bawah
naungan dawlah Islam. Daulah ini adalah daulah-khilafah yang dipimpin oleh seorang khalifah
yang diangkat dan dibaiat oleh umat Islam untuk didengar dan ditaati. Khalifah yang telah
diangkat berkewajiban untuk menjalankan pemerintahan berdasarkan Kitabullah dan Sunnah
Rasul-Nya serta mengemban risalah Islam ke seluruh penjuru dunia dengan dakwah dan jihad.
Di samping itu, aktivitas Hizbut Tahrir dimaksudkan untuk membangkitkan kembali umat Islam
dengan kebangkitan yang benar melalui pemikiran yang tercerahkan. Hizbut Tahrir berusaha
untuk mengembalikan posisi umat Islam ke masa kejayaan dan keemasannya, yakni tatkala umat
dapat mengambil alih kendali negaranegara dan bangsa-bangsa di dunia ini. Hizbut Tahrir juga
berupaya agar umat dapat menjadikan kembali dawlah Islam sebagai negara terkemuka di dunia
—sebagaimana yang telah terjadi pada masa silam; sebuah negara yang mampu mengendalikan
dunia ini sesuai dengan hukum Islam.

Related Posts

Gerakan Radikal Islam di
Indonesia

HMI (Himpunan Mahasiswa
Islam)

Islam dalam Pembangunan
Nasional

Sejarah Islam Indonesia

About the Author
A Woman who became interested in the History of Islam, and especially the History
of Islam in Indonesia. Strat writing since 2010, finally this year ventured to make
specific blog Islamic History. Through this blog I will try to explain everything related
to the history of Islam. From era Khulafaur Rasyidin, Dynasty, until today. May be benefical to all of
us.
View all posts by: Me

0 komentar:

Related Search
by Wander Burst

Link ke posting ini

Related Searches
Create a Link

?

Healthy Dessert
Recipes
About Islam
Books On Islam
© 2013 Sejarah Peradaban Islam. W P Mythemeshop Converted by Bloggertheme9

Muslim Religion

Blogger templates. Proudly Powered by Blogger.

Islamic Beliefs
Islamic History
Religion Of Islam
Islam In America
Five Pillars Of Islam
Interest In Islam

http://peradabandansejarah.blogspot.co.id/2015/10/Gerakan-Radikal-Islam-Indonesia.html

5/5