BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan tidak hanya berorientasi pada masa lalu dan masa kini, tetapi sudah seharusnya
merupakan proses yang mengantisipasi dan membicarakan masa depan. Pendidikan hendaknya melihat jauh ke depan dan memikirkan apa yang akan di
hadapi peserta didik di masa yang akan datang. Menurut Khabibah dalam Trianto 2007 bahwa pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya
mempersiapkan para siswanya untuk sesuatu profesi atau jabatan, tetapi untuk menyelesaikan masalah-masalah yang di hadapinya dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pada pendidikan formal sekolah dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini
terlihat jelas pada hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat memprihatinkan. Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang
masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu belajar untuk belajar. Dalam arti
yang lebih subtansial, bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui
penemuan dan proses berpikirnya. Berdasarkan hasil analisis penelitian terhadap rendahnya hasil belajar
peserta didik, hal tersebut di sebabkan proses pembelajaran yang di dominasi oleh pembelajaran tradisional. Pada pembelajaran ini suasana kelas cenderung teacher-
centered sehingga siswa menjadi pasif. Meskipun demikian guru lebih suka menerapkan model tersebut, sebab tidak memerlukan alat dan bahan praktek,
cukup menjelaskan konsep-konsep yang ada pada buku ajar atau referensi lain. Dalam hal ini siswa tidak diajarkan strategi belajar yang dapat memahami
bagaimana belajar, berpikir dan memotivasi diri sendiri. Masalah ini banyak dijumpai dalam Kegiatan Proses Belajar Mengajar di kelas, oleh karena itu, perlu
menerapkan suatu strategi belajar, dan model pembelajaran yang dapat membantu 1
siswa untuk memahami materi ajar dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu, guru harus bijaksana dalam menentukan suatu model yang sesuai yang
dapat menciptakan situasi dan kondisi kelas yang kondusif agar proses belajar mengajar dapat berlangsung sesuai dengan tujuanyang di harapkan.
Berdasarkan alasan tersebut, maka sangatlah penting bagi para pendidik khususnya guru memahami karakteristik materi, peserta didik dan metodologi
pembelajaran dalam proses pembelajaran terutama berkaitan pemilihan terhadap model-model pembelajaran modern. Dengan demikian proses pembelajaran akan
lebih variatif, inovatif dan konstruktif dalam merekonstruksi wawasan pengetahuan dan implementasinya sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan
kreativitas peserta didik. Informasi yang diperoleh dari wawancara dengan guru bidang studi
biologi Apriana Harahap pada tanggal 31 januari 2012, beliau mengatakan bahwa siswa di katakan tuntas belajar jika mencapai skor lebih besar atau sama dengan
70. Sedangkan di lihat hasil ulangan harian siswa masih ada yang memperoleh nilai dibawah 70 yakni 60-69. Mengingat kondisi tersebut diatas, maka dalam
pembelajaran biologi,peneliti berupaya untuk merancang model pembelajaran serta pemilihan media yang tepat agar tujuan pembelajaran biologi berhasil.
Beberapa ahli menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif unggul dalam membantu siswa untuk menumbuhkan kemampuan kerjasama, berfikir
kritis dan mengembangkan sikap sosial siswa. Selain itu, pembelajaran kooperatif semakin penting untuk keberhasilan dalam menghadapi tuntutan kerja. Siswa
belajar dalam situasi belajar kooperatif didorong atau dituntut untuk bekerjasama dalam penyelesaian suatu tugas. Demikian pula dalam belajar kooperatif dua atau
lebih individu saling bergantung untuk suatu penghargaan jika mereka berhasil sebagai satu kelompok.
Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan seluruh siswa tanpa
harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya, dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. Aktivitas belajar dengan
permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT
memungkinkan siswa belajar lebih rileks, disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat, dan keterlibatan belajar.Menurut Slavin
2005 pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari 5 langkah tahapan yaitu: tahap penyajian kelas class precentation, belajar dalam kelompok teams,
permainan game, pertandingan tournament, dan penghargaan kelompok team recognition.
Dengan mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan yang ada, model pembelajaran TGT diyakini lebih efektif untuk meningkatkan hasil belajar.
Adapun kelebihannya yaitu: 1 Melatih siswa mengungkapkan atau menyampaikan gagasan atau idenya; 2 Melatih siswa untuk menghargai
pendapat atau gagasan orang lain; dan 3 Menumbuhkan rasa tanggung jawab sosial. Model Pembelajaran kooperatif tipe TGT ini dipilih sebagai salah satu
alternatif dan variasi baru dalam kegiatan pembelajaran di kelas agar siswa tidak merasa bosan dan dapat mengembangkan aktivitas dan kreativitas siswa untuk
berpikir, berargumen, berbicara dan mengutarakan gagasan-gagasannya, yang di- harapkan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
Selain itu dipilihnya model pembelajaran ini karena materi pokok bahasan ekosistem sangat luas, karena konsep ekosistem mempelajari tentang makhluk
hidup dan lingkungan, baik biotik maupun abiotik, individu, populasi, komunitas, konsumen, dekomposer, interaksi antar komponen dalam ekosistem, sedangkan
jam pelajaran yang tersedia terbatas. Dengan pembahasan secara detail yang dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil diharapkan dapat mencakup seluruh
materi dan siswa dapat menguasai materi secara mendalam sehingga hasil pembelajaran dapat bermakna bagi para siswa.
Beberapa peneliti menunjukkan bahwa metode pembelajaran koopertif tipe Teams Games Tournament memiliki dampak positif terhadap kegiatan belajar
mengajar. Penelitian yang diadakan oleh Handayani 2010 menunjukkan bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model kooperatif
tipe TGT pada pembelajaran biologi. Sebelum diterapkan pembelajaran kooperatif TGT aktivitas siswa rendah, hanya mencapai 45 Namun setelah dilaksanakan
tindakan, siklus I - siklus III, terdapat peningkatan sebesar 70. Pada ranah
kognitif juga terdapat peningkatkan hasil belajar sebesar 85. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan Rohendi 2010 terdapat peningkatan hasil
belajar dengan nilai tertinggi 90 dan rata-rata 78,7. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament pada saaat melaksanakan
penelitian dengan judul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games
Tournament TGT pada Materi Pokok Ekosistem di Kelas X
1
SMA Negeri I Meranti Kab.Asahan T.P 20112012”.
1.2. Identifikasi Masalah