PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP AKTIVITAS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA MATERI POKOK ORGANISASI KEHIDUPAN KELAS VII SMPN 8 BANDAR LAMPUNG
(2)
ABSTRAK
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP AKTIVITAS DAN
PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA MATERI POKOK ORGANISASI KEHIDUPAN KELAS VII SMPN 8
BANDAR LAMPUNG
Oleh HADI WIJAYA
Berdasarkan hasil observasi di SMP Negeri 8 Bandar Lampung diketahui bahwa rata-rata penguasaan konsep siswa pada materi pokok Organisasi kehidupan masih rendah yaitu 62. karena itu diperlukan solusi untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa, salah satunya penerapan model pembelajaran Teams Games
Tournament (TGT).
Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIIg sebagai kelas Eksperimen dan VIIe sebagai kelas kontrol yang diambil dengan teknik cluster random sampling. Desain yang digunakan adalah pretest-postest group design.
Analisis data menggunakan uji-t melalui program Software SPSS versi 17 taraf kepercayaan 95%. Data kualitatif berupa aktivitas belajar siswa, dan tanggapan siswa terhadap penggunaan model pembelajarankooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) yang dianalisis secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan aktivitas dan penguasan konsep kelas eksperimen lebih tinggi. Rata-rata persentase aktivitas siswa semua aspek kelas eksperimen
(3)
juga menunjukkan peningkatan yang lebih tinggi. Selain itu, semua siswa memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT).
Berdasarkan hasil dari penelitian ini di peroleh bahwa: (1) Model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi pokok organisasi kehidupan kelas VII SMPN 8 Bandar Lampung; (2) Ada pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap penguasaan konsep siswa pada materi pokok organisasi kehidupan kelas VII SMPN 8 Bandar Lampung.
Kata kunci : Teams Games Tournament, Aktivitas Belajar, penguasaan konsep, Organisasi kehidupan.
(4)
(5)
(6)
(7)
i DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... ii
DAFTAR GAMBAR ... iii
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7
F. Kerangka Pikir ... 8
G. Hipotesis Penelitian ... 10
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 11
A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) ... 11
B. Pembelajaran Kooperatif tipe Teams Games Tournament …….. 15
C. Penguasaan Konsep ... 21
III. METODE PENELITIAN ... 25
A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 25
B. Populasi dan Sampel ... 25
C. Desain Penelitian ... 25
D. Prosedur Penelitian ... 26
E. Instrumen Penelitian ... 32
F. Jenis data dan Teknik Pengambilan Data ... 33
G. Tekhnik Analisis Data ... 36
H. Pengolahan Data Aktivitas Siswa………..….. 39
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... A. Hasil Penelitian ... 40
1. Penguasaan Konsep ... 40
2. Data Lembar Observasi aktifitas Belajar Siswa ... 43
(8)
DAFTAR PUSTAKA ... 54
LAMPIRAN ... 50
1. Perangkat Pembelajaran ... 57
2. Data Hasil Penelitian ………. ... 123
3. Analisa Statistik Data Hasil Penelitian……… .... 131
4. Foto-Foto Penelitian ... 140
(9)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pemebelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan, dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UUSPN No.20 tahun 2003 dalam Sagala 2003:3).
Pendidikan sebagai suatu upaya untuk mencetak sumber daya manusia yang berkualitas dan berdedikasi tinggi memerlukan suatu pendukung yaitu mutu pendidikan. Banyak pihak mensinyalir bahwa rendahnya mutu pendidikan saat ini adalah berkaitan erat dengan rendahnya motivasi siswa dalam belajar. Tuntutan dalam dunia pendidikan sudah banyak berubah, kita tidak bisa lagi mempertahankan paradigma lama yaitu teacher centre (guru memberikan pengetahuan kepada siswa yang cendrung pasif). Tetapi hal ini nampaknya masih banyak diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas dengan alasan pembelajaran seperti ini adalah praktis dan tidak menyita waktu.
Proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan melaksanakan kurikulum suatu lembaga pendidikan, agar dapat mempengaruhi siswa mencapai tujuan
(10)
pendidikan yang telah ditetapkan. Tujuan pendidikan pada dasarnya mengantarkan siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah laku baik intelektual, moral maupun sosial agar dapat hidup mandiri sebagai individu dan makhluk sosial. Sedangkan menurut Muhibbinsyah (2004:63) belajar itu adalah kegiatan yang berproses dan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan.
Proses pembelajaran di sekolah saat ini sangat menekankan pada konsep teoritis yang pada kenyataanya tidak cukup memenuhi kebutuhan siswa dalam kehidupan sehari-hari karena tidak sesuai dengan tuntutan lingkungan
sebenarnya. Biologi merupakan mata pelajaran yang memiliki karakteristik berbeda daripada mata pelajaran lain yang diajarkan di sekolah. Obyek biologi yang berupa makhluk hidup merupakan daya tarik tersendiri yang dapat menarik perhatian, minat siswa untuk mempelajarinya dan memberikan pengetahuan tentang lingkungan sekitar yang berhubungan langsung dalam kehidupan siswa sehari-hari sehingga perlu pemahaman yang mendalam. Kesalahan klasik yang selalu muncul dalam memahami mata pelajaran ini adalah dianggapnya biologi sebagai materi yang harus dihafalkan, sehingga bagi sebagian siswa menganggap biologi sebagai pelajaran yang
membosankan (Istiqomah, 2011:28).
Materi pokok Organisasi Kehidupan adalah salah satu konsep yang diberikan pada Siswa SMP dengan standar kompetensi memahami keanekaragaman makhluk hidup dan kompetensi dasar mendeskripsikan keragaman pada sistem organisasi kehidupan mulai dari tingkat sel sampai organisme (BSNP,
(11)
2006:170). Materi ini merupakan materi yang tergolong cukup sulit dipahami oleh sebagian siswa karena siswa harus dapat mengetahui tentang keragaman tingkat sel, jaringan, organ, sistem organ serta keragaman pada tingkat
organisme. untuk dapat menguasai konsep ini siswa harus mampu memahami materi bukan hanya mengenal dan menghafalnya.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan guru Biologi di SMP Sekincau Lampung Barat didapatkan data bahwa tingkat penguasaan konsep siswa kelas VII terhadap materi pelajaran masih sangat rendah khususnya pada materi pokok Organisasi Kehidupan. Pada tahun pelajaran 2011/2012 nilai yang diperoleh siswa rata-rata 55 dan nilai tersebut belum mencapai standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan sekolah yaitu 60. Siswa yang telah mencapai nilai KKM setelah pelaksanaan ulangan harian hanya 38% dari jumlah siswa seluruh kelas VII.
Rendahnya nilai KKM tersebut diduga karena metode pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran selama ini adalah metode ceramah, tanya jawab, dan latihan soal. sehingga aktivitas belajar siswa lebih dominan mendengarkan penjelasan dari guru selain itu juga di dalam kelas siswa lebih banyak mengobrol, mengganggu teman, keluar masuk kelas, atau mengerjakan tugas lain. Jika mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran, siswa pada umumnya malu dan takut untuk bertanya kepada guru apalagi siswa yang berkemampuan rendah mereka cenderung diam dan enggan dalam
mengemukakan pertanyaan atau pendapat. Siswa mengandalkan seluruh informasi datang dari guru sehingga hal tersebut mengakibatkan siswa
(12)
menjadi pasif dan kurang antusias sehingga aktivitas siswa dalam
pembelajaran menjadi rendah dan akan dapat berpengaruh pada penguasaan konsep-konsep materi pelajaran.
Salah satu model pembelajaran yang dianggap peneliti dapat memotivasi siswa untuk berperan secara aktif dalam proses pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament). Pada pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournamen) para siswa dikelompokkan dalam tim belajar yang terdiri atas empat orang yang heterogen. Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran (Slavin, 2008 dalam Mahmuddin 2009). Setiap anggota kelompok saling membantu dalam memahami materi pelajaran, menyelesaikan tugas atau kegiatan lain agar setiap siswa dalam kelompok mencapai hasil belajar yang tinggi. Dalam model pembelajaran tipe TGT (Teams Games
Tournament) ini guru diberikan kesempatan untuk menggunakan turnament
dalam suasana yang positif/konstruktif. Siswa akan menerima informasi dan materi secara aktif dalam tournament tersebut. Turnament terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan dengan materi pelajaran dan tingkat kesulitan soal.
Hasil penelitian Medianto (2010:36) diketahui bahwa penggunaan model pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) dapat meningkatkan aktivitas dan pemahaman kognitif siswa pada materi ekosistem. Hasil penelitian Winarti (2007:41) juga diketahui bahwa penggunaan model pembelajaran
(13)
TGT (Teams Games Tournament) dapat meningkatkan aktivitas dan
penguasaan materi pokok Sistem Saraf sebesar 16,5%. Hasil penelitian yang lain dari Tugiarti ( 2009:24) diketahui bahwa penerapan model pembelajaran tipe TGT (Teams Games Tournament) dapat meningkatkan hasil belajar siswa untuk materi pokok Pertumbuhan dan Perkembangan, maka peneliti tertarik untuk menerapkan model pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) dari penelitian ini diharapkan dapat melibatkan siswa dalam pembelajaran
sehingga dapat mempermudah pemahaman siswa terhadap materi
pembelajaran dan dapat meningkatkan penguasaan konsep biologi siswa. Berdasarkan uraian di atas maka akan dilakukan penelitian dengan judul
”Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams
Games Tournament) Terhadap Penguasaan Konsep Siswa Pada Materi Pokok
Organisasi kehidupan Kelas VII SMP SEKINCAU Lampung Barat.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) terhadap aktivitas belajar siswa?
2. Apakah ada pengaruh yang signifikan dari penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) terhadap Penguasaan Konsep pada Materi Pokok Organisasi Kehidupan?
(14)
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
TGT (Teams Games Tournament) terhadap aktivitas belajar siswa.
2. Mengetahui pengaruh yang signifikan dari penerapan model pembelajaran tipe TGT (Teams Games Tournament) terhadap penguasaan Konsep pada Materi Pokok Organisasi Kehidupan.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Guru
a. Memberikan model pembelajaran alternatif yang dapat diterapkan di kelas untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa.
b. Mengembangkan model mengajar yang benar c. Meningkatkan kemampuan dalam mengajar.
2. Siswa
a. Memberikan siswa pengalaman belajar yang berbeda dalam mata pelajaran biologi.
b. Mempermudah siswa untuk memahami konsep biologi.
c. Meningkatkan penguasaan konsep siswa terhadap materi pokok Organisasi Kehidupan.
(15)
3. Sekolah
Memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya mengadakan perbaikan-perbaikan untuk meningkatkan mutu sekolah.
4. Peneliti
a. Memberikan pengalaman meneliti sebagai calon guru dalam meningkatkan penguasaan konsep siswa.
b. Mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) dalam pembelajaran biologi
khususnya pada materi pokok Organisasi Kehidupan.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan ruang lingkup sebagai berikut :
1. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk
memahami materi pelajaran.
2. Pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) adalah tipe pembelajaran dengan cara membagi siswa dalam suatu kelas menjadi kelompok-kelompok yang terdiri dari 4-6 orang secara heterogen baik kemampuan akademik maupun jenis kelaminnya. Pada akhir pembelajaran diadakan games untuk memastikan seluruh anggota kelompok menguasai materi atau tidak setelah itu diberikan suatu penghargaan untuk kelompok terbaik.
(16)
3. Pada model ini siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh tambahan point untuk skor tim mereka.
4. Penguasaan konsep merupakan kemampuan siswa dalam menjawab soal tes konsep biologi pada materi pokok Organisasi Kehidupan.
5. Materi pokok dalam penelitian ini adalah Organisasi Kehidupan.
6. LKS eksperimen dan LKS non eksperimen berisi pertanyaan-pertanyaan yang disusun secara kronologis untuk membantu siswa menemukan konsep.
7. Subjek penelitian adalah siswa SMP Negeri I Sekincau kelas VII2 dan VII1 semester genap tahun pelajaran 2012/2013 yang dipilih secara acak yang ditentukan sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol.
F. Kerangka Pikir
Metode pengajaran yang digunakan dalam pembelajaran selama ini adalah metode ceramah, tanya jawab (diskusi), dan latihan soal. Guru belum menerapkan metode belajar berkelompok. Aktivitas belajar siswa lebih dominan mendengarkan penjelasan dari guru. Jika mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran, siswa pada umumnya malu dan takut untuk bertanya kepada guru apalagi siswa yang berkemampuan rendah mereka cenderung diam dan enggan dalam mengemukakan pertanyaan atau pendapat. Siswa mengandalkan seluruh informasi datang dari guru sehingga hal tersebut mengakibatkan siswa menjadi pasif dan kurang antusias sehingga aktivitas siswa dalam pembelajaran menjadi rendah dan akan dapat berpengaruh pada penguasaan konsep-konsep materi pelajaran.
(17)
Kemampuan siswa menguasai suatu konsep akan berbeda-beda, ada yang memiliki konsep yang baik, sedang dan kurang. Penguasaan konsep yang lebih baik adalah yang diharapkan dalam proses pembelajaran, sedangkan pembelajaran akan lebih berkesan jika mudah dipahami dan diingat oleh siswa. Untuk itu siswa perlu dihadapkan pada suatu pembelajaran yang membuat mereka aktif berfikir sehingga konsep yang sudah dipelajari siswa tidak mudah terlupakan. Salah satu pembelajaran yang dapat diterapkan adalah pembelajaran kooperatif tipe TGT.
Proses pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe TGT ini diharapkan dapat meningkatkan penguasaan konsep biologi siswa karena siswa dituntut melibatkan diri secara aktif baik dengan anggota kelompoknya maupun dengan seluruh kelas. Siswa juga akan lebih memahami konsep materi sehingga tercipta suasana pembelajaran yang kondusif.
Adapun variabel bebas (X) dari penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran tipe TGT (Teams Games Tournament), sedangkan variabel terikat (Y) adalah penguasaan konsep siswa. Hubungan antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y) dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1. Diagram hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat Keterangan : X = Penerapan model TGT (Teams Games
Tournament); Y = Penguasaan Konsep.
(18)
G. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Ho = Tidak ada pengaruh yang signifikan dari penerapan model pembelajaran tipe TGT (Teams Games Tournament) terhadap penguasaan Konsep pada Materi Pokok Organisasi Kehidupan. Hi = Ada pengaruh yang signifikan dari penerapan model pembelajaran
tipe TGT (Teams Games Tournament) terhadap penguasaan Konsep pada Materi Pokok Organisasi Kehidupan.
2. Pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa.
(19)
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning)
Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain (Isjoni, 2007: 16).
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang
berdasarkan paham kontruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar belum dikatakan selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran (Amri & Achmadi, 2010 : 90).
Cooperative learning merupakan sistem pengajaran yang memberi
kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan
(20)
pembelajaran secara berkelompok, tetapi belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok, karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga
memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka. Hubungan kerja
kelompok memungkinkan timbulnya persepsi yang positif tentang apa yang dapat dilakukan siswa untuk mencapai keberhasilan belajar berdasarkan kemampuan dirinya secara individu dan andil dalam kelompok.
Menurut Roger dan David Johnson (dalam Amri & Achmadi, 2010 : 91-92), mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning, untuk itu harus diterapkan lima unsur model pembelajaran gotong royong yaitu :
1. Saling ketergantungan positif
Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap
anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa dengan saling ketergantungan sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain dapat mencapai tujuan mereka.
2. Tanggung jawab perseorangan
Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran cooperative learning, setiap siswa akan merasa
bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Pengajar yang efektif dalam model pembelajaran cooperative learning membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.
3. Tatap muka
Dalam pembelajaran cooperative learning setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi ini adalah
menghargai perbedaan memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan.
4. Komunikasi antar anggota
Unsur ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi, karena keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan
(21)
dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok juga merupakan proses panjang. Namun, proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa. 5. Evaluasi proses kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.
Selain lima unsur penting yang terdapat dalam model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran ini juga mengandung prinsip-prinsip yang membedakan dengan model pembelajaran lainnya. Konsep utama dari belajar kooperatif munurut Slavin (dalam Trianto, 2009:61), sebagai berikut :
1. Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok mencapai kriteria yang ditentukan.
2. Tanggung jawab individual, bermakna bahwa suksesnya kelompok tergantung pada belajar individual semua anggota kelompok. Tanggung jawab ini terfokus dalam usaha untuk membantu yang lain dan
memastikan setiap anggota kelompok telah siap menghadapi evaluasi tanpa bantuan yang lain.
3. Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa telah membantu kelompoknya dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri. Hal ini memastikan bahwa siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah sama-sama tertantang untuk melakukan yang terbaik dan bahwa kontribusi semua anggota kelompok sangat bernilai.
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 6 orang untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru. Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan setting kelompok-kelompok kecil dengan memperhatikan keberagaman anggota kelompok sebagai wadah siswa bekerjasama dan memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya, memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu
(22)
dengan baik pada waktu yang bersamaan dan ia menjadi narasumber bagi teman yang lain. Jadi Pembelajaran kooperatif merupakan model
pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Menurut Arends (dalam Trianto, 2009:65), bahwa pelajaran yang
menggunakan pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan
materi belajar.
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
3. Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang beragam, dan
4. Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari pada individu. Langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif yang diuraikan oleh Arends (dalam Amri & Ahmadi, 2010:92) adalah sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini :
Tabel 1. Langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif
Fase Tingkah laku
Fase 1 :
Menyampaikan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
Fase 2 :
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan demonstrasi atau lewat bahan bacaan. Fase 3 :
Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
Fase 4 :
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas. Fase 5 :
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase 6 :
Memberikan penghargaan
Guru memberi cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu kelompok.
(23)
Pembelajaran kooperatif mempunyai efek yang berarti terhadap penerimaan yang luas terhadap keragaman ras, budaya dan agama, strata sosial,
kemampuan dan ketidakmampuan. Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain. Selain itu juga pembelajaran kooperatif sangat tepat digunakan untuk melatihkan keterampilan-keterampilan pilihan kerja sama dan
kolaborasi, dan juga keterampilan-keterampilan Tanya jawab. (Ibrahim dalam Trianto, 2009:60)
B. Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT(Teams Games Tournament)
TGT (Teams Games-Tournaments) pada mulanya dikembangkan oleh David DeVries dan Keith Edwards. Dalam TGT, para siswa dikelompokkan dalam tim belajar yang terdiri atas empat orang yang heterogen dan siswa
memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh tambahan poin untuk skor tim mereka (Trianto, 2009:83). Guru
menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran (Slavin, 2008 dalam Mahmuddin 2009). Secara umum, pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki prosedur belajar yang terdiri atas siklus regular dari aktivitas pembelajaran kooperatif.
(24)
Model TGT merupakan salah satu model pembelajaran koopertaif dengan dibentuk kelompok-kelompok kecil dalam kelas yang terdiri dari tiga sampai lima siswa yang heterogen baik dalam prestasi akademik, jenis kelamin, ras, maupun etnis. Dalam TGT ini digunakan turnamen akademik, dimana siswa berkompetisi sebagai wakil dari timnya melawan anggota tim yang lain yang mencapai atau prestasi yang serupa pada waktu lalu. Siswa memainkan game ini bersama tiga orang pada “meja-turnamen”, di mana ketiga peserta dalam satu meja turnamen ini adalah para siswa yang memiliki rekor nilai IPA terakhir yang sama. Sebuah prosedur “menggeser kedudukan” membuat permainan ini cukup adil. Peraih rekor tertinggi dalam tiap meja turnamen akan mendapatkan 60 poin untuk timnya, tanpa menghiraukan dari meja mana ia mendapatkannya. Ini berarti bahwa mereka yang berprestasi rendah (bermain dengan yang berprestasi rendah juga) dan yang berprestasi tinggi (bermain dengan yang berprestasi tinggi) kedua-duanya memiliki kesempatan yang sama untuk sukses. Tim dengan tingkat kinerja tertinggi mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan tim lainnya.
TGT memiliki dimensi kegembiraan yang diperoleh dari penggunaan
permainan. Teman satu tim akan saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk permainan dengan mempelajari lembar kegiatan dan menjelaskan masalah-masalah satu sama lain, tetapi sewaktu siswa sedang bermain dalam game temannya tidak boleh membantu, memastikan telah terjadi tanggung jawab individual.
(25)
Permainan TGT berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis pada kartu-kartu yang diberi angka. Tiap-tiap siswa akan mengambil sebuah kartu dan
berusaha untuk menjawab pertanyaan yang sesuai dengan angka yang tertera. Turnamen ini memungkinkan bagi siswa untuk menyumbangkan skor-skor maksimal untuk kelompoknya. Turnamen ini juga dapat digunakan sebagai review materi pelajaran.
Dalam Implementasinya secara teknis Slavin (2008:170) mengemukakan empat langkah utama dalam pembelajaran dengan teknik TGT yang merupakan siklus regular dari aktivitas pembelajaran, sebagai berikut: Step 1: Pengajaran, pada tahap ini guru menyampaikan materi pelajaran.
Step 2: Belajar Tim, para siswa mengerjakan lembar kegiatan dalam tim
mereka untuk menguasai materi.
Step 3: Turnamen, para siswa memainkan game akademik dalam
kemampuan yang homogen, dengan meja turnamen tiga peserta (kompetisi dengan tiga peserta).
Step 4: Rekognisi Tim, skor tim dihitung berdasarkan skor turnamen anggota tim, dan tim tersebut akan direkognisi apabila mereka berhasil melampaui kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
Komponen-komponen dalam TGT adalah penyajian materi, tim, games, tournament, dan penghargaan kelompok (Ani Kurniasari 2006:19-20). 1. Penyajian materi
Dalam TGT, materi mula-mula dalam penyajian materi. Siswa harus memperhatikan selama penyajian materi karena dengan demikian akan membantu mereka mengerjakan kuis dengan baik dan skor kuis mereka menentukan skor kelompok.
2. Teams (tim) merupakan suatu kelompok kecil yang saling bekerja sama
dalam memecahkan suatu permasalahan. Tim (Teams) dalam metode ini terdiri dari 4 atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas
(26)
dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi, adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru menyampaikan materinya, tim berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan atau materi lainnya.
3. Games merupakan suatu permainan yang dapat dijadikan sebagai alat
untuk belajar dengan menyenagkan. Games dalam metode ini terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya dari presentasi dikelas dan pelaksanaan kerja tim. Games tersebut dimainkan diatas meja dengan tiga orang siswa, yang masing-masing mewakili tim yang berbeda.
Kebanyakan game hanya berupa nomor-nomor pertanyaan yang ditulis pada lembar yang sama. Seorang siswa mengambil sebuah kartu
bernomor dan harus menjawab pertanyaan sesuai nomor yang tertera pada kartu tersebut Slavin (2008:166).
4. Turnament adalah sebuah struktur dimana game berlangsung. Biasanya
berlangsung pada akhir minggu atau akhir unit, setelah guru memberikan presentasi dikelas dan tim telah melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar kegiatan Slavin (2008:166.)
5. Penghargaan kelompok
Tim dimungkinkan mendapat sertifikat atau penghargaan lain apabila skor rata-rata melebihi kriteria tertentu. Menurut Riyanto (2009:271) penghargaan yang diberikan kepada kelompok adalah dengan kriteria sebagai berikut :
(27)
Tabel 2. Kriteria point penghargaan kelompok
No. Perolehan skor Predikat
1. 30 – 39 Good team 2. 40 – 44 Great team
3. ≥ 45 Super team
Sedangkan pelaksanaan games dalam bentuk turnamen dilakukan dengan prosedur, sebagai berikut:
1. Guru menentukan nomor urut siswa dan menempatkan siswa pada meja turnamen (3 orang , kemampuan setara). Setiap meja terdapat 1 lembar permainan, 1 lembar jawaban, 1 kotak kartu nomor, 1 lembar skor permainan.
2. Siswa mencabut kartu untuk menentukan pembaca I (nomor tertinggi) dan yang lain menjadi penantang I dan II.
3. Pembaca I menggocok kartu dan mengambil kartu yang teratas. 4. Pembaca I membaca soal sesuai nomor pada kartu dan mencoba
menjawabnya. Jika jawaban salah, tidak ada sanksi dan kartu dikembalikan. Jika benar kartu disimpan sebagai bukti skor. 5. Jika penantang I dan II memiliki jawaban berbeda, mereka dapat
mengajukan jawaban secara bergantian.
6. Jika jawaban penantang salah, dia dikenakan denda mengembalikan kartu jawaban yang benar (jika ada).
7. Selanjutnya siswa berganti posisi (sesuai urutan) dengan prosedur yang sama.
8. Setelah selesai, siswa menghitung kartu dan skor mereka diakumulasi dengan semua tim.
(28)
9. Penghargaan sertifikat, Tim Super untuk kriteria atas, Tim Sangat Baik (kriteria tengah), Tim Baik (kriteria bawah)
10.Untuk melanjutkan turnamen, guru dapat melakukan pergeseran tempat siswa berdasarkan prestasi pada meja turnamen.
Slavin 2008 (dalam Mahmuddin 2009:1), melaporkan beberapa laporan hasil riset tentang pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap pencapaian belajar siswa yang secara inplisit mengemukakan keunggulan dan kelemahan pembelajaran TGT, sebagai berikut:
Para siswa di dalam kelas yang menggunakan TGT memperoleh teman yang secara signifikan lebih banyak dari kelompok rasial mereka dari pada siswa yang ada dalam kelas tradisional.
Meningkatkan perasaan/persepsi siswa bahwa hasil yang mereka peroleh tergantung dari kinerja dan bukannya pada keberuntungan.
TGT meningkatkan harga diri sosial pada siswa tetapi tidak untuk rasa harga diri akademik mereka.
TGT meningkatkan kekooperatifan terhadap yang lain (kerja sama verbal dan nonberbal, kompetisi yang lebih sedikit)
Keterlibatan siswa lebih tinggi dalam belajar bersama, tetapi menggunakan waktu yang lebih banyak.
TGT meningkatkan kehadiran siswa di sekolah pada remaja-remaja dengan gangguan emosional, lebih sedikit yang menerima skors atau perlakuan lain.
Kekurangan dari model TGT adalah seorang guru sering mengalami kesulitan dalam mengkondisikan siswa ketika proses pembelajaran berlangsung. Selain
(29)
itu juga sebuah catatan yang harus diperhatikan oleh guru dalam
pembelajaran TGT adalah bahwa nilai kelompok tidaklah mencerminkan nilai individual siswa. Dengan demikian, guru harus merancang alat penilaian khusus untuk mengevaluasi tingkat pencapaian belajar siswa secara
individual.
C. Penguasaan Konsep
Pembelajaran kooperatif akan membantu mengembangkan ketrampilan sosial melalui interaksi kooperatif diantara siswa, selain itu juga membantu
pembelajaran akademis mereka. Penguasaan konsep akan mempengaruhi ketercapaian hasil belajar siswa.
Materi pembelajaran merupakan bahan ajar utama minimal yang harus dipelajari oleh siswa untuk menguasai kompetensi dasar yang sudah dirumuskan dalam kurikulum (Muhammad, 2003:17). Dengan materi
pembelajaran memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi atau kompetensi dasar secara runtut dan sistematis, sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu. Materi pembelajaran merupakan informasi, alat, dan teks yang diperlukan guru untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran (Awaluddin, 2008:1).
Penguasaan merupakan kemampuan menyerap arti dari materi suatu bahan yang dipelajari. Penguasaan bukan hanya sekedar mengingat mengenai apa yang pernah dipelajari tetapi menguasai lebih dari itu, yakni melibatkan
(30)
berbagai proses kegiatan mental sehingga lebih bersifat dinamis (Arikunto, 2001:115).
Menurut Sagala (2003:71) definisi konsep adalah
Konsep merupakan buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga menghasilkan produk pengetahuan yang meliputi prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman, melalui generalisasi dan berpikir abstrak.
Berdasarkan pengertian kedua kata diatas jadi penguasaan konsep adalah kemampuan seseorang atau sekelompok orang dalam menyerap arti dari materi bahan yang dipelajari yang dinyatakan dalam definisi sehingga dapat menghasilkan produk pengetahuan yang meliputi prinsip, hukum, dan teori yang diperoleh dari fakta peristiwa pengalaman melalui generalisasi dan berfikir abstrak.
Penguasaan konsep merupakan hasil belajar dari ranah kognitif. Hasil belajar dari ranah kognitif mempunyai hirarki atau bertingkat-tingkat. Adapun tingkat-tingkat yang dimaksud adalah : (1) informasi non verbal, (2) informasi fakta dan pengetahuan verbal, (3) konsep dan prinsip, dan (4) pemecahan masalah dan kreatifitas. Informasi non verbal dikenal atau dipelajari dengan cara penginderaan terhadap objek-objek dan peristiwa-peristiwa secara langsung. Informasi fakta dan pengetahuan verbal dikenal atau dipelajari dengan cara mendengarkan orang lain dan dengan jalan membaca. Semuanya itu penting untuk memperoleh konsep-konsep. Selanjutnya, konsep-konsep itu penting untuk membentuk prinsip-prinsip.
(31)
Kemudian prinsip-prinsip itu penting di dalam pemecahan masalah atau di dalam kreativitas (Slameto, 2001:131).
Berdasarkan rumusan Bloom (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2004:23-28) ranah kognitif terdiri dari 6 jenis perilaku sebagai berikut : (1). Pengetahuan, mencakup ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan, (2). Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna hal yang dipelajari, (3). Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru, (4). Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik, (5). Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru, (6). Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal
berdasarkan kriteria tertentu.
Penguasaan konsep pelajaran oleh siswa dapat diukur dengan mengadakan evaluasi. Menurut Thoha (1994:1) evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan. Salah satu instrumen atau alat ukur yang biasa digunakan dalam evaluasi adalah tes. Menurut Arikunto (2001:53) tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.
Tes untuk mengukur berapa banyak atau berapa persen tujuan pembelajaran dicapai setelah satu kali mengajar atau satu kali pertemuan adalah post test
(32)
atau tes akhir. Disebut tes akhir karena sebelum memulai pelajaran guru mengadakan tes awal atau pretest. Kegunaan tes ini ialah terutama untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam memperbaiki rencana pembelajaran. Dalam hal ini, hasil tes tersebut dijadikan umpan balik dalam meningkatkan mutu pembelajaran (Daryanto, 1999:195-196).
Melalui hasil tes tersebut maka dapat diketahui sejauh mana tingkat penguasaan materi siswa. Tingkat penguasaan materi oleh siswa dapat diketahui malalui pedoman penilaian. Bila nilai siswa ≥ 66 maka
dikategorikan baik, bila 55 ≤ nilai siswa < 66 maka dikategorikan cukup baik,
dan bila nilai siswa < 55 maka dikategorikan kurang baik (Arikunto, 2001:245).
(33)
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari yaitu pada semester genap Tahun pelajaran 2012/2013 di SMP Negeri I Sekincau.
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII Semester Genap SMP Negeri 1 Sekincau Tahun Pelajaran 2012/2013 yang terdiri dari 12 kelas. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII sebagai kelas eksperimen, dan kelas VII2 sebagai kelas kontrol.yang dipilih dengan teknik cluster random sampling (Noor, 2011:153).
C. Desain Penelitian
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen. Desain yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pretest posttest non equivalen. Struktur desainnya sebagai berikut:
Gambar 2. Desain pretest postest tak ekuivalen
Keterangan: I1 = Kelompok eksperimen; I2 = Kelas kontrol; O1 = pretest; O2 = posttet; X = Perlakuan TGT (Teams Games Tournament); C = Metode Diskusi; (Dimodifikasi dari Riyanto. 2001:43).
(34)
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut:
1. Prapenelitian
Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian adalah:
a. Membuat surat izin penelitian dari Dekanat FKIP Unila untuk sekolah tempat diadakannya penelitian.
b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti. c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas
kontrol.
d. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS). e. Membuat instrumen evaluasi yaitu soal pretes/postes berupa soal
pilihan jamak berjumlah 20 soal.
f. Membuat soal-soal TGT (Teams Games Tournament) untuk digunakan dalam tournament.
g. Membuat lembar observasi yang akan digunakan untuk melihat aktivitas siswa dan guru disetiap proses belajar berlagsung.
h. Membentuk kelompok diskusi pada kelas eksperimen dan kontrol yang bersifat heterogen berdasarkan nilai akademik, tinggi, sedang dan rendah. Setiap kelompok terdiri dari 5 orang siswa. Nilai diperoleh dari dokumentasi pada guru kelas dan dari hasil pretes pertama.
(35)
i. Melakukan uji ahli pada tiap butir soal yang akan digunakan pada pretes dan postes.
2. Pelaksanaan Penelitian
Mengadakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) untuk kelas eksperimen dan tanpa pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournamen) untuk kelas kontrol yaitu menggunakan metode ceramah dan diskusi tanya jawab. Penelitian ini direncanakan sebanyak 2 pertemuan. Pertemuan I membahas keragaman organisasi kehidupan tingkat sel dan jaringan, pertemuan II membahas keragaman organisasi kehidupan tingkat organ,sistem organ dan organisme. Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut:
Kelas eksperimen
Kelas eksperimen adalah kelas yang dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament). Tahap-tahap kegiatan sebagai berikut :
1. Pendahuluan :
a. Guru memberikan pretes berupa soal pilihan jaman sebanyak 20 soal tentang keragaman pada sistem Organisasi kehidupan. b. Menjelaskan tujuan pembelajaran kepada siswa dengan maksud
agar siswa mengetahui arah kegiatannya dalam belajar. c. Memberikan apersepsi pertemuan 1 Tahukah kalian dalam
sistem kehidupan kita terdapat suatu organisasi? Dalam tubuh kita misalnya, terdapat suatu organisasi kehidupan yang
(36)
kompleks.Apa sajakah penyusun struktur organisasi kehidupan itu?
pertemuan 2 guru meminta siswa menyebutkan 5 macam jaringan pada manusia
d. Memberikan motivasi Dengan mempelajari materi organisasi kehidupan kita akan mengetahui komponen-komponen penyusun organisasi kehidupan. Kemudian kita juga dapat mengetahui keragaman yang ada dalam sistem organisasi kehidupan sehingga memberikan dasar pengetahuan kepada kita tentang pengelompokkan makhluk hidup.
pertemuan 2 apakah kalian pernah melihat macam- macam organ tubuh manusia.
2. Kegiatan inti : a. Presentasi guru
Guru menjelaskan sajian materi yang akan dipelajari. b. Membagi siswa menjadi 4 kelompok yang masing-masing
kelompok terdiri dari 5 siswa.
c. Memberikan LKS kepada setiap kelompok
d. Salah satu kelompok mempresentasikan hasil LKSnya. e. Menyiapkan kartu soal untuk digunakan dalam permainan, f. Pelaksanaan permaianan (Tournament).
Dalam pelaksanaan ini terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut :
(37)
1) Guru menentukan nomor urut siswa dan menempatkan siswa pada meja turnamen (5 orang , kemampuan setara). Setiap meja terdapat 1 lembar permainan, 1 lembar jawaban, 1 kotak kartu nomor, 1 lembar skor permainan. 2) Siswa mencabut kartu untuk menentukan pembaca (nomor
tertinggi), pemain dan yang lain menjadi penantang I, II, dan III.
3) Pembaca I akan menggocok kartu mengambil kartu yang teratas.
4) Pembaca I kemudian membaca soal sesuai nomor pada kartu yang telah diambil mencoba menjawabnya. Jika jawaban salah, tidak ada sanksi dan kartu
dikembalikan. Jika benar kartu disimpan sebagai bukti skor. 5) Jika penantang I, II, dan III memiliki jawaban berbeda,
mereka dapat mengajukan jawaban dengan cara
mengangkat tangan dengan cepat, siapa yang paling cepat mengangkat tangannya maka dialah yang berhak untuk menjawab.
6) Jika jawaban penantang salah, maka penantang yang lain masih mempunyai kesempatan untuk menjawab dan aturannya sama seperti awal siapa yang paling cepat dia yang berhak menjawab.
7) Jika jawaban dari penantang masih salah maka permainan dilanjutkan dengan siswa berganti posisi sesuai urutan
(38)
sesuai dengan prosedur yang sama. Begitu seterusnya sampai 5 kartu permainan terbuka.
8) Setelah selesai, siswa menghitung kartu dan skor mereka dan diakumulasi dengan semua tim.
3. Kegiatan Penutup :
a. Menghitung skor kelompok untuk memberikan penghargaan kelompok terbaik.
b. Memberikan penghargaan kepada kelompok siswa yang berhasil mendapat predikat kelompok sangat bagus yang dilakukan dalam bentuk pengumuman lisan di depan kelas dan memberikan hadiah yang bertujuan untuk memotivasi siswa dan menumbuhkan rasa percaya diri. Penghargaan sertifikat, Tim Super untuk kriteria atas, Tim Sangat Baik (kriteria tengah), Tim Baik (kriteria bawah).
c. Setelah permainan selesai kemudian Guru memberikan posttest berupa soal pilihan jamak sebanyak 20 soal.
Kelas Kontrol
Kelas kontrol adalah kelas yang tidak dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model TGT (Teams Games Tournament) tetapi
menggunakan metode ceramah diskusi, dan tanya jawab.
1. Pendahuluan
a. Guru memberikan pretes berupa soal pilihan jamak sebanyak 20 soal tentang keragaman pada tingkat Organisasi kehidupan.
(39)
b. Guru menyebutkan tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa.
c. Guru memberikan apersepsi Tahukah kalian dalam sistem kehidupan kita terdapat suatu organisasi? Dalam tubuh kita misalnya, terdapat suatu organisasi kehidupan yang kompleks. Apa sajakah penyusun struktur organisasi kehidupan itu? d. Guru memberikan motivasi Dengan mempelajari materi
organisasi kehidupan kita akan mengetahui komponen-komponen penyusun organisasi kehidupan. Kemudian kita juga dapat mengetahui keragaman yang ada dalam sistem organisasi kehidupan sehingga memberikan dasar pengetahuan kepada kita tentang pengelompokkan makhluk hidup.
2. Kegiatan Inti
a. Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok
b. Guru memberikan LKS dan meminta siswa untuk melakukan diskusi mengerjakan LKS yang diberikan.
c. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya dan melakukan tanya jawab.
d. Guru meluruskan jika terjadi kesalahan atau perbedaan pendapat antar kelompok.
3. Kegiatan Penutup
a. Guru mebuat kesimpulan mengenai materi yang diajarkan. b. Guru memberikan posttest berupa soal pilihan jamak sebanyak
(40)
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Lembar observasi aktivitas siswa
Lembar observasi aktivitas siswa berupa seluruh kegiatan dan aktualisasi yang dilakukan oleh siswa selama pembelajaran berlangsung.
2. Lembar kerja siswa (LKS)
Lembar kerja siswa (LKS) digunakan untuk menuntun siswa dalam proses pembelajaran. LKS yang dibuat dirancang sedemikian rupa sehingga membentuk LKS yang produktif untuk pelaksanaan TGT.
LKS dikerjakan oleh siswa dalam berkelompok. 3. Soal TGT (Teams Games Tournament)
Soal TGT (Teams Games Tournament) digunakan untuk pelaksanaan
Tournament.
4. Soal Pretes dan Postes
Soal pretest dan posttest digunakan untuk memperoleh data hasil penguasaan konsep siswa. Bentuk pretes dan postes yang digunakan berupa soal pillihan jamak berjumlah 20 soal.
5. Catatan lapangan, dimaksudkan untuk memperoleh data secara objektif yang tidak terekam dalam lembar observasi, mengenai hal-hal yang terjadi selama proses pembelajaran yang berasal dari guru maupun siswa ataupun masalah yang dapat dijadikan pertimbangan bagi pelaksanaan berikutnya.
(41)
F. Jenis Data dan Teknik Pengambilan Data
Jenis data dan tehnik pengambilan data pada penelitian ini adalah:
Data dalam penelitian ini meliputi nilai penguasaan konsep biologi siswa, persentase aktivitas siswa, kinerja guru, dan catatan lapangan.
1. Penguasaan Konsep
Nilai penguasaan konsep biologi siswa diperoleh dari pretest dan posttest. Data nilai pretes diambil sebelum pembelajaran, sedangkan nilai postes diambil setelah pembelajaran berlagsung, baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Bentuk soal yang diberikan adalah berupa soal pilihan jamak, dengan jumlah soal sebanyak 20 soal. Soal pretes maupun postes berupa soal yang sama.
2. Aktivitas siswa
Persentase aktivitas siswa diperoleh dari lembar observasi aktivitas siswa. Lembar observasi aktivitas siswa berisi semua aspek kegiatan yang diamati oleh observer pada saat proses pembelajaran. Setiap siswa diamati point kegiatan yang dilakukan dengan cara memberi tanda (√ ) pada lmbar observasi sesuai dengan aspek yang telah ditentukan.
Tabel 3. Hubungan antara variabel, instrumen, data penelitian dan analisis data
No Variabel Instrumen Jenis data dan
Alat ukur
Analisis Data 1 Penguasaan
konsep
Tes Nominal dan
tes tertulis
Uji t 2 Aktivitas siswa
selama proses pembelajaran Lembar observasi aktivitas siswa
(42)
Lembar observasi yang digunakan dalam pengambilan data aktivitas siswa pada saat pembelajaran sebagai berikut:
Tabel 4. Lembar Observasi Aktivitas Siswa
No Nama
Aspek yang diamati
Xi
A B C D E F
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 4 5 Jumlah
Yuyun ( 2011:45 ) Keterangan :
a. Kemampuan mengemukakan pendapat/ ide dalam
pelaksanaan Tournament (TGT)
1. Tidak mengemukakan pendapat /ide (diam saja) dan tidak memjawab pertanyaan dalam tournament
2. Mengemukakan pendapat/ ide dan menjawab pertanyaan dalam
tournament tetapi tidak sesuai dengan pembahasan pada materi pokok Organisasi Kehidupan.
3. Mengemukakan pendapat/ide sesuai dan menjawab pertanyaan dalam tournament dengan benar dan sesuai dengan
pembahasan pada materi pokok Organisasi Kehidupan. b. Kemampuan Bertanya:
1. Tidak mengajukan pertanyaan
2. Mengajukan pertanyaan, tetapi tidak mengarah pada permasalahan pada materi pokok Organisasi Kehidupan. 3. Mengajukan pertanyaan yang mengarah dan sesuai dengan
permasalahan pada materi pokok Organisasi Kehidupan.
c. Bekerjasama dengan teman dalam menyelesaikan tugas
kelompok dan dalam Tournament (TGT) :
1. Tidak bekerjasama dengan teman dalam mengerjakan LKS dan pelaksaanaan tournament (diam saja)
2. Bekerjasama dengan anggota kelompok tetapi tidak sesuai dengan permasalahan pada LKS materi pokok Organisasi Kehidupan.dan tidak bekerjasama dalam pelaksannan
tournnament
3. Bekerjasama dengan semua anggota kelompok sesuai dengan permasalahan pada LKS materi pokoka tumbuhan dan
(43)
d. Bertukar informasi
1. Tidak berkomunikasi secara lisan dalam bertukar pendapat dengan anggota kelompok (diam saja)
2. Berkomunikasi secara lisan dengan anggota kelompok tetapi tidak sesuai dengan permasalahan pada LKS sesuai dengan materi Organisasi Kehidupan.
3. Berkomunikasi secara lisan dalam bertukar pendapat untuk memecahkan permasalahan pada LKS sesuai dengan materi Organisasi Kehidupan.
e. Mempresentasikan hasil diskusi kelompok
1. Siswa dalam kelompok kurang dapat mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara sistematis, dan tidak dapat menjawab pertanyaan.
2. Siswa dalam kelompok kurang dapat mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan secara sistematis,dan menjawab pertanyaan dengan benar.
3. Siswa dalam kelompok dapat mempresentasikan hasil diskusi secara sistematis, dan menjawab pertanyaan dengan benar. Menafsirkan atau menentukan kategori Indeks Aktivitas Siswa sesuai klasifikasi pada tabel 3 dan 4.
Tabel 5. Klasifikasi Indeks Aktivitas Siswa
Interval Kategori
0,00 – 29,99 Sangat Rendah
30,00 – 54,99 Rendah
55,00 – 74,99 Sedang 75,00 – 89,99 Tinggi
90,00 – 100,00 Sangat Tinggi Dimodifikasi dari Hake (dalam Belina, 2008:37)
1. Catatan Lapangan
Data catatan lapangan diperoleh dari lembar observasi catatan lapangan yang dinilai oleh observer
(44)
Tabel 6. Catatan Lapangan No Alokasi
Waktu
Kegiatan pembelajaran
Tindakan Guru Respon Siswa 1
2 3
H. Teknik Analisis Data
1. Analisis data
Data penguasaan konsep diperoleh dari nilai pretes dan postes yang diambil pada saat sebelum pembelajaran pertemuan 1 dan nilai postes diambil setelah proses pembelajaran pada pertemuan 2 berlangsung, baik pada kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol.
Teknik penskoran nilai pretes dan postes yaitu :
S = R x 100 N
Keterangan :
S = Nilai yang diharapkan (dicari)
R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar N = jumlah skor maksimum dari tes
(Purwanto, 2008 : 112)
Data kuantitatif nilai pretes dan postes siswa ditinjau berdasarkan perbandingan gain yang dinormalisasi atau N-gain (g) dengan menggunakan rumus Hake (1999:1) yaitu:
N-gain =
Spost – Spre
(45)
Keterangan:
N-gain = rata-rata N-gain Spost = rata-rataskor postes
Spre =rata-rataskor pretes Smax = skor maksimum Tabel 7. Kriteria N-gain.
N-gain Kriteria
g > 70 70 > g > 30
g < 30
Tinggi Sedang Rendah
Setelah diperoleh nilai selisih pretes dan postes ( N-gain), selanjutnya data pretes dan postes kelas eksperimen dan kontrol dianalisis dengan uji t
menggunakan program SPSS versi 15. Sebelum dilakukan uji t
prasyaratnya berupa uji normalitas data dan uji homogenitas data. Adapun uraianya sebagai berikut :
a. Uji Normalitas (Uji Lilliefors)
Uji normalitas data menggunakan uji liliefors yang dilakukan dengan amenggunakan program software SPSS versi 15.
1) Hipotesis
Ho : Data berdistribusi normal H1 : Data tidak berdistribusi normal 2) Kriteria Pengujian
Terima Ho jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak Ho untuk harga yang lainnya (Nurgiantoro dkk, 2002:118).
(46)
b. Uji Homogenitas (Uji Bartlett)
Apabila masing-masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji homogenitas yang menggunakan uji Barlet dan diolah dengan menggunakan program software SPSS versi 15.
1) Hipotesis
Ho : Kedua sampel mempunyai varians yang sama H1 : Kedua sampel mempunyai varians yang berbeda 2) Kriteria Pengujian
Terima Ho jika χ2 hitung< χ2 tabel atau probabilitasnya > 0,05, tolak Ho untuk harga lainnya (Sudjana 1998 : 261)
2. Pengujian Hipotesis (Uji t)
Setelah data dinyatakan normal dan homogen, berikutnya data di uji dengan pengujian hipotesis. Untuk pengujian hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata, kemudian data dimasukkan dalam uji t. t1 untuk uji kesamaan dua rata-rata, dan t2 untuk uji perbedaan dua rata-rata.
a. Uji Kesamaan Dua Rata-rata 1) Hipotesis
H0 = Rata-rata N-gain kedua sampel sama H1 = Rata-rata N-gain kedua sampel tidak sama 2) Kriteria Uji
1. Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima
2. Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel maka Ho ditolak (Pratisto, 2004:13).
(47)
b. Uji Perbedaan Dua Rata-rata 1) Hipotesis
H0 = rata-rata skor gainpada kelompok eksperimen sama dengan kelompok kontrol.
H1 = rata-rata skor gain pada kelompok eksperimen lebih tinggi dari kelompok kontrol.
2) Kriteria Uji :
1. Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima
2. Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka Ho ditolak (Pratisto, 2004:10).
I. Pengolahan Data Aktivitas Siswa
Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data yang diambil melalui observasi. Data tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan indeks aktivitas siswa dengan menggunakan rumus:
% 100
x n
x
X
iKeterangan :
= Rata-rata skor aktivitas siswa ∑xi = Jumlah skor yang diperoleh n = Jumlah skor maksimum (18)
(48)
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Ada pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
(Teams Games Tournament) terhadap penguasaan konsep pada materi
pokok organisasi kehidupan kelas VII SMP Negeri 8 Bandar Lampung 2. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament)
dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, penulis memberikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Kepada guru biologi hendaknya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament)sebagai salah satu alternatif dalam menyampaikan materi organisasi kehidupan karena dapat membuat siswa ikut aktif dalam pembelajaran dan dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa.
(49)
2. Pada kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
(Teams Games Tournament) hendaknya dilakukan pada waktu yang lebih
lama dan anggota kelompok harus sudah berada pada meja Tournament
yang telah ditetapkan oleh guru sebelum pembelajaran dimulai sehingga dapat megefisienkan waktu yang tersedia.
(50)
DAFTAR PUSTAKA
Amri dan Achmadi. 2010. Kontruksi Pengembangan Pembelajaran Pengaruhnya
Terhadap Mekanisme dan Praktik Kurikulum. Jakarta. Prestasi
Pustakaraya
Arikunto, S. 2001. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta. Bina Aksara Aryulina, Diah., dkk. 2007. Biologi 1 SMA dan MA Untuk Kelas X. Jakarta. esis Awaluddin, A. 2008. Materi Ajar.http//andhysastera.blogspot.com.
Belina. 2008. Peningkatan Kecakapan Berpikir Rasional Siswa Dalam
Pembelajaran Fisika di SMP Pada Pokok Bahasan Pemantulan Cahaya Melalui Model Pembelajaran PBI (Penelitian eksperimen pada siswa kelas VIII di salah satu SMP Swasta di kota Bandung). Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika UPI Bandung. Dalam
http://digilib.upi.edu/pasca/available/etd-0519108-104827/. 13 januari 2011: 08.50
BSNP. 2006. Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMA/MA.
http://masdwijanto.files.wordpress.com/2011/03/buku-standar-isi-sma.pdf 12 Agustus : 19.45
Daryanto. 1999. Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta
Dimyati dan Mujiono. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Rineka Cipta. Hamalik, O. 2004. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Bumi
Aksara. Jakarta.
Hake, R.R. 1999. Analizing Change/Gain Score. Diakses dari
http://lists.asu.edu/cgi-bin/wa?A2=ind9903&L=aera-d&P=R6855pada Senin, 19 November 2012 : 20.45.
Isjoni. 2007. Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Bandung. Alfabeta
(51)
Isparwati, Rini. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Aktivitas & Penguasaan Konsep Pada Materi Pokok Larutan Elektrolit dan Redoks. Skripsi. Bandar Lampung.
Universitas Lampung
Istiqomah, Nur Euis. 2011. Catatanku.
http://secarikcatatansangpenyairkecil.blogspot.com/2011/05/belajar-dan-pembelajaran.html 12 Agustus 2011 : 19.35
Kurniasari, Ani. 2006. Komparasi Hasil Belajar antara Siswa yang diberi Metode TGT (Teams Games Tournament) dengan STAD (Student Achiement
Division) kelas X Pokok bahasan Hidrokarbon. Skripsi.
http://www.pdf- finder.com/KOMPARASI-HASIL-BELAJAR-ANTARA-SISWA-YANG-DIBERI-METODE-TGT-%28TEAMS-....html. 20 November 2010 : 20.25
Loranz, D. 2008. Gain Score. Google.
http://www.tmcc.edu./vp/acstu/assesment/downloads/documents/reports/ar chives/discipline/0708/SLOAPHYSDisiciplineRep0708.pdf. 20 November 2010 : 20.45
Mahmuddin. 2009. Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams
Games-Tournament (TGT).
http://mahmuddin.wordpress.com/2009/12/23/strategi-pembelajaran-kooperatif-tipe-teams-games-tournament-tgt/ 20 November 2010 : 20.11
Medianto, Muhammad. 2010. Penggunaan Model Pembelajaran TGT (Teams
Games Tournament) dapat meningkatkan aktivitas dan pemahaman
kognitif siswa pada materi ekosistem. Skripsi. Bandar Lampung. Universitas Lampung
Muhammad, H. 2003. Pengembangan Khusus Pengembangan silabus berbasis
Kompetensi. http://www.Google.com 20 November 2010 : 19.43
Muhibbinsyah. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta. PT. RajaGrafindo Persada. Nurgiantoro, B.,Gunawan dan Marzuki. 2002. Statistik Terapan Untuk Penelitian
Ilmu-Ilmu Sosial. Yogyakarta. Gadjah Mada Universty Press.
Prasetyaningsih, Panca Rahayu. 2009. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif dengan Tekhnik TSTS (Two Stay Two Stray) Terhadap Penguasaan Materi Pokok Plantae pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Bandar Sribhawono Lampung Timur TP 2007/2008. Skripsi. Bandar Lampung. Universitas Lampung Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan
(52)
Purwanto, M. Ngalim. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.
Riyanto, Yatim. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta. Kencana Prenada Media Group
Sagala, Syaiful. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung. Alfabeta Sardiman, A. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Press.
Yogjakarta.
Slameto. 2001. Proses Belajar Mengajar Dalam Sistem Kredit Semester. Jakarta. Bumi Aksara.
Slavin, R.E. 2008. Cooperative Learning, Teori, Riset dan Praktik (Alih Bahasa
Nurulita Yusron). Bandung. Penerbit Nusa Media
Sudijono, Anas. 2007. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Sudjadi, Bagod., dkk. 2007. Biologi Sains Dalam Kehidupan. Surabaya. Yudhistira
Sudjana. 2002. Metode Statistika Edisi keenam. Bandung. PT. Tarsito Sunyono. 2009. Instrumen Penilaian Kinerja Guru.
http://blog.unila.ac.id/Sunyono/files/2009/07/contoh.lemba.observasi.terfo kus.pdf.
Thoha, M. C. 1994. Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta. Grafindo Persada. Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta.
(1)
H0 = rata-rata skor gainpada kelompok eksperimen sama dengan kelompok kontrol.
H1 = rata-rata skor gain pada kelompok eksperimen lebih tinggi dari kelompok kontrol.
2) Kriteria Uji :
1. Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima
2. Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka Ho ditolak (Pratisto, 2004:10).
I. Pengolahan Data Aktivitas Siswa
Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data yang diambil melalui observasi. Data tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan indeks aktivitas siswa dengan menggunakan rumus:
% 100
x n
x
X
iKeterangan :
= Rata-rata skor aktivitas siswa ∑xi = Jumlah skor yang diperoleh n = Jumlah skor maksimum (18)
(2)
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Ada pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) terhadap penguasaan konsep pada materi pokok organisasi kehidupan kelas VII SMP Negeri 8 Bandar Lampung 2. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament)
dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, penulis memberikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Kepada guru biologi hendaknya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament)sebagai salah satu alternatif dalam menyampaikan materi organisasi kehidupan karena dapat membuat siswa ikut aktif dalam pembelajaran dan dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa.
(3)
yang telah ditetapkan oleh guru sebelum pembelajaran dimulai sehingga dapat megefisienkan waktu yang tersedia.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Amri dan Achmadi. 2010. Kontruksi Pengembangan Pembelajaran Pengaruhnya Terhadap Mekanisme dan Praktik Kurikulum. Jakarta. Prestasi
Pustakaraya
Arikunto, S. 2001. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta. Bina Aksara Aryulina, Diah., dkk. 2007. Biologi 1 SMA dan MA Untuk Kelas X. Jakarta. esis Awaluddin, A. 2008. Materi Ajar.http//andhysastera.blogspot.com.
Belina. 2008. Peningkatan Kecakapan Berpikir Rasional Siswa Dalam
Pembelajaran Fisika di SMP Pada Pokok Bahasan Pemantulan Cahaya Melalui Model Pembelajaran PBI (Penelitian eksperimen pada siswa kelas VIII di salah satu SMP Swasta di kota Bandung). Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika UPI Bandung. Dalam
http://digilib.upi.edu/pasca/available/etd-0519108-104827/. 13 januari 2011: 08.50
BSNP. 2006. Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMA/MA.
http://masdwijanto.files.wordpress.com/2011/03/buku-standar-isi-sma.pdf 12 Agustus : 19.45
Daryanto. 1999. Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta
Dimyati dan Mujiono. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Rineka Cipta. Hamalik, O. 2004. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Bumi
Aksara. Jakarta.
Hake, R.R. 1999. Analizing Change/Gain Score. Diakses dari
http://lists.asu.edu/cgi-bin/wa?A2=ind9903&L=aera-d&P=R6855pada Senin, 19 November 2012 : 20.45.
Isjoni. 2007. Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Bandung. Alfabeta
(5)
Istiqomah, Nur Euis. 2011. Catatanku.
http://secarikcatatansangpenyairkecil.blogspot.com/2011/05/belajar-dan-pembelajaran.html 12 Agustus 2011 : 19.35
Kurniasari, Ani. 2006. Komparasi Hasil Belajar antara Siswa yang diberi Metode TGT (Teams Games Tournament) dengan STAD (Student Achiement Division) kelas X Pokok bahasan Hidrokarbon. Skripsi. http://www.pdf- finder.com/KOMPARASI-HASIL-BELAJAR-ANTARA-SISWA-YANG-DIBERI-METODE-TGT-%28TEAMS-....html. 20 November 2010 : 20.25
Loranz, D. 2008. Gain Score. Google.
http://www.tmcc.edu./vp/acstu/assesment/downloads/documents/reports/ar chives/discipline/0708/SLOAPHYSDisiciplineRep0708.pdf. 20 November 2010 : 20.45
Mahmuddin. 2009. Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams
Games-Tournament (TGT). http://mahmuddin.wordpress.com/2009/12/23/strategi-pembelajaran-kooperatif-tipe-teams-games-tournament-tgt/ 20 November 2010 : 20.11
Medianto, Muhammad. 2010. Penggunaan Model Pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) dapat meningkatkan aktivitas dan pemahaman kognitif siswa pada materi ekosistem. Skripsi. Bandar Lampung. Universitas Lampung
Muhammad, H. 2003. Pengembangan Khusus Pengembangan silabus berbasis Kompetensi. http://www.Google.com 20 November 2010 : 19.43 Muhibbinsyah. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta. PT. RajaGrafindo Persada. Nurgiantoro, B.,Gunawan dan Marzuki. 2002. Statistik Terapan Untuk Penelitian
Ilmu-Ilmu Sosial. Yogyakarta. Gadjah Mada Universty Press.
Prasetyaningsih, Panca Rahayu. 2009. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif dengan Tekhnik TSTS (Two Stay Two Stray) Terhadap Penguasaan Materi Pokok Plantae pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Bandar Sribhawono Lampung Timur TP 2007/2008. Skripsi. Bandar Lampung. Universitas Lampung Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan
(6)
Purwanto, M. Ngalim. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.
Riyanto, Yatim. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta. Kencana Prenada Media Group
Sagala, Syaiful. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung. Alfabeta Sardiman, A. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Press.
Yogjakarta.
Slameto. 2001. Proses Belajar Mengajar Dalam Sistem Kredit Semester. Jakarta. Bumi Aksara.
Slavin, R.E. 2008. Cooperative Learning, Teori, Riset dan Praktik (Alih Bahasa Nurulita Yusron). Bandung. Penerbit Nusa Media
Sudijono, Anas. 2007. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Sudjadi, Bagod., dkk. 2007. Biologi Sains Dalam Kehidupan. Surabaya. Yudhistira
Sudjana. 2002. Metode Statistika Edisi keenam. Bandung. PT. Tarsito Sunyono. 2009. Instrumen Penilaian Kinerja Guru.
http://blog.unila.ac.id/Sunyono/files/2009/07/contoh.lemba.observasi.terfo kus.pdf.
Thoha, M. C. 1994. Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta. Grafindo Persada. Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta.