Neneng Tita Rosita, 2012 Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Open-Ended Dalam Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kreatif Matematis Siswa Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika  sebagai  ilmu  yang  timbul  dari  pikiran-pikiran  manusia  yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran Ruseffendi, 1988, membutuhkan
siasat  atau  strategi  dalam  pembelajarannya,  agar  muncul  kemampuan  untuk menggunakan pengetahuan, keterampilan, prinsip, aturan dan konsep-konsep yang
berkaitan  dengan  mata  pelajaran  tersebut.Matematika  secara  umum  memiliki fungsi  sebagai bahasa, sebagai cara bernalar dan sebagai alat untuk memecahkan
masalah.  Sementara  itu  di  dalam  Kurikulum  Tingkat  Satuan  Pendidikan  KTSP sertaBadanStandarNasionalPendidikan  BSNP,2006,  pembelajaran  matematika
bertujuan  agar  siswa  dapat  menggunakan  matematika  sebagai  cara  bernalar berpikir logis, analisis, sistematis, kritis, kreatif, dan kemampuan bekerja sama.
Tujuan  diberikannya  mata  pelajaran  matematika  pada  setiap  jenjang pendidikan, khususnya Sekolah Menengah Pertama SMPMadrasah Tsanawiyah
MTsagar  siswa  memiliki  kemampuan:  1  memahami  konsep  matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma,
secara  luwes,  akurat,  efisien,  dan  tepat  dalam  pemecahan  masalah;  2 menggunakan  penalaran  pada  pola  dan  sifat,  melakukan  manipulasi  matematika
dalam  membuat  generalisasi,  menyusun  bukti,  atau  menjelaskan  gagasan  dan pernyataan  matematika;  3  memecahkan  masalah  yang  meliputi  kemampuan
memahami  masalah,  merancang  model  matematika,  menyelesaikan  model danmenafsirkansolusi  yang  diperoleh;  4  mengomunikasikan  gagasan  dengan
Neneng Tita Rosita, 2012 Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Open-Ended Dalam Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kreatif Matematis Siswa Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; 5  memiliki  sikap  menghargai  kegunaan  matematika  dalam  kehidupan,  yaitu
memiliki  rasa  ingin  tahu,  perhatian,  dan  minat  dalam  mempelajari  matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah BSNP, 2006.
Berdasarkan  tujuan  diberikannya  mata  pelajaran  matematika  sekolah  di atas,  diharapkan  setelah  pembelajaran  matematika  dilaksanakan  siswa  memiliki
kemampuan  matematis,    diantaranya  mampu  memahami  konsep  matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep danmengaplikasikan konsep atau algoritma,
secara  luwes,  akurat,  efisien,  dan  tepat  dalam  pemecahan  masalah.  Kemudian siswa mampu menggunakan penalaran  matematis  pada pola dan sifat, melakukan
manipulasi  matematika  dalam  membuat  generalisasi,  menyusun  bukti,atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika
.
Ia mampu memecahkan masalah yang  meliputi  kemampuan  memahami  masalah,  merancang  model  matematika,
menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. Dalam  kenyataan,setelah  pembelajaran  dilaksanakan  ternyata  siswa  tidak
memiliki  kemampuan  matematis  yang  diharapkan,  bahkan  siswa  menganggap matematika  merupakan  salah  satu  mata  pelajaran  yang  sulit  dipahami,  sehingga
banyak siswa yang tidak senang terhadap matematika. Hal tersebut sesuai dengan pendapat  Wahyudin  1999,  bahwa  matematika  merupakan  mata  pelajaran  yang
sukar dipahami. Kemampuan  matematis  siswa  di  Indonesia  sangat  jauh  berada  dibawah
negara-negara  lain.Hal  ini  ditunjukkan  salah  satunya  oleh  hasil  survei  Trends International  Mathematics  and  Science  Study  TIMSS  Wardhani  dan  Rumiati
Neneng Tita Rosita, 2012 Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Open-Ended Dalam Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kreatif Matematis Siswa Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
2011.  Dikatakan  bahwa  Indonesia  mengikuti  TIMSS  pada  tahun  1999,  2003, 2007,  dan  2011  dan  PISA  tahun  2000,  2003,  2006,  dan  2009  dengan  hasil  tidak
menunjukkan banyak perubahan pada setiap keikutsertaan. Pada PISA tahun 2009 Indonesia hanya menduduki ranking 61 dari 65 peserta dengan rata-rata skor 371,
sementara rata-rata skor internasional adalah 496. Hasil survei TIMSS pada tahun 2007 lebih memprihatinkan lagi, karena rata-rata skor siswa kelas 8 kita menurun
menjadi  405,  dibanding  tahun  2003  yaitu  411.  Ranking  Indonesia  pada  TIMSS tahun  2007  menjadi  ranking  36  dari  49  negara.Hasil  survei  TIMSS  tersebut
menunjukkan  bahwa  siswa  Indonesia  masih  rendah  kemampuan  matematisnya, sementara  kemampuan  matematis  harus  dimiliki  oleh  siswa  seperti  yang
ditetapkan  oleh  National  Council  of  Teacher  of  Mathematics  NCTM 2000.Adapun  kemampuan  yang  perlu  dimiliki  siswa  melalui  pembelajaran
matematika adalah: 1 pemecahan masalah problem solving; 2 penalaran dan pembuktian reasoning and proof; 3 komunikasi communication; 4 koneksi
connection; dan 5 representasi representation. Kenyataan  menunjukkankemampuan  matematis  yangdimiliki  siswa  di
Indonesia,  jauh  berada  dibawah  negara-negara  lain,  salah  satunya  adalah kemampuan  berpikir  kreatif  matematis.  Hal  ini  ditunjukkan  oleh  uji  coba  PISA
tahun 2003, diantaranya soal uji coba berikut: Untuk konser music rock, sebuah lapangan yang berbentuk persegi panjang
berukuran panjang 100 meter dan lebar 50 meter disiapkan untuk pengunjung. Tiket terjual habis bahkan banyak fans yang berdiri. Berapakah
kira-kira banyaknya pengunjung konser tersebut? A. 2000 B. 5000 C. 20.000 D. 50.000 E. 100.000
PISA 2003
Neneng Tita Rosita, 2012 Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Open-Ended Dalam Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kreatif Matematis Siswa Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Untuk  menjawab  soal  di  atas  dibutuhkan    daya  imajinasi  dan  kreativitas. Pada  uji  coba  soal  tersebut  sekitar  28  dari  seluruh  sampel  siswa  menjawab
benar, yaitu 20.000. Ditambah dengan uji coba soal-soal lain yang sejenis ternyata siswa  Indonesia berada pada peringkat 10 besar terbawah diantara negara-negara
partisipan  PISA. Uraian di atas  menunjukkan  bahwa kemampuan  berpikir kreatif siswa di
Indonesia  masih  jauh  di  bawah  negara-negara  lain.  Kondisi  tersebut  disebabkan pembelajaran  matematika  di  sekolah  masih  menitikberatkan  pada  proses  belajar
berhitung  yang  sudah  disiapkan  rumus-rumusnya,  tanpa  memperhatikan  aspek kemampuan  siswa  mengembangkan  ide-ide  yang  dimilikinya,  serta  kemampuan
siswa  menghubungkan  fakta-faktadan  memperkirakan  jawaban  serta  solusinya. Pola  pembelajaran  seperti  itu  adalah  pembelajaran  konvensional,  seperti  yang
dinyatakan  oleh  Ruseffendi  1994,  pembelajaran  yang  memiliki  kekhasan tertentu, misalnya lebih mengutamakan hapalan daripada pengertian, menekankan
kepada  keterampilan  berhitung,  mengutamakan  hasil  daripada  proses,  dan pengajaran berpusat pada guru.
Kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan berpikir seseorang dalam mengembangkan  ide-ide  atau  gagasan  yang  bersifatlancar  fluency,  luwes
flexibility,  orisinil  originality,  dan  elaborasi  elaboration.Hal  ini  sejalan dengan  apa  yang  dikemukakan  Munandar  1997  yang  mengatakan  bahwa
kreativitas  berpikir  divergen  adalah  kemampuan  menemukan  banyak kemungkinan  jawaban  terhadap  suatu  masalah  berdasarkan  data  atau  informasi
yang tersedia, penekanannya adalah pada kualitas, ketepatgunaan, dan keragaman
Neneng Tita Rosita, 2012 Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Open-Ended Dalam Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kreatif Matematis Siswa Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
jawaban.Dalam  kegiatan  pembelajaran,  siswa  yang  memiliki  kemampuan  kreatif juga  dapat  membantu  siswa  lainnya  yang  mengalami  masalah  dalam  memahami
materi  pelajaran.Berpikir  kreatif  dan  matematika  merupakan  dua  hal  yang  tidak dapat  dipisahkan.  Matematika  tumbuh  dan  berkembang  berdasarkan  pemikiran-
pemikiran  yang kreatif,  serta kemampuan  berpikir kreatif seseorang  berkembang dengan baik sejauh mana seseorang tersebut  mampu  mencoba menghasilkan hal-
hal yang baru untuk menyelesaikan masalah. Akan tetapi rendahnya kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dapat
ditingkatkan,  apabila  pembelajaran  yang  dilaksanakan  dapat  membentuk  siswa memiliki  kemampuan  pemahaman  dan  penalaran,  memiliki  keterampilan  dan
dapat melaksanakan proses matematika, serta memiliki kemampuan bersosialisasi dan  berkomunikasi dalam  matematika, seperti  yang dikemukakan oleh  Sumarmo
2000b,proses  pembelajaran  matematika  sebaiknya  memenuhi  keempat  pilar pendidikan masa yang akan datang UNESCO sebagai berikut:
1. Proses“learning to know” siswa memilliki pemahaman dan penalaran yang
bermakna  terhadap  produk  dan  proses  matematika  apa,  bagaimana,  dan mengapayang memadai.
2. Proses “learning to do”siswa memiliki keterampilan dan dapat melaksanakan
proses  matematika doing  math  yang  memadai  untuk  mengacu peningkatan perkembangan intelektualnya.
3. Proses  “learning  to  be”  siswa  dapat  menghargai  atau  mempunyai  aspirasi
terhadap  nilai-nilai  keindahan    akan  produk  dan  proses  matematika,  yang
Neneng Tita Rosita, 2012 Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Open-Ended Dalam Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kreatif Matematis Siswa Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
ditunjukan  dengan  sikap  senang  belajar,  bekerja  keras,  ulet,  sabar,  disiplin, jujur, serta mempunyai motif berprestasi yang tinggi dan rasa percaya diri.
4. Proses  “learning  to  live  together  in  peace  and  harmony”  siswa  dapat
bersosialisasi  dan  berkomunikasi  dalam  matematika,  melalui  bekerjabelajar bersama, saling menghargai pendapat orang lain dan sharing ideas.
Mengacu  pada  keempat  pilar  UNESCO  dan  tujuan  pembelajaran matematika,  maka  guru  dan  inovator  pendidikan  harus  berupaya  melakukan
perubahan  dan  perbaikan  dalam  proses  pembelajaran,    khususnya  pembelajaran dalam  kelas.  Menurut  Sumarmo2000a  pembelajaran  matematika  hendaknya
mengutamakan pada pengembangan daya  matematikmathematical power siswa yang  meliputi:  kemampuan  menggali,  menyusun  konjektur,  dan  menalar  secara
logis,  menyelesaikan  soal  yang  tidak  rutin,  menyelesaikan  masalah  problem solving, berkomunikasi secara matematika dan mengaitkan ide matematis dengan
konteks lainnya. Salah  satu  upaya  untuk  mencari  solusi  dari  masalah  di  atas  adalah
mengembangkan kegiatan
pembelajaran yang
mendukung peningkatan
kemampuan  berpikir kreatif  matematis,  yaitu diperlukan suatu pendekatan dalam menyampaikan pembelajaran yang dapat meningkatkan sikap siswa atau membuat
siswa bersikap positif  terutama padapelajaranmatematika,guru dapat menyajikan pembelajaran
yang bernuansa  pemecahan
masalah  dan berpandangan
konstruktivisme  sebagai  salah  satu  upaya  meningkatkan  kemampuan  berpikir kreatif  matematis  siswa.  Pembelajaran  yang  seperti  itu,  diantaranya  adalah
pembelajaran dengan pendekatan open-ended.
Neneng Tita Rosita, 2012 Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Open-Ended Dalam Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kreatif Matematis Siswa Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Pendekatan  open-ended    muncul  berawal  dari  pandangan  bagaimana mengevaluasi  kemampuan  siswa  secara  objektif  dalam  berpikir  tingkat  tinggi
matematika.  Pembelajaran open-endeddapat diartikan sebagai pembelajaran yang membangun  kegiatan  interaktif  siswa  dengan  bahan  ajar,  sehingga  muncul  ide
untuk mengembangkan strategi pemecahan masalah yang dihadapi. Pendekatanopen-endedadalah  pendekatan  pembelajaran  yang  menyajikan
suatu  permasalahan  yang  memiliki  lebih  dari  satu  jawaban  atau  metode penyelesaian.Pendekatan  open-ended  dapat  memberi  kesempatan  kepada  siswa
untuk memperoleh
pengetahuan, pengalaman
menemukan, mengenali,
memecahkan  masalah  dengan  beberapa  teknik  sehingga  cara  berpikir  siswa terlatih dengan baik Shimada, 1997.
Pendekatanopen-endedmendorong  siswa    mengembangkan  ide-ide  kreatif dan  pola  pikir  matematis  dengan  mengingat  konsep  matematika  sebelumnya,
sehingga  dengan  pendekatanopen-endeddiharapkan  siswa  memiliki  kemampuan menyelesaikan masalah.
Kelebihan pembelajaran dengan pendekatan open-ended terletak pada cara penyelesaiannya  maupun  jawabannya  yang  tidak  tunggal  dalam  memecahkan
masalah. Pemecahan masalah matematis tersebut merupakan salah satu unsur dari daya  matematis  tingkat  tinggi  yang  menuntut  kemampuan  berpikir  kreatif
matematis. Pelaksanaan  pembelajaran  dengan  pendekatan  open-ended  bukan
merupakan hal yang mudah bagi siswa, karena guru tidak menyajikan konsep jadi tetapi  melalui  kegiatan  pemecahan  masalah.  Guru  harus  mampu  memilih  dan
Neneng Tita Rosita, 2012 Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Open-Ended Dalam Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kreatif Matematis Siswa Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
menciptakan  situasi  pemecahan  masalah  sehingga  siswa  tertarik  untuk menyelesaikannya.  Dalam  pelaksanaannya  siswa  dalam  proses  menemukan
konsepsendiri,  tidak  serta  merta  menemukan  solusi.  Siswa  mengalami  hambatan atau  kebuntuan  sangat  membutuhkan  peran  guru  untuk  membantu  mengarahkan
secara tidak langsung. Guru harus benar-benar menguasai konsep matematika dan keterkaitannya, serta mempersiapkan berbagai kemungkinan cara untuk mencapai
solusi sebagai antisipasi dalam membentuk dan mengarahkan siswa dalam proses pemecahan masalah.
Suherman2004 menyatakan
bahwa pembelajaran
open-ended memberikan  kesempatan  kepada  siswa  untuk  mengembangkan  kemampuan
berpikir dan keterampilan dalam memecahkan masalah kompleks, seperti masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari. Siswa belajar tidak terima jadi , konsep hanya
tinggal  digunakan dan akhirnya dihapalkan untuk dilupakan, tetapi konsep digali dengan  berbagai  cara  dan  digunakan,dan  menurut  Suherman,  dkk,  2001  tujuan
pembelajaran  open-ended  ialah  membantu  mengembangkan  kegiatan  kreatif  dan pola pikir matematis siswa melalui problem solving secara simultan, dengan kata
lain  kegiatan  kreatif  dan  pola  pikir  matematis  siswa  harus  dikembangkan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan setiap siswa.
Dari  uraian  diatas  pendekatan  open-ended  memberikan  sumbangan  besar terhadap
pengalaman belajar
siswa, open-endedmemiliki
sifat terbukamemandang matematika sebagai ragam berpikir dan memiliki keterpaduan
antara siswa dengan matematika itu sendiri.
Neneng Tita Rosita, 2012 Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Open-Ended Dalam Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kreatif Matematis Siswa Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Berkaitan  dengan  uraian  yang  telah  dikemukakan  di  atas,  maka  melalui penelitian  ini  peneliti  mencoba  menerapkan  pembelajaran  dengan  pendekatan
open-ended  untuk  melihat  apakah  terjadi  peningkatan  pada  kemampuan  berpikir kreatif  matematis  siswa.Di  samping  melihat  aspek  kognitif  berpikir
kreatifmatematis,  peneliti  juga  melihat  aspek  afektifnya  yaitu  bagaimana  sikap siswa  terhadap  matematika.Sikap  merupakan  salah  satu  komponen  dari  aspek
afektif,  yang  merupakan  kecenderungan  seseorang  untuk  merespon  positif  atau negatif  suatu  objek,  situasi,  konsep,  atau  kelompok  rangsangan  dari  luar  diri
seseorang. Sikap  siswa  terhadap  matematika  dapat  berupa  sikap  positif  yang  dapat
membantu  siswa  untuk  menghargai  mata  pelajaran  matematika  dan  membantu siswa mengembangkan rasa percaya diri terhadap kemampuan dirinya, sedangkan
sikap  negatif  tidak  dapat  membantu  siswa  untuk  menghargai  mata  pelajaran matematika  dan  tidak  dapat  membantu  siswa  mengembangkan  rasa  percaya  diri
terhadap kemampuan dirinya. Sikap  siswa  terhadap  pembelajaran  dengan  pendekatan  open-ended  dapat
dipandang  sebagai  cerminan  proses  pembelajaran  yang  terjadi  di  kelas. Penyampaian  materi  pelajaran  matematika  perlu  diperhatikan  agar  pembelajaran
dapat  menyenangkan,  mudah  dipahami  dan  tidak  menakutkan.  Oleh  sebab  itu materi  harus dipilih  dan disesuaikan  berkaitan dengan  kehidupan  sehari-hari dan
tingkat  kognitif  siswa.  Penyajian  materi  pelajaran  matematika  dimulai  dengan menyajikan  masalah  terbuka,  dan  diawali  dengan  pertanyaaan-pertayaan  terbuka
yang mengundang siswa menjawab pertanyaan tersebut sesuai dengan ide-ide atau
Neneng Tita Rosita, 2012 Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Open-Ended Dalam Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kreatif Matematis Siswa Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
gagasan-gagasan siswa. Hal ini  sesuai dengan karakteristik dari pendekatan open- ended. Bila hal ini diperhatikan dalam proses pembelajaran, bukan mustahil sikap
positif siswa terhadap pembelajaran yang diikuti akan tumbuh. Mengingat adanya korelasi  positif  antara  sikap  siswa  terhadap  pembelajaran  matematika  dan  hasil
belajar,  maka  meningkatkan  prestasi  siswa  juga  dapat  dilakukan  melalui pemilihan  pendekatan  pembelajaran  yang  dapat  meningkatkan  sikap  siswa
terhadap pembelajaran matematika. Oleh karena itu, peneliti merasa perlu untuk mengkaji sikap siswa terhadap
matematika, hal tersebut akan dapat diperoleh melalui skala sikap dan pengamatan terhadap  aktivitas  siswa  dalam  proses  pembelajaran.  Selain  itu,  untuk  melihat
kesesuaian  rencana  pelaksanaan  pembelajaran  yang  telah  disusun  dengan relalisasinya  dalam  kegiatan  pembelajaran  serta  aktivitas  apa  saja  yang  terjadi
selama  kegiatan  pembelajaran  berlangsung,  sehingga  dapat  dilakukan  perbaikan untuk setiap pertemuan, maka peneliti merasa perlu untuk meneliti aktivitas siswa
selama  proses  pembelajaran  berlangsung  dalam  kelas  yang  dapat  ditujukkan melalui lembar observasi.
Berdasarkan  uraian  di  atas,  penulis  tertarik  melakukan  studi  tentang Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Open-Ended dalam Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa.
B. Rumusan Masalah