MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI BERPIKIR KREATIF SISWA MELALUI PENDEKATAN OPEN-ENDED: Penelitian Kuasi Eksperimen pada Salah Satu SMP Negeri di Kota Bandung.
KREATIF SISWA MELALUI PENDEKATAN OPEN-ENDED (Penelitian Kuasi Eksperimen pada Salah Satu SMP Negeri
di Kota Bandung)
TESIS
Disusun untuk Memenuhi Sebagian dari Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh :
Eline Yanty Putri Nasution 1201586
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014
(2)
KREATIF SISWA MELALUI PENDEKATAN OPEN-ENDED (Penelitian Kuasi Eksperimen pada Salah Satu SMP Negeri
di Kota Bandung)
Oleh :
Eline Yanty Putri Nasution S.Pd. Universitas Negeri Medan, 2011
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Matematika
©Eline Yanty Putri Nasution Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya ataw sebagian, dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa izin dari penulis
(3)
MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI BERPIKIR KREATIF SISWA MELALUI PENDEKATAN OPEN-ENDED (Penelitian Kuasi Eksperimen pada Salah Satu SMP Negeri di Kota
Bandung)
Oleh:
Eline Yanty Putri Nasution 1201586
Telah Disetujui dan Disahkan Oleh:
Pembimbing I,
Prof. Dr. H. Didi Suryadi, M.Ed. NIP. 195802011984031001
Pembimbing II,
Dr. Stanley Dewanto, M.Pd. NIP. 19520311198011000
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia
Drs. Turmudi, M.Ed., M.Sc., Ph.D. NIP. 1961011211987031003
(4)
ABSTRAK
Eline Yanty Putri Nasution: Meningkatkan Kemampuan dan Disposisi Berpikir (2014) Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan disain kelompok kontrol tidak ekivalen. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 5 Bandung. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Bandung tahun pelajaran 2013/2014. Dari populasi, dipilih dua kelas sebagai sampel penelitian yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan menggunakan teknik purposive sampling. Pada kelas kelas kontrol dilaksanakan pembelajaran konvensional, sedangkan pada eksperimen dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Open-Ended. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini terdiri atas instrumen tes dan non-tes. Instrumen tes terdiri atas tes kemampuan berpikir kreatif, sedangkan instrumen non-tes terdiri atas skala disposisi berpikir kreatif, observasi dan wawancara. Analisis terhadap hasil penelitian dilakukan dengan menggunakan bantuan beberapa Software, yaitu Microsoft Excel 2007, Anates Ver. 4, Stat 97 dan SPSS Ver.20. Pengolahan data peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa dilakukan dengan menggunakan uji-t. Pengolahan data peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa berdasarkan kemampuan awal matematis (KAM) dilakukan dengan menggunakan uji ANOVA dua jalur pada taraf signifikansi 5% (� = 0,05) yang dilanjtkan dengan uji Post Hoc LSD. Pengolahan data peningkatan disposisi berpikir kreatif siswa dilakukan dengan menggunakan uji-t. Pengolahan data hubungan (asosiasi) antara kemampuan berpikir kreatif dan disposisi berpikir kreatif dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Spearman’s rho. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa dengan menggunakan pendekatan Open-Ended lebih baik daripada menggunakan pembelajaran konvensional; (2) Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif antara siswa yang memperoleh pembelajaran Open-Ended dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional ditinjau dari kemampuan awal matematis (KAM); (3) Peningkatan disposisi berpikir kreatif siswa dengan menggunakan pendekatan Open-Ended lebih baik daripada menggunakan pembelajaran konvensional; (4) Tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran (Open-Ended dan konvensional) dan kemampuan awal matematis siswa (tinggi, sedang, dan rendah) terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa; (5) Terdapat hubungan (asosiasi) yang positif antara kemampuan berpikir kreatif dengan disposisi berpikir kreatif siswa.
Kata kunci: Pendekatan Open-Ended, Kemampuan Berpikir Kreatif, Disposisi Berpikir Kreatif
(5)
DAFTAR ISI
Halaman LEMBAR PENGESAHAN
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMAKASIH ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 10
C. Tujuan Penelitian ... 10
D. Manfaat Penelitian ... 11
E. Definisi Operasional ... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 14
A. Kemampuan Berpikir Kreatuf ... 14
B. Disposisi Berpikir Kreatif ... 21
C. Pendekatan Open-Ended ... 23
D. Pembelajaran Konvensional ... 28
E. Kemampuan Awal Matematis ... 32
F. Hasil Penelitian Relevan ... 33
G. Kerangka Berpikir ... 34
H. Hipotesis Penelitian ... 35
BAB III METODE PENELITIAN ... 36
A. Disain Penelitian ... 36
(6)
C. Kemampuan Awal Matematis (KAM) ... 38
D. Instrumen Penelitian ... 39
E. Teknik Pengumpulan Data ... 54
F. Analisis Data ... 54
G. Prosedur Penelitian ... 61
H. Jadwal Penelitian ... 65
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 67
A. Hasil Penelitian ... 67
1. Kemampuan Berpikir Kreatif ... 68
2. Disposisi Berpikir Kreatif ... 93
3. Hubungan (Asosiasi) antara Kemampuan Berpikir Kreatif dengan Disposisi Berpikir Kreatif ... 102
4. Lembar Observasi ... 103
5. Wawancara ... 104
B. Pembahasan ... 105
1. Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran ... 105
2. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif ... 111
3. Kemampuan Awal Matematis ... 114
4. Peningkatan Disposisi Berpikir Kreatif ... 115
5. Interaksi antara Pendekatan Pembelajaran dan KAM dengan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa... 116
6. Hubungan (Asosiasi) antara Kemampuan Berpikir Kreatif dengan Disposisi Berpikir Kreatif ... 118
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 120
A. Kesimpulan ... 120
B. Implikasi ... 121
C. Rekomendasi ... 122
DAFTAR PUSTAKA ... 123
(7)
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Jabaran Kemampuan Berpikir Kreatif ... 19
Tabel 2.2 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 20
Tabel 3.1 Keterkaitan antara Variabel Bebas dan Variabel Terikat... 37
Tabel 3.2 Disain Penelitian Faktorial 3 x 2... 37
Tabel 3.3 Jabaran Subyek Penelitian... 38
Tabel 3.4 Sebaran Kemampuan Awal Matematis... 39
Tabel 3.5 Kategori Gain Ternormalisasi... 41
Tabel 3.6 Kategori Kemampuan Berpikir Kreatif………... 41
Tabel 3.7 Klasifikasi Validitas Tes………... 42
Tabel 3.8 Uji Validitas Tes Kemampuan Berpikir Kreatif... 43
Tabel 3.9 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas………... 44
Tabel 3.10 Klasifikasi Koefisien Daya Pembeda... 45
Tabel 3.11 Uji Daya Pembeda Tes Berpikir Kreatif... 46
Tabel 3.12 Klasifikasi Koefisien Tingkat Kesukaran... 47
Tabel 3.13 Uji Tingkat Kesukaran Soal Tes Berpikir Kreatif... 47
Tabel 3.14 Rekapitulasi Analisis Hasil Uji Coba Instrumen Tes Berpikir Kreatif... 48
Tabel 3.15 Kategori Disposisi Berpikir Kreatif………... 50
Tabel 3.16 Hasil Uji Validitas Skala Disposisi Berpikir Kreatif... 51
Tabel 3.17 Hasil Uji Reliabilitas Skala Disposisi Berpikir Kreatif... 52
Tabel 3.18 Jadwal Penelitian ... 66
(8)
Tabel 4.2 Kategori Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif ... 69
Tabel 4.3 Kategori Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Berdasarkan KAM ... 75
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Data Pretes dan Postes ... 76
Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Data Pretes dan Postes ... 76
Tabel 4.6 Hasil Uji Perbandingan Rerata Skor Pretes ... 77
Tabel 4.7 Hasil Uji Perbandingan Rerata Skor Postes ... 78
Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Skor N-Gain ... 79
Tabel 4.9 Hasil Uji Homogenitas Skor N-Gain ... 79
Tabel 4.10 Hasil Uji-t Skor N-Gain ... 80
Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas Skor N-Gain Berdasarkan KAM ... 81
Tabel 4.12 Hasil Uji Homogenitas Skor N-Gain Berdasarkan KAM ... 82
Tabel 4.13 Hasil Uji Anova Dua Jalur Skor N-Gain Berdasarkan KAM ... 83
Tabel 4.14 Hasil Uji Post Hoc Shceffe ... 85
Tabel 4.15 Data Peningkatan Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif... 91
Tabel 4.16 Data Kategori Peningkatan Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif ... 92
Tabel 4.17 Data Kategori Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa ... 93
Tabel 4.18 Data Disposisi Berpikir Kreatif Siswa ... 94
Tabel 4.19 Hasil Uji Normalitas Data Skala Awal dan Skala Akhir ... 96
Tabel 4.20 Hasil Uji Homogenitas Data Skala Awal ... 97
Tabel 4.21 Hasil Uji Perbandingan Rerata Data Skala Awal... 98
Tabel 4.22 Hasil Uji Perbandingan Rerata Data Akhir ... 98
(9)
Tabel 4.24 Hasil Uji Homogenitas Skor N-Gain ... 100
Tabel 4.25 Hasil Uji Perbedaan Rerata Skor N-Gain ... 101
Tabel 4.26 Hasil Uji Korelasi Bivariate Spearman’s rho ... 103
Tabel 4.27 Materi Ajar dan Alokasi Waktu Penelitian ... 106
Tabel 4.28 Pencapaian Kemampuan Berpikir Kreatif ... 113
(10)
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Rangkaian Proses Belajar ... 15
Gambar 2.2 Model Kegiatan Matematika ... 27
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian ... 64
Gambar 4.1 Rata-Rata Pretes dan Postes ... 69
Gambar 4.2 Rata-Rata N-Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 70
Gambar 4.3 Rata-Rata Pretes dan Postes Kemampuan Awal Matematis Kategori Rendah... 71
Gambar 4.4 Rata-Rata Pretes dan Postes Kemampuan Awal Matematis Kategori Sedang ... 72
Gambar 4.5 Rata-Rata Pretes dan Postes Kemampuan Awal Matematis Kategori Tinggi ... 73
Gambar 4.6 Rata-Rata N-Gain Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Berdasarkan KAM ... 74
Gambar 4.7 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Berdasarkan Faktor Pembelajaran dan KAM ... 90
Gambar 4.8 Rata-Rata Skala Awal dan Skala Akhir Disposisi Berpikir Kreatif ... 95
Gambar 4.9 Rata-Rata N-Gain Disposisi Berpikir Kreatif Siswa ... 95
Gambar 4.10 Contoh Jawaban Siswa pada Kelas Eksperimen ... 109
Gambar 4.11 Contoh Jawaban Siswa pada Kelas Kontrol ... 110
(11)
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
LAMPIRAN A INSTRUMEN PENELITIAN ... 127
Lampiran A.1 Silabus Pembelajaran ... 128
Lampiran A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 130
Lampiran A.3 Lembar Kegiatan Siswa (LKS) ... 251
Lampiran A.4 Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 267
Lampiran A.5 Skala Disposisi Berpikir Kreatif ... 287
Lampiran A.6 Observasi ... 292
Lampiran A.7 Wawancara ... 294
LAMPIRAN B HASIL ANALISIS UJI COBA INSTRUMEN ... 295
Lampiran B.1 Data Uji Coba Tes Kemampuan Berpikir Kreatif... 296
Lampiran B.2 Hasil Analisis Uji Coba Tes Kemampuan Berpikir Kreatif... 297
Lampiran B.3 Data Uji Coba Skala Disposisi Berpikir Kreatif ... 301
Lampiran B.4 Hasil Analisi Uji Coba Skala Disposisi Berpikir Kreatif ... 303
Lampiran B. 5 Lembar Validasi Naskah Pedoman Observasi ... 306
Lampiran B. 6 Lembar Validasi Naskah Pedoman Wawancara ... 307
LAMPIRAN C DATA TES KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF ... 308
Lampiran C.1 Data Kemampuan Awal Matematis (KAM) Siswa Kelas Eksperimen ... 309
Lampiran C.2 Data Kemampuan Awal Matematis (KAM) Siswa Kelas Kontrol ... 310
Lampiran C. 3Data Pretes, Postes dan N-Gain Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelas Eksperimen ... 311
(12)
Lampiran C.4 Data Pretes, Postes dan N-Gain Kemampuan Berpikir Kreatif
Siswa Kelas Kontrol ... 312
Lampiran C.5 Pengolahan Data dan Uji Statistik Pretes, Postes dan N-Gain , Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa ... 313
LAMPIRAN D DATA SKALA DISPOSISI BERPIKIR KREATIF ... 319
Lampiran D.1 Data Skala Awal dan Skala Akhir Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Kelas Eksperimen ... 320
Lampiran D.2 Data Skala Awal dan Skala Akhir Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Kelas Kontrol ... 321
Lampiran D.3 Data Transformasi Skala Disposisi Berpikir Kreatif ... 322
Lampiran D.4 Pengolahan Data dan Uji Statistik Skala Disposisi Berpikir Kreatif ... 323
LAMPIRAN E DOKUMENTASI PENELITIAN ... 326
Lampiran E.1 Dokumentasi Penelitian ... 331
Lampiran E.2 Surat Keputusan Dosen Pembimbing ... 332
Lampiran E.3 Surat Penelitian ... 333
(13)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kehidupan manusia tidak lepas dari kegiatan berpikir. Salah satu contoh kegiatan berpikir adalah pada saat individu berusaha mencari cara dalam memecahkan suatu permasalahan dalam kehidupan. Berpikir adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan kinerja otak terhadap suatu informasi yang dapat menimbulkan berkembangnya ide ataupun konsep. Menurut psikologi Gestalt, berpikir merupakan keaktifan psikis yang abstrak, yang prosesnya tidak dapat kita amati dengan alat indera kita. Kemudian menurut Plato, berpikir adalah berbicara di dalam hati. Jadi, seseorang dapat berpikir, tetapi tidak dapat diamati secara langsung.
Pandangan terhadap proses berpikir dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu filsafat dan psikologi. Bidang filsafat memandang otak manusia sebagai tempat muncul dan tumbuhnya nalar. Sementara bidang psikologi lebih fokus kepada mekanisme berpikir bagaimana ide-ide bisa dihasilkan otak manusia. Dengan kata lain, bidang filsafat lebih menekankan pada berpikir kritis, sedangkan bidang psikologi lebih menekankan pada berpikir kreatif (Suryadi, 2012). Berpikir merupakan aktivitas mental manusia yang berfungsi untuk memformulasikan atau menyelesaikan masalah, membuat keputusan serta mencari pemahaman.
Salah satu jenis berpikir adalah berpikir kreatif. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suryadi (2012: 11) yaitu berpikir meliputi dua aspek utama yakni kritis dan kreatif. Kreatif merupakan potensi yang terdapat dalam setiap diri individu yang meliputi ide-ide atau gagasan-gagasan yang dapat dipadukan dan dikembangkan sehingga dapat menciptakan ataupun menghasilkan suatu produk yang bermanfaat bagi diri dan lingkungannya. Gagasan maupun ide-ide tersebut muncul melalui suatu proses berpikir, yaitu berpikir kreatif.
Berpikir kreatif memiliki dua komponen yaitu kemampuan dan disposisi. Semiawan (Wardani, 2011) menyatakan bahwa kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan untuk menyusun ide baru dan mengaplikasikannya dalam
(14)
menyelesaikan masalah serta kemampuan untuk mengidentifikasi hubungan antara dua buah ide yang belum jelas. Menurut Sumarmo (2013: 201), indikator kemampuan berpikir kreatif meliputi kelancaran (fluency), kelenturan (flexibility), keaslian (originality) dan elaborasi (elaboration).
Kreatif muncul karena adanya motivasi yang kuat dari diri individu. Apabila kebiasaan berpikir yang kreatif berlangsung secara berkelanjutan, maka secara akumulatif akan tumbuh suatu disposisi (disposition) terhadap berpikir kreatif. Sumarmo (2013: 77) menyatakan bahwa disposisi berpikir kreatif merupakan keinginan, kesadaran, kecenderungan dan dedikasi yang kuat bagi siswa untuk berpikir dan berbuat dengan cara yang positif. Masih berasal dari sumber yang sama, adapun indikator disposisi berpikir kreatif yaitu: (1) terbuka, fleksibel, toleran terhadap perbedaan pendapat dan situasi yang tidak pasti; (2) bebas menyatakan pendapat dan perasaan; senang bertanya; (3) menghargai fantasi; kaya akan inisiatif; memiliki gagasan yang orisinal; (4) mempunyai pendapat sendiri dan tidak mudah terpengaruh; (5) memiliki citra diri dan stabilitas emosional; (6) percaya diri dan mandiri; (7) mempunyai rasa ingin tahu tertarik kepada hal yang abstrak, kompleks, holistik; (8) mempunyai minat yang luas; (9) berani mengambil risiko, memiliki tanggungjawab dan komitmen kepada tugas; (10) tekun dan tidak mudah bosan; tidak kehabisan akal; (11) peka terhadap situasi lingkungan; dan (12) lebih berorientasi ke masa kini dan masa depan daripada masa lalu.
Berpikir kreatif merupakan kemampuan penting yang harus dimiliki oleh siswa. Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, salah satu tujuan pendidikan nasional adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang kreatif. Selain itu, pentingnya kemampuan berpikir kreatif tampak pada Taksonomi Bloom. Pada mulanya Taksonomi Bloom tidak mencakup kreasi, tetapi kemudian direvisi dengan penambahan kreasi sebagai aspek kognitif tertinggi. Hal ini disebabkan karena sebelum berkreasi terhadap sesuatu maka terlebih dahulu harus mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis dan mengevaluasi, serta memperbaharui.
(15)
Pentingnya kemampuan berpikir kreatif juga tampak pada perubahan kurikulum di Indonesia. Dunia pemdidikan di Indonesia sekarang ini sedang menerapkan kurikulum baru yaitu Kurikulum 2013 yang salah satunya bertujuan untuk menekankan kemampuan berpikir kreatif sebagai upaya dalam menghadapi tantangan di masa depan.
Selanjutnya, Wahyudin (2011: 4) menyatakan bahwa salah satu tujuan pendidikan matematika di Indonesia adalah mengembangkan kemampuan siswa hingga menjadi manusia mandiri, kreatif dan berwawasan kebangsaan. Kemudian menurut Value Content Schwartz & Sagie (dalam Wahyudin), nilai motivasional dalam pembelajaran matematika harus mengintegrasikan adanya pengarahan diri kepada eksplorasi, kreatif, dan rasa ingin tahu yang meliputi ketelitian, ketekunan, kerja keras, rasa ingin tahu, pantang menyerah dan kreativitas.
Selanjutnya Sumarmo (2013: 376) menyatakan bahwa kemampuan dan disposisi berpikir kreatif adalah kemampuan dan disposisi esensial yang perlu dimiliki oleh dan dikembangkan pada siswa yang belajar matematika karena kemampuan dan disposisi tersebut sesuai dengan visi matematika, tujuan pendidikan nasional dan tujuan pembelajaran matematika sekolah dan diperlukan untuk menghadapi suasana bersaing yang semakin ketat. Badan Standar Nasional Pendidikan, BSNP (Sumarmo, 2013) menyatakan bahwa pengajaran matematika harus berpusat kepada pengembangan kemampuan kemampuan berpikir tingkat tinggi matematis yaitu kreativitas matematik.
Sementara itu, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa di Indonesia masih jauh berada di bawah negara-negara lain. Hal ini berdasarkan kepada hasil penelitian PISA yang menunjukkan bahwa siswa Indonesia berada pada peringkat 10 besar terbawah diantara negara-negara lain. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, siswa kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal yang membutuhkan kreativitas misalnya sebagai berikut:
Rock Concert
For a rock concert a rectangular field of size 100 m by 50 m was reserved for the audience. The concert was completely sold out and the field was full with all the fans standing. Which one of the following is likely to be the best estimate of the total number of people attending the concert?
(16)
Pada uji coba soal, sekitar 28% siswa menjawab benar, yaitu dengan jawaban 20.000. Dengan demikian soal ini tergolong cukup sulit. Untuk menyelesaikan soal ini sebenarnya tidak memerlukan perhitungan atau rumus matematika yang sulit karena utamanya yang diperlukan adalah daya imajinasi dan kreativitas. Dalam proses menyelesaikan soal tersebut, boleh jadi siswa sukses dalam menghitung luas lapangan, namun siswa tidak berhasil dalam memperkirakan berapa banyaknya orang yang dapat termuat di lapangan untuk tiap meter persegi. Di sinilah kemungkinan siswa Indonesia mengalami kesulitan yang disebabkan mereka kurang terbiasa melakukan perkiraan pada suatu situasi. Dalam hal ini tampak bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa masih kurang dalam hal kelenturan (flexibility) dan elaborasi (elaboration).
A pizzeria serves two round pizzas of the same thickness in different sizes. The smaller one has a diameter of 30 cm and costs 30 zeds. The larger one has a diameter of 40 cm and costs 40 zeds. Which pizza is better value for money? Show your reasoning.
Dari seluruh siswa di dunia yang mengikuti tes, hanya 11% yang menjawab benar. Oleh karena itu soal ini dinilai sebagai salah satu soal yang tergolong sulit. Pada soal ini, untuk menyimpulkan pizza mana yang lebih murah dibutuhkan kreativitas agar diperoleh data (bilangan) yang mudah untuk dibandingkan sehingga kesimpulan dapat diambil dengan mudah. Dalam hal ini kreativitas tersebut terjadi dalam bentuk ide mencari luas pizza untuk setiap harga 1 zed pada pizza yang besar dan kecil (zed adalah jenis atau nama mata uang di suatu negara). Hal ini tampak bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa masih rendah dalam hal kelancaran (fluency) dan elaborasi (elaboration).
Untuk mengatasi hal ini, diperlukan suatu pembelajaran dengan tujuan untuk meningkatkan baik kemampuan maupun disposisi berpikir kreatif siswa. Salah satunya adalah pendekatan Open-Ended. Menurut Sumarmo (2013: 343) harapan suasana pembelajaran matematika yang mendorong berkembangnya kemampuan berpikir kreatif siswa adalah melalui pembiasaan dan teladan guru dalam melaksanakan pembelajaran dan menyelesaikan tugas matematika secara
(17)
kreatif dan lentur menyelidiki gagasan matematik, berusaha mencari beragam cara dalam memecahkan masalah, mendorong pengembangan daya berpikir matematik secara kolaboratif dan membelajarkan siswa untuk bertanya bukan menjawab, keterkaitan antar konsep dan berpikir multi perspektif. Masih berasal dari sumber yang sama, Sumarmo (2013: 310) menyatakan bahwa salah satu pendekatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan disposisi matematik pendekatan yang diawali dengan penyajian masalah yang open-ended.
Open-Ended adalah suatu pendekatan yang dapat memberi keleluasan kepada siswa untuk berpikir secara aktif dan kreatif dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Pendekatan Open-Ended menyajikan masalah yang bersifat Open-Ended, yaitu masalah yang dikonstruksi sedemikian sehingga memiliki variasi baik proses ataupun cara penyelesaian yang menuju kepada solusi dari permasalahan tersebut. Menurut Shimada (1997: 1) pada pendekatan Open-Ended, guru memberikan suatu situasi ataupun permasalahan kepada siswa yang proses penyelesaiannya ataupun solusinya tidak ditentukan dalam satu cara. Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut tentu saja dibutuhkan kreativitas siswa sehingga pendekatan Open-Ended diyakini dapat meningkatkan kemampuan dan disposisi berpikir kreatif siswa.
Selanjutnya, diketahui bahwa setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Ada siswa yang tergolong pada kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Heterogenitas kemampuan siswa ini juga menjadi salah satu penyebab perbedaan kemampuan berpikir siswa khususnya dalam berpikir kreatif. Oleh sebab itu, kemampuan awal matematis (KAM) siswa juga harus menjadi perhatian guru. Kemampuan awal matematis (KAM) memegang peranan yang sangat penting untuk penguasaan konsep baru matematika sehingga informasi yang diperoleh melalui kemampuan awal siswa perlu diperhatikan untuk mengetahui peningkatan dan interaksinya dengan pendekatan pembelajaran terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa. Analisis terhadap interaksi tersebut dilakukan untuk mengetahui keberartian penerapan pembelajaran kepada masing-masing kategori kemampuan awal matematis siswa. Dapat diduga bahwa siswa berkemampuan tinggi memiliki kemampuan belajar yang lebih stabil meskipun
(18)
pendekatan pembelajaran yang digunakan bervariasi. Sedangkan bagi siswa berkemampuan rendah, penggunaan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristiknya dapat membantu meningkatkan kemampuan matematisnya.
Hal ini tentu saja terkait dengan efektivitas proses pembelajaran yang berlangsung di kelas. Implementasi metode pembelajaran yang tepat diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Berdasarkan penjelasan sebelumnya, pendekatan Open-Ended diyakini dapat meningkatkan kemampuan dan disposisi berpikir kreatif siswa pada berbagai level kemampuan siswa yaitu tinggi, sedang dan rendah.
Salah satu cabang matematika yang dianggap sulit oleh siswa adalah Geometri. Geometri adalah cabang matematika yang berkaitan dengan bentuk, ukuran, komposisi dan proporsi suatu benda beserta sifat-sifatnya dan hubungannya satu sama lain. Dahlan (2011: 3.28) menyatakan bahwa Geometri merupakan cabang matematika yang telah diakrabi oleh manusia sejak lahir dikarenakan geometri ada dimana-mana; di setiap tempat dan hampir di setiap objek visual.
Di sekolah, geometri tidak diajarkan secara khusus tetapi berada dalam satu kesatuan pembelajaran Matematika. Pada KTSP 2006, materi geometri tertuang dalam beberapa Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang membahas tentang bentuk, ukuran dan posisi suatu objek baik pada dimensi 2 maupun dimensi 3. Materi-materi yang berkaitan dengan Geometri tersebut tentunya membutuhkan daya pikir dan daya visualisasi tingkat tinggi. Oleh sebab itulah siswa sering mengalami kesulitan dalam mempelajari materi-materi Geometri. Hal ini sesuai dengan pernyataan Dahlan (2011: 3.28), kenyataannya di lapangan tidak sepenuhnya terjadi sesuai dengan yang diharapkan, ada gejala bahawa geometri tidak banyak diminati oleh siswa. Geometri sering dianggap materi yang sulit untuk dipahami, sulit untuk mengerjakannya dan juga membosankan. Menurut Petrou dan Golding (2011: 20), siswa SMP tidak sepenuhnya memahami konsep geometri. Selain itu, Ojose (2011:96) menyatakan bahwa siswa memiliki keahlian minimum dalam geometri. Hal ini sesuai dengan
(19)
hasil penelitian Salman (2009: 30) yang menyatakan bahwa dari 12 topik matematika, geometri merupakan topik yang paling sulit bagi siswa.
Sementara itu, Geometri merupakan materi yang penting karena sangat berkaitan dengan kehidupan kita sehari-hari. Geometri merupakan materi yang termasuk ke dalam Ujian Nasional baik tingkat SMP maupun SMA. Hal ini sesuai
dengan pendapat Sumarmo (2013: 317) yang menyatakan: “Geometry was an important content in elementary school mathematics curriculum.” yang berarti bahwa geometri adalah pelajaran yang sangat penting di dalam kurikulum matematika sekolah menengah. Dahlan (2011: 3.28) menyatakan bahwa belajar Geometri adalah hal yang krusial. Geometri merupakan materi yang perlu mendapat perhatian baik isi materi maupun pengajarannya. Geometri berhubungan satu sama lain mulai dari yang peling sederhana sampai yang rumit. Ada berbagai konsep dan prosedur matematik yang dijelaskan dengan menggunakan aturan-aturan geometri, konsep-konsep geometri dan bentuk-bentuk geometri. Selanjutnya Turmudi (2012: 147) menyatakan bahwa sistem geometri an tilikan ruang merupakan dua hal yang berkaitan erat dengan sistem bilangan dan cara berpikir numerik, sebagai pondasi untuk pengenalan lebih lanjut tentang matematika dasar dan matematika tinggi dan juga digunakan dalam berbagai bidang terapan (aplikasi). Oleh karena itu pembelajaran Geometri pada tingkat dasar khususnya sekolah menengah sangatlah penting untuk menunjang materi geometri pada tingkat yang lebih tinggi lagi.
Salah satu materi Geometri pada jenjang SMP adalah Bangun Ruang Sisi Datar. Banyak siswa yang merasa kesulitan dalam menentukan luas permukaan dan volume bangun ruang. Siswa hanya terpaku menggunakan rumus dan belum memahami konsep luas permukaan sehingga siswa kesulitan mencari luas permukaan suatu benda yang terdiri atas beberapa jenis bangun ruang. Selanjutnya dalam hal mencari volume, siswa masih kesulitan mencari volume prisma dan limas. Cara untuk mencari volume baik prisma maupun limas adalah berbeda ditinjau dari jenisnya. Kita ketahui bahwa ada banyak jenis limas berdasarkan bentuk alasnya, yaitu limas segitiga, limas segiempat, limas segilima, limas segienam dan sebagainya. Bahkan limas segitiga pun terdiri dari beberapa jenis
(20)
jika ditinjau dari jenis segitiga pada alas limas, begitu juga dengan prisma. Hal ini tentu saja menuntut kreativitas siswa dalam bermatematika, khususnya dalam memodifikasi, memanipulasi dan bermain dengan aljabar dalam menyelesaikan persoalan yang terkait dengan luas permukaan dan volume bangun ruang sisi datar sehingga timbul kesulitan belajar. Namun kenyataannya, siswa masih belum memiliki kreativitas yang tinggi dan masih belum terbiasa untuk berpikir kreatif.
Hal ini didukung oleh hasil observasi awal penulis di SMP Negeri 5 Bandung pada tanggal 5 November 2013. Siswa masih terbiasa dengan pola berpikir konvergen melalui hafalan, ataupun latihan pengulangan contoh-contoh sehingga terpaku pada satu jawaban benar (solusi tunggal) melalui cara-cara rutin ataupun prosedural. Siswa yang berpikir prosedural mengikuti alur penyelesaian masalah matematika berdasarkan alur penyelesaian yang dicontohkan oleh guru. Banyak siswa yang kesulitan dalam mencari gagasan ataupun ide dalam menyelesaikan permasalahan matematika. Padahal suatu permasalahan matematika tidak hanya dapat diselesaikan oleh satu cara melainkan dengan banyak cara. Permasalahan matematika juga tidak selalu memiliki solusi tunggal yang diperoleh dari cara yang prosedural. Kemampuan berpikir siswa yang konvergen mengindikasikan bahwa kreativitas siswa masih rendah.
Siswa seharusnya mengembangkan kemampuan tingkat tinggi yang meliputi kemampuan berpikir divergen. Berpikir divergen penting untuk mencermati permasalahan matematika dari segala perspektif, dan mengkonstruksi segala kemungkinan pemecahannya. Dalam hal ini, berpikir divergen perlu dijadikan pegangan dalam pembelajaran, yaitu bukan belajar menemukan satu jawaban benar (solusi tunggal) yang menjadi tujuan setiap pemecahan masalah, tetapi bagaimana mengkonstruksi segala kemungkinan jawaban yang mungkin beserta segala kemungkinan prosedur dan argumentasinya kenapa jawaban tersebut benar dan masuk akal sehingga dapat diaplikasikan dalam pemecahan masalah dunia nyata lainnya yang biasanya jauh lebih kompleks dan tak terduga.
Kreativitas siswa dapat muncul dan berkembang melalui kemampuan berpikir yang divergen yaitu dapat menyelesaikan permasalahan matematika melalui cara-cara non prosedural dengan melihat sisi lain dari permasalahan
(21)
matematika tersebut. Siswa yang berpikir divergen dapat memberikan banyak ide dan gagasan dalam menyelesaikan suatu permasalahan matematika hingga permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan berbagai cara dan bahkan memiliki lebih dari satu solusi.
Beberapa penelitian sebelumnya mengenai kemampuan berpikir kreatif lebih berfokus kepada kreativitas siswa yang dimunculkan melalui pendekatan Open-Ended tanpa mempertimbangkan dan memprediksi segala respon siswa yang mungkin (Rosita, 2012; Hartanto, 2008). Penelitian lain membahas tentang peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa melalui kombinasi antara pendekatan Open-Ended dengan strategi dan model pembelajaran lain sehingga terjadi keraguan apakah pendekatan Open-Ended atau strategi dan model pembelajaran tersebut atau bahkan keduanya yang menyebabkan peningkatan kemampuan berpikir kreatif (Aguspinal, 2011; Kosasih, 2012). Penelitian lainnya lebih berfokus kepada pemberian tugas-tugas non-rutin yang bersifat Open-Ended untuk meningkatkan kreativitas siswa (William, 2002; Wardani, 2009; Yuniawati, 2001).
Penelitian-penelitian sebelumnya hanya berfokus kepada peningkatan kemampuan berpikir kreatif saja tanpa mempertimbangkan segi afektifnya, yaitu disposisi berpikir kreatif. Sementara penelitian ini berfokus kepada penerapan pendekatan Open-Ended untuk meningkatkan baik kemampuan maupun disposisi berpikir kreatif siswa dengan mempertimbangkan seluruh respon siswa dengan cara memprediksi semua respon siswa yang mungkin, lalu kemudian membuat antisipasi terhadap seluruh kemungkinan respon siswa tersebut. Penelitian ini juga murni menerapkan pendekatan Open-Ended, tanpa ada kombinasi dengan strategi ataupun model pembelajaran manapun untuk memastikan efektivitas pendekatan tersebut, sehingga sifat “terbuka” pada pendekatan ini tidak hanya terletak pada soal-soal non-rutin saja, tetapi juga pada situasi pembelajaran. Situasi yang terbuka, soal-soal yang terbuka dan kegiatan pembelajaran yang terbuka dikemas semenarik mungkin sehingga diyakini dapat meningkatkan baik kemampuan maupun disposisi berpikir kreatif siswa.
(22)
Hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk melakukan penelitian yang berjudul “Meningkatkan Kemampuan dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa melalui Pendekatan Open-Ended.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi permasalahan adalah sebagai berikut:
1. Apakah peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa dengan menggunakan pendekatan Open-Ended lebih baik daripada menggunakan pembelajaran konvensional?
2. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif antara siswa yang memperoleh pembelajaran Open-Ended dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional ditinjau dari kemampuan awal matematis siswa (tinggi, sedang dan rendah)?
3. Apakah peningkatan disposisi berpikir kreatif siswa dengan menggunakan pendekatan Open-Ended lebih baik daripada menggunakan pembelajaran konvensional?
4. Apakah terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran (Open-Ended dan konvensional) dan kemampuan awal matematis siswa (tinggi, sedang, dan rendah) terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa?
5. Apakah terdapat hubungan (asosiasi) antara kemampuan berpikir kreatif dengan disposisi berpikir kreatif siswa?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk menelaah:
1. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa dengan menggunakan pendekatan Open-Ended lebih baik daripada menggunakan pembelajaran konvensional.
2. Perbedaan kemampuan berpikir kreatif antara siswa yang mendapat pembelajaran Open-Ended dengan siswa yang memperoleh pembelajaran
(23)
konvensional ditinjau dari kemampuan awal matematis siswa (tinggi, sedang dan rendah).
3. Peningkatan disposisi berpikir kreatif siswa dengan menggunakan pendekatan Open-Ended lebih baik daripada menggunakan pembelajaran konvensional. 4. Interaksi antara pendekatan pembelajaran dan kemampuan awal matematis
siswa (tinggi, sedang, dan rendah) terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa.
5. Hubungan (asosiasi) antara kemampuan berpikir kreatif dengan disposisi berpikir kreatif siswa.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi siswa, selama proses penelitian berlangsung dapat meningkatkan
kemampuan dan disposisi berpikir kreatif dengan menggunakan pendekatan Open-Ended.
2. Bagi guru, sebagai pertimbangan untuk menentukan pendekatan pembelajaran dalam proses belajar mengajar.
3. Bagi sekolah, sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan khususnya dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan Open-Ended.
4. Bagi peneliti, sebagai upaya dalam meningkatkan kemampuan dan disposisi berpikir kreatif siswa dengan menggunakan pendekatan Open-Ended.
E. Definisi Operasional
Untuk menghindari terjadinya perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah yang terdapat pada rumusan masalah dalam penelitian ini, maka dikemukakan definisi operasional sebagai berikut:
1. Kemampuan berpikir kreatif adalah keterampilan kognitif spesifik yang digunakan saat siswa sedang menunjukkan perilaku berpikir kreatif yang meliputi kelancaran (fluency), kelenturan (flexibility), keaslian (originality) dan elaborasi (elaboration).
(24)
2. Disposisi berpikir kreatif adalah merupakan keinginan, kesadaran, kecenderungan dan dedikasi yang kuat dalam berpikir yang menggunakan perilaku kreatif yang meliputi (1) terbuka, fleksibel, toleran terhadap perbedaan pendapat dan situasi yang tidak pasti; (2) bebas menyatakan pendapat dan perasaan; senang bertanya; (3) menghargai fantasi; kaya akan inisiatif; memiliki gagasan yang orisinal; (4) mempunyai pendapat sendiri dan tidak mudah terpengaruh; (5) memiliki citra diri dan stabilitas emosional; (6) percaya diri dan mandiri; (7) mempunyai rasa ingin tahu tertarik kepada hal yang abstrak, kompleks, holistik; (8) mempunyai minat yang luas; (9) berani mengambil risiko, memiliki tanggungjawab dan komitmen kepada tugas; (10) tekun dan tidak mudah bosan; tidak kehabisan akal; (11) peka terhadap situasi lingkungan; dan (12) lebih berorientasi ke masa kini dan masa depan daripada masa lalu.
3. Pembelajaran konvensional adalah suatu cara mengajar yang paling tradisional dan telah lama dilaksanakan oleh para guru serta paling sering digunakan di dalam pembelajaran yaitu dengan cara guru berbicara di awal pelajaran, menerangkan materi, memberikan contoh soal disertai dengan tanya jawab, memberikan soal latihan kepada siswa, lalu kemudian memberikan tugas ataupun pekerjaan rumah.
4. Pendekatan Open-Ended adalah suatu pendekatan yang dapat memberi keleluasan kepada siswa untuk berpikir secara aktif dan kreatif dalam menyelesaikan suatu permasalahan dimana kegiatan siswa harus terbuka, kegiatan matematis adalah ragam berpikir, dan kegiatan siswa dan kegiatan matematis merupakan satu kesatuan. Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Open-Ended meliputi menyajikan masalah, mengorganisasikan pembelajaran, memperhatikan dan mencatat respon siswa serta menyimpulkan.
5. Kemampuan awal matematis adalah tingkat kemampuan matematis yang telah dimiliki oleh siswa sebelum pembelajaran berlangsung dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan yang merupakan prasyarat (prerequisite) untuk mengikuti pembelajaran dan sejauh mana siswa telah
(25)
mengetahui materi apa yang akan disajikan. Kemampuan awal matematis siswa terdiri atas kategori tinggi, sedang dan rendah yang diperoleh berdasarkan pertimbangan guru, nilai ulangan atau melalui tes awal, wawancara (interview) atau melalui cara-cara lain yang cukup sederhana seperti melontarkan pertanyaan-pertanyaan secara acak dengan distribusi perwakilan siswa yang representatif dan sebagainya.
(26)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan disain kelompok kontrol tidak ekivalen karena tidak adanya pengacakan dalam menentukan subyek penelitian, yaitu peneliti tidak membentuk kelas baru berdasarkan pemilihan sampel secara acak. Menurut Creswell (2012 : 242) desain kelompok kontrol tidak ekuivalen (non equivalent control-group design) adalah disain kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diseleksi tanpa prosedur acak kemudian kedua kelompok sama-sama diberikan pretes dan postes, tetapi hanya kelompok eksperimen saja yang diberikan perlakuan. Ruseffendi (2005: 52) menyatakan bahwa pada kuasi ekperimen, subyek tidak dikelompokkan secara acak tetapi peneliti menerima keadaan subyek seadanya.
Tujuan penelitian ini adalah menguji pendekatan Open-Ended terhadap kemampuan dan disposisi berpikir kreatif siswa. Disain penelitian ini diilustrasikan sebagai berikut:
O X O O O Keterangan:
O : Pretes / Postes Kemampuan Berpikir Kreatif X : Pendekatan Open-Ended
- - - : Subyek tidak dikelompokkan secara acak
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pendekatan Open-Ended. Variabel terikatnya adalah kemampuan dan disposisi berpikir kreatif siswa. Variabel pengontrol dalam penelitian ini adalah kelompok siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah yang diketahui berdasarkan hasil pretes.
Penelitian ini melibatkan dua kelas sampel, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas-kelas sampel tersebut tidak dibentuk dengan cara menempatkan subyek-subyek secara acak, tetapi menggunakan kelas-kelas yang
(27)
sudah ada. Pada kelas eksperimen dilaksanakan pembelajaran dengan mengunakan pendekatan Open-Ended dan pada kelas kontrol dilaksanakan pembelajaran konvensional. Kategori kemampuan awal matematis (KAM) diperoleh dari data nilai ulangan harian siswa pada semester sebeblumnya. Data tersebut diranking dan dikelompokkan berdasarkan kategori tinggi, sedang, dan rendah. Adapun keterkaitan antara variabel bebas dan variabel terikat disajikan pada tabel berikut.
Tabel 3.1
Keterkaitan antara Variabel Bebas dan Variabel Terikat Variabel yang Diukur Kemampuan Berpikir
Kreatif (KB)
Disposisi Berpikir Kreatif (DB)
Pembelajaran (PK) (PO) (PK) (PO)
Kategori Kemampuan
Awal
Tinggi (T) (PK) (T) (PO) (T) (PK) (T) (PO) (T) Sedang (S) (PK) (S) (PO) (S) (PK) (S) (PO) (S) Rendah (R) (PK) (R) (PO) (R) (PK) (R) (PO) (R) Keseluruhan (KB) (PK) (KB) (PO) (DB) (PK) (DB) (PO) Keterangan:
PK : Pembelajaran matematika secara konvensional
PO : Pembelajaran matematika dengan pendekatan Open-Ended
Untuk melihat implementasi pendekatan Open-Ended terhadap kemampuan dan disposisi berpikir kreatif berdasarkan kemampuan awal matematis siswa, masing-masing siswa dikelompokkan ke dalam kategori tinggi, sedang dan rendah sehingga penelitian ini mengunakan desain faktorial 3 x 2 seperti tabel berikut:
Tabel 3.2
Disain Penelitian Faktorial 3 x 2 Kelas
KAM Eksperimen (E) Kontrol (K)
Tinggi ET KT
Sedang ES KS
(28)
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 5 Bandung. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 5 tahun pelajaran 2013/2014. Populasi ini dipilih dengan pertimbangan bahwa siswa kelas VIII adalah siswa yang paling efektif untuk diteliti dibandingkan dengan siswa kelas VII dan IX. Siswa kelas VII di beberapa sekolah sudah mengimplementasikan Kurikulum 2013 yang masih penuh dengan pro dan kontra dalam pelaksanaannya. Selain itu, siswa kelas VII baru mengenal lingkungan dan iklim belajar di sekolah menengah sehingga masih berada pada masa transisi dalam hal mengenal lingkungan dan suasana belajar yang baru serta adanya masa transisi dari sekolah dasar ke sekolah menengah. Siswa kelas IX kurang efektif digunakan sebagai sampel sebab akan menghadapi Ujian Nasional.
Dari populasi dipilih dua kelas sebagai sampel penelitian yaitu kelas VIII C sebagai kelas Kontrol dan kelas VIII D sebagai kelas Eksperimen. Pada kelas kelas kontrol dilaksanakan pembelajaran konvensional. Pada eksperimen dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Open-Ended. Pemilihan sampel penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling sebab peneliti sendiri yang menentukan pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu. Berikut ini disajikan jabaran subyek penelitian:
Tabel 3.3
Jabaran Subyek Penelitian
Kelas Jumlah Keterangan
VIII C 30 Eksperimen
VIII D 31 Kontrol
Jumlah 61 -
C. Kemampuan Awal Matematis (KAM)
Hasil perhitungan terhadap data KAM siswa, pada kelas eksperimen diperoleh ̅ = ,3 dan SB = 10,27 sehingga kriteria pengelompokan siswa adalah sebagai berikut:
(29)
KAM ,3 + 10,27 = 76,62 : Siswa Kelompok Tinggi 56,08 = ,3 - 10,27 KAM < ,3 + 10,27 = 76,62: Siswa Kelompok Sedang KAM < ,3 - 10,27 = 56,08 : Siswa Kelompk Rendah
Pada kelas kontrol diperoleh ̅ = ,3 dan SB = 7,41 sehingga kriteria pengelompokan siswa adalah sebagai berikut:
KAM ,3 + 7,41 = 78,77 : Siswa Kelompok Tinggi 63,94 = ,3 - 7,41 KAM < ,3 + 7,41 = 78,77 : Siswa Kelompok Sedang
KAM < ,3 + 7,41 = 63,94 : Siswa Kelompk Rendah
Banyaknya siswa yang berada pada kategori kemampuan awal tinggi, sedang dan rendah disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.4
Sebaran Kemampuan Awal Matematis (KAM)
Kategori KAM Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Tinggi 6 6
Sedang 19 18
Rendah 6 6
Jumlah 31 30
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini terdiri atas instrument tes dan non-tes. Instrumen tes terdiri atas tes kemampuan berpikir kreatif, sedangkan instrumen non-tes terdiri atas kuesioner/angket yang merupakan skala disposisi berpikir kreatif, observasi dan wawancara. Pemilihan instrumen ini adalah berdasarkan Triangulasi Data yang bertujuan untuk memastikan keabsahan data. Teknik non-tes digunakan untuk mengumpulkan data yang terkait dengan disposisi berpikir kreatif. Angket digunakan untuk mengumpulkan data yang terkait dengan sikap siswa terhadap matematika. Untuk mengumpulkan data berupa aktivitas guru pada saat proses belajar-mengajar
(30)
berlangsung, maka digunakan lembar observasi. Kemudian untuk mengetahui informasi mengenai pendapat, aspirasi, harapan, keinginan, dan keyakinan siswa terhadap matematika, penulis menggunakan teknik wawancara.
Pengumpulan data non tes dalam penelitian ini dilakukan secara deskriptif dimana data yang dikumpulkan adalah bukan data berupa angka-angka. Data tersebut berasal dari catatan observasi, hasil wawancara, dokumen, foto, rekaman audio dan video yang diperoleh melalui angket, observasi, dan wawancara terkait disposisi berpikir kreatif siswa.
a. Tes Kemampuan Berpikir Kreatif
Tes kemampuan berpikir kreatif ini berbentuk soal uraian yang diberikan kepada siswa sebelum dan setelah pembelajaran berlangsung (pretes dan postes) dengan karakteristik setiap soal pada masing-masing tes adalah identik. Pemilihan tes berbentuk uraian bertujuan untuk mengungkapkan kemampuan berpikir kreatif siswa secara menyeluruh terhadap konsep luas dan volume bangun ruang sisi datar pada kedua kelas sampel.
Data tes terdiri pretes dan postes yang terlebih dahulu diperiksa validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran soal lalu kemudian diujicobakan kepada siswa sehingga diperoleh data berupa jawaban-jawaban siswa terhadap soal uraian tersebut dengan teknik penilaian berdasarkan pedoman penskoran yang telah dipersiapkan sebelumnya. Selanjutnya dilihat gain dari data yang diperoleh, yaitu peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa melalui data hasil pretes dan postes tersebut.
Menurut Hake (1999: 11), untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif digunakan gain ternormalisasi (Normalized Gain) dengan rumus :
� = ℎ − −
Kemudian, gain ternormalisasi tersebut dikategorikan berdasarkan tabel berikut:
(31)
Tabel 3.5
Kategori Gain Ternormalisasi
Skor Kategori
NG < 0,30 Rendah
0,30 NG < 0,70 Sedang
NG 0,70 Tinggi
Kemudian dilakukan analisis terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa mengenai konsep luas dan volume bangun ruang sisi datar dengan cara melihat persentase setiap skor total yang diperoleh siswa dengan menggunakan rumus:
� � � = ∑∑ × %
Kategori kemampuan berpikir kreatif (Suherman dan Kusumah, 2012) dikelompokkan sebagai berikut:
Tabel 3.6
Kategori Kemampuan Berpikir Kreatif
Skor Kategori
90 % SB 100% Sangat Baik
75% B < 90 % Baik
55 % C < 75% Cukup
40% K < 55% Kurang
SK < 40% Sangat Kurang
Selanjutnya, persentase pencapaian kemampuan berpikir kreatif siswa dapat dilihat dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
% Pencapaian = ̅
���. %
Keterangan: ̅ = rata-rata
SMI = Skor Maksimal Ideal
(32)
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, tes kemampuan berpikir kreatif terlebih dahulu diperiksa validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran soal agar diperoleh kualitas instrumen yang baik.
1. Validitas
Suatu instrument dikatakan valid (absah atau sahih) jika mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. Menurut Arikunto (2008:72), teknik yang digunakan untuk menghitung validitas tes yang telah diujicobakan adalah teknik korelasi product moment angka kasar yang dikemukakan oleh Pearson yang dikenal dengan Spearman Brown. Hal ini dikarenakan ujicoba dilaksanakan satu kali (single test).
2 2 2 2 y y N x x N y x xy N rxy Keterangan: xyr = Koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y x = Skor butir
y = Skor total butir N = Jumlah responden
Klasifikasi untuk menginterpretasikan besarnya koefisien korelasi (Arikunto: 2008) adalah sebagai berikut:
Tabel 3.7
Klasifikasi Validitas Tes
Nilai rxy Interpretasi
0,80 <rxy ≤ 1,00 Validitas Sangat Tinggi 0,60 <rxy ≤ 0,80 Validitas Tinggi 0,40 <rxy ≤ 0,60 Validitas Cukup 0,20 <rxy ≤ 0,40 Validitas Rendah 0,00 ≤ rxy ≤ 0,20 Validitas Sangat Rendah
(33)
Dengan mengambil taraf signifikan 0,05, sehingga didapat kemungkinan interpretasi:
(i) Jika rhit ≤ rkritis , maka korelasi tidak signifikan (ii) Jika rhit > rkritis , maka korelasi signifikan
Data hasil uji coba instrumen diolah dengan menggunakan Software Anates sehingga hasil uji validitas Tes Kemampuan Berpikir Kreatif diperoleh sebagai berikut:
Tabel 3.8
Uji Validitas Tes Kemampuan Berpikir Kreatif
No Butir Soal Korelasi Signifikansi Interpretasi
1 0.725 Signifikan Validitas Tinggi
2 0.684 Signifikan Validitas Tinggi
3 0.842 Signifikan Validitas Tinggi
4 0.696 Signifikan Validitas Tinggi
5 0.712 Signifikan Validitas Tinggi
Berdasarkan Tabel tersebut, tampak bahwa soal-soal Tes Kemampuan Berpikir Kreatif sudah valid. Artinya, kelima soal tersebut sudah dapat dikatakan layak untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa. Seluruh butir soal memiliki validitas dengan kategori tinggi. Selengkapnya ada pada lampiran.
2. Reliabilitas
Reliabilitas suatu instrumen adalah keajegan/kekonsistenan instrumen tersebut bila diberikan kepada subyek yang sama meskipun oleh orang lain yang berbeda, waktu yang berbeda, maka akan memberikan hasil yang sama atau relatif sama. Jika suatu instrumen reliable, maka hasil dari dua kali atau lebih evaluasi dengan dua atau lebih alat evaluasi yang senilai (ekivalen) pada masing-masing tes akan sama. Suatu alat evaluasi dikatakan bai jika salah satunya memiliki reliabilitas yang tinggi. Penentuan keandalan butir tes berkenaan dengan masalah dari pengaruh eror yang tidak sistematik dalam suatu pengukuran. Keandalan
(34)
suatu tes dinyatakan sebagai derajat atau tingkat suatu tes dan skornya dipengaruhi faktor non-sistematik. Makin sedikit faktor yang non-sistematik, makin tinggi keandalannya (Dewanto, 2004).
Instrumen yang reliable belum tentu valid, akan tetapi sebaliknya bila suatu instrumen valid makan sudah pasti reliable. Dengan kata lain tingginya reliabilitas suatu instrumen merupakan syarat perlu bagi validnya instrumen itu.
Untuk menentukan koefisien reliabilitas tes berbentuk uraian digunakan rumus KR-20 (Arikunto, 2008), yaitu:
2 2 1 1 1 1 t i n n r Keterangan: 11r = Reliabilitas tes secara keseluruhan n = Banyak butir soal
∑ � = Jumlah varians skor tiap item � = Varians skor total
Sebagai patokan menginterpretasikan derajat reliabilitas digunakan kriteria menurut Guilford (Suherman, 2003) dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.9
Klasifikasi Koefisien Reliabilitas Koefisien Korelasi Interpretasi
0,90 ≤ r11 ≤ 1,00 Sangat Tinggi 0,70 ≤ r11< 0,90 Tinggi 0,40 ≤ r11< 0,70 Cukup 0,20 ≤ r11< 0,40 Rendah
r11< 0,20 Sangat Rendah
Data hasil uji coba instrumen diolah dengan menggunakan Software Anates sehingga hasil uji reliabilitas Tes Kemampuan Berpikir Kreatif diperoleh 0,80. Reliabilitas Tes Kemampuan Berpikir Kreatif termasuk dalam kategori tinggi, artinya tingkat ketepatan dan konsistensi soal-soal tes yang digunakan
(35)
dalam instrumen sudah layak untuk mengukur Kemampuan Berpikir Kreatif siswa. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Arikunto (2009) bahwa suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap.
3. Analisis Daya Pembeda
Daya pembeda suatu butir soal adalah kemampuan butir soal itu untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Menetukan daya pembeda masing-masing butir soal diperoleh dengan rumus dari Arikunto (2008: 213) sebagai berikut:
) )( (JSA SMI
JNSB JNSA
P
D
Keterangan :
DP = Daya Pembeda
JNSA = Junlah Nilai Siswa Kelompok Atas JNSB = Junlah Nilai Siswa Kelompok Bawah JSA = Jumlah Siswa Kelompok Atas
SMI = Skor Maksimal Ideal
Untuk mengartikan daya pembeda soal maka digunakan klasifikasi daya pembeda soal dari Arikunto (2008:218) sebagai berikut :
Tabel 3.10
Klasifikasi Koefisien Daya Pembeda Koefisien Korelasi Interpretasi
D = 0,00 Sangat Jelek
0,00 < D ≤ 0,20 Jelek 0,20 < D ≤ 0,40 Cukup 0,40 < D ≤ 0,70 Baik 0,70 < D ≤ 1,00 Sangat Baik
(36)
Data hasil uji coba instrumen diolah dengan menggunakan Software Anates sehingga hasil uji daya pembeda tes kemampuan berpikir kreatif diperoleh sebagai berikut:
Tabel 3.11
Uji Daya Pembeda Tes Berpikir Kreatif
No. Nomor Butir t DP(%) Interpretasi
1 1 6.13 62.17 Baik
2 2 5.75 46.38 Baik
3 3 1... 84.21 Sangat Baik
4 4 1... 49.34 Baik
5 5 7.76 61.51 Baik
Berdasarkan tabel di atas, tampak bahwa ada empat butir soal dengan daya pembedanya baik, yaitu soal nomor 1, 2, 4 dan 5. Sedangkan untuk soal nomor 3 memiliki daya pembeda sangat baik. Artinya soal tersebut sudah dapat benar-benar membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan berkemampuan rendah. Selengkapnya ada pada lampiran.
4. Analisis Tingkat Kesukaran Soal
Untuk menghitung tingkat kesukaran masing-masing item tes digunakan rumus dari Arikunto, (2008: 208) yaitu:
) )( 2
( JSA SMI JNSB JNSA
TK
Keterangan :
TK = Tingkat Kesukaran
JNSA = Junlah Nilai Siswa Kelompok Atas JNSB = Junlah Nilai Siswa Kelompok Bawah JSA = Jumlah Siswa Kelompok Atas
(37)
Untuk mengartikan taraf kesukaran item digunakan kriteria dari Arikunto (2008:210) dengan klasifikasi sebagai berikut:
Tabel 3.12
Klasifikasi Koefisien Tingkat Kesukaran Koefisien Korelasi Interpretasi
TK = 0,00 Sangat Sukar
0,00 < TK ≤ 0,30 Sukar 0,30 < TK ≤ 0,70 Sedang 0,70 < TK < 1,00 Mudah
TK = 1,00 Sangat Mudah
Data hasil uji coba instrumen diolah dengan menggunakan Software Anates sehingga hasil uji reliabilitas Tes Kemampuan Berpikir Kreatif diperoleh sebagai berikut:
Tabel 3.13
Uji Tingkat Kesukaran Soal Tes Berpikir Kreatif Nomor Butir Tingkat Kesukaran(%) Tafsiran
1 64.97 Sedang
2 74.84 Mudah
3 56.25 Sedang
4 29.93 Sukar
5 54.11 Sedang
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa soal nomor 1, 3 dan 5 merupakan butir soal kemampuan berpikir kreatif dengan kategori sedang. Soal lainnya yaitu soal nomor 2 merupakan kategori mudah. Sedangkan satu soal lainnya yaitu soal nomor 4 merupakan soal dengan kategori sulit. Selengkapnya ada pada lampiran.
Secara umum, adapun rekapitulasi analisis hasil uji coba instrumen tes berpikir kreatif adalah sebagai berikut:
(38)
Tabel 3.14
Rekapitulasi Analisis Hasil Uji Coba Instrumen Tes Berpikir Kreatif Nomor
Soal Validitas Reliabilitas
Daya Pembeda
Tingkat Kesukaran
1 Tinggi
Tinggi
Baik Sedang
2 Tinggi Baik Mudah
3 Tinggi Sangat Baik Sedang
4 Tinggi Baik Sukar
5 Tinggi Baik Sedang
Berdasarkan tabel diatas dapat diambil kesimpulan bahwa seluruh butir soal tes kemampuan berpikir kreatif tersebut sudah memenuhi syarat dan layak untuk digunakan dalam penelitian. Selengkapnya ada pada lampiran.
b. Skala Disposisi Berpikir Kreatif
Skala disposisi berpikir kreatif digunakan untuk mengetahui bagaimana disposisi berpikir kreatif siswa terhadap konsep luas dan volume bangun ruang sisi datar. Skala disposisi berpikir kreatif diberikan kepada siswa baik di kelas kontrol maupun kelas eksperimen setelah pretes dan postes. Terlebih dahulu dilakukan analisis ketepatan butir skala disposisi berpikir kreatif siswa kemudian diuji validitas dan reliabilitasnya dengan cara diujicobakan kepada siswa lalu kemudian dianalisis dengan menggunakan Uji Spearman’s rho melalui Software SPSS 20. Perihal kesesuaian indikator disposisi berpikir kreatif dan tata bahasa (keterbacaan) setiap butir skala disposisi berpikir kreatif dikonsultasikan kepada kedua dosen pembimbing dan kepada siswa.
Aspek-aspek disposisi berpikir kreatif yang diukur pada skala disposisi berpikir kreatif ini meliputi: (1) terbuka, fleksibel, toleran terhadap perbedaan pendapat dan situasi yang tidak pasti; (2) bebas menyatakan pendapat dan perasaan; senang bertanya; (3) menghargai fantasi; kaya akan inisiatif; memiliki gagasan yang orisinal; (4) mempunyai pendapat sendiri dan tidak mudah terpengaruh; (5) memiliki citra diri dan stabilitas emosional; (6) percaya diri dan mandiri; (7) mempunyai rasa ingin tahu tertarik kepada hal yang abstrak, kompleks, holistik; (8) mempunyai minat yang luas; (9) berani mengambil risiko,
(39)
memiliki tanggungjawab dan komitmen kepada tugas; (10) tekun dan tidak mudah bosan, tidak kehabisan akal; (11) peka terhadap situasi lingkungan; (12) lebih berorientasi ke masa kini dan masa depan daripada masa lalu.
Skala disposisi berpikir kreatif ini menggunakan skala dengan empat pilihan, yaitu: sangat sering (SS), sering (S), jarang (J) dan tidak pernah (TP). Kelima pilihan ini digunakan dengan alasan agar tidak terjadi kebingungan pada siswa sehingga bias terhadap hasil jawaban siswa terhadap skala disposisi berpikir kreatif dapat dihindari.
Karena data skala disposisi berpikir kreatif berbentuk data ordinal, data tersebut terlebih dahulu harus dikonversi menjadi data interval. Transformasi data dilakukan dengan menggunakan metode MSI (Method of Successive Interval). Jawaban responden yang diukur dengan pemberian nilai numerikal dengan skor 1,2,3,4, dimana setiap skor yang diperoleh akan memiliki tingkat pengukuran ordinal. Nilai numerikal tersebut dianggap sebagai objek dan selanjutnya melalui proses transformasi ditempatkan ke dalam interval. Langkah-langkah transformasi data dari ordinal menjadi interval adalah sebagai berikut:
a. Untuk setiap pertanyaan, hitung frekuensi jawaban setiap pilihan jawaban b. Berdasarkan frekuensi setiap pilihan jawaban dihitung proporsinya
c. Dari proporsi yang diperoleh, hitung proporsi kumulatif untuk setiap pilihan jawaban
d. Tentukan nilai batas z untuk setiap pilihan jawaban
e. Hitung scale value (interval rata-rata) untuk setiap pilihan jawaban dengan rumus:
Scale = � � ℎ − � �
ℎ ℎ − ℎ ℎ ℎ
(40)
Setelah kedua data menjadi data interval maka kemudian dilakukan uji perbedaan rata-rata dengan terlebih dahulu melakukan uji normalitas dan homogenitas lalu kemudian dipilih uji mana yang akan dipilih, yaitu uji t, uji t’ atau uji non-parametrik.
Kisi-kisi dan instrumen skala disposisi berpikir kreatif disajikan pada lampiran A. Tujuan uji coba ini adalah untuk mengetahui validitas setiap butir pernyataan dan sekaligus untuk menghitung bobot setiap pilihan (SS, S, J, TP) dari setiap pernyataan. Dengan demikian, pemberian skor setiap pilihan dari pernyataan skala disposisi berpikir kreatif siswa ditentukan secara aposteriori yaitu berdasarkan distribusi jawaban responden dengan metode MSI (Method of Succesive Interval). Dengan menggunakan metode ini, bobot setiap pilihan (SS, S, J, TP) dari setiap pernyataan dapat berbeda-beda tergantung pada sebaran respon siswa. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah skala disposisi berpikir kreatif sudah layak digunakan.
Berikut ini tabel kategori disposisi berpikir kreatif menurut Mahmudi (Sugilar: 2012).
Tabel 3.15
Kategori Disposisi Berpikir Kreatif
Skor Kategori
Skor < 60 % Sangat Rendah
60% Skor < 70 % Rendah
70% Skor 80 % Sedang
80% Skor < 90 % Tinggi
Skor 90 % Sangat Tinggi
1. Analisis Validitas Skala Disposisi Berpikir Kreatif
Perhitungan validitas butir pernyataan skala disposisi berpikir kreatif dengan menggunakan uji korelasi Spearman’s rho melalui bantuan software SPSS 20.0 For Windows. Berikut ini adalah hasil validitas butir item pernyataan skala disposisi berpikir kreatif pada tabel berikut:
(41)
Tabel 3.16
Hasil Uji Validitas Skala Disposisi Berpikir Kreatif Pernyataan Signifikansi
Korelasi Kategori Keputusan
P1 0,003 Valid Dipakai
P2 0,794 Tidak Valid Direvisi
P3 0,000 Valid Dipakai
P4 0,007 Valid Dipakai
P5 0,000 Valid Dipakai
P6 0,000 Valid Dipakai
P7 0,000 Valid Dipakai
P8 0,000 Valid Dipakai
P9 0,001 Valid Dipakai
P10 0,000 Valid Dipakai
P11 0,000 Valid Dipakai
P12 0,000 Valid Dipakai
P13 0,000 Valid Dipakai
P14 0,000 Valid Dipakai
P15 0,027 Valid Dipakai
P16 0,020 Valid Dipakai
P17 0,000 Valid Dipakai
P18 0,000 Valid Dipakai
P19 0,097 Tidak Valid Direvisi
P20 0,000 Valid Dipakai
P21 0,000 Valid Dipakai
P22 0,001 Valid Dipakai
P23 0,001 Valid Dipakai
P24 0,001 Valid Dipakai
Perhitungan validitas butir pernyataan menggunakan perhitungan secara statistik. Untuk validitas butir pernyataan digunakan korelasi rank Spearman, yaitu korelasi setiap butir item pernyataan dengan skor total. Apabila rhitung ≥ rtabel maka item pernyataan dikatakan valid atau nilai Signifikansi Korelasi kurang dari α (0,05), dengan rtabel sebesar 0,339 pada uji 2 ekor (2-tailed).
Berdasarkan tabel hasil uji validitas di atas, dapat dilihat bahwa sebanyak 22 item pernyataan valid, dan 2 item pernyataan tidak valid. Untuk pernyataan yang tidak valid akan direvisi untuk selanjutnya digunakan kembali untuk mengukur skala sikap disposisi berpikir kreatif siswa. Selengkapnya ada pada lampiran.
(42)
2. Analisis Reliabilitas Skala Disposisi Berpikir Kreatif
Untuk mengetahui reliabilitas instrumen yang akan digunakan, maka dilakukan pengujian reliabilitas dengan rumus croncbach’s alpha. Pengambilan keputusan yang dilakukan adalah dengan membandingkan rhitung dan rtabel. Jika rhitung > rtabel maka soal reliabel, sedangkan jika rhitung ≤ rtabel maka soal tidak reliabel. Berikut ini merupakan rekapitulasi hasil perhitungan reliabilitas. Hasil perhitungan selengkapnya ada pada lampiran.
Tabel 3.17
Hasil Uji Reliabilitas Skala Disposisi Berpikir Kreatif rhitung rtabel Kriteria Kategori 0,844 0,339 Reliabel Sangat Tinggi
Untuk α = 5% dengan derajat kebebasan dk = 31 diperoleh harga rtabel = 0,339. Hasil perhitungan reliabilitas berdasarkan tabel di atas diperoleh rhitung sebesar 0,847. Artinya soal tersebut reliabel karena 0,847 > 0,304 dan termasuk kedalam kategori sangat tinggi. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa skala disposisi berpikir kreatif telah memenuhi karakteristik yang memadai untuk digunakan dalam penelitian. Selengkapnya ada pada lampiran.
c. Observasi
Observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap sikap dan kepribadian siswa dalam proses pembelajaran. Observasi merupakan salah satu jenis instrumen non-tes yang merupakan authentic assessment. Lembar observasi digunakan pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung untuk mengetahui bagaimana sikap dan perilaku baik guru maupun siswa pada saat pembelajaran. Pedoman observasi terlebih dahulu diuji validitasnya sebelum digunakan.
Format lembar observasi yang digunakan berupa daftar ceklis hasil pengamatan serta kritik atau saran tentang proses pembelajaran yang sedang berlangsung sehingga dapat diketahui aspek-aspek apa yang harus diperbaiki atau ditingkatkan. Lembar observasi diisi oleh observer sesuai dengan keadaan pada
(43)
saat penelitian berlangsung. Sebelum memulai penelitian, peneliti memberi arahan dan penjelasan kepada observer mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan observasi.
d. Wawancara
Wawancara digunakan guru peneliti kepada siswa bertujuan sebagai cross-check hasil data tes, angket dan hasil observasi terhadap sikap siswa selama proses pembelajaran. Pedoman wawancara terlebih dahulu diuji validitasnya sebelum digunakan.
Peneliti menggunakan alat bantu berupa kamera sebagai dokumentasi berbentuk foto, video dan audio. Foto digunakan sebagai dokumentasi terhadap keadaan sekolah, ruangan kelas dan suasana pembelajaran matematika baik di kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Rekaman berupa audio digunakan untuk mendokumentasikan hasil wawancara terhadap siswa. Kemudian rekaman video digunakan sebagai dokumentasi dalam mengamati proses pembelajaran matematika di kelas. Selain itu, rekaman berupa audio dan video digunakan untuk membantu peneliti dalam menganalisis jawaban, argumen, ide, pendapat serta komentar seluruh siswa tentang pembelajaran matematika di kelas.
e. Pengembangan Bahan Ajar
Bahan ajar dalam penelitian ini adalah bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan Open-Ended pada kelas eksperimen. Bahan ajar disusun berdasarkan kurikulum yang berlaku di lapangan yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006. Isi bahan ajar memuat materi-materi matematika untuk kelas VIII semester II dengan menggunakan pendekatan Open-Ended yang diarahkan untuk meningkatkan kemampuan dan disposisi berpikir kreatif siswa. Pokok bahasan dipilih berdasarkan alokasi waktu yang telah disusun oleh guru dan peneliti. Setiap pertemuan memuat satu indikator bahasan yang dilengkapi dengan Lembar Kegiatan Siswa (LKS). Lembar Kegiatan Siswa memuat soal-soal latihan menyangkut materi-materi yang telah disampaikan.
(44)
E. Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini terdiri atas data nilai ulangan dan nilai Ujian Tengah Semester (UTS) siswa, tes kemampuan berpikir kreatif, skala disposisi berpikir kreatif, observasi dan wawancara siswa. Data nilai ulangan dan nilai UTS siswa diperoleh dari guru kelas untuk mengetahui kemampuan awal matematis (KAM) siswa. Data kemampuan dan disposisi berpikir kreatif dikumpulkan melalui pretes dan postes. Data observasi terhadap aktivitas guru dan siswa dikumpulkan melalui pengamatan oleh beberapa orang observer pada setiap pertemuan pembelajaran. Data hasil wawancara dikumpulkan melalui wawancara terhadap beberapa orang siswa pada akhir pembelajaran. Siswa yang diwawancarai terdiri atas 3 orang siswa berkemampuan tinggi, 4 orang siswa berkemampuan sedang dan 3 orang siswa berkemampuan rendah.
F. Analisis Data
Data diperoleh dari hasil tes kemampuan berpikir kreatif, skala disposisi berpikir kreatif, lembar observasi aktivitas guru dan aktivitas siswa serta wawancara. Seluruh data yang diperoleh dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif.
1. Analisis Data Kuantitatif
Data yang dianalisis secara kuantitatif adalah data hasil tes kemampuan berpikir kreatif dan data hasil skala disposisi berpikir kreatif siswa. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan software SPSS 20 dan Microsoft Excel 2010.
Data diperoleh dalam bentuk hasil uji instrumen, data pretes, data postes, N-gain serta skala disposisi berpikir kreatif siswa. Data hasil uji instrumen diolah dengan perhitungan untuk memperoleh validitas, reliabilitas, daya pembeda serta tingkat kesukaran soal. Sedangkan data hasil pretes, postes, N-gain dan skala disposisi berpikir kreatif siswa diolah dengan bantuan program software SPSS Versi 20.0 for Windows. Selanjutnya dilakukan pengolahan data berdasarkan kategori kemampuan awal matematis siswa, yaitu tinggi, tengah dan rendah.
Data kuantitatif berasal dari data tes kemampuan berpikir kreatif dan skala disposisi berpikir kreatif yang masing-masing terdiri atas 3 jenis data, yaitu data
(45)
pretes (skala awal), data postes (skala akhir) dan data n-gain yang dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Data Pretes dan Skala Awal
Data pretes dan skala awal diolah bertujuan untuk mengetahui perbandingan kemampuan dan disposisi berpikir kreatif awal pada kedua sampel. b. Data Postes dan Skala Akhir
Data postes dan skala akhir diolah bertujuan untuk mengetahui perbandingan kemampuan dan disposisi berpikir kreatif akhir pada kedua sampel. c. Data N-Gain
Data n-gain diolah bertujuan untuk mengetahui perbandingan peningkatan kemampuan dan disposisi berpikir kreatif pada kedua sampel.
Analisis data kuantitatif diawali dengan melakukan uji normalitas. Uji normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apaka sebaran data yang akan dianalisis berdistribusi normal atau tidak. Data yang terdistribusi secara normal berarti data akan mengikuti bentuk grafik distribusi normal.
Pengujian Normalitas data menggunakan bantuan Software SPSS 20, dilakukan dengan menggunakan uji statistik Shapiro-Wilk langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menentukan Hipotesis secara statistik sebagai berikut: :
0
H Kedua sampel berasal dari populasi yang terdistribusi normal :
Ha Kedua sampel berasal dari populasi yang terdistribusi tidak normal b. Menetapkan taraf signifikansi α = ,
c. Membandingkan taraf signifikansi α = , dengan taraf signifikansi yang diperoleh dari SPSS dengan kriteria sebagai berikut:
- Jika nilai Sig. (p-value) < α (α = 0,05), maka H0 ditolak, artinya sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal sehingga digunakan uji statistik non-parametrik untuk analisis selanjutnya.
(46)
- Jika nilai Sig. (p-value) ≥ α (α = 0,05), maka H0 diterima, artinya sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal, sehingga analisis selanjutnya adalah melakukan uji homogenitas.
Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh asumsi bahwa sampel penelitian berasal dari kondisi yang sama atau homogen. Uji homogenitas dilakukan dengan menyelidiki apakah kedua sampel berasal dari populasi yang memiliki varians yang sama atau tidak.
Pengujian homogenitas data menggunakan bantuan Software SPSS 20, dilakukan dengan menggunakan uji statistik Levene dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Menuliskan hipotesis secara formal sebagai berikut: :
0
H Kedua sampel berasal dari populasi yang mempunyai varians yang ,homogen
:
Ha Kedua sampel berasal dari populasi yang mempunyai varians yang ,tidak homogen.
b. Menuliskan Hipotesis secara statistik sebagai berikut: ∶ � = �
∶ � ≠ � Keterangan:
� = varians sampel pertama � = varians sampel kedua
c. Melakukan uji dua ekor (2-tailed) dengan taraf signifikansi α = , .
d. Membandingkan taraf signifikansi α = , dengan taraf signifikansi yang diperoleh dengan kriteria sebagai berikut:
- Jika nilai Sig. (p-value) < α (α = 0,05), maka H0 ditolak, artinya sampel berasal dari populasi yang memiliki varians yang tidak homogen, sehingga digunakan uji parametrik untuk analisis selanjutnya.
- Jika nilai Sig. (p-value) ≥ α (α = 0,05), maka H0 diterima, artinya sampel berasal dari populasi yang memiliki varians yang homogen, sehingga digunakan uji statistik non-parametrik untuk analisis selanjutnya.
(47)
Uji hipotesis penelitian dilakukan berdasarkan kemungkinan-kemungkinan sebagai berikut:
a) Jika kedua sampel berasal dari populasi yang terdistribusi normal dan mempunyai varians yang homogen, maka uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-t. Alasan pemilihan uji-t adalah karena ukuran sampel berjumlah sedikit.
b) Jika kedua sampel berasal dari populasi yang terdistribusi normal tetapi mempunyai varians yang tidak homogen maka uji hipotesis yang digunakan adalah uji-t’.
c) Jika kedua sampel berasal dari populasi yang tidak terdistribusi normal, maka uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji non-parametrik Mann-Whitney U. Alasan pemilihan uji Mann-Whitney U adalah karena ukuran sampel berjumlah sedikit.
1) Hipotesis 1
Adapun langkah-langkah untuk melakukan pengujian terhadap hipotesis 1 adalah sebagai berikut:
a) Menuliskan rumusan masalah sebagai berikut:
Apakah peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa dengan menggunakan pendekatan Open-Ended lebih baik daripada menggunakan pembelajaran konvensional?
b) Menuliskan hipotesis secara formal sebagai barikut:
H0 : Peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa dengan menggunakan pendekatan Open-Ended tidak berbeda dengan menggunakan pembelajaran konvensional.
Ha : Peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa dengan menggunakan pendekatan Open-Ended lebih baik daripada menggunakan pembelajaran konvensional.
c) Menuliskan hipotesis secara statistik sebagai berikut: ∶ � = �
(1)
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian, beberapa hal yang berhubungan dengan penelitian ini antara lain sebagai berikut:
1. Penelitian ini hanya terbatas pada materi luas permukaan dan volume bangun ruang sisi datar. Diharapkan pada peneliti selanjutnya untuk mengembangkan pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan Open-Ended pada materi lainnya.
2. Penelitian ini hanya mengkaji kemampuan berpikir kreatif, untuk itu diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk mengkaji pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan Open-Ended dalam meningkatan kemampuan berpikir matematis lain yang mungkin.
3. Penelitian ini hanya terbatas pada implementasi pendekatan Open-Ended untuk meningkatkan kemampuan dan disposisi berpikir kreatif siswa. Untuk itu, peneliti selanjutnya diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dan disposisi berpikir kreatif siswa dengan menggunakan pendekatan, metode dan strategi pembelajaran lain yang mungkin.
4. Penerapan pendekatan pembelajaran Open-Ended direspon dengan baik oleh siswa, oleh sebab itu pendekatan pembelajaran ini dapat dijadikan sebagai salah satu upaya dalam mereformasi pengelolaan pembelajaran yang lebih berkualitas.
5. Lembar Kerja Siswa (LKS) sangat membantu siswa dalam mengikuti pelajaran, namun peran aktif guru atau pengajar juga sangat dibutuhkan dalam membimbing dan mengarahkan siswa mencapai tujuan pembelajaran.
6. Berpikir kreatif merupakan kemampuan tingkat tinggi yang cukup sulit untuk ditingkatkan pada siswa, oleh sebab itu peningkatan kemampuan dan disposisi berpikir kreatif lebih sesuai dilaksanakan pada sekolah dengan cluster unggulan yang kemudian secara berkelanjutan hingga kemudian dilaksanakan pada sekolah dengan cluster rendah.
7. Guru hendaknya memberikan permasalahan yang bersifat terbuka secara berkelanjutan agar siswa menjadi lebih terbiasa dalam menyelesaikan permasalahan yang tidak rutin.
(2)
122
C. Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi penelitian di atas, maka diajukan beberapa saran sebagai berikut:
1. Pendekatan pembelajaran Open-Ended hendaknya menjadi alternatif pendekatan pembelajaran bagi guru SMP khususnya dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.
2. Pada penerapan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Open-Ended, sebaiknya guru membuat sebuah skenario dan perencanaan pembelajaran yang matang dengan memprediksi segala respon siswa yang mungkin lalu kemudian membuat antisipasi terhadap respon siswa tersebut. Dengan demikian, pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Open-Ended dapat diterapkan pada semua kategori kemampuan awal matematis siswa.
3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk melihat keefektivan penerapan pendekatan pembelajaran Open-Ended pada semua kategori kemampuan awal matematis siswa pada sekolah dengan peringkat sedang dan rendah. Penelitian selanjutnya juga diperlukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor apa yang mempengaruhi peningkatan setiap indikator kemampuan dan disposisi berpikir kreatif siswa sehingga diperoleh hasil analisis yang lebih mendalam terhadap setiap indikator tersebut.
4. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Open-Ended sebaiknya dimulai sejak di tingkat Sekolah Dasar dengan memperkenalkan soal-soal yang bersifat Open-Ended kepada siswa sehingga siswa sudah terbiasa untuk berpikir kreatif sejak dini. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memilih materi yang sesuai dengan pendekatan Open-Ended.
5. Pendekatan Open-Ended merupakan suatu inovasi dalam pembelajaran matematika yang dapat mendukung kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa khususnya kemampuan berpikir kreatif sehingga pendekatan ini dapat diimplementasikan sesuai dengan Kurikulum 2013.
6. Untuk siswa dengan kemampuan awal matematis tinggi, guru hendaknya memberikan permasalahan tambahan yang lebih menantang agar lebih membiasakan siswa untuk berpikir kreatif.
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Aguspinal. (2011). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Komunikasi Matematis Siswa SMA melalui Pendekatan Open-Ended dengan Strategi Group-to-Group. Tesis SPs UPI Bandung: Tidak Diterbitkan. Arikunto, S. (2008). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Cooney, T.J. (2005). Getting Started with Open-Ended Assessment. Reston, Virginia: National Council Teachers of Mathematics (NCTM).
Creswell, J.W. (2012). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dahlan, J.A. (2011). Analisis Kurikulum Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka.
Dewanto, P. S. (2003). Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Tingka t Tinggi melalui Pembelajaran dengan Menggunakan Pendekatan Induktif-Deduktif. Tesis SPs UPI.Bandung; Tidak Diterbitkan.
Dianzhou, Z. & Zaiping, D. (2004). The “Two Basics” Mathematics Teaching Approach and Open-Ended Problem Solving in China. International Congress on Mathematical Education (ICME), Vol. 10, pp. 1-19. Hake, R.R. (1999), Analizing Change/Gain Scores. [Online]. Tersedia pada http://
www.physics Indiana.edu/sdi/Analizing Change-Gain.pdf.[1 September 2013]
Hartanto. (2008). Perbandingan Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Aplikasi Matematika Siswa pada Pembelajaran Open-Ended dengan Konvensional di Sekolah Menengah Pertama. Disertasi SPs UPI.Bandung; Tidak Diterbitkan
Inprasitha, M. (2006). Open-Ended Approach and Teacher Education. Tsukuba Journal of Education Study in Mathematics, Vol. 25, pp. 169-177. Jia, L.Q & Xin, C.C. (2014). The Open-Ended Approach in Reforming Traditional
Teaching: Taking Learning Plane Geometry as An Example. Foreign Language School Attached to Guangxi Normal University.
Junaedi, A. (2011). Rangkaian Proses Belajar. [Online]. Tersedia pada http://vrisaba991.blog.com/2011/05/05/rangkaian-proses-belajar/ [4 Desember 2013]
(4)
124
Kosasih, U. (2012). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Komunikasi Matematis Siswa SMP melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended. Tesis SPs UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Meissner, H. (2006). Creativity and Mathematics Education. Westf. Wilhelms-Univ. Muenster, Germany.
Munandar, U. (1999). Kreativitas & Keberbakatan, Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif & Bakat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
. (2009). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.
Ojose, B. (2011). Mathematics Literacy: Are We Able to Put the Mathematics We Learn Into Everyday Use? Journal of Mathematics Education, Vol. 4 (1), pp. 89-100.
Pehkonen, E. (2004). Open-Ended Problems: A Method for An Educational Change. Turku: Dept Teacher Education, University of Turku.
Petrou, M. & Goulding, M. (2011). Conceptualising Teachers’ Mathematical
Knowledge in Teaching, Springer Science+Business Media. Australia: Monash University.
Programme for International Student Assessment. (2003). First Results from PISA 2003: Executive Summary, www.oecd.org.
Rosita, Hj.N.T. (2012). Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Open-Ended dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa. Tesis SPs UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Ruseffendi, E.T. (2005). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito.
Salman, M.F. (2009). Active Learning Techniques (ALT) in A Mathematics Workshop; Nigerian Primary School Teachers’ Assessment, International Electronic Journal of Mathematics Education (IEJME), Vol 4 (1).
Sanjaya, W. (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Strandar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Shimada, S. (1997). The Open-Ended Approach: A New Proposal for Teaching Mathematics. Reston, Virginia: NCTM.
(5)
Somakim. (2010). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan Self Efficacy Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama dengan Penggunaan Pendekatan Matematik Realistik. Disertasi Doktor pada SPs Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: Tidak Diterbitkan.
Sugilar, H. (2012). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Disposisi Matematika Siswa Madrasah Tsanawiyah Melalui Pembelajaran Generatif. Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Suherman, E. dan Kusumah, Y. S. (2012). Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah.
Suherman, E, Turmudi, Suryadi, D, Herman, T, Suhendra, Prabawanto, S, Nurjanah dan Rohayati, A. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: FPMIPA UPI.
Sumarmo, U. (2013). Kumpulan Makalah Berpikir dan Disposisi Matematik serta Pembelajarannya. Bandung: FPMIPA UPI.
Sundayana, R. (2010). Statistika Penelitian Pendidikan. Garut: STKIP Garut Press.
Suryadi, D. (2012). Membangun Budaya Baru dalam Berpikir Matematika. Bandung: RIZQI Press.
Turmudi. (2012). Matematika: Landasan Filosofis, Didaktis, dan Pedagogis Pembelajaran Matematika untuk Siswa Sekolah Dasar, Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam Kementrian Agama RI.
Uyanto, S. S. (2009). Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Wahyudin. (2011). Matematika sebagai Pondasi untuk Membangun Karakter Bangsa. Slide Presentasi, Bandung: FPMIPA UPI.
Wardani, S. (2009). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Disposisi Matematik siswa SMA melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Model Sylver. Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Wardani, S. (2011). Modul Matematika SMP Program Bermutu. Instrumen
Penilaian Hasil Belajar Matematika SMP: Belajar dari PISA dan TIMMS, Kementrian Pendidikan Nasional.
(6)
126
Williams, G. (2002). Identifying Tasks that Promote Creative Thinking in Mathematics: A Tool. Mathematical Education Research Group of Australia Conference. Aukland New Zealand. July, 2002.
Yee, F.P. (2004). Open-Ended Problems for Higher-Order Tinking in Mathematics. Singapore: Institute of Education.
Yuniawati, P. (2001). Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematika Siswa. Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.