Analisis Pengaruh Perputaran Persediaan Dan Perputaran Piutang Terhadap Rentabilitas Pada PT. Suryaputra Sarana Bandung Divisi Sparepart

(1)

DIVISI SPAREPART

The Analysis of Influence of Inventory Turnover and Account

Receivable Turnover Against Profitability in Sparepart Division

at PT.Suryaputra Sarana Bandung

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Sidang Skripsi Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi

Oleh:

JULIANA IKA SANTOSA 21107153

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

vi

Terhadap Rentabilitas Pada PT.Suryaputra Sarana Bandung Divisi Sparepart

Penulis melakukan penelitian di PT.Suryaputra Sarana Bandung divisi

sparepart. Fenomena dalam penelitian ini adalah rentabilitas (ROA) menurun disaat perputaran persediaan dan perputaran piutangnya meningkat/tinggi. Rentabilitas (ROA) yang menurun dapat menjadi masalah bagi perusahaan karena kemungkinan perusahaan akan mendapat kesulitan dalam memperoleh kredit/modal. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh perputaran persediaan dan perputaran piutang secara simultan maupun parsial terhadap rentabilitas, serta untuk menganalisis besarnya pengaruh tersebut.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan verifikatif pendekatan kuantitatif. Unit analisis dalam penelitian ini adalah laporan neraca dan laba rugi periode Juli 2008 – Desember 2010. Pengujian statistik yang dilakukan dengan program aplikasi SPSS 15.0 for Windows, meliputi analisis regresi linier berganda, uji normalitas, uji asumsi klasik (multikolinieritas, autokorelasi dan heteroskedastisitas), analisis korelasi, analisis koefisien determinasi, dan uji hipotesis (uji F dan uji t).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perputaran persediaan dan perputaran piutang secara simultan/bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap rentabilitas sebesar 24,5%. Sedangkan secara parsial/masing-masing, perputaran persediaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap rentabilitas sebesar 13,9% dan perputaran piutang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap rentabilitas sebesar 13,8%.

Kata Kunci: Perputaran Persediaan, Perputaran Piutang, dan Rentabilitas (ROA).


(3)

v

Turnover Against Profitability in Sparepart Division at PT.Suryaputra Sarana Bandung

The writer did this research in sparepart division at PT.Suryaputra Sarana Bandung. The phenomenon, in this research was profitability (ROA) decreased when the inventory turnover and the account receivable turnover were increasing. The decreasing profitability can be a problem for a company since possibly the company will be difficult to get loan or capital. The purposes of this research were to find out the influences of inventory turnover and account receivable turnover simultaneously and partially against profitability (ROA), and to analyze how large the influences were.

In writing this thesis, the writer used descriptive and verifikatif methods quantitative approach. The analysis units for this research were statement of financial position and statement of comprehensive income in July 2008 – December 2010. The statistic tests, done in this research with SPSS 15.0 for windows consisted multiple linier regression analysis, classic assumption test, correlation analysis, determination coefficients analysis, and hypothesis test (F-test and t-(F-test).

The result of this research showed that inventory turnover and account receivable turnover had the significant influence against profitability (ROA), which was 24,5%. Otherwise, partially the significant influence of the inventory turnover against profitability (ROA) was 13,9% and the significant influence of the account receivable turnover against profitability (ROA) was 13,8%.

Keywords: The Inventory Turnover, The Account Receivable Turnover, and Profitability (ROA).


(4)

vii

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus. Atas kasih

karunia dan penyertaan-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan karya tulis

(Skripsi) ini. Adapun karya tulis (Skripsi) ini berjudul: “ANALISIS PENGARUH PERPUTARAN PERSEDIAAN DAN PERPUTARAN PIUTANG TERHADAP RENTABILITAS PADA PT.SURYAPUTRA SARANA BANDUNG DIVISI SPAREPART”, dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat ujian sidang skripsi guna memperoleh gelar sarjana ekonomi

Program Studi Akuntansi.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada

pihak-pihak yang telah memberikan bimbingan, nasehat, dan dukungan selama

proses penyusunan karya tulis (Skripsi) ini, diantaranya:

1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, M.Sc., selaku Rektor Universitas Komputer

Indonesia.

2. Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra., S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Komputer Indonesia, sekaligus Penguji.

3. Sri Dewi Anggadini, S.E., M.Si., selaku Ketua Program Studi Akuntansi

Fakultas Ekonomi.

4. Prof. Dr. Hj. Ria Ratna Ariawati, MS., Ak., selaku Pembimbing yang telah

membimbing dan banyak memberikan pengarahan kepada penulis.

5. Surtikanti, S.E., M.Si selaku Dosen WaliAk-4.


(5)

viii

8. Papa dan mama tercinta yang selalu mendoakan, menyemangati dan

memberikan dukungan moral maupun materi.

9. Adik-adikku (Agusta D’win, Noviana Tresa, dan Apriano Peter) yang telah

memberikan doa, dukungan, dan semangat.

10. Teman-temanku yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa karya tulis (Skripsi) ini masih banyak

kekurangan sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun.

Akhir kata, penulis berharap agar karya tulis (Skripsi) ini bermanfaat bagi semua

pihak.

Bandung, Juli 2011 Penulis

Juliana Ika Santosa NIM.21107153


(6)

1 1.1 Latar Belakang Penelitian

Kemajuan perekonomian Indonesia tidak terlepas dari peran serta

perusahaan-perusahaan yang beroperasi di Indonesia. Secara umum perusahaan

adalah suatu organisasi dimana sumber daya (input), seperti bahan baku dan

tenaga kerja diproses untuk menghasilkan barang/jasa (output) bagi pelanggan

(Warren, Reeve dan Fess, 2008:2). Perusahaan-perusahaan tersebut meliputi

perusahaan-perusahaan yang berorientasi pada profit/laba maupun

perusahaan-perusahaan nirlaba yang lebih mengutamakan pelayanan publik di atas profit/laba.

Perusahaan-perusahaan yang berorientasi pada profit/laba sendiri bila dilihat dari

segi kegiatan terdiri dari tiga jenis, yaitu perusahaan jasa, perusahaan dagang dan

perusahaan industri (Ely Suhayati dan Sri Dewi, 2007:7). Sedangkan contoh

perusahaan-perusahaan nirlaba yang lebih mengutamakan pelayanan publik di

atas profit/laba adalah museum, panti asuhan, rumah jompo, organisasi amal

(Eddy Soeryanto Soegoto, 2009:19).

Peran serta perusahaan-perusahaan yang berorientasi pada profit/laba

sangat besar bagi perekonomian Indonesia sehingga perusahaan-perusahaan

tersebut harus diusahakan untuk terus beroperasi/beraktivitas bahkan terus

mengalami perkembangan. Persaingan akan mendorong perusahaan-perusahaan

untuk mengalami perkembangan karena dengan persaingan maka

perusahaan-perusahaan akan terus berusaha menghasilkan produk yang berkualitas dan


(7)

persaingan antara suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya (Eddy Soeryanto

Soegoto, 2009:23).

Perusahaan-perusahaan yang terus berkembang akan terus melakukan

upaya untuk meningkatkan profit/laba perusahaannya sehingga perusahaan akan

berkontribusi positif bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat. Tujuan dari

kebanyakan perusahaan adalah untuk memaksimumkan laba. Laba/profit adalah

selisih antara jumlah yang diterima dari pelanggan atas barang atau jasa yang

dihasilkan dengan jumlah yang dikeluarkan untuk membeli sumber daya alam

dalam menghasilkan barang atau jasa tersebut (Warren, Reeve dan Fess, 2008:2).

Laba adalah selisih antara penerimaan dan biaya-biaya operasional. Laba

merupakan hasil yang diperoleh pengusaha atas investasi dana, waktu dan risiko

yang mungkin timbul dalam membangun, mengembangkan, dan memajukan

perusahaannya (Eddy Soeryanto Soegoto, 2009:18). Kemampuan perusahaan

untuk mendapatkan laba diukur dengan rasio rentabilitas/profitabilitas (Soemarso,

2010:381).

Salah satu perusahaan yang berorientasi pada profit/laba adalah

PT.Suryaputra Sarana Bandung. PT.Suryaputra Sarana Bandung merupakan salah

satu dealer Mitsubishi resmi PT.Krama Yudha Tiga Berlian Motor untuk daerah

Bandung dan sekitarnya. PT.Suryaputra Sarana Bandung memiliki tiga divisi,

yaitu divisi sparepart (suku cadang), divisi bengkel serta divisi

showroom/penjualan mobil. PT.Suryaputra Sarana Bandung divisi sparepart


(8)

kepada pelanggan namun tidak memproduksi barangnya sendiri melainkan

membelinya dari perusahaan lain (Warren, Reeve dan Fess, 2008:3).

PT.Suryaputra Sarana Bandung divisi sparepart termasuk salah satu

perusahaan yang terus mengalami perkembangan sejak tahun berdirinya tahun

2000 karena PT.Suryaputra Sarana Bandung divisi sparepart memiliki tujuan

untuk terus menghasilkan laba melalui kegiatan penjualan yang dilakukannya.

Meskipun kegiatan penjualan PT.Suryaputra Sarana Bandung divisi sparepart

dilakukan secara tunai maupun kredit, tetapi 90% penjualan PT.Suryaputra Sarana

Bandung divisi sparepart dilakukan secara kredit. Oleh karena salah satu cara

yang dilakukan PT.Suryaputra Sarana Bandung divisi sparepart dalam

menghasilkan laba adalah dengan mengelola aktiva yang dimilikinya seperti

persediaan dan piutang, secara efektif dan efisien maka kemampuan PT.

Suryaputra Sarana Bandung divisi sparepart dalam menghasilkan laba

(rentabilitas) diukur dari rasio ROA (Return On Assets)nya.

Rentabilitas (ROA) periode Juli 2008 – Desember 2010 pada

PT.Suryaputra Sarana Bandung divisi sparepart berfluktuasi. Hal ini dapat dilihat


(9)

Tabel 1.1

Perputaran Persediaan dan Rentabilitas (ROA) Divisi Sparepart Periode Juli 2008 – Desember 2010


(10)

Rentabilitas (ROA) diperoleh dengan cara membagi laba bersih dengan

rata-rata total aktiva. Sedangkan perputaran persediaan diperoleh dengan cara

membagi COGS dengan persediaan rata-rata. Tabel 1.1 di atas menunjukkan

bahwa rentabilitas (ROA) menurun pada bulan Agustus – September 2008,

November 2008, Februari - Maret 2009, Juni 2009, Agustus 2009, November

2009, Januari 2010, Maret 2010, Mei 2010, Agustus – September 2010, dan

Desember 2010. Rentabilitas (ROA) yang menurun menunjukkan bahwa

kemampuan perusahaan menghasilkan laba menurun. Hal ini dapat menjadi

masalah bagi perusahaan karena kemungkinan perusahaan akan mendapat

kesulitan dalam memperoleh kredit/modal baru (Reeve dan Warren, 2009:322).

Fenomena dalam penelitian ini adalah rentabilitas (ROA) menurun pada

bulan Agustus - September 2008, dan Juni 2009 padahal pada bulan-bulan

tersebut perputaran persediaannya meningkat/tinggi. Hal ini menjadi fenomena

penelitian ini karena seharusnya rentabilitas (ROA) akan meningkat disaat

perputaran persediaan meningkat/tinggi, dan rentabilitas (ROA) akan menurun

disaat perputaran persediaan menurun/rendah. Hal ini sejalan dengan pernyataan

dari Fabozzi yang diterjemahkan oleh tim Salemba Empat Jakarta (2000:878),

yang mengatakan bahwa:

“Rasio perputaran persediaan yang rendah menunjukkan kemungkinan

adanya investasi persediaan yang terlalu tinggi bagi kapasitas penjualan


(11)

Kemungkinan penyebab menurunnya rentabilitas (ROA) pada

PT.Suryaputra Sarana Bandung divisi sparepart adalah jumlah penjualan yang

menurun dan perputaran persediaan yang menurun. Hal ini sejalan dengan

pernyataan Yuli Orniati (2009), yang mengatakan bahwa:

“Dengan menurunnya jumlah perputaran persediaan maka akan berdampak pada jumlah persediaan dan berakibat pada menurunnya volume penjualan sehingga secara langsung akan menurunkan jumlah laba yang akan diperoleh perusahaan”.

Selain itu Hanafi dan Halim (2003:84), menyatakan bahwa:

“Kenaikan/penurunan rentabilitas (ROA) dipengaruhi oleh perputaran

aktiva”.

Berdasarkan pernyataan Hanafi dan Halim di atas maka dapat dikatakan

bahwa penurunan rentabilitas (ROA) dapat pula disebabkan oleh perputaran

piutang yang menurun karena perputaran piutang termasuk perputaran aktiva

lainnya selain perputaran persediaan.

Perputaran piutang periode Juli 2008 – Desember 2010 pada

PT.Suryaputra Sarana Bandung divisi sparepart, dapat dilihat pada Tabel 1.2


(12)

Tabel 1.2

Perputaran Piutang dan Rentabilitas (ROA) Divisi Sparepart Periode Juli 2008 – Desember 2010

Sumber: PT.Suryaputra Sarana 2011, data diolah kembali

Perputaran piutang diperoleh dengan cara membagi penjualan bersih

dengan piutang rata-rata. Fenomena lain penelitian ini adalah rentabilitas (ROA)

menurun pada bulan September 2008, November 2008, Maret 2010 dan Desember

2010 padahal pada bulan-bulan tersebut perputaran piutangnya meningkat/tinggi.


(13)

(ROA) akan meningkat disaat perputaran piutang meningkat/tinggi, dan

rentabilitas (ROA) akan menurun disaat perputaran piutang menurun/rendah. Hal

ini sejalan dengan pernyataan dari Fabozzi yang diterjemahkan oleh tim Salemba

Empat Jakarta (2000:877), yang mengatakan bahwa:

“Perputaran piutang yang tinggi dapat menyebabkan pengembalian atas

aktiva yang lebih tinggi”.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai pengaruh perputaran persediaan dan perputaran piutang terhadap

rentabilitas. Maka dari itu, peneliti bermaksud menuangkannya ke dalam bentuk

skripsi dengan judul: “ANALISIS PENGARUH PERPUTARAN

PERSEDIAAN DAN PERPUTARAN PIUTANG TERHADAP

RENTABILITAS PADA PT.SURYAPUTRA SARANA BANDUNG DIVISI

SPAREPART”.

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian yang dikemukakan di atas,

maka peneliti mengidentifikasikan beberapa masalah yang akan dibahas dalam

penelitian ini, adalah sebagai berikut:

1. Rentabilitas (ROA) pada PT.Suryaputra Sarana Bandung divisi sparepart

periode Juli 2008 – Desember 2010 menurun disaat perputaran persediaan dan


(14)

2. Perputaran persediaan yang menurun pada PT.Suryaputra Sarana Bandung

divisi sparepart periode Juli 2008 – Desember 2010, dapat menurunkan

rentabilitas (ROA) perusahaan.

3. Perputaran piutang yang menurun pada PT.Suryaputra Sarana Bandung divisi

sparepart periode Juli 2008 – Desember 2010, dapat menurunkan rentabilitas

(ROA) perusahaan.

1.2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah

dikemukakan di atas, peneliti merumuskan beberapa masalah yang akan diteliti

dan akan dibahas, yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana perputaran persediaan pada PT.Suryaputra Sarana Bandung divisi

sparepart.

2. Bagaimana perputaran piutang pada PT.Suryaputra Sarana Bandung divisi

sparepart.

3. Bagaimana rentabilitas pada PT.Suryaputra Sarana Bandung divisi sparepart.

4. Seberapa besar pengaruh perputaran persediaan dan perputaran piutang secara

simultan maupun parsial terhadap rentabilitas pada PT.Suryaputra Sarana


(15)

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengumpulkan, mengolah,

menganalisis serta menginterpretasikan data dan informasi yang relevan dengan

permasalahan yang akan dibahas oleh peneliti yaitu untuk mengetahui pengaruh

perputaran persediaan dan perputaran piutang secara simultan maupun parsial

terhadap rentabilitas pada PT.Suryaputra Sarana Bandung divisi sparepart.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui perputaran persediaan pada PT.Suryaputra Sarana Bandung

divisi sparepart.

2. Untuk mengetahui perputaran piutang pada PT.Suryaputra Sarana Bandung

divisi sparepart.

3. Untuk mengetahui rentabilitas pada PT.Suryaputra Sarana Bandung divisi

sparepart.

4. Untuk menganalisis besarnya pengaruh perputaran persediaan dan perputaran

piutang secara simultan maupun parsial terhadap rentabilitas pada

PT.Suryaputra Sarana Bandung divisi sparepart.

1.4 Kegunaan Penelitian

Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai maka hasil dari penelitian ini


(16)

1.4.1 Kegunaan Praktis

1. Bagi PT.Suryaputra Sarana khususnya divisi sparepart

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam upaya

meningkatkan rentabilitas melalui perputaran persediaan dan perputaran

piutang.

2. Bagi supplier/pemasok PT.Suryaputra Sarana yang memiliki kerja sama usaha

dengan PT.Suryaputra Sarana

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam upaya

menyediakan pasokan sparepart bagi PT.Suryaputra Sarana.

3. Bagi customer/pelanggan PT.Suryaputra Sarana yang memiliki kerja sama

usaha dengan PT.Suryaputra Sarana

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam upaya

memperoleh perpanjangan jangka waktu kredit dari PT.Suryaputra Sarana.

1.4.2 Kegunaan Akademis

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti

mengenai perputaran persediaan, perputaran piutang serta rentabilitas suatu

perusahaan.

2. Bagi peneliti lain

Dapat dijadikan masukan bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian


(17)

3. Bagi perkembangan ilmu akuntansi

Memberikan masukan mengenai perputaran persediaan dan perputaran piutang

serta keterkaitan keduanya dalam mempengaruhi rentabilitas perusahaan.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pengetahuan terhadap

ilmu akuntansi dan ilmu lainnya yang terkait.

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.5.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT.Suryaputra Sarana yang beralamat di

Jl.Abdulrachman Saleh No.4 Bandung.

1.5.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Maret 2011 sampai dengan


(18)

Tabel 1.3

Pelaksanaan Penelitian

Tahap Prosedur

Bulan Mar 2011 Apr 2011 Mei 2011 Jun 2011 Jul 2011 Agt 2011 I

Tahap Persiapan :

a.Membuat outline dan proposal UP b.Mengambil formulir penyusunan

skripsi

c.Menentukan tempat penelitian

II

Tahap Pelaksanaan :

a.Bimbingan UP

b.Pendaftaran Seminar UP c.Seminar UP

d.Revisi UP

e.Membuat outline dan proposal skripsi

f. Penelitian Perusahaan g. Penyusunan skripsi h. Bimbingan skripsi

III

Tahap Pelaporan :

a.Menyiapkan draft skripsi b. Sidang akhir skripsi


(19)

14

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Perputaran Persediaan 2.1.1.1 Pengertian Persediaan

Menurut Soemarso (2010:389), persediaan memiliki beberapa pengertian

sebagai berikut:

“Persediaan adalah bagian aktiva lancar yang paling tidak likuid. Di

samping itu, persediaan adalah aktiva dimana kemungkinan

kerugian/kehilangan paling sering terjadi”.

“Persediaan barang dagangan (merchandise inventory) adalah barang-barang yang dimiliki perusahaan untuk dijual kembali sedangkan untuk perusahaan pabrik, termasuk persediaan adalah barang-barang yang akan digunakan untuk proses produksi selanjutnya”.

Menurut Kieso dan Weygandt yang diterjemahkan oleh Herman Wibowo

(2008:402), pengertian dari persediaan (inventory) adalah:

“Pos-pos aktiva yang dimiliki oleh perusahaan untuk dijual dalam operasi

bisnis normal atau barang yang akan digunakan/dikonsumsi dalam


(20)

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

persediaan barang dagangan (merchandise inventory) adalah barang-barang yang

dimiliki perusahaan untuk dijual kembali dalam operasi bisnis normal.

2.1.1.2 Jenis-Jenis Persediaan

Menurut Ely Suhayati dan Sri Dewi (2008:79), mengatakan bahwa pada

perusahaan dagang hanya ada satu jenis persediaan, yaitu persediaan barang

dagangan. Sedangkan pada perusahaan industri, persediaan ada 3 jenis yaitu:

1. Persediaan barang mentah

2. Persediaan barang dalam proses

3. Persediaan barang jadi

2.1.1.3 Metode Biaya Persediaan

Metode biaya persediaan terdiri dari:

1. Metode Identifikasi Spesifik (Specific Identification Method)

Menurut Reeve dan Warren (2009:345), dapat digunakan untuk

menghitung biaya unit yang terjual bila unit tersebut dapat dikenali dengan

pembelian tertentu. Metode ini tidak praktis kecuali tiap unit dapat dikenali secara

akurat. Akan tetapi, untuk banyak perusahaan unit yang identik tidak dapat

dikenali secara terpisah antara unit mana saja yang telah dijual dan unit mana saja


(21)

2. Metode FIFO (First In First Out)

Menurut Reeve dan Warren (2009:345), persediaan akhir berasal dari

biaya paling akhir, yaitu barang-barang yang dibeli paling akhir. Kebanyakan

perusahaan menjual barang berdasarkan urutan yang sama dengan saat barang

dibeli, terutama dilakukan untuk barang yang tidak tahan lama dan barang yang

modelnya sering berubah. Dalam metode FIFO, biaya dimasukkan dalam harga

pokok penjualan dengan urutan yang sama saat biaya tersebut terjadi.

Menurut Kusnadi (2000:211), metode FIFO didasarkan suatu asumsi yang

menyatakan bahwa barang yang diterima dahulu dikeluarkan terlebih dahulu.

3. Metode LIFO (Last In First Out)

Menurut Reeve dan Warren (2009:346), persediaan akhir berasal dari

biaya paling awal, yaitu barang-barang yang dibeli pertama kali. Biaya unit yang

terjual merupakan biaya dari pembelian yang terakhir.

4. Metode Biaya Rata-rata (Average Cost Method)

Menurut Reeve dan Warren (2009:346), biaya persediaan per unit

merupakan rata-rata biaya pembelian. Biaya unit rata-rata untuk setiap jenis

barang dihitung setiap kali terjadi pembelian.

Menurut Kusnadi (2000:211), dalam metode ini setiap terjadi perubahan

baik kuantitas maupun harga yang disebabkan karena ada pembelian/pengeluaran


(22)

2.1.1.4 Sistem Pencatatan Persediaan

Sistem pencatatan persediaan terdiri dari:

1. Sistem persediaan periodik

Menurut Reeve dan Warren (2009:308), pada sistem persediaan periodik

pencatatan pendapatan dari penjualan dilakukan dalam cara yang sama dengan

sistem persediaan perpetual, yaitu setiap kali terjadi penjualan, tetapi harga pokok

penjualan tidak dicatat setiap kali terjadi penjualan. Akun-akun dalam sistem

persediaan periodik terdiri dari pembelian, retur dan potongan pembelian, diskon

pembelian, ongkos kirim pembelian. Dalam sistem persediaan periodik,

pembelian persediaan dicatat dalam akun pembelian dan bukan dalam akun

persediaan. Pada akhir periode, perhitungan fisik persediaan dilakukan untuk

menentukan harga pokok penjualan dan biaya persediaan.

Menurut Kusnadi (2000:178), Sistem periodik adalah suatu sistem yang

menetapkan jumlah persediaan, nilai persediaan dan harga pokok penjualan pada

akhir periode/ pada saat laporan keuangan perusahaan akan dipersiapkan.

2. Sistem persediaan perpetual

Menurut Reeve dan Warren (2009:348), sistem persediaan perpetual dalam

perusahaan dagang menghasilkan alat pengendalian persediaan yang efektif,

dimana buku besar pembantu persediaan menjaga kuantitas persediaan pada

tingkat tertentu, memungkinkan pemesanan kembali tepat pada waktunya dan

mencegah pemesanan kembali dalam jumlah yang berlebihan. Hasil perhitungan


(23)

persediaan pada awal periode akuntansi menunjukkan persediaan tersedia pada

tanggal tersebut. Pembelian dicatat dengan mendebit persediaan dan mengkredit

kas/utang usaha. Pada tanggal terjadinya penjualan, harga pokok penjualan dicatat

dengan mendebit harga pokok penjualan dan mengkredit persediaan.

Menurut Kusnadi (2000:149), Sistem terus-menerus (Perpetual System)

adalah suatu sistem yang mencatat keluar masuknya barang dagangan setiap

saat/setiap ada perubahan persediaan, baik karena adanya pembelian atau

penjualan. Dengan demikian, setiap saat jumlah kuantitas persediaan dan harga

akan selalu diketahui.

2.1.1.5 Pengertian Harga Pokok Penjualan (Cost Of Goods Sold)

Menurut Kusnadi (2000:178), jumlah persediaan awal ditambah dengan

total harga pembelian bersih selama suatu periode disebut harga pokok barang

yang siap untuk dijual (Cost Of Goods Available For Sale). Bila dari harga pokok

barang yang siap untuk dijual dikurangi persediaan akhir maka diperoleh harga

pokok barang yang dijual (Cost Of Goods Sold).

Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2006:66), harga pokok penjualan

adalah:


(24)

Menurut Ely Suhayati dan Sri Dewi (2007:59), harga pokok penjualan

(COGS) adalah:

“Sejumlah uang yang telah kita keluarkan untuk memperoleh barang yang

akan kita jual”.

Menurut Van Horne dan Wachowicz (2005:196), harga pokok penjualan

adalah:

“Biaya produk (biaya yang dapat ditelusuri) yang menjadi biaya suatu

periode hanya jika produk tersebut dijual”.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa harga

pokok penjualan adalah harga pokok produk yang sudah terjual dalam suatu

periode.

Cara menghitung harga pokok penjualan adalah persediaan barang

dagangan awal ditambah pembelian barang dagang dan biaya-biaya pembelian

barang tersebut lalu dikurangi persediaan akhir barang dagangan.

Menurut Kusnadi (2000:148), dalam menetapkan harga pokok penjualan

sering dihadapkan pada persoalan penilaian persediaan barang dagangan yang ada

sebab bila penilaian persediaan barang dagangan salah maka perhitungan laba

bersih akan salah.

Menurut Soemarso S.R (2010:410), harga pokok penjualan (HPP) dihitung


(25)

periodik, HPP dihitung setelah diadakan perhitungan secara fisik terhadap

persediaan barang dagangan yang ada.

2.1.1.6 Pengertian Perputaran Persediaan

Menurut Kieso dan Weygandt yang diterjemahkan oleh Herman Wibowo

(2008:402), rasio keuangan yang digunakan dalam pengelolaan dan evaluasi

tingkat persediaan adalah rasio perputaran persediaan. Rasio perputaran

persediaan (inventory turnover ratio), mengukur berapa kali secara rata-rata

persediaan terjual selama satu periode. Tujuannya adalah untuk mengukur

likuiditas persediaan. Persediaan rata-rata dihitung dengan menambah persediaan

awal dengan persediaan akhir lalu dibagi dua. Rasio perputaran persediaan

dihitung dengan rumus:

Harga pokok penjualan Perputaran persediaan =

Persediaan rata-rata

Menurut Soemarso S.R (2010:392), perputaran persediaan menunjukkan

berapa kali (secara rata-rata) persediaan barang dijual dan diganti selama suatu

periode. Makin tinggi perputaran persediaan makin baik bagi perusahaan.

Perputaran persediaan mengukur efisiensi pengelolaan persediaan. Inventory

turnover diperoleh dengan membagi harga pokok penjualan dengan rata-rata

persediaan. Rata-rata persediaan diperoleh dengan cara persediaan awal ditambah


(26)

Menurut Darsono dan Ashari (2009:60), menyatakan bahwa rasio

perputaran persediaan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam

mengelola persediaan atau dengan kata lain berapa kali persediaan yang ada akan

diubah menjadi penjualan. Makin tinggi rasio perputaran persediaan maka makin

cepat persediaan diubah menjadi penjualan. Rasio perputaran persediaan yang

terlalu rendah menunjukkan lambatnya penjualan.

Menurut Wild (2005:77), untuk mempertahankan tingkat penjualan

dibutuhkan persediaan. Perputaran persediaan yang rendah menunjukkan

penumpukan persediaan, persediaan yang lama terjual dan yang usang, estimasi

penjualan yang terlalu tinggi, penundaan pembelian dari pelanggan. Sebaliknya

perputaran persediaan yang terlalu tinggi menunjukkan investasi pada persediaan

yang terlalu rendah dan merupakan ancaman bagi penjualan masa depan. Menurut

Wild (2005:200), rasio perputaran persediaan (inventory turnover ratio) mengukur

kecepatan rata-rata persediaan bergerak keluar dari perusahaan. Rasio perputaran

persediaan dihitung dengan membagi harga pokok penjualan (HPP) dengan

rata-rata persediaan. Rasio perputaran persediaan memberi ukuran kualitas/likuiditas

komponen persediaan dan mengukur kemampuan perusahaan untuk menggunakan

atau melepas persediaan. Perputaran persediaan rendah berarti persediaan

bergerak lambat disebabkan keusangan, tidak terjual dan melemahnya permintaan.

Menurut Van Horne diterjemahkan oleh Heru Sutojo (2000:142), rasio

perputaran persediaan adalah:


(27)

Semakin tinggi perputaran persediaan, semakin efisien manajemen

persediaan perusahaan. Sebaliknya perputaran persediaan yang rendah merupakan

tanda dari persediaan yang berlebihan dan persediaan yang lambat peredarannya.

Menurut Hanafi dan Halim (2003:80), menyatakan bahwa perputaran

persediaan yang tinggi menandakan makin tingginya persediaan berputar dalam

satu tahun dan ini menandakan efektivitas manajemen persediaan. Sebaliknya

perputaran persediaan yang rendah menandakan tanda-tanda kurangnya

pengendalian persediaan yang efektif.

Menurut Reeve dan Warren (2009:365), terdapat dua ukuran yang dapat

digunakan untuk menganalisis keefisienan dan keefektifan perusahaan dalam

mengelola persediaan, yaitu:

1. Perputaran persediaan (inventory turnover)

Mengukur hubungan antara volume barang yang terjual dan jumlah

persediaan yang dimiliki selama periode tertentu. Secara umum, semakin besar

nilai perputaran persediaan maka semakin efektif dan efisien pengelolaan

persediaan.Rasio ini dihitung sebagai berikut:

2. Jumlah hari penjualan dalam persediaan (number of days sales in inventory)

Merupakan ukuran untuk lamanya waktu yang diperlukan untuk


(28)

rata-rata ditentukan dengan membagi harga pokok penjualan dengan 365. Secara

umum, makin rendah jumlah hari penjualan dalam persediaan berarti makin baik.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

perputaran persediaan mengukur berapa kali persediaan yang ada akan diubah

menjadi penjualan dalam suatu periode.

2.1.2 Perputaran Piutang 2.1.2.1 Pengertian Piutang

Menurut Kusnadi (2000:102), piutang didefinisikan sebagai:

“Hak untuk memperoleh uang dari penjualan barang/jasa kepada pihak

lain”.

Menurut Reeve dan Warren (2009:437), piutang usaha adalah:

“Piutang yang dihasilkan dari penjualan barang/jasa secara kredit”.

Piutang mencakup seluruh uang yang diklaim terhadap entitas lain

termasuk perorangan, perusahaan, dan organisasi lainnya. Piutang merupakan


(29)

Menurut Soemarso S.R (2010:338), menyatakan bahwa:

“Piutang dagang atau piutang usaha adalah piutang yang berasal dari

penjualan barang dan jasa yang merupakan kegiatan usaha normal

perusahaan”.

Menurut Fabozzi (2000:878), piutang merupakan:

“Uang yang diterima dari pelanggan atas barang/jasa yang telah

diterimanya”.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

piutang merupakan uang yang diterima dari pelanggan atas penjualan barang/jasa

secara kredit.

2.1.2.2 Penggolongan Piutang

Banyak perusahaan melakukan penjualan secara kredit agar dapat menjual

lebih banyak barang/jasa. Menurut Reeve dan Warren (2009:437), piutang

digolongkan menjadi:

1. Piutang usaha

Transaksi paling umum yang menghasilkan piutang adalah penjualan

barang/jasa secara kredit. Piutang dicatat sebagai debit pada akun piutang usaha

(account receivable). Piutang diharapkan dapat ditagih dalam waktu dekat


(30)

2. Wesel tagih (notes receivable)

Adalah pernyataan jumlah utang pelanggan dalam bentuk tertulis yang

formal. Bila dapat ditagih dalam waktu lima tahun, wesel tagih digolongkan

sebagai aset lancar di neraca. Wesel tagih sering digunakan untuk periode kredit

lebih dari 60 hari. Wesel tagih dapat digunakan untuk melunasi piutang

pelanggan.

3. Piutang lainnya

Dikelompokkan secara terpisah di neraca jika dapat ditagih dalam waktu

satu tahun dan digolongkan sebagai aset lancar. Jika diperkirakan tertagih lebih

dari satu tahun maka digolongkan sebagai aset tidak lancar dan dilaporkan

dibawah pos investasi.

Menurut Kusnadi (2000:102), piutang dibedakan menjadi dua menurut

sumber terjadinya yaitu:

1. Piutang dagang (Trade Accounts Receivable)

Yaitu suatu piutang yang dibentuk karena penjualan barang/jasa secara

kredit. Piutang dagang sering disebut sebagai piutang. Karena jangka waktu

pelunasan umumnya kurang dari satu tahun maka piutang dimasukkan ke dalam

kelompok aktiva lancar.

2. Piutang non dagang (Non Trade Accounts Receivable)

Yaitu semua piutang selain piutang dagang. Piutang non dagang berasal

dari berbagai transaksi seperti penjualan secara kredit atas surat-surat berharga,


(31)

2.1.2.3 Pengakuan Piutang

Menurut Kusnadi (2000:103), piutang yang berasal dari penjualan barang

dagangan akan diakui pada saat hak milik atas barang berpindah dari penjual ke

pembeli. Piutang tidak akan diakui pada saat barang dikirim tetapi hak milik

barang masih ada pada pihak penjual. Piutang yang berasal dari penjualan jasa

kepada langganan diakui saat jasa tersebut dilaksanakan. Piutang diakui sebagai

aktiva.

2.1.2.4 Penilaian Piutang

Menurut Kusnadi (2000:104), piutang yang berasal dari penjualan

barang/jasa sebaiknya dilaporkan atas nilai bersih realisasi. Hal ini berarti bahwa

piutang akan dilaporkan setelah dikurangi dengan potongan penjualan tunai atau

retur penjualan, dan selanjutnya nilai piutang akan dikurangi dengan uang yang

diperkirakan tidak akan diterima.

2.1.2.5 Metode Akuntansi untuk Piutang Tak Tertagih

Untuk transaksi penjualan barang/jasa secara kredit, sebagian pelanggan

mungkin tidak membayar utang mereka sehingga sebagian piutang menjadi tak

tertagih. Menurut Reeve dan Warren (2009:439), terdapat dua metode akuntansi

untuk piutang tak tertagih, yaitu:

1). Metode penghapusan langsung (direct write off method)

Mencatat beban piutang tak tertagih hanya pada saat suatu piutang


(32)

2). Metode penyisihan (allowance method)

Mengestimasi jumlah piutang yang tidak dapat ditagih dan mencatat beban

piutang tak tertagih berdasarkan estimasi tersebut pada tiap akhir periode

akuntansi. Metode yang digunakan dalam mengestimasi jumlah piutang tak

tertagih pada akhir periode terdiri dari: • Metode % Penjualan

Menekankan pada pemadanan beban piutang tak tertagih dengan penjualan

secara kredit terkait selama periode tersebut. Beban piutang tak tertagih dapat

diestimasi sebagai persentase dari penjualan. Estimasi yang dibuat langsung

ditambahkan ke saldo penyisihan piutang tak tertagih.

• Metode Analisis Umur Piutang

Mengestimasi jumlah piutang tak tertagih dengan melihat berapa lama

piutang tertentu belum dilunasi dengan menghitung umur piutang.

2.1.2.6 Pengertian Perputaran Piutang

Menurut Soemarso S.R (2010:393), menyatakan bahwa perputaran piutang

(receivable turnover) menunjukkan berapa kali suatu perusahaan menagih

piutangnya dalam suatu periode. Perputaran piutang menunjukkan efisiensi

perusahaan dalam mengelola piutangnya. Perputaran piutang rendah menunjukkan

efisiensi penagihan makin buruk selama periode itu karena lamanya penagihan


(33)

Menurut Reeve dan Warren (2009:457), terdapat dua ukuran keuangan

yang berguna dalam mengevaluasi efisiensi penagihan piutang, yaitu

1. Perputaran piutang usaha (account receivable turnover)

Mengukur berapa kali piutang dapat diubah menjadi kas selama tahun

berjalan. Piutang usaha rata-rata dihitung dengan menggunakan data bulanan,

dengan menambahkan saldo awal dan saldo akhir piutang usaha dan membaginya

menjadi dua.

2. Jumlah hari penjualan dalam piutang usaha (number of days sales in

receivables)

Merupakan estimasi lamanya piutang belum dibayar. Penjualan harian

rata-rata dihitung dengan membagi penjualan bersih dengan 365 hari.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

perputaran piutang adalah menunjukkan berapa kali suatu perusahaan menagih

piutangnya dan berapa kali piutang tersebut dapat diubah menjadi kas selama


(34)

2.1.3 Rentabilitas

2.1.3.1 Pengertian Rentabilitas

Menurut Soemarso S.R (2010:381), menyatakan bahwa:

“Rentabilitas (Profitability) mengukur kemampuan perusahaan

menghasilkan laba”.

Menurut Harahap (2009:305), rasio rentabilitas atau disebut juga

profitabilitas menggambarkan:

“Kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan

dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah

karyawan, jumlah cabang dan lain-lain”.

Menurut Hanafi dan Halim (2003:83), Rasio profitabilitas yaitu:

“Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan

laba/profitabilitas pada tingkat penjualan, aset dan modal saham”.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

rentabilitas mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba melalui semua

kemampuan dan sumber yang ada.

2.1.3.2 Jenis Analisis Rentabilitas


(35)

a. Profit Margin (Margin Laba)

Menurut Harahap (2009:304), profit margin (margin laba)dihitung dengan

cara membagi pendapatan bersih dengan penjualan. Profit margin menunjukkan

berapa besar presentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan.

Semakin besar profit margin maka semakin baik karena perusahaan dianggap

mampu memperoleh laba yang tinggi.

Menurut Hanafi dan Halim (2003:83), profit margin (margin laba)

menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada

tingkat penjualan tertentu. Selain itu rasio ini sebagai kemampuan perusahaan

menekan biaya-biaya di perusahaan pada periode tertentu.

Menurut Soemarso S.R (2010:398), margin laba (profit margin on sales)

mengukur berapa laba yang diperoleh untuk setiap rupiah penjualan yang

dihasilkan dan produktivitas perusahaan dalam menghasilkan laba.

b. Aset Turn Over (Perputaran total aktiva)

Menurut Harahap (2009:304), dihitung dengan cara membagi penjualan

bersih dengan total aktiva. Rasio ini menggambarkan perputaran aktiva yang

diukur dari volume penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik karena aktiva

berputar lebih cepat dan dapat memperoleh laba.

Menurut Hanafi dan Halim (2003:171), perputaran total aktiva adalah


(36)

c. Return On Assets (ROA)

Menurut Wild yang diterjemahkan oleh Yanivi S.Bachtiar (2005:72), ROA

(Return On Assets) atau pengembalian atas aktiva adalah:

“Tingkat pengembalian jika investasi modal dipandang secara terpisah dari

sumber pendanaannya yaitu total aktiva”.

Menurut Harahap (2009:304), rasio ROA menunjukkan:

“Berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai

aktiva”.

Menurut Hanafi dan Halim (2003:84), ROA yang sering disebut ROI

(Return on Investment) mengukur:

“Kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat

aset yang tertentu”.

ROA tinggi menunjukkan efisiensi manajemen aset. ROA sering

diterjemahkan sebagai rentabilitas ekonomi, digunakan untuk melihat kemampuan

perusahaan menghasilkan laba pada masa-masa mendatang. Komponen ROA

yaitu profit margin dan perputaran total aktiva.

Menurut Darsono dan Ashari (2009:57), ROA menggambarkan

kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari setiap satu rupiah

aset yang digunakan. Dengan mengetahui ROA, kita dapat menilai apakah


(37)

perusahaan untuk memperoleh pendapatan. Laba bersih adalah laba yang

diperoleh perusahaan setelah disesuaikan dengan biaya-biaya untuk mendanai aset

tersebut. Rata-rata total aktiva diperoleh dari total aktiva awal ditambah total

aktiva akhir dibagi dua.

Laba bersih ROA =

Rata-rata total aktiva

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa ROA

mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat

aset.

d. Return On Equity (ROE)

Menurut Harahap (2009:304), ROE dihitung dengan cara membagi laba

bersih dengan rata-rata modal. Rasio ini menunjukkan berapa % laba bersih yang

diperoleh bila diukur dari modal pemilik.

Menurut Hanafi dan Halim (2003:84), ROE mengukur kemampuan

perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini

merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. ROE

dihitung dengan cara membagi laba bersih dengan modal saham.

Menurut Soemarso S.R (2010:399), pengembalian modal (ROE)

menunjukkan laba yang diperoleh untuk setiap rupiah modal yang ditanam.

Menurut Darsono dan Ashari (2009:57), ROE untuk mengetahui besarnya


(38)

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa ROE

menunjukkan laba yang diperoleh untuk setiap rupiah modal yang ditanam.

2.1.4 Keterkaitan antara Variabel Penelitian

2.1.4.1 Pengaruh Perputaran Persediaan terhadap Rentabilitas

Pernyataan perputaran persediaan memiliki pengaruh terhadap rentabilitas

(ROA) didukung oleh pernyataan Fabozzi yang diterjemahkan oleh tim Salemba

Empat Jakarta (2000:878), mengatakan bahwa:

“Rasio perputaran persediaan yang rendah menunjukkan kemungkinan

adanya investasi persediaan yang terlalu tinggi bagi kapasitas penjualan

perusahaan. Hal ini akan menurunkan laba di masa yang akan datang”.

Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa perputaran persediaan

yang rendah akan menurunkan laba perusahaan. Hal ini berarti kemampuan

perusahaan memperoleh laba akan menurun atau dengan kata lain rentabilitas

perusahaan akan rendah.

Pernyataan lainnya dikemukakan oleh Brigham yang diterjemahkan oleh

Ali Akbar Yulianto (2009:97), mengatakan bahwa:

“Perputaran lebih rendah menunjukkan menyimpan terlalu banyak

persediaan. Kelebihan persediaan adalah sesuatu yang tidak produktif dan

mencerminkan investasi dengan tingkat pengembalian yang rendah”.

Maksud pernyataan ini adalah perputaran yang lebih rendah berarti


(39)

pengembalian yang rendah atau dengan kata lain mencerminkan tingkat ROA

yang rendah karena Wild yang diterjemahkan oleh Yanivi S.Bachtiar (2005:72)

mengatakan bahwa ROA adalah tingkat pengembalian jika investasi modal

dipandang terpisah dari sumber pendanaannya.

Pernyataan lain yang dapat mendukung pernyataan-pernyataan

sebelumnya dikemukakan oleh Yuli Orniati (2009), mengatakan bahwa:

“Dengan menurunnya jumlah perputaran persediaan maka akan berdampak pada jumlah persediaan dan berakibat pada menurunnya volume penjualan sehingga secara langsung akan menurunkan jumlah laba yang akan diperoleh perusahaan”.

Dari pernyataan ini, dapat disimpulkan bahwa menurunnya jumlah

perputaran persediaan akan menurunkan jumlah laba yang akan diperoleh

perusahaan. Hal ini berarti rentabilitas perusahaan menurun/rendah karena

Soemarso (2010:381) menyatakan bahwa rentabilitas mengukur kemampuan

perusahaan menghasilkan laba.

2.1.4.2 Pengaruh Perputaran Piutang terhadap Rentabilitas

Pernyataan perputaran piutang memiliki pengaruh terhadap rentabilitas

(ROA) didukung oleh pernyataan Fabozzi yang diterjemahkan oleh tim Salemba

Empat Jakarta (2000:877), mengatakan bahwa:

“Perputaran piutang yang tinggi dapat menyebabkan pengembalian atas


(40)

Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa perputaran piutang yang

tinggi dapat menyebabkan pengembalian atas aktiva yang lebih tinggi atau dengan

kata lain menyebabkan ROA yang lebih tinggi, karena Wild yang diterjemahkan

oleh Yanivi S.Bachtiar (2005:72) mengatakan bahwa ROA dapat diartikan

sebagai pengembalian atas aktiva.

Pernyataan di atas didukung oleh hasil penelitian yang dikemukakan oleh

David M.Mathuva (2010), menyimpulkan bahwa:

“There exists a highly significant negative relationship between the time it takes for firms to collect cash from their customers (account collection period) and profitability”.

Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa bila semakin banyak

waktu yang dibutuhkan untuk menagih piutang atau dengan kata lain perputaran

piutangnya lambat maka profitabilitas perusahaan menurun/rendah. Bila semakin

sedikit waktu yang dibutuhkan untuk menagih piutang atau dengan kata lain

perputaran piutangnya cepat maka profitabilitas perusahaan meningkat/tinggi.

2.1.4.3 Pengaruh Perputaran Persediaan dan Perputaran Piutang terhadap Rentabilitas

Pernyataan perputaran persediaan dan perputaran piutang memiliki

pengaruh terhadap rentabilitas (ROA), diantaranya dikemukakan oleh Rajesh dan


(41)

The inventory turnover ratio and the debtor’s turnover ratio is

significantly affecting the performance of ROI”.

Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa rasio perputaran

persediaan dan rasio perputaran piutang mempengaruhi ROI. Oleh karena Hanafi

dan Halim (2003:84) mengatakan bahwa ROA dapat disebut juga ROI, maka

dapat dikatakan bahwa rasio perputaran persediaan dan rasio perputaran piutang

mempengaruhi ROA.

Pernyataan di atas didukung oleh hasil penelitian yang dikemukakan oleh

Hasan Agan, Halil, Arzu dan Salih (2011), menyimpulkan bahwa:

A company’s return on assets is increased by shortening number of days

accounts receivable, account payable and number of days of inventory”.

Dari hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa perputaran piutang

dan perputaran persediaan yang cepat dapat meningkatkan ROA perusahaan.

Penelitian lainnya dilakukan oleh Krisna Susani (2005), dengan judul

”Pengaruh Tingkat Perputaran Kas, Piutang dan Persediaan terhadap Rentabilitas

pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) di Kabupaten Jepara Tahun

2002 – 2004”, menyimpulkan bahwa tingkat perputaran kas, piutang dan

persediaan berpengaruh secara signifikan terhadap rentabilitas ekonomi KPRI di

Kabupaten Jepara sebesar 76,9% serta tingkat perputaran kas, piutang dan

persediaan baik secara parsial maupun simultan berpengaruh terhadap rentabilitas


(42)

2.2 Kerangka Pemikiran

PT.Suryaputra Sarana Bandung merupakan salah satu dealer Mitsubishi

resmi PT.Krama Yudha Tiga Berlian Motor untuk daerah Bandung dan

sekitarnya. PT.Suryaputra Sarana Bandung memiliki tiga divisi, yaitu divisi

sparepart (suku cadang), divisi bengkel serta divisi showroom/penjualan mobil.

PT.Suryaputra Sarana Bandung divisi sparepart (suku cadang) termasuk

perusahaan dagang. Menurut Warren, Reeve dan Fess (2008:3), menyatakan

bahwa:

“Perusahaan dagang menjual produk kepada pelanggan namun tidak

memproduksi barangnya sendiri melainkan membelinya dari perusahaan

lain”.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa PT.Suryaputra Sarana

Bandung divisi sparepart (suku cadang) menjual produk yaitu sparepart (suku

cadang) kepada pelanggan dengan membelinya dari perusahaan lain dan tidak

memproduksinya sendiri.

PT.Suryaputra Sarana Bandung divisi sparepart (suku cadang) pun

melakukan pembelian barang dagangan secara rutin agar selalu tersedia barang

dagangan untuk dijual. Sebelum melakukan kegiatan pembelian barang

dagangannya, PT.Suryaputra Sarana Bandung divisi sparepart (suku cadang)

selalu memeriksa jumlah persediaan barang dagangan yang dimilikinya agar

jumlah barang dagangan yang tersedia tidak terlalu banyak maupun terlalu sedikit.


(43)

yang banyak memang dapat memenuhi pesanan pelanggan dengan cepat tapi ada

biaya gudang yang meliputi biaya penyimpanan dan penanganan persediaan yang

perlu diperhatikan.

Menurut Kieso dan Weygandt yang diterjemahkan oleh Herman Wibowo

(2008:402), pengertian dari persediaan (inventory) adalah:

“Pos-pos aktiva yang dimiliki oleh perusahaan untuk dijual dalam operasi

bisnis normal atau barang yang akan digunakan/dikonsumsi dalam

membuat barang yang akan dijual”.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa persediaan termasuk aktiva

yang dimiliki perusahaan untuk dijual dalam bisnis normal perusahaan sehingga

perlu diperhatikan jumlahnya saat perusahaan melakukan kegiatan pembelian

barang dagangan.

Di dalam persediaan barang dagangan yang akan dijual oleh perusahaan

melekat biaya-biaya. Jumlah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam menghasilkan

barang/jasa yang akan dijualnya disebut sebagai harga pokok penjualan (HPP).

Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2006:66), harga pokok penjualan adalah:

“Harga pokok produk yang sudah terjual dalam periode waktu berjalan”.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa harga pokok penjualan (HPP)

merupakan jumlah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam menghasilkan suatu


(44)

PT.Suryaputra Sarana Bandung divisi sparepart (suku cadang) melakukan

penjualan barang secara tunai maupun kredit. Sembilan puluh persen (90%)

penjualan dilakukan secara kredit dengan syarat penjualan kredit yang diberikan

kepada pelanggan baik toko-toko, perusahaan maupun orang pribadi adalah satu

bulan.

Saat penjualan meningkat maka persediaan barang dagangan yang dimiliki

perusahaan akan berkurang dan perusahaan perlu membeli kembali barang

dagangan untuk menambah persediaan barang dagangannya agar aktivitas

perusahaan terus berlanjut dan laba yang diperoleh perusahaan meningkat. Siklus

dimana perusahaan menjual persediaan barang dagangan yang dimilikinya lalu

membeli kembali barang dagangan untuk menambah persediaan barang dagangan

yang akan dijual dinamakan siklus perputaran persediaan.

Menurut Soemarso S.R (2010:392), perputaran persediaan menunjukkan:

“Berapa kali (secara rata-rata) persediaan barang dijual dan diganti selama

suatu periode”.

Sedangkan menurut Darsono dan Ashari (2009:60), mengatakan bahwa:

“Rasio perputaran persediaan adalah untuk mengetahui kemampuan

perusahaan dalam mengelola persediaan atau dengan kata lain berapa kali


(45)

Dari kedua pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa perusahaan dapat

mengetahui berapa kali secara rata-rata persediaan barang dagangannya diubah

menjadi penjualan dengan menghitung perputaran persediaan perusahaannya.

Perputaran persediaan PT.Suryaputra Sarana Bandung divisi sparepart

yang terlalu lambat menunjukkan rendahnya penjualan. Bila perputaran

persediaannya cepat maka akan baik bagi perusahaan. Makin cepat perputaran

persediaan PT.Suryaputra Sarana Bandung divisi sparepart maka makin cepat

persediaan barang dagangan diubah menjadi penjualan atau dengan kata lain

tingkat penjualan tinggi. Saat tingkat penjualan tinggi maka kemungkinan laba

yang dihasilkan perusahaan akan semakin besar. Bila laba yang dihasilkan

perusahaan semakin besar maka dapat dikatakan rentabilitas (ROA) perusahaan

meningkat.

Menurut Warren, Reeve dan Fess (2008:2), laba/profit adalah:

”Selisih antara jumlah yang diterima dari pelanggan atas barang atau jasa

yang dihasilkan dengan jumlah yang dikeluarkan untuk membeli sumber

daya alam dalam menghasilkan barang atau jasa tersebut”.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perputaran persediaan

perusahaan berpengaruh terhadap rentabilitas (ROA) perusahaan.

Hal ini sejalan dengan pernyataan Fabozzi yang diterjemahkan oleh tim


(46)

“Rasio perputaran persediaan yang rendah menunjukkan kemungkinan

adanya investasi persediaan yang terlalu tinggi bagi kapasitas penjualan

perusahaan. Hal ini akan menurunkan laba di masa yang akan datang”.

Hal ini diperkuat dengan penelitian sebelumnya yang dikemukakan oleh

Yuli Orniati (2009), mengatakan bahwa:

“Dengan menurunnya jumlah perputaran persediaan maka akan berdampak pada jumlah persediaan dan berakibat pada menurunnya volume penjualan sehingga secara langsung akan menurunkan jumlah laba yang akan diperoleh perusahaan”.

Selain itu diperkuat juga oleh penelitian lainnya yang dikemukakan oleh

Dharmendra S.Mistry (2011), mengatakan bahwa:

The change in Total Assets, Inventory Turnover Ratio and Operating

Expenses Ratio causes increase in profitability”.

Saat penjualan secara tunai PT.Suryaputra Sarana Bandung divisi

sparepart meningkat maka jumlah kas yang diterima PT.Suryaputra Sarana

Bandung divisi sparepart pun meningkat. Sedangkan saat penjualan secara kredit

PT.Suryaputra Sarana Bandung divisi sparepart meningkat maka jumlah piutang

yang dimiliki PT.Suryaputra Sarana Bandung divisi sparepart pun meningkat.

Hal ini sejalan dengan pernyataan Reeve dan Warren (2009:437),

mengatakan bahwa:


(47)

Saat jumlah piutang meningkat maka risiko piutang tak tertagih pun

meningkat sehingga untuk mengurangi risiko piutang tak tertagih maka

perusahaan perlu mengetahui jumlah piutangnya yang belum diubah menjadi kas.

Untuk mengetahui jumlah piutangnya yang belum diubah menjadi kas,

perusahaan perlu mengetahui terlebih dulu jumlah piutangnya yang telah diubah

menjadi kas dengan menghitung perputaran piutangnya.

Hal ini sejalan dengan pernyataan menurut Reeve dan Warren (2009:457),

menyatakan bahwa:

“Perputaran piutang usaha (account receivable turnover) mengukur berapa

kali piutang dapat diubah menjadi kas selama tahun berjalan”.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa semakin cepat perputaran

piutang perusahaan maka semakin cepat piutang yang dimiliki oleh perusahaan

diubah menjadi kas sehingga perusahaan semakin cepat mendapatkan laba yang

dihasilkan dari penjualan barang dagangannya.

Semakin tinggi penjualan kredit yang terjadi maka semakin banyak

piutang yang dimiliki perusahaan dan bila perputaran piutangnya cepat maka

kemungkinan laba yang diperoleh perusahaan semakin besar. Bila laba yang

diperoleh perusahaan semakin besar maka rentabilitas perusahaan dapat dikatakan

tinggi atau dengan kata lain kemampuan perusahaan memperoleh laba tinggi. Hal

ini berarti perputaran piutang perusahaan berpengaruh terhadap rentabilitas


(48)

Hal ini sejalan dengan pernyataan Fabozzi yang diterjemahkan oleh tim

Salemba Empat Jakarta (2000:877), mengatakan bahwa:

“Perputaran piutang yang tinggi dapat menyebabkan pengembalian atas

aktiva yang lebih tinggi”.

Pernyataan-pernyataan di atas diperkuat oleh hasil penelitian sebelumnya

yang dikemukakan oleh David M.Mathuva (2010), yang mengatakan bahwa:

“There exists a highly significant negative relationship between the time it takes for firms to collect cash from their customers (account collection period) and profitability”.

Berdasarkan uraian-uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perputaran

persediaan dan perputaran piutang berpengaruh terhadap rentabilitas (ROA).

Analisis rentabilitas yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah

ROA (Return on Assets). Alasan peneliti menggunakan ROA untuk mengukur

rentabilitas (kemampuan perusahaan menghasilkan laba) adalah karena dengan

ROA, perusahaan dapat mengukur kemampuannya menghasilkan laba dari

aktiva-aktivanya yang telah dikelola dengan efisien. Aktiva-aktiva perusahaan yang telah

dikelola dengan efisien dapat diketahui perusahaan dengan melihat perputaran

aktiva-aktivanya. Oleh karena perputaran persediaan dan perputaran piutang yang

merupakan variabel-variabel independen penelitian ini, termasuk perputaran

aktiva maka ROAlah yang sesuai untuk digunakan dalam mengukur kemampuan


(49)

Hal ini sejalan dengan pernyataan Darsono dan Ashari (2009:57),

mengatakan bahwa:

“ROA menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan

keuntungan dari setiap satu rupiah aset yang digunakan”.

Beberapa penelitian sebelumnya yang mendukung pernyataan dari

penelitian ini, yaitu perputaran persediaan dan perputaran piutang berpengaruh

terhadap rentabilitas (ROA), diantaranya dikemukakan oleh Rajesh dan Ramana

Reddy (2011), menyimpulkan bahwa:

The inventory turnover ratio and the debtor’s turnover ratio is

significantly affecting the performance of ROI”.

Hasil penelitian lain yang mendukung adalah yang dikemukakan oleh

Hasan Agan, Halil, Arzu dan Salih (2011), menyimpulkan bahwa:

A company’s return on assets is increased by shortening number of days

accounts receivable, account payable and number of days of inventory”.

Berdasarkan uraian kerangka pemikiran di atas, maka bagan kerangka


(50)

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Dari kerangka pemikiran di atas, maka dapat dibuat paradigma penelitian.

Menurut Sugiyono (2010:42), paradigma penelitian dapat diartikan sebagai:

“Pola pikir yang menunjukkan hubungan antara variabel yang akan diteliti yang sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis, jenis dan jumlah hipotesis, dan teknik analisis statistik yang akan digunakan”.

Paradigma penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.2 Paradigma Penelitian


(51)

2.3 Hipotesis

Menurut Sugiyono (2010:64), hipotesis merupakan:

”Jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data”.

Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian

merupakan jawaban yang bersifat sementara terhadap rumusan masalah penelitian

karena belum didasarkan pada fakta-fakta empiris.

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, peneliti mencoba merumuskan

hipotesis yang merupakan kesimpulan sementara dari penelitian ini sebagai

berikut:

“Perputaran persediaan dan perputaran piutang berpengaruh terhadap

rentabilitas, baik secara simultan maupun parsial pada PT.Suryaputra


(52)

47 3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan sasaran untuk mendapatkan tujuan tertentu

mengenai suatu hal yang akan dibuktikan secara objektif.

Menurut Husein Umar sebagaimana dikutip oleh Umi Narimawati

(2010:29) bahwa:

“Objek penelitian menjelaskan tentang apa, siapa yang menjadi objek

penelitian, dimana serta kapan penelitian dilakukan”.

Menurut Sugiyono (2005:32), objek penelitian mempunyai pengertian

sebagai berikut:

“Objek penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,

objek atau kegiatan yang mempunyai variabel tertentu yang ditetapkan

untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan”.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa objek penelitian

merupakan sasaran yang ingin dicapai oleh peneliti untuk mendapatkan data

dengan tujuan dan kegunaan tertentu tentang suatu hal.

Dalam penelitian ini, objek penelitiannya yaitu perputaran persediaan,

perputaran piutang dan rentabilitas pada PT.Suryaputra Sarana Bandung Divisi


(53)

3.2 Metode Penelitian

Menurut Sugiyono (2010:2), mengatakan bahwa:

“Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa merupakan cara

pemecahan masalah penelitian yang dilaksanakan secara terencana dan cermat

dengan maksud mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode

penelitian juga merupakan cara kerja untuk memahami dan mendalami objek yang

menjadi sasaran.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan

verifikatif. Menurut Sugiyono sebagaimana dikutip oleh Umi Narimawati

(2010:29), bahwa:

“Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan

atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk

membuat kesimpulan yang lebih luas”.

Sedangkan metode verifikatif menurut Mashuri sebagaimana dikutip oleh

Umi Narimawati (2010:29), bahwa:

“Metode verifikatif yaitu memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan”.


(54)

Alasan peneliti menggunakan metode deskriptif dan metode verifikatif

adalah karena metode deskriptif untuk menjawab rumusan masalah (1) – (3),

mengenai bagaimana perputaran persediaan pada PT.Suryaputra Sarana divisi

sparepart, bagaimana perputaran piutang pada PT.Suryaputra Sarana divisi

sparepart, serta bagaimana rentabilitas pada PT.Suryaputra Sarana divisi

sparepart. Sedangkan metode verifikatif untuk menjawab rumusan masalah (4),

mengenai seberapa besar pengaruh perputaran persediaan dan perputaran piutang

secara simultan maupun parsial terhadap rentabilitas pada PT.Suryaputra Sarana

divisi sparepart.

3.2.1 Desain Penelitian

Dalam melakukan suatu penelitian sangat perlu dilakukan perencanaan dan

perancangan penelitian agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan

baik dan sistematis.

Menurut Moh. Nazir (2005:84), desain penelitian adalah:

“Semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan

penelitian.”

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

desain penelitian merupakan keseluruhan proses penelitian yang perlu dilakukan


(55)

Langkah-langkah desain penelitian menurut Umi Narimawati (2010:30)

adalah:

1) Menetapkan permasalahan sebagai indikasi dari fenomena penelitian.

Selanjutnya menetapkan judul penelitian;

2) Mengidentifikasikan permasalahan yang terjadi;

3) Menetapkan rumusan masalah;

4) Menetapkan tujuan penelitian;

5) Menetapkan hipotesis penelitian, berdasarkan fenomena dan dukungan teori;

6) Menetapkan konsep variabel sekaligus pengukuran variabel penelitian yang

digunakan;

7) Menetapkan sumber data, teknik penentuan sampel, dan teknik pengumpulan

data;

8) Melakukan analisis data;

9) Melakukan pelaporan hasil penelitian.

Berdasarkan penjelasan langkah-langkah desain penelitian di atas, maka

dapat digambarkan desain penelitian dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1) Menetapkan permasalahan yang terjadi di PT.Suryaputra Sarana Bandung

divisi sparepart mengenai rentabilitas perusahaan, perputaran persediaan dan

perputaran piutang. Selanjutnya menetapkan judul penelitian yaitu Analisis

Pengaruh Perputaran Persediaan dan Perputaran Piutang terhadap Rentabilitas


(56)

2) Mengidentifikasikan permasalahan yang terjadi;

3) Menetapkan rumusan masalah,yaitu sebagai berikut:

a. Bagaimana perputaran persediaan pada PT.Suryaputra Sarana Bandung

divisi sparepart.

b. Bagaimana perputaran piutang pada PT.Suryaputra Sarana Bandung divisi

sparepart.

c. Bagaimana rentabilitas pada PT.Suryaputra Sarana Bandung divisi

sparepart.

d. Seberapa besar pengaruh perputaran persediaan dan perputaran piutang

secara simultan maupun parsial terhadap rentabilitas pada PT.Suryaputra

Sarana Bandung divisi sparepart.

4) Menetapkan tujuan penelitian,yaitu sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui perputaran persediaan pada PT.Suryaputra Sarana

Bandung divisi sparepart.

b. Untuk mengetahui perputaran piutang pada PT.Suryaputra Sarana Bandung

divisi sparepart.

c. Untuk mengetahui rentabilitas pada PT.Suryaputra Sarana Bandung divisi

sparepart.

d. Untuk menganalisis besarnya pengaruh perputaran persediaan dan

perputaran piutang secara simultan maupun parsial terhadap rentabilitas


(57)

5) Menetapkan hipotesis penelitian, yaitu perputaran persediaan dan perputaran

piutang berpengaruh, baik secara simultan maupun parsial terhadap rentabilitas

pada PT.Suryaputra Sarana Bandung divisi sparepart

6) Menetapkan konsep variabel perputaran persediaan, perputaran piutang dan

rentabilitas. Selanjutnya menetapkan pengukuran variabel penelitian yang

digunakan;

7) Menetapkan sumber data, yaitu sumber data sekunder. Menetapkan teknik

penentuan sampel, yaitu nonprobability sampling- sampling purposive. Lalu

menetapkan teknik pengumpulan data,yaitu penelitian lapangan (observasi,

wawancara dan dokumentasi) dan penelitian kepustakaan;

8) Melakukan analisis data dengan menggunakan metode deskriptif dan metode

verifikatif pendekatan kuantitatif;

9) Melakukan pelaporan hasil penelitian;

3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Menurut Sugiyono (2010: 38), variabel penelitian pada dasarnya adalah:

“Segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut

kemudian ditarik kesimpulannya”.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa variabel


(58)

yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Berdasarkan judul yang diambil oleh peneliti yaitu “Analisis Pengaruh Perputaran Persediaan dan Perputaran Piutang terhadap Rentabilitas pada PT.Suryaputra Sarana Bandung Divisi Sparepart”, maka dapat dioperasionalisasikan sbb:

1. Variabel Independen/Variabel Bebas (Variabel X1), yaitu perputaran

persediaan

2. Variabel Independen/Variabel Bebas (Variabel X2), yaitu perputaran piutang

3. Variabel Dependen/Variabel Terikat (Variabel Y), yaitu rentabilitas

Sugiyono (2010:39), mendefinisikan variabel bebas dan variabel terikat

sebagai berikut:

“Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Sedangkan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas”.

Berdasarkan pengertian di atas, maka operasionalisasi variabel diperlukan

untuk menentukan jenis, indikator, serta skala dari variabel-variabel yang terkait

dalam penelitian sehingga pengujian hipotesis dengan alat bantu statistik dapat

dilakukan secara benar.

Dalam operasionalisasi variabel ini semua variabel menggunakan skala

rasio. Menurut Sarwono (2006:95), menyatakan bahwa:

“Skala pengukuran ratio mempunyai semua karakteristik yang dipunyai oleh skala nominal, ordinal dan interval, dengan kelebihan skala ini mempunyai nilai 0 (nol) empiris absolut. Nilai absolut nol tersebut terjadi pada saat ketidakhadirannya suatu karakteristik yang sedang diukur”.


(59)

Untuk lebih jelasnya operasionalisasi variabel X1, X2 dan variabel Y

dapat dilihat pada Tabel 3.1 di bawah ini, sebagai berikut:

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep Variabel Indikator Skala

Perputaran

Persediaan

(Variabel X1)

“Rasio keuangan untuk

mengukur berapa kali secara

rata-rata persediaan terjual

selama satu periode”.

Kieso dan Weygandt (2008:485)

Perputaran persediaan

= COGS

Persediaan Rata-rata

Sumber:

Kieso dan Weygandt (2008:485)

Rasio

Perputaran Piutang (Variabel X2)

“Ukuran keuangan untuk

mengukur berapa kali

piutang dapat diubah menjadi

kas selama tahun berjalan”.

Reeve dan Warren (2009:457)

Perputaran piutang

= Penjualan bersih Piutang Rata-rata

Sumber:

Reeve dan Warren (2009:457) Rasio Rentabilitas (Variabel Y) “Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan

keuntungan dari setiap satu

rupiah aset yang digunakan”.

Darsono dan Ashari (2009:57)

ROA

= Laba bersih Rata-rata total aktiva

Sumber:

Darsono dan Ashari (2009:57)


(60)

3.2.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data 3.2.3.1 Sumber Data

Sumber data yang digunakan peneliti dalam penelitian mengenai analisis

pengaruh perputaran persediaan dan perputaran piutang terhadap rentabilitas

adalah sumber data sekunder.

Menurut Sugiyono (2010:137), sumber sekunder merupakan:

“Sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data,

misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen”.

Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah data-data yang diperoleh

oleh peneliti secara tidak langsung dari PT.Suryaputra Sarana Bandung, dimana

data-data yang diperoleh tersebut berupa data primer yang telah diolah lebih

lanjut, disajikan oleh pihak perusahaan dan dipublikasikan untuk pihak-pihak

yang berkepentingan. Data sekunder berupa laporan laba rugi dan laporan neraca

bulan Juli 2008 sampai bulan Desember 2010.

3.2.3.2 Teknik Penentuan Data

Adapun teknik penentuan data terbagi menjadi dua bagian, yaitu populasi

dan sampel. Pengertian dari populasi dan sampel itu sendiri adalah sebagai


(61)

1. Populasi

Pengertian populasi menurut Sugiyono(2010:80) adalah sebagai berikut:

“Wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Berdasarkan pengertian di atas, populasi adalah sekumpulan obyek atau

subyek yang berada pada suatu wilayah dengan kualitas dan karakteristik tertentu

yang berkaitan dengan penelitian.

Populasi dalam penelitian ini adalah laporan laba rugi dan laporan neraca

PT.Suryaputra Sarana Bandung bulan Januari 2005 sampai bulan Desember 2010.

2. Sampel

Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang

ada pada populasi maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari

populasi itu. Sampel yang diambil dari populasi harus benar-benar

representatif/mewakili.

Menurut Sugiyono (2010:81), mengemukakan bahwa:

“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh


(62)

Terdapat berbagai teknik sampling yang dapat digunakan. Teknik

sampling/teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini yaitu

nonprobability sampling.

Menurut Sugiyono (2010:84), menjelaskan bahwa:

Nonprobability sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak

memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota

populasi untuk dipilih menjadi sampel”.

Nonprobability sampling yang digunakan peneliti dalam penelitian ini

yaitu sampling purposive. Menurut Sugiyono (2010:85), menjelaskan bahwa:

Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu”.

Penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

1). Data yang digunakan adalah laporan neraca dan laporan laba rugi selama 30

bulan dari bulan Juli 2008 sampai bulan Desember 2010.

2). Data yang digunakan adalah 30 bulan dari bulan Juli 2008 sampai bulan

Desember 2010 karena pada periode waktu tersebut terdapat fenomena

penelitian ini, yaitu terjadi penurunan rentabilitas (ROA) disaat perputaran

persediaan dan perputaran piutangnya meningkat/tinggi, sehingga menarik

untuk dilakukan penelitian.


(63)

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Penelitian Lapangan (Field Research)

Yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung di perusahaan yang

menjadi objek penelitian untuk mendapatkan data primer dan data sekunder. Data

primer diperoleh melalui teknik-teknik sebagai berikut:

a. Observasi (Pengamatan lansung)

Data diperoleh melalui pengalaman langsung, melihat/mengamati secara

langsung sehingga peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang/tidak diamati orang

lain. Dalam hal ini peneliti melakukan pengamatan secara langsung ke

PT.Suryaputra Sarana Bandung untuk memperoleh data yang diperlukan.

b. Interview (Wawancara)

Teknik pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab langsung

kepada pihak-pihak yang terkait dengan masalah yang diteliti. Dalam hal ini

peneliti melakukan wawancara/tanya jawab kepada kepala akuntansi dan pajak,

part head, administrasi sparepart dan staf piutang.

Sedangkan data sekunder diperoleh melalui teknik-teknik sebagai berikut:

c. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan cara mengumpulkan data yang


(64)

dimiliki perusahaan. Dalam penelitian ini, data yang dikumpulkan adalah laporan

neraca dan laporan rugi laba.

2. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian ini dilakukan melalui studi kepustakaan atau studi literatur

dengan cara mempelajari, meneliti serta mengkaji literatur berupa buku-buku (text

book), jurnal akuntansi, artikel, situs web, catatan kuliah, penelitian-penelitian

sebelumnya yang memiliki hubungan dengan masalah yang diteliti serta tulisan

lain yang berhubungan dengan penelitian. Penelitian kepustakaan dilakukan

sebagai usaha guna memperoleh data yang bersifat teori sebagai pembanding

dengan data penelitian yang diperoleh.

3.2.5 Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis 3.2.5.1 Rancangan Analisis

Rancangan analisis adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis

data yang telah diperoleh dari hasil observasi lapangan dan dokumentasi dengan

cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,

melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang lebih penting

dan yang akan dipelajari, serta membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami

oleh diri sendiri maupun orang lain. Peneliti melakukan analisis terhadap data


(65)

Menurut Sugiyono (2010:8), metode penelitian kuantitatif dapat diartikan

sebagai berikut:

“Metode penelitian yang berlandaskan pada sampel filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan”.

Menurut Sugiyono (2010:31), analisis kuantitatif adalah sebagai berikut:

“Dalam penelitian kuantitatif analisis data menggunakan statistik. Statistik yang digunakan dapat berupa statistik deskriptif dan inferensial/induktif. Statistik inferensial dapat berupa statistik parametris dan statistik nonparametris. Peneliti menggunakan statistik inferensial bila penelitian dilakukan pada sampel yang dilakukan secara random. Data hasil analisis selanjutnya disajikan dan diberikan pembahasan. Penyajian data dapat berupa tabel, tabel distribusi frekuensi, grafik garis, grafik batang, piechart

(diagram lingkaran), dan pictogram. Pembahasan hasil penelitian merupakan penjelasan yang mendalam dan interpretasi terhadap data-data yang telah disajikan”.

Adapun langkah-langkah analisis kuantitatif yang diuraikan di atas adalah sebagai berikut:

1. Analisis Regresi Linier Berganda

Menurut Burhan (2009:221), pengertian analisis regresi adalah:

“Analisis regresi adalah analisis persamaan garis yang diperoleh berdasarkan perhitungan-perhitungan statistika. Umumnya disebut model untuk mengetahui bagaimana perbedaan sebuah variabel mempengaruhi variabel lain”.

Menurut Sugiyono (2004:149), menyatakan bahwa:

“Analisis linier regresi digunakan untuk melakukan prediksi bagaimana

perubahan nilai variabel dependen bila nilai variabel independen dinaikkan


(1)

124

3. Rentabilitas (ROA) pada PT.Suryaputra Sarana divisi sparepart periode Juli 2008 – Desember 2010 berfluktuasi. Rentabilitas (ROA) tertinggi terjadi pada bulan Juli 2008 dan terendah terjadi pada bulan September 2010. Penurunan rentabilitas (ROA) disebabkan oleh menurunnya volume penjualan, laba bersih, perputaran persediaan dan perputaran piutang perusahaan, serta meningkatnya jumlah persediaan dan jumlah piutang perusahaan. Penurunan rentabilitas (ROA) dapat mengakibatkan perusahaan kesulitan dalam memperoleh kredit/modal baru.

4. Perputaran persediaan dan perputaran piutang berpengaruh terhadap rentabilitas, baik secara simultan maupun parsial pada PT.Suryaputra Sarana Bandung divisi sparepart.

5.2 Saran

Saran yang dapat dijadikan masukan dan kritik dari peneliti kepada pihak PT.Suryaputra Sarana Bandung divisi sparepart, yaitu:

1. Sebaiknya perusahaan mengelola persediaannya dengan lebih efektif dan efisien dengan cara menyimpan barang di gudang berdasarkan jenis dan kode barang, memeriksa jumlah persediaan yang dimiliki secara rutin dan melakukan pembelian barang kembali sebelum barang habis. Selain itu, sebaiknya perusahaan juga terus meningkatkan jumlah penjualan

sparepartnya dengan cara memberikan diskon penjualan dan garansi produk. 2. Sebaiknya perusahaan terus meningkatkan efisiensi penagihan piutangnya


(2)

125

dan melakukan kontra bon satu minggu sebelum dilakukan penagihan sehingga penagihan piutang dapat dilakukan dengan lebih cepat.

3. Sebaiknya perusahaan terus meningkatkan laba bersihnya dengan cara meningkatkan jumlah penjualan, perputaran persediaan dan perputaran piutangnya.


(3)

126

DAFTAR PUSTAKA

Andi Supangat. 2006. Statistika untuk Ekonomi dan Bisnis. Bandung: Pustaka.

Bastian Bustami, dan Nurlela. 2006. Akuntansi Biaya:Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Bhuono Agung Nugroho. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian Dengan SPSS. Yogyakarta: Andi.

Brigham, and Houston (terjemahan Ali Akbar Yulianto). 2009. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.

Burhan Bungin. 2009. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana. Darsono, Ashari. 2009. Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan.

Yogyakarta: Andi.

David M. Mathuva. 2010. The Influence of Working Capital Management Components on Corporate Profitability: A Survey on Kenyan Listed Firms.

Research Journal of Business Management, 4 (1).

Dharmendra S. Mistry. 2011. Determinants of Profitability of Indian Cement Industry.Asia Pasific Journal of Research in Business Management, 2 (3).

Duwi Priyatno. 2009. SPSS untuk Analisis Korelasi, Regresi dan Multivariate. Yogyakarta: Gaya Media.

Eddy Soeryanto Soegoto. 2009. Entrepreneurship Menjadi Pebisnis Ulung. Jakarta: PT.Elex Media Komputindo.

Ely Suhayati, dan Sri Dewi. 2007. Pengantar Akuntansi I. Bandung: UNIKOM. Ely Suhayati, dan Sri Dewi. 2008. Pengantar Akuntansi II. Bandung: UNIKOM. Fabozzi, Frank J (terjemahan tim Salemba Empat). 2000. Manajemen Investasi.

Jakarta: Salemba Empat.

Hanafi, Mamduh.M., dan Halim, Abdul. 2003. Analisis Laporan Keuangan (Revisi). Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Harahap, Sofyan Syafri. 2009. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada.


(4)

127

Hasan Agan, Halil, Arzu, and Salih. 2011. The Relationship between Working Capital Management and Profitability: Evidence from an Emerging Market. Internasional research Journal of Finance and Economics. p.62. IAI. 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.

Jusuf, Al.Haryono. 2003. Dasar-Dasar Akuntansi. Yogyakarta: UGM STIE YKPN.

Kieso, Donald.E., and Weygandt, Jerry.J (terjemahan Herman Wibowo). 2008.

Akuntansi Intermediate. Jakarta: Erlangga.

Krisna Susani. 2005. Pengaruh Tingkat Perputaran Kas, Piutang Dan Persediaan Terhadap Rentabilitas Pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Di Kabupaten Jepara Tahun 2002 – 2004. Skripsi. Program Sarjana Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.

Kusnadi, Siti Maria, dan Ririn Irmadariyani. 2000. Akuntansi Keuangan Menengah (Intermediate). Malang: Universitas Brawijaya.

Rajesh, M., and Ramana Reddy, N.R.V. 2011. Impact of Working Capital Management on Firm’s Profitability. Global Journal of Finance and Management, 3 (1), 151-158.

Reeve, James.M., Warren, Carl.S., and Duchac, Jonathan.E (terjemahan Damayanti Dian). 2009. Pengantar Akuntansi (Adaptasi Indonesia). Jakarta: Salemba Empat.

Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Soemarso S.R. 2004. Akuntansi Suatu Pengantar (Revisi). Jakarta: Salemba Empat.

Soemarso S.R. 2010. Akuntansi Suatu Pengantar (Revisi). Jakarta: Salemba Empat.

Stice, Earl.K., Stice, James.D., and Skousen, K.Fred. 2004. Intermediate Accounting (Akuntansi Intermediate). Jakarta: Salemba Empat.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.


(5)

128

Umi Narimawati. 2007. Riset Manajemen Sumber Daya Manusia: Aplikasi Contoh dan Perhitungannya. Jakarta: Agung Media.

Umi Narimawati. 2010. Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta: Genesis Press.

Van Horne, James.C., and Wachowicz, John M (terjemahan Dewi Fitriasari dan Arnos Kwary). 2005. Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.

Warren, Carl.S., Reeve, James.M., and Fess, Philip.E (terjemahan Aria Farahmita). 2008. Pengantar Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.

Wild, John.J (Terjemahan Yanivi S.Bachtiar). 2005. Financial Statement Analysis (Analisis Laporan Keuangan). Jakarta: Salemba Empat.

Yuli Orniati. 2009. Laporan Keuangan sebagai Alat untuk Menilai Kinerja Keuangan. Jurnal Ekonomi Bisnis, 14 (3).


(6)

129

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama: Juliana Ika Santosa

Tempat/Tgl.Lahir: Bandung, 10 Juli 1983 Alamat: Jl. Jenderal Sudirman 358/86, Bandung Jenis Kelamin: Perempuan

Agama: Kristen

Status: Belum Menikah No.HP: 085793132500

E-mail: sky_jul14n4@yahoo.com Anak Ke: 1

Status Dalam Keluarga: Anak Kandung Pendidikan Formal:

• SD GRACIA II BANDUNG (1989 – 1995)

• SMP GRACIA III BANDUNG (1995 – 1998)

• SMA BINA BAKTI II BANDUNG (1998 – 2001)

• UNIKOM BANDUNG (2007 – Sekarang)

Pendidikan Non Formal:

• Kursus Bahasa Mandarin “Cahaya Harapan” Bandung (2003 – 2005)

• Kursus Bahasa Inggris “Harvard” Bandung (2002)