50
6. Tahap Penyusunan
Pada  tahap  ini  melakukan  penyusunan  penulisan  hingga  pada  akhirnya dapat  dievaluasi  sebagai  bahan  akhir  studi  penelitian.  Tahap-tahap  yang  dilalui
tentunya  memerlukan  waktu  untuk  pelaksanaannya,  hingga  penelitian  tersebut sesuai  dengan  keinginan  dan  terlaksana  dengan  waktu  yang  ditentukan.  Dengan
demikian waktu penelitan dapat dilihat pada lampiran.
D. Pengolahan dan Interpretasi Data
Untuk analisis
data peneliti
melakukan secara
simultan dan
berkesinambungan,  hal  ini  dilakukan  untuk  menghindari  data  yang  menumpuk. Setiap  selesai  melaksanakan  observasi  atau  wawancara  pertama,  peneliti  segera
menganalisis  data  lapangan  secara  konsisten  dengan  merujuk  pada  pertanyaan penelitian  Gunara,  2008.  Dalam  pengumpulan  data  Alwasilah  2006
menyebutnya  sebagai  memo,  penting  dilakukan  untuk  menulis  hasil  setiap tahapan observasi atau wawancara yang dilakukan. Strategi ini peneliti ambil agar
setiap  tahapan  pengumpulan  data  terpandu  oleh  fokus  yang  jelas,  sehingga observasi dan wawancara selanjutnya semakin terfokus, menyempit dan menukik.
Pada  tahap  penerapan  semua  data  dikumpulkan  dengan pembagian  file-file berdasarkan  waktu  pengumpulannya,  seperti  pada  tahap  awal  survei  untuk  satu
file  dengan  menuliskan  waktu,  tempat,  bentuk  kegiatan  dan  lain  sebagainnya. Data hasil perbaikan dari guru dan data hasil siswa pada proses penerapan model
dievaluasi  guna  memperbaiki  model  untuk  diarsipkan  sebagai  bahan  referensi penulisan akhir.
51 Untuk  menyerasikan  beberapa  data  yang  sama  dan  mungkin  sejajar  atau
sealur,  maka  teknik  pemprosesan  data  dilakukan  dengan  triangulasi.    Dalam teknik  pengumpulan  data  triangulasi  diartikan  sebagai  teknik  pengumpulan  data
yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data  yang  ada.  Bila  peneliti  melakukan  pengumpulan  data  dengan  triangulasi,
maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data,  yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data
dan sebagai sumber data Sugiyono, 2009. Dari  instrumen  pengumpulan  data  yang  telah  dirancang  pada  tahap  awal,
semua  data  diolah  dan  diinterpretasikan  dengan  terpertinci  sesuai  dengan kebutuhan penelitian. Untuk itu teknik pengolahan data dapat dilihat di bawah ini.
1. Wawancara interviu
Wawancara  yang  dilakukan  kepada  guru  untuk  melihat  persoalan pembelajaran  seni  yang  selama  ini  dilakukan,  kepala  sekolah  dilakukan
untuk melihat kebijakan yang terjadi pada pembelajaran SBK, dan seniman untuk melihat seni budaya  yang ada di daerah Riau. Dari hasil wawancara,
data diolah dan dikoding untuk dikelompokkan berdasarkan tujuan dan inti pembicaraan.  Berdasarkan  pertanyaan  peneliti  dari  sejumlah  kelompok
pertanyaan yang sama dikomparasi dan dianalisa. Hal ini akan membantu untuk: a.memudahkan identifikasi fenomena,
b. memudahkan perhitungan frekwensi kemunculan fenomena, c. frekwensi kemunculan  kode  menunjukkan    kecendrungan  temuan  dan  d.  membantu
menyusun  kategori  kategorisasi  dan  subkategorisasi  Alwasilah  2002.
52 Pemberian  kode  dilakukan  seperti  contoh  dari  pertanyaan  yang  ditanyakan
pada  tiga  responden  yang  profesinya  sama,  jawaban  wawancara dibandingkan
dan disesuaikan
dengan hasil
obesrvasi untuk
menginterpretasikan  data  yang  diobservasi  dan  untuk  melihat  validitas temuan.
2. Observasi
Observasi  dilakukan  untuk  melihat  langsung  proses  belajar  SBK, fasilitas  yang  ada di sekolah, dan  kondisi  yang terjadi di lokasi penelitian.
Menurut  Alwasilah  “lewat  observasi  ini,  akan  melihat  sendiri  pemahaman yang  tidak  terucapkan”  2002:155.  Dari  hasil  pengamatan  observasi,
peneliti  menghubungkan  kejadian  dan  situasi  lapangan  dengan  hasil wawancara dan dokumen yang ada.
Berdasarkan  instrumen  obesrvasi,  dari  beberapa  catatan  data  yang diambil  di  sekolah,  dikumpulkan  dan  dianalisis  untuk  menarik  suatu
kesimpulan sebagai interpretasi data untuk rancangan model pengembangan kreativitas siswa yang berbasis musik Riau.
3. Dokumentasi
Dokumentasi  berfungsi  untuk  kelengkapan  data  tentang  sumber penelitian  yang diamati dan dianalisis sebagai bukti otentik yang nyata dan
tidak  mungkin  untuk  dimanipulasi.  Beberapa  dokumen  yang  diambil  dari hasil  penelitian,  seperti  contoh  Kurikulum  SD  yang  digunakan,  piagam
penghargaan dari kegiatan seni, Video Penelitian dinas Pariwisata, foto dan video  aktivitas  belajar  dengan  lingkungan  sekolah,  dan  jawaban  siswa
53 sewaktu
proses pembelajaran
dikumpul dapat
dianalisis tingkat
pemahamannya terhadap materi yang diajarkan.
158
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. KESIMPULAN
Musik  Riau  yang  beraneka  ragam  dapat  diajarkan  kepada  siswa  sebagai stimulus  untuk  meningkatkan  kreativitas  dan  dengan  kreativitas  yang  tinggi
mampu meningkatkan kualitas hidup dalam mengarungi masa depan. Siswa yang kreatif  tidak  akan  kesulitan  dalam  menghadapi  permasalahan  hidup  dan  selalu
mampu  mengatasi  segala  kekurangan  yang  ada  dilingkunganya.  Lingkungan sekitar akan dijadikan sebagai sumber inspirasi untuk tetap berkarya.
Hal  ini  perlu  disiasati  oleh  semua  pihak  agar  pengembangan  kreativitas dapat diajarkan semenjak dini.  Siswa sebagai harapan dan tumpuan bangsa yang
kreatif  akan  meningkatkan  kemajuan  bangsa  sehingga  menjadi  negara berkembang,  bermartabat,  dan  berwibawa  bersaing  dengan  bangsa  lainnya.
Kemajuan  dan  perkembangan  tersebut  tentunya  tidak  akan  meninggalkan  akar budaya yang telah diwariskan oleh para leluhur sebagai wujud jati diri bangsa.
Pembelajaran  seni  budaya  sebagai  salah  satu  wadah  yang  sesuai  untuk mewujudkan keinginan yang mulia ini seharusnya mampu membantu siswa dalam
perkembangan  hidup  mereka.  Dengan  model  pengembangan  kreativitas  siswa berbasis  musik  Riau  ini  merupakan  salah  satu  langkah  awal  untuk
mewujudkannya.  Bayangkan  saja  jika  dalam  tiap  daerah  ada  yang  mengajarkan model  ini  sebanyak  lima  sekolah,  berapa  banyak  siswa  yang  kreatif,  berapa
banyak  siswa  yang  telah  mengenali  musik  tradisinya,  berapa  banyak  musik  Riau
159 terangkat,  berapa  banyak  kreativitas  yang  disumbangkan  oleh  musik  Riau,  dan
berapa banyak nilai-nilai budaya dimiliki siswa.  Ini menjadi suatu renungan yang perlu untuk dipikirkan dan direalisasikan pada setiap daerah.
Ibarat  pepatah  mengatakan  “sekali  merangkul  dayung  dua  tiga  pulau terlampaui”. Dalam pembelajaran SBK, dengan menggunakan musik Riau sebagai
proses  kreatif,  beberapa  keuntungan  dapat  diraih  oleh  siswa;  pertama,  dapat menanamkan  nilai-nilai  tradisi  kepada  siswa;  ke  dua,  dengan  pelajaran  SBK
berbasis  musik  Riau  dapat  menembangkan  kreativitas  Siswa;  ke  tiga,  dapat mengembangkan budaya Riau.
Seperti  yang  telah  dirancang  dalam  model  ini  mungkin  saja  sebagai bagian  dalam  pengembangan  seni  musik  yang  ada  di  Riau.  Kreativitas  dalam
pelajaran  SBK  dipandang  sebagai  porses  untuk  mewujudkan  hasil.  Dari  proses pengembangan  model  yang  dilalui  dengan  menggunakan  tahap-tahap  penelitian
seperti  observasi  awal  ditemukan  beberapa  faktor  penghalang  dari  pembelajaran SBK  merupakan  persoalan  lama  tidak  kunjung  berubah  dan  ini  juga  disebabkan
oleh  perguruan  tinggi  yang  mengeluarkan  lulusannya.  Untuk  guru  SBK  di  kelas yang merupakan guru umum yang memegang beberapa mata pelajaran, sebaiknya
ditingkatkan  kompetensi  yang  baik  untuk  mempelajarkan  seni  sebagai pengembang kreativitas siswa.
Pada  kenyataan  musik  tradisi  di  Riau  yang  cukup  banyak  sangat  perlu untuk  dilestarikan,  berbagai  upaya  yang  telah  dilakukan  pemerintah  untuk
menggalakkan  musik  tradisi  tersebut,  namun  kenyataannya  usaha  tersebut  belum membuahkan  hasil  yang  cukup  berarti.  Seperti  contoh  mempelajarkan  musik
160 tradisi ke dalam pelajaran muatan lokal  yang masih perlu untuk digalakkan lebih
pesat lagi. Pepatah mengatakan “tak kenal maka tak sayang dan tak sayang maka tak cinta”. Bagaimana mungkin kita menuntut untuk melestarikan seni budaya kita
tetapi mereka tidak kenal dengan seni budayanya sendiri dan bagaimana mungkin kita bisa mencintai seni budaya sendiri sedangkan mereka belum menyayanginya.
Dengan  menggunakan  metode  penelitian  dalam  bentuk  RD  dapat terlihat  fenomena  yang  terjadi  di  lapangan  dan  membuat  suatu  penyelesaian
dengan  merancang  model  dan  dilanjutkan  dengan  menerapkan  ke  siswa,  peneliti melihat bahwa kendala dalam belajar SBK yang kurang baik dapat diatasi dengan
meningkatkan kompetensi pendidik dalam mengenal lingkungan setempat sebagai wadah pembelajaran yang sangat berharga dan bermanfaat.
Dari sebuah pengalaman  penulis rasakan sewaktu masih duduk dibangku SD hingga saat ini menjadi suatu gejolak  yang bergemuruh dalam batin. Gejolak
yang  timbul  merupakan  salah  satu  permasalahan  yang  terjadi  di  lingkungan pembelajaran  seni.  Pembelajaran  seni  pada  tingkat  SD  yang  tidak  mengalami
perkembangan  yang  dirasa  selama  lebih  kurang  20  tahun.  Pembelajaran  seni  di SD khususnya seni musik belum dapat berkembang dan bahkan belum terlaksana
dengan baik dalam pelajaran SBK.
161
B. Rekomendasi