MODEL PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK MELALUI PEMBELAJARAN SENI BUDAYA BERBASIS MUSIK RIAU BAGI SISWA SEKOLAH DASAR KELAS ATAS.

(1)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR PHOTO ... ix

DAFTAR BAGAN ... x

DAFTRAT NOTASI ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B Rumusan Masalah ... 9

C Tujuan Penelitian ... 10

D Manfaat Penelitian ... 11

E. Metode Penelitian... 11

F Lokasi dan Sampel Penelitian ... 13

BAB II LANDASAN TEORI ... 15

A. Kreativitas ... 15

B. Konsep Dasar Model Pembelajaran ... 18

C. Konsep Dasar Pembelajaran Musik ... 23

D. Perkembangan Anak ... 27

E. Musik Riau ... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 38

A. Pendekatan Penelitian ... 38

B. Lokasi atau Sampel Penelitian ... 40 C. Langkah-langkah Pengumpulan Data dan Teknik


(2)

Pengumpulan Data ... 42

D. Pengolahan dan Interpreatasi Data ... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54

A. Karakteristik Musik Riau Untuk Pembelajaran Seni Musik ... 55

B. Model Pengembangan Kreativitas Anak ... 92

C. Kelayakan Model Pengembangan Kreativitas ... 126

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 158

A. Kesimpulan ... 158

B. Rekomendasi ... 161

DAFTAR PUSTAKA ... 165

DAFTAR INFORMAN ... 168


(3)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Persoalan globalisasi berkembang pesat membawa pengaruh terhadap budaya Riau sekarang ini. Pengaruh yang terjadi dapat menyebabkan hilangnya akar budaya yang telah lama melekat pada diri masyarakat Riau. Hal ini menjadi suatu kecemasan bagi pemerintah dan para pendidik untuk menjaga dan tetap mempertahankan budaya tersebut. Salah satu upaya untuk menjaga dan mempertahankan budaya tersebut yaitu melalui pendidikan formal. Pendidikan seni budaya sebagai penjembatan dan wadah dalam menjaga dan mempertahankan budaya mestilah diperhatikan dengan baik.

Keberadaan seni dalam dunia pendidikan sudah mengalami perkembangan, terutama perkembangan dalam segi teknis. Sebagai contoh, di SD jam mata pelajaran seni budaya dan keterampilan, mengalami perubahan yang tadinya dua jam menjadi empat jam, demikian pula mata pelajaran seni budaya saat ini sudah diikuti siswa SMU dan SMK mulai dari kelas satu sampai kelas tiga. Tidak hanya itu, perubahan diikuti pula perkembangan tujuan dari pendidikan seni yang ingin dicapai yaitu sebagai pemberian pengalaman estetik kepada peserta didik (Gunara, 2008).

Sejalan dengan itu, dari kurikulum dan sistem pendidikan yang selalu diperbaiki tersebut, tentunya disosialisasikan dengan baik hingga sampai ke semua jenjang pendidikan dan semua daerah di Indonesia. Walaupun sosialisasi telah dilakukan, namun masih terdapat beberapa kendala dalam proses


(4)

2 implementasi yang membuat sistem dan tujuan kurikulum pendidikan tersebut belum tercapai.

Beberapa contoh terjadi pada pembelajaran seni musik untuk SD di Riau dan mungkin juga terjadi di daerah lainnya. Berdasarkan pengamatan peneliti proses belajar seni budaya keterampilan (SBK) pada umumnya belum dapat dilaksanakan sesuai dengan tuntutan kurikulum. Pada beberapa sekolah, peraturan jam pelajaran yang seharusnya terdapat dua jam pertemuan dalam satu minggunya hanya dilaksanakan satu jam. Setiap masuk jam pelajaran tersebut terkadang pembelajarannya tidak sesuai dengan upaya pencapayan SK dan KD, setiap kali mata pelajaran SBK, guru cenderung menyuruh siswa untuk menggambar bebas, guru pun meningalkan siswa dengan alasan ada tugas di kantor dan siswa melanjutkan mengambar bebasnya. Sekali-kali siswa diminta untuk menyanyikan lagu wajib dan lagu-lagu nasional. Namun apa yang terjadi, sewaktu menyanyikan lagu nasional tersebut pun tidak sesuai dengan ketentuan musik yang berlaku, seperti nadanya berubah sesuai lagu aslinya, penempatan suara untuk anak yang tidak sesuai dan anak sampai tidak bisa untuk bersuara karena serak disebabkan teknik bernyanyi yang salah. Bukan mengembangkan siswa, namun siswa akan celaka. Ada lagi yang sangat disayangkan, pelajaran SBK juga diganti dengan mata pelajaran yang lainnya.

Pembelajaran SBK dengan cara seperti ini masih banyak dilaksanakan oleh para pendidik yang ada di beberapa daerah. Ada beberapa alasan guru antara lain: kami tidak memiliki bakat seni, pelajaran kesenian tidak begitu perlu, panduan tidak ada, media belajar seni sulit untuk diadakan, susah mengontrol anak, kalau


(5)

3 belajar seni akan menggangu lokal sebelah karena ribut, dan alasan lainnya yang tidak mendukung pembelajaran SBK. Namun ada sebagian kecil sekolah yang lebih maju, mempelajari seni musik dalam bentuk memainkan instrumen pianika dan rekorder untuk menyanyikan lagu wajib dan lagu-lagu nasional. Lagu-lagu yang dimainkan tersebut berbentuk satu jalur melodi (melodi pokok). Sekolah lainnya yang memiliki kemampuan lebih baik, ada juga yang menggunakan drum band dan rebana sebagai kegiatan ekstra kurikuler dan untuk tenaga pengajar didatangkan dari luar.

Sebagian kecil sekolah yang melaksanakan pembelajaran tersebut, proses mengembangkan musikalitas anak dapat sesui dengan harapan. Harapan seperti ini sangat dinantikan oleh anak agar mereka mampu memperkaya diri dan mempersiapkan diri dalam tantangan masa akan datang. Salah satu aspek pendidikan nasional, diarahkan untuk mewujudkan pengembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Pembelajaran seni di sekolah harus mampu memperhalus budi pekerti dan mendewasakan manusia, yaitu dewasa dalam pemikiran dan perasaan. Dalam hal ini Komalawati berpendapat bahwa:

Pengalaman berpikir sangat diperlukan para peserta didik dalam pertumbuhannya menjadi manusia yang utuh. Pendidikan seni mempunyai tujuan dan fungsi mengembangkan sikap, kemampuan agar siswa berkreasi dan peka terhadap kehidupan. Kegiatannya tidak hanya penguasaan pengetahuan saja, namun siswa diberikan pengalaman dalam berekspresi, bereksplorasi serta berapresiasi seni melalui kegiatan yang kreatif (2007:8). Kreativitas pada aktivitas belajar dapat tumbuh dengan sendiri, baik secara langsung maupun tidak langsung, sebab dalam proses belajar mengajar (PBM) akan terjadi interaksi antara peserta didik dan pendidik. Hal ini diungkap oleh


(6)

4 Sujana (2004) bahwa ‘peserta didik adalah seseorang atau sekelompok orang sebagai pencari, penerima pelajaran yang dibutuhkannya, sedangkan pendidik adalah seseorang atau sekelompok orang yang berprofesi sebagai pengolah kegiatan belajar mengajar dan seperangkat peranan lainya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif’ (Nurhaedah 2008: 79).

Kaitan dengan proses belajar mengajar memiliki beberapa komponen yaitu: peserta didik, guru (sebagai pendidik), tujuan pembelajaran, isi pembelajaran, media dan evaluasi. Tidak akan berjalan dengan baik suatu pendidikan jika dari salah satu elemen tersebut tertinggalkan. Dalam komponen di atas yang sangat berperan adalah guru, sebab guru sebagai nara sumber, mediator, instruktur dalam suatu PBM.

Untuk itu ada beberapa hal perlu diperhatikan oleh guru. Salah satu diantaranya adalah memilih model dan metode pembelajaran yang bermanfaat dan dapat membuat siswa menjadi bergairah serta bersemangat dalam proses belajar. Sesuai kurikulum yang digunakan pada saat sekarang dengan nama kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), seharusnya memberikan kebebasan bagi guru untuk mengembangkan situasi belajar yang kondusif sesuai situasi daerahnya masing-masing. Sayangnya, belum banyak pendidik seni musik tingkat SD yang memiliki model pembelajaran, sesuai kondisi yang ada. Banyak SD yang belum mampu mengajarkan pendidikan musik, dan bahkan tidak mau untuk mengajarkan seni musik.

Permasalahan pendidikan SBK di SD, disebabkan keberadaan guru yang kurang mengerti seni, guru yang kurang memiliki bakat seni, media belajar yang


(7)

5 sulit untuk diadakan, buku panduan yang kurang mendukung, dan persoalan lainnya. Sebagian guru mengatakan bahwa untuk pembelajaran seni di SD, sebaiknya adalah guru bidang studi pada tiap-tiap sekolah seperti guru bidang studi agama dan olahraga. Alasannya pada saat sekarang guru yang mengajarkan pembelajaran seni musik tersebut hanyalah guru kelas, dan merekapun memiliki beban mengajar yang cukup banyak.

Kurikulum pendidikan seni untuk SD tidak menuntut agar siswanya menjadi seorang seniman atau pun pekerja seni. Namun tuntutan secara mendalam bahwa pembelajaran seni dapat membantu menumbuh kembangkan anak didik menjadi lebih baik, kreatif dan memperbaiki kepribadian siswa dalam kehidupannya. Dalam konteks pendidikan Syaripudin mengatakan yakni:

Pendidikan merupakan upaya sadar atau sengaja yang diberikan oleh pendidik kepada anak didik agar mencapai kedewasaan. Karena itu selain harus mempunyai dasar dan tujuan pendidikan yang jelas, pendidik tentunya harus pula memilihkan isi pendidikan bagi anak didiknya. Sebagai pengganti kata hati anak didik, pendidik harus mampu memilih isi pendidikan atau pengaruh yang tepat dalam rangka membantu anak menuju kedewasaan. Secara umum ada tiga unsur yang perlu dipertimbangkan dalam rangka menetapkan pendidikan yaitu: 1) satuan pendidikan, 2) anak didik, dan 3) lingkungan anak didik(2006: 81).

Memang benar adanya bahwa beberapa daerah belum memiliki media belajar musik yang memadai dan bahkan belum ada. Tetapi hal ini tidak akan menutup kemungkinan pembelajaran seni musik dapat diajarkan di SD, asalkan gurunya yang mau dan mampu untuk mengajarkan seni musik tersebut. Lingkungan merupakan media belajar yang sangat besar, dengan memanfaatkan media-media yang ada disekeliling mereka juga dapat memberikan kontribusi untuk pembelajaran seni.


(8)

6 Pada dasarnya pembelajaran seni musik sangat banyak memberikan kontribusi pada perkembangan anak. Hal ini dapat dilihat dari proses kreativitas dan inovasi yang terangkum dalam perkembangan kognitif, afektif dan psikomotor yang dialami anak didik. Pengalaman ini peneliti rasakan sendiri sewaktu masih duduk di bangku SD. Pada waktu itu berbagai kegiatan kreativitas dan inovasi, dilakukan secara berkelompok. Terciptanya sebuah kelompok musik band “ala” siswa SD dalam bentuk penggunaan alat-alat bekas pakai yang ada di lingkungan sebagai alat musik. Instrumen drum tercipta dari kaleng-kaleng, galon minyak besar sebagai bass drum dan tutup lampu petromaks sebagai simbal.

Bentuk lainnya pembuatan instrumen gitar, keyboard yang dirancang dengan menggunakan papan seberan yang dicari dengan sekelompok teman pada sebuah perusahaan pengolahan kayu. Berbagai model yang dirancang dengan papan sehingga dapat menyerupai gitar buntungnya bung Roma grup Soneta. Keyboard terbuat dengan bilahan kayu yang diolah sedemikian rupa dengan bentuk yang menyerupai keyboard sesungguhnya dengan merek Roland.

Manusia hidup selalu memiliki perubahan, perubahan yang dilakukan selalu sesuai dengan pola kehidupan, sebab suatu perubahan terjadi dikarenakan oleh sebuah pemikiran yang kreatif. Perkembangan manusia yang dimaksud adalah perkembangan pola pikir, dan sebuah pola pikir akan menjadi suatu bentuk kebiasaan dari suatu kelompok. Kebiasaan ini yang akan menjadi suatu kebudayaan. Budaya kreatif sangat diidamkan oleh setiap manusia sebab dengan demikian akan terjadi suatu bentuk baru dan dari bentuk baru tersebut akan berinovasi ke dalam bentuk yang lebih sempurna.


(9)

7 Suatu pertanyaan yang sering terdengar dan sering mengatakan perlunya kreatif, kreatif itu penting, generasi muda harus kreatif, dan kretivitas harus ditanamkan ke siswa. Alasan untuk menanamkan kreativitas ke siswa adalah; pertama, karena dengan berkreasi orang dapat mewujudkan dirinya, dan perwujudan diri termasuk salah satu kebutuhan pokok dalam hidup manusia; ke dua, kreativitas atau berfikir kreatif sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah, merupakan bentuk pemikiran yang sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian dalam pendidikan formal; ke tiga, bersibuk diri secara kreatif tidak hannya bermanfaat, tetapi juga memberikan kepuasan kepada individu; ke empat, kreativitaslah yang memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya (Munandar, 1987)

Pentingnya kreativitas ditanamkan pada dunia pendidikan yang dapat membantu pribadi siswa dalam kehidupannya akan lebih bermakna dari konsep lain. Pribadi yang kreatif tentu orang yang tangguh, orang siap dengan segala tantangan dan rintangan, orang yang mampu bersosialisasi dimanapun, dan kehidupannya akan bermanfaat bagi orang lain.

Kreativitas selalu bersamaan dengan sebuah inovasi. Inovasi merupakan bagian dari sebuah kreativitas, dan dapat juga sebaliknya. Keduanya merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan. Pribadi yang kreatif selalu membuat inovasi-inovasi dalam kehidupannya, dengan inovasi tersebut akan muncul bentuk-bentuk dan hal-hal yang baru. Ini sesuai dengan apa yang disebutkan Ibrahim berikut ini:


(10)

8 Inovasi adalah suatu ide, hal yang praktis, metode, cara, barang-barang buatan manusia yang diamati atau dirasakan sebagai sesuatu yang baru bagi seseorang atau kelompok orang ( masyarakat). Hal yang baru itu dapat berupa hasil invensi atau diskoveri yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk memecahkan masalah (1988: 42).

Dalam pembelajaran seni musik, kreativitas sangat perlu untuk mengembangkan kreasi dan inovasi siswa dalam beraktivitas sehari-hari. Kreativitas yang tinggi akan membantu siswa dalam kehidupannya menghadapi persolalan hidup dengan kemandirian yang baik. Namun pada saat sekarang pembelajaran seni musik di SD yang masih jauh dari bentuk kreativitas tersebut.

Dalam pembelajaran seni musik yang dilaksanakan pada saat sekarang merupakan model belajar secara tradisional. Pendidikan dalam sistem tradisional kelas-kelas memiliki ciri antara lain: berlangsung selama 47 sampai 50 menit, dalam proses belajarnya siswa tidak mendapatkan kesempatan untuk bertanya, berdiskusi, mencari tahu, berfikir kritis, atau terlibat dalam proyek kerjanyata dan pemecahan masalah (Johnson, 2007)

Dari pengamatan peneliti melihat proses belajar juga terpola dengan bentuk pembelajaran yang kaku seperti hanya berpedoman pada buku teks saja, sementara potensi yang dimiliki siswa kurang begitu diperhatikan. Sementara buku paket atau pun bahan ajar yang beredar di sekolah, tidak mendukung pencapaian kompetensi yang diharapkan.

Dalam usaha membantu guru untuk mengembangkan kreativitas siswa, sekaligus menjaga dan mempertahankan budaya Riau melalui pendidikan formal, maka peneliti berusaha untuk menggali dan mengembangkan model pembelajaran seni musik untuk SD yang berbasis musik daerah Riau. Melalui pembelajaran ini,


(11)

9 diharapkan dapat melibatkan siswa secara kreatif dalam pelajaran SBK. Dengan demikian siswa tentunya akan lebih dekat dan mengenal lingkungannya lebih dalam.

Dalam konteks Riau, kebudayaan Melayu mestilah dikembangkan diseluruh tingkat pendidikan di Riau. Ini sebenarnya sesuai dengan Visi Riau 2020 untuk menjadikan Riau sebagai pusat kebudayaan Melayu. Kebudayaan Melayu mesti dijadikan pengetahuan dasar bagi semua sekolah dan perguruan tinggi yang terdapat di Riau. Gagasan untuk menjadikan kebudayaan Melayu sebagai suatu materi pembelajaran di sekolah dan perguruan tinggi tidak bertujuan untuk membangkitkan semangat kedaerahan. Tetapi ini bertujuan untuk memberikan penghargaan secara khusus pada kearifan lokal yang terdapat di Riau.

B. Rumusan Masalah

Penelitian ini berfokus pada model pengembangan kreativitas anak melalui musik Riau, model pembelajaran akan dikembangkan dengan melibatkan anak didik untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran. Beberapa bentuk pengembangan kreativitas melalui pembelajaran seni budaya keterampilan diantaranya mencoba mengapresiasi musik-musik Riau yang ada di lingkungan mereka, kemudian setelah mereka menemukan musik tersebut diharapkan siswa dapat mengembangkan instrumen, syair, musik iringan, bentuk penampilan dan lainnya.

Rumusan masalah penelitian ini adalah: Bagaimana memberdayakan potensi musik Riau dalam pembelajaran seni budaya keterampilan?


(12)

10 Dengan demikian pertanyaan penelitiannya adalah:

1. Bagaimana karakteristik seni musik Riau yang sesuai untuk siswa SD kelas atas.

2. Bagaimana model pengembangan kreativitas anak melalui pembelajaran seni budaya keterampilan berbasis musik Riau yang sesuai untuk siswa SD kelas atas.

3. Bagaimana kelayakan model pengembangan kreativitas anak melalui pembelajaran seni budaya keterampilan berbasis musik Riau di SD kelas atas.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang berjudul “Model Pengembangan Kreativitas anak melalui pembelajaran seni budaya berbasis musik Riau bagi siswa SD kelas Atas”, adalah:

1. Memahami dan mendeskirpsikan karakteristik seni musik Riau yang sesuai untuk siswa SD kelas atas.

2. Membuat model pengembangan kreativitas anak melalui pembelajaran seni budaya keterampilan berbasis musik Riau yang sesuai untuk siswa SD kelas atas.

3. Mengetahui kelayakan model pengembangan kreativitas anak melalui pembelajaran seni budaya keterampilan berbasis musik Riau di SD kelas atas.


(13)

11

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitan diharapkan dapat:

1. Bagi penulis, penelitian ini akan menambah pengalaman baru dan ilmu baru setelah melaksanakan penelitian tersebut.

2. Menambah pengetahuan tentang model pengembangan kreativitas dalam pembelajaran seni budaya yang sesuai dengan konteks daerah bagi siswa. 3. Sebagai bahan referensi guru seni budaya dalam model pembelajaran

seni musik untuk anak SD.

4. Memberikan kontribusi kepada kalangan pendidikan seni dalam upaya meningkatkan pembelajaran seni musik.

5. Sebagai bahan dan model pembelajaran bagi calon guru yang ada di PGSD FKIP UNRI.

E. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan metode Penelitian dan pengembangan atau dalam bahasa Inggrisnya Research and Development (R&D). Menurut Borg and Gall (1989:782), yang dimaksud dengan model penelitian dan pengembangan adalah “a process used develop and validate educational product”. Peneliti berusaha menggali seni musik Riau untuk dikembangkan menjadi model pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual sebagai upaya mengembangkan kreativitas musik bagi siswa sekolah dasar tingkat atas. Setelah melihat masalah dari hasil survei di lapangan, kemudian dilanjutkan dengan merancang model dan uji coba penerapan kepada kelompok siswa. Setelah uji coba, model divalidasi dengan sistem focus group discusion (FGD)


(14)

12 Dalam pengumpulan data peneliti berusaha mengupas pengembangan model pengembangan kreativitas anak melalui seni musik, dengan menggunakan pengumpulan data:

1. Studi Dokumen, mencari musik daereah Riau yang dijadikan sebagai pembelajaran untuk dianalisis berdasarkan tingkat kompetensi siswa SD kelas atas. Menemukan referensi lain yang berhubungan dengan musik Riau baik berupa kaset rekaman, tulisan- tulisan rakyat dan lainnya. Musik Riau yang masih dalam bentuk lisan, peneliti merekam atau mengabadikannya untuk dianalisis tingkat kesulitan dan cara penerapannya pada anak sekolah dasar kelas atas.

2. Observasi, sebagai teknik pengumpulan yang sangat nyata dan tidak dapat dibohongi. Berdasarkan observasi semua data menjadi nyata dan sulit untuk disengajakan. Pada observasi, semua semua kondisi dan kejadian dicatat dan direkam sebagai data yang diperlukan merancang model. 3. Studi Pustaka, digunakan untuk mengumpulkan data mengenai seni musik

daerah Riau, proses perkembangan anak, proses kreativitas, pembelajaran kontekstual, menemukan hakekat dan model pengembangan kreativitas yang relevan untuk penelitian.

4. Wawancara, dilakukan kepada mahasiswa sebagai pengajar, guru-guru di lingkungan sekolah, kelapa sekolah dan siswa untuk menggali informasi tentang penerapan model pengembangan kreativitas anak. Wawancara juga dilaksanakan untuk menggali informasi tentang keberadaan musik Riau kepada senimannya


(15)

13 5. Focus group discusion (FGD), digunakan untuk melihat validitas dari model pengembangan kreativitas melalui pembelajaran seni budaya keterampilan. Beberapa guru dan para ahli pendidik musik diajak untuk mendiskusikan model yang telah diterapkan agar dapat dievaluasi secara menyeluruh.

F. Lokasi dan Sampel Penelitian

Peneliti menggunakan lokasi penelitian adalah SD mitra PGSD FKIP Univeristas Riau, sekolah mitra tersebut adalah , SD 17, SD 24 dan SD 030 tampan kecamatan tampan Pekanbaru Provinsi Riau. Pemilihan lokasi ini diambil dengan beberapa pertimbangan diantaranya peneliti sebagai tenaga pengajar di PGSD, sekolah mitra sebagai laboratorium, dan nantinya jika model ini dapat disosialisasikan dalam pembelajaran pendidikan seni musik di PGSD yang akan diaplikasikan mahasiswa ke sekolah tesebut. Alasan lain pada saat sekarang PGSD FKIP Universitas Riau telah membuka S1 dengan membagi jalur pembelajaran untuk konsentrasi bidang studi dan pada tahun ajaran 2009/2010 membuka konsentrasi pendidikan seni untuk SD.

Alasan menggunakan sekolah mitra sebagai sampel penelitan, selain untuk mempermudah pengumpulan data, kebanyakan guru telah memiliki banyak pengalaman dan pelatihan dari FKIP UNRI yang berhubungan dengan model, pembuatan perangkat pembelajaran dan bahkan sebagai mitra penelitian tindakan kelas (PTK). Sedangkan alasan memilih siswa sekolah dasar tingkat atas karena faktor perkembangan dan pertumbuhan anak, pada masa ini anak sudah dapat mandiri dan mampu untuk mengembangkan dirinya sendiri.


(16)

14 Penerapan model, penulis menggunakan guru kelas atau mahasiswa untuk mengajarkannya, dengan alasan agar siswa tidak merasa bahwa mereka sedang diteliti dan proses belajar menjadi alami. Sampel yang diambil adalah siswa kelas lima, beberapa pertimbangan untuk sampel kelas lima yaitu pada kelas ini terdapat standar isi dari BSNP yang sesuai dengan model pengembangan kreativitas untuk mengenal musik daerah setempat, wali kelas lima sebagai guru merupakan mahasiswa S1 PGSD. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru-guru dan kepala sekolah banyak yang menyarankan untuk menerapkan model ini pada kelas tersebut.

Ada beberapa alasan pertimbangan menggunakan mahasiswa sebagai rekan penelitian yang di antaranya; pertama, peneliti berharap guru kelas dapat mengimplementasikan model kepada siswa; ke dua, peneliti merupakan tenaga pengajar PGSD dan dengan menggunakan mahasiswa S1, peneliti berusaha untuk mengevaluasi pembelajaran yang selama ini dilakukan; ke tiga, mahasiswa yang terlibat dalam penelitian ini dapat terbantu dalam penyelesaian tugas akhirnya.


(17)

38

BAB III

METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan penelitian dan pengembangan atau dalam Bahasa Inggrisnya Research and Development (R&D), Menurut Borg and Gall (1989:782), yang dimaksud dengan model penelitian dan pengembangan adalah “a process used develop and validate educational product”. Terkadang penelitian ini juga disebut ‘research based development’, yang muncul sebagai strategi dan bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Selain mengembangkan dan memvalidasi hasil-hasil pendidikan, Research and Development juga bertujuan menemukan pengetahuan-pengetahuan baru melalui ‘basic research’, atau menjawab pertanyaan-pertanyaan khusus tentang masalah-masalah yang bersifat praktis melalui ‘applied research’, yang digunakan untuk meningkatkan kualitas praktik-praktik pendidikan.

Selain itu Sugiyono juga berpendapat bahwa “Metode penelitian dan pengembangan atau dalam bahasa Inggrisnya Research and Development adalah penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut” (2009:297). Dalam penelitian Research and Development dimanfaatkan untuk menghasilkan sebuah model pembelajaran yang digunakan oleh guru kelas untuk diterapkan pada pembelajarannya sehingga pembelajaran tersebut dapat berjalan sebagai mana mestinya.

Kegiatan penelitian dan pengembangan dilaksanakan untuk menyelesaikan model pengembangan kreativitas anak melalu pembelajaran seni budaya dan


(18)

39 keterampilan berbasis musik Riau bagi siswa SD kelas atas dengan menggunakan pendekatan pembelajaran secara kotekstual. Penerapan penelitian Research and Development ini selain untuk memberikan perubahan pembelajaran, juga mengungkap masalah pembelajaran seni budaya dan keterampilan di Riau yang terjadi selama ini, serta mempertahankan dan mengembangkan musik Riau pada pembelajaran formal sesuai dengan standar isi dari kurikulum yang telah ditetapkan BSNP.

Dalam pelaksanaan dan perencanaan penelitian ini, peneliti menggunakan outline tentang apa yang harus dilakukan dan dilalui selama penelitian. Mulai dari awal penelitian seperti studi pendahuluan sampai penelitan tersebut selesai. Perolehan data dilakukan dengan berbagai cara yaitu studi pustaka, pengumpulan dokumen yang diperlukan untuk diteliti, survei ke sekolah melihat sistem belajar yang dilakukan guru dan siswa pada proses pembelajaran seni, serta wawancara dengan orang yang dapat dijadikan sumber penelitian.

Pada proses penerapan, model diperbaiki hingga pada akhirnya model tersebut dapat divalidasi oleh beberapa ahli yang memungkinkan penelitian ini diterapkan secara lebih luas. Untuk itu, penelitian dilakukan dalam dua tahap yaitu secara eksplorasi dengan sifat kualitatif dan secara eksperimen atau penerapan. Eksplorasi yang bersifat kualitatif ini bertujuan untuk mengungkap persoalan pembelajaran SBK dan melihat musik Riau untuk dimasukan dalam pembelajaran. Bentuk eksperimen yang dilakukan berbentuk pelaksanaan uji model kepada siswa.


(19)

40

B. Lokasi atau Sampel Penelitian

Pemilihan lokasi ini diambil dengan beberapa pertimbangan diantaranya: 1. Karena model digunakan untuk SD yang ada di Riau, maka peneliti

mengunakan sekolah di Riau

2. Peneliti sebagai tenaga pengajar di PGSD dengan demikian dapat menggunakan sekolah mitra sebagai laboratorium

3. Nantinya jika model ini dapat di terapkan dalam pembelajaran pendidikan seni musik di PGSD, maka mahasiswa dapat menerapkan pembelajaran ke SD di Riau

4. Pada tahun ajaran 2009/2010 PGSD FKIP UR membuka konsentrasi pendidikan seni untuk SD.

Berdasarkan pertimbangan tersebut maka peneliti menetapkan sekolah mitra PGSD FKIP UR yang ada Pekanbaru sebagai lokasi penelitian. Sedangkan SD mitra yang digunakan tersebut adalah , SD 17, SD 24 dan SD 030 Tampan kecamatan Tampan Pekanbaru Provinsi Riau.

Alasan lain menggunakan sekolah mitra sebagai sampel penelitan selain untuk mempermudah pengumpulan data, kebanyakan guru telah memiliki pengalaman dan pelatihan dari FKIP UNRI yang berhubungan dengan model, pembuatan perangkat pembelajaran dan bahkan sebagai mitra penelitian tindakan kelas. Sedangkan alasan memilih siswa sekolah dasar tingkat atas karena faktor perkembangan dan pertumbuhan anak, pada masa ini anak sudah dapat mandiri dan mampu untuk mengembangkan dirinya sendiri.


(20)

41 Dalam pemilihan sampel ini Alwasilah berpendapat bahwa “Pemilihan sampel bukan saja diterapkan pada manusia sebagai responden, melainkan juga pada latar (seting), kejadian dan proses” (2002: 145). Dengan demikian, sampel yang diambil adalah siswa kelas lima karena beberapa pertimbangan pada kelas ini terdapat standar isi dari BSNP yang sesuai dengan model pengembangan kreativitas untuk mengenal musik daerah setempat. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru dan kepala sekolah sewaktu observasi, mereka menyarankan kelas ini lebih cocok dan sesuai untuk menerapkan model.

Dalam rangka menerapkan model, peneliti lebih baik menggunakan guru kelas sebagai pengajar yang langsung berhadapan dengan siswanya dan guru tersebut adalah mahasiswa S 1 PGSD. Beberapa alasan pertimbangan untuk menggunakan mahasiswa sebagai rekan penelitian diantaranya:

1. Peneliti sebagai orang luar atau sebagai pengamat dalam mengaplikasikan model dan proses belajar terkesan tidak disengaja oleh siswa. Dengan demikian peneliti juga dapat mengamati cara guru dalam mengajar, sehingga gejala persoalan penelitian dapat dilihat lebih luas.

2. Peneliti merupakan tenaga pengajar PGSD dan dengan menggunakan mahasiswa S1, peneliti berusaha untuk mengevaluasi pembelajaran yang selama ini dilakukan.

3. Mahasiswa yang terlibat dalam penelitian ini dapat terbantu dalam penyelesaian tugas akhir mereka.


(21)

42

C. Langkah-langkah Pengumpulan Data dan Teknik Pengumpulan Data

Langkah-langakah atau prosedu yang dilalui untuk pengumpulan data penelitian model pengembangan kreativitas siswa berbasis musik Riau bagi siswa kelas atas adalah sebagai berikut:

Bagan No. 1 Tahapan Penelitian (Sumber: Zufriady 2010)

Dari langkah-langkah di atas secara umum, dapat diuraikan secara lebih rinci kegiatan penelitiannya hingga terwujudnya suatu model pembelajaran. langkah tersebut dapat dilihat berikut ini:

Menguji Kelayakan Model

1. Penerapan ke Guru (evaluasi) dan revisi

2. Penerapan ke siswa dan revisi 3. Validasi dengan Ahli dan

revisi

Studi Literatur

Model akhir dan laporan hasil Studi

Survei lapangan

1) Persiapan, 2) Observasi awal, 3) Pemetaan masalah

Merancang Model Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4 Tahap 5 Proses Penyusunan Model Uji Coba Dan Validasi


(22)

43

1. Tahap Studi Literatur

Sebagai bentuk penelitian yang bersifat deskriptif, peneliti mencari sebanyak mungkin data yang dapat dihimpun dan dituliskan dalam bentuk laporan. Sebagian tulisan laporan dapat disajikan tugas-tugas matakuliah yang berhubungan dengan penelitian seperti metode penelitian, seminar penelitian, penelitian pendidikan musik dan matakuliah lainnya untuk lebih mempertajam penelitian dan setiap tugas tersebut dipresentasikan dengan bimbimbingan dosen matakuliah. Pada tahap ini masih berbentuk hipotesa sementara berdasarkan pengamatan dan pengalaman peneliti sebelumnya.

Seiring dengan itu, peneliti melakukan studi pustaka atau studi literatur yang berhubungan dengan potensi masalah yang ada. Beberapa kajian yang dicari untuk melihat penelitan yang direncanakan. Kajian tersebut berupa: a) konsep teori pembelajaran dan strategi yang digunakan sebagai sandaran untuk mengembangkan dan mendukung model yang dirancang, b) mengkaji tentang perencanaan metode dan teknik penelitian.

Kajian konsep teori pembelajaran dan strategi pembelajaran tersebut seperti teori kreativitas, teori perkembangan anak, strategi pembelajaran dengan berbagai model, teori belajar dan teori lainya. Sedangkan kajian yang berhubungan dengan metode penelitian berbentuk metode kualitatif dan metode Research and Development.


(23)

44

2. Tahap Survei

Pada tahap ini peneliti melakukan obsertvasi dan wawancara sebagai instrumen pengumpulan data. Dalam observasi dan wawancara Alwasilah menyebutkan bahwa:

Teknik ini memungkinkan peneliti menarik inferensi (kesimpulan) ihwal makna dan sudut pandang responden, kejadian, peristiwa, atau proses yang diamati. Lewat obeservasi ini peneliti akan melihat sendiri pemahaman yang tidak terucapkan (tacitunderstanding), bagaimana teori digunakan langsung (theori-in-use), dan sudut pandang responden yang memungkinkan responden tidak tercungkil lewat wawancara atau survei (2002: 154-155).

Dari tahap pengumpulan data penelitan sesuai dengaan asumsi peneliti untuk mejawab pertanyaan penelitian, maka pada tahap ini dibagi menjadi tiga tahap. Tahap tersebut adalah: 1) Persiapan, 2) survei awal, 3) Pemetaan masalah

a. Persiapan

Pada tahap persiapan ini peneliti mempersiapkan beberapa keperluan untuk mengobservasi. Persiapan tersebut berupa, surat-surat yang berhubungan dengan penelitian agar sewaktu obervasi tersebut dapat berjalan dengan baik, merancang instrumen penelitian lainya seperti skenario wawancara dalam pengumpulan data secara langsung dengan bentuk persiapan pertanyaan untuk seniman Riau yang berkenaan dengan seni Riau dan musik Riau sebagai pembelajaran di sekolah. Instrumen wawancara juga dipersiapkan untuk guru dan kepala sekolah agar dapat melihat kebutuhan secara luas dan mendalam yang berhubungan dengan pertanyaan-pertanyaan pembelajaran SBK di sekolah tempat observasi. Setelah beberapa pertanyaan


(24)

45 dibuat, kemudian dikonsultasikan dengan dosen pembimbing untuk meminta izin turun lapangan.

b. Survei Awal

Dalam survei awal ini, peneliti melakukan pengamatan dan pencatatan kejadian yang ada di beberapa sekolah yang berhubungan dengan kondisi sekolah, cara belajar SBK dan fasilitas-fasilitas pendukung pembelajaran lainya sesuai model pengembangan kreativitas siswa. Pada proses pelajaran SBK, peneliti juga mendokumentasikan proses belajar berbentuk foto dan video.

Agar observasi ini lebih mendalam, maka wawancara pun dilakukan. Menurut Alwasilah “Wawancara atau interviu dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi yang tidak mungkin diperoleh lewat observasi”(2002:154). Wawancara dilakukan dengan butir-butir pertanyaan dan bahkan pertanyaan tersebut berkembang sesuai dengan kondisi yang ada. Pada waktu wawancara dilakukan, agar data dapat diambil dengan baik, pada waktu tersebut dilakukan pencatatan dan perekaman audio dari awal hingga akhir wawancara pada setiap informan. Informan tersebut adalah seniman Riau yang mengerti banyak tentang keberadaan musiknya, guru-guru SD sebagai pengajar SBK dan kepala sekolah selaku pemegang kebijaksanaan sekolah.

Beberapa pertanyaan kecil yang berkembang sewaktu observasi ini kepada beberapa siswa secara tidak formal berbubungan dengan proses


(25)

46 belajar SBK yang dilakukan selama ini. Dari hasil lapangan awal ini dikumpulkan untuk dipetakan.

c. Pemetaan Masalah

Tahap ini dilakukan pemetaan masalah sesuai rancangan model pengembangan kreativitas siswa. semua data dibuka, dianalisa dan kelompokkan untuk melihat masalah yang ada dilapangan. Data dibagi dua sesuai kebutuhan: pertama, data tentang musik Riau; dan kedua, data sekolah. Data musik Riau dikumpulkan untuk dimasukkan ke dalam model pembelajaran, sedangkan data sekolah dipetakan sesuai kebutuhan sekolah dan kurikulum berdasarkan standar isi yang diberikan BSNP, pembelajaran musik, studi literatur, metode penelitian yang sesuai kebutuhan model.

Berikut pemetaan masalah berdasarkan kebutuhan model.

Bagan No. 2

Analisis Kebutuhan Model (Sumber: Zufriady 2010)

Analisis Kebutuhan

Musik Riau Guru SD Siswa

Analisis instrumen & lagu

Karakter guru

Model Pembelajaran

Kreativitas

Psikologi


(26)

47

3. Tahap Rancangan Model

Dalam merancang model pengembangan kreativitas siswa berbasis musik Riau berdasarkan studi literatur dan observasi yang berbentuk pendekatan desain dari sistem pembelajaran, dibutuhkan dua kegiatan yakni pertama. Analisis musik-musik Riau untuk Pembelajaran, dan ke dua. merancang beberapa komponen pembelajaran SBK.

Pada kegiatan Analisis Musik Riau, beberapa musik instrumen dan lagu Riau dibedah atau dianalisis satu persatu untuk mencari karakter musik yang sesuai untuk pembelajaran. Setiap unsur musik dianalisis dalam bentuk teks dan konteks yang terpisah sehingga terungkap karakter musik yang dapat dijadikan model pembelajaran untuk mengembangkan krativitas siswa.

Komponen rancangan pembelajaran SBK secara garis besar dibagi menjadi enam, a. Landasan Fhilosofis, b. Pendekatan pembelajaran, c. Langkah-langkah pembelajaran, d. Sistem pendukung, e. Sistem sosial, dan d. Dampak. Dari komponen rancangan di atas, peneliti mengiringi model ini dengan panduan guru agar pembelajaran lebih terpandu dengan baik. Untuk melihat secara rinci dapat dilihat pada bagan berikut ini.


(27)

48 Bagan No. 3

Rancangan Model (Sumber: Zufriady 2010)

Dari hasil rancangan model dibuat, peneliti terlebih dahulu mengkonsultasikan kepada pembimbing guna melihat kesesuaian lapangan yang diamati sewaktu survei dengan rancangan yang dibuat dan direvisi sesuai diskusi yang dilakukan. Selain konsultasi terhadap rancangan model, peneliti sekaligus minta izin untuk melakukan pengujian model kelapangan.

4. Tahap Penerapan Model

Tahap ini dikakukan beberapa kegiatan.

a. Sebelum model diberikan kepada pengajar untuk diterapkan, rancangan model dinilai, dianalisa dan dicobakan kepada guru untuk dipahami terlebih dahulu tentang kebenaran dan kelayakannya. Setelah mereka

RANCANGAN MODEL

1. Landasa Philosofis 2. Pendekatan pembelajaran

3. Langkah-langkah pembelajaran (enam

pertemuan)

4. Sistem pendukung (silabus, metode, Media, RPP, Evaluasi) 5. Sistem Sosial (


(28)

49 menganalisa dan menilai model tersebut dilakukan diskusi untuk perbaikan yang disesuaikan dengan kondisi dan situasi sekolah.

b. Model direvisi sesuai dengan saran dan masukan dari guru yang menilai rancangan model.

c. Memberikan model kepada pengajar untuk dicobakan kepada siswa. Peneliti selalu mengamati proses yang terjadi dan setiap selesai proses belajar dilakukan diskusi dengan pengajar.

d. Evaluasi dan refleksi model, setelah selesai kegiatan model diperbaiki berdasarkan permasalahan yang terjadi setelah waktu penerapan model. Beberapa guru dimintai tanggapan dan saran mengenai pelaksanaan model tersebut.

5. Tahap Validasi Model

Model yang telah diperbaiki dari lapangan, kemudian didiskusikan dan meminta saran dan pandangan dari beberapa orang ahli tentang kelayakannya dengan mengunakan sistem Focus Group Discusion (FGD). Ahli dipilih dan diseleksi berdasarkan kebutuhan model, validasi dilaksanakan seperti teknis diskusi, peneliti memaparkan hasil rancangan dan temuamn yang ada di lapangan dan setiap ahli dimintai pertanyaan dan dan saran mengenai model yang telah dilaksanakan. Dari validasi ini model kembali direvisi berdasarkan hasil diskusi hingga akhirnya terdapat suatu model pengembangan kreativitas siswa berbasis musik Riau.


(29)

50

6. Tahap Penyusunan

Pada tahap ini melakukan penyusunan penulisan hingga pada akhirnya dapat dievaluasi sebagai bahan akhir studi penelitian. Tahap-tahap yang dilalui tentunya memerlukan waktu untuk pelaksanaannya, hingga penelitian tersebut sesuai dengan keinginan dan terlaksana dengan waktu yang ditentukan. Dengan demikian waktu penelitan dapat dilihat pada lampiran.

D. Pengolahan dan Interpretasi Data

Untuk analisis data peneliti melakukan secara simultan dan berkesinambungan, hal ini dilakukan untuk menghindari data yang menumpuk. Setiap selesai melaksanakan observasi atau wawancara pertama, peneliti segera menganalisis data lapangan secara konsisten dengan merujuk pada pertanyaan penelitian (Gunara, 2008). Dalam pengumpulan data Alwasilah (2006) menyebutnya sebagai memo, penting dilakukan untuk menulis hasil setiap tahapan observasi atau wawancara yang dilakukan. Strategi ini peneliti ambil agar setiap tahapan pengumpulan data terpandu oleh fokus yang jelas, sehingga observasi dan wawancara selanjutnya semakin terfokus, menyempit dan menukik. Pada tahap penerapan semua data dikumpulkan dengan pembagian file-file berdasarkan waktu pengumpulannya, seperti pada tahap awal survei untuk satu file dengan menuliskan waktu, tempat, bentuk kegiatan dan lain sebagainnya. Data hasil perbaikan dari guru dan data hasil siswa pada proses penerapan model dievaluasi guna memperbaiki model untuk diarsipkan sebagai bahan referensi penulisan akhir.


(30)

51 Untuk menyerasikan beberapa data yang sama dan mungkin sejajar atau sealur, maka teknik pemprosesan data dilakukan dengan triangulasi. Dalam teknik pengumpulan data triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan sebagai sumber data (Sugiyono, 2009).

Dari instrumen pengumpulan data yang telah dirancang pada tahap awal, semua data diolah dan diinterpretasikan dengan terpertinci sesuai dengan kebutuhan penelitian. Untuk itu teknik pengolahan data dapat dilihat di bawah ini.

1. Wawancara/ interviu

Wawancara yang dilakukan kepada guru untuk melihat persoalan pembelajaran seni yang selama ini dilakukan, kepala sekolah dilakukan untuk melihat kebijakan yang terjadi pada pembelajaran SBK, dan seniman untuk melihat seni budaya yang ada di daerah Riau. Dari hasil wawancara, data diolah dan dikoding untuk dikelompokkan berdasarkan tujuan dan inti pembicaraan. Berdasarkan pertanyaan peneliti dari sejumlah kelompok pertanyaan yang sama dikomparasi dan dianalisa.

Hal ini akan membantu untuk: a.memudahkan identifikasi fenomena, b. memudahkan perhitungan frekwensi kemunculan fenomena, c. frekwensi kemunculan kode menunjukkan kecendrungan temuan dan d. membantu menyusun kategori (kategorisasi) dan subkategorisasi (Alwasilah 2002).


(31)

52 Pemberian kode dilakukan seperti contoh dari pertanyaan yang ditanyakan pada tiga responden yang profesinya sama, jawaban wawancara dibandingkan dan disesuaikan dengan hasil obesrvasi untuk menginterpretasikan data yang diobservasi dan untuk melihat validitas temuan.

2. Observasi

Observasi dilakukan untuk melihat langsung proses belajar SBK, fasilitas yang ada di sekolah, dan kondisi yang terjadi di lokasi penelitian. Menurut Alwasilah “lewat observasi ini, akan melihat sendiri pemahaman yang tidak terucapkan” (2002:155). Dari hasil pengamatan observasi, peneliti menghubungkan kejadian dan situasi lapangan dengan hasil wawancara dan dokumen yang ada.

Berdasarkan instrumen obesrvasi, dari beberapa catatan data yang diambil di sekolah, dikumpulkan dan dianalisis untuk menarik suatu kesimpulan sebagai interpretasi data untuk rancangan model pengembangan kreativitas siswa yang berbasis musik Riau.

3. Dokumentasi

Dokumentasi berfungsi untuk kelengkapan data tentang sumber penelitian yang diamati dan dianalisis sebagai bukti otentik yang nyata dan tidak mungkin untuk dimanipulasi. Beberapa dokumen yang diambil dari hasil penelitian, seperti contoh Kurikulum SD yang digunakan, piagam penghargaan dari kegiatan seni, Video Penelitian dinas Pariwisata, foto dan video aktivitas belajar dengan lingkungan sekolah, dan jawaban siswa


(32)

53 sewaktu proses pembelajaran dikumpul dapat dianalisis tingkat pemahamannya terhadap materi yang diajarkan.


(33)

158

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.KESIMPULAN

Musik Riau yang beraneka ragam dapat diajarkan kepada siswa sebagai stimulus untuk meningkatkan kreativitas dan dengan kreativitas yang tinggi mampu meningkatkan kualitas hidup dalam mengarungi masa depan. Siswa yang kreatif tidak akan kesulitan dalam menghadapi permasalahan hidup dan selalu mampu mengatasi segala kekurangan yang ada dilingkunganya. Lingkungan sekitar akan dijadikan sebagai sumber inspirasi untuk tetap berkarya.

Hal ini perlu disiasati oleh semua pihak agar pengembangan kreativitas dapat diajarkan semenjak dini. Siswa sebagai harapan dan tumpuan bangsa yang kreatif akan meningkatkan kemajuan bangsa sehingga menjadi negara berkembang, bermartabat, dan berwibawa bersaing dengan bangsa lainnya. Kemajuan dan perkembangan tersebut tentunya tidak akan meninggalkan akar budaya yang telah diwariskan oleh para leluhur sebagai wujud jati diri bangsa.

Pembelajaran seni budaya sebagai salah satu wadah yang sesuai untuk mewujudkan keinginan yang mulia ini seharusnya mampu membantu siswa dalam perkembangan hidup mereka. Dengan model pengembangan kreativitas siswa berbasis musik Riau ini merupakan salah satu langkah awal untuk mewujudkannya. Bayangkan saja jika dalam tiap daerah ada yang mengajarkan model ini sebanyak lima sekolah, berapa banyak siswa yang kreatif, berapa banyak siswa yang telah mengenali musik tradisinya, berapa banyak musik Riau


(34)

159 terangkat, berapa banyak kreativitas yang disumbangkan oleh musik Riau, dan berapa banyak nilai-nilai budaya dimiliki siswa. Ini menjadi suatu renungan yang perlu untuk dipikirkan dan direalisasikan pada setiap daerah.

Ibarat pepatah mengatakan “sekali merangkul dayung dua tiga pulau terlampaui”. Dalam pembelajaran SBK, dengan menggunakan musik Riau sebagai proses kreatif, beberapa keuntungan dapat diraih oleh siswa; pertama, dapat menanamkan nilai-nilai tradisi kepada siswa; ke dua, dengan pelajaran SBK berbasis musik Riau dapat menembangkan kreativitas Siswa; ke tiga, dapat mengembangkan budaya Riau.

Seperti yang telah dirancang dalam model ini mungkin saja sebagai bagian dalam pengembangan seni musik yang ada di Riau. Kreativitas dalam pelajaran SBK dipandang sebagai porses untuk mewujudkan hasil. Dari proses pengembangan model yang dilalui dengan menggunakan tahap-tahap penelitian seperti observasi awal ditemukan beberapa faktor penghalang dari pembelajaran SBK merupakan persoalan lama tidak kunjung berubah dan ini juga disebabkan oleh perguruan tinggi yang mengeluarkan lulusannya. Untuk guru SBK di kelas yang merupakan guru umum yang memegang beberapa mata pelajaran, sebaiknya ditingkatkan kompetensi yang baik untuk mempelajarkan seni sebagai pengembang kreativitas siswa.

Pada kenyataan musik tradisi di Riau yang cukup banyak sangat perlu untuk dilestarikan, berbagai upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk menggalakkan musik tradisi tersebut, namun kenyataannya usaha tersebut belum membuahkan hasil yang cukup berarti. Seperti contoh mempelajarkan musik


(35)

160 tradisi ke dalam pelajaran muatan lokal yang masih perlu untuk digalakkan lebih pesat lagi. Pepatah mengatakan “tak kenal maka tak sayang dan tak sayang maka tak cinta”. Bagaimana mungkin kita menuntut untuk melestarikan seni budaya kita tetapi mereka tidak kenal dengan seni budayanya sendiri dan bagaimana mungkin kita bisa mencintai seni budaya sendiri sedangkan mereka belum menyayanginya.

Dengan menggunakan metode penelitian dalam bentuk R&D dapat terlihat fenomena yang terjadi di lapangan dan membuat suatu penyelesaian dengan merancang model dan dilanjutkan dengan menerapkan ke siswa, peneliti melihat bahwa kendala dalam belajar SBK yang kurang baik dapat diatasi dengan meningkatkan kompetensi pendidik dalam mengenal lingkungan setempat sebagai wadah pembelajaran yang sangat berharga dan bermanfaat.

Dari sebuah pengalaman penulis rasakan sewaktu masih duduk dibangku SD hingga saat ini menjadi suatu gejolak yang bergemuruh dalam batin. Gejolak yang timbul merupakan salah satu permasalahan yang terjadi di lingkungan pembelajaran seni. Pembelajaran seni pada tingkat SD yang tidak mengalami perkembangan yang dirasa selama lebih kurang 20 tahun. Pembelajaran seni di SD khususnya seni musik belum dapat berkembang dan bahkan belum terlaksana dengan baik dalam pelajaran SBK.


(36)

161

B.Rekomendasi

Peneliti ingin memberikan rekomendasi atau saran membangun kepada pihak-pihak yang berkaitan dengan hal ini.

1. Bagi Sekolah

Proses pembelajaran musik di Riau perlu dikembangkan dari segi praktek pembelajaran yang dilakukan guru. Selain itu, dari hasil penelitian ini diharapkan pihak sekolah selalu mendukung dan memotivasi guru khususnya guru SBK untuk membuat sebuah pendekatan pembelajaran yang efektif dan efisien sehingga hasil belajar menjadi bermakna bagi siswa.

Mari kita lihat ke siswa yang sangat senang dan bersemangat dengan pembelajaran seni, wadahi mereka, dan bimbing mereka guna membantunya menjadi manusia yang kreatif. Melalui pembelajaran SBK kreativitas sangat banyak memberikan sumbagan kepada siswa, dan selalulah berusaha untuk selalu mencari yang terbaik bagi siswa kita.

2. Bagi Guru SBK

Walaupun guru seni yang ada di sekolah dasar bukan guru bidang studi melainkan guru kelas, diharapkan tetap megajarkan seni musik kepada siswa dengan kreativitas guru untuk mampu menyiasatinya. Memang benar adanya bahwa guru kelas memiliki beban mengajar yang cukup banyak dengan mata pelajaran yang bercabang membuat pembelajaran SBK seakan di pinggirkan.

Mari lihat bahwa kreativitas itu perlu ditanamkan kepada siswa semenjak dini dan melalui pelajaran SBK ini sangat banyak peluang siswa untuk berproses


(37)

162 kreatif dibanding pelajaran lainnya. Seperti halnya dalam pertemuan KKG, kelompok guru dapat melakukan diskusi tentang pembelajaran seni budaya ini, bagaimana mengangkat pembelajaran SBK agar lebih baik, mengadakan perlombaan seni yang difokuskan pada peningkatan kreativitas siswa yang dilatarbelakangi dengan seni budaya tradisi setempat.

Agar guru tetap mampu untuk mengajarkan seni musik, sebaiknya guru lebih meningkatkan kompetensinya dalam menggali sumber-sumber seni yang ada di lingkungannya. Sangat banyak karya seni yang dapat dilihat di lingkungan kita, baik dari media telivisi, VCD atau DVD yang marak beredar di lingkungan kita, dan menjumpai atau mengunjungi sanggar seni di lingkungan kita.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dalam hal ini, peneliti mengharapkan tindak lanjut calon peneliti lain untuk melihat celah bolong dari hasil penelitian ini. Hal ini perlu dilakukan sebagai pengembangan ilmu, agar kualitas pembelajaran musik semakin meningkat, terutama pada pembelajaran SBK di SD.

Pada sekolah dasar seharunya kita telah menanamkan kreativitas dan ini menjadi pondasi yang sangat berharga bagi perkembangan siswa untuk masa yang akan datang. Dengan demikian, bagaimana cara dan langkah untuk meningkatkan kompetensi guru SD pada pelajaran SBK, sebab guru SBK di SD adalah guru umum atau guru kelas. Berbeda halnya dengan guru seni pada tingkat sekolah menengah pertama dan atas yang merupakan guru bidang studi.


(38)

163

4. Bagi Dinas Pendidikan

Dari persoalan pendidikan yang terungkap dalam penelitian ini, diharapkan dinas pendidikan dapat menyelesaikan persoalan ini dengan baik. Banyak hal yang perlu di perbaiki dalam pembelajaran seni dan mari kita membuka mata dan melihat kepada persoalan yang ada dilapangan. Seni diperlukan oleh siswa, dengan seni dapat membantu kreativitas siswa, dengan seni dapat mengembangkan budaya kita, dengan seni kita dapat meregenerasi kesenian daerah kita.

Guru sebagai pelaksana pembelajaran seni budaya keterampilan, diharapkan mereka dapat difasilitasi dan ditingkatkan kompetensi dalam pembelajaran seni budaya. Berbagai bentuk dapat dilakukan seperti pelatiha-pelatihan seni, seminar seni, magang disanggar seni, dan kerjasama dengan universitas untuk memagangkan dosen di SD sebagai bentuk kolaborasi dosen dengan guru.

5. Pemerintah Riau

Berbagai upaya yang telah dilakukan pemerintah Riau dalam mengembangkan budaya Melayu sebagai wujud untuk mengejar visi dan misi menjadikan Riau sebagai pusat kebudayaan Melayu. Melalui model ini harapan tersebut dapat memberikan sumbangsih yang cukup baik untuk terlaksananya keinginan tersebut. Tanpa menanamkan nilai tradisi ini kepada generasi muda, maka visi misi itu akan menjadi hampa dan hanya sekedar simbol belaka.Dirasa ini lebih penting dari semua itu, apa lagi melalui menanamkan nilai budaya dapat membantu kreativitas generasi muda.


(39)

164 Dengan kreativitas yang tinggi pembangunan daerah semaki cepat terwujud dan terlaksana dengan baik. Harapan dengan diperhatikannya pembelajaran seni di sekolah tidak hanya sekedar ucapan dan diperlukan perbuatan dan tindakan.

Bantuan fasilitas alat musik dan pemberdayaan sumberdaya manusianya dibidang pendidikan seni perlu untuk ditingkatkan. Siapa lagi yang akan membangun negeri ini selain warganya sendiri. Dengan demikian memberikan bantuan kepada individu, kelompok dalam penelitian seni budaya pada lingkup pendidikan. Tidak hanya itu, pemerintah Riau sebaiknya segera mungkin mencari strategi dan langkah dalam mewujudkan pengembangan seni, peningkatan kualitas pendidik selaku ujung tombak keberhasilan dan tercapainya tujuan pemerintah.


(40)

165

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A. Chaedar. (2006). Pokoknya Kualitatif. Dasar-dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif. Jakarta: Pustaka Jaya.

Aunurrahman (2008) Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Ahimsa Heddy Shri Putra (2000) Ketika Orang Jawa Nyeni. Yogyakarta : Galang Press.

Berys Gaut and Dominic Mclver lopes (2005). The Routlege Companion to aesthetics. London and new york: Routledge.

BNSP (2006) Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP.

Borg, Walter R. & Gall (1989), Meredith Damien Gall. Educational Research: An Introduction, Fifth Edition. New York: Longman.

Budiningsi Asri (2004). Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Rineka Cipta. Dewantara, Ki Hajar. (1962). Karja Ki Hajar Dewantara. Bagian Pertama:

Pendidikan. Yogyakarta: Percetakan Taman Siswa.

Depdikbud (1984) Sejarah Pendidikan Daerah Riau. Jakarta: Departemen pendidikan dan kebudayaan proyek inventarisasi dan dokumentasi kebudayaan daerah.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Riau (2005) Musik Tradisi Riau. Pekanbaru.

Gunara Sandie (2008) Implementasi Pendekatan Kontekstual Dalam Pembelajaran Musik Sebagai Upaya Meningkatkan Kreativitas Siswa Kelas 7 SMPN 27 Bandung. Bandung: Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia..

Hargreavs David J (1986) The Developmental Psychology of Music. London: Gambride university

Ibrahim. (1988) Inovasi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud Jendral Pendidikan Tinggi.

Ibrahim.R, Nana syaodah (2003) Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Jazuli, M. (2008). Paradigma Kontekstual Pendidikan Seni. Semarang: Unesa


(41)

166 Johnson Elaine B. (2007). Contextual Teaching and Learning. Bandung: Mizan

Learning Center.

Kamaluddin (2008). Budaya Melayu. http://kamaluddin.com/2008/12/budaya-melayu.html [diakses tanggal16 Januari 2010]

Komalawati Enung. (2008). Pengembangan Aspek Kreativitas Dalam pembelajaran Seni Tari Di Sekolah Dasar. Bandung: Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Mack Dieter (2001) Pendidikan Musik Antara Harapan dan Realita. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Mack Dieter (2009) “Art Education: Mental Representation And Cultural Context” Makalah pada Seminar Internasional dan workshop. Bandung: UPI.

Masnur Muslich (2007). KTSP Pembelajaran berbasis kompetensi dan kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara

Milyartini R. (2009) “Transforming Human Values Through Art Education”. Makalah pada Seminar Internasional dan workshop. Bandung: UPI. Munandar Utami (1987). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah.

Indonesia : Grasindo.

Murgianto Sal, (2004). Tradisi dan Inovasi: Beberapa Masalah Tari di Indonesia. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.

Narawati T. (2009)”Industri Kreatif: Kemasan Wisata di Jawa Barat. Makalah pada Seminar Internasional dan workshop. Bandung: UPI.

Nurhaedah Enung Siti. (2008). Implementasi Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw Dalam Pembelajaran Seni Musik Tradisi Degung Sebagai Upaya Meningkatkan Minat Siswa Kelas 1 Di SMAN Rancaekek Bandung. Bandung: Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Novendra, Evawarni (2006) Kesenian Tradisional Masyarakat Kepulauan Riau.

Tanjung Pinang. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisi

Purwatiningsih, Hartini Ninik, (1999), Pendidikan Seni Tari Drama, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.


(42)

167 Sedyawati Edi. (1981) Pertumbuhan Seni Pertunjukan. JAKARTA: Sinar

Harapan

Sinar Tengku Lukman (1990) Pengantar Etnomusikologi dan Tarian Melayu. Medan. Perwira

Sudrajat Akhmad (2008). Pembelajaran Kontekstual Depdiknas

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/29/pembelajaran-kontekstual/ [diakses tanggal 28 April 2010]

Suherman Ayi &Udin Saefudin Saud. (2006). Inovasi Pendidikan. Bahan Belajar Mandiri 1-6 edisi ke satu. Bandung: UPI PERS.

Supanggah R. (1995) Etmomusikologi. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya. Sumardjo Jakob (2000). Filsafat Seni. Bandung: Penerbit ITB,

Supriadi, Dedi. (1994). Kreativitas, Kebudayaan dan Perkembangan IPTEK.: Bandung: Alfabeta.

Suyanto Slamet. (2005). Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Hikayat Publishing..

Sugiono, (2009). Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Soedarsono (2002) Seni Pertunjukan Indonesia. Yogyakarta: Gaja madah University.

Uno Hamzah B (2008) Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Walters D.L, (1989). Reading in Music Learning Theory. Chicago: G.I.A publication.

Syafrina Rien (1999) Pendidikan Seni Musik. Jakarta: Departemen Pendidiakn dan kebudayaan.

Syaifudin Tatang & Kurniasih (2006). Landasan Pendidikan Sekolah Dasar. Bandung: Percikan Ilmu.

Zufriady (2003) Fantasi Caknak Bongi Komposisi Tiga Bagian Untuk Kwartet Gesek. Padangpanjang: Sekolah Tinggi Seni Indonesia


(43)

168

DAFTAR INFORMAN

No Nama Pekerjaan

1. Zulkifli Kepala Sekolah SD 24 Tampan 2. Hj. Asmawirni Kepala Sekolah SD 30 Tampan 3. Erni Julianti Guru SDN 017 Tampan 4. Muherni Guru SDN 024 Tampan 5. Tuti Aina Guru SDN 030 Tampan

6 Zuarman Ahmad Seniman Riau


(1)

163 4. Bagi Dinas Pendidikan

Dari persoalan pendidikan yang terungkap dalam penelitian ini, diharapkan dinas pendidikan dapat menyelesaikan persoalan ini dengan baik. Banyak hal yang perlu di perbaiki dalam pembelajaran seni dan mari kita membuka mata dan melihat kepada persoalan yang ada dilapangan. Seni diperlukan oleh siswa, dengan seni dapat membantu kreativitas siswa, dengan seni dapat mengembangkan budaya kita, dengan seni kita dapat meregenerasi kesenian daerah kita.

Guru sebagai pelaksana pembelajaran seni budaya keterampilan, diharapkan mereka dapat difasilitasi dan ditingkatkan kompetensi dalam pembelajaran seni budaya. Berbagai bentuk dapat dilakukan seperti pelatiha-pelatihan seni, seminar seni, magang disanggar seni, dan kerjasama dengan universitas untuk memagangkan dosen di SD sebagai bentuk kolaborasi dosen dengan guru.

5. Pemerintah Riau

Berbagai upaya yang telah dilakukan pemerintah Riau dalam mengembangkan budaya Melayu sebagai wujud untuk mengejar visi dan misi menjadikan Riau sebagai pusat kebudayaan Melayu. Melalui model ini harapan tersebut dapat memberikan sumbangsih yang cukup baik untuk terlaksananya keinginan tersebut. Tanpa menanamkan nilai tradisi ini kepada generasi muda, maka visi misi itu akan menjadi hampa dan hanya sekedar simbol belaka.Dirasa ini lebih penting dari semua itu, apa lagi melalui menanamkan nilai budaya dapat membantu kreativitas generasi muda.


(2)

164 Dengan kreativitas yang tinggi pembangunan daerah semaki cepat terwujud dan terlaksana dengan baik. Harapan dengan diperhatikannya pembelajaran seni di sekolah tidak hanya sekedar ucapan dan diperlukan perbuatan dan tindakan.

Bantuan fasilitas alat musik dan pemberdayaan sumberdaya manusianya dibidang pendidikan seni perlu untuk ditingkatkan. Siapa lagi yang akan membangun negeri ini selain warganya sendiri. Dengan demikian memberikan bantuan kepada individu, kelompok dalam penelitian seni budaya pada lingkup pendidikan. Tidak hanya itu, pemerintah Riau sebaiknya segera mungkin mencari strategi dan langkah dalam mewujudkan pengembangan seni, peningkatan kualitas pendidik selaku ujung tombak keberhasilan dan tercapainya tujuan pemerintah.


(3)

165 DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A. Chaedar. (2006). Pokoknya Kualitatif. Dasar-dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif. Jakarta: Pustaka Jaya.

Aunurrahman (2008) Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Ahimsa Heddy Shri Putra (2000) Ketika Orang Jawa Nyeni. Yogyakarta : Galang Press.

Berys Gaut and Dominic Mclver lopes (2005). The Routlege Companion to aesthetics. London and new york: Routledge.

BNSP (2006) Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP.

Borg, Walter R. & Gall (1989), Meredith Damien Gall. Educational Research: An Introduction, Fifth Edition. New York: Longman.

Budiningsi Asri (2004). Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Rineka Cipta. Dewantara, Ki Hajar. (1962). Karja Ki Hajar Dewantara. Bagian Pertama:

Pendidikan. Yogyakarta: Percetakan Taman Siswa.

Depdikbud (1984) Sejarah Pendidikan Daerah Riau. Jakarta: Departemen pendidikan dan kebudayaan proyek inventarisasi dan dokumentasi kebudayaan daerah.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Riau (2005) Musik Tradisi Riau. Pekanbaru.

Gunara Sandie (2008) Implementasi Pendekatan Kontekstual Dalam Pembelajaran Musik Sebagai Upaya Meningkatkan Kreativitas Siswa Kelas 7 SMPN 27 Bandung. Bandung: Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia..

Hargreavs David J (1986) The Developmental Psychology of Music. London: Gambride university

Ibrahim. (1988) Inovasi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud Jendral Pendidikan Tinggi.

Ibrahim.R, Nana syaodah (2003) Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Jazuli, M. (2008). Paradigma Kontekstual Pendidikan Seni. Semarang: Unesa


(4)

166 Johnson Elaine B. (2007). Contextual Teaching and Learning. Bandung: Mizan

Learning Center.

Kamaluddin (2008). Budaya Melayu. http://kamaluddin.com/2008/12/budaya-melayu.html [diakses tanggal16 Januari 2010]

Komalawati Enung. (2008). Pengembangan Aspek Kreativitas Dalam pembelajaran Seni Tari Di Sekolah Dasar. Bandung: Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Mack Dieter (2001) Pendidikan Musik Antara Harapan dan Realita. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Mack Dieter (2009) “Art Education: Mental Representation And Cultural Context” Makalah pada Seminar Internasional dan workshop. Bandung: UPI.

Masnur Muslich (2007). KTSP Pembelajaran berbasis kompetensi dan kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara

Milyartini R. (2009) “Transforming Human Values Through Art Education”. Makalah pada Seminar Internasional dan workshop. Bandung: UPI. Munandar Utami (1987). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah.

Indonesia : Grasindo.

Murgianto Sal, (2004). Tradisi dan Inovasi: Beberapa Masalah Tari di Indonesia. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.

Narawati T. (2009)”Industri Kreatif: Kemasan Wisata di Jawa Barat. Makalah pada Seminar Internasional dan workshop. Bandung: UPI.

Nurhaedah Enung Siti. (2008). Implementasi Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw Dalam Pembelajaran Seni Musik Tradisi Degung Sebagai Upaya Meningkatkan Minat Siswa Kelas 1 Di SMAN Rancaekek Bandung. Bandung: Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Novendra, Evawarni (2006) Kesenian Tradisional Masyarakat Kepulauan Riau.

Tanjung Pinang. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisi

Purwatiningsih, Hartini Ninik, (1999), Pendidikan Seni Tari Drama, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.


(5)

167 Sedyawati Edi. (1981) Pertumbuhan Seni Pertunjukan. JAKARTA: Sinar

Harapan

Sinar Tengku Lukman (1990) Pengantar Etnomusikologi dan Tarian Melayu. Medan. Perwira

Sudrajat Akhmad (2008). Pembelajaran Kontekstual Depdiknas

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/29/pembelajaran-kontekstual/ [diakses tanggal 28 April 2010]

Suherman Ayi &Udin Saefudin Saud. (2006). Inovasi Pendidikan. Bahan Belajar Mandiri 1-6 edisi ke satu. Bandung: UPI PERS.

Supanggah R. (1995) Etmomusikologi. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya. Sumardjo Jakob (2000). Filsafat Seni. Bandung: Penerbit ITB,

Supriadi, Dedi. (1994). Kreativitas, Kebudayaan dan Perkembangan IPTEK.: Bandung: Alfabeta.

Suyanto Slamet. (2005). Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Hikayat Publishing..

Sugiono, (2009). Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Soedarsono (2002) Seni Pertunjukan Indonesia. Yogyakarta: Gaja madah University.

Uno Hamzah B (2008) Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Walters D.L, (1989). Reading in Music Learning Theory. Chicago: G.I.A publication.

Syafrina Rien (1999) Pendidikan Seni Musik. Jakarta: Departemen Pendidiakn dan kebudayaan.

Syaifudin Tatang & Kurniasih (2006). Landasan Pendidikan Sekolah Dasar. Bandung: Percikan Ilmu.

Zufriady (2003) Fantasi Caknak Bongi Komposisi Tiga Bagian Untuk Kwartet Gesek. Padangpanjang: Sekolah Tinggi Seni Indonesia


(6)

168 DAFTAR INFORMAN

No Nama Pekerjaan

1. Zulkifli Kepala Sekolah SD 24 Tampan 2. Hj. Asmawirni Kepala Sekolah SD 30 Tampan 3. Erni Julianti Guru SDN 017 Tampan 4. Muherni Guru SDN 024 Tampan 5. Tuti Aina Guru SDN 030 Tampan

6 Zuarman Ahmad Seniman Riau