6. Teknik Analisis Data
Analisis  data  proses  pengorganisasiannya  dan  pengurutan  data  dalam pola,  kategori  dan  uraian  dasar,  sehingga  akan  dapat  ditentukan  tema
dan  dapat  ditemukan  hipotesis  kerja  yang  disarankan  oleh  bahan hukum.  Dalam  penelitian  ini,  penulis  menggunakan  teknik  analisis
kualitatif  yaitu  dengan  menggunakan  bahan,  mengkualifikasi kemudian  menghubungkan  teori  yang  berhubungan  dengan  masalah
dan menarik kesimpulan untuk menentukan hasil Untuk  mendapatkan  data  dan  informasi  yang  diperlukan,  penulis
menggunakan  metode  observasi  melalui  metode  penggumpulan  data yuridis normatif serta metode analisis data kualitatif.
G. Sistematika Penulisan
Pembahasan  skripsi  ini  secara  garis  besar  dibagi  dalam  beberapa bagian, yaitu sebagai berikut:
BAB I:  PENDAHULUAN
Bab  ini  berisikan  Latar  Belakang,  Perumusan  Masalah,  Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Kerangka Pemikiran, Metode Penelitian,
yang terdiri dari  Sifat Penelitian, Pendekatan Penelitian, Jenis Data, serta Teknik Penggumpulan Data dan Sistematika Penelitian.
BAB  II:  EKSPRESI  BUDAYA  TRADISIONAL  SEBAGAI  HKI YANG MEMILIKI KEUNIKAN TERSENDIRI
Berisi mengenai tinjauan terhadap Ekspresi Budaya Tradisional  di Indonesia.
BAB III: TINJAUAN PERLINDUNGAN HKI TERHADAP TARIAN TRADISIONAL DI INDONESIA
Berisi  mengenai  objek  penelitian  yang  akan  di  teliti  yakni  tarian tradisional yang merupakan salah satu ekspresi budaya tradisional.
BAB  IV:  TINJAUAN  TERHADAP  PENGGUNAAN  TANPA  IZIN TANPA  IZIN  ATAU  PENGGUNAAN  SECARA  MELAWAN
HUKUM  EKSPRESI  BUDAYA  TRADISIONAL  OLEH  WARGA NEGARA ASING
Berisi  mengenai  jawaban-jawaban  atas  permasalahan  yang  ada dalam  penulisan  hukum  mengenai  ekspresi  budaya  tradisional  yang
digunakan  oleh  pihak  asing  di  lihat  dari  prespektif  Undang-Undang  Hak Cipta Tahun 2002.
BAB V: PENUTUP
Bab  ini  berisikan  kesimpulan  penulis  menarik  beberapa  simpulan yang  merupakan  jawaban atas  identifikasi  masalah setelah  melalui proses
analisis.  Penulis  pun  memberikan  beberapa  rekomendasi  atau  saran  yang bersifat kongkrit, dapat terukur dan dapat diterapkan.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Ekspresi  budaya  tradisional  diatur  dan  dilindungi  oleh  Undang-
Undang  Nomor  19  Tahun  2002  Tentang  Hak  Cipta.  Penggunaan ekspresi  budaya  tradisional  harus  mendapatkan  izin  terlebih  dahulu
dari  negara  sebagai  pemegang  ekspresi  budaya  tradisional  karena negara  yang  secara  sah  ditentukan  hukum  sebagai  pemegang
ekspresi budaya tradisional.. penggunaa tanpa izin oleh warga negara asing melanggar ketentuan Pasal 10 ayat 3 Undang-Undang Nomor
19  Tahun  2002  Tentang  Hak  Cipta.  Dalam  pasal  tersebut menentukan  bahwa  pihak  asing  yang  ingin  menggunakan  ekspresi
budaya  tradisional  harus  mendapat  izin  dari  Negara.  Pihak  asing yang  telah  menggunakan,  menyiarkan,  memamerkan  kepada  umum
ekspresi  budaya  tradisional  Indonesia  tanpa  izin  dengan  tujuan komersialisasi
yang mengakibatkan
kerugian yang
besar berkewajiban  untuk  mengganti  kerugian  yang  diderita.  Dalam
hukum  perdata  perbuatan  tersebut  dikatakan  sebagai  perbuatan melawan  hukum
Onrechmatige  Daad
.  Perbuatan  melawan  hukum
tersebut  dikategorikan  dalam  pelanggaran  hak  cipta  dapat diklasikasikan  dalam  beberapa  kategori  yakni  penggunaan  tanpa
izin,  penggunaan  dengan  izin  yang  terlambat  dan  penggunaa  demi komesialisasi semata. Penyelesaian pelanggaran hak cipta lebih tepat
diselesaikan  dengan  jalur  alternatif  penyelesaian  sengketa.  Hal  ini sesuai  dengan  filosofi  bangsa  Indonesia  dalam  sila  ke  4  dan  5
dimana  adanya  musyafarah  untuk  mendapatkan  mufakat  demi mendapatkan keadilan.
2. Kasus  pelanggaran  hak  cipta  ekspresi  budaya  tradisional  berhak
diselesaikan  oleh  Negara  yang  mendelegasikan  kepada  pemerintah daerah.    Sesuai  dengan  tujuan  otonomi  daerah  yakni  penghormatan
terhadap budaya
lokal dan
meperhatikan potensi
dan keanekaragaman  daerah  dan  tugas  pemerintah  daerah  yakni
melestarikan  kebudayaan  maka  pemerintah  daerah  berhak  atas kepemilikan kekayaan daerah dalam penyelesaian kasus pelanggaran
hak cipta. Pemeritah daerah dapat menyelesaikan kasus pelanggaran hak  cipta  dengan  memilih  salah  salah  satu  alternatif  penyelesaian
sengketa.
B. Saran