Tindak Tutur Comic (Studi Etnometodologi Komunikasi Analisis Percakapan Comic Stand Up Indo Bandung)

(1)

Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi

Humas

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia


(2)

(3)

Bagaimana Tindak Tutur Comic

(Studi Etnometodologi Komunikasi Analisis Percakapan Comic

Standup Indo Bandung kepada Khalayak) ?

Lokusi

Ilokusi

Pertanyaan Mikro

Bagaimana

Tindak Tutur

Comic Standup Indo

Bandung kepada


(4)

Analisis

Percakapan

Speech Act Theory

(Teori Tindak Tutur)

Tindak Ilokusi

(Illocutionary Acts)

Tindak Perlokusi

(Perlocutionary Acts)


(5)

Analisis Percakapan

Speech Act Theory

Lokusi

Ilokusi

Perlokusi

Tindak Tutur


(6)

kualitatif dengan Studi Etnometodologi

Pendekatan kualitatif

Menurut Hamid Patilima yang

dimaksud

dengan

kualitatif

adalah hasil pengumpulan data

dan

informasi

dengan

menggunakan berbagai metode

pengumpulan

data,

seperti

pengamatan,

wawancara,

menggambar, diskusi kelompok

terfokus, dan lain-lain. Semua

data

dan

informasi

yang

Studi Etnometodologi

Etnometodelogi

dikembangkan

oleh

Harold

Garfinkel (1976). Etnometodelogi muncul pada akhir

1960-an sebagai reaksi terhadap

perspektif-perspektif

sosiologi

sebelumnya,

terutama

fungsionalisme struktural yang menganggap bahwa

segala realitas merupakan akibat yang telah

ditentukan oleh faktor struktur sosial, sedangkan

etnometodelogi menekankan bahwa realitas sosial

dan organisasi sosial merupakan hasil dar


(7)

Studi Literartur

Internet Searching

Wawancara

Observasi

Partisipatif

Dokumentasi


(8)

Informan

2 Khalayak

2 Comic

Boris T. Manulang

Randika Jamil

Widyannea

Fadil Azim


(9)

penelitian ini bersifat sempit, karena penelitian

dilakukan di cafe atau tempat dimana Comic

Stand up Comedy tampil.

Waktu Penelitian

Peneliti melakukan penelitian ini kurang lebih

selama 6 bulan yaitu pada bulan Februari 2012

s/d Juli 2012


(10)

(Studi Etnometodologi Komunikasi Analisis Percakapan

Comic

Standup Indo Bandung kepada Khalayak) ?

Tindak Tutur Lokusi

(Pesan)

Tindak Tutur Ilokusi

(Makna)

Tindak Tutur Perlokusi

(Dampak)

Media Tepat

Gaya

Pemilihan Kata


(11)

mudah menerima pesan dengan gaya humor karena lebih ringan dan mudah untuk dipahami. Comic harus peka dengan lingkungan sekitar panggung dan cepat mencari materi riffing ketika harus tampil. Ada proses pembentukan konsep pesan sebelum memulai riffing, cari materi lalu sampiakan dengan komedi atau mengangkat materi riffing dari what they do , yang berarti mengangkat materi dari apa yang dilakukan khalayak saat menanggapi tanggapan comic.

Dalam komunikasi, kesamaan makna akan berdampak pada efektifitas komunikasi. Begitupun dalam percakapan, perbedaan makna akan membawa komunikasi berhujung hanya sekedar basa-basi. Dalam stand up comedy basa-basi bukan menjadi tujuan akhir, tetapi tertawa dan tentunya satu pemahaman baru dari comic untuk dibagikan kepada khalayak. Dalam melakukan riffing , comic biasanya menggunakan bahasa sederhana agar pesan mudah dimengerti oleh khalayak. Selain itu tentunya pesan yang disampaikan harus ada kesinambungan dengan khalayak, kalau semisal kita me-riffing tapi materi riffing kita tidak ada hubungan sama khalayak mereka bakal susah untuk mengerti.

Tujuan utama seorang comic dalam sebuah performancenya adalah bisa menyuarakan pendapat mereka akan satu hal, dan berbagi pengalaman kepada khalayak dengan cara yang lucu. Pencapaian comic dalam setiap penampilan openmicnya adalah khalayak dapat mendengarkan pendapat comic tentang apa yang disampaikan dari sudut pandang comic dan juga khalayak tersadarkan akan satu ilmu

Tutur Lokusi

(Pesan)

Tindak

Tutur Ilokusi

(Makna)

Tindak

Tutur


(12)

menuangkan pendapatnya baik melalui media audio, visual, ataupun audiovisual.

Melalui seni stand up comedy inilah khalayak bisa mendapatkan pemahaman comic

dalam menanggapi isu yang ada disekitar mereka. , tentunya dari sudut pandang comic

sebagai penyampai pesan.

Bagi para Comic, khususnya di kota Bandung, dengan hasil penelitian ini dapat lebih

meningkatkan kualitas dari Pesan yang disampaikan dalam setiap Openmic, dan juga

dapat menyajikan satu penampilan Openmic yang efektif sehingga para khalayak yang

menonton mendapatkan pesan yang bermanfaat dan tentunya bisa digunakan dalam

menghadapi satu masalah yang sama.

pecinta

Stand up

comedy

Bagi

Para Comic


(13)

(14)

(15)

(16)

Bandung Kepada Khalayak)

Skripsi

Diajukan untuk menempuh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas

Oleh : Firmansyah Akbar

NIM. 41808167

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(17)

(18)

(STUDI ETNOMETODOLOGI KOMUNIKASI ANALISIS PERCAKAPAN COMIC STAND UP INDO BANDUNG)

Oleh : Firmansyah Akbar

NIM. 41808167

Skripsi ini di bawah bimbingan,

Adiyana Slamet , S.IP., M.Si

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan mengenai Tindak Tutur Comic (Studi Etnometodologi Komunikasi Analisis Percakapan

Comic Standup Indo Bandung kepada Khalayak) Untuk dapat menjawab mengenai Tindak Tutur Comic tersebut maka peneliti mengangkat tiga sub fokus yaitu tindak tutur lokusi (pesan), tindak tutur ilokusi (makna), dan tindak tutur perlokusi (dampak) comic stand up indo bandung kepada khalayak.

Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan dengan studi etnometodelogi, yang menjadi subjek penelitian ini adalah Comic dan Khalayak yang melakukan percakapan dalam kegiatan Openmic, sedangkan informan diambil sebanyak 4 orang terdiri dari 2 Comic dan 2 Khalayak. Data diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi partisipan, studi pustaka,

internet searching, dan dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif, yaitu pengumpulan data, analisis data, pengeditan, dan yang terakhir adalah proses akhir analisis penelitian dan pembahasan yang didasarkan pada berbagai teori yang digunakan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan sub fokus tindak tutur lokusi (pesan), tindak tutur ilokusi (makna), dan tindak tutur perlokusi (dampak). Analisis percakapan comic stand up indo Bandung kepada khalayak adalah mampu menghadirkan pesan yang mudah dimaknai dan membawa dampak yang positif bagi khalayak dan dengan menghadirkan komunikasi yang efektif agar tercipta saling pengertian antar comic dan khalayak terkait percakapan yang terjadi dalam satu tampilan Openmic.

Kesimpulan dari tindak tutur comic ini memperlihatkan bahwa tehknik riffing dalam satu tampilan stand up comedy. Akan berhasil dengan efektif apabila didalamnya dikemas dengan melihat pesan, makna, dan dampak yang akan didapat oleh khalayak dan tentunya dapat menghibur khalayak dengan komedi cerdas.

Saran dari peneliti bagi setiap comic agar lebih meningkatkan dan menambah lagi segi kreatifitas dalam mengemas materi Riffing dalam setiap tampilan Openmic, walaupun Riffing hanya sebagian kecil teori yang ada dalam stand up comedy, namun khalayak tetap mendapatkan pengetahuan yang baru di


(19)

A COMMUNICATION ETHNOMETHODOLOGY STUDY OF STAND UP INDO BANDUNG COMIC CONVERSATION ANALYSIS

By :

Firmansyah Akbar NIM. 41808167

This research is under the guidance of

Adiyana Slamet, S.IP., M.Si

This research purposes is to know and explain about the speech act of Comic (Ethnometodhology communication study analysis of stand up Indo Bandung Comic to public) . The researcher have 3 sub focus . There are speech act locutions (message), speech act illocutions (meaning), and speech act per-locutions (effect) stand up indo Bandung to the public.

The method that is used in this research is a qualitative approach to the study of ethnomethodology communication which is the subject is a Comic and the public that make a conversation in an Openmic activity. The informants are 2 comics and 2 persons from public. The data are obtained by a deep interviewing to the participant observation, literature, internet searching, and documentation. Descriptive method is used as a tool for data analysis which are data collection, data analysis, editing, and for the last is the last analysis process of the research and the explanation based on the theory.

The result of the research showed that using the speech act locutions (message), speech act illocutions (meaning), and speech act perlocutions (effect), the analysis of stand up indo Bandung comic conversation to public is able to present an easily understood message and bring a positive impact for the audience and by presenting an effective communication to create an understanding between the Comic and the public which related to the conversation in an Openmic performance.

The conclusion of the comic speech act showed that the riffing technique in a performance of stand up comedy can be effective if it have messages, meaning and effects in it to the public and of course can entertain the public by smart jokes.

Suggestion from the researcher for all Comics is that they have to increase and add more creativity in packing the Riffing in every openmic performance, though Riffing is just a small part in stand up comedy theory, however public still get the fresh knowledge in it.


(20)

Assalamu’alaikum. Wr. Wb

Alhamdulillahirabbilalamin, Segala puji dan syukur seraya peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia – Nya yang telah meridhoi segala jalan dan upaya peneliti dalam menyelesaikan penelitian skripsi ini tepat pada waktu yang telah ditentukan pada akhirnya Penulis dapat membuat dan menyelesaikan tugas akhir dengan baik dan lancar.

Dalam melakukan penelitian skripsi ini tidak sedikit peneliti menghadapi kesulitan serta hambatan baik tekhnis maupun non tekhnis. Namun atas izin Allah SWT, juga berkat usaha, doa, semangat, bantuan, bimbingan serta dukungan yang peneliti terima baik secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak, akhirnya peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Pada kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada keluarga tercinta di Sorong (Papua Barat) yang sudah memberikan doa dan dukungan baik Materil ataupun Inmateril. Terimakasih untuk Papa tercinta


(21)

penulis yang sudah banyak memberikan supportnya, doanya sehingga penulis mampu menyelesaikan penelitian ini.

Melalui kesempatan ini pula, dengan segala kerendahan hati peneliti ingin menyampaikan rasa hormat, terimakasih, dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Yang Terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A selaku Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia, yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian skripsi.

2. Bapak Drs. Manap Solihat, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia. Yang telah memberikan berbagai ilmu kepada peneliti selama perkuliahan berlangsung.

3. Ibu Melly Maulin. P, S. Sos, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia. Yang telah memberikan berbagai ilmu kepada peneliti selama perkuliahan berlangsung.

4. Ibu Desayu Eka Surya, S.Sos, M.Si, selaku Dosen Kemahasiswaan

Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia, serta sebagai Wali dosen Peneliti dari awal perkuliahan hingga akhir perkuliahan ini.

5. Bapak Adiyana Slamet, S.IP, M.Si, selaku staf Dosen tetap Program


(22)

Komputer Indonesia. serta selaku dosen pembimbing yang telah sabar dalam memberikan bimbingan, nasehat, semangat dalam penyusunan penelitian skripsi ini.

6. Ibu Rismawaty, S.Sos., M.Si. selaku staf Dosen tetap Program Studi Ilmu

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia. Yang telah memberikan berbagai ilmu kepada peneliti selama perkuliahan berlangsung.

7. Bapak Arie Prasetio, S,Sos,. M.Si. selaku staf Dosen tetap Program Studi

Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia. Yang telah memberikan berbagai ilmu kepada peneliti selama perkuliahan berlangsung.

8. Bapak Yadi Supriadi S.Sos, M.Phil. selaku staf Dosen tetap Program

Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia. Yang telah memberikan berbagai ilmu kepada peneliti selama perkuliahan berlangsung.

9. Bapak Inggar Prayoga S.I.Kom, selaku staf Dosen tetap Program Studi

Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia. Yang telah memberikan berbagai ilmu kepada peneliti selama perkuliahan berlangsung.

10.Bapak Sanggra Juliano S.I.Kom, selaku staf Dosen tetap Program Studi

Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia. Yang telah memberikan berbagai ilmu kepada peneliti selama perkuliahan berlangsung.


(23)

11.Ibu Tine A. Wulandari S.Ikom , selaku staf Dosen tetap Program Studi

Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia. Yang telah memberikan berbagai ilmu kepada peneliti selama perkuliahan berlangsung.

12.Mba Astri Ikawati AMd.Kom, selaku Sekretariat Program Studi yang

telah membantu dalam mengurus surat-surat izin pelaksanaan penelitian ke perusahaan dan surat-surat lainnya.

13.Mba Raden Intan Fajrina S.Ikom selaku Sekretariat Program Studi yang

telah membantu dalam mengurus surat-surat izin pelaksanaan penelitian ke perusahaan dan surat-surat lainnya.

14. Komunitas “Standup Indo Bandung” selaku komunitas yang menaungi

Komika terbaik di Kota Bandung tercinta. Terimakasih atas Ijin melakukan penelitian

15.Randhika Jamil dan Boris T. Manulang selaku Informan Penelitian,

yang sudah mau memberikan kesempatan untuk menjadi informan peneliti.

16.Fadil dan Widyannea selaku Informan Penelitian, yang sudah mau

memberikan kesempatan untuk menjadi informan peneliti.

17.Buat Saudara tercinta, Herlya Yulia Irawati “Mba lya” , Hendra Rahman Irawan “Abang Hein”, Wahyu Hadyanto Wijaya “Abang

Rhygan” , Ade ganteng Erwinsyah Roni . Terimakasih atas dukungan dan doanya.


(24)

18.Keluarga di Kosan Abang Yunan, Abang Fray, Ferri, dll Terimakasih

atas rasa kekeluargaannya.

19.Sahabat-sahabat terbaik yang pernah saya kenal Aan, Debby, Raih, Akus,

X-Community, Opik dan Insidence, Banana, Dll

20.Rekan-rekan Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi dan Public

Relations Periode 2010-2011 ,

21.Rekan-rekan Pejuang08 e.k.e Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 dan

Rekan-rekan Humas2 Tanpa Terkecuali Terimakasih bantuannya,

saran-sarannya sangat membantu dalam penelitian ini. Sukses untuk Kita semua.

22.Rekan-rekan Komunitas “Stand up Comedy” Bandung dan “Stand up Comedy” Unikom. Terimakasih, dan Viva La Komtung!

Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu Penulis dalam pembuatan laporan praktek kerja lapangan ini. Akhir kata Penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi Penulis khususnya dan pembaca sekalian umumnya.

Bandung, 2012


(25)

DAFTAR ISI

Hal

LEMBAR PENGESAHAN ... i

SURAT PERNYATAAN …... ii LEMBAR PERSEMBAHAN ... iii

ABSTRAK ………... iv

ABSTRACT …...………... v KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah ... 1 1.2. Rumusan Masalah ... 9 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian ... 10 1.3.1. Maksud Penelitian ... 11 1.3.2. Tujuan Penelitian ... 11 1.4.Kegunaan Penelitian ... 11 1.4.1. Kegunaan Teoritis ... 11 1.4.2. Kegunaan Praktis ... 12


(26)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1Tinjauan Peneliti Terdahulu ... 13 2.1.1 Tinjauan Tesis ... 13 2.2Tinjauan Tentang Komunikasi ... 14 2.1.1. Defenisi Komunikasi ... 14 2.1.2. Jenis Komunikasi ... 16 2.1.3. Proses Komunikasi ... 20 2.1.4. Tujuan Komunikasi ... 23 2.1.5. Fungsi Komunikasi ... 26 2.1.6. Konteks Komunikasi ... 27 2.1.6.1.Tinjauan Tentang Komunikasi Humor ... 30 2.1.6.1.1. Pengertian Humor ... 30 2.1.6.1.2. Fungsi Humor ... 31 2.1.6.1.3. Pengertian Komunikasi Humoris ... 32 2.1.6.2.Tinjauan Tentang Komunikasi Antar Pribadi ... 33 2.1.6.2.1. Tinjauan Tentang Komunikator ... 36 2.3Kerangka Pemikiran ... 40 2.3.1 Tinjauan Tentang Analisis Percakapan ... 41 2.3.2 Spech Act Theory (Teori Tindak Tutur) ... 42


(27)

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Tinjauan Tentang Stand Up Comedy ... 47 3.1.1 Sejarah Singkat Stand up Comedy dan Stand up Indo .... 47 3.1.2 Sejarah Stand up Indo Bandung ... 57 3.1.3 Standup Comic ... 59

3.2 Metode Penelitian ... 60 3.2.1 Desain Penelitian ... 60 3.2.2 Teknik Pengumpulan Data ... 62 3.2.2.1Studi Pustaka ... 62 3.2.2.2Studi Lapangan ... 63 3.2.3 Teknik Penentuan Informan ... 64 3.2.4 Teknik Analisa Data ... 66 3.2.5 Uji Keabsahan Data ... 69 3.2.6 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 72

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1.1Profil Informan ... 74 1.2Hasil Penelitian ... 79 1.2.1 Tindak Tutur Lokusi (Pesan) ... 80 1.2.2 Tindak Tutur Ilokusi (Makna) ... 86 1.2.3 Tindak Tutur Perlokusi (Dampak) ... 89 1.3Pembahasan ... 92


(28)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ... 104 5.2 Saran ... 107 5.2.1 Saran bagi pecinta Stand up Comedy ... 107 5.2.2 Saran bagi Comic ... 107 5.2.3 Saran bagi Mahasiswa ... 104

DAFTAR PUSTAKA ... 109

LAMPIRAN ... 112


(29)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Model Kerangka Pemikiran ... 45 Gambar 3.1 Akun Twitter @StandUpIndo ………... 53 Gambar 3.2 Akun Twitter @StandUpIndo_BDG ………. 57 Gambar 3.3 Komponen-Komponen Analisis data : Model Interaktif ... 67 Gambar 4.1 OpenmicBoris Bokir di Bobercafe ………... 96 Gambar 4.2 OpenmicRandika Jamil di Bobercafe ………... 97 Gambar 4.3 Gambar Model Proses Komuniasi Comic dan Khalayak ……….. 103


(30)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tabel Informan ... 65 Tabel 3.2 Schedule Penelitian ... 72


(31)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Penugasan Dosen Pembimbing ………... 112 Lampiran 1 Lembar Revisi Skripsi ………….…... 113 Lampiran 2 Pengajuan Pendaftaran Ujian Sidang Sarjana ... 114 Lampiran 3 Surat Rekomendasi Pembimbing Untuk

Mengikuti Sidang Sarjana ………. 115 Lampiran 4 Berita Acara Bimbingan ……… 116 Lampiran 5 Pedoman Observasi ………... 117 Lampiran 6 Transkrip Percakapan ……… 119 Lampiran 7 Pedoman Wawancara ……… 123 Lampiran 8 Lampiran Identitas Informan ………. 136 Lampiran 9 Lampiran Foto-Foto ……….. 140


(32)

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Humor pada dasarnya membawa ketenangan bagi penikmatnya, Kata humor diambil dari akar sebuah kata yang berarti "embun atau uap lembab." Uap lembab ini merupakan salah satu unsur yang memungkinkan sesuatu bertumbuh. Ini menyiratkan pentingnya humor dalam kehidupan, khususnya dalam kehidupan Sosial. Humor menumbuhkan relasi di dalamnya.

Secara garis besar humor terbagi atas dua aspek, yaitu humor tidak disengaja, dan humor disengaja. Humor tidak disengaja berkaitan dengan kejadian-kejadian faktual yang dianggap merupakan ketidakseimbangan antara harapan dan kenyataan. Sedangkan, humor disengaja berasal dari kreasi manusia dalam bentuk karya, karsa, dan cipta. Berikut Jenis humor yang bisa diidentifikasi di Indonesia adalah:

1. Guyon parikena, isinya lelucon yang menyindir, tapi tidak terlalu kasar. Guyon ini biasanya dipakai seorang bawahan kepada atasannya atau adik kelas kepada kakak kelas, dan sangat jarang ditujukan kepada orang yang benar-benar dihormati. Humor ini bermaksud bukan untuk mendominasi secara psikologis.


(33)

2. Satire, atau sinisme. Berbeda dengan guyon nomor 1, guyon ini muatan ejekannya lebih dominan. Kata-kata sindiran mulai dibumbui predikat-predikat menyinggung secara psikologis. Dasarnya adalah kecenderungan memandang rendah orang lain, sehingga jika tidak hati-hati menggunakannya, ini bisa sangat tidak mengenakkan hati. 3. Pelesetan. Humor ini juga populer saat ini. Orang Barat menyebutnya

imitative atau parody. Isinya, memelesetkan segala sesuatu yang populer sehingga nampak lucu dan mengundang tawa orang yang melihatnya. Nama-nama Rhoma Irama dipelesetkan menjadi Roma Aroma atau SBY dipelesetkan sebagai Si Butet Yogya termasuk kategori ini.

4. Slapstick. adalah humor yang berkaitan dengan nuansa fisik. Gigi maju, badan pendek, atau bibir “dower” menjadi contoh-contoh yang populer di televisi masa sekarang.

5. Olah logika, jenis humor yang didasarkan pada gaya analisis, biasanya

dipakai oleh kalangan terdidik. “Kita harus mewaspadai bahaya

provokasi dan provokator!” teriak santri dalam sebuah latihan pidato.

“Apa bedanya?” Tanya Kyai. “Provokasi itu tingkat propinsi, Ya.

Kalau provokator itu tingkat pusat.”

6. Superioritas-interioritas. Lelucon ini muncul karena melihat cacat, kebodohan, atau kesalahan pihak lain. Misalnya, dialog antara dua orang tuli berikut:


(34)

A : “Darimana, Kang? Dari mancing ya?”

B : “Nggak. Dari mancing kok.”

C : “Oalah, saya kira dari mancing.”

7. Kelam. Sering dkategorikan “black humor“, isinya sesuatu semacam

penderitaan, kejadian menyeramkan, atau sejenisnya.

8. Seks. Seks di sini diartikan bukan sebagai jenis kelamin, tapi hubungan hal yang menjurus keporno-pornoan, bahkan full porno. Sifatnya yang ringan membuat humor jenis ini tidak memerlukan pikiran mendalam dan mudah mengundang gelak tawa.

9. Apologisme. Dalam istilah mudahnya, “ngeles“. Hal ini bukan untuk

melucu, tapi justru berlindung di balik lelucon.1

Jenis-jenis humor yang ada di atas, hampir semuanya pernah dikemas dalam bentuk tayangan publik di Indonesia. Sebut saja satire, slapstick, dan pelesetan. Bahkan, satu tayangan humor di televisi bisa mengandung tiga sampai lima jenis humor dari daftar tersebut. Sementara itu, humor-humor yang

membutuhkan sedikit pemikiran, sebut saja dari daftar di atas “olah logika”, tidak

populer sebagai objek kemasan acara komedi televisi. Jelas, karena pelakon dan pengarah adegan tidak perlu bersusah-payah menyusun konsep yang

1

http://hiburan.kompasiana.com/humor/2011/08/05/tayangan-humor-indonesia-sarkastis/ .15:05 28-02-2012


(35)

membutuhkan pemikiran lebih dalam menimbulkan kelucuan-kelucuan. Hasilnya, tidak mengherankan jika orang-orang luar, sebut saja “barat”, menonton acara humor di Indonesia, menganggapnya lebih sarkastis dibandingkan humor-humor mereka yang lebih sering menggunakan olah logika.

Stand up Comedy adalah salah satu jenis humor olah logika yang populer di Eropa dan Amerika pada abad ke-18 atau 19 , Awalnya pertunjukan ini dipertunjukkan di aula pertunjukan musik. Pada tahun 1979 di Inggris terbentuk sebuah kelompok Stand up Comedy gaya amerika pertama yang didirikan oleh Peter Rosengard. Seiring dengan dibentuknya kelompok ini kemudian mulai bermunculan kelompok-kelompok Stand up Comedy sejenis di berbagai penjuru dunia yang kemudian semakin menancapkan eksistensinya.

Seiring berjalannya waktu komunitas-komunitas dan pertunjukan Stand up Comedy menyebar ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Di kawasan asia banyak

comic-comic terkenal yang muncul dari seni Stand up Comedy ini, contohnya Akmal Saleh dari Malaysia, Paul Ogata dari Singapura, Johny Lever dari India, Dany Cho dari Korea Selatan.

Stand up Comedy merupakan bentuk dari seni komedi atau melawak yang disampaikan secara monolog kepada penonton. Biasanya ini dilakukan secara live dan komedian akan melakukan one man show. Meskipun di sebut dengan Stand up Comedy, komedian tidaklah selalu berdiri dalam menyampaikan komedinya. Ada beberapa komedian yang melakukannya dengan duduk dikursi persis seperti orang yang sedang bercerita. Dalam masalah penampilan, pertunjukan ini bisa


(36)

dikatakan tidaklah terlalu ribet mengaturnya. Begitu sederhananya bentuk pertunjukan ini, seorang komedian bisa tampil meski dengan hanya memakai T-Shirt dan celana pendek. Meski demikian, tetaplah tidak mudah untuk menjadi pelaku Stand up Comedy. Selain faktor "harus bisa melucu", tekanan mental juga pasti akan hadir selama penampilan. Jika lelucon yang diberikan tidak dimengerti atau bahkan tidak dianggap lucu, para khalayak tentu tidak akan tertawa dan yang lebih parah mereka malah mencibir komedian yang tampil

Pelaku komedian ini biasa disebut dengan "Stand up Comic" atau secara singkat disebut dengan "Comic". Para Comic ini memberikan beragam cerita humor, lelucon pendek atau kritik-kritik berupa sindiran terhadap sesuatu hal yang sifatnya cenderung umum dengan berbagai macam sajian gerakan dan gaya. Beberapa Comic pun bahkan menggunakan alat peraga untuk meningkatkan performa mereka di atas panggung. Dan tak mustahil jika terdapat lelucon yang berbau cabul, rasis dan vulgar di Stand up Comedy. Mereka biasanya membuat script dan catatan-catatan kecil dalam rangka untuk mempermudah mereka dalam berkomedi.

Stand up Comedy merupakan bentuk permainan bahasa, lebih spesifiknya permainan kata. Rumus humor ini mirip dengan kebanyakan humor one-liner atau humor satu baris. Awalnya terdapat setup (tubuh) humor, yang kemudian diikuti dengan punchline (baris penegas). Dalam Stand up Comedy ada satu komponen yang patut untuk kita ketahui bersama, komponen itu adalah pesan. Pesan adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh komunikator, dalam hal ini


(37)

komunikator adalah seorang Comic. Dalam proses pemaknaan ada pesan yang bisa diterima langsung oleh khalayak, ada pesan yang hanya bisa di mengerti ketika ada proses berpikir lebih dalam oleh khalayak. Pesan yang hadir dalam setiap pertunjukan Stand up Comedy seringkali pesan yang hanya bisa di mengerti ketika ada proses berpikir lebih dalam oleh khalayak , ketika pesan disampaikan oleh Comic tugas selanjutnya adalah proses pemaknaan oleh setiap khalayak hingga akhirnya dapat mengetahui pesan yang disampaikan Comic.

Pertunjukan Stand up Comedy di sebut dengan istilah Stand up Show dan Pertunjukan Khusus Stand up Comedy adalah Stand up Nite. Cukup membingungkan memang membacanya tapi yang di maksudkan adalah Stand up Show ada pada Cafe, Seminar, Workshop, dan bahkan pada Ulang Tahun sekalipun, layaknya seperti Penampilan Band/Group Musik pada umumnya. Stand up Show sendiri adalah pertunjukan Stand up Comedy. Artinya, entah itu penampilan Comic perseorangan atau lebih pada satu acara yang menggunakan

Stand up Comedy sebagai Hiburan. Perbedaan antara Stand up Show dan Standup Nite cukup jelas Stand up Show adalah pertunjukan Stand up Comedy. Sedangkan

Stand up Nite adalah nama acara yang khusus menampilkan Stand up Show.

Salah satu ritual yang di jalani oleh seorang Stand Up Comic sebelum tampil di Stand up Show atau Stand up Nite adalah Openmic. Istilah Openmic

dalam komunitas Stand up Comedy berarti tampil di panggung terbuka yang digelar bagi siapapun yang hendak tampil. Artinya selain kapasitas orang yang tampil tidak ada yang membatasi orang untuk Openmic. Melalui Openmic inilah


(38)

setiap Comic mencoba untuk berlatih Stand up Show. Openmic itu dikenal sebagai amateurs night, jadi kita tidak perlu terbeban menjadi lucu setiap malam yang penting ada yg mau jajal, Openmic. membantu menemukan talenta-talenta

Comic lokal dan membantu mengasah ilmunya karena Tidak mungkin membangun Stand up Comedy tanpa Openmic. Openmic itu sering digunakan oleh comic baru untuk memperkenalkan dirinya dan juga sering digunakan laboratorium bagi para Comic yang sudah dikenal. Dengan resiko harus bertemu dengan Comic yg lucu dan yang tidak, atau ketemu Comic yang sudah dikenal tapi materinya ada yang lucu dan ada yang tidak.

Seiring dengan perkembangaannya, di Bandung sendiri komunitas Stand up Comedy dikenal dengan Nama Stand up indo Bandung. Acara kumpul dan

Openmic di Stand up indo Bandung tersebut rutin diadakan di Bober Cafe setiap hari Minggu malam. Setiap orang bisa mendatangi seorang panitia untuk mencatat namanya dalam sebuah kertas. Kertas tersebut nantinya akan menjadi semacam absen bagi para Comic. Setiap nama yang dipanggil akan memberikan lawakan dalam waktu tujuh menit. Boleh kurang, asal jangan lebih. Dalam Openmic ketika ada Comic yang tidak lucu, harap di maklumi karena Openmic adalah ajang latihan Comic sebelum mereka jadi seorang professional.

Pada dasarnya beberapa Comic yang tampil melucu melakukan semua tehknik Stand up Comedy , dan diantara berbagai tehknik yang ada Riffing

merupakan tehknik yang di gunakan oleh Comic untuk berinteraksi dengan khalayak untuk memunculkan sebuah kelucuan. Dalam Riffing Terjadi dialog,


(39)

artinya Comic dengan membawakan materinya yang lucu berusaha untuk menyampaikan pesan dengan berharap ada kesamaan makna yang di terima oleh para Khalayak, bagi sebagian besar orang, percakapan merupakan interaksi sehari-sehari yang tidak formal, tetapi dalam teori komunikasi, percakapan memiliki makna khusus. Percakapan adalah sebuah rangkaian interaksi dengan awal dan akhir, pergantian yang jelas, dan beberapa maksud dan tujuan2.

Dalam percakapan juga diatur oleh aturan-aturan; mereka memiliki hubungan tampilan dan struktur serta makna. Percakapan meliputi semua jenis interaksi, termasuk pembicaraan sosial seperti debat, sosialisasi, upaya pemecahan masalah sosial, dan jenis wacana lain dimana pelaku komunikasi menggunakan bahasa dan perilaku non verbal untuk saling berinteraksi, contohnya pembicaran keluarga antara adik dan kaka, orang tua dan anak, percakapan melalui telepon, obrolan dunia maya seperti jejaring sosial atau surat elektronik, serta semua jenis interaksi lainnya. Ketika anda memikirkannya, maka anda dapat megetahui bahwa percakapan merupakan inti dari komunikasi, sehingga menjadi sebuah subjek penting dalam teori komunikasi.

Percakapan ada pada bagian Komunikasi Interpersonal, Komunikasi Interpersonal dianggap efektif, jika orang lain memahami pesan anda dengan benar, dan memberikan respon sesuai dengan yang anda inginkan. Komunikasi interpersonal yang efektif berfungsi membantu anda untuk : (a) Membentuk dan menjaga hubungan baik antar individu; (b) menyampaikan

2


(40)

pengetahuan/informasi; (c) mengubah sikap dan perilaku; (d) pemecahan masalah hubungan antar manusia; (e) Citra diri menjadi lebih baik; dan (f) Jalan menuju sukses. Dalam aktifitas tersebut esensi komunikasi interpersonal yang berhasil adalah proses saling berbagi (sharing) informasi yang menguntungkan kedua belah pihak, anda dan orang-orang yang berkomunikasi dengan anda. (Aw Suranto, 2011 : 79)

Kini sudah menjadi rahasia umum jikalau Komunikasi ada pada sebagian besar waktu yang kita gunakan, dimulai dari waktu bangun dimana kita interaksi dengan anggota keluarga, beraktivitas diluar rumah juga melibatkan komunikasi. Dikampus misalnya mahasiswa berdiskusi dalam perkuliahan, berinteraksi dengan rekan sekampus, atau berdiskusi dengan dosen, bahkan membeli sesuatu dari pedagang di lingkungan kampus juga menggunakan komunikasi sebagai sarananya. Demikianlah, apapun aktivitas kita seharian, tidak pernah terlepas dari kegiatan komunikasi. Di rumah sehabis beraktivitas, bercengkrama dengan keluarga juga melibatkan komunikasi.

Kefektifan dalam komunikasi menjadi tujuan utama individu memulai komunikasi, karena ketika apa yang disampaikan berbeda maknanya dengan apa yang diterima akan membuat komunikasi itu berjalan percuma.

1.2. Rumusan Masalah

Dalam Stand up Comedy, kefektifan komunikasi juga menjadi hal penting. dengan proses pemaknaan yang sesuai dengan pesan yang di sampaikan oleh komunikator dalam hal ini Comic akan menghasilkan dampak berupa tawa dari


(41)

khalayak. Maka Dalam penelitian ini peneliti merumuskan masalah menjadi dua, yakni :

1.2.1 Pertanyaan Makro :

Bagaimana Tindak Tutur Comic (Studi Etnometodologi Komunikasi Analisis Percakapan Comic Stand up Indo Bandung kepada Khalayak) ?

1.2.2 Pertanyaan Mikro :

1. Bagaimana Tindak Tutur Lokusi Comic Stand up Indo Bandung kepada Khalayak ?

2. Bagaimana Tindak Tutur Ilokusi Comic Stand up Indo Bandung kepada Khalayak ?

3. Bagaimana Tindak Tutur Perlokusi Comic Stand up Indo Bandung kepada Khalayak ?

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1. Maksud Penelitian

Adapun disini peneliti memiliki maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menguraikan, mengenai Tindak Tutur Stand up Comic

(Studi Etnometodologi Komunikasi Analisis Percakapan Comic Stand up Indo Bandung kepada Khalayak)


(42)

1.3.2. Tujuan Penelitian

Bekaitan dengan masalah yang akan diteliti, maka adapun tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah :

1. Untuk Mengetahui Tindak Tutur Lokusi Comic Stand up Indo Bandung kepada Khalayak.

2. Untuk Mengetahui Tindak Tutur Ilokusi Comic Stand up Indo Bandung kepada Khalayak.

3. Untuk Mengetahui Tindak Tutur Perlokusi Comic Stand up Indo Bandung kepada Khalayak.

1.4. Kegunaan Penelitian

1.4.1. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini berguna sebagai pemahaman dan pengertian mengenai Ilmu Komunikasi secara umum, dan Studi Etnometodologi Komunikasi Analisis Percakapan secara Khusus. Mengenai Tindak Tutur Comic dalam

Stand up Show-nya. Dimana dalam prosesnya tidak terlepas dari adanya peran Komunikasi Efektif.

1.4.2. Kegunaan Praktis

Adapun dalam penelitian ini, selain memiliki kegunaan teoritisnya peneliti pun memaparkan kegunaan praktis dari penelitian yang dilakukan. Yaitu :


(43)

1. Bagi Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan baru bagi peneliti mengenai Ilmu Komunikasi secara umum dan Studi Etnometodologi Komunikasi Analisis Percakapan secara khusus yaitu mengenai proses pengaplikasian Teori Tindak Tutur dan membandingkan dengan keadaan yang di temui di sekitar.

2. Bagi Program Studi dan Universitas

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan literatur dan acuan bagi mahasiswa yang akan datang, serta penelitian ini juga di harapkan dapat meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan pengalaman yang berhubungan dengan disiplin Ilmu Komunikasi bagi Program Studi dan Universitas.

3. Bagi Pecinta Stand up Comedy

Penelitian ini dapat menambah wawasan baru bagi Pecinta Stand up Comedy, khususnya mengenai Analisis Percakapan Comic Stand up Comedy. Khususnya mengenai penggunaan tehknik Riffing dalam Stand up Comedy.


(44)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Peneliti Terdahulu

Untuk membantu menyusun skripsi, peneliti mengacu pada tinjauan terdahulu dimana ada kesamaan teori yang digunakan.

2.1.1 Tinjauan Tesis

Judul Tesis :

Kompetensi Tindak Tutur Direktif Anak Usia Prasekolah (Kajian Pada Kelompok Bermain Anak Cerdas P2PNFI Regional II Semarang) ; 2010 ; Universitas Diponegoro Semarang

Tesis dari Yuniarti, Universitas Diponegoro Semarang, dibuat untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Strata 2 (Magister Linguistik)

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi realisasi bentuk pemahaman anak usia prasekolah terhadap Tindak Tutur Direktif (TTD), mengidentifikasi realisasi bentuk-bentuk TTD yang diterbitkan oleh anak usia prasekolah, dan mengidentifikasi keterkaitan perkembangan pemahaman serta penerbitan TTD anak usia prasekolah tersebut dengan kesantunan.

Kajian teori yang mendukung penelitian ini adalah teori tentang perkembangan pragmatik anak, teori tentang tindak tutur, teori tentang tindak tutur direktif, dan teori tentang kesantunan. Penelitian ini dilakukan


(45)

dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah penyediaan data. Data yang dimaksud adalah bentuk percakapan yang mengandung tindak tutur direktif. Tahap kedua adalah analisis data dengan menggunakan metode padan pragmatis, yaitu metode yang menggunakan mitra wicara sebagai penentunya. Tahap ketiga adalah penyajian hasil analisis data. Pada penelitian ini data disajikan secara informal.

Pada penelitian ini subyek penelitian dikelompokkan dalam tiga kelompok usia yaitu: 1) kelompok usia 3 – 4 tahun, 2) kelompok usia 4 – 5 tahun, dan 3) kelompok usia 5 – 6 tahun. Teknik pengambilan sampel yang dilakukan adalah dengan teknik purposive sampling.

2.2. Tinjauan Tentang Ilmu Komunikasi

2.2.1 Defenisi Komunikasi

Manusia sebagai mahkluk sosial, tidak dapat terlepas dari individu yang lain. Secara kodrat manusia akan selalu hidup bersama. Hidup bersama antar manusia berlangsung dalam berbagai bentuk komunikasi dan situasi yang mempengaruhinya.

Merujuk dari pendapat Lukiati Komala. Dalam bukunya ilmu komunikasi: perspektif, proses dan konteks peneliti menjelaskan bahwa defenisi Komunikasi Adalah :

“Suatu proses penyampaian informasi (pesan,ide,gagasan) dari

suatu pihak kepada pihak yang lain agar terjadi saling mempengaruhi di antara keduanya. Pada umumnya , komunikasi di lakukan secara lisan yang dapat di mengerti oleh keduanya, komunikasi juga masih dapat di lakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukan sikap tertentu, misalnya tersenyum,


(46)

menggelekan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini di sebut

komunikaso nonverbal.”

Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris communication

berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata

communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna. Jadi, kalau dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi dan berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan. Kesamaan bahasa yang digunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan makna. Dengan lain perkataan, mengerti bahasanya saja belum tentu mengerti makna yang dibawakan oleh bahasa itu. Jelas bahwa percakapan kedua oran tadi dapat dikatakan komunikatif apabila kedua-duanya, selain mengerti bahasa yang dipergunakan, juga mengerti makna dari bahan yang dipercakapkan.

Akan tetapi, pengertian komunikasi yang dipaparkan di atas sifatnya dasariah, dalam arti kata bahwa komunikasi itu minimal harus mengandung kesamaan makna antara dua pihak yang terlibat. Dikatakan minimal karena kegiatan komunikasi tidak hanya informatif,

yakni agar orang lain mengerti dan tahu, tetapi juga persuasif, yaitu agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan, melakukan suatu perbuatan atau kegiatan, dan lain-lain. (Effendy, 2011: 9)


(47)

Harold Lasswel dalam Buku Prof Deddy Mulyana mengatakan, cara yang terbaik untuk menggambarkan komunikasi adalah menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut. Who Says What In Which Chanel To Whom With What Effect? (Mulyana, 2005:62).

Berdasarkan definisi dari Lasswel di atas dapat diturunkan bahwa komunikasi itu tediri dari lima unsur komunikasi yang saling bergantung antara satu dengan yang lain. Kelima unsur itu adalah sumber (source), pesan (message), saluran atau media (chanel), penerima (receiver) dan efek (effect). Sumber (source) sering juga di sebut pengirim (sender), penyandi (encoder), komunikator (communicator) pembicara atau originator. Sumber adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi. Sumber bisa dalam bentuk individu, kelompok, organisasi, perusahaan atau bahkan suatu negara. Pesan (message) yaitu apa yang dikomunikasikan sumber kepada penerima. Pesan merupakan perangkat simbol verbal atau non verbal yang memiliki perasaan, nilai, gagasan atau maksud dari sumber pesan. Saluran atau media yaitu alat atau wahana yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesannya kepada penerima.

Saluran atau media bisa saja merujuk pada bentuk pesan yang di sampaikan kepada penerima, apakah saluran verbal atau saluran nonverbal. Penerima (receiver) sering disebut sebagai sasaran atau tujuan (destination), komunikate (communicate), pendengar (listener), penafsir (interprete) yaitu orang yang meneria pesan dari sumber. Dan


(48)

yang terakhir adalah efek apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut, seperti bertambahnya pengetahuan, terhibur, timbulnya perubahan sikap atau perilaku dan sebagainya.

2.2.2 Jenis Komunikasi

Pada dasarnya komunikasi digunakan untuk menciptakan atau meningkatkan aktifitas hubungan antara manusia atau kelompok. Adapun jenis komunikasi antara lain adalah sebagai berikut:

1. Komunikasi Verbal

Komunikasi Verbal adalah proses komunikasi dimana pesan disampaikan atau diterima dengan menggunakan bahasa. Komunikasi verbal mencakup aspek-aspek berupa Vocabulary, Racing, Intonasi

suara, Humor dll.

a. Vocabulary (perbendaharaan kata-kata).

Komunikasi tidak akan efektif bila pesan disampaikan dengan kata-kata yang tidak dimengerti, karena itu olah kata-kata menjadi penting dalam berkomunikasi.

b. Racing (kecepatan).

Komunikasi akan lebih efektif dan sukses bila kecepatan bicara dapat diatur dengan baik, tidak terlalu cepat atau terlalu lambat.


(49)

c. Intonasi suara

Intonasi suara, akan mempengaruhi arti pesan secara dramatik sehingga pesan akan menjadi lain artinya bila diucapkan dengan intonasi suara yang berbeda. Intonasi suara yang tidak proposional merupakan hambatan dalam berkomunikasi.

d. Humor

Humor, dapat meningkatkan kehidupan yang bahagia. Dugan (1989), memberikan catatan bahwa dengan tertawa dapat membantu menghilangkan stress dan nyeri. Tertawa mempunyai hubungan fisik dan psikis dan harus diingat bahwa humor adalah merupakan satu-satunya selingan dalam berkomunikasi.

e. Singkat dan jelas

Komunikasi akan efektif bila disampaikan secara singkat dan jelas, langsung pada pokok permasalahannya sehingga lebih mudah dimengerti.

f. Timming

Timing (waktu yang tepat) adalah hal kritis yang perlu diperhatikan karena berkomunikasi akan berarti bila seseorang bersedia untuk berkomunikasi, artinya dapat menyediakan waktu untuk mendengar atau memperhatikan apa yang disampaikan.


(50)

2. Komunikasi Nonverbal

Merupakan sistem pesan yang disampaikan atau diterima dengan menggunakan gerakan tubuh, wajah, dan mata serta sentuhan. Yang termasuk komunikasi non verbal :

a. Ekspresi wajah

Wajah merupakan sumber yang kaya dengan komunikasi, karena ekspresi wajah cerminan suasana emosi seseorang.

b. Kontak mata

Merupakan sinyal alamiah untuk berkomunikasi. Dengan mengadakan kontak mata selama berinterakasi atau tanya jawab berarti orang tersebut terlibat dan menghargai lawan bicaranya dengan kemauan untuk memperhatikan bukan sekedar mendengarkan. Melalui kontak mata juga memberikan kesempatan pada orang lain untuk mengobservasi yang lainnya.

c. Sentuhan

Adalah bentuk komunikasi personal mengingat sentuhan lebih bersifat spontan dari pada komunikasi verbal. Beberapa pesan seperti perhatian yang sungguh-sungguh, dukungan emosional, kasih sayang atau simpati dapat dilakukan melalui sentuhan.


(51)

d. Postur tubuh dan gaya berjalan

Cara seseorang berjalan, duduk, berdiri dan bergerak memperlihatkan ekspresi dirinya. Postur tubuh dan gaya berjalan merefleksikan emosi, konsep diri, dan tingkat kesehatannya.

e. Sound (Suara)

Rintihan, menarik nafas panjang, tangisan juga salah satu ungkapan perasaan dan pikiran seseorang yang dapat dijadikan komunikasi. Bila dikombinasikan dengan semua bentuk komunikasi non verbal lainnya sampai desis atau suara dapat menjadi pesan yang sangat jelas.

f. Gaya isyarat

Adalah yang dapat mempertegas pembicaraan. Menggunakan isyarat sebagai bagian total dari komunikasi seperti mengetuk-ngetukan kaki atau mengerakkan tangan selama berbicara menunjukkan seseorang dalam keadaan stress, bingung, atau sebagai upaya untuk menghilangkan stress.

2.2.3 Proses Komunikasi

Proses komunikasi adalah bagaimana sang komunikator menyampaikan pesan kepada komunikannya, sehingga dapat menciptakan suatu persamaan makna antara komunikan dengan


(52)

komunikatornya. Proses Komunikasi ini bertujuan untuk menciptakan komunikasi yag efektif (sesuai dengan tujuan komunikasi pada umumnya).

Prof. Drs. Ocong Uchjana Effendy, dalam bukunya Ilmu komunikasi : Teori dan Praktek menjelaskan bahwa Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yakni secara primer dan secara sekunder.

A. Proses Komunikasi primer

Proses Komunikasi primer adalah proses penyampaian pikiran dan perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isayarat, gambar, warna, dan lain

sebagainya yang secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran dan

atau perasaan komunikator kepada komunikan. Bahwa bahasa yang paling banyak dipergunakan dalam komunikasi adalah jelas karena

hanya bahasalah yang mampu “menerjemahkan” pikiran seseorang

kepada orang lain. Apakah itu bentuk idea, informasi atau opini; baik mengenai hal yang kongkret maupun yang abstrak; bukan saja tentang hal atau peristiwa yang terjadi pada saat sekarang, melainkan juga pada waktu yang lalu dan masa yang akan datang.


(53)

B. Proses Komunikasi sekunder

Proses Komunikasi sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakali lambang sebagai media pertama. Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, fax, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dan banyak lagi adalah media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi.

Pada umumnya kalau kita berbicara di kalangan masyarakat, yang dinamakan media komunikasi itu adalah media kedua sebagaimana diterangkan di atas jarang sekali orang menganggap bahasa sebagai media komunikasi. Hal ini disebabkan oleh bahasa sebagai lambang (symbol) beserta isi (content) – yakni pikiran dan atau perasaan – yang dibawanya menjadi totalitas pesan (message), yang tampak tak dapat dipisahkan. Tidak seperti media dalam bentuk surat , telelpon, radio, dan lain-lainya yang jelas tidak selalu dipergunakan. Tampaknya seolah-olah orang tak mungkin berkomunikasi tanpa bahasa, tetapi orang mungkin dapat berkomunikasi tanpa surat, atau telepon, atau televisi, dan sebagainya.

Seperti diterangkan di muka, pada umumnya memang bahasa yang paling banyak digunakan dalam komunikasi karena bahasa sebagai lambang mampu mentransmisikan pikiran, ide, pendapat, dan


(54)

sebagainya, baik mengenai hal yang abstrak maupun yang konkret; tidak saja tentang hal atau peristiwa yang terjadi pada saat sekarang, tetapi juga apda waktu yang lalu atau masa mendatang. Karena itulah pula maka kebanyakan media merupakan alat atau sarana yang diciptakan untuk meneruskan pesan komunikasi dengan bahasa. Seperti telah disinggung di atas adalah media untuk menyambung atau menyebarkan pesan yang menggunakan bahasa

2.2.4 Tujuan Komunikasi

Terdapat banyak tujuan atau motif utama mengapa manusia melakukan suatu komunikasi dengan orang lain menurut Arnold dan Bowers 1984, Naisbit 1984 (dalam Devito 1997:32). Diantara sekian banyak tujuan dalam berkomunikasi, terdapat empat tujuan utama. Salah satu tujuan yang pertama yaitu komunikasi mengangkut penemuan diri (personal discovery). Dengan berkomunikasi dengan orang lain, maka individu dapat belajar mengenai diri sendiri selain orang lain tersebut. Misalnya dengan berbicara dengan orang lain tentang diri sendiri, maka individu akan mendapatkan umpan balik mengenai perasaan, pemikiran dan perilaku individu tersebut.

Tujuan berkomunikasi yang kedua kenapa orang berkomunikasi adalah untuk berhubungan dengan orang lain. Dengan membina dan


(55)

memelihara hubungan, individu berharap untuk dicintai dan disukai sekaligus individu ingin mencintai dan menyukai orang lain.

Berikutnya adalah tujuan berkomunikasi yang ketiga yaitu untuk menyakinkan. Individu melakukan suatu persuasi antar pribadi, baik menjadi penyampai atau penerima pesan. Misalnya individu berusaha mengajak temannya untuk mengambil mata kuliah tetentu.

Tujuan terakhir manusia melakukan komunikasi yaitu untuk bermain. Perilaku berkomunikasi digunakan untuk menghibur diri. Misalnya ketika individu mendengarkan pelawak yang menyuguhkan humor, menonton film dan sebagainya.

Berikut adalah beberapa dari tujuan komunikasi, diantaranya adalah:

A. Untuk mempelajari secara lebih baik dunia luar, seperti berbagai

objek, peristiwa dan orang lain. Meskipun informasi tentang dunia luar itu kita kenal umumnya melalui mass-media, tetapi hal itu pada akhirnya seringkali didiskusikan, dipelajari, diinternalisasi melalui komunikasi dalam pelatihan. Nilai-nilai, sistem kepercayaan, dan sikap-sikap nampaknya lebih banyak dipengaruhi oleh pertemuan interpersonal daripada dipengaruhi media bahkan sekolah. Oleh karena itu komunikasi dalam pelatihan sebenarnya memberi peluang kepada kita untuk belajar tentang diri kita sendiri.


(56)

Sangat mungkin hal itu menarik perhatian atau mengejutkan dan bahkan amat berguna karena yang dibicarakan perasaan kita, pemikiran kita dan perilaku kita sendiri. Selanjutnya, melalui komunikasi kita mengevaluasi keadaan diri kita untuk kemudian kita membandingkannya dengan kondisi sosial orang lain. Cara seperti ini menghasilkan self-concept yang makin berkembang dan mendorong perluasan pengetahuan dan keterampilan yang pada akhirnya melakukan perubahan atau inovasi.

B. Untuk memelihara hubungan dan mengembangkan kedekatan atau

keakraban. Melalui komunikasi ini kita berkeinginan untuk menjalin rasa cinta dan kasih sayang. Di samping cara demikian mengurangi rasa kesepian atau rasa depresi, komunikasi juga bertujuan membagi dan meningkatkan rasa bahagia yang pada akhirnya mengembangkan perasaan positif tentang diri kita sendiri. Kita diajari tidak boleh iri, dengki, dendam, saling fitnah dan saling bunuh, kita semua akan mati dan dikuburkan orang lain.

C. Melalui komunikasi, seorang komunikan mencoba mencapai tujuan

dengan cara berinteraksi dengan receiver, membagi informasi atau gagasan, melakukan tukar pengalaman, mendorong dan saling membentuk sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan baru yang efektif berdasarkan persepsi yang diperoleh selama pelatihan.


(57)

2.2.5 Fungsi Komunikasi

Menurut Onong Uchjana Effendy (2003:31) menyimpulkan bahwa fungsi-fungsi komunikasi dan komunikasi massa dapat disederhanakan menjadi empat fungsi, yaitu : Menyampaikan Informasi (to infrom),

Mendidik (to educate), Menghibur (to entertain), dan

Mempengaruhi ( to influence) (Effendy, 2003:31).

Dan dapat diuraikan sebagai berikut pengertian tentang fungsi komunikasi:

1. Menginformasikan (to infrom)

Adalah memberikan informasi kepada masyarakat, memberitahukan kepada masyarakat mengenai peristiwa yang terjadi, ide atau pikiran dan tingkah laku orang lain, serta segala sesuatu yang disampaikan orang lain.

2. Mendidik (to educate)

Adalah komunikasi merupakan sarana pendidikan, dengan komunikasi manusia dapat menyampaikan idea atau pikiranya kepada orang lain, sehingga orang lain mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan.


(58)

Adalah komunikasi selain berguna untuk menyampaikan komunikasi, pendidikan dan mempengaruhi juga berfungsi untuk menyampaikan hiburan atau menghibur orang lain.

4. Mempengaruhi (to influence)

Adalah fungsi mempenngaruhi setiap indivindu yang berkomuniakasi tentunya berusaha saling mempengaruhi jalan pikiran komunikan dan lebih jauhnya lagi berusaha merubah sikap dan tingkah laku komunikan sesuai dengan yang diharapakan. (Effendy,1997:36)

Dilihat dari fungsi komunikasi dan keberadaannya di masyarakat, komunikasi tidak dapat dihindari oleh seorang individu karena komunikasi merupakan suatu alat yang harus digunakan untuk dapat digunakan untuk dapat menjalin hubungan dengan orang lain.

2.2.6 Konteks Komunikasi

Secara umum ragam tingkatan komunikasi adalah sebagai berikut:

1. Komunikasi intrapribadi (intrapersonal communication) yaitu komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang yang berupa proses


(59)

pengolahan informasi melalui panca indera dan sistem syaraf manusia.

2. Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) yaitu kegiatan komunikasi yang dilakukan seseorang dengan orang lain dengan corak komunikasinya lebih bersifat pribadi dan sampai pada tataran prediksi hasil komunikasinya pada tingkatan psikologis yang memandang pribadi sebagai unik. Dalam komunikasi ini jumlah perilaku yang terlibat pada dasarnya bisa lebih dari dua orang selama pesan atau informasi yang disampaikan bersifat pribadi.

3. Komunikasi kelompok (group communication) yaitu komunikasi yang berlangsung di antara anggota suatu kelompok. Menurut Michael Burgoon dan Michael Ruffner dalam Sendjaja,(1994) memberi batasan komunikasi kelompok sebagai interaksi tatap muka dari tiga atau lebih individu guna memperoleh maksud atau tujuan yang dikehendaki seperti berbagi informasi, pemeliharaan diri atau pemecahan masalah sehingga semua anggota dapat menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya dengan akurat. (Sendjaja, 1994)

4. Komunikasi organisasi (organization communication) yaitu pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi (Wiryanto, 2005:52).


(60)

5. Komunikasi massa (mass communication). Komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai suatu jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah audien yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media massa cetak atau elektrolik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Kemudian Deddy Mulyana juga menambahkan konteks komunikasi publik. Pengertian komunikasi publik adalah komunikasi antara seorang pembicara dengan sejumlah besar orang (khalayak). Yang tidak bisa dikenali satu persatu. Komunikasi demikian sering juga disebut pidato, ceramah atau kuliah (umum). Beberapa pakar komunikasi menggunakan istilah komunikasi kelompok besar (large group communication) untuk komunikasi ini. (Mulyana, 2005:74)

6. Komunikasi Humor adalah proses penyampaian pesan dari suatu pihak ke pihak lain dengan disertai lelucon atau guyonan baik verbal maupun nonverbal. Biasanya, ketika komunikator melakukan komunikasi disertai dengan humor, pesan yang disampaikan bisa sampai atau dapat dimengerti oleh komunikan.


(61)

2.2.6.1 Tinjauan Tentang Komunikasi Humor

2.2.6.1.1 Pengertian Humor

Siapa yang tidak mengenal humor ? hanya orang-orang yang tidak beruntunglah yang tidak memiliki rasa humor. Rasa humor itu anugerah, orang yang tidak bisa melihat kelucuan dari kejadian sehari-hari bakal ditimpa stress. Dari berbagai literature, para pemimpin besar sampai ahli komunikator selalu mempunyai selera humor yang baik. Tapi, ada beberapa hal yang harus diingat dari humor.

Pertama, humor tidak bisa dipaksakan. Kita tidak bisa memotong pembicaraan dan menceritakan sebuah humor yang berbeda dengan tema pembicaraan kemudian berharap orang lain akan tertawa. Humor harus mengalir sesuai dengan kondisi.

Kedua, kita harus tahu selera humor lawan bicara kita. Banyak beberapa orang yang masih mengalami kesulitan jika berhumor dengan lawan bicara mereka yang memiliki ketidaksamaan selera. Sehingga dari penggunaan bahasa pun berbeda. Pada dasarnya setiap orang memiliki selera humor masing-masing dan itu perlulah kita ketahui agar jangan sampai kita melucu, sedangkan orang lain menganggap konyol.


(62)

2.2.6.1.2 Fungsi Humor

Adapun fungsi dari Humor menurut beberapa ahli, yaitu : Menurut Sujoko (1982) humor dapat berfungsi

untuk :

1. Humor melaksanakan segala keinginan dan segala

tujuan gagasan atau pesan;

2. Humor dapat menyadarkan orang bahwa dirinya tidak

selalu benar;

3. Humor dapat mengajar orang melihat persoalan dari

berbagai sudut;

4. Humor dapat menghibur;

5. Humor dapat melancarkan fikiran;

6. Humor dapat membuat orang mentolelir sesuatu;

7. Humor dapat membuat orang memahami soal pelik;

James Danandjaya (dalam Suhadi, 1989),

mengatakan bahwa: “Fungsi humor yang paling menonjol yaitu sebagai sarana penyalur perasaan yang menekan

diri seseorang”. Perasaan itu bisa disebabkan oleh macam-macam hal, seperti ketidakadilan sosial, persaingan politik, ekonomi, suku bangsa atau golongan dan kekangan dalam kebebasan gerak, seks, atau kebebadan mengeluarkan pendapat. Jika ada ketidakadilan biasanya timbul humor yang berupa protes sosial atau


(63)

kekangan seks, biasanya menimbulkan humor mengenai

“seks”.

Beberapa fungsi humor yang sejak dulu sudah dikenal masyarakat kita antara lain, fungsi pembijaksanaan orang dan penyegaran yang membuat orang mampu memusatkan perhatian untuk waktu yang lama, fungsi itu dapat kita amati didalam pertunjukan wayang, dimana punakawan muncul untuk menyegarkan suasana.

2.2.6.1.3 Pengertian Komunikasi Humoris

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi di antara keduanya.

Humor adalah suatu kualitas persepsi yang memungkinkan kita mengalami kegembiraah bahkan ketika kita sedang menghadapi suatu kemalangan atau kesusahan.

Jadi arti dari komunikasi humor adalah proses penyampaian pesan dari suatu pihak ke pihak lain dengan disertai lelucon atau guyonan baik verbal maupun nonverbal. Biasanya, ketika komunikator melakukan komunikasi disertai dengan humor, pesan yang


(64)

disampaikan bisa sampai atau dapat dimengerti oleh komunikan.

Menemukan humor dalam situasi yang sulit dan tertawa dengan bebas bersama orang lain bisa menjadi penawar racun atas stress, selera humor kita member kita kemampuan untuk menemukan kesenangan, mengalami kegembiraan, dan juga untuk melepaskan ketegangan

(tension). Humor bisa menjadi alat perawat diri (self-care)

yang efektif.

2.2.6.2 Tinjauan Tentang Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun non verbal. (Mulyana. 2007:81). Sedangkan menurut Joseph A. Devito dalam bukunya “The interpersonal communication book” yang telah dikutip oleh Onong Uchjana Effendy (2003), menyebutkan komunikasi antarpribadi sebagai:

“The process of sending and receiving massages

between two person, or among a small group of persons, with some effect and some immediate feedback”

Terjemahan: “Proses pengiriman dan penerimaan pesan -pesan antara dua orang atau antara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik


(65)

Dilihat dari segi psikologi komunikasi, kita dapat menyatakan bahwa makin baik komunikasi interpersonal, makin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya, makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya, sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung diantara komunikan.

Komunikasi interpersonal juga sering disebut dengan

diadict communication”. Adapun komunikasi interpersonal

menurut Efendy (1981) merupakan komunikasi antara dua orang, dimana terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan. Komunikasi interpersonal dapat berlangsung secara berhadapan muka (face to face). Selain itu komunikasi interpersonal juga dapat menggunakan sebuah medium. Adapun medium atau media komunikasi dewasa ini telah berkembang pesat seiring dengan berkembangnya teknologi telegram, telepon, Internet, dan sebagainya.

Devito (1997) juga berpendapat bahwa komunikasi interpersonal berdasarkan hubungan dapat diartikan sebagai komunikasi yang berlangsung antar dua orang yang mempunyai hubungan yang jelas dan mantap. Sedangkan berdasarkan pengembangan, komunikasi interpersonal merupakan hasil akhir dari komunikasi yang bersifat


(66)

tak-pribadi (impersonal), dimana pada suatu situasi akan menjadi komunikasi pribadi atau intim. Intinya, komunikasi interpersonal ditandai dengan adanya kejelasan dan berkembang menjadi komunikasi yang intim.

Pentingnya komunikasi antarpribadi ialah karena prosesnya memungkinkan berlangsung secara dialogis. Dialog adalah bentuk komunikasi antarpribadi yang menunjukan terjadinya interaksi, mereka yang terlibat dalam komunikasi bentuk ini mempunyai fungsi ganda yaitu sebagai pendengar dan pembicara, dan begitu sebaliknya. Maka dari itu proses komunikasi secara dialogis ini dianggap paling efektif disbanding dengan komunikasi monologis. Dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi yang lainnya, komunikasi antarpribadi dinilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan, perilaku komunikan, dan opini.

Komunikasi antarpribadi umumnya berlangsung secara tatap muka (face to face). Dikarenakan situasinya yang secara tatap muka, maka terjadilah kontak pribadi (personal contact). Pribadi komunikator dengan komunikannya terdapat keintiman. Ketika komunikator menyampaikan pesan maka umpan baliknya berlangsung seketika (immediate feedback).


(67)

2.2.6.2.1 Tinjauan Tentang Komunikator

Komunikator adalah pihak yang bertindak sebagai pengirim pesan dalam sebuah proses komunikasi. Dengan kata lain, komunikator merupakan seseorang atau sekelompok orang yang berinisiatif untuk menjadi sumber dalam sebuah hubungan. Seorang komunikator tidak hanya berperan dalam menyampaikan pesan kepada penerima, namun juga memberikan respons dan tanggapan, serta menjawab pertanyaan dan masukan yang disampaikan oleh penerima, dan publik yang terkena dampak dari proses komunikasi yang berlangsung, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Untuk menjadi seorang komunikator yang baik, terdapat beberapa hal yang perlu dipahami yakni seorang komunikator yang baik perlu menyusun dengan baik isi pesan yang akan disampaikan, sehingga pesan tersebut mudah dimengerti oleh pihak penerima. Komunikator yang baik juga harus mengetahui mana media yang paling tepat untuk mengirimkan pesan kepada penerima dan harus tahu bagaimana cara mengantisipasi gangguan yang akan muncul pada proses pengiriman pesan. Selain itu, komunikator yang


(68)

baik akan bertanggung jawab memberikan tanggapan terhadap umpan balik (feedback) yang disampaikan oleh pihak penerima (receiver).

Menurut Onong Uchjana Effendy dalam bukunya

“Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek”, Komunikator dalam menyampaikan pesan kepada komunikan dituntut untuk memiliki kemampuan dan pengalaman, agar muncul umpan balik (feedback) dari komunikan itu sendiri. Dalam penyampaian pesan, komunikator bisa secara langsung (face-to-face) tanpa mengunakan media apapun. Komunikator juga dapat menggunakan bahasa sebagai lambang atau simbol komunikasi bermedia kepada komunikan. Media tersebut berfungsi sebagai alat bantu dalam menyampaikan pesan.

Dalam komunikasi, setiap orang atau kelompok dapat menyampaikan pesan-pesan komunikasi itu sebagai suatu proses dimana komunikator dapat menjadi komunikan dan sebaliknya.

Hal-hal yang harus diperhatikan ketika menjadi komunikator adalah :

1. Penampilan

Khusus dalam komunikasi tatap muka atau yang menggunakan media pandang dengan audio visual,


(69)

seorang komunikator harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan komunikan. Penampilan ini sesuai dengan tata krama dengan memperlihatnkan keadaan waktu dan tempat.

2. Penguasaan masalah

Seseorang yang tampil atau ditampilkan menjadi seorang komunikator haruslah betul-betul menguasai masalahnya. Apabila tidak, maka setelah proses komunikasi berlangsung akan menimbulkan ketidak percayaan terhadap komunikator dan akhirnya terhadap pesan itu sendiri yang akan menghambat terhadap efektivitas komunikasi. Dalam suatu proses komunikasi timbal balik, yang lebih menguasai masalah akan cenderung memenangkan tujuan komunikasi.

3. Penguasaan bahasa

Komunikator harus menguasai bahasa dengan baik. Bahasa ini adalah bahasa yang di gunakan yang dikuasai oleh komunikan, komunikator mutlak menguasai istilah-istilah umum yang digunakan oleh lingkungan tertentu atau khusus. Penggunaan bahasa


(70)

akan sangat membantu menjelaskan apa pesan-pesan yang ingin kita sampaikan kepada audience itu. Tanpa penguasaan bahasa secara baik dapat menimbulkan kesalahan penafsiran ataupun menimbulkan ketidak percayaan kepada komunikator. Pergunakanlha penggunaan bahasa yang baik dan benar1

Kefektifan komunikasi tidak saja ditentukan oleh kemampuan berkomunikasi tetapi juga oleh dari si komunikator. Fungsi komunikator adalah pengutarakan pikiran dan perasannya dalam bentuk pesan untuk membuat komunikan menjadi tahu atau berubah sikap, pendapat atau perilakunya. Komunikan yang dijadikan sasaran akan mengkaji siapa komunikator yang menyampaikan informasi itu. Jika teryata infotmasi yang diutarakannya itu tidak sesuai dengan diri komunikator, betapapun tingginya teknik komunikasi yang dilakukan hasilnya tidak akan sesuai dengan yang diharapkan.

1


(71)

2.3. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran adalah dukungan dasar teoritis dalam rangka memberi jawaban terhadap pendekatan pemecahan masalah. Sebagaimana diketahui, ilmu merupakan kesinambungan kegiatan yang telah dirintis oleh para pakar ilmiah sebelumnya. Ini berarti telah tersedia gudang teori untuk tiap-tiap disiplin ilmu, termasuk yang relevan dengan masalah yang digarap. (Ardianto, 2011: 20)

Istilah kerangka pemikiran sering digunakan dalam penelitian kuantitatif, sedangkan dalam penelitian kualitatif kerangka pemikiran sering ditulis menjadi perspektif teoretis.

Dalam penelitian kualitatif, perspektif teoretis sebuah teori tidak menjadi landasan atau dasar pijak penelitian seperti halnya kerangka pemikiran dalam penelitian kuantitatif. Perspektif teoritis hanya menjadi panduan karena dalam penelitian kualitatif teori tidak diuji, tetapi hanya sebagai pedoman penelitian.

Dalam kerangka pemikiran ini, peneliti berusaha membahas masalah pokok skripsi. Adapun pada penelitian ini peneliti menitik beratkan pada tindak tutur lokusi comic stand up comedy, tindak tutur ilokusi comic stand up comedy, tindak tutur perlokusi comic stand up comedy. Pembahasan tersebut akan dijelaskan dengan menggunakan konsep-konsep dan teori-teori yang ada hubungannya dengan pembahasan, untuk membantu menjawab pokok masalah.


(72)

2.2.1 Tinjauan Tentang Analisis Pecakapan

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan Analisis percakapan. Perspektif analisis percakapan ini sebenarnya masih dibawah payung etnometodelogi.

Sebuah percakapan di pandang sebagai sebuah pencapaian sosial karena mengharuskan kita melakukan sesuatu secara kooperatif melalui pembicaraan. Analisis Percakapan (conversation analysis -CA) mencoba untuk menemukan dengan tepat apa pencapaian itu dengan menguji dengan saksama catatan percakapan. Oleh karena itu, CA digambarkan dengan pangujian saksama rangkaian pembicaraan yang sebenarnya2.

Hal yang sangat penting dalam analisis percakapan adalah cara-cara pelaku komunikasi menciptakan stabilitas dan pengaturan dalam pembicaraan mereka. Bahkan, ketika percakapan terlihat buruk pada awalnya, ada pengaturan yang mendasarinya dan hubungan untuk berbicara, serta pelaku percakapan sendiri benar-benar menciptakannya seiring mereka berjalan. Pertama-tama, analisis bekerja secara induktif dengan menguji detail dari percakapan, banyak percakapan yang sebenarnya dan selanjutnya menyamakan prinsip-prinsip yang ada, di mana pelaku percakapan menyusun pembicaraan mereka.

2


(73)

2.2.2 Spech Act Theory (Teori Tindak Tutur)

John Langshaw Austin dikenal sebagai pengembang pemikiran aliran Filsafat Bahasa biasa. Sejak 1940-an ia memperkenalkan teori mengenai ungkapan performartif, ungkapan konstatif dan tindak tutur. Teorinya ini kemudian amatlah masyur di antaranya karena memengaruhi kelahiran disiplin pragmatik dalam linguistik struktural.

Teori tindak tutur pertama kali disampaikan oleh John L.Austin (Inggris) pada tahun 1955 di Universitas .Harvad, yang kemudian

diterbitkan dengan judul „How to do things with word’ pada tahun

1965. Austin (1962) menyebutkan bahawa pada dasarnya pada saat seseorang mengetakan sesuatu, dia juga melakukan sesuatu. Misalnya, ketika seorang menggunakan kata-kata kerja promise „berjanji’, apologize „minta maaf’, name „menamakan’, pronounce „menyatakan’

misalnya dalam tuturan I promise I will come on time, I apologize for coming late dan I name this ship Elizabeth, maka yang bersangkutan tidak hanya mengucapkan tetapi juga melakukan tindakan berjanji, meminta maaf, dan menamakan. Tuturan-tuturan tersebut dinamakan tuturan performatif, sedangkan kata kerjanya juga disebut kata kerja performatif.

Dalam bukunya Linguistik Fenomenologis “Ketika Tuturan Berarti


(74)

tindak lokusi (locutionary act), (2) tindak ilokusi (illocutionary acts), (3) tindak perlokusi (acts perlocutionary acts). Berikut adalah uraiannya :

1. Tindak Lokusi

Tindak lokusi (Locutionary act), yaitu kaitan suatu topik dengan satu keterangan dalam suatu ungkapan, serupa dengan

hubungan „pokok’ dengan „predikat’ atau „topik’ dan penjelasan

dalam sintaksis (Searly dalam Lubis). Contoh: „Saya lapar’,

seseorang mengartikan „Saya’ sebagai orang pertama tunggal (si penutur), dan „lapar’ mengacu pada „perut kosong dan perlu diisi’,

tanpa bermaksud untuk meminta makanan.

2. Tindak Ilokusi

Tindak ilokusi (Illocutionary act), yaitu pengucapan suatu pernyataan, tawaran, janji pertanyaan dan sebagainya. Contoh:

Saya lapar’, maksudnya adalah meminta makanan, yang

merupakan suatu tindak ilokusi.

3. Tindak Perlokusi

Tindak perlokusi (Perlocutionary act), yaitu hasil atau efek yang ditimbulkan oleh ungkapan itu pada pendengar, sesuai dengan situasi dan kondisi pengucapan kalimat itu. Tanggapan tersebut


(75)

tidak hanya berbentuk kata-kata, tetapi juga berbentuk tindakan atau perbuatan. Efek atau daya pengaruh ini dapat secara sengaja atau tidak sengaja dikreasikan oleh penuturnya.

Lokusi, Ilokusi dan Perlokusi merupakan karya Austin yang dikenal, mengenai tindak tutur ketiga jenis dari tindak tutur ini dibutuhkan untuk menganalisis setiap percakapan.

Dalam penelitian ini peneliti membahas masalah dengan pendekatan analisis percakapan para Comic melalui kegiatan Openmic dan yang melakukan percakapan adalah antar individu (manusia), dengan asumsi dasar manusia bukanlah sebagai makhluk yang pasif melainkan makhluk yang aktif. sehingga tiap-tiap pembentukan pesan yang disampaikan pada proses percakapan akan menimbulkan berbagai makna yang berbeda.

Dalam teori Tindak Tutur (Speech act theory) menitik beratkan pada Tindak Lokusi (Pesan) Ilokusi (Makna) dan Perlokusi (Dampak). Pada proses awal penyampaian komunikasi, seorang Comic menyampaikan materi standup comedy-nya di atas panggung, yang telah di konsep sedemikian rupa dengan menggunakan mic sebagai media penyampaian pesan. Di dalam proses Stand up Comedy yang dilakukan ada dialog yang terjadi antara comic dengan khalayak. Secara otomatis pesan dalam dialog itu diterima oleh lawan bicara (khalayak) , dan ada proses pemaknaan sebelum akhirnya menimbulkan satu hal yang lucu atau datar. Oleh karena itu secara tidak langsung seorang Comic dalam percakapan yang dihadirkan bisa saja menghadirkan dampak kelucuan atau ketidaklucuan.


(76)

Jauh lebih mendalam materi dalam Openmic tersebut bila diperhatikan oleh khalayak hal itu merupakan satu bentuk komunikasi yang didalamnya mengandung berbagai macam pesan yang tersembunyi. Hal ini bisa saja di artikan sebagai satu ajakan, perintah, permohonan, pertanyaan, atau hanya sekedar pernyataan dan ketika proses tersebut terjalin. Secara tidak langsung didalamnya terjadi proses pemaknaan yang berujung pada dampak yang dimunculkan oleh khalayak. Maka untuk mendukung teori yang ada, maka peneliti membuat model yang menggambarkan alur pikir dari peneliti, berikut adalah gambarnya.

Gambar 2.1

Model Alur Kerangka Pemikiran

Sumber : Peneliti, 2012

Etnometodelogi

Analisis Percakapan

Speech Act Theory

Lokusi Ilokusi Perlokusi

Tindak Tutur


(1)

Pragiwaksono, Pandji 2012. Merdeka Dalam Bercanda. Jakarta: Bentang

Wibowo Wahyu. 2011. Linguistik Fenomenologis Jhon Langsaw Austin “Ketika Tuturan Berarti Tindakan”. Jakarta : Bidik-Phorenis Publishing

Wijana, I Dewa Putu. 2003. Wacana Dagadu, Permainan Bahasa, Ilmu Bahasa. Pidato Pengukuhan Guru Besar. Yogyakarta: UGM.

B. Internet

http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/komunikasi_bisnis/bab4-unsur_unsur_komunikasi.pdf

http://flazz-inside.blogspot.com/2012/01/stand-up-comedy-di-indonesia-dan-dunia.html 09.16 PM 25 Februari 2010

http://hiburan.kompasiana.com/humor/2011/08/05/tayangan-humor-indonesia-sarkastis/ .15:05 28-02-2012

http://juprimalino.blogspot.com/2011/06/tindaktutur-lokusi-ilokusi-perkolusi.html

http://mokhamadfirmansofi.blogspot.com/2011/11/etnometodologi.html

http://standupindo.com/

http://standupindobdg.tumblr.com/

http://wawan-junaidi.blogspot.com/2010/02/klasifikasi-tindak-tutur.html

http://www.pandji.com/susahsihtapipastibisa 10:50 | 07:03

http://www.scribd.com/claxx00/d/51217413-94013-11-875122452273


(2)

111

pksm.mercubuana.ac.id/new/.../files.../61018-13-578737976755.doc

C. Sumber Lain

Taufik Rismawan , 2011 . Fenomena Seni Graffiti Sebagai Media Ekspresi Diri Para Bomber Di Kota Bandung . Skripsi : Universitas Komputer Indonesia

Yuniarti , 2010 Kompetensi Tindak Tutur Direktif Anak Usia Prasekolah (Kajian Pada Kelompok Bermain Anak Cerdas P2PNFI Regional II Semarang) Tesis : Universitas Diponogoro Semarang


(3)

(4)

143

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama Lengkap : Firmansyah Akbar

Nama Panggilan : Firman

Tempat Tanggal Lahir : Sorong, 31 Januari 1991

Jenis Kelamin : Laki-laki

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah

Alamat : Jl. Cilosari No 17. Kampung Baru, Sorong – Papua Barat

Alamat di Bandung :Jl. Gegerkalong Tengah No 29 RT 04 RW 04 Sukasari –

Bandung

Telepon : 085244690479


(5)

Pendidikan Formal

2008 - Sekarang : Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia

2005 - 2008 : SMAN 1 Sorong – Papua Barat 2002 - 2005 : SLTPN 1 Sorong – Papua Barat 1996 - 2002 : SD Inpres 16 Sorong –Papua Barat 1994 - 1996 : TK Aisiyah Sorong – Papua Barat

Pengalaman Organisasi

2002 - 2005 : Anggota UKS (Unit Kesehatan Sekolah) SMPN 1 Sorong 2005 : Anggota PMR (Palang Merah Remaja) SMAN 1 Sorong 2006-2008 : Kepala Divisi Humas PMR SMAN 1 Sorong

2010 – 2011 : Anggota Divisi Pengabdian Masyarakat Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Komputer Indonesia

Pelatihan dan Seminar

No. Tahun Pelatihan dan Seminar Keterangan 1 2008 Peserta Seminar “Photography & Culuture” Indonesia

Photoweek 2008

Bersertifikat 2 2009 Peserta “Table Manner Course” The Jayakarta Hotel

Bandung

Bersertifikat 3 2009 “Pelatihan Melejitkan Potensi dan Pengembangan

Diri” Universitas Komputer Indonesia Bersertifikat 4 2009 Peserta “Latihan Kepemimpinan Manajemen

Mahasiswa 2009” Senat Mahasiswa Universitas Komputer Indonesia

Bersertifikat

5 2009 Peserta “Mentoring Agama Islam” LDK UMMI Universitas Komputer Indonesia


(6)

145

6 2009 Peserta “Workshop Penyiaran Radio” Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Komputer Indonesia Universitas Komputer Indonesia

Bersertifikat

7 2010 Peserta “Study Tour ke Media Massa –Trans TV” Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas

Komputer Indonesia Universitas Komputer Indonesia

Bersertifikat

8 2010 Peserta “Seminar Fotografi, Lomba Foto Essay dan Apreiasi Seni” Himpunan Mahasiswa Ilmu

Komunikasi Universitas Komputer Indonesia Universitas Komputer Indonesia

Bersertifikat

9 2011 Peserta “Rossy Goes To Campus” Institut Teknologi Bandung

Bersertifikat 10 2011 Peserta “Road to Success of A Movie Maker”

Prodram Studi Desain Komunikasi Visual Universitas Komputer Indonesia Universitas Komputer Indonesia

Bersertifikat

11 2011 Panitia “Communication Cup 3” Himpunan

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Komputer Indonesia Universitas Komputer Indonesia

Bersertifikat

12 2011 Panitia “Shutter” Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Komputer Indonesia Universitas Komputer Indonesia

Bersertifikat

Hormat, Saya