Respons Pertumbuhan dan Produksi Paria (Momordica charantia L.) terhadap Beberapa Komposisi Media Tanam dan Pemberian Pupuk Organik Cair

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Menurut Cronquist (1991) klasifikasi tanaman paria adalah sebagai
berikut: Kingdom : Plantae, Divisi : Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae,
Kelas : Dicotyledoneae, Ordo : Cucurbitales, Famili : Cucurbitaceae, Genus :
Momordica, Spesies : Momordica charantia L.
Akar pada tanaman paria berupa akar tunggang berwarna putih. Struktur
batang paria tidak berkayu. Batang utamanya berusuk lima dan berwarna
hijau.

Batang

mudanya

berambut

dan

akan

menghilang


setelah

tua

(Subahar dan Tim Lentera, 2004)
Batang pada tanaman paria memiliki batang yang berwarna hijau tua
(medium green) beruas-ruas, serta strukur batang tidak berkayu dan bentuk cabang
dari tanaman paria merambat dengan sulur berbentuk sepiral, yang berfungsi
sebagai pengait sehingga tanaman tidak mudah roboh

(Rukmana, 1997).

Daun pada tanaman paria berbentuk bulat telur, berbulu, dan berlekuk.
Susunan tulang daunnya menjari. Tangkai daun tumbuh dari ketiak daun. Panjang
tangkai daunnya mencapai 7-12 cm. daunnya berwarna hijau tua dibagian
permukaan atas dan permukaan bawahnya berwarna hijau muda atau
kekuningan. Letak daun paria berseling dengan panjang tangkai 1,5 - 5,3cm
(Subahar dan Tim Lentera, 2004).
Bunga pada tanaman paria mempunyai 2 jenis bunga yang terpisah antara

bunga jantan dan bunga betina, dimana jenis bunga tersebut mamiliki perbedaan
pada bunga jantan bunga terlihat bewarna kuning menyala, kelopak menjari
berjumlah 5 dan mempunyai serbuk sari berwarna kuning. sedangkan bunga

Universitas Sumatera Utara

betina terlihat berwarna kuning, mempunyai putik berwarna kuning , terdapat
bakal buah yang berwarna hijau dan mempunyai kelopak menjari berjumlah 4-5
(Rukmana, 1997).
Buah paria berasal dari bunga paria betina yang telah mengalami proses
penyerbukan. Buah ini berbentuk bulat memanjang dengan permukaan
berbintil-bintil

dan

berasa

pahit.

Bagian


buah

yang

masak

berwarna

jingga. Daging buahnya tebal dan di dalamnya terdapat biji yang banyak
(Subahar dan Tim Lentera, 2004)
Biji pada tanaman paria ini berwarna coklat, permukaan benih kasar,
bentuk biji terkesan kotak agak lonjong dan pada buah yang sudah tua biji
diselaputi pembungkus berwarna merah (Rukmana, 1997).
Dalam 100g buah paria mengandung Energi: 29 kalori, Protein: 1,1 g,
lemak: 0,3 g, karbohidrat: 6,6 g, serat: 1,5 g, kalsium: 45 mg, fosfor: 64 mg,
zat besi: 1,4 mg, vitamin A: 180 IU, vitamin B1: 0,08 mg, vitamin C: 52 mg, air:
91,2 g. (BPTP Kalteng, 2014).
Syarat Tumbuh
Iklim

Tanaman Paria mempunyai daya adaptasi tumbuh yang cukup tinggi terhadap
lingkungan dan mampu menyesuaikan diri terhadap iklim yang berlainan baik
suhu dan curah hujan yang tinggi. Dapat tumbuh dengan baik sepanjang tahun dan
tidak tergantung terhadap musim (IPPT, 1996).
Tanaman paria dapat tumbuh baik di dataran rendah hingga menengah. Untuk
mendapatkan pertumbuhan serta produksi yang optimum tanaman paria membutuhkan

Universitas Sumatera Utara

suhu yang optimum untuk pertumbuhan tanaman paria berkisar 240C sampai dengan
270C (BPTP Jambi, 2012).
Tanaman paria tempatnya terbuka atau mendapat sinar matahari yang
cukup, kelembaban udara antara 50% - 60% mm dan curah hujan relatif rendah
(60mm - 200mm/bulan) karena pada daerah yang banyak mendapat hujan
dapat menggagalkan pembungaan dan pembuahan sehingga hasil rendah
(Rukmana, 1997).
Tanah
Paria cocok dibudidayakan di daerah dengan ketinggian 1-1000 m dpl.
Tanaman ini dapat beradaptasi dengan baik dengan tanah lempung berpasir
dengan drainase baik dan kaya akan bahan organik (BPTP Jambi, 2012).

Paria dapat tumbuh dengan optimal pada tanah dengan pH 5-6, banyak
mengandung humus dan gembur. Tanaman paria tidak banyak memerlukan
penyinaran matahari sehingga dapat tumbuh ditempat yang agak teduh/ternaungi.
(BPTP Kalteng, 2014).
Media Tanam
Menurut De Bodt and Verdonck (1972) media tumbuh yang ideal untuk
tanaman dalam wadah pada umumnya harus mengandung ruang pori total
sebanyak 85% volume, ruang yang dapat ditempati udara 25-35% dan air yang
mudah tersedia bagi tanaman sekitar 20-30% volume.
Media tanam adalah media yang digunakan sebagai tempat tumbuh dan
berkembangnya tanaman, baik berupa tanah maupun non tanah. Fungsi media
tanam, meliputi tempat tumbuh dan berkembangnya akar tanaman, penopang

Universitas Sumatera Utara

tanaman dan bonggol agar tumbuh secara baik, penyedia unsur hara bagi tanaman,
penyedia air bagi tanaman (Adi, 2012).
Ada empat fungsi media tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman
yang baik yaitu : sebagai tempat unsur hara, harus dapat memegang air yang
tersedia bagi tanaman, dapat melakukan pertukaran udara antara akar dan

atmosfer di atas media dan terakhir harus dapat menyokong tanaman
(Nelson, 1991).
Struktur atau kondisi fisik medium semai sangat berperan penting dalam
menentukan terjadinya proses perkecambahan dan perkembangan benih yang
disemaikan. Media tanah yang baik harus memiliki keseimbangan antara kadar air
dan aerasi (porositas). Struktur yang kompak menjamin terjadinya kontak antara
biji dengan media. Porositas menjamin kontinuitas suplai air dan aerasi untuk
respirasi akar, serta mempermudah penetrasi akar. Namun media yang terlalu
kompak dapat menghambat perkecambahan, sedangkan media yang terlalu poros
akan menyulitkan semai untuk dapat berkembang dengan baik. Biasanya biji
berukuran kecil membutuhkan medium yang lebih kompak dan liat dibanding bijibiji berukuran besar (Fahmi, 2011).
Sekam padi adalah kulit padi (Oryza sativa) yang sudah digiling. Sekam
padi yang biasa digunakan biasa berupa sekam bakar dan sekam basah yang tidak
dibakar. Sekam bakar dan sekam yang tidak dibakar memiliki tingkat porositas
yang sama. Sebagai media tanam, keduanya berperan penting dalam perbaikan
struktur tanah sehingga sistem aerasi dan drainase di media tanam menjadi
lebih baik (Setyadi, 2010).

Universitas Sumatera Utara


Tanah Ultisol
Tanah ultisol merupakan tanah marginal yang miskin unsur hara,
kejenuhan Al tinggi, kadar bahan organik dan pH rendah, sehingga kurang
menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu perlu upaya untuk
meningkatkan produktivitasnya dengan cara pemberian amelioran yang terdiri dari
bahan anorganik dan bahan organik. Bahan anorganik dapat berupa kapur, dan
pupuk kimia, sedangkan bahan organik berupa pupuk kandang, pupuk hijau, dan
kompos (Wawan, 2003).
Tanah ultisol sering diidentikkan dengan tanah yang tidak subur, tetapi
sesungguhnya bisa dimanfaatkan untuk lahan pertanian (potensial), asalkan
dilakukan pengelolaan yang memperhatikan kendala yang ada pada tanah ultisol
sehingga dapat menjadi yang siap dimanfaatkan untuk budidaya tanaman apabila
iklimnya mendukung (Walhi, 2008).
Tanah ultisol memiliki kemasaman kurang dari 5,5 sesuai dengan sifat
kimia, komponen kimia tanah yang berperan terbesar dalam menentukan sifat dan
ciri tanah umumnya pada kesuburan tanah. Nilai pH yang mendekati minimun
dapat ditemui sampai pada kedalaman beberapa cm dari batuan yang utuh (belum
melapuk). Tanah tanah ini kurang lapuk atau pada daerah-daerah yang kaya akan
basa dari air tanah pH meningkat dan di bagian lebih bawah solum
(Noli et al., 1999).

Kompos
Kompos adalah bahan organik yang telah mengalami proses dekomposisi
secara alami. Proses pengomposan memerlukan waktu yang panjang tergantung
pada jenis biomassanya. Percepatan waktu pengomposan dapat ditempuh melalui

Universitas Sumatera Utara

kombinasi pencacahan bahan baku dan pemberian aktivator dekomposer
(Goenadi, 2007).
Penggunaan kompos sebagai bahan pembenah tanah (soil conditioner)
dapat meningkatkan kandungan bahan organik tanah sehingga mempertahankan
dan menambah kesuburan tanah pertanian. Karakteristik umum dimiliki kompos
antara lain: (1) mengandung unsur hara dalam jenis dan jumlah bervariasi
tergantung bahan asal; (2) menyediakan unsur hara secara lambat (slow release)
dan dalam jumlah terbatas; dan (3) mempunyai fungsi utama memperbaiki
kesuburan dan kesehatan tanah (CPIS, 2001).
Selain bernilai positif, penggunaan kompos juga mempunyai pengaruh
yang negatif atau merugikan. Penggunaan kompos yang belum matang akan
menyebabkan


dekomposisi

pada kondisi

anaerobik.

Hal

tersebut

akan

menghasilkan senyawa fitotoksik dari asam-asam organik, amoniak, nitrit,
nitrogen, besi, dan mangan. Untuk mengatasi hal ini dapat dilakukan dengan
menggunakan kompos yang telah memenuhi standar yang telah ditentukan
(Rao, 2005).
Penggunaan kompos yang tercemar oleh bahan-bahan polutan dalam
waktu yang lama akan menyebabkan terakumulasinya bahan pencemar tersebut
dalam tanah. Akumulasi bahan polutan tersebut akan menyebabkan toksik bagi
tanaman, atau juga diambil dan diserap oleh tanaman lalu dikonsumsi oleh hewan

atau manusia sehingga bersifat toksik juga pada hewan atau manusia yang
mengkosumsinya. Logam berat yang merupakan polutan bagi tanaman, hewan dan
kesehatan manusia antaralain arsenik (As), boron (B), kadminium (Cd), kuprum
(Cu), merkuri (Hg), molibdenum (Mo), nikel (Ni), plumbum (Pb), selenium (Se),

Universitas Sumatera Utara

dan seng (Zn). Namun demikian banyak negara telah membuat standar untuk
kandungan logam berat ini kecuali untuk boron, molibdenum, dan selenium (Tan,
2001).
Kompos dapat menambah kandungan bahan organik dalam tanah yang
dibutuhkan tanaman. Bahan organik yang terkandung dalam kompos dapat
mengikat partikel tanah. Ikatan partikel tanah ini dapat meningkatkan penyerapan
akar tanaman terhadap air, mempermudah penetrasi akar pada tanah, dan
memperbaiki pertukaran udara dalam tanah, sehingga dapat mendukung
pertumbuhan tanaman (Sriharti dan Salim, 2010).
Pupuk Kandang
Usaha peningkatan produksi dalam kegiatan budidaya dapat dilakukan
dengan cara pemupukan. Jenis pupuk yang digunakan dapat berupa pupuk organik
maupun anorganik. Salah satu jenis pupuk organik yang dapat digunakan yaitu

pupuk kandang. Kelebihan dari pupuk kandang antara lain selain mengandung
unsur hara makro juga mengandung unsur hara mikro, pupuk kandang dapat
memperbaiki sifat fisik, kimia maupun biologi tanah. Pupuk kandang yang
digunakan antara lain pupuk kandang sapi, pupuk kandang kambing, pupuk
kandang ayam. Jenis pupuk kandang tersebut sangat mudah diperoleh dan telah
dikenal masyarakat (Sahari, 2005).
Pupuk kandang mengandung bahan organik yang berfungsi untuk
mempertahankan dan meningkatkan tingkat pembentukan kesuburan tanah, juga
mengandung sejumlah unsur hara mikro yang dibutuhkan tanaman. Pemberian
pupuk kandang dapat mempertahankan kadar bahan organik, sumber nitrogen dan
kalium (Rosani, 2006).

Universitas Sumatera Utara

Kotoran sapi merupakan salah satu bentuk pupuk organik. Kotoran sapi
yang diberkan ke dalam tanah mengalami dekomposisi yang berakrhir dengan
mineralisasi dan terbentuknya bahan yan relatif resisten yaitu humus (bahan yang
terhumifikasi). Humus yang tersusun dari selulosa, lignin, dan protein mempunyai
kandungan C-organik umumnya sebesar 58% sehingga dapat dipahami bahwa
pemberian kotoran sapi akan meningkatkan jumlah humus dalam tanah yang juga
berarti meningkatkan C-organik tanah. Peningkatan C-organik dalam tanah tanah
juga akan meningkatkan bahan organik tanah (Rosani, 2006).
Keistimewaan penggunaan pupuk kandang antara lain: merupakan pupuk
lengkap, karena mengandung semua hara makro yang dibutuhkan oleh tanaman,
juga mengandung hara mikro. mempunyai pengaruh susulan, karena pupuk
kandang mempunyai pengaruh untuk jangka waktu yang lama dan merupakan
gudang makanan bagi tanaman yang berangsur-angsur menjadi tersedia.
Memperbaiki struktur tanah sehingga aerasi di dalam tanah semakin baik.
Meningkatkan kemampuan tanah dalam menyimpan air. Meningkatkan kapasitas
tukar kation sehingga hara yang terdapat di dalam tanah mudah tersedia bagi
tanaman. Mencegah hilangnya hara (pupuk) dari dalam tanah akibat proses
pencucian oleh air hujan atau air irigasi. Mengandung hormon pertumbuhan yang
dapat memacu pertumbuhan tanaman (IPPTP, 2001).
Pupuk kandang juga bermacam-macam dijumpai dilapangan antara lain:
pupuk kandang sapi, ayam, dan kambing. Penggunaan pupuk kandang sapi,
selain mudah diperoleh juga bisa tersedia dalam jumlah yang banyak, dibalik
pupuk kandang ayam atau kambing (Ramli, 2014).

Universitas Sumatera Utara

Pupuk Organik Cair
Pupuk organik cair merupakan pupuk dengan bahan dasar yang diambil
dari alam dengan jumlah dan jenis unsur hara yang terkandung secara alami.
Dapat dikatakan bahwa pupuk organik cair merupakan salah satu bahan yang
sangat penting dalam upaya memperbaiki kesuburan tanah. Bahkan penggunaan
pupuk organik tidak akan meninggalkan residu pada hasil tanaman sehingga aman
bagi kesehatan manusia pupuk organik (Musnamar, 2007).
Pupuk organik cair adalah pupuk yang terbuat dari sari tumbuhan alami
berbentuk cair. Salah satu contoh merek dagang pupuk organik cair adalah
“hormon tanaman unggul”. Pupuk ini berwarna putih kelabu. Kelebihan pupuk ini
adalah meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan virus dan bakteri.
Selain itu, pupuk ini juga dapat membantu mempercepat pertumbuhan dan
perkembangan

tanaman melebihi pertumbuhan standar. Hal ini disebabkan

karena, selain mengandung unsur hara yang lengkap, pupuk ini juga
mengandung hormon pertumbuhan tanaman. Pupuk ini juga mempercepat
keluarnya bunga, mempercepat masa panen sehingga panen lebih cepat dari
biasanya (http:// pupukjimmyhantu.com, 2016).
Kualitas pupuk organik cair hormon tanaman unggul terbukti dalam
meningkatkan hasil produksi padi. Itu terlihat dari uji coba di Desa Parakan
Kecamatan Ciomas. Hasilnya, padi yang menggunakan pupuk cair ini mampu
menghasilkan produksi gabah dua kali lipat (Hadiansyah, 2009).
Melihat hasil yang diperoleh dari pemberian pupuk organik cair hormon
tanaman unggul pada padi, diharapkan pamberian pupuk ini pada paria juga dapat
meningkatkan produksi.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Respons Pertumbuhan dan Produksi Paria (Momordica charantia L.) Terhadap Beberapa Komposisi Media Tanam dan Pemberian EM4 (Effective Microorganisms)

0 2 96

Respons Pertumbuhan dan Produksi Paria (Momordica charantia L.) terhadap Beberapa Komposisi Media Tanam dan Pemberian Pupuk Organik Cair

3 21 69

Respons Pertumbuhan dan Produksi Paria (Momordica charantia L.) terhadap Beberapa Komposisi Media Tanam dan Pemberian Pupuk Organik Cair

0 0 16

Respons Pertumbuhan dan Produksi Paria (Momordica charantia L.) terhadap Beberapa Komposisi Media Tanam dan Pemberian Pupuk Organik Cair

0 0 2

Respons Pertumbuhan dan Produksi Paria (Momordica charantia L.) terhadap Beberapa Komposisi Media Tanam dan Pemberian Pupuk Organik Cair

0 0 4

Respons Pertumbuhan dan Produksi Paria (Momordica charantia L.) terhadap Beberapa Komposisi Media Tanam dan Pemberian Pupuk Organik Cair

0 0 3

Respons Pertumbuhan dan Produksi Paria (Momordica charantia L.) Terhadap Beberapa Komposisi Media Tanam dan Pemberian EM4 (Effective Microorganisms)

0 0 15

Respons Pertumbuhan dan Produksi Paria (Momordica charantia L.) Terhadap Beberapa Komposisi Media Tanam dan Pemberian EM4 (Effective Microorganisms)

0 0 2

Respons Pertumbuhan dan Produksi Paria (Momordica charantia L.) Terhadap Beberapa Komposisi Media Tanam dan Pemberian EM4 (Effective Microorganisms)

0 0 4

Respons Pertumbuhan dan Produksi Paria (Momordica charantia L.) Terhadap Beberapa Komposisi Media Tanam dan Pemberian EM4 (Effective Microorganisms)

0 0 8